• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

N/A
N/A
Phan bulang geh

Academic year: 2023

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka

1. Kajian tentang Intensitas Penggunaan Media Sosial Instagram a. Pengertian Intensitas Penggunaan Media Sosial Instagram

Kata intensitas sendiri berasal dari Bahasa Inggris, yaitu intense yang artinya kuat, amat sangat, hebat. Sedangkan menurut (Reber, 1985) mengatakan bahwa “intensitas adalah pinjaman dari fisik, suatu ukuran dari kuantitas energi”. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), “intensitas adalah ukuran intensitas atau keadaan tingkatan”.

Didukung oleh pendapat Nurkholif (Farida, 2017) menyatakan bahwa intensitas yaitu kemampuan yang dikumpulkan untuk melakukan suatu usaha.

Fishbein dan Ajzen (1980:42) berpendapat bahwa intensitas memiliki empat komponen: perilaku berulang, pemahaman tentang apa yang sedang dilakukan, batasan waktu, dan adanya subjek. Perilaku berulang maksudnya frekuensi mengakses media sosial instagram terus- menerus, pemahaman yakni mencari kabar tentang seseorang atau berhubungan dengan sesama, dan batasan waktu dalam penelitian.

Pernyataan tersebut didukung oleh Kaloh (Siregar, 2011) bahwa intensitas adalah tingkat keseringan orang melakukan aktivitas tertentu berdasarkan kesenangan dan minat. Intensitas seseorang erat kaitannya dengan emosi atau perasaan. Rasa gembira yang dirasakan dari kegiatan yang dilakukan dapat menyebabkan seseorang untuk melanjutkan kegiatan tersebut.

Sebaliknya, mereka yang tidak minat dengan aktivitas yang tidak disenangi jarang melakukan aktivitas tersebut, seperti mereka yang menggunakan media sosial instagram dalam penelitian ini.

Penggunaan menurut KBBI adalah pemakaian. Maksudnya adalah seseorang menggunakan media tersebut. Penggunaan media meliputi waktu atau intensitas akses media, isi media, dan hubungan media dengan

(2)

10

individu, dalam penelitian ini ialah keterlibatan pemakai dengan media sosial instagram.

The Graphic, Visualization and Usability Center, the Georgia Institute of Technology Chairunnisa (Rahmayani, 2017) mengklasifikasikan penggunaan internet menjadi tiga kelompok: (1) light user atau pengguna intensitas rendah (<10 jam setiap bulan); (2) medium user atau pengguna intensitas sedang (10-40 jam setiap bulan); (3) heavy user atau pengguna intensitas berat (>40 jam setiap bulan).

Menurut Doni (2017), media sosial merupakan media daring yang dapat digunakan untuk berinteraksi dengan sesama. Situs media sosial terpopuler saat ini antara lain Instagram, Telegram, Whatsapp, WeChat, Facebook, Youtube, dan Twitter.

Mandibergh (Sari, 2017), di sisi lain, mengartikan istilah media sosial sebagai media yang memungkinkan kolaborasi antara pengguna pembuat konten (user-generated content). Didukung oleh Van Dijk (Setiadi, 2016), berpendapat bahwa media sosial merupakan suatu wadah untuk media yang berfokus terhadap kehadiran pemakai yang mendukung mereka dalam aktivitas dan kolaborasi mereka. Oleh karena itu, media sosial dapat dikatakan seperti media daring yang mempererat koneksi atau hubungan dan ikatan sosial antar user atau pengguna. Pada dasarnya, media sosial dapat digunakan untuk melakukan aktivitas yang berbeda misalnya berinteraksi, berkolaborasi, dan saling mengenal dalam bentuk teks, gambar, dan audiovisual. Media sosial dimulai dengan tiga hal:

berbagi, kolaborasi, dan konektivitas (Puntoadi, 2011).

Indonesia sejauh ini menduduki peringkat ketiga dunia dan memiliki jumlah pengguna instagram terbanyak, sehingga peneliti memilih instagram sebagai media sosial yang disurvei (We Are Social, 2018). Instagram merupakan aplikasi berbagi foto yang terkenal sejak tahun 2010 yang digunakan lebih dari 500 juta pengguna aktif (Sacti &

Yulianto, 2018). Menurut Budiargo (Nugroho, 2019), instagram merupakan media yang menyediakan cara mudah untuk berbagi foto,

(3)

11

video, atau lainnya yang digunakan pengguna untuk berbagi dengan pengikutnya. Menurut survei terbaru, instagram adalah media sosial terpopuler kedua yang digunakan pada rentang usia 18-29 tahun dengan persentase 59% (Sacti & Yulianto, 2018). Instagram menawarkan berbagai fitur pendamping yang menarik seperti snapgram dengan efek kamera yang berbeda dan fitur live IG story.

Instagram dijadikan sebagai tempat berbagi dan berkeluh kesah segala macam aktivitas. Instagram memungkinkan pengguna untuk berbagi cerita dan pengalaman dengan pengikut mereka tanpa batasan jarak atau waktu. Instagram tidak memiliki batasan atau privasi. Anda dapat melihat apa pun yang kita bagikan atau apa yang dibagikan orang lain. Dampak penggunaan instagram di media sosial adalah adanya budaya berbagi yang berlebihan di dunia maya. (Nasrallah, 2015).

Berdasarkan penjelasan para ahli di atas, kesimpulan yang dapat diambil dari intensitas penggunaan media sosial instagram merupakan suatu frekuensi seseorang melakukan tingkat keseriusan dan intensitas dalam mengakses media sosial instagram.

b. Aspek-Aspek Intensitas Penggunaan Media Sosial Instagram

(Ajzen dan Thomas, 1986) mengatakan bahwa terdapat aspek intensitas penggunaan media sosial instagram yang berjumlah empat, diantaranya:

1) Perhatian (Attention)

Inilah yang membuat orang tertarik pada kegiatan yang sesuai dengan minatnya. Mereka yang memberikan perhatian khusus untuk mengakses media sosial favoritnya dapat menikmati aktivitasnya, berhubungan dengan orang lain melalui media sosial, dan memanfaatkan fitur-fitur yang tersedia di media sosial.

2) Penghayatan (Comprehension)

Penghayatan adalah pemahaman, konsumsi informasi spesifik yang dinikmati dan disimpan oleh individu sebagai pengetahuan baru individu.

(4)

12 3) Durasi (Duration)

Durasi ialah lamanya waktu yang diperlukan seseorang untuk menjalankan suatu kegiatan. Menghitung berapa lama individu mengakses media sosialnya. Misalnya, seseorang dalam sehari dapat menghabiskan 3 - 4 jam untuk bermain media sosial.

4) Frekuensi (Frequency)

Frekuensi ialah jumlah pengulangan perilaku, yang dalam penelitian ini mengacu pada pemakaian media sosial. Frekuensi penggunaan media sosial dapat dilihat dari seberapa sering pengguna mengakses media sosial dalam kurun waktu tertentu. Misalnya, seseorang yang menggunakan media sosial 10 kali dalam seminggu, atau 40 kali dalam satu bulannya. Masing-masing individu memiliki frekuensi yang berbeda dalam menginginkan informasi, tergantung minat dan kebutuhan.

c. Sejarah Media Sosial Instagram

Asal kata dari instagram adalah kata “insta‟ atau “instan” serta

“gram”. Disebut instan karena instagram digunakan untuk memotret dan berbagi foto, cerita kepada relasi terdekat seperti teman dan keluarga secara mudah dan instan. Sementara itu kata “gram‟ bersumber dari kata

“telegram‟ yang bermakna seperti telegram. Dikarenakan telegram merupakan metode komunikasi yang sangat cepat dalam pengiriman pesan atau informasi seperti instagram, kita dapat mengirimkan informasi berupa foto dan cerita kepada pengikut atau followers kita.

Instagram pada awalnya diinisiasi oleh perusahaan Burbn INC.

Burbn INC merupakan perusahaan yang memiliki visi misi untuk membuat perangkat lunak untuk gadget seperti HP. Saat perusahaan Burbn INC terbentuk, perusahaan itu fokus melakukan pembuatan perangkat lunak untuk gadget.

Menurut Utari (2017:9) mengatakan bahwa instagram berawal dari Kevin Systrom dan Mike Krieger, yaitu seorang programmer dan CEO.

Pada laman resminya, definisi instagram adalah perangkat lunak untuk

(5)

13

berbagi foto serta video yang disebarkan kepada pengikutnya. Pengguna juga bisa saling berinteraksi dengan melihat, men-like, dan comment postingan yang di-share (Instagram, n.d.).

Sebelum membuat instagram, Systrom awalnya membuat aplikasi bernama Burbn yang memungkinkan pengguna untuk berbagi foto dan catatan. Menariknya, Krieger adalah pengguna setia Burbn, Chafkin (Arifuddin & Irwansyah, 2019). Akhirnya, Systrom dan Krieger mengubah Burbn menjadi software khusus untuk foto. Burbn telah diubah namanya menjadi instagram. Pengguna instagram dapat menggunakan hashtag (#) untuk mengunggah dan membagikan foto dan video sehingga orang lain dapat menemukan hasil unggahan mereka. Faktanya, ide ini merupakan ide pertama untuk membuat instagram (Sheldon & Bryant, 2016). Saat ini, instagram telah diakses oleh user (pengguna) berjumlah lebih dari 1 miliar di penjuru dunia.

d. Fitur-Fitur Media Sosial Instagram

Menurut (Oktaresiyanti, 2019) menyatakan bahwa media sosial instagram terdapat fitur yang menarik untuk digunakan, yaitu:

1) Home-Page

Home page yaitu halaman muka atau halaman awal yang isinya timeline foto atau video terbaru, insta story dari followers dan following kita dengan cara menaik-turunkan layer dari bawah ke atas (scrolling)

2) Like and Comments

Like berguna untuk melihat seberapa banyak foto atau video yang diposting, selain itu like juga bisa dilihat dari caption yang dituliskan.

Sedangkan comment berguna untuk mengomentari foto yang diunggah oleh following atau followers kita.

3) Explore

Explore menampilkan foto-foto relevan yang paling sering dilihat dan dicari oleh pengguna instagram. Cara kerja explore setiap pengguna instagram berbeda sesuai dengan konten yang kita minati.

(6)

14 4) Arroba

Fitur ini berguna untuk menyebut atau menandai orang lain dalam suatu postingan atau komentar dengan membubuhkan tanda “@” lalu memasukkan nama pengguna yang ingin di tag.

5) Follow

Fitur ini merupakan sesuatu yang penting karena digunakan untuk mengikuti akun orang lain sekaligus menjalin komunikasi dengan orang lain..

6) Profile

Profil pengguna dapat memperoleh informasi rinci tentang informasi pengguna baik dari pengguna maupun pengguna lain. Pengguna dapat mengakses halaman profil dari ikon kartu di menu utama di pojok kanan. Profile ini menunjukkan keseluruhan foto yang diposting, jumlah followers, dan jumlah following.

7) Instastory

Instastory adalah fitur yang berguna untuk membagikan cerita berupa foto atau video yang didukung dengan adanya efek atau filter yang dapat menghibur pengguna atau penonton.

8) Direct Message (DM)

DM adalah fitur yang digunakan untuk mengirim dan membagikan dalam bentuk pesan pribadi sekaligus terdapat fitur group chat yang berguna untuk berkomunikasi dengan banyak orang.

e. Kelebihan Media Sosial Instagram

Menurut Puspitarani & Reni (2019:74) mengungkapkan bahwa kelebihan media sosial Iistagram diantaranya:

1) Hasil foto pengguna dapat dibagikan ke media sosial yang berbeda seperti whatsapp, twitter, dan facebook, jadi tidak hanya pemilik instagram yang dapat melihat foto kita

2) Pengguna dapat mengaksesnya kapan saja melalui akses internet 3) Cocok digunakan sebagai media iklan

(7)

15

4) Komunikasi terjalin melalui banyak fitur seperti komentar, tagar (#), filter, IGTV, dan lainnya

5) Dapat diunduh dengan mudah melalui play store di handphone, dan lain-lain.

f. Kelemahan Media Sosial Instagram

Menurut Puspitarani & Reni (2019:74) kelemahan media sosial instagram sebagai berikut:

1) Terlalu menguras banyak kuota untuk melihat foto atau video di Instagram

2) Instagram harus sering diupdate secara berkala agar mendapat update- an terbaru

3) Menyebabkan adiktif atau kecanduan bagi penggunanya 2. Kajian tentang Tanggung Jawab Belajar

a. Pengertian Tanggung Jawab Belajar

Salah satu karakter yang perlu dikembangkan oleh siswa adalah tanggung jawab. Menurut Marijan (Utami, 2015) menyatakan tanggung jawab adalah melakukan kewajiban secara maksimal dengan sepenuh hati.

Sedangkan menurut Tirtarahardja dan La Sulo (Ulfa, Wibowo dan Sugiyono, 2015) berpendapat bahwa tanggung jawab adalah suatu tindakan yang diikuti dengan rasa berani, menerima penuh konsekuensi yang didapat sehingga bersedia mendapat sanksi jika melanggar. Jadi tanggung jawab adalah suatu kesadaran diri dari seseorang terhadap suatu hal yang menjadi kewajibannya untuk dilakukan dan apabila tidak dilakukan ia rela untuk menerima sanksi-sanksi yang sudah ditetapkan.

Selaras dengan pendapat Yuami (Mitayani, 2019) definisi tanggung jawab iaalh sesuatu hal yang harus dilakukan seseorang dalam rangka untuk menyelesaikan tugas atau atau untuk memenuhi sebuah janji yang apabila tidak dapat dilaksanakan akan mendapatkan konsekuensi atau hukuman.

Sedangkan menurut Supriyanti (Aisyah, dkk, 2014) berpendapat bahwa tanggung jawab yakni keyakinan untuk bertindak yang dilandasi dengan rasa berani dan berani menerima akibat dari perilakunya. Jadi tanggung

(8)

16

jawab bisa dikatakan sebagai konsekuensi atas tindakan kita terhadap suatu hal yang sudah kita lakukan sebelumnya.

Jadi dari pengertian yang sudah diuraikan di atas, kesimpulannya adalah bahwasannya tanggung jawab adalah suatu sikap yang terdapat pada diri seseorang untuk melaksanakan sesuatu yang sudah menjadi kewajibannya baik itu dirinya sendiri ataupun berhubungan dengan orang lain yang apabila tidak dilaksanakan akan mendapatkan sanksi sesuai dengan norma atau ketentuan yang sudah ditetapkan.

Ketika anak memasuki dunia sekolah, mereka akan memiliki lebih banyak tanggung jawab, atau belajar. Belajar itu penting karena dapat membantu siswa mengembangkan potensi dan keterampilannya serta membantu mereka di masa depan.

Menurut Cronbach (Aggarwal, 2014:47), belajar menunjukkan perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Senada dengan Santrock dan Yussen (1992), belajar merupakan suatu perubahan perilaku yang relatif permanen berdasarkan pengalaman proses kognitif. Sebagai hasil dari interaksi dan pengalaman sehari-hari dengan lingkungan, seseorang telah mengalami perubahan perilaku, termasuk proses kognitif seperti bagaimana seseorang menghasilkan perilaku.

Galloway (Ratnaningsih, 2014) menyatakan bahwa “belajar adalah perubahan tingkah laku manusia dan cenderung dipertahankan relatif konstan untuk penguatan”. Hal ini didukung oleh pendapat Skinner (1988:91) bahwa belajar adalah proses yang berkesinambungan dari perilaku adaptif. Artinya, selama pembelajaran terjadi terdapat perubahan perilaku yang lebih baik secara progresif. Menurut Bell Gredler (Darmadi, 2017:297), belajar adalah proses yang dilakukan manusia untuk memperoleh keterampilan, sikap, dan kemampuan. Hal tersebut diperoleh secara bertahap dan dilakukan melalui proses belajar sepanjang hayat dari anak usia dini hingga usia lanjut.

Dilihat dari pengertian belajar yang menurut ahli tersebut, kesimpulannya adalah belajar merupakan perubahan perilaku dari masa ke

(9)

17

masa yang menunjukan ke arah lebih baik yang menjadi suatu hasil dari latihan juga pengalaman dari masa lalu.

Menurut (Sari, 2018), tanggung jawab belajar merupakan kemauan individu untuk mengerjakan tugas yang diterima dengan sekuat tenaga dan menanggung segala konsekuensi belajar. Orang yang memiliki tanggung jawab ialah orang yang dapat menuntaskan tantangan dalam belajar, kebutuhannya, juga bertanggung jawab penuh terhadap lingkungan.

Tanggung jawab belajar adalah kemauan individu untuk menyelesaikan task atau tugas belajar dan berani menerima konsekuensi.

Orang yang memiliki tanggung jawab percaya jika mereka dapat memberikan manfaat kepada orang lain dan mereka dapat bersimpati kepada sesama.

Djamarah dan Zain (2010: 87) berpendapat bahwa siswa yang bertanggungjawab belajar mempunyai manfaat diantaranya: (1) memotivasi siswa untuk ikut dalam tugas individu maupun kelompok; (2) meningkatkan kemandirian siswa; dan (3) dapat merangsang kreativitas siswa.

Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan, kesimpulan yang dapat diambil bahwa tanggung jawab belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku seperti pengetahuan, keterampilan, sikap, nilai, dan kesadaran diri seseorang terhadap suatu hal yang menjadi kewajibannya, juga bersedia menanggung akibatnya jika melanggar.

b. Ciri-Ciri Tanggung Jawab Belajar

Wulandari (Utami, 2015) berpendapat bahwa ciri-ciri tanggung jawab belajar ialah sebagai berikut:

1) Selalu berusaha terus menerus

Anak yang bertanggung jawab akan bekerja sampai tuntas agar dapat menghasilkan sesuatu dengan baik. Mereka terus berusaha mencoba melakukan hal-hal tanpa rasa menyerah atau putus asa.

(10)

18 2) Selalu berpikir positif

Kesalahan atau kegagalan dalam kegiatan yang dilakukan adalah hal yang wajar atau manusiawi. Siswa yang bertanggung jawab akan berpikir kegagalan adalah suatu kesuksesan yang tertunda dan tetap berpikir positif di setiap waktu.

3) Tidak menyalahkan orang lain

Semua kesalahan yang diperbuat adalah hasil dari usaha kita dan harus diterima dengan sepenuh hati. Lalu, cari penyebabnya dan cegah agar tidak diulangi kembali.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri tanggung jawab belajar, diantaranya selalu berusaha terus menerus, selalu berpikir positif, dan tidak menyalahkan orang lain.

c. Aspek-Aspek Tanggung Jawab Belajar

Menurut Josephon, Peter, Dowd (2003:103) aspek-aspek tanggung jawab belajar terdiri dari sebagai berikut:

1) Mandiri

Siswa dengan tanggung jawab yang tinggi bersikap mandiri. Nuryoto (Dewi, 2016) menjelaskan bahwa sikap seseorang yang inisiatif dalam berpendapat atau melakukan usaha dan mampu mengatasi hambatan tanpa bantuan orang lain disebut dengan mandiri. Belajar dengan rutin ialah tanda mencerminkan siswa yang sadar diri tentang tanggung jawab yang dimilikinya.

2) Tekun

Ketika menyelesaikan tugas, siswa harus menyelesaikannya dengan tekun dan sungguh-sungguh. Ketekunan memungkinkan seseorang untuk tidak dengan mudah berpindah ke sesuatu yang dapat memancing dirinya atau tergoda ketika dia harus bekerja untuk menyelesaikan pekerjaan.

3) Sikap Positif

Sikap bertanggung jawab akan menentukan sikap positif, diantaranya berkata terus terang (jujur), berusaha dengan keras, kreatif, berpikir

(11)

19

optimis, dan gigih yang bisa menunjang perilakunya yang bertanggungjawab.

4) Menentukan rencana belajar

Setiap siswa harus memasang tujuan atau mempunyai target terlebih dahulu agar bisa lebih fokus dan tahu kemana harus melangkah. Lalu membuat rancangan agar tujuan yang sudah dipikirkan dapat tercapai.

5) Bersikap Proaktif

Proaktif disini berarti bertanggungjawab atas pilihannya dan mempunyai keleluasaan untuk memilih berlandaskan paham dan tujuan yang dimilikinya, Corey (2006:223)

6) Kontrol Diri

Menurut Borba (2008:95) saat belajar siswa harus mampu mengontrol diri, maksudnya mampu mengendalikan baik pikiran maupun tindakan kemudian dapat bersikap sesuai dengan aturan. Siswa yang bertanggungjawab akan memiliki pengendalian diri yang baik. Ia berani mengucapkan “tidak” dalam hal atau keadaan yang belum tentu ada faedahnya atau membuat rugi diri sendiri juga orang lain.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek tanggung jawab belajar, diantaranya mandiri, tekun, sikap positif, menentukan rencana belajar, bersikap proaktif, dan kontrol diri .

d. Faktor-Faktor Rendahnya Tanggung Jawab Belajar

Menurut (Rahayu & Dahlan, 2019) terdapat beberapa faktor penyebab sikap siswa mempunyai tanggung jawab belajar yang rendah sebagai berikut: (1) kurangnya kesadaran siswa akan pentingnya melaksanakan hak dan kewajiban yang merupakan tanggung jawabnya; (2) kurang memiliki rasa percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki; (3) layanan bimbingan konseling yang dilakukan oleh guru BK dalam menangani perilaku tanggung jawab belajar secara khusus belum terlaksana secara optimal di kelas.

Berdasarkan pendapat di atas bahwasannya siswa harus menjadi pribadi yang mampu bertangung jawab dalam melaksanakan segala

(12)

20

perbuatannya yang sedang dilakukan, selain itu juga dalam melakukan sesuatu termasuk kewajiban yang harus dikerjakan dan dituntut agar mampu mempertanggungjawabkan. Selanjutnya siswa juga diharapkan menjadi pribadi yang teguh dan tidak gampang menyerah dalam melaksanakan segala perbuatannya serta mengetahui akan kekuatan dalam menghadapinya. Kemudian yang tidak kalah penting adanya peran guru BK yang mampu memberikan arahan untuk menumbuhkan perilaku bertanggung jawab siswa, supaya nantinya setiap dalam melaksanakan segala sesuatu mampu untuk menyelesaikannya dan memikirkan terlebih dahulu konsekuensinya .

3. Kajian tentang Hubungan Intensitas Penggunaan Media Sosial Instagram dan Tanggung Jawab Belajar

Intensitas penggunaan media sosial instagram bergantung dengan seberapa sering tingkat keseriusan dan intensitas seseorang terindikasi pada saat membuka media sosial instagram. Instagram sangat digemari karena terdapat fitur-fitur yang menarik seperti home page, like and comment, dan lainnya. Empat aspek intensitas penggunaan instagram adalah perhatian, penghayatan, durasi, dan frekuensi.

Siswa yang memiliki intensitas penggunaan media sosial tinggi akan mengakses media sosialnya dalam kurun waktu cenderung lama apabila dilandaskan dari waktu dan seberapa sering ia mengakses. Penggunaan media sosial instagram yang sering juga menyebabkan ketagihan karena siswa dapat dengan mudah mengaksesnya melalui handphone pribadi dengan data seluler atau bahkan dengan wifi yang tersedia, sehingga sering kali siswa lupa akan tanggung jawab belajarnya. Sebaliknya, apabila siswa yang mempunyai intensitas penggunaan media sosial rendah, tampaknya ia akan lebih sedikit membuka media sosialnya khususnya instagram, dengan ini siswa akan bertanggung jawab dalam hal belajarnya, seperti belajar dengan tekun, mengerjakan tugas, dan mengerjakan tes dengan jujur atau tidak menyontek.

Kaitan antara intensitas penggunaan media sosial instagram dengan tanggung jawab belajar terletak pada faktor internal penyebab tanggung jawab

(13)

21

belajar yang rendah. Faktor tersebut berasal dari dalam diri sendiri yaitu kurangnya pengendalian diri. Artinya, masih sulit bagi siswa untuk fokus belajar. Karena kesulitan-kesulitan ini, siswa mengabaikan tanggung jawab belajar mereka sebagai siswa. Hal itu dikarenakan rata-rata siswa menggunakan gadget untuk berselancar di dunia maya, mengakses media sosial, dan bermain game. Menurut penelitian Ahmad Fadilah, semakin banyak siswa menggunakan telepon genggam, maka semakin negatif aktivitas belajarnya. Terlebih lagi saat pandemi Covid-19 ini, siswa belajar menggunakan gadgetnya masing-masing. Pemberian gadget atau smartphone yang bertujuan sebagai fasilitas penunjang akademik anak sering disalahgunakan sebab penggunaannya kurang dari pengawasan orang tua, hal itu menyebabkan frekuensi dan intensitas anak bermain gadget tidak terkontrol sehingga menyebabkan siswa lalai akan tanggung jawab belajarnya.

Alasan peneliti mengambil judul ini karena berdasarkan hasil pengamatan di lapangan oleh peneliti sewaktu melaksanakan Magang Kependidikan 3, hasil pengamatan peneliti menunjukkan bahwa media sosial instagram merupakan satu diantara media sosial yang memiliki banyak penggemar, banyak siswa yang senang bermain instagram karena dianggap asyik dan menjadi media hiburan selama pembelajaran daring dilakukan. Dari hal tersebut peneliti terdorong untuk menyelidiki adakah hubungan antara penggunaan instagram di media sosial dan tanggung jawab belajar yang rendah. Penelitian ini penting dilakukan sebagai bahan masukan kepada guru bimbingan dan konseling penyebab terjadinya tanggung jawab belajar yang rendah di kalangan siswa saat ini.

Untuk menyempurnakan proses penelitian yang dilakukan, peneliti menyertakan hasil penelitian sebelumnya yang memiliki keterkaitan.

Penelitian sebelumnya terkait penelitian ini antara lain:

Penelitian pertama dilakukan oleh Sukmaraga (2018) dengan judul

Hubungan Antara Intensitas Penggunaan Media Sosial Instagram dan Materialisme pada Remaja”. Dengan 457 subjek yang membuktikan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara intensitas penggunaan media

(14)

22

sosial instagram dengan materialisme remaja (r = 0,546; p = 0,000). Hasil ini berarti bahwa semakin tinggi penggunaan media sosial instagram, semakin tinggi pula materialisme remaja.

Penelitian kedua oleh Riyanti (2016) yang berjudul "Hubungan Intensitas Mengakses Sosial Media Terhadap Perilaku Belajar Mata Pelajaran Produktif Pada Siswa Kelas XI Jasa Boga di SMK N 3 Klaten".

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI Jasa Boga di SMK N 3 Klaten berjumlah 88. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya hubungan antara intensitas penggunaan media sosial dengan perilaku belajar produktif kelas XI Jasa Boga SMK N 3 Klaten dengan koefisien korelasi sebesar 0,305.

Artinya, hubungan antara intensitas penggunaan media sosial dengan perilaku belajar mata pelajaran produktif di kelas XI Jasa Boga SMK N 3 Klaten tergolong kecil dan lemah.

Penelitian ketiga oleh Dzikrina Istighfaroh yang berjudul “Pengaruh Intensitas Penggunaan Instagram terhadap Tingkat Religiusitas Terhadap Peserta Didik kelas XI di MTS N 2 Demak”. Kelas IX MTS N 2 Demak lah yang menjadi subjek dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai signifikansi 0,332 > 0,05 yang artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara intensitas penggunaan media sosial instagram terhadap tingkat regiliusitas peserta didik kelas IX di MTS N 2 Demak.

Penelitian berikutnya yang berjudul “Pengaruh Media Sosial Instagram terhadap Perilaku Keagamaan Remaja (Studi pada Rohis di SMA Perintis 1 Bandar Lampung)” oleh Sabekti (2018). Penelitian dilakukan pada 35 remaja spiritual SMA Negeri 1 Perintis Bandar Lampung. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,462. Artinya, ada hubungan yang linear antara variabel pengaruh remaja terhadap perilaku di instagram.

Dari penelitian terkait sebelumnya, banyak penelitian yang membahas intensitas penggunaan media sosial, terkhusus instagram. Namun, hingga kini belum pernah ada penelitian yang membahas tentang hubungan antara intensitas penggunaan media sosial instagram dengan tanggung jawab belajar

(15)

23

siswa. Untuk itu, penelitian ini berfokus untuk menyelidiki adakah hubungan antara media sosial instagram dengan tanggung jawab belajar siswa.

B. Kerangka Berpikir

Tanggung jawab belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku seperti pengetahuan, keterampilan, sikap, nilai, dan kesadaran diri seseorang terhadap suatu hal yang menjadi kewajibannya juga bersedia menanggung akibatnya jika melanggar. Aspek-aspek rasa tanggung jawab belajar meliputi: (1) mandiri, (2) tekun, (3) sikap positif, (4) menentukan rencana dalam belajar, (5) bersikap proaktif, dan (6) kontrol diri.

Menurut penelitian Ahmad Fadilah, semakin banyak siswa menggunakan telepon genggam, maka semakin berdampak negatif pada aktivitas belajarnya.

Terlebih pada masa pandemi Covid-19 saat ini, siswa belajar menggunakan gadget-nya masing-masing. Pemberian gadget yang bertujuan sebagai fasilitas penunjang akademik anak sering disalahgunakan, hal itu menyebabkan frekuensi dan intensitas anak bermain gadget khususnya media sosial instagram tidak terkontrol sehingga menyebabkan siswa kecanduan dan lalai akan tanggung jawab belajarnya. Hal tersebut diyakini peneliti bahwa media sosial instagram memiliki hubungan dengan rendahnya tanggung jawab belajar siswa.

Intensitas penggunaan media sosial instagram adalah tingkat keseringan dan tingkat kesungguhan dan kekuatan yang dilakukan oleh individu dalam mengakses media sosial instagram yang dimilikinya. Ditemukan empat aspek intensitas penggunaan instagram antara lain perhatian, penghayatan, durasi, dan frekuensi.

Adapun kerangka berpikir hubungan antara intensitas penggunaan media sosial instagram dengan tanggung jawab belajar siswa, digambarkan dalam bentuk diagram sebagai berikut:

(16)

24

pengetahuan, keterampilan, sikap, nilai, dan kesadaran diri seseorang terhadap suatu hal yang menjadi kewajibannya juga bersedia menanggung akibatnya jika melanggar.

Seberapa sering tingkat kesungguhan dan kekuatan yang dilakukan oleh seseorang dalam mengakses media sosial instagram.

Aspek-Aspek Tanggung Jawab Belajar 1. Mandiri

2. Tekun 3. Sikap Positif

4. Menentukan Rencana Dalam Belajar 5. Bersikap Proaktif

6. Kontrol Diri Aspek Intensitas Penggunaan

Instagram 1. Perhatian

2. Penghayatan 3. Durasi 4. Frekuensi

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Hubungan Antara Intensitas Penggunaan Media Sosial Instagram Dengan Tanggung Jawab Belajar

(17)

25

C. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah penelitian (Sugiyono, 2017). Hipotesis harus dibuktikan kebenarannya karena sifatnya yang masih praduga. Berlandaskan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka dapat dibuat hipotesis seperti di bawah ini:

: Terdapat hubungan antara intensitas penggunaan media sosial instagram dengan tanggung jawab belajar siswa

: Tidak terdapat hubungan antara intensitas penggunaan media sosial instagram dengan tanggung jawab belajar siswa

Referensi

Dokumen terkait

Paparan diatas menyimpulkan bahwa perkembangan anak usia dini yang memiliki peran penting salah satunya adalah perkembangan sosial emosional, yang akan mempengaruhi anak dalam

Cara membuat analisis tugas menurut Astati (2010: 44) adalah menentukan tujuan dengan menentukan kemampuan yang diharapkan dicapai anak tunagrahita pada akhir

Sedangkan menurut Zainul Krisman dan Dian Krisandi (2019) dan Miftahul Fauszy (2019) berpendapat bahwa rasio perputaran total aset (TATO) berpengaruh negatif dan signifikan

Faktor lain yang dapat mempengaruhi brand trust adalah media sosial, dimana menurut Kotler &amp; Keller (2009:174) media sosial merupakan kegiatan komunikasi

Latihan renang menggunakan latihan interval kerja dan istirahat menurut Bruce Abernethy (2005:155). Bertujuan untuk meningkatkan kemampuan anaerob dan kapasitas

Piaget (Sudarwan, 2013: 80) menyatakan bahwa proses berpikir anak-anak berubah secara signifikan selama tahap operasional konkret. Anak-anak usia sekolah bisa terlibat

Menurut Tayibnapis (Widoyoko, 2013) evaluasi produk bertujuan membantu pihak-pihak yang berkepentingan untuk membuat keputusan selanjutnya, baik mengenai hasil yang

1) Discovery learning, Jerome Bruner menurut Slavin dalam Baharuddin dan Wahyuni (2015:180) yaitu model pembelajaran dimana siswa didorong untuk belajar dengan