• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Pustaka

1. Pembelajaran Matematika tentang Bangun Ruang pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar

a. Karakteristik Siswa Kelas V Sekolah Dasar

Siswa usia Sekolah Dasar secara umum menurut Bassett, Jacka, dan Logan (Sumantri dan Permana, 2001: 11) memiliki karakteristik antara lain: (1) memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik akan dunia sekitar, (2) senang bermain dan lebih suka bergembira/riang, (3) suka mengatur dirinya untuk menangani berbagai hal, mengeksplorasi suatu situasi, dan mencobakan usaha-usaha baru, (4) tergetar perasaanya dan terdorong untuk berprestasi, (5) belajar secara efektif ketika merasa puas dengan situasi yang terjadi, dan (6) belajar dengan cara bekerja, mengobservasi, berinisiatif, dan mengajar anak-anak lainnya.

Siswa kelas V SD umumnya berusia 10-11 tahun. Berdasarkan tahap perkembangan kognitif yang dikemukakan oleh Piaget (Suharjo, 2006: 37) siswa kelas V SD termasuk dalam tahap operasional konkret.

Tahap operasional konkret yaitu masa di mana anak sudah mengetahui simbol-simbol matematis, tetapi belum dapat menghadapi hal-hal yang abstrak. Pada tahap ini anak mulai berkurang egosentrismenya dan lebih sosiosentris (mulai membentuk peer group), anak juga memiliki rasa ingin tahu yang besar, selalu mencoba serta mulai menjelajah dan mengeksplorasi berbagai hal.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik siswa kelas V Sekolah Dasar antara lain : (1) memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik akan dunia sekitar, (2) senang bermain dan lebih suka bergembira/riang, (3) suka mengatur dirinya untuk menangani berbagai hal, mengeksplorasi suatu situasi dan mencoba usaha-

6

(2)

usaha baru, (4) tergetar perasaanya dan terdorong untuk berprestasi, (5) belajar secara efektif ketika merasa puas dengan situasi yang terjadi, (6) belajar dengan cara bekerja, mengobservasi, berinisiatif, dan mengajar anak-anak lainnya dan (7) anak mulai berkurang egosentrismenya dan lebih sosiosentris (mulai membentuk peer group).

Usia siswa kelas V SD memerlukan media untuk mengkonkretkan sesuatu yang menggunakan simbol, media konkret dengan pendekatan RME dalam pembelajaran Matematika agar materi yang dipelajari tidak abstrak dan lebih bermakna bagi siswa, siswa juga mendapatkan pengalaman langsung baik secara individual maupun dalam kelompok karena pada masa ini siswa memiliki rasa ingin tahu yang besar. Jadi siswa tidak akan cepat bosan ketika belajar dan bisa dengan mudah menghafal materi pelajaran yang diajarkan oleh guru.

Penelitian dengan judul penerapan pendekatan Realistic Mathematics Education dengan media konkret untuk meningkatkan hasil belajar Matematika tentang bangun ruang pada siswa kelas V SDN Bangkal 01 tahun ajaran 2019/2020 diharapkan sesuai dengan karakteristik siswa kelas V SD karena dalam pendekatan RME siswa akan belajar sambil mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari. Siswa akan berinteraksi secara aktif dalam kelompok-kelompok dan berperan langsung untuk menyelesaikan masalah dalam pembelajaran. Dengan demikian pembelajaran akan meningkat sesuai dengan yang diharapkan.

b. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah segala perubahan yang terjadi pada diri siswa yang menyangkut pemahaman konsep, sikap, dan keterampilan proses sebagai hasil dari kegiatan belajar (Susanto, 2013: 5). Menurut Suprijono (Fadilah, N dan Budiono, 2013:2), hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan.

(3)

Berdasarkan pendapat di atas, dapat simpulkan bahwa hasil belajar adalah.perubahan yang ada pada diri siswa yang menyangkut pemahaman konsep, sikap, nilai-nilai, perbuatan dan keterampilan proses sebagai hasil dari kegiatan belajar.

c. Pengertian Matematika

Matematika merupakan disiplin ilmu untuk membantu meningkatkan kemampuan berpikir, penyelesaian masalah kehidupan, dan mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Susanto, 2013: 185). Menurut Purnama, Irawan & Sa’dijah (2017: 46), Matematika merupakan mata pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa dan juga diperlukan untuk kegiatan sehari-hari dalam memecahkan masalah.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa Matematika merupakan mata pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa dan merupakan disiplin ilmu untuk membantu meningkatkan kemampuan berpikir, penyelesaian masalah kehidupan sehari-hari, dan mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi..

d. Tujuan Pembelajaran Matematika

Pembelajaran Matematika memiliki beberapa tujuan. Tujuan pembelajaran Matematika menurut Kemendikbud 2013 yaitu (1) meningkatkan kemampuan intelektual, khususnya kemampuan tingkat tinggi siswa, (2) membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik, (3) memperoleh hasil belajar yang tinggi, (4) melatih siswa dalam mengkomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis karya ilmiah, dan (5) mengembangkan karakter siswa.

Wahyudi (2015: 68) berpendapat, “tujuan pembelajaran Matematika adalah melatih siswa berpikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif dan konsisten”. Menurut Susanto (2013: 189) tujuan pembelajaran Matematika di sekolah dasar yaitu agar siswa mampu dan terampil menggunakan Matematika.

(4)

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar yaitu : (1) meningkatkan kemampuan intelektual, (2) membuat siswa mampu menyelesaikan masalah secara sistematik, (3) memperoleh hasil belajar yang tinggi, (4) melatih siswa mengkomunikasikan ide, (5) mengembangkan karakter siswa, (6) melatih siswa berpikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif dan konsisten dan (7) membuat siswa mampu dan terampil menggunakan Matematika.

e. Ruang Lingkup Matematika

Matematika memiliki cakupan yang luas dari hal yang sederhana sampai hal yang kompleks. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.

32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pada pasal 77I ayat 1 huruf d memuat bahwa ruang lingkup Matematika, antara lain: (1) ilmu ukur, dan (2) aljabar.

Indrianti, Indriani, dan Renjani (2017: 3) mengemukakan bahwa mata pelajaran Matematika untuk kelas V SD/MI memuat materi-materi sebagai berikut: (1) bilangan. (2) pecahan, (3) perbandingan dan skala, (4) bangun ruang, dan (5) statistika.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup Matematika meliputi: (1) ilmu ukur, (2) aljabar, (3) bilangan, (4) pecahan, (5) perbandingan dan skala, (6) bangun ruang, dan (7) statistika.

Pada penelitian ini, peneliti mengambil pokok bahasan bangun ruang. Kompetensi inti yang digunakan adalah Kompetensi Inti 3, yaitu memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan sekolah. Kompetensi dasar yang digunakan adalah KD 3.5 dan KD 3.6 dengan rincian seperti pada tabel 2.1

(5)

Tabel 2.1 Kompetensi Dasar Matematika Materi Bangun Ruang Kelas V SD Semester II

Kompetensi Dasar Indikator

3.5 Menjelaskan dan menentukan volume bangun ruang dengan menggunakan satuan volume (seperti kubus satuan) serta hubungan pangkat tiga dengan akar pangkat tiga.

3.5.1 Menentukan volume kubus dengan kubus satuan.

3.5.2 Menentukan volume kubus dengan satuan baku.

3.5.3 Menentukan volume kubus yang berhubungan dengan pangkat tiga dan akar pangkat tiga.

3.5.4 Menentukan panjang rusuk kubus apabila diketahui volume kubus dengan kubus satuan.

3.5.5 Menentukan panjang rusuk kubus apabila diketahui volume kubus dengan satuan baku.

3.5.6 Menentukan volume balok dengan kubus satuan.

3.5.7 Menentukan volume balok dengan satuan baku.

3.5.8 Menentukan panjang balok apabila diketahui volume, lebar, dan tinggi balok dengan kubus satuan.

3.5.9 Menentukan panjang balok apabila diketahui volume, lebar, dan tinggi balok dengan satuan baku.

3.5.10 Menentukan lebar balok apabila diketahui volume, panjang, dan tinggi balok dengan satuan baku.

3.5.11 Menentukan tinggi balok apabila diketahui volume, panjang, dan lebar balok dengan satuan baku.

3.5.12 Menentukan volume gabungan bangun ruangg ku

3.6 Menjelaskan dan menemukan jaring-jaring bangun ruang sederhana.

3.6.1 Menentukan jaring- jaring kubus.

3.6.2 Membedakan jaring-jaring kubus dengan balok.

3.6.3 Membuat jaring-jaring kubus.

3.6.4 Menentukan jaring-jaring balok.

3.6.5 Membuat jaring-jaring balok.

(6)

f. Materi Matematika Tentang Bangun Ruang pada Kelas V Sekolah Dasar Semester II

Bangun ruang adalah bangun yang tidak seluruhnya terletak dalam bidang. Materi volume dan jaring-jaring bangun ruang kubus dan balok sebagai berikut (Indrianti, Indriani, & Renjani (2017b: 77):

a) Volume Bangun Ruang Kubus dan Balok

(1)Mengitung volume kubus dengan kubus satuan

Gambar 2.1 Bangun Ruang Kubus dengan Kubus Satuan

Lapisan pertama (bawah) = 4 x 4 kubus satuan = 16 kubus satuan.

Lapisan ke atas ada 4 lapisan.

Jadi, volume kubus = 4 x (4 x 4) = 64 kubus satuan.

Kita dapat menghitung dengan cara lain, sebagai berikut.

Banyak kubus satuan ke kanan (AD) = 4.

Banyak kubus satuan ke belakang (DC) = 4.

Banyak kubus satuan ke atas (AE) = 4.

Banyak kubus satuan seluruhnya= 4 x 4 x 4 = 64

(2)Menghitung volume kubus dengan satuan baku.

Gambar 2.2 Bangun Ruang Kubus dengan Satuan Baku 12 cm

12 cm

(7)

(3)Menentukan panjang sisi jika diketahui volumenya

Contoh : Sebuah kubus memiliki volume 1.331 . Tentukan panjang sisi kubus!

Penyelesaian V = 1.331 cm3 V =

1.331 = s = √ s = 11 cm

Jadi, panjang sisi kubus adalah 11 cm.

(4) Mengitung volume balok dengan kubus satuan

Gambar 2.3 Bangun Ruang Balok dengan Kubus Satuan

Lapisan pertama (bawah) = 6 x 4 kubus satuan = 24 kubus satuan Ke atas ada 4 lapisan.

Jadi, volume balok = 4 x ( 6 x 4) = 96 kubus satuan.

Banyak kubus satuan (AD) panjang (p) balok = 6.

Banyak kubus satuan (DC), merupakan lebar (l) balok = 4.

Banyak kubus satuan (AE), merupakan tinggi (t) balok = 4.

Banyak kubus satuan seluruhnya = 4 x 6 x 4 = 96.

Jadi, volume balok = 96 kubus satuan.

Volume kubus = sisi x sisi x sisi V = s x s x s

A D

C G F

E

(8)

(5) Menghitung volume balok dengan satuan baku.

Gambar 2.4 Bangun Ruang Balok dengan Satuan Baku

Volume Balok = panjang x lebar x tinggi V = p x l x t

(6) Menentukan panjang salah satu rusuk balok jika diketahui volume, panjang rusuk yang lainnya.

b) Jaring-jaring Bangun Ruang Kubus dan Balok Jaring-jaring bangun ruang berupa rangkaian bangun datar yang menyusun bangun ruang.

(1) Jaring-jaring Kubus

Gambar 2.5 Bangun Ruang Kubus

Gambar kubus diatas apabila dibuka dapat diperoleh jaring-jaring sebagai berikut:

Gambar 2.6 Jaring-jaring Kubus

Rumus menentukan salah satu panjang sisi apabila diketahui volume dan dua sisi lainnya

p = 𝑣

𝑙 𝑥 𝑡

l = 𝑝 𝑥 𝑡𝑣 t = 𝑣

𝑝 𝑥 𝑙

(9)

Selain jaring-jaring di atas, terdapat 11 model jaring-jaring yang dapat dibuat di antaranya:

Gambar 2.7 Jaring-jaring kubus Gambar 2.8 Jaring-jaring kubus

(2) Jaring-jaring Balok

Gambar 2.9 Bangun Ruang Balok

Gambar balok di atas jika dibuka akan diperoleh menjadi jaringjaring sebagai berikut:

Gambar 2.10 Jaring-jaring Balok

(a) ABCD sebagai sisi alas balok.

(b) HGFE sebagai sisi tutup balok.

(c) EFBA sebagai sisi depan balok.

(d) DCGH sebagai sisi belakang balok.

(e) BFGC sebagai sisi kanan balok.

(f) EADH sebagai sisi kiri balok

Selain jaring-jaring di atas, terdapat 11 model jaring-jaring yang dapat dibuat di antaranya:

(10)

Gambar 2.11 Jaring-jaring Balok

Gambar 2.12 Jaring-jaring Balok

2. Pendekatan Realistic Matematics Education (RME) dengan Media Konkret a. Pengertian Pendekatan Realistic Matematics Education (RME)

Gregoria Ariyanti (Wahyudi, 2015: 24) menyatakan bahwa Realistic Mathematic Education (RME) adalah suatu teori dalam pendidikan Matematika yang berdasarkan pada ide bahwa Matematika adalah aktivitas manusia dan Matematika harus dihubungkan secara nyata terhadap konteks kehidupan sehari-hari siswa sebagai suatu sumber pengembangan dan sebagai area aplikasi melalui proses matematisasi baik horizontal maupun vertikal. Menurut Uzel & Uyangor (2006: 1952)

“RME theory is a promising direction to improve and enhance learners’ understandings in mathematics. This is an activity, which he envisaged should predominantly consist of organizing or mathematising subject matter, taken from reality. These real situations can include contextual problems or mathematically authentic contexts for learners where they experience the problem presented as relevant and real.”

Dari pernyataan tersebut RME adalah terobosan untuk memperbaiki dan meningkatkan pemahaman siswa pada Matematika. Pendekatan ini sebagai suatu kegiatan siswa dan Matematika yang dihubungkan secara nyata. Masalah nyata ini dapat mencangkup masalah kontekstual dan Matematika itu sendiri yang memang dialami oleh siswa secara relevan dan nyata.

(11)

Searle, Barmby & Sumitro (Hidayat, 2015: 2440), menyatakan bahwa “RME is defined as contextual learning, which means children learn mathematics through participation to solve real problem in meaningful context”. RME didefinisikan sebagai pembelajaran kontekstual, yang berarti anak-anak belajar Matematika melalui partisipasi untuk memecahkan masalah nyata dalam konteks yang bermakna.

Berdasarkan beberapa pendapat tentang RME, dapat disimpulkan bahwa RME adalah suatu pendekatan pembelajaran Matematika yang mengaitkan antara Matematika dengan masalah dalam kehidupan nyata, di mana masalah tersebut haruslah masalah yang benar-benar dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari dan dapat dibayangkan oleh siswa untuk pengembangan ide dan konsep Matematika agar pembelajaran lebih bermakna.

b. Langkah-langkah Pendekatan Realistic Matematics Education (RME)

Shoimin (2014: 150) mengemukakan langkah-langkah dalam RME adalah sebagai berikut: (1) memahami masalah kontekstual, (2) menyelesaikan masalah kontekstual, (3) membandingkan dan mendiskusikan jawaban (4) menarik kesimpulan.

Setyono (Wahyudi, 2015: 31) mengemukakan langkah-langkah RME secara umum yaitu: (1) persiapan yaitu guru menyiapkan masalah, guru harus memahami dan memiliki berbagai macam strategi yang mungkin ditempuh siswa dalam menyelesaikannya, (2) pembukaan yaitu siswa diperkenalkan dengan masalah dari dunia nyata dan diminta untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan cara mereka sendiri, (3) proses pembelajaran yaitu siswa mencoba berbagai strategi untuk memecahkan masalah baik secara perorangan maupun kelompok dan mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. Setelah itu siswa menarik kesimpulan dari pembelajaran saat itu. Menurut penelitian Sudia dan Kadir (2014: 608)

“Learning that uses a realistic mathematical approach familiarize students solve problems (problem) by following the steps in solving the problem systematically through the steps of: (1) understanding

(12)

the problem, (2) develop a strategy or plan of settlement, (3) perform calculations or workmanship, and (4) to reexamine the truth of the way or steps to resolve and answer. The ability of students to create a model of informal hereinafter directed at a formal mathematical model of teacher-contributed to the improvement of problem-solving ability. Moreover, accountability groups, along with individual responsibility on the tasks given, also contributed in improving students' skills in problem solving.”

Dari pernyataan tersebut diketahui bahwa langkah-langkah pendekatan RME yaitu (1) memahami masalah, (2) mengembangkaan strategi atau rencana penyelesaian, (3) melakukan pengerjaan, (4) menjawab permasalahan.

Berdasarkan beberapa pendapat tentang langkah-langkah RME, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah dalam pembelajaran RME, yaitu (1) memahami masalah kontekstual yang akan dipelajari, (2) menyelesaikan masalah kontekstual yang diberikan guru secara individu, (3) mendiskusikan hasil jawaban individu dalam kelompok kecil, (4) mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas, dan (5) menyimpulkan hasil diskusi yang telah dilakukan.

c. Kelebihan dan kekurangan Pendekatan Realistic Matematics Education 1) Kelebihan Pendekatan RME

Menurut Suwasono (Wahyudi, 2015: 33) terdapat empat kekuatan dalam pembelajaran Matematika realistic yaitu (1) pendekatan RME memberikan pengertian yang jelas dan operasional pada siswa tentang keterkaitan antara Matematika dengan kehidupan sehari-hari (kehidupan dunia nyata) dan kegunaan Matematika pada umumnya bagi manusia, (2) pendekatan RME memberikan pengertian yang jelas dan operasional pada siswa bahwa Matematika adalah suatu bidang kajian yang dapat dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh siswa dan oleh setiap orang, (3) pendekatan RME memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa cara menyelesaikan suatu persoalan atau masalah tidak harus tunggal, dan tidak harus sama antara orang yang satu dengan orang yang

(13)

lain. Setiap orang bisa menggunakan atau menemukan cara sendiri-sendiri, asalkan orang tersebut bersungguh-sungguh dalam mengerjakan persoalan atau masalah tersebut, (4) pendekatan RME memberikan pengertian yang jelas dan operasional pada siswa bahwa mempelajari Matematika, proses pembelajaran merupakan suatu hal yang utama, sehingga untuk menemukan sendiri-sendiri konsep-konsep dari Matematika yang lain, dengan bantuan orang lain yang sudah lebih tahu.

Sementara itu, Shoimin (2014: 151) berpendapat bahwa kelebihan RME adalah (1) pembelajaran Matematika realistik memberikan pengertian yang jelas kepada siswa tentang kehidupan sehari-hari dan kegunaan pada umumnya bagi manusia, (2) pembelajaran Matematika realistik memberikan pengertian yang jelas kepada siswa bahwa Matematika adalah suatu bidang kajian yang dikonstruksikan dan dikembangkan sendiri oleh siswa, (3) pembelajaran Matematika realistik memberikan pengertian yang jelas kepada siswa cara penyelesaian suatu soal atau masalah tidak harus tunggal dan tidak harus sama antara yang satu dengan orang yang lain, dan (4) pembelajaran Matematika realistik memberikan pengertian yang jelas kepada siswa bahwa dalam mempelajari Matematika, proses pembelajaran merupakan sesuatu yang utama dan orang harus menjalani proses itu dan berusaha untuk menemukan sendiri konsep-konsep Matematika dengan bantuan guru.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kelebihan Pendekatan RME yaitu : (1) memberikan pengertian yang jelas antara keterkaitan Matematika dengan kehidupan sehari-hari, (2) memberikan pengertian yang jelas bahwa Matematika adalah suatu bidang kajian yang dapat dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh siswa dan oleh setiap orang, (3) memberikan pengertian yang jelas bahwa menyelesaikan persoalan tidak harus tunggal atau tidak harus sama antara orang yang satu dengan lainnya, dan (4) pembelajaran Matematika realistik memberikan pengertian yang jelas kepada siswa bahwa dalam mempelajari Matematika, proses pembelajaran merupakan sesuatu yang utama dan orang harus

(14)

menjalani proses itu dan berusaha untuk menemukan sendiri konsep-konsep Matematika dengan bantuan guru atau orang lain yang lebih tahu.

2) Kekurangan Pendekatan RME

Kekurangan Pendekatan RME menurut Shoimin (2014: 152) adalah (1) tidak mudah untuk mengubah pandangan yang mendasar tentang masalah kontekstual sedangkan perubahan itu merupakan syarat untuk dapat diterapkan RME, (2) pencarian soal-soal kontekstual yang memenuhi syarat-syarat yang dituntuk dalam pembelajaran Matematika realistik tidak selalu mudah untuk setiap pokok bahasan Matematika, (3) tidak mudah bagi guru untuk mendorong siswa agar bisa menemukan berbagai cara dalam menyelesaikan soal, (4) tidak mudah bagi guru untuk memberi bantuan kepada siswa agar dapat melakukan penemuan kembali konsep-konsep.

Menurut Asmin (Kodrat, 2013 : 17) pendekatan RME memiliki beberapa kekurangan yaitu : (1) karena sudah terbiasa diberi informasi terlebih dahulu, maka siswa masih kesulitan dalam menemukan sendiri jawaban dari permasalahan, (2) membutuhkan waktu yang lama terutama bagi siswa yang lemah, (3) siswa yang pandai kadang-kadang tidak sabar menanti temannya yang belum selesai, dan (4) membutuhkan alat peraga yang sesuai dengan situasi pembelajaran saat ini.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kekurangan pendekatan RME yaitu : (1) sulit membuat siswa paham tentang masalah kontekstual, (2) pencarian soal-soal kontekstual yang memenuhi syarat-syarat yang dituntuk dalam pembelajaran Matematika realistik tidak selalu mudah untuk setiap pokok bahasan Matematika, (3) membutuhkan waktu yang lama bagi siswa yang lemah, (4) membutuhkan alat peraga yang sesyai dengan situasi pembelajaran saat ini, (5) guru sulit membimbing siswa agar dapat melakukan penemuan kembali konsep-konsep, dan (6) siswa yang pandai kadang tidak sabar menanti temannya yang belum selesai mengerjakan.

(15)

d. Pengertian Media Konkret

Menurut Asyhar (2011: 54), media konkret adalah benda yang dapat dilihat, didengar, atau dialami oleh peserta didik sehingga memberikan pengalaman langsung kepada mereka. Cholifah & Purwanto (2014: 2) menyatakan bahwa media konkret adalah media/alat yang nyata (benar- benar ada) berwujud dan dapat dilihat, diraba, dan dirasakan menggunakan alat indera yang memudahkan dalam penyampaian pesan dari guru ke siswa.

Berdasarkan definisi media konkret yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa media konkret yaitu benda asli yang dapat dilihat, didengar, atau dialami oleh peserta didik sehingga memberikan pengalaman langsung kepada mereka agar proses pembelajaran dapat lebih efektif dan efisien menuju tercapainya tujuan pembelajaran. Rincian media konkret yang akan digunakan dalam penelitian terdapat pada tabel 2.2.

(16)

Tabel 2.2 Media Konkret yang akan digunakan dalam Penelitian

Materi Pertemuan Media Konkret

1. Volume kubus dengan kubus satuan.

2. Volume kubus dengan satuan baku.

Pertemuan 1  Kerangka kubus

 Kubus satuan

 Bangun ruang kubus 1. volume kubus yang

berkaitan dengan pangkat tiga dan akar pangkat tiga.

2. Panjang rusuk kubus apabila diketahui volume kubus dengan kubus satuan.

3. Panjang rusuk kubus apabila diketahui volume kubus.

Pertemuan 2  Kerangka kubus

 Kubus satuan

 Bangun ruang kubus

1. Volume balok dengan kubus satuan.

2. Volume balok dengan satuan baku.

3. Panjang balok apabila diketahui volume, tinggi dan lebar balok dengan kubus satuan.

Pertemuan 3  Kerangka balok

 Balok dari kubus satuan

 Bangun ruang balok

1. Panjang balok apabila diketahui volume, tinggi, dan lebar balok dengan satuan baku.

2. Tinggi balok apabila diketahui volume, panjang, dan lebar balok dengan satuan baku.

3. Lebar balok apabila diketahui volume, panjang dan tinggi balok dengan satuan baku.

4. Volume gabungan bangun ruang kubus dan balok dengan satuan baku.

Pertemuan 4  Kerangka balok

 Balok dari kubus satuan

 Bangun ruang balok

Jaring-jaring kubus. Pertemuan 5  Jaring-jaring kubus

 Kotak jam tangan Jarring-jaring balok. Pertemuan 6  Jaring-jaring balok

 Kotak makanan

(17)

e. Kelebihan dan Kekurangan Media Konkret

Kelebihan benda nyata/konkret menurut Asyhar (2011: 55) adalah dapat memberikan pengalaman nyata pada siswa sehingga pembelajaran bersifat lebih konkret/nyata dan waktu retensi lebih nyata. Menurut Sudjana

& Rivai (2015: 196), “menggunakan benda-benda nyata dalam pembelajaran merupakan yang paling baik dalam menampilkan ukuran, suara, gerak-gerik, permukaan, bobot badan, bau, serta manfaatnya sehingga siswa lebih banyak belajar”.

Kekurangan media konkret menurut Mulyani Sumantri dan Johar Permana (Widayanti 2016: 4) mengemukakan bahwa media konkret memiliki kelemahan yaitu: (1) memerlukan tambahan anggaran biaya pendidikan, (2) memerlukan tempat yang memadai jika media tersebut berukuran besar, (3) apabila media yang diperlukan sulit didapat di tempat tersebut, maka akan menghambat proses pembelajaran, dan (4) baik guru atau siswa harus mampu menggunakan media pembelajaran.

3. Penerapan Pendekatan RME dengan Media Konkret

Pendekatan RME dengan media konkret adalah pendekatan pembelajaran Matematika yang mengaitkan antara Matematika dengan masalah dalam kehidupan nyata melalui media nyata atau berwujud yang dapat dibayangkan oleh siswa untuk pengembangan ide dan konsep Matematika dengan menggunakan segala sesuatu yang nyata/konkret yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau bahan pembelajaran dari pengirim (guru) kepada penerima (siswa) yang dapat dilihat, didengar atau dialami langsung oleh siswa sehingga memberikan pengalaman langsung kepada mereka.

Penerapan pendekatan RME dengan media konkret dalam pembelajaran tentang bangun ruang pada kelas V Sekolah Dasar melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. memahami masalah kontekstual melalui media konkret, guru memberikan masalah kontekstual yang diawali dengan masalah dunia nyata siswa melalui media konkret dan meminta siswa untuk memahami masalah tersebut,

(18)

b. menjelaskan masalah kontekstual dengan media konkret, guru menjelaskan situasi dari masalah dengan menggunakan media dan memberi petunjuk dengan tanya jawab apabila siswa mengalami kesulitan,

c. menyelesaikan masalah kontektual dengan media konkret, guru memotivasi siswa untuk menyelesaikan masalah dan siswa menyelesaikan masalah dengan menggunakan media konkret dengan cara berkelompok,

d. membandingkan, mendiskusikan, dan melengkapi jawaban, dan

e. menyimpulkan, guru mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan mengenai pemecahan masalah, konsep/prosedur/prinsip yang telah dibangun bersama.

B. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan alur penalaran yang sesuai dengan tema dan masalah penelitian, serta didasarkan pada kajian teoretis. Saat kondisi awal, pembelajaran Matematika tentang bangun ruang pada siswa kelas V SDN Bangkal 01 masih tergolong rendah dan menjadi mata pelajaran Matematika dianggap mata pelajaran yang dianggap paling sulit. Hal ini ditunjukkan dengan rendahnya hasil PTS Matematika, dari 16 siswa hanya ada 8 siswa (50%) yang nilainya di atas KKM yaitu 70. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang berlangsung masih kurang efektif karena tingkat ketuntasan masih rendah.

Saat pembelajaran berlangsung, (1) siswa kurang antusias, (2) siswa kurang memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh guru, (3) hanya beberapa siswa yang aktif menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, (4) guru belum menggunakan media pembelajaran, (5) siswa sulit memahami materi Matematika, (6) siswa kurang teliti dalam mengerjakan soal yang diberikan oleh guru. Media pelajaran yang disajikan guru penggunaannya masih dominan oleh guru, belum melibatkan siswa, dan kurang bervariasi hanya menggunakan metode ceramah, tanya jawab, diskusi.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka perlu adanya suatu perbaikan pembelajaran dengan pendekatan dan media pembelajaran inovatif untuk meningkatkan pembelajaran Matematika tentang bangun ruang pada siswa kelas V SDN Bangkal 01. Penerapan pendekatan Realistic Mathematics Education

(19)

(RME) dapat membantu guru untuk mengubah cara mengajar yang kurang melibatkan siswa dan membosankan bagi mereka. Hal itu dapat terwujud jika menggunakan langkah-langkah pendekatan RME yang tepat yaitu langkah meliputi: (1) memahami masalah kontekstual melalui media konkret, (2) menjelaskan masalah kontekstual dengan media konkret, (3) menyelesaikan masalah dengan media konkret, (4) membandingkan, mendiskusikan, dan melengkapi jawaban, dan (5) menyimpulkan. Pendekatan ini dipadukan dengan media konkret untuk memberikan pengalaman langsung dan memahami kaidah- kaidah Matematika yang bersifat abstrak.

Pembelajaran materi bangun ruang dilaksanakan dalam tiga siklus dengan dua pertemuan pada masing-masing siklus. Ketiga siklus tersebut melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi dengan indikator kinerja proses pembelajaran mencapai ≥ 85% yang akan diukur melalui pengamatan lembar observasi dan wawancara, serta hasil belajar siswa yang mendapatkan nilai sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM penelitian = 75) mencapai ≥ 85%, diukur melalui hasil tes belajar siswa pada setiap pertemuan. Pada kondisi akhir penerapan RME dengan media konkret dapat meningkatkan pembelajaran Matematika tentang bangun ruang. Melalui penerapan pendekatan RME dengan media konkret, diharapkan terjadi perubahan-perubahan positif pada siswa, seperti: (1) siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, (2) minat belajar siswa meningkat, (3) pengalaman siswa bertambah, (4) mempermudah siswa memahami kaidah-kaidah Matematika yang abstrak.

Kerangka berpikir digunakan untuk memudahkan jalannya penelitian.

Adapun skema alur kerangka berpikir digambarkan pada bagan berikut:

(20)

Gambar 2.13 Kerangka Berpikir Penelitian Tindakan Kelas Guru:

1. Masih menggunakan model konvensional.

2. Jarang menggunakan media pembelajaran.

Siswa:

1. Siswa kurang antusias.

2. Siswa kurang memperhatikan penjelasan yang

disampaikan oleh guru.

3. Hanya beberapa siswa yang aktif menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.

4. Siswa sulit memahami materi Matematika.

5. Siswa kurang teliti dalam mengerjakan soal

KONDISI AWAL

Penerapan pendekatan RME dengan media konkret dalam pembelajaran Matematika tentang bangun ruang yang diterapkan melalui 3 siklus, langkah-langkah pendekatan RME adalah

1. memahami masalah kontekstual melalui media konkret

2. menjelaskan masalah kontekstual dengan media konkret

3. menyelesaikan masalah kontekstual dengan media konkret

4. membandingkan, mendiskusikan, dan melengkapi jawaban 5. menyimpulkan TINDAKAN

Hasil belajar Matematika tentang bangun ruang meningkat dengan indikator pencapaian hasil belajar (KKM

= 75) mencapai 85%

KONDISI AKHIR

1. Siswa berpartisipasi aktif dalam

pembelajaran 2. Minat belajar siswa

meningkat 3. Memberikan

pengalaman langsung 4. Mempermudah siswa

memahami kaidah- kaidah matematika yang abstrak

(21)

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan rumusan masalah, kajian pustaka, hasil penelitian yang relevan, dan kerangka berfikir yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu “Jika penerapan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dengan media konkret dilaksanakan sesuai prosedur yang benar, maka dapat meningkatkan hasil belajar Matematika tentang bangun ruang pada siswa kelas V SDN Bangkal 01 Tahun Ajaran 2019/2020”.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil belajar Matematika siswa kelas IV SD adalah perubahan perilaku yang menyangkut kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa kelas IV SD (kognitif, afektif, dan

Pada model pembelajaran Student Facilitator And Explain dikombinasi dengan permainan domino, siswa yang memiliki Adversity Quotient matematika tinggi

Cara membuat analisis tugas menurut Astati (2010: 44) adalah menentukan tujuan dengan menentukan kemampuan yang diharapkan dicapai anak tunagrahita pada akhir

1) Kekuatan Ambak (Apa Manfaatnya Bagi Ku). Ambak adalah motivasi yang didapat dari pemilihan secara mental antara manfaat dan akibat-akibat suatu

Latihan renang menggunakan latihan interval kerja dan istirahat menurut Bruce Abernethy (2005:155). Bertujuan untuk meningkatkan kemampuan anaerob dan kapasitas

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa daya saing adalah kemampuan suatu usaha untuk dapat bersaing dengan usaha yang lainnya dengan mengandalkan

Pengertian kompetensi ini pada prinsipnya sama dengan pengertian kompetensi menurut Stephen Robbin (2007:38) bahwa kompetensi adalah “kemampuan (ability) atau

Menurut Tayibnapis (Widoyoko, 2013) evaluasi produk bertujuan membantu pihak-pihak yang berkepentingan untuk membuat keputusan selanjutnya, baik mengenai hasil yang