• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka 1. Hakikat Kemampuan Life Science Anak Usia Dini

a. Pengertian Kemampuan

Setiap manusia yang terlahir di dunia memiliki akal dan kemampuan yang berbeda satu sama lain. Kemampuan yang di miliki manusia dijadikan sebagai sumber daya untuk melaksanakan tugas dalam hidupnya. Hal ini sesuai dengan penjelasan, “Ability (kemampuan, kecakapan) adalah suatu istilah umum yang berkenaan dengan potensi untuk menguasai keterampilan” (Desmita, 2006).

Robbins (2014) mendefinisikan kemampuan (ability) berarti,

“Kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan”. Kemampuan keseluruhan seorang individu pada dasarnya terdiri atas dua kelompok faktor intelektual dan fisik. Kemampuan intelektual (intelectual ability) adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas mental berpikir, menalar dan memecahkan masalah.

Kemampuan fisik (physical abilities) adalah kemampuan melakukan tugas- tugas yang menuntut stamina, keterampilan, kekuatan dan karakteristik serupa.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kesanggupan seseorang untuk melakukan tugas, yang meliputi kemampuan intelektual dan kemampuan fisik.

b. Pengertian Sains

Alam sekitar selalu menarik untuk dipelajari oleh manusia, tidak terkecuali anak usia dini. Pengetahuan alam sekitar bagi anak usia dini di sekolah didapatkan dari pengenalan sains selama proses pembelajaran.

Abruscato (1996) mendefinisikan sains sebagai ilmu pengetahuan yangdikumpulkan melalui sekelompok proses yang digunakan orang secara sistematis untuk memperoleh penemuan tentang alam. Pengetahuan

8

(2)

ini ditandai dengan adanya nilai-nilai dan sikap ilmiah dari orang-orang yang menggunakan proses ini.

Amien mendefinisikan sains sebagai bidang ilmu alamiah, dengan ruang lingkup zat dan energi, baik yang terdapat pada mahluk hidup maupun tak hidup, lebih banyak mendiskusikan tentang alam (natural science) seperti fisika, kimia dan biologi (Nugraha, 2008). Sedangkan Fisher mengartikan sains sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode-metode yang berdasarkan pada pengamatan dengan penuh ketelitian (Nugraha, 2008).

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa sains adalah ilmu pengetahuan alam yang meliputi ilmu biologi, ilmu bumi dan ilmu tentang fisika dan kimia, yang didapatkan dengan proses pengamatan yang teliti.

c. Pengertian Life Science

Ruang lingkup pembelajaran sains menurut Abruscato (1996) ada tiga, studi tentang ilmu bumi (earth and space science) meliputi pengetahuan tentang bintang, matahari dan planet, kajian tentang tanah, batuan dan pegunungan serta kajian tentang cuaca atau musim.

Selanjutnya studi tentang ilmu hayati (life science) meliputi studi tentang tumbuhan, hewan, hubungan hewan dan tumbuhan serta hubungan makhluk hidup dengan lingkungan. Lingkup ketiga adalah ilmu tentang fisika (physical science) meliputi studi tentang daya, energi, rangkaian dan reaksi kimiawi. Biologi adalah ilmu tentang keadaan dan sifat makhluk hidup (manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan) dan biasa disebut Ilmu hayati atau ilmu yang mengungkap tentang kehidupan dari organisme hidup (Nugraha, 2008).

Studi tentang ilmu hayati (life science) sendiri menurut Trundle, dkk (2015) adalah bidang ilmu yang luas yang dapat di eksplorasi oleh anak, didalamnya memiliki beberapa konsep, seperti perbedaan antara makhluk hidup dan benda mati, pertumbuhan dan perkembangan

(3)

10

organisme termasuk pertumbuhan manusia, kuman dan perbedaan antara tumbuhan dan binatang.

Auffredou, dkk (2005) menjelaskan bahwa life science adalah ilmu tentang keragaman, kontinuitas, interaksi dan keseimbangan organisme dan lingkungan dengan menggunakan kemampuan, proses dan sikap ilmiah, anak memperluas pengetahuan makhluk hidup dan lingkungan.

Sumber lain tentang life science, The National Science Education Standards (Charlesworth dan Lind, 2010) menjelaskan bahwa sains meliputi fakta, konsep, prinsip, teori dan model yang penting untuk diketahui, dimengerti dan diterapkan anak. Life science pada anak TK diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan anak tentang karakteristik organisme dan lingkungan. Life science penting untuk anak TK melalui pengamatan sederhana, eksplorasi dan pengklasifikasian tanaman, binatang dan lingkungan. Untuk anak yang lebih tinggi kelasnya, seharusnya mendapatkan pengalaman untuk mengerti masalah lingkungan dan mencari solusi dari masalah lingkungan yang ada.

Berdasarkan beberapa sumber diatas, dapat disimpulkan bahwa life science adalah bidang ilmu yang meliputi perbedaan antara makhluk hidup dan benda mati, pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup dan perbedaan antara tumbuhan dan binatang.

d. Tujuan Pembelajaran Sains pada Anak Usia Dini

Anak usia dini adalah anak yang berada pada usia emas atau golden age yang setiap pengalaman-pengalaman yang didapatkan anak akan berpengaruh selama hidupnya. Kemampuan sains anak penting untuk dikembangkan karena membantu mereka memahami dunia sekitar mereka dan menciptakan jawaban atas pertanyaan mereka tentang dunia sekitar.

Trundle, dkk (2015) menjelaskan bahwa anak-anak mengembangkan pemahaman mereka melalui pengalaman dan pembelajaran yang tepat dapat mendorong kemampuan untuk mempertimbangkan ide-ide dan keyakinan, dan keinginan mereka untuk

(4)

belajar, memiliki banyak potensi untuk membantu mereka meningkatkan pemahaman mereka tentang konsep-konsep sains.

(5)

12

Pengenalan sains untuk TK dan RA menurut Suyanto (Yulianti, 2010) dilakukan untuk mengembangkan kemampuan anak meliputi eksplorasi dan investigasi, yaitu kegiatan untuk mengamati dan menyelidiki objek dan fenomena alam. Mengembangkan keterampilan proses sains dasar, seperti melakukan pengamatan, mengukur, mengkomunikasikan hasil pengamatan dan sebagainya. Mengembangkan rasa ingin tahu, rasa senang dan mau melakukan kegiatan inkuiri atu penemuan. Memahami pengetahuan tentang berbagai benda, baik ciri, struktur maupun fungsinya.

Tujuan pendidikan sains adalah mengembangkan anak secara utuh baik pikirannya, hatinya maupun jasmaninya, atau mengembangkan intelektual, emosional. Pendapat lain tentang tujuan pembelajaran sains dikemukanan oleh Leeper (Nugraha, 2008) sebagai berikut:

1) Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini yang pertama ditujukan agar anak-anak memiliki kemampuan memecahkan masalah yang dihadapinya melalui penggunaan metode sains, sehingga anak- anak terbantu dan menjadi terampil dalam menyelesaikan berbagai hal yang dihadapinya.

2) Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini yang ditujukan agar anak-anak memiliki sikap-sikap ilmiah, misalnya tidak cepat- cepat dalam mengambil keputusan, dapat melihat segala sesuatu dari berbagai sudut pandang, berhati-hati terhadap informasi-informasi yang diterimanya serta bersifat terbuka.

3) Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini yang ditujukan agar anak-anak mendapatkan pengetahuan dan informasi ilmiah (yang lebih dipercaya dan baik), maksudnya adalah segala informasi yang diperoleh anak berdasarkan pada standar keilmuan yang semestinya, karena informasi yang disajikan merupakan hasil temuan dan rumusan yang obyektif serta sesuai kaidah-kaidah keilmuan yang menaunginya.

(6)

4) Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini yang ditujukan agar anak-anak menjadi lebih berminat dan tertarik untuk menghayati sains yang berada dan ditemukan di lingkungan dan alam sekitarnya.

Selanjutnya, tujuan pembelajaran sains pada anak usia dini dapat dijabarkan kedalam tiga dimensi seperti yang dinyatakan oleh Nugraha (2008), yaitu dimensi produk, proses dan sikap. Pembelajaran sains dalam dimensi produk meliputi penguasaan fakta, konsep, prinsip, teori maupun aspek lain yang terkait dengan temuan yang dihasilkan dalam bidang sains tersebut. Dimensi sains proses yang bertujuan pada penguasaan keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk menggali dan mengenal sains, seperti mengamati, menggolongkan, mengukur, menguraikan, menjelaskan, mengajukan pertanyaan, merumuskan masalah dan sebagainya.

Dimensi sains sikap yang berarti pembelajaran sains diarahkan pada suatu pembentukan pribadi atau karakter. Sikap yang diharapkan meningkat adalah sikap jujur, kritis, kreatif, positif terhadap kegagalan, kerendahan hati, mudah putus asa, keterbukaan untuk kritik dan diuji, menghargai dan menerima masukan, berpedoman pada fakta dan data yang memadai, hasrat ingin tahu yang tinggi dan sebagainya.

Uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran sains anak usia dini adalah untuk memberi pengetahuan tentang alam sekitar, memiliki keterampilan untuk menggali sains serta memiliki kepribadian dan sikap ilmiah.

Setelah mengetahui tujuan pembelajaran sains bagi anak usia dini, maka hendaknya pendidik melaksanakan pembelajaran sains sesuai dengan karakteristik anak. Berikut terdapat rambu-rambu yang dapat menjadi acuan dalam pembelajaran sains seperti yang dinyatakan oleh Ragil (2013) sebagai berikut:

1) Bersifat konkrit, pendidik hendaknya tidak menyediakan konsep secara abstrak tetapi menggunakan benda yang bersifat konkrit agar anak dapat memahami konsep yang dipelajari dengan baik.

(7)

14

2) Menghubungkan sebab akibat terlihat secara langsung. Anak usia 5-6 tahun belum dapat menghubungkan sebab-akibat yang tidak terlihat secara langsung, sehingga anak perlu diberikan gambaran sebab-akibat secara langsung.

3) Memungkinan anak melakukan eksplorasi. Anak hendaknya diajak untuk menggunakan semua panca inderanya untuk melalukan eksplorasi atau penyelidikan dengan dihadirkan objek nyata.

4) Memungkinkan anak mengkontruksi pengetahuan sendiri. Sains tidak cukup hanya dengan pemberian definisi saja, tetapi sebaiknya memungkinkan anak untuk berinteraksi langsung dengan objek nyata.

5) Memungkinkan anak menjawab persoalan “apa” daripada “mengapa”.

Anak hanya cukup ditanya tentang pertanyaan “apa” karena kemampuan anak untuk menjawab “mengapa” harus menggunakan kemampuan berpikir sebab.

6) Lebih menekankan proses daripada produk. Biarkan anak secara alami menemukan berbagai pengertian dari interaksinya bermain dengan berbagai benda.

7) Memungkinkan anak mengunakan bahasa dan matematika. Pengenalan sains hendaknya terpadu dengan disiplin ilmu yang lain, seperti bahasa, matematika, seni dan budi pekerti. Kedelapan, menyajikan kegiatan yang menarik. Sains dapat disajikan dengan berbagai kegiatan yang menarik melalui percobaan.

e. Ruang Lingkup Pembelajaran Life Science Anak Usia Dini

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) bahwa indikator pencapaian perkembangan anak usia 5-6 tahun dalam lingkup sains khususnya life science adalah mengenal benda-benda disekitarnya (nama, warna, bentuk, ukuran, pola, sifat, suara, tekstur, fungsi dan ciri-ciri lainnya) serta mengenal lingkungan alam (hewan, tanaman, cuaca, tanah, air, batu- batuan dan lain-lain).

(8)

atau disiplin yang terkait dengan bumi dan jagat raya (ilmu bumi), ilmu- ilmu hayati (biologi), serta bidang kajian fisika dan kimia (Abruscato, 1996). Selanjutnya, Balantic, dkk (2005) menyebutkan ruang lingkup life science anak TK adalah keturunan dan adaptasi yang meliputi perbedaan makhluk hidup dan benda mati. Auffredou, dkk (2005) menyebutkan lingkup pembelajaran life science pada anak TK adalah mendeskripsikan karakteristik makhluk hidup, mengetahui perbedaan tanaman sekitar dan mengetahui perbedaan binatang sekitar. Sejalan dengan pendapat di atas, Trundle, dkk (2015) menyebutkan lingkup pembelajaran life science pada anak meliputi perbedaan antara makhluk hidup dan benda mati, pertumbuhan dan perkembangan organisme (termasuk pembangunan manusia), kuman dan penyakit menular, dan tumbuhan dan hewan.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, peneliti merangkum lingkup life science anak usia dini sebagai berikut, membedakan makhluk hidup dan benda mati (menyebutkan perbedaan makhluk hidup dan benda mati dan mengelompokkan makhluk hidup dan benda mati), membedakan binatang (menyebutkan perbedaan binatang sesuai cara perkembangbiakannya dan menggelompokkan binatang sesuai cara perkembangbiakannya) dan mengetahui karakteristik tanaman (menyebutkan bagian-bagian tanaman dan fungsinya, menyebutkan hal- hal yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh, mengurutkan proses pertumbuhan tanaman).

2. Hakikat Model Pembelajaran Quantum Learning a. Pengertian Model Pembelajaran

Pengertian model adalah, “Suatu kerangka berpikir yang dipakai sebagai panduan untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka mencapai tujuan tertentu” (Anitah, 2009). Pembelajaran menurut Robbins (2014) adalah, “Setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, terjadi sebagai hasil pengalaman”.

(9)

16 Pendapat lain dari Sanjaya (2008) menyatakan pembelajaran adalah, “Proses kerja sama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi minat, bakat dan kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun potensi yang ada di luar diri siswa seperti lingkungan, sarana dan sumber belajar sebagai upaya untuk mencapai tujuan tertentu”.

Beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, model pembelajaran merupakan panduan yang digunakan dalam melaksanakan kegiatan dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki untuk memberikan pengalaman sehingga dapat mencapai tujuan tertentu.

b. Pengertian Model Quantum Learning

Quantum learning berawal dari SuperCamp yang melaksanakan kurikulum yang dikembangkan dari falsafah bahwa belajar dapat dan harus menyenangkan. Di SuperCamp semua kurikulum secara harmonis merupakan kombinasi dari tiga unsur, keterampilan akademis, prestasi fisik dan keterampilan dalam hidup.

Quantum learning berakar dari upaya Dr. Georgi Lozanov yang bereksperimen dengan suggestology atau suggestopedia. Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan sedetail apapun memberikan sugesti positif ataupun negatif. Deporter &

Hernacki (2006) mendefinisikan quantum learning sebagai interaksi- interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Semua kehidupan adalah energi, tubuh kita adalah materi. Sebagai pelajar, tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin cahaya, interaksi, hubungan inspirasi agar menghasilkan energi cahaya.

Manfaat yang didapatkan melalui model pembelajaran quantum learning sebagai berikut:

1) Meningkatkan sikap positif 2) Meningkatkan motivasi

3) Memberikan keterampilan belajar seumur hidup 4) Meningkatkan kepercayaan diri

(10)

17 5) Memberikan motivasi sukses

c. Asas Utama dan Prinsip Quantum Learning

Deporter & Hernacki (2006) menyatakan asas utama dari quantum learning adalah, “Bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka”. Maksudnya adalah dalam memberikan pembelajaran, kita harus memasuki dunia anak dengan melibatkan semua aspek kepribadian manusia meliputi, pikiran, perasaan dan bahasa tubuh.

Caranya dengan mengaitkan materi pembelajaran dengan sebuah peristiwa, pikiran atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, sosial, atletik, musik, seni, rekreasi atau akademis mereka. Sehingga, anak dapat mendapat pemahaman baru ke dalam dunia mereka dan menerapkannya pada situasi baru.

Deporter, Reardon, & Singer (2007) menyebutkan bahwa quantum learning memiliki lima prinsip yaitu segalanya berbicara, segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh anda, dari kertas yang anda bagikan hingga rancangan pelajaran anda, semuanya mengirim pesan tentang belajar. Segalanya bertujuan, semua yang terjadi dalam pengubahan anda mempunyai tujuan. Pengalaman sebelum pemberian nama, otak kita berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks, yang akan menggerakkan rasa ingin tahu. Oleh karena itu, proses belajar paling baik terjadi ketika anak telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari.

Akui setiap usaha, belajar berarti melangkah keluar dari kenyamanan. Pada saat siswa mengambil langkah ini, mereka patut mendapat pengakuan atas kemampuan dan kepercayaan diri mereka. Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan, perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar, selain itu juga dapat dilakukan dengan pemberian kata positif. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar anak.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dikatakan bahwa prinsip quantum learning adalah menekankan bahwa segala sesuatu yang berada

(11)

18 dikelas maupun yang kita sampaikan, semua dapat mempengaruhi sugesti siswa dalam belajar. Selain itu, guru hendaknya mengakui setiap usaha anak apapun hasilnya dengan memberikan perayaan melalui kata-kata positif maupun hadiah.

d. Penerapan Quantum Learning dalam Pembelajaran

Deporter & Hernacki (2006) menjabarkan langkah-langkah penerapan model quantum learning dalam pembelajaran sebagai berikut:

1) Kekuatan Ambak (Apa Manfaatnya Bagi Ku). Ambak adalah motivasi yang didapat dari pemilihan secara mental antara manfaat dan akibat-akibat suatu keputusan. Motivasi dapat meningkatkan keinginan belajar anak.

2) Menata lingkungan belajar yang tepat. Lingkungan belajar yang tepat adalah lingkungan yang dapat memberikan kesan nyaman selama proses pembelajaran serta memperhatikan pencahayaan ruangan, adanya sarana visual seperti poster, gambar dan papan untuk menonjolkan informasi yang disampaikan serta penataan peralatan didalam ruangan. Lingkungan belajar yang ditata dengan tepat dapat menjadi sarana dalam membangun dan mempertahanakan sikap positif anak.

3) Memupuk sikap juara. Memupuk sikap juara sangat penting dilakukan oleh guru. Guru harus selalu memotivasi anak dan menanamkan dalam diri anak, bahwa mereka mampu untuk melakukan tugas yang ada. Setiap anak adalah juara dan harus yakin dengan kemampuan yang mereka miliki. Dengan adanya motivasi dari guru akan meningkatkan kepercayaan diri anak.

4) Bebaskan gaya belajar anak. Setiap orang memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Gaya belajar adalah kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, disekolah, dan dalam situasi-situasi antar pribadi. Gaya belajar ada tiga, visual, auditorial dan kinestetik. Guru hendaknya membebaskan gaya

(12)

19 belajar anak dan memberikan model pembelajaran tersebut dengan berbagai media.

5) Membiasakan mencatat. Mencatat dapat meningkatkan daya ingat dalam mengingat pembelajaran yang dipelajarai. Mencatat tidak hanya tulisan tetapi dapat berupa simbol dan gambar yang mudah diingat oleh anak.

6) Membiasakan membaca. Manfaat membaca dapat meningkatkan pemahaman dan daya ingat serta menambah perbendaharaan kata anak. Guru dapat memotivasi anak untuk membaca dimulai dari buku-buku yang menyenangkan bagi anak seperti buku dongeng bergambar.

7) Membiasakan berpikir logis, berpikir kreatif. Guru menanamkan kepada anak bahwa seorang kreatif adalah orang yang selalu mempunyai rasa ingin tahu, ingin mencoba-coba, bertualang, suka bermain-main, setiap anak berpotensi untuk menjadi orang kreatif.

8) Melatih kekuatan memori anak. Belajar harus menjadi pengalaman yang positif, pembelajaran dapat dilakukan dengan pengulangan agar dapat melatih kekuatan memori anak.

Dapat dilihat bahwa penerapan quantum learning dalam pembelajaran meliputi, motivasi manfaat yang akan diperoleh anak, lingkungan belajar yang tepat, pentingnya menanamkan sikap juara, memberi kebebasan kepada anak sesuai gaya belajarnya, membiasakan anak untuk mencatat dengan tulisan maupun simbol dan gambar, membiasakan anak untuk senang membaca, meningkatkan kemampuan berpikir anak serta melatih kemampuan memori anak untuk mengetahui sejauh mana pemahaman anak.

e. Konsep Perencanaan Quantum Learning

Deporter, Reardon, & Singer (2007) menyebutkan bahwa TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan) adalah kerangka dalam pembelajaran quantum yang meliputi:

(13)

20 1) Tumbuhkan. Tumbuhkan minat dengan memuaskan “apakah

manfaatnya bagiku” (AMBAK) pada saat kegiatan apersepsi.

2) Alami. Ciptakan atau datangkan pengalaman nyata yang dapat dimengerti semua anak.

3) Namai. Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi dan metode lainnya.

4) Demonstrasikan. Sediakan kesempatan bagi pelajar untuk menunjukkan bahwa mereka tahu.

5) Ulangi. Tunjukkan pelajar cara-cara mengulang materi dan menegaskan, “aku tahu bahwa aku memang tahu ini”.

6) Rayakan. Pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi dan pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan.

f. Kelebihan dan Kelemahan Model Quantum Learning

Banyak penelitian yang menyebutkan bahwa quantum learning dapat meningkatkan motivasi belajar anak dan hasil belajar anak seperti penelitian yang dilakukan oleh Acat & AY (2014) yang mengungkapkan bahwa quantum learning terbukti tidak hanya dapat meningkatkan kemampuan sains anak tetapi juga dapat meningkatkan memori anak dan sikap positif karena model quantum memberikan pembelajaran yang menyenangkan melalui pemberian iringan musik, penempelan poster yang memudahkan anak mendapat informasi, pemberian model nyata dan pengakuan usaha anak sehingga anak merasa dihargai.

Model quantum learning juga sudah dibuktikan oleh Davis (2012) dalam penelitiannya yang membandingkan sekolah yang menerapkan quantum learning dan sekolah yang tidak menerapkan quantum learning yang hasilnya, sekolah yang menerapkan quantum learning lebih banyak anak yang mendapatkan nilai lebih tinggi daripada sekolah yang tidak menerapkan quantum learning. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Khasanah & Setyowati (2014) yang menunjukkan bahwa quantum learning berpengaruh secara signifikan terhadap

(14)

21 kemampuan mengenal lambang bilangan anak kelompok A di TK Bina Putra Warga Surabaya.

Uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kelebihan quantum learning adalah anak belajar dalam suasana menyenangkan, anak merasa dihargai sehingga motivasi belajar meningkat, pemberian poster dapat menonjolkan informasi. Model quantum learning juga memiliki kelemahan yaitu guru harus menyiapkan media pembelajaran yang besar sehingga membutuhkan biaya yang banyak, selain itu membutuhkan waktu yang lebih lama untuk perancangan dan persiapan yang matang.

g. Langkah-Langkah Penerapan Model Quantum Learning Dalam Pembelajaran Life Science Anak TK

Penerapan quantum learning dengan kerangka TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan) dalam pembelajaran life science anak TK yang meliputi:

1) Tumbuhkan

Tumbuhkan minat dengan memuaskan “apakah manfaatnya bagiku” (AMBAK). Hal ini dapat dilakukan dengan menfokuskan perhatian anak dengan tepuk semangat kemudian menarik perhatian anak dengan menunjukkan gambar dan mengajukan pertanyaan mengenai tema yang akan dipelajari.

Guru kemudian menjelaskan lebih lanjut tema yang akan dipelajari yaitu makhluk hidup dan benda mati, mengetahui binatang bertelur dan binatang melahirkan dan mengetahui karakteristik tanaman.

2) Alami

Ciptakan atau datangkan pengalaman nyata yang dapat dimengerti semua anak. Guru menampilkan video tentang makhluk hidup dan benda mati, video binatang bertelur dan binatang melahirkan dan video pertumbuhan tanaman, kemudian menunjukkan ayam untuk contoh makhluk hidup dan batu untuk contoh benda mati, menunjukkan tanaman mentimun dan

(15)

22 meminta anak untuk mengamati. Setelah itu, guru memberi pertanyaan pada anak.

3) Namai

Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi dan metode lainnya. Guru bersama anak menyebut beberapa kata kunci mengenai tema yang dipelajari. Untuk ciri makhluk hidup seperti bergerak, membutuhkan makanan, menanggapi rangsangan juga dapat dijelaskan guru dengan mengajak anak untuk mempraktekkannya misalnya untuk ciri makhluk hidup makan, anak-anak diajak untuk mempraktekkan gerakan makan.

4) Demonstrasikan

Sediakan kesempatan bagi pelajar untuk menunjukkan bahwa mereka tahu. Hal ini dapat dilakukan dengan meminta anak untuk mempraktekan dan menjelaskan materi yang baru saja dipelajari sesuai kemampuan anak untuk memupuk sikap berani dan percaya diri. Guru meminta anak untuk mengambil dua gambar dan menempelkannya pada papan tulis dan menjelaskan masing-masing ciri gambar tersebut, makhluk hidup atau benda mati, binatang bertelur atau melahirkan dan bagian atau fungsi tanaman.

5) Ulangi

Tunjukkan pelajar cara-cara mengulang materi dan menegaskan,

“aku tahu bahwa aku memang tahu ini”. Guru dapat memberikan tugas individu kepada anak berupa LKA yang terdiri dari kolom dan beberapa gambar, anak diminta menempelkan gambar sesuai kolom makhluk hidup atau kolom benda mati, binatang melahirkan atau bertelur dan bagian tanaman.

6) Rayakan

Pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi dan pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan. Pengakuan guru atas usaha

(16)

23 anak sangat penting dilakukan, hal ini dapat meningkatkan motivasi belajar anak karena anak merasa usahanya dihargai.

Pengakuan dilakukan guru dengan memberikan gambar bintang dan pujian setelah anak selesai mengerjakan tugas.

A. Kerangka Berpikir

Model pembelajaran quantum learning adalah model pembelajaran yang akan diteliti terhadap kemampuan life science anak. Guru selama ini, cenderung menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran sains, sehingga kemampuan life science belum berkembang optimal. Anak tidak terlibat aktif dalam pembelajaran dan hanya diberikan penjelasan guru.

Dalam pembelajaran sains, anak perlu diberikan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan mendorong anak untuk mendapatkan pengalaman langsung yang dapat dilakukan melalui model quantum learning karena model ini dapat meningkatkan partisipasi aktif anak dalam pembelajaran, menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, menghargai setiap usaha anak sehingga anak merasa percaya diri dan memudahkan anak dalam memperoleh informasi melalui gambar dan pengalaman langsung dengan benda nyata.

(17)

24 Berdasarkan pemikiran tersebut, diharapkan model pembelajaran yang menyenangkan dapat memberikan dampak positif terhadap kemampuan life science anak.

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

B. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah adanya efek penerapan model pembelajaran quantum learning terhadap kemampuan life science anak usia 5-6 Tahun TK BA Aisyiyah, Polokarto, Sukoharjo.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Dari data hasil simulasi perbandingan antara sistem CDMA-OFDM pada jumlah chip kode PN 4, 8 dan 16 dengan 4 pengguna, dalam grafik unjuk kerja sistem terlihat

Kami juga akan memberikan dukungan dan pantauan kepada yang bersangkutan dalam mengikuti dan memenuhi tugas-tugas selama pelaksanaan diklat online. Demikian

Penelitian mengenai pengaruh gelombang mikro terhadap tubuh manusia menyatakan bahwa untuk daya sampai dengan 10 mW/cm2 masih termasuk dalam nilai ambang batas aman

Auditor internal harus memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lainnya yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawab perorangan. Fungsi Audit Internal

Tabel 2 Perbandingan output paket AMV 2.0 dengan output SAS, Minitab, dan SPSS menggunakan metode blackbox Fungsi di AMV 2.0 Perangkat Lunak Hasil Perbandingan output

Abstrak: Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh dari perceived quality, brand awareness, dan brand loyalty terhadap overall brand equity pada konsumen Luwak White Koffie

Jika Grup mengurangi bagian kepemilikan pada entitas asosiasi atau ventura bersama tetapi Grup tetap menerapkan metode ekuitas, Grup mereklasifikasi ke laba rugi proporsi

dalam berkomunikasi dengan manajerya maka produktivitas kinerjanya yang dihasilkan akan kurang memuaskan bahkan komunikasi tersebut kurang efektif karena jika manajer