• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB II"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

KONTEKS KONSEPTUAL 2.1. Kajian Terdahulu

Kajian terdahulu merupakan tinjauan penelitian terdahulu dan berfungsi sebagai dasar acuan peneliti dalam melakukan penelitian. Kajian terdahulu berfungsi juga agar tidak ada kesamaan objek penelitian, teori, dan tujuan penelitian dengan penelitian yang lalu. Melainkan hanya memiliki kesamaan pada judul dan metode penelitian. Beberapa penelitian terdahulu :

1. Asnawi, e-journal “GERAM (Gerakan Aktif Menulis) Volume 4, No.3 Tahun 2016: 11-22, Persepsi Mahasiswa Terhadap Pemanfaatan Youtube Dalam Pembelajaran Mata Kuliah Membaca

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat persepsi mahasiswa terhadap pemanfaatan youtube dalam pembelajaran membaca. Penelitian dilakukan bersifat kualitatif dengan teknik deskriptif. Hasil penelitian dalam penelaahan ini adalah bahwa persepsi mahasiswa terhadap pemanfaatan youtube dalam pembelajaran membaca dapat (a) membuat pembelajaran yang menyenangkan dan memotivasi, (b) menemukan hal yang baru, (c) menciptakan pembelajaran aktif, (d) menciptakan pembelajaran inovatif, (e) menciptakan pembelajaran kreatif, (f) memperluas wawasan, (g) mempermudah memahami materi bacaan dan informasi, dan (h) membuat pembelajaran yang santai tetapi bermakna.

2. Novita Maoidhotul Laylin, e-journal “Dinamika Governece” Volume 8, No.2, Tahun 2018: 138-145, Persepsi Masyarakat Pengguna Internet Terhadap Tutorial Hijab Tidak Syar’i Di Youtube

(2)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat pengguna internet terhadap tutorial hijab tidak syar’i di youtube.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif, dengan menggunakan teori Jarum Hypodermik. Hasil dari penelitian dapat disimpulkan bahwa persepsi masyarakat pengguna internet terhadap tutorial hijab tidak syar’i di youtube berdampak negatif bagi masyarakat muslimah yang melihatnya karena tidak mengandung unsur syariat islam dan belum menjadi seorang muslimah yang seutuhnya.

3. Siti Dewi Wulandari, Skripsi 2018. Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung. Dengan Judul Persepsi Mahasiswa Terhadap Retorika Dakwah Ustadz Abdul Somad Di Media Youtube : Studi Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Raden Intan Lampung.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi mahasiswa terhadap retorika dakwah yang digunakan oleh ustadz Abdul Somad dalam dakwahnya. Adapun metode yang digunakan adalah kualitatif. Maka hasil penelitian persepsi mahasiswa yang menyatakan bahwa ustadz Abdul Somad dalam video dakwahnya di YouTube menggunakan gaya bahasa sehari-hari dan menyesuaikan dengan kondisi mad’u. Serta ustadz Abdul Somad memiliki gaya suara yang khas, seperti logat daerah asalnya yaitu logat melayu dan artikulasi atau pelafalan yang jelas. Sehingga apa yang disampaikan oleh ustadz Abdul Somad mudah untuk dimengerti dan dipahami.

(3)

4. Muhammad Adib Bin Sailan, Skripsi Tahun 2017. Jurusan Ilmu Komunikasi Penyiaran Islam, Universitas Islam Negeri Raden Patah Palembang. Dengan Judul Persepsi Mahasiswa IMARAH Terhadap Dakwah Ustadz Azhar Idrus Di Media Youtube.

Tujuan penelitian ini adalah bagaimana gambaran dakwah Ustadz Azhar Idrus di media youtube ? dan bagimana persepsi mahasiswa IMARAH terhadap dakwah Ustadz Azhar Idrus di Media Youtube. Adapun metode yang digunakan adalah penelitian kuantitaif dengan metode observasi, wawancara dan angket.

Dengan menggunakan teori Use and Gratification . Maka hasil yang di dapatkan peneliti meperoleh temuan bahwa dakwah yang disampaikan melalui media youtube mendapat persepsi yang positif dari responden. Penggunaan media baru di dalam dakwah juga tidak bertentangan dengan syarak maka dengan memanfaatkan teknologi yang ada seiring dengan perkembangan ilmu adanya nilai tambah dalam penyampaian dakwah ini membuatkan para mad’u lebih mudah mendapatkan isi-isi dakwah yang ingin ditemukan dan membuang keraguan dalam diri.

5. Andri Muhammad Setyawan, Skripsi 2019, dari Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Bina Sarana Informatika Bandung. Dengan Judul Persepsi Orang Tua Tentang Tayangan Youtube Animasi Nussa dan Rara Sebagai Media Belajar Anak Usia Dini : Studi Kasus Pada Orang Tua Siswa/i PAUD Kelompok Bermain Mawar, Sukaluyu, Bandung, Jawa Barat.

Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis persepsi orang tua tentang konsep animasi nussa dan rara sebagai media belajar

(4)

anak dan persepsi orang tua tentang isi tayangan animasi nussa dan rara sebagai media belajara anak. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus dan didukung oleh teori SIP (Social Information Processing), relevan dan dapat mendukung pengolahan data dalam penelitian ini.

Hasil penelitian ini, hampir semua orang tua mengetahui animasi nussa dan rara dari youtube dan orang tersekat mereka, serta menurut mereka bagus tidak hanya memberikan hiburan saja tetapi lebih ke pembelajaran untuk anak sehingga animasi ini efektif untuk dijadikan sebagai media alternatif belajar anak. Persepsi orang tua tentang isi tayangan animasi nussa dan rara menurut mereka isi tayangannya mudah untuk dipahami oleh anak-anak dan layak dijadikan sebagai media belajar anak karena banyak pesan edukasi yang diberikan dalam isi tayangan animasi nussa dan rara seperti pesan agama, pesan moral dan pesan sosial, dan memiliki cara yang hampir sama untuk mengajak anak mereka menanamkan nilai-nilai yang di dapat dari animasi nussa dan rara.

(5)

Tabel 2.1

Tabel Perbandingan Penelitian Item Kajian

Penulis Asnawi, e-journal

”GERAM (Gerakan Aktif Menulis)” Volume 4, No.4 Tahun 2016

Novita Maoidhotul Laylin, e-journal

“Dinamika

Governece” Volume 8, No.2, Tahun 2018

Siti Dewi Wulandari, Universitas Islam Negeri Raden Intan

Lampung/2018

Muhammad Adib Bin Sailan, Universitas Islam Negeri Raden Patah Palembang/2017

Andri Muhammad Setyawan, Universitas BSI

Bandung /2019 Judul Persepsi Mahasiswa

Terhadap Pemanfaatan Youtube Dalam Pembelajaran Mata Kuliah Membaca

Persepsi Masyarakat Pengguna Internet Terhadap Tutorial Hijab Tidak Syar’i Di Youtube

Persepsi Mahasiswa Terhadap Retorika Dakwah Ustadz Abdul Somad Di Media Youtube : Studi Mahasiswa

Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Raden Intan Lampung

Persepsi Mahasiswa IMARAH Terhadap Dakwah Ustadz Azhar Idrus Di Media Youtube

Persepsi Orang Tua Tentang Tayangan Youtube Animasi Nussa dan Rara Sebagai Media Belajar Anak Usia Dini

Metode Kualitatif Deskriptif Kualitatif Kualitatif Deskriptif Kuantitatif Kualitatif

Teori _ Teori Jarum

Hypordemik

_ Teori Use And

Gratifications

Teor Social Information Processing

Hasil Hasil penelitian dalam penelaahan ini adalah bahwa persepsi mahasiswa terhadap pemanfaatan youtube dalam pembelajaran membaca dapat (a)

Disimpulkan bahwa persepsi masyarakat pengguna internet terhadap tutorial hijab tidak syar’i di youtube berdampak negatif bagi masyarakat

Hasil yang di dapatkan peneliti dari penelitian ini adalah mahasiswa yang menyatakan bahwa ustadz Abdul Somad dalam video

meperoleh temuan bahwa dakwah yang disampaikan melalui media youtube

mendapat persepsi yang positif dari responden.

Penggunaan media baru

Hasil penelitian ini, hampir semua orang tua mengetahui animasi nussa dan rara dari youtube dan orang tersekat mereka, serta menurut mereka bagus tidak hanya

(6)

membuat

pembelajaran yang menyenangkan dan memotivasi, (b) menemukan hal yang baru, (c) menciptakan pembelajaran aktif, (d) menciptakan

pembelajaran inovatif, (e) menciptakan pembelajaran kreatif, (f) memperluas wawasan, (g) mempermudah memahami materi bacaan dan informasi, dan (h)

membuat pembelajaran yang santai tetapi bermakna.

muslimah yang melihatnya karena tidak mengandung unsur syariat islam dan belum menjadi

seorang muslimah yang seutuhnya.

dakwahnya di YouTube menggunakan gaya bahasa sehari-hari dan menyesuaikan dengan kondisi mad’u. Serta ustadz Abdul Somad memiliki gaya suara yang khas, seperti logat daerah asalnya yaitu logat melayu dan artikulasi atau pelafalan yang jelas. Sehingga apa yang disampaikan oleh ustadz Abdul Somad mudah untuk dimengerti dan dipahami.

di dalam dakwah juga tidak bertentangan dengan syarak maka dengan memanfaatkan teknologi yang ada seiring dengan perkembangan ilmu adanya nilai tambah dalam penyampaian dakwah ini membuatkan para mad’u lebih mudah mendapatkan isi-isi dakwah yang ingin ditemukan dan membuang keraguan dalam diri.

memberikan hiburan saja tetapi lebih ke

pembelajaran untuk anak sehingga animasi ini efektif untuk dijadikan sebagai media alternatif belajar anak. Persepsi orang tua tentang isi tayangan animasi nussa dan rara menurut mereka isi tayangannya mudah untuk dipahami oleh anak-anak dan layak dijadikan sebagai media belajar anak karena banyak pesan edukasi yang diberikan dalam isi tayangan animasi nussa dan rara seperti pesan agama, pesan moral dan pesan sosial, dan memiliki cara yang hampir sama untuk mengajak anak mereka menanamkan nilai-nilai yang di dapat dari animasi nussa dan rara

Persamaan Penelitian Kualitatif Penelitian Kualitatif Penelitian Kualitatif Penelitian Kualitatif Penelitian Kualitatif Perbedaan Objek penelitian Objek penelitian dan

teori yang digunakan

Objek penelitian Objek penelitian dan teori yang digunakan

Objek penelitian dan teori yang digunakan Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2019

(7)

Dengan kajian terdahulu yang dihimpun membantu penulis melakukan penelitian serupa dengan judul Persepsi Orang Tua Tentang Tayangan Youtube Animasi Sebagai Media Belajar Anak Usia Dini, Studi Kasus Orang Tua Murid Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Kelompok Bermain Mawar Sukaluyu, Bandung, Jawa Barat. Dengan menggunakan Teori Social Information Processing, yang bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pertanyaan-pertanyaan yang telah peneliti uraikan sebelumnya.

(8)

2.2. Kajian Literatur 2.2.1. Komunikasi Massa

Komunikasi massa adalah sebuah cara berkomunikasi dengan manusia lainnya yang memanfaatkan atau menggunakan sebuah media sebagai perantaranya dalam menyampikan informasi kepada masyarakat atau khalayak sehingga informasi yang diberikan dapat diterima secara serentak.

Komunikasi massa merupakan sebuah kegiatan komunikasi yang dimana memanfaatkan media sebagai perantaranya dalam menyampaikan sebuah pesan sehingga dapat diterima oleh masyarakat luas secara serentak.

Menurut (Devito dalam Effendy, 2011:9) “First, mass communication is communication addressed to the means, to an extremly large audience. This does not mean that the audience includes all people or everyone who reads or everyone who watches television, rather it means an audience that is large and generally rather poorly defiend”. (Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditunjukkan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa bayaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pada umunya agak sungkar untuk didefinisikan). “Second, mass communication is communication mediated by audio and or visual transmitters. Mass communication is perhaps most easily and most logically defined by its forms television, radio, newspaper, magazines, film, books, and tapes”. (Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan atau visual. Komunikasi massa barangkali

(9)

akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku, dan pita).

Menurut (Defleur dan McQuail dalam Riswadi, 2011:9) komunikasi massa adalah suatu proses dalam mana komunikator-komunikator menggunakan media untuk meyebarkan pesan-pesan secara luas, dan secara terus menerus menciptakan makna-makna yang diharapkan dapat mempengaruhi khalayak-khalayak yang besar dan berbeda-beda dengan melalui berbagai cara. Sedangkan menurut (J.Baran 2012:7) komunikasi massa adalah proses penciptaan makna bersama antara media massa dan khalayaknya.

Komunikasi massa merupakan komunikasi yang memanfaatkan media sebagai penyalur pesan-pesan yang diberikan oleh komunikator dengan harapan dapat diterima oleh khalayak atau masyarakat luas sehingga pesan yang diterima mampu mempengaruhi khalayak.

2.2.2. Media Baru

Media baru merupakan istilah yang dipakai untuk semua bentuk media komunikasi massa yang berbasis teknologi komunikasi dan teknologi informasi.

Media baru yang memiliki ciri tersebut adalah internet. Internet adalah jaringan kabel dan telepon satelit yang menghubungkan komputer. (Vivian 2011: 171 dalam Gifary dan Kurnia).

New media atau media baru merupakan media yang menawarkan digitisation (digitalisasi), conver-gence (konvergensi), interactiviy (interaktivitas) dan development of network (pengembangan jaringan) terkait pembuatan pesan dan penyampaian pesannya. Kemampuanya menawarkan interaktivitas ini

(10)

memungkinkan pengguna dari new media memiliki pilihan informasi apa yang dikonsumsi, sekaligus mengendalikan keluaran informasi yang dihasilkan serta melakukan pilihan-pilihan yang diinginkannya. New media memungkinkan penggunanya untuk menggunakan ruang seluas-luasnya di new media, memperluas jaringan seluas-luasnya, dan menunjukkan identitas yang lain dengan yang dimiliki pengguna tersebut di dunia nyata. (Flew 2011:70 dalam Watie).

Media baru adalah adanya saling keterhubungan, aksesnya terhadap khalayak individu sebagai penerima maupun pengirim pesan, interaktivitasnya, kegunaan yang beragam sebagai karakter yang terbuka, dan sifatnya yang ada di mana-mana. Adapun perbedaan media baru dari media lama, yakni media baru mengabaikan batasan percetakan dan model penyiaran dengan memungkinakan terjadinya percakapan antar banyak pihak, memungkinkan penerimaan secara simultan, perubahan dan penyebaran kembali objek-objek budaya, mengganngu tindakan komunikasi dari posisi pentingnya dari hubungan kewilayahan dan modernitas, menyediakan kontak global secara instan, dan memasukkan subjek modern/akhir modern ke dalam mesin aparat yang berjaringan. (McQuail 2017:6 dalam David dkk).

New media atau media baru adalah sebuah media komunikasi massa yang berbasis teknologi komunkasi dan informasi dimana memeliki sifat digitalisasi dan interaktivitas, sehingga memudahkan khlayak untuk memilih informasi yang ingin mereka konsumsi serta bisa terjadi percakapan atau pertukuran informasi dengan banyak khalayak tanpa harus bertemu langsung.

(11)

2.2.3. Media Sosial

1. Pengertian Media Sosial

Istilah media sosial bisa dijelaskan sebagai sarana penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan. Makna sosial itu merujuk pada saling bekerja sama (co-operative work), yaitu terdapatnya karakter kerja sama atau saling mengisi di antara individu dalam rangka membentuk kualitas baru dari masyarakat. Sehingga dapat dirtikan bahwa, melalui media sosial seseorang dapat saling terhubung dengan setiap orang yang tergabung dalam media sosial yang sama untuk berbagi informasi dan berkomunikasi. Media sosial memiliki sifat yang lebih interaktif apabila dibandingkan dengan bentuk media tradisional seperti radio maupun televisi (Nasrullah 2017:97 dalam Sukrillah dkk).

Media sosial adalah platform media yang memfokuskan pada eksistensi pengguna yang memfasilitasi mereka dalam beraktivitas maupun berkolaborasi.

Karena itu, media sosial dapat dilihat sebagai medium (fasilitator) online yang menguatkan hubungan antar pengguna sekaligus sebagai sebuah ikatan sosial (Van Dijk 2016:2352 dalam Atiko dkk).

Media sosial adalah media yang bersifat online, sehingga lebih interaktif dibandingkan dengan media massa atau media tradisional. Serta sebagai penghubung dan media kerja sama antara pengguna atau individu lainnya dalam berkomunikasi maupun saling berbagi informasi satu sama lain.

2. Jenis-Jenis Media Sosial

Dalam perkembangannya media sosial memiliki beberapa jenis dengan fungsi yang berbeda menurut Nasrullah, berikut ini jenis-jenis media sosial:

1. Media Jejaring Sosial (Social Networking)

(12)

Situs jejaring sosial adalah media sosial yang paling popular. Media sosial tersebut memungkinkan anggota untuk berinteraksi satu sama lain.

Interaksi terjadi tidak hanya pada pesan teks, tetapi juga termasuk foto dan video yang mungkin menarik perhatian pengguna lain. Semua posting (publikasi) merupakan real time, memungkinkan anggota untuk berbagi informasi seperti apa yang sedang terjadi seperti Facebook, Twitter, Instagram dan Linkedln

2. Jurnal Online (Blog)

Blog merupakan media sosial yang memungkinkan penggunanya untuk mengunggah aktivitas keseharian, saling mengomentari, dan berbagi, baik tautan web lain, informasi, dan sebagainya seperti Wordpress dan Blogspot.

3. Media Berbagi (Media Sharing)

Situs berbagi media (media sharing) merupakan jenis media sosial yang memfasilitasi penggunanya untuk berbagi media, mulai dari dokumen (file), video, audio, gambar, dan sebagainya seperti Youtube, Flickr, Photobucket dan Snapfish.

4. Penanda Sosial (Social Bookmarking)

Penanda sosial atau social bookmarking merupakan media sosial yang bekerja untuk mengorganisasi, menyimpan, mengelola, dan mencari informasi atau berita tertentu secara online seperti Delicious.com, StumbleUpon.com, Digg.com dan khusus indonesia LintasMe (dalam Sukrillah dkk, 2017:98).

(13)

Dilihat dari jenis-jenisnya media sosial tidak hanya sebagai media berbagi informasi dan pesan saja, tetapi juga sebagai media hiburan contoh seperti instagram, twitter, facebook dan youtube melalui media sosial tersebut kita dapat melihat video dan foto yang di unggah atau di upload oleh orang lain dimana lebih cenderung kita manfaatkan sebagai media hiburan.

2.2.4. Youtube

YouTube adalah sebuah situs web video sharing (berbagi video) yang populer dimana para pengguna dapat memuat, menonton, dan berbagi klip video secara gratis. Didirikan pada bulan februari 2005 oleh 3 orang mantan karyawan PayPal, yaitu Chad Hurley, Steve Chen dan Jawed Karim. Umumnya video-video di YouTube adalah video klip film, TV, serta video buatan para penggunanya sendiri (Tjanatjantia 2016:259 dalam Faiqah dkk).

Youtube merupakan tempat dimana setiap pengguna dapat berbagi video secara gratis dan disaksikan jutaan penonton setiap hari. Sejak diluncurkan tahun 2005 kepopuleran Youtube semakin meroket sebagai website video-sharing.

(Fleck dkk 2017: 1 dalam Suwarno).

YouTube merupakan salah satu media sosial yang banyak digemari oleh masyarakat. YouTube merupakan sebuah situs web berbagi. Situs ini memungkinkan pengguna mengunggah, menonton, dan berbagi video. Namun dengan segala kemudahan dan banyaknya kegunaan melalui berbagai macam jenis video, YouTube juga memiliki kekurangan yang dapat merugikan penggunanya.

Seperti banyaknya informasi yang belum tentu kebenarannya. Pengguna YouTube sebaiknya memperhatikan dan memilih dengan bijak terhadap apa yang dikonsumsi melalui YouTube. Pemanfaatan YouTube dapat digunakan dengan

(14)

mengunggah video-video yang menunjukkan bakat, hobi, atau pun kegiatan yang dapat memberikan hal dan informasi positif bagi pengguna lainnya (Zarrella 2017:941 dalam Rini dan Imran).

Youtube merupakan salah satu media sosial yang berfungsi sebagai situs viedo sharing (berbagi video) kita bisa mengunggah video untuk kita bagikan kepada orang lain, mendownload dan menonton video milik orang lain, selain untuk berbagi video youtube bisa dimanfaatkan juga sebagai media hiburan seperti mendengarkan musik dan menonton film yang kita sukai dengan berbagai genre film yang bisa kita temui di youtube.

2.2.5. Film Animasi

Film animasi merupakan salah satu jenis film yang memiliki karakteristik terlihat asli seperti dalam kehidupan nyata atau yang biasa di sebut sebagai film kartun karena memang film ini dikategorikan khusus bagi anak-anak.

(Abdul Halik 2013:109) film sering diartikan sebagai gambar-hidup, juga sering disebut movie. Film, secara kolektif, sering disebut 'sinema'. Gambar hidup adalah bentuk seni, bentuk populer dari hiburan, dan juga bisnis. Film dihasilkan dengan rekaman dari orang dan benda (termasuk fantasi dan figur palsu) dengan kamera, dan/atau oleh animasi. Menurut (Zeembery, 2001:43 dalam Aulia) Pengertian lain tentang animasi adalah pembuatan gambar atau isi yang berbeda- beda pada setiap frame, kemudian dijalankan rangkain frame tersebut menjadi sebuah motion atau gerakan sehingga terlihat seperti sebuah film.

(Abdul Halik, 2013:112) Animasi, atau lebih sering disebut dengan film animasi, adalah film yang merupakan hasil dari pengolahan gambar tangan sehingga menjadi gambar yang bergerak. Pada awal penemuannya, film animasi

(15)

dibuat dari berlembar-lembar kertas gambar yang kemudian di-"putar" sehingga muncul efek gambar bergerak. sedangkan menurut (Chee & Wong, 2003:139 dalam Astuti dan Mustadi ) yang menyatakan animasi dalam sebuah aplikasi multimedia dapat menjanjikan suatu visual ulang lebih dinamik serta menarik kepada penonton karena ia memungkinkan sesuatu yang mustahil atau komplek dalam kehidupan nyata dapat direalisasikan di dalam aplikasi tersebut. Animasi digunakan untuk memberikan gambaran pergerakan bagi suatu objek, menjadikan suatu objek yang tetap atau statis dapat bergerak dan kelihatan seolah-olah hidup.

Film animasi adalah sebuah teknik penggabungan beberapa gambar tangan yang telah dibuat kemudian dirangkai menjadi satu dalam sebuah rangkain frame lalu digerakan atau di masukkan kedalam sebuah aplikasi khusus pembuat animasi, sehingga gambar tangan yang telah digabungkan menjadi sebuah gambar yang bergerak atau hidup.

2.2.6. Media Pembelajaran

Media pembelajaran adalah suatu pemanfaatan media atau perantara yang digunakan oleh para guru untuk memberikan materi atau bahan pembelajaran kepada para siswa atau siswi.

Menurut (Ambuko Benson, Florence Odera, 2013:16 dalam Purwono dkk). Media is expected to play a critical role in enhancing academic performance. (Media diharapkan dapat memainkan peran penting dalam meningkatkan prestasi akademik). (Sunday Taiwo, 2009:62). Media used to supplement the teacher byenhancing his effectiveness in the classroom and media used to substitute the teacher through instructional media system (Media yang digunakan untuk melengkapi guru dengan meningkatkan keefektifitasannya dalam

(16)

kelas dan media yang digunakan untuk menggantikan guru melalui sistem media pembelajaran). Secara lebih khusus (Briggs 2005:4 dalam Trini Prastati) mengatakan bahwa media sebagai sarana fisik untuk menyampaikan isi atau materi pembelajaran. Menurut UU RI No.20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 20:

”Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

(Sadiman, 2012 dalam Irwandani dan Juariah).media pembelajaran merupakan salah satu sumber belajar yang dapat menyalurkan pesan sehingga membantu mengatasi gaya belajar, minat, intellegensi, keterbatasan daya indera, cacat tubuh, dan hambatan daya jarak geografis, waktu dan lain sebagainya.

Menurut (Briggs 2011:12 dalam Purwono dkk), media pembelajaran merupakan sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti: buku, film, video dan sebagainya. (Sri Anitah, 2012:6 dalam Purwono dkk) mendefinisikan media pembelajaran adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pembelajar untuk menerima pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dengan pengertian itu, maka guru atau dosen, buku ajar, serta lingkungan adalah media. Selain itu media pembelajaran dapat juga dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efektif dan efesien (Munadhi, 2014 dalam Irwandi dan Juariah).

Media pembelajaran adalah media atau sarana yang digunakan guru untuk keefektifitasan pemeberian materi pembelajaran di dalam kelas sehingga

(17)

memudahkan siswa atau siswi untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap, media yang digunakan adalah buku, papan tulis, film dan video.

2.2.7. Persepsi

Persepsi merupakan proses pemberian makna, pendapat, pemberian informasi dari seseorang tentang sesuatu hal yang sering mereka lihat baik dari media massa maupun lingkungan sekitar tempat mereka tinggal.

Persepsi menurut (Riswadi, 2009:50) Persepsi adalah inti dari komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti persepsi, yang identik dengan penyandian balik (decoding). Persepsi mencakup penginderaan (sensasi) melalui alat-alat panca indra (mata, telinga, hidung, kulit, dan lidah) dan atensi.

Sedangkan menurut (Desiderato dalam Rakhmat, 2010:50) persepsi adalah pengalaman tentang objek, persitiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimulus inderawi (sensory stimuli). Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah persepsi. (Sarlito W. Sarwono 2009:24) berpendapat persepsi secara umum merupakan proses perolehan, penafsiran, pemilihan dan pengaturan informasi indrawi. Persepsi berlangsung pada saat seseorang menerima stimulus dari dunia luar yang ditangkap oleh organ-organ bantunya yang kemudian masuk ke dalam otak. Persepsi merupakan proses pencarian informasi untuk dipahami yang menggunakan alat pengindraan

Persepsi adalah suatu proses penafsiran, memberikan makna dan menyimpulkan sebuah informasi baik dari lingkungan orang lain dan media, setelah seseorang menerima stimulus atau rangsangan tentang suatu objek, peristiwa dan hubungan-hubungan melalui alat panca indra sesorang baru bisa

(18)

memberikan persepsi mereka terhadap stimulus atau rangsangan yang mereka terima.

2.3. Kajian Teoritis

2.3.1 Teori Social Information Processing (SIP)

Social Information Processing Theory menurut Walther (Griffin, 2011 dalam Marsudi) menerangkan sebagai perspektif alternatif dalam memandang fenomena pengembangan hubungan dalam format Computer Mediated Communication (CMC). Seiring derasnya perkembangan teknologi komunikasi, format Computer Mediated Communication (CMC) dianggap sebagai alat yang kurang berguna untuk mengejar tujuan-tujuan sosial karena memiliki lebih sedikit saluran untuk berinteraksi bila dibandingkan dengan interaksi secara tatap muka (face-to-face) yang menyediakan banyak saluran untuk berinteraksi. Saat ini, Walther mengakui bahwa banyak bentuk-bentuk baru dari komunikasi secara online, seperti situs jejaring sosial (social networking), yang tidak memiliki keterbatasan seperti Computer Mediated Communication (CMC).

Social Information Processing menggunakan isyarat verbal dan isyarat temporal sebagai pengaruh utama terhadap pembentukan hubungan. Teori ini menggunakan kedua set isyarat tersebut sebagai parameter di mana komunikasi dan teknologi dapat bergabung untuk menghasilkan hubungan impersonal, interpersonal dan hipersonal. Teori ini mengasumsikan bahwa komunikator akan termotivasi untuk membangun hubungan online karena alasan mereka secara pribadi. Namun dalam perkembangannya, dapat diidentifikasi faktor-faktor yang

(19)

meningkatkan dorongan motivasi untuk membangun hubungan online, yaitu: 1 antisipasi interaksi berikutnya di masa depan dan 2 skeptisisme.

Jika dilihat lebih dekat dalam cluster teori komunikasi yang menjelaskan pengembangan hubungan, Social Information Processing Theory mirip dengan Social Penetration Theory dan Uncertainity Reduction Theory. Social penetration sendiri adalah tentang proses bagaimana membangun suatu hubungan yang lebih dalam dengan orang lain melalui self-disclosure dan keaadaan lingkungan yang sama. Sedangkan teori uncertainly reduction sendiri adalah meningkatkan pengetahuan tentang bagaimana sifat orang lain tersebut untuk mengantisipasi dan mengembangkan interaksi di masa depan. Namun Social Information Processing Theory menggunakan isyarat verbal dan isyarat temporal sebagai pengaruh utama terhadap pembentukan hubungan. Teori ini menggunakan kedua set isyarat tersebut sebagai parameter di mana komunikasi dan teknologi dapat bergabung untuk menghasilkan hubungan impersonal, interpersonal dan hypersonal (Griffin, 2011:143 dalam Andriani).

1. Impersonal

Komunikasi impersonal dilakukan secara masif kepada khalayak dengan menggunakan media massa sebagai alat untuk menyampaikan pesan secara menyeluruh. Perspektif ini memandang bahwa komunikasi online kurang mendukung aspek personal karena saluran internet tidak mengakomodasi sinyal non-verbal yang dibutuhkan dalam menjalin interaksi interpersonal. Dalam komunikasi secara tatap muka (face- toface) cenderung lebih banyak menggunakan bahasa non-verbal untuk berkomunikasi seperti nada suara, raut wajah, intonasi, jarak, dsb.

(20)

Namun dalam komunikasi online, sulit untuk menunjukkan tanda-tanda non-verbal tersebut. Perspektif ini kemudian memunculkan beberapa kritik, yaitu munculnya petunjuk non-verbal seperti emoticon dan avatar.

Inovasi ini meningkatkan derajat kehadiran sosial yang sebelumnya tidak terakomodasi.

2. Interpersonal

Perspektif ini merupakan jawaban dari perspektif impersonal.

Secara sederhana perspektif komunikasi interpersonal mengungkapkan bahwa tidak adanya petunjuk non-verbal dapat dijembatani dengan penyesuaian sikap. Baik disadari atau tidak, dalam berkomunikasi masyarakat selalu menyesuaikan dengan faktor disekelilingnya. Model ini mengasumsikan komunikator pada computer mediated communication didorong untuk mengembangkan hubungan sosial.

Dalam prosesnya, komunikator berkomunikasi dengan orang asing dengan membentuk kesan sederhana melalui komunikasi secara tekstual.

Berdasarkan kesan ini, mereka menguji asumsi satu sama lain dari waktu ke waktu hingga terkumpul dalam pengetahuan interpersonal dan menstimulir perubahan dalam komunikasi relasional antar pengguna computer mediated communication. Perbedaan utama pada computer mediated communication dan face-to-face communication adalah pada laju pertukaran informasi sosial, bukan dengan jumlah pertukaran informasi sosial.

(21)

3. Hyperpersonal

Komunikasi hyperpersonal dilakukan dengan media internet yang menurut masyarakat sosial lebih menarik bila dibandingkan dengan komunikasi face-to-face. Berbeda dari dua perspektif sebelumnya yang mempermasalahkan bahasa non-verbal, perspektif ini justru menganggap bahwa tidak adanya non-verbal justru membantu dalam berinteraksi.

Komunikasi hyperpersonal terjadi ketika seseorang merasa nyaman untuk mengekspresikan diri mereka sendiri dalam saluran komunikasi melalui media daripada komunikasi langsung. Walther mengungkapkan komunikasi hyperpersonal dapat diatributkan dalam empat faktor:

a. Faktor Penerima

Penerima dapat mengukur kualitas seseorang di dalam komunikasi hyperpersonal. Pada keadaan tertentu, penerima pesan computer mediated communication mengembangkan persepsi mereka tentang orang lain. Misalnya jika ingin mengetahui tentang apa yang diminati oleh orang lain, kita bisa melihat tulisan mengenai bidang apa yang sering ditampilkan oleh orang tersebut di blog walaupun tulisan hanya sebagian kecil faktor yang bisa dilihat.

b. Faktor Pengirim

Faktor ini memegang kendali bagaimana menampilkan diri sendiri terhadap orang lain. Pengirim bisa melakukan sensor pada apa yang ingin dia sampaikan. Berbeda dengan komunikasi secara langsung, walaupun tidak dikatakan namun orang lain yang melihat dapat

(22)

segera mengetahui perasaan kita dengan melihat ekspresi atau raut wajah. Pengirim pesan menggunakan proses presentasi diri selektif yang mengacu pada kemampuan pengguna computer mediated communication untuk mengelola citra virtual mereka.

Berkemampuan menyensor diri sendiri dan memanipulasi pesan sangat mungkin untuk dilakukan dalam konteks computer mediated communication, tingkat penggunaan hal ini pun jauh lebih tinggi apabila dibandingkan dengan komunikasi face-to-face, oleh sebab inilah individu memiliki kontrol yang besar mengenai isyarat yang mereka kirimkan.

c. Faktor Saluran

Pesan yang ditransmisikan melalui internet tidak hanya menembus ruang tetapi juga waktu. Jika proses komunikasi online diantara dua orang atau lebih berjalan secara bersamaan atau real time disebut komunikasi sinkron (synchronous communication), misalnya dalam bentuk Yahoo Messenger. Pada komunikasi ini sifat pesan lebih informal menyerupai bahasa percakapan sehari-hari.

Sedangkan komunikasi asinkron (assynchronous communication) terjadi jika di dalam proses interaksi terdapat tenggang waktu yang signifikan. Pesan yang disampaikan bisa lebih terencana, misalnya pada penggunaan email. Dalam interaksi online, komunikasi hyperpersonal lebih menekankan pada aspek asinkron. Aspek asinkron ini memungkinkan seseorang untuk lebih mengaktualisasikan diri sendiri melalui tulisan yang lebih terkonsep

(23)

sehingga memunculkan perasaan percaya diri dalam menjalin hubungan.

d. Faktor Umpan Balik

Umpan balik dalam computer mediated communication dapat mengarah pada perputaran intensif dimana konfirmasi pesan dari tiap perilaku komunikasi dapat menguatkan perilaku masing-masing.

Dengan kata lain, dalam computer mediated communication kita berperilaku sesuai dengan harapan yang orang lain dan data sosial tunjukkan dalam suatu proses komunikasi yang sudah secara selektif dikirim dan dibentuk oleh komunikator (Walther, 1996:5 dalam Andriani)

Jika melihat definisi secara harfiah dari ketiganya tentunya dapat memahami ketiganya memang saling keterkatan. SIP berisi tentang bagaimana kedua teori tersebut terjadi melalui media berbasis teknologi atau computer- mediated-communication (CMC).

(24)

2.4. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Sumber : Peneliti 2019

Dari kerangka pemikiran diatas, peneliti akan memberikan deskripsi secara singkat perihal bentuk kerangka pemikiran yang peneliti buat. Secara garis besar alur dari penelitian ini berawal dari sebuah tayangan animasi peneliti melakukan penelitian mengenai animasi Nussa dan Rara. Penelitian ini menggunakan studi kasus untuk membahas persepsi orang tua murid

Persepsi Orang Tua

Apa Yang Diketahui Orang Tua

Tentang Animasi Nussa

dan Rara ?

Persepsi Orang Tua Tentang Tayangan Youtube Animasi Nussa dan Rara Sebagai Media Belajar Anak Usia Dini

Teori Social Information Processing Tayangan Animasi

Studi Kasus

Metode Penelitian Kualitatif

Bagaimana Pendapat Orang

Tua Tentang Konsep Animasi Nussa

dan Rara Sebagai Media Belajar Anak ?

Bagaimana Cara Orang Tua

Menanamkan Nilai-Nilai Yang Terdapat

Pada Animasi Nussa dan

Rara?

Kenapa Cara Tersebut Digunakan Oleh

Orang Tua ?

(25)

pendidikan anak usia dini (PAUD) mawar, Sukaluyu, Kota Bandung.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, untuk mengetahui persepsi orang tua ada beberapa pertanyaan penelitian diantaranya: Apa yang diketahui orang tua tentang animasi nussa dan rara, bagaimana pendapat orang tua tentang konsep animasi nussa dan rara sebagai media belajar anak, Bagaimana cara orang tua menanamkan nilai-nilai yang terdapat pada animasi nussa dan rara, Kenapa cara tersebut digunakan oleh orang tua. Kemudian untuk pendukung dari hasil pengolahan data penelitian maka didukung dengan teori social infromation processing (SIP) milik Joseph Walther untuk mengolah data dari fokus penelitian ini yaitu Persepsi Orang Tua Tentang Tayangan Youtube Animasi Nussa dan Rara Sebagai Media Belajar Anak Usia Dini.

Referensi

Dokumen terkait

melangkah empat kali serong ke belakang sambil menghitung 1-2-3-4, Unsur-unsur yang dinilai adalah kesempurnaan gerakan, melakukan gerakan dan persentase (banyaknya melakukan

Tabel 2.3 merupakan tabel perbandingan verifikasi output model REMO dengan data curah hujan bulanan dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pada 167

Metode ini merupakan metode tentang penyampaian informasi obat dengan melibatkan subjek secara aktif yaitu mendengar, melihat, menulis dan melakukan evaluasi

Perbuatan aktif (disebut juga perbuatan materiil) adalah perbuatan yang untuk mewujudkannya disyaratkan adanya gerakan dari anggota tubuh orang yang berbuat. Berbeda

Pada tabel V item tujuh diketahui tentang siswa yang kurang aktif termasuk penghambat, ternyata semua guru lima orang guru (100%) menyatakan bahwa siswa yang

Terbentuknya aliansi organisasi ini didasari pada fakumnya gerakan mahasiswa kota Medan dalam waktu yang cukup lama, terlebih pada gerakan mahasiswa yang aktif dalam

7 Rp 159,138,100.25 dan dari item pekerjaan finishes to ceiling adalah Rp 2,104,255,876.62 4 Asrini Novita Rompas (2014) Penerapan Value Engineering Pada Proyek

Gerakan ini dimulai dengan pelurusan aktif kaki kiri pada arah lemparan pada waktu bersamaan sedagai dorongan yang kuat dari kaki kanan. Pusat massa badan