4.1 Karakteristik Kabupaten Tabanan 4.1.1 Kondisi Geografis
Kabupaten Tabanan secara geografis terletak diantara 080-14’ 30” – 080 30’ 07”
LS dan 1140 54’52” – 1150 12’57” BT dengan luas wilayah adalah 83.933 Ha. Secara administratif Kabupaten Tabanan terbagi menjadi 10 kecamatan dan terdiri atas 132 desa.
Rincian kecamatan dan desa atau kelurahan di Kabupaten Tabanan dapat dilihat pada Tabel 4.1
Tabel 4. 1
Jumlah Kecamatan
No. Kecamatan Jumlah Desa Luas Wilayah
(Ha)
1. Selemadeg 10 5.205
2. Kerambitan 15 4.239
3. Tabanan 12 5.10
4. Kediri 15 5.360
5. Marga 15 4.479
6. Baturiti 12 9.917
7. Penebel 18 14.198
8. Pupuan 14 17.902
9. Selemadeg Barat 11 12.015
10. Selemadeg Timur 10 5.478
Jumlah 132 89.933
Desa Jatiluwih termasuk dalam wilayah Kecamatan Penebel dengan batas administrasi sebagai berikut:
Sebelah Utara : Desa Pujungan Sebelah Timur : Desa Senganan Sebelah Selatan : Desa Mangesta Sebelah Barat : Desa Wongaya Gede
Luas wilayah Desa Jatiluwih yaitu 2,233 Ha dengan ketinggian Desa Jatiluwih kurang lebih 685 meter diatas permukaan laut. Desa Jatiluwih terdiri dari dua desa adat yaitu desa adat pakraman yaitu Desa Adat Pakraman Jatiluwih dan Desa Adat Pakraman Gunung Sari. Dua desa adat yang berada di Jatiluwih terdiri dari delapan dusun yaitu Dusun Kesambi, Dusun Kesambahan Kaje, Dusun Kesambahan Kelod, Dusun Jatiluwih
Kangin, Dusun
Jatiluwih Kawan, Dusun Gunungsari, Desa Gunungsari Umakayu dan Dusun Gunungsari Kelod.
4.1.2 Kondisi Klimatologi
Kondisi klimatologi Kawasan Jatiluwih mengikuti kondisi Kabupaten Tabanan yang secara umum mempunyai iklim tropis dan curah hujan rata-rata cukup tinggi dengan tiga macam tipe yaitu iklim agak basah (tipe C), tipe iklim sedang (tipe D), dan tipe iklim dingin (tipe A) dengan memiliki suhu rata - rata mencapai 27oC dengan suhu terendah 24oC dan suhu tertinggi 30oC dengan kelembaban udara antara 74 - 77% dengan curah hujan tahunan rata - rata 2.155-3.292mm (BMKG Wilayah III Denpasar). Berdasarkan kondisi iklim dan curah hujan tersebut yaitu memiliki kondisi iklim yang cukup basah dengan daerah yang memiliki tipe iklim dingin (tipe A). Peta curah hujan Desa Jatiluwih dapat di lihat pada Gambar 4.1 Peta Curah Hujan
4.1.3 Kondisi Jenis Tanah dan Geologi
Jenis tanah secara umum yang terdapat di kabupaten Tabanan terdiri dari tanah alluvial, andosol dan latosol. Jenis tanah pada kawasan Desa Jatiluwihn yaitu tanah latosol.
Jenis batuan di wilayah Kabupaten Tabanan tersusun dari batuan gunug berapi Batukaru, tufa endapan lahar Buyan Beratan dan Batur yang terbentuk pada era kuarter. Pada daerah pegunungan terdapat batuan gunung api dari kerucut - kerucut Gunung Pohen, Gunung Sangiyang dan Gunung Adeng
a. Batuan gunung berapi batukaru, luas 120,79 km2
b. Tufa endapan lahan buyan, beratan dan batur, luas 459,57 km2 c. Batuan Gunung Pohen dan Gunug Sangiyang, luas 136,50 km2
d. Batuan gunug api jembrana, breksi, tufa dari Gunung Klatakan dan batuan tergabung, luas 118,42
e. Endapan alluvial pada danau beratan, luas 0,38 km2 . Formasi Palasari, luas 9,67 km2
Berdasarkan formasi geologi kawasan Jatiluwih merupakan wilayah yang subur untuk pertanian karena sebagian besar berupa endapan dari gunung api yang terletak di sisi bagian utara memanjang dari ujung barat sampai ujung timur wilayahnya. Peta jenis tanah Desa Jatiluwih dapat dilihat pada Gambar 4.4 Peta Jenis Tanah. Obyek Wisata Subak Jatiluwih memiliki jenis tanah latosol yang dapat di lihat pada Gambar 4.4 Peta Jenis Tanah. Jenis tanah latosol memiliki tekstur yang cocok untuk di tanami tanaman padi.
Page
69
4.1.4 Kondisi Topografi
Kabupaten Tabanan terletak pada ketinggian 0 - 2.276 meter di atas permukaan laut (dpl). Topografi di Kabupaten memiliki karakteristik yang berbeda-beda terbagi dalam tiga karakteristik. Desa Jatiluwih terletak di bagian utara yang merupakan daerah perbukitan dan
pegunungan dimana terdapat beberapa gunung yaitu Gunung Batukaru (2.276m), Gunung Sangiang (2.097m), Gunung Pohen (2.055m) dan Gunung Adeng (1.811m) bagian selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia yang merupakan dataran rendah dengan topografi relatif datar, di bagian tengah bergelombang.
Tingkat kemiringan lahan sebagian besar di Kabupaten Tabanan berada pada kemiringan lereng 15 - 40% yang tersebar di wilayah bagian barat dengan luas 365,67 km2. Lahan dengan kemiringan lereng 2 - 15% dengan luas wilayah 249,61 km2 tersebar di bagian timur. Lahan dengan kemiringan di atas 40% terdapat di daerah bagian utara dan sebagian barat dengan luas 136,53 km2. Sedangkan lahan dengan kemiringan 0 - 2%
mendominasi pada daerah pantai dengan luas 10,43 km2. Sedangkan kelas lereng pada lingkup wilayah studi yaitu berada pada 15 - 40% yaitu dapat dilihat pada Gambar 4.2 Peta Kelerengan
Gambar 4. 1 Peta Curah Hujan
Page
71
Gambar 4. 2 Peta Topografi
Gambar 4. 3 Peta Kelerengan
Page
73
Gambar 4. 4 Peta Jenis Tanah
4.2 Pariwisata Kabupaten Tabanan
Kawasan peruntukan pariwisata meliputi kawasan pariwisata, kawasan daya tarik wisata khusus, dan daya tarik wisata.
1. Kawasan pariwisata merupakan kawasan strategis provinsi yang meliputi pariwisata Soka ±1.065 Ha yang terdiri atas:
a. Desa Lalanglinggah Kecamatan Selemadeg Barat
b. Desa Antap dan Desa Brembeng di kecamatan Selemadeg
c. Desa Berabab dan Desa Tegelmengkeb di Kecamatan Selemadeg Timur d. Desa Kelating dan Desa Tibubiu di Kecamatan Kerambitan.
2. Kawasan daya tarik wisata khusus di Kabupaten Tabanan sebagaimana merupakan pusat-pusat kegiatan yang memeiliki potensi sebagai daya tarik wisata terdiri atas:
a. Wisata alam meliputi Danau Beratan, Lembah Pacung, Yeh Panas dan Hutan Bambu Angseri di Kecmatan Baturiti; Alas Kedaton di Kecamatan Marga;
Kawasan Jatiluwih, Yeh Pans Penatahan, Yeh Pans Buleleng di Kecamatan Penebel, Kawasan Hutan Mekori, Air Terjun Pupuan di Kecamatan Pupuan b. Wisata pantai, berikut Tabel 4.2 wisata pantai yang terdapat di Kabupaten
Tabanan:
Tabel 4. 2
Wisata Pantai di Kabupaten Tabanan No. Kecamatan Wisata Pantai 1. Kecamatan Kediri Pantai Nyanyi
Pantai Tanah Lot
Pantai Kedungu 2. Kecamatan
Kerambitan
Pantai kelating
Pantai Pasut 3. Kecamatan Tabanan Pantai Yeh Gangga 4. Kecamatan
Selemadeg Timur
Pantai Beraban
Pantai Kelecung 5. Kecamatan
Selemadeg
Pantai Bebali
Pantai Bulungdaya
Pantai Soka
Pantai Bonian 6. Kecamatan
Selemadeg Barat
Pantai Batulumbang
Pantai Suwangaluh
Pantai Lalalinggah
Pantai Selabih Sumber: RTRW Kabuapaten Tabanan
Page
75
c. Wisata petualangan, meliputi trackig Jatiluwih, trackig Gunung Batukaru, ATV ride, wisata bersepeda di Kecamatan Penebel, trackig di Kecamatan Baturiti.
d. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya meliputi cagar alam, taman wisata alam, kebun raya, kawasan konservasi pesisir dan pulau- pulau kecil serta kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.
Kawasan cagar alam merupakan bagian dari cagar alam Gunung Batukaru seluas
±758 Ha dari luas keseluruhan wilayah ±1.762 Ha yang tersebar di wilayah Kabupaten Tabanan dan Kabupaten Buleleng. Kawasan cagar alam di Kabupaten Tabanan terdapat di Kecamatan Penebel ±146 Ha serta ±612 Ha di Kecamatan Baturiti. Taman Wisata Alam merupakan bagian dari Taman Wisata Alam Buyan Tamblingan ±543 Ha yang tersebar di Desa Candikuning Kecamatan Baturiti. Kebun raya merupakan konservasi tumbuhan secara ex situ dengan tujuan kegiatan konservasi, penelitian, pendidikan, wisata dan jasa lingkungan meliputi Kebun Raya Eka Karya Bedugul dengan luas ±155 Ha di Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti. Kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil meliputi kawasan konservasi kawasan suci di sekitar Pantai Tanah Lot di Desa Beraban, Kecamatan Kediri; kawasan konservasi sekitar Pantai Yeh Gangga di Desa Sudimara;
kawasan konservasi dan perlindungan ekosistem yaitu antai yeh Gangga di Desa Sudimara, Kecamatan Tabanan.
Kawasan Warisan Budaya Dunia (WBD) Jatiluwih dalam RTRW Propinsi Bali merupakan salah satu kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya, dimana dalam pengembangannya harus sesuai dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pertanian, pembangunan prasarana dan sarana penunjang pertanian, kegiatan pariwisata berbasis agropolitan, kegiatan penelitian dan penghijauan. Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan yang tidak mengganggu fungsi utama lahan pertanian dan tidak mengubah fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan.
2. Pengembangan Kawasan Jatiluwih diarahkan pada pelestarian jati diri budaya agraris dengan unggulan keindahan terasering sawah yang dilengkapi fasilitas sarana dan prasarana penunjang kegiatan agrowisata berbasis kerakyatan.
3. Revitalisasi Kawasan Jatiluwih untuk kualitas lingkungan, pelestarian lansekap yang khas, peningkatan kualitas daya tarik wisata serta kelengkapan saran dan prasarana penunjang kepariwisataan.
4.2.1 Obyek Wisata Subak Jatiluwih
Kawasan Warisan Budaya Dunia Jatiluwih merupakan bagian dari kawasan Catur Angga Batukaru sebagai salah satu dari empat kawasan yang mendukung satu kesatuan Bali Cultural Landscape Subak Sytem yang telah ditetapkan UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia. Empat kawasan tersebut adalah Pura Ulundanu Batur (Kabupaten Bangli), DAS Pakerisan (Kabupaten Gianyar), pura Taman Ayun (Kabupaten Badung) dan Kawasan Catur Angga Batukaru (Kabupaten Tabanan), yang merupakan kawasan monumen hidup peninggalan peradaban Bali yang masih berjalan dan didukung oleh komunitas desa adat (desa pakraman) maupun orgnisasi pengairan (subak).
Kawasan Warisan Budaya Dunia Jatiluwih secara administratif berbatasan langsung dengan hamparan Gunung Batukaru dan Hutan Lindung Batukaru. Hal ini menjadikan Kawasan Jatiluwih menjadi salah satu kawasan strategis dari sudut kepentingan pariwisata.
Berdasarkan konstelasi atau hubungan antar bagian wilayah, terdapat dua anlisa konstelasi yang dapat dijabarkan yaitu analisa konstelasi ditinjau dari aspek geografis dan ditinjau dari kebijakan sektoral.
1. Analisa fungsi kawasan Warisan Budaya Dunia dalam konstelasi regional ditinjau dari aspek geografis.
Secara geografis, Kawasan Jatiluwih terletak di Kabupaten Tabanan, Bagian Barat Daya Provisnsi Bali, berbatasan langsung dengan hamparan Gunung Batukaru di bagian utara dan Hutan Lindung Batukaru di bagian barat. Kawasan WBD Jatiluwih mempunyai fungsi sebagai titik penunjang aktivitas pertanian di Provinsi Bali. Keuntungan yang diperoleh oleh Kawasan Jatiluwih dari keberadaan areal perkebunan dan pertanian yang mengelilingi antara lain adalah bahwa secara tidak langsung telah menyediakan dan mempertahankan ruang terbuka hijau di Provinsi Bali, selain itu menjadi lumbung beras utama dan potensi wisata. Peran yang dimiliki Kawasan WBD Jatiluwih dalam konteks tersebut terutama terletak pada kewajiban untuk mempertahankan ruang terbuka hijau, serta mengembangkan potensi pertanian dan pariwisata.
2. Analisis fungsi kawasan WBD Jatiluwih dalam kontelasi regional ditinjau dari aspek kebijakan tata ruang Kabuapten Tabanan.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tabanan memiliki beberapa implikasi keruangan terhadap pola pemanfaatan ruang di Kawasan Jatiluwih. Peruntukan kawasan lindung fungsi yang direncanakan untuk Kawasan Jatiluwih meliputi
Page
77
kawasan hutan lindung (Hutan Lindung Batukaru) dan fungsi kawasan perlindungan setempat. Pola pemanfaatan ruang kawasan budidaya Kawasan Jatiluwih menjadi fungsi kawasan pertanian dimana kegiatan pertanian dan pariwisata serta multiplier effect-nya menjadi titik tumpu.
UNESCO menetapkan Terasering sawah di Desa Wisata Jatiluwih sebagai Cultural Landscape of Bali Province yaitu The Subak System as a Manifestation of the Tri Hita Karana Philosophy pada tanggal 29 Juni 2012. Penetapan subak sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO disebabkan memiliki nilai keluarbiasaan yang bersifat universal (outstanding universal value) yaitu Tri Hita Karana. Penetapan subak sebagai Warisan Budaya Dunia menurut UNESCO disebutkan bahwa”cultural properties [that] represent the combined works of nature and of man .... They are in illustrative of the evolution of human society and settlement over time, under the influence of the physical constrains and/or opportunities presented by their natural environment and of successive social, economic and cultural force, both external and internal”. Berdasarkan definisi yang diberikan oleh UNESCO tersebut, bahwa subak sebagai warisan budaya dunia merupakan kombinasi antara alam dan hasil karya manusia, dalam perkembangannya harus memberikan manfaat bagi pelestarian alam serta keberhasilan dari aspek sosial, ekonomi, dan sumberdaya budaya.
Subak Jatiluwih terbagi dalam 7 (tujuh) sub subak atau tempek dapat dilihat pada Tabel 4.3
Tabel 4. 3
Sub Subak Jatiluwih
No. Nama Sub Subak Luas (Ha) Anggota 1. Sub Subak Telabah Gede 113 110
2. Sub Subak Besi Kalung 48 55
3. Sub Subak Kedamaian 56 60
4. Sub Subak Kesambi 11 43
5. Sub Subak Gunung Sari 37 57
6 Sub Subak Umakayu 36 30
7. Sub Subak Umadui 21,7 40
Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tabanan, 2017
Berdasarkan Tabel 4.3 Luas Sub Subak yang terluas yaitu terdapat pada Sub Subak Telabah Gede dengan luasan 113 Ha dengan 110 anggota. Sub Subak Telabah Gede merupakan subak yang terkenal dengan sebutan Subak Jatiluwih, karena letak Sub Subak Telabah Gede berada di tengah - tengah jalam utama Desa Jatiluwih. Sehingga wisatawan
yang datang dapat secara langsung menikmati panorama alam sembari menikmati makanan ditepian restoran atau hanya dengan melewati menggunakan kendaraan.
Gambar 4. 5 Jumlah Kunjungan Wisatawan
Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tabanan, 2017
Grafik jumlah kunjungan wisatawan pada Gambar 4.5 menunjukkan peningkatan jumlah kunjungan wisatawan pada tahun 2012 - 2014 disebabkan karena Subak Jatiluwih mendapat penghargaan dari UNESCO sebagai salah satu situs warisan budaya dunia.
Penurunan jumlah kunjungan wisatawan pada tahun 2014 - 2015 sebesar 792 wisatawan berdasarakan Badan Pengelola Wisata Subak Jatiluwih disebabkan karena adanya isu global yaitu terorisme ISIS yang berdampak pada penurunan jumlah kunjungan wisatawan.
Tabel 4. 4
Jumlah Pengunjug Obyek Wisata Subak Jatiluwih Tahun 2012 - 2016
Bulan Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
Januari 148 5.311 6.778 10.081 9.873
Februari 1.787 5.553 7.861 9.786 10.622
Maret 2.817 5.970 8.524 9.561 12.203
April 3.901 6.938 11.161 11.918 13.869
Mei 40.777 9.293 12.916 15.112 17.066
Juni 4.098 7.205 12.741 13.674 14.932
Juli 6.988 11.453 18.913 18.629 23.590
Agustus 11.445 18.662 27.850 25.760 35.918
September 7.557 12.975 19.005 16.484 27.225
Oktober 7.831 10.750 17.042 14.506 20.854
November 5.313 7.450 11.387 8.570 13.570
Desember 5.247 7.005 10.980 10.285 13.287
Total 97.909 108.565 165.158 164.366 213.009
97.909 108.565
165.158 164.366
213.009
0 50.000 100.000 150.000 200.000 250.000
2012 2013 2014 2015 2016
Grafik Jumlah Kunjungan Wisatawan
Jumlah Kunjungan Wisatawan
Page
79
Tabel 4. 5
Jumlah Pengunjung Obyek Wisata Subak Jatiluwih per Kuartal
Kuartal 2012 2013 2014 2015 2016 Jumlah Rata-Rata B Kumulatif Sisa Indeks
Musim
Kuartal I 4.752 16.834 23.163 29.428 32.698 106.875 15.268 0,0 15.268 63
Kuartal II 48.776 23.436 36.818 40.704 45.867 195.601 27.943 1.787,5 26.155,5 109
Kuartal III 25.990 43.090 65.768 60.873 86.733 282.454 40.351 3.575,0 36.775,6 153
Kuartal IV 18.391 25.205 39.409 33.361 47.711 164.077 23.440 5.362,5 18.077,1 75
Total 97.909 108.565 165.158 164.366 213.009 749.007 107.001 96275,96
Jumlah pengunjung Obyek Wisata Subak Jatiluwih pada penelitian ini dikelompokkan menjadi empat kuartal yaitu kuartal I bulan Januari, Februari, Maret; kuartal II bulan April, Mei, Juni; kuartal III bulan Juli, Agustus, September, kuartal IV bulan Oktober, November, Desember. Indeks musim dan kuartalan digunakan untuk melihat pada kuartal ke berepa jumlah pengunjung Objek Wisata Subak Jatiluwih tertinggi. Berdasarkan Tabel 4.5 jumlah tertinggi terdapat pada kuartal III yaitu pada bulan Juli, Agustus, September dengan nilai indeks musim sebesar 153. Kuartal ke III tertinggi dikarenakan pada kuartal tersebut merupakan musim liburan sehingga wisatawan jauh lebih banyak yang berkunjung ke Obyek Wisata Subak Jatiluwih. Selain itu pada bulan – bulan tersebut padi akan siap di panen dan aktifitas memanen oleh petani akan banyak dijumpai. Jumlah kunjungan wisatawan tertinggi yaitu pada tahun 2016 pada Bulan Agustus sebesar 35.918 wisatawan dengan kunjungan tertinggi dalam satu hari yaitu 1.393 terdiri dari 1.345 wisatawan mancanegara dan 48 wisatawan domestik.
Fasilitas pendukung di Obyek Wisata Subak Jatiluwih terdiri dari hotel, villa serta restaurant atau café. Fasilitas toilet di Obyek Wisata Subak Jatiluwih belum tersedia umumnya pengunjung jika ingin ke toilet bersamaan ketika pergi ke tempat restaurant atau café yang berada di sekitaran kawasan obyek wisata. Fasilitas parkir untuk mobil, sepeda motor, sepeda gayung tidak tersedia sehingga pengunjung yang berkunjung memarkirkan kendaraanya di badan jalan secara on street seperti pada Gambar 4.6 Tempat peminjaman sepeda gayung di kawasan obyek wisata juga belum disediakan oleh Badan Pengelola Wisata Subak Jatiluwih, sehingga jika pengunjung ingin bersepeda harus memesan pada agen – agen travel yang menyediakan jasa persewaan sepeda untuk di kawasan Obyek Wisata Subak Jatiluwih. Jam buka operasional Obyek Wisata Subak Jatiluwih yaitu dari pukuk 08.30 - 17.30 WITA, rata – rata kunjungan berdsarakn pengelola wisata Subak Jatiluwih yaitu selama 3 jam. Tiket masuk untuk pengunjung dewasa mancanegara yaitu Rp 20.000, pengunjung anak – anak mancanegara Rp 15.000, pengunjung dewasa domestik yaitu Rp 10.000, pengunjung anak – anak domestik Rp 5.000 sedangkan untuk biaya parkir untuk roda 4 sebesar Rp 5.000 dan biaya parkir untuk roda 6 yaitu Rp 10.000.
Page
81
Gambar 4. 6 Parkir A. Potensi Alam
Obyek Wisata Subak Jatiluwih berada pada ketinggian 500 meter – 750 meter, serta pegunungan yang membentang yaitu Pegunungan Batukaru, Bukit Sanghyang, Bukit Adeng, Bukit Pucuk, Bukit Lesung dan Bukit Nagaloka. Kawasan pertanian yang berterasering dengan luas sawah abadi seluas 303 Ha. Selain pemandangan alam terdapat Kawasan Pura Luhur Puncak Petali dan Pura Luhur Besi Kalung. Pura Luhur Puncak Petali terdiri dari bebera pura diantaranya Pura Luhur Rambut Sedana, Pura Bulkan, Pura Batu Madeg, Pura Manik Galih, Pura Taksu Agung dan Pura Bujangga.
Kegiatan wisata yang dapat dilakukan di obyek daya tarik wisata Subak Jatiluwih terdiri dari kegiatan tracking, cycling, fotografi, makan atau minum, duduk atau bersantai selain itu wisatawan dapat turun ke sawah untuk mengikuti kegiatan para petani seperti menanam padi, membajak sawah bersama para petani serta dapat mengikuti kegiatan upacara adat yang diselenggarakan. Wisatawan yang berkunjung Obyek Wisata Subak Jatiluwih untuk dapat mengikuti kegiatan pertanian terlebih dahulu harus menyesuaikan dengan waktu kapan kegiatan tersebut berlangsung. Obyek wisata Subak Jatiluwih juga telah memiliki papan informasi untuk jalur tracking dan cycling. Jalur cycling yang memiliki pemandangan lansekap yang indah melewati beberapa sub subak yaitu Sub Subak Gunung Sari, Sub Subak Telabah Gede, Sub Subak Kedamaian, Sub Subak Besi Kalung dan Sub Subak Umadui selain itu juga terdapat pada jalan di tengah - tengah area persawahan.
Jalur tracking menggunakan jalur yang sama dengan jalur cycling yaitu melalui Sub Subak Gunung Sari, Sub Subak Telabah Gede, Sub Subak Kedamaian, Sub Subak Besi Kalung dan Sub Subak Umadui. Jalur tracking terdiri dari beberapa track yaitu short track dengan jarak 450 meter yang dapat ditempuh selama 45 menit, semi midle track dengan jarak 1,5 km perjalanan yang dapat ditempuh selama 1,5 jam, midle track dengan jarak 2,1 km yang dapat ditempuh dengan waktu 2 jam, long track dengan jarak 6,5 km dengan
wakti tempuh 3 jam, extra track dengan jarak 7,7 km perjalanan yang dapat ditempuh 4,5 jam. Jalur tracking dan cycling tersebut yang dikelola oleh Badan Pengelola Wisata Subak Jatiluwih. Aktivitas cycling di Obyek Wisata Jatiluwih jika para wisatawan ingin melakukan kegiatan tersebut diharuskan membawa sepeda sendiri atau para wisatawan yang datang dengan menggunakan jasa travel disediakan oleh pihak travel, pengelola wisata saat ini belum menyediakan jasa persewaan sepeda. Pengunjung yang melakukan aktivitas tracking selain menggunakan jalur yang telah disediakan oleh pengelola wisata juga dapat melewati parit – parit di tepian sawah.
Page
83
Gambar 4. 7 Peta Jalur Tracking dan Cycling
B. Potensi Budaya
Potensi budaya yang dimiliki oleh Obyek Wisata Subak jatiluwih yaitu upacara adat yang dilakukan saat bercocok tanam padi di sawah. Rangakaian upacara adat yang berhubangan sistem subak di Subak Jatiluwih yaitu:
1. Mapag toyo (menjemput air), yaitu upacara penjemputan air irigasi yang kelak akan digunakan untuk mengaliri areal persawahan yang biasanya dilakukan di bendungan atau tempat pembagi air. Upacara mapag toyo dilakukan pada sasih ketiga yaitu pada Bulan September.
2. Ngendangin, yaiti upacara yang dilakukan apabila terdapat anggota subak yang akan memulai mengolah lahan dengan tujuan memohon iin kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam menifestasi sebagai Betara Sri agar memberikan kelancara dan kehidupan. Upacara ngendangin dilakukan pada Bulan September pada sasih ketiga.
3. Ngurit atau mawiwih pantun merupakan upacara yang dilakukan pada saat membenihkan padi yang nantinya akan ditanam. Upacra ngurit dilakukan pada Bulan November
4. Ngerasikan, yaitu upacara yang dilakukan setelah sawah dibersihakan dan diratakan sebelum benih padi ditanam biasanya dilakukan di hulu maupun di hilir sawah.
Upacara ngerasakin dilakukan pada Bulan Januari.
5. Nandur atau menanam padi pada saat proses ini penanam biasanya mencari hari baik yang perhitungaanya disesuaikan dengan kelahiran anggota subak atau disebut mitra satru.
6. Upacara pada saat padi berumur satu bulan, yaitu ditandai dengan tumbuhnya tiga buku (ruas) pada batang padi yang diandaikan sebagai anak yang sudah lincah.
7. Upacara pada saat padi berumur dua bulan dilakukan sebagai wujud syukur kepada Tuhan karena padi sudah berkembang dengan baik.
8. Upacara padi saat padi berumur tiga bulan, diibaratkan padi sebagai manusia yang sudah menginjak masa remaha atau sudah akil balik, upacara dilakukan selain sebagai wujud syukur juga memohon kepada Tuhan agar perkembangan tanaman padi sesuai yang diharapkan.
9. Upacara meikuh lasan, yaitu upacara yang dilakukan pada sat padai tumbuh malai sehingga Nampak seperti ekor kadal sehingga dinamakan meikuh lasan. Upacara
Page
85
ini bertujuan untuk memohon kepada Tuja agar malai yang sudah tumbuh dapat berkembang baik sehingga dapat dipanen pada saatnya nanti.
10. Upacara memanen padi, merias nini kaki dan nini manuh dilakuan sebagu wujud syukur kepada Tuhan atas manifestasunya sebagai Dewi Sri yang telah memberikan kelancara, kesuksesan dalam bertani.
11. Upacara padi di lumbung, dilakukan untuk memohon kepada Tuhan agar padi yang elah dipanen dapat disimpan dengan aman sehingga dapat digunakan sebagai bahan makan hingga panen berikutnya.
12. Upacara menurunkan padi, dilakukan pada saat padi di lumbung akan diturunkan untuk digunakan sebagai bahan pangan dengan tujuan agar padi yang akan diolah menjadi nasi dan berguna memberikan kebaikan.
13. Upacara mrelina dewa nini, bertujuan untuk melebur Dewa Nini yang digunakan pada saat menaikan padi ke lumbung dan sebagai wujud syukur kepada Tuhan.
Potensi budaya lainnya yang terdapat di Obyek Wisata Subak Jatiluwih yaitu berupa tari-tarian seperti tari joged, gong wanita, arja, topeng, wayang, seka shanti dan seka angklung. Tarian sakral yang dilakukan pada saat upacara ngaben yaitu tari Baris Memedi atay Sang Hyang Memedi yang dilakukan pada tingkatan madya dan utama.
Gambar 4. 8 Peta Daya Tarik Wisata Subak Jatiluwih
Page
87
Gambar 4. 9 Peta Subak Jatiluwih
4.2.2 Pembagian Wilayah Behaviour Mapping Subak Jatiluwih
Pembagian wilayah studi di Obyek Wisata Subak Jatiluwih berdasarkan wilayah sub subak yang memiliki kegiatan wisata. Jumlah Sub Subak yang berada di Obyek Wisata Subak Jatiluwih terdiri dari tujuh Sub Subak, tetapi pada penelitian ini yang digunakan terdiri dari enam Sub Subak yaitu Sub Subak Umakayu, Sub Subak Gunung Sari, Sub Subak Telabah Gede, Sub Subak Besi Kalung, Sub Subak Kedamaian dan Sub Subak Umadui. Deliniasi wilayah studi di dasarkan pada yaitu:
1. Lokasi Sub Subak Kesambi yang berjauhan dari enam sub subak yang menjadi lokasi kegiatan wisata menyebabkan sirkulasi pengunjung untuk berpindah terhambat.
2. Terkendalanya proses perizinan antara masyarakat sebagai pemiliki sawah dengan pengelola wisata.
3. Deliniasi wilayah studi di dasarkan pada aktivitas wisata yang dapat dilakukan di Obyek Daya Tarik Wisata Subak Jatiluwih terdiri dari kegiatan tracking, cycling, fotografi, makan atau minum, duduk atau bersantai selain itu wisatawan dapat turun ke sawah untuk mengikuti kegiatan para petani seperti menanam padi, membajak sawah bersama para petani serta dapat mengikuti kegiatan upacara adat yang diselenggarakan.
4.2.3 Identifikasi Jenis Aktivitas
Keberagaman jenis aktivitas yang dilakukan oleh pengunjung wisatawan Obyek Wisata Subak Jatiluwih terdiri dari 5 aktivitas utama yaitu terdiri aktivitas dinamis (bergerak) seperti berjalan atau tracking, bersepada aktivitas statis berfoto, makan dan minum, duduk (diam). Identifikasi jenis aktivitas di Obyek Wisata Subak JAtiluwih dilakukan pada hari kerja dan pada hari libur.
1. Pada week end
Berikut ini kegiatan pengungjung wisatawan Obyek Wisata Subak Jatiluwih pada week end. Pengamatan aktivitas pengunjung pada week end dilakukan pada hari Selasa pukul 13.00 sampai dengan 14.00 WITA. Pengamatan tidak dilakukan pada pagi hari atau sore dikarenakan pada pada lokasi studi cenderung hujan, sehingga banyak wisatawan untuk dapat berwisata pada siang hari.
Tabel 4. 6
Aktivitas Wisatawan Obyek Wisata Subak jatiluwih
Area Aktivitas Jumlah
Sub Subak Umakayu Berjalan atau tracking 3
Bersepeda 2
Page
89
Area Aktivitas Jumlah
Berfoto 0
Makan atau minum 0 Duduk atau bersantai 0 Sub Subak Gunung
Sari
Berjalan atau tracking
5
Bersepeda 4
Berfoto 1
Makan atau minum 0 Duduk atau bersantai 0 Sub Subak Telabah
Gede
Berjalan atau tracking
10
Bersepeda 7
Berfoto 5
Makan atau minum 3 Duduk atau bersantai 4 Sub Subak Besi Kalung Berjalan atau tracking 5
Bersepeda 4
Berfoto 0
Makan atau minum 0 Duduk atau bersantai 3 Sub Subak Kedamaian Berjalan atau tracking 4
Bersepeda 2
Berfoto 0
Makan dan minum 0
Duduk atau bersantai 0 Sub Subak Umadui Berjalan atau tracking 0
Bersepeda 3
Berfoto 0
Makan atau minum 0 Duduk atau bersantai 0
Berjalan atau tracking
60%
Berseped a 40%
Berfoto 0%
Makan atau minum
0%
Duduk atau bersantai
0%
Persentase Aktivitas Pengunjung di Sub Subak Umakayu
Berjalan atau tracking
50%
Berseped a 40%
Berfoto 10%
Makan atau minum
0%
Duduk atau bersantai
0%
Persentase Aktivitas Pengunjung di Sub Subak Gunung Sari
Gambar 4. 10 Persentase Aktivitas Pengunjug Pada Week End di Obyek Wisata Subak Jatiluwih a. Sub Subak Umakayu
Persentase aktivitas pada Sub Subak Umakayu terdiri dari aktivitas bersepada, aktivitas lain pada area tersebut tidak ditemukan. Pengunjung yang datang ke Sub Subak Umakayu yaitu ingin melihat potensi Air Terjun Yeh Hoo, untuk mencapai ke titik air terjun pengunjung harus terlebih dahulu tracking.
b. Sub Subak Gunung Sari
Area Sub Subak Gunung Sari terdiri dari aktivitas bersepeda, berfoto dan berjalan atau tracking, aktivitas berjalan atau tracking terbesar 50%. Jalur tracking dan cycling yang yang melewati Sub Subak Gunung Sari termasuk dalam jalur midle track yaitu 1,5 km.
c. Sub Subak Besi Kalung
Berdasarkan hasil persentase aktivitas pada Gambar 4.10 menunjukkan aktivitas di Sub Subak Besi Kalung terdiri dari aktivitas bersepeda, aktivitas berjalan atau
Berjalan atau tracking
34%
Berseped a 24%
Berfoto 17%
Makan / Minum
10%
Duduk / Bersantai 34%
Persentase Aktivitas Pengunjung di Sub Subak Telabah Gede
Berjalan atau tracking
42%
Bersepe da 33%
Berfoto 0%
Makan atau minum
0%
Duduk atau bersantai
25%
Persentase Aktivitas Pengunjung di Sub Subak Besi Kalung
Berjalan atau tracking
67%
Berseped a 33%
Berfoto 0%
Makan dan minum
0%
Duduk atau bersantai
0%
Persentase Aktivitas Pengunjung di Sub Subak Kedamaian
Berjalan atau tracking
0%
Berseped a 100%
Berfoto 0%
Makan atau minum
0%
Duduk atau bersantai
0%
Persentase Aktivitas Pengunjung di Sub Subak Umadui
Page
91
tracking serta duduk atau bersantai. Pada area Sub Subak Besi Kalung telah tersedia jalur untuk tracking dan cycling yang termasuk dalam jalur midle track dengan jarak 1,5 km. Wisatawan yang berkunjung ke Sub Subak Besi Kalung selain untuk melihat panorama alam melakukan aktivitas tracking dan cycling, juga melihat aktivitas persembahyangan di Pura Besi Kalung.
d. Sub Subak Telabah Gede
Sub Subak Telabah Gede yang menjadi icon dari Subak Jatiluwih, menjadi kawasan sub subak yang paling sering dikunjungi oleh pengunjung wisatawan.
Hal ini dapat dilihat pada hasil persentase pada Gambar 4.10 bahwa aktivitas berfoto, duduk atau bersantai, makan minum, bersepeda, berjalan atau tracking terjadi di Sub Subak Telabah Gede dengan persentase tertinggi sebesar 35%
pada aktivitas berjalan atau tracking. Letak Sub Subak Telabah Gede yang terletak di pinggir jalan utama Desa Jatiluwih serta adanya monumen yang berasal dari Unesco menjadikan Sub Subak Telabah Gede menjadi lokasi utama yang wajib dikunjungi. Titik point of view Subak Jatiluwih juga terletak di Sub Subak Telabah Gede. Pada area Sub Subak Telabah Gede telah tersedia jalur untuk tracking dan cycling yang termasuk dalam jalur short track dengan jarak 450 meter. Short track yang terdapat di Sub Subak Telabah Gede merupakan jarak terpendek yang disediakan oleh pengelola wisata yang paling sering digunakan oleh pengunjung wisatawan, disebabkan pengunjung biasanya memiliki waktu terbatas untuk mengelilingi Subak Jatiluwih sehingga memilih jalur yang terdapat di Sub Subak Telabah Gede untuk melakukan aktivitas.
e. Sub Subak Kedamaian
Area Sub Subak Kedamaian terdiri dari aktivitas bersepeda. Pada area ini minim dikunjungi oleh wisatawan karena letaknya yang jauh dari jalan utama. Waktu tempuh yang dibutuhkan pengunjung ke Sub Subak Kedamian yaitu kurang lebih 3,5 jam. Jalur tracking dan cycling yang yang melewati Sub Subak Kedamaian termasuk dalam jalur long track yaitu 6,1 km.
f. Sub Subak Umadui
Persentase aktivitas pada Sub Subak Umadui yaitu aktivitas bersepeda saja, tidak ada aktivitas lain yang ditemuin ketika melakukan pengamatan di lokasi tersebut. Tidak adanya pengunjung yang datang ke Sub Subak Umadui karena letaknya yang jauh dari jalan utama. Waktu tempuh yang dibutuhkan
pengunjung ke Sub Subak Umadui yaitu kurang lebih 4 jam. Jalur tracking dan cycling yang yang melewati Sub Subak Kedamaian termasuk dalam jalur extra long track yaitu 7,7 km.
Page
93
Gambar 4. 11 Behaviour Mapping Wisatawan pada Week End
2. Pada week days
Berikut ini kegiatan pengungjung wisatawan Obyek Wisata Subak Jatiluwih pada hari kerja. Pengamatan aktivitas pengunjung pada hari kerja dilakukan pada hari Selasa pukul 13.00 sampai dengan 14.00 WITA. Pengamatan tidak dilakukan pada pagi hari atau sore dikarenakan pada pada lokasi studi cenderung hujan, sehingga banyak wisatawan untuk dapat berwisata pada siang hari. Berikut Tabel 4.7 rincian aktivitas pengunjung Obyek Wisata Subak Jatiluwih pada week days.
Tabel 4. 7
Aktivitas Wisatawan Obyek Wisata Subak Jatiluwih
Area Aktivigtas Jumlah
Sub Subak Umakayu Berjalan atau tracking 0
Bersepeda 0
Berfoto 0
Makan atau minum 0
Duduk atau bersantai 0 Sub Subak Gunung Sari Berjalan atau tracking 4
Bersepeda 2
Berfoto 1
Makan atau minum 0
Duduk atau bersantai 0 Sub Subak Telabah Gede Berjalan atau tracking 6
Bersepeda 2
Berfoto 3
Makan atau minum 0
Duduk atau bersantai 2 Sub Subak Besi Kalung Berjalan atau tracking 4
Bersepeda 3
Berfoto 0
Makan atau minum 0
Duduk atau bersantai 0 Sub Subak Kedamaian Berjalan atau tracking 3
Bersepeda 0
Berfoto 0
Makan dan minum 0
Duduk atau bersantai 0 Sub Subak Umadui Berjalan atau tracking 0
Bersepeda 0
Berfoto 0
Makan atau minum 0
Duduk atau bersantai 0
Page
95
Gambar 4. 12 Persentase Aktivitas Penunjang Pada Week Days di Obyek Wisata Subak Jatiluwih a. Sub Subak Umakayu
Persentase aktivitas pada Sub Subak Umakayu yaitu tidak ada aktivitas wisatawan yang berkunjung ke lokasi tersebut. Tidak adanya pengunjung yang datang ke Sub Subak Umakayu karena tidak adanya jalur tracking atau cycling yang disediakan oleh pengelola wisata. Sehingga pengunjung enggan untuk datang ke area tersebut. Sub Subak Umakayu memiliki potensi Air Terjun Yeh Hoo, untuk mencapai ke titik air terjun pengunjung harus terlebih dahulu tracking.
b. Sub Subak Gunung Sari
Area Sub Subak Gunung Sari terdiri dari aktivitas bersepeda, berfoto dan berjalan atau tracking dengan presentase terbesar 57% yaitu aktivitas berjalan
Berjalan atau tracking
57%
Berseped a 29%
Berfoto 14%
Makan atau minum
0%
Duduk atau bersantai
0%
Persentase Aktivitas Pengunjung di Sub Subak Gunung Sari
Berjalan atau tracking
46%
Berseped a 16%
Berfoto 23%
Makan / minum
0%
Duduk / Bersantai
46%
Persentase Aktivitas Pengunjung di Sub Subak Telabah Gede
Berjalan atau tracking
57%
Berseped a 43%
Berfoto 0%
Makan atau minum
0%
Duduk atau bersantai
0%
Persentase Aktivitas Pengunjung di Sub Subak Besi Kalung
Berjalan atau tracking
100%
Berseped a 0%
Berfoto 0%
Makan dan minum
0%
Duduk atau bersantai
0%
Persentase Aktivitas Pengunjung di Sub Subak Kedamaian
atau tracking. Jalur tracking dan cycling yang yang melewati Sub Subak Gunung Sari termasuk dalam jalur midle track yaitu 1,5 km.
c. Sub Subak Besi Kalung
Berdasarkan hasil persentase aktivitas pada Gambar 4.12 menunjukkan aktivitas di Sub Subak Besi Kalung terdiri dari aktivitas bersepeda sebanyak 43% dan aktivitas berjalan atau tracking sebesar 57%. Pada area Sub Subak Besi Kalung telah tersedia jalur untuk tracking dan cycling yang termasuk dalam jalur midle track dengan jarak 1,5 km. Wisatawan yang berkunjung ke Sub Subak Besi Kalung selain untuk melihat panorama alam melakukan aktivitas tracking dan cycling, juga melihat aktivitas persembahyangan di Pura Besi Kalung.
d. Sub Subak Telabah Gede
Sub Subak Telabah Gede yang menjadi icon dari Subak Jatiluwih, menjadi kawasan sub subak yang paling sering dikunjungi oleh pengunjung wisatawan.
Hal ini dapat dilihat pada hasil persentase pada Gambar 4.12 bahwa aktivitas berfoto, duduk atau bersantai, makan minum, bersepeda, berjalan atau tracking terjadi di Sub Subak Telabah Gede dengan persentase tertinggi sebesar 46%
pada aktivitas berjalan atau tracking. Letak Sub Subak Telabah Gede yang terletak di pinggir jalan utama Desa Jatiluwih serta adanya monumen yang berasal dari Unesco menjadikan Sub Subak Telabah Gede menjadi lokasi utama yang wajib dikunjungi. Titik point of view Subak Jatiluwih juga terletak di Sub Subak Telabah Gede. Pada area Sub Subak Telabah Gede telah tersedia jalur untuk tracking dan cycling yang termasuk dalam jalur short track dengan jarak 450 meter. Short track yang terdapat di Sub Subak Telabah Gede merupakan jarak terpendek yang disediakan oleh pengelola wisata yang paling sering digunakan oleh pengunjung wisatawan, disebabkan pengunjung biasanya memiliki waktu terbatas untuk mengelilingi Subak Jatiluwih sehingga memilih jalur yang terdapat di Sub Subak Telabah Gede untuk melakukan aktivitas.
e. Sub Subak Kedamaian
Area Sub Subak Kedamaian terdiri dari aktivitas bersepeda. Pada area ini minim dikunjungi oleh wisatawan karena letaknya yang jauh dari jalan utama. Waktu tempuh yang dibutuhkan pengunjung ke Sub Subak Kedamian yaitu kurang lebih 3,5 jam. Jalur tracking dan cycling yang yang melewati Sub Subak Kedamaian termasuk dalam jalur long track yaitu 6,1 km.
Page
97
f. Sub Subak Umadui
Persentase aktivitas pada Sub Subak Umadui yaitu tidak ada aktivitas wisatawan yang berkunjung ke lokasi tersebut. Tidak adanya pengunjung yang datang ke Sub Subak Umadui karena letaknya yang jauh dari jalan utama. Waktu tempuh yang dibutuhkan pengunjung ke Sub Subak Umadui yaitu kurang lebih 4 jam.
Jalur tracking dan cycling yang yang melewati Sub Subak Kedamaian termasuk dalam jalur extra long track yaitu 7,7 km.
Page
99
Gambar 4. 13 Behaviour Mapping Wisatawan pada Week Days
Perbandingan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Obyek Wisata Subak Jatiluwih pada week days dan week end terlihat bahwa wisatawan yang datang jauh lebih ramai pada waktu week end dapat dilihat pada Gambar 4.11 dan Gambar 4.13 untuk dapat melihat perbedaan aktivitas yang terjadi pada week days atau week end. Berdasarkan Gambar 4.11 dan Gambar 4.13 Sub Subak yang tingkat keramaiannya dan jumlah kunjungan paling tinggi terdapat di Sub Subak Telabah Gede. Tingkat keramaian dan jumlah kunjungan yang paling tinggi di Sub Subak Telabah Gede berpengaruh terhadap daya dukung lingkungan wisata di Obyek Wisata Subak Jatiluwih. Aktivitas yang terdapat di Sub Subak Telabah Gede seperti berjalan atau tracking, bersepeda, berfoto, makan atau minum serta duduk atau bersantai jika pada area tersebut menjadi pusat kunjungan wisatawan maka area Sub Subak Telabah Gede yang terlebih dahulu mengalami penurunan daya dukung lingkungan wisata.
Gangguan aktivitas sepetti berjalan atau tracking; cycling; makan atau minum;
duduk atau bersantai tidak memberikan dampak secara tidak langsung terhadap daya dukung lingkungan wisata di Subak Jatiluwih tetapi jumlah kunjungan wisatawan yang tinggi berpenagruh terhadap ruang wisata Subak Jatiluwih. Jika kondisi tersebut tidak dekendalikan dengan mengidentifiksi daya dukung lingkungan wisata di Subak Jatiluwih maka dikhawatirkan akan terjadi daya dukung yang berlebihan. Luas area wisata yang digunakan merupakan lahan pertanian yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya oleh UNESCO dan menjadi lahan pertanian abadi sehingga jika daya dukung melebihi tidak bisa mengalihfungsikan kawasan tersebut menjadi kawasan budidaya.
Tabel 4. 8
Jumlah Proporsi Kunjungan Wisatawan pada Week End Area Aktivitas Jumlah Proporsi
nilai 1=
Hasil Proporsi
Total
proporsi Persentase Sub Subak
Umakayu
Berjalan atau
tracking 3
3 9 15 8%
Bersepeda 2 3 6
Berfoto 0 3 0
Makan atau
minum 0
3 0
Duduk atau
bersantai 0
3 0
Sub Subak Gunung Sari
Berjalan atau
tracking 5
3
15 29 15%
Bersepeda 4 3 12
Berfoto 1 3 2
Makan atau
minum 0
3 0
Duduk atau
bersantai 0
3 0
Page
101
Area Aktivitas Jumlah Proporsi nilai 1=
Hasil Proporsi
Total
proporsi Persentase Sub Subak
Telabah Gede
Berjalan atau
tracking 10
3
30 68 45%
Bersepeda 7 3 21
Berfoto 5 3 10
Makan atau
minum 3
3 3
Duduk atau
bersantai 4
3 4
Sub Subak Besi Kalung
Berjalan atau
tracking 5
3
15 30 18%
Bersepeda 4 3 12
Berfoto 0 3 0
Makan atau
minum 0
3 0
Duduk atau
bersantai 3
3 3
Sub Subak Kedamaian
Berjalan atau
tracking 4
3 12 18 9%
Bersepeda 2 3 6
Berfoto 0 3 0
Makan dan minum 0 3 0
Duduk atau
bersantai 0
3 0
Sub Subak Umadui
Berjalan atau
tracking 0
3 0 9 5%
Bersepeda 3 3 9
Berfoto 0 3 0
Makan atau
minum 0
3 0
Duduk atau
bersantai 0
3 0
Tabel 4. 9
Jumlah Proporsi Kunjungan Wisatawan pada Week Days Area Aktivitas Jumlah Proporsi
nilai 1=
Hasil Proporsi
Total
proporsi Persentase Sub Subak
Umakayu
Berjalan atau
tracking 0
3 0 0 0%
Bersepeda 0 3 0
Berfoto 0 3 0
Makan atau
minum 0
3 0
Duduk atau
bersantai 0
3 0
Sub Subak Gunung Sari
Berjalan atau
tracking 4
3
12 20 23%
Bersepeda 2 3 6
Berfoto 1 3 2
Makan atau
minum 0
3 0
Duduk atau
bersantai 0
3 0
Area Aktivitas Jumlah Proporsi nilai 1=
Hasil Proporsi
Total
proporsi Persentase Sub Subak
Telabah Gede
Berjalan atau
tracking 6
3
18 32 43%
Bersepeda 2 3 6
Berfoto 3 3 6
Makan atau
minum 0
3 0
Duduk atau
bersantai 2
3 2
Sub Subak Besi Kalung
Berjalan atau
tracking 4
3
12 21 23%
Bersepeda 3 3 9
Berfoto 0 3 0
Makan atau
minum 0
3 0
Duduk atau
bersantai 0
3 0
Sub Subak Kedamaian
Berjalan atau
tracking 3
3 9 9 10%
Bersepeda 0 3 0
Berfoto 0 3 0
Makan dan
minum 0
3 0
Duduk atau
bersantai 0
3 0
Sub Subak Umadui
Berjalan atau
tracking 0
3 0 0 0%
Bersepeda 0 3 0
Berfoto 0 3 0
Makan atau
minum 0
3 0
Duduk atau
bersantai 0
3 0
Page
103
Gambar 4. 14 Persentase Kunjungan Wisatawan di Subak Jatiluwih pada Week End dan Week days
Hasil anlisis behaviour mapping pada Sub Bab 4.2.3 memiliki keterkaitan dengan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Obyek Wisata Subak Jatiluwih. Perhitungan dengan menggunakan analisis daya dukung lingkungan wisata berdasarkan teori cifuentes mendapatkan input jumlah wisatawan. Penelitian memiliki kelemahan karna tidak bisa mengidentifikasi daya dukung lingkungan wisata di setiap sub subak, tetapi berdasarkan hasil analisis behaviour mapping kawasan sub subak yang memiliki tingkat kunjungan yang paling tinggi yaitu Sub Subak Telabah Gede. Pada analisis behaviour mapping di proporsikan jumlah kunjungan wisatawan per 1 jam dimana 1 orang yang berkunjung di asumsikan mewakili 3 orang. Proporsi digunakan untuk mengidentifikasi prosentase kunjungan wisatawan di masing – masing Sub Subak yang ada di Subak Jatiluwih.
Berdasarkan hasil perhitungan maka diperoleh persentase kunjungan wisatawan pada week end dan week days yaitu:
1. Pada week end jumlah kunjungan wisatawan di Obyek Wisata Subak Jatiluwih persentase jumlah kunjungan tertinggi yaitu terdapat di Sub Subak telabah Gede sebesar 45%, Sub Subak Besi Kalung sebesar 18%, Sub Subak Gunung Sari sebesar 15%, Sub Subak Kedamaian sebesar 9%, Sub Subak Umakayu sebesar 8% dan Sub Subak Umadui sebesar 5%.
2. Pada week days jumlah kunjungan wisatawan di Obyek Wisata Subak Jatiluwih persentase jumlah kunjungan tertinggi yaitu terdapat di Sub Subak Telabah Gede
8%
15%
45%
18%
9% 5%
Persentase Kunjungan Wisatawan di Subak Jatiluwih pada Week End
Sub Subak Umakayu Sub Subak Gunung Sari Sub Subak Telabah Gede Sub Subak Besi Kalung Sub Subak Kedamaian Sub Subak Umadui
Sub Subak Umadui
0%
23%
43%
23%
10%
Sub Subak Umakayu
0%
Persentase Kunjungan Wisatawan di Subak Jatiluwih pada Week Days
Sub Subak Umkayu Sub Subak Gunung Sari Sub Subak Telabah Gede Sub Subak Besi Kalung Sub Subak Kedamaian Sub Subak Umadui
sebesar 43%, Sub Subak Besi Kalung sebesar 23%, Sub Subak Gunung Sari 23% dan Sub Subak Kedamaian 10% sedangkan untuk Sub Subak Umakayu dan Sum Subak Umadui berdasarkan hasil asumsi dengan memproporsisikan tidak ada pengunjung yang datang.
Sehingga kawasan sub subak yang ada kawasan Obyek Wisata Subak Jatiluwih yang memiliki beban lebih besar karena tingginya kunjungan wisatawan yaitu di Sub Subak Telabah Gede. Hal tersebut terjadi disebebkan karena Sub Subak Telabah Gede menjadi pintu masuk dalam aktivitas tracking atau cycling, selain itu menjadi titik point of view untuk melihat pemandangan alam di sekitar kawasan Obyek Wisata Subak Jatiluwih.
4.2.4 Unsur Lansekap Obyek Wisata Subak Jatiluwih A. Bentuk Lahan
Bentuk lahan adalah suatu bagian dari bentuk permukaan bumi yang mempunyai karakteristik tertentu dan dihasilkan dari satu atau gabungan beberapa proses geomorfik dalam kurun waktu tetentu (Asriningrum 2002). Desa Jatiluwih terdiri dari 6 klasifikasi topografi yang terdiri dari topografi 250 – 500 m dpl, 500 – 750 m dpl, 750 – 1.000 m dpl, 1.000 - 1.500 m dpl, 1.500 - 2.000 m dpl. Obyek wisata Subak Jatiluwih berada pada kelas topografi 500 – 750 m dpl dan 250 – 500 m mdpl yaitu yang berwarna kuning dan hijau muda dapat dilihat pada peta topografi Gambar 4.2. Pada penelitian ini untuk mengidentifikasi bentuk lahan, peneliti menggunakan peta topografi di kawasan Obyek Wisata Obyek Wisata Subak Jatiluwih karena dengan menggunakan peta topografi dapat menggambarkan bentuk permukaan bumi melalui garis – garis ketinggian, selain itu tinggi rendahnya permukaan dari pandangan datar (relief), juga meliputi pola sungai. Obyek Wisata Subak Jatiluwih yang termasuk pada topografi 500 - 750 m dpl yaitu Sub Subak Umakayu, Sub Subak Gunung Sari, Sub Subak Telabah Gede, Sub Subak Besi Kalung dan Sub Subak Kedamaian. Sedangkan Obyek Wisata Subak Jatiluwih yang termasuk dalam topgrafi 250 – 500 m dpl yaitu Sub Subak Umadui.
Bentuk lahan Obyek Wisata Subak Jatiluwih termasuk dalam kriteria bukit rendah dan berombak, bukit di kaki gunung atau dasar lembah bukan ciri - ciri lansekap yang menarik. Ketinggian Obyek Wisata Subak Jatiluwih berada pada rentang 250 – 500 m dpl dan 500 – 700 m dpl .
B. Vegetasi
Tipe ekosistem Cagar Alam Batukaru, termasuk dalam hutan hujan tropis dataran tinggi yang dicirikan dengan curah hujan yang tinggi, kondisi kawasan selalu basah dengan
Page
105
keanekaragaman jenis tumbuhan yang cukup tinggi. Karena letaknya pada derah pegunungan menyebabkan kawasan hutan ini sangat penting dan strategis bagi daerah resapan dan perlindungan tata air (hidro-orologis) bagi daerah di bawahnya terutama Kabupaten - Kabupaten di Propinsi Bali bagian selatan. Keanekaragaman tumbuhan dan satwa yang cukup tinggi, kawasan ini memiliki nilai konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang penting dan prioritas di Propinsi Bali. Berdasarkan ketinggian tempat, Cagar Alam Hutan Batukaru termasuk tipe Ekosistem darat yaitu meliputi:
Ekositem Hutan Magrove, Ekosistem Hutan Pantai, Ekosistem Hutan Musim, Ekosistem Hutan Hujan Dataran Rendah, Ekosistem Evergreen, Ekosistem Savana, dan Ekosistem River rain Forest.
Berdasarkan hasil eksplorasi berbagi jenis tumbuhan termasuk berbagai jenis anggrek yang dilakukan oleh Puslitbang Biologi, LIPI pada Tahun 1992 di kawasan Taman Nasional Bali Barat (nomor RTK 4), pada kawasan ini banyak ditemukan berbagai vegetasi atau flora yang langka antara lain adalah flora khas seperti Cemara Pandak (Podocarpus Imbricatus), Kepelam dan Cemara Gesenh (Casuarina Junghuniana). Obyek Wisata Subak Jatiluwih memiliki jenis vegetasi padi yaitu jenis beras merah. Produksi beras berah di Subak Jatiluwih telah memiliki sertifikat SNI Pangan Organik. Benih yang digunakan oleh petani di Desa Jatiluwih adalah varietas beras merah lokal atau disebut juga padi cendana.
C. Warna
Kriteria penilaian warna di Obyek Wisata Subak Jatiluwih pada penelitiaan ini yaitu peruntukan ODTW tersebut. Berdasarkan RTRW Kabupaten Tabanan Tahun 2010 – 2030 bahwa Obyek Wisata Subak Jatiluwih termasuk dalam desa dengan kawasan pertanian.
D. Pemandangan
Obyek Wisata Subak Jatiluwih berada pada ketinggian 500 m dpl – 750 m dpl, serta pegunungan yang membentang yaitu Pegunungan Batukaru, Bukit Sanghyang, Bukit Adeng, Bukit Pucuk, Bukit Lesung dan Bukit Nagaloka. Kawasan pertanian yang berterasering dengan luas sawah abadi seluas 303 Ha. Selain pemandangan alam terdapat Kawasan Pura Luhur Puncak Petali dan Pura Luhur Besi Kalung. Pura Luhur Puncak Petali terdiri dari bebera pura diantaranya Pura Luhur Rambut Sedana, Pura Bulkan, Pura Batu Madeg, Pura Manik Galih, Pura Taksu Agung dan Pura Bujangga. Pemandangan di Obyek Wisata Suba
E. Kekhasan
Keunikan subak antara lain adalah tingginya intensitas dan frekuensi pelaksanaan kegiatan ritual keagamaan yang terkait erat dengan tahap-tahap ritual keagamaan yang terkait erat dengan tahap - tahap pertumbuhan tanaman padi. Kegiatan ritual inilah antar lain yang merupakan ciri khas subak dan membedakannya dengan sistem irigasi tradisional lainnya di dunia.
Definisi cagar budaya dalam Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 3 Tahun 2005 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali, Pasal 1 ayat 36 menyatakan bahwa kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan adalah tempat serta ruang disekitar bangunan bernilai budaya tinggi dan sebagai tempat serta ru