Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 2
KEDUDUKAN DAN FUNGSI HADIS
Uraian Materi
Kedudukan Hadis dalam Islam
Kedudukan Hadis Nabi sebagai sumber otoritatif ajaran Islam yang kedua, telah diterima oleh hampir seluruh ulama dan umat Islam, tidak saja di kalangan Sunni tapi juga di kalangan Syi’ah dan aliran Islam lainnya. Legitimasi otoritas ini tidak diraih dari pengakuan komunitas muslim terhadap Nabi sebagai orang yang berkuasa tapi diperoleh melalui kehendak Ilahiyah. Oleh karena itu segala perkataan, perbuatan dan takrir beliau dijadikan pedoman dan panutan oleh umat Islam dalam kehidupan sehari- hari. Terlebih jika diyakini bahwa Nabi selalu mendapat tuntunan wahyu sehingga apa saja yang berkenaan dengan beliau pasti membawa jaminan teologis. Bila menyimak ayat-ayat al-Qur’an, setidaknya ditemukan sekitar 50 ayat yang secara tegas memerintahkan umat Islam untuk taat kepada Allah dan juga kepada Rasul-Nya, di antaranya dikemukakan sebagai berikut:
...
Artinya: Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.
Menurut ulama penggalan ayat ke 7 surat al Hasyr tersebut memberi petunjuk secara umum yakni semua perintah dan larangan yang berasal dari Nabi wajib dipatuhi
1. Mampu menjelaskan kedudukan Hadis sebagai sumber hukum Islam
2. Mampu menjelaskan argumentasi kehujjahan Hadis 3. Mampu menjelaskan fungsi Hadis terhadap Al Qur’an
Capaian Pembelajaran
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 2
sebagai sumber ajaran Islam. Oleh karena itu, kewajiban patuh kepada Rasulullah merupakan konsekuensi logis dari keimanan seseorang. Dalam surat al-Nisa’ ayat 80 juga dikemukakan:
…
Artinya: Barang siapa yang mengikuti Rasul maka sesunguhnya ia telah mentaati Allah.
Ayat tersebut mengandung petunjuk bahwa kepatuhan kepada Rasulullah merupakan salah satu tolok ukur kepatuhan seseorang kepada Allah.
Di atas dijelaskan bahwa perintah yang wajib ditaati dan larangan yang wajib ditinggalkan adalah yang disampaikan oleh beliau dalam kapasitasnya sebagai Rasulullah. Pada ayat lain dikemukakan bahwa kehadiran Nabi Muhammad adalah menjadi panutan yang baik bagi umat Islam seperti dalam surat al-Ahzab ayat 21 dikatakan:
Artinya: Sesunguhnya telah ada pada diri Rasullah teladan yang baik bagimu
Ayat tersebut memberi petunjuk bahwa Nabi Muhamad adalah teladan hidup bagi orang-orang yang beriman. Bagi mereka yang sempat bertemu dengan Rasulullah maka cara meneladaninya dapat mereka lakukan secara langsung sedang mereka yang tidak sezaman dengan beliau maka cara meneladaninya adalah dengan mempelajari, memahami dam mengikuti berbagai petunjuk yang termuat dalam hadis-hadisnya. Dari petunjuk ayat-ayat di atas, jelaslah bahwa Hadis atau sunnah Nabi merupakan sumber ajaran Islam di samping al-Qur’an. Orang yang menolak Hadis sebagi sumber ajaran Islam, berarti orang itu pada hakikatnya menolak al-Qur’an.
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 2
Argumentasi kehujahan Hadits (Rasional/Teologis, Alqur’an, Sunnah dan Ijma’) Keberadaan Hadis sebagai tasyri’, dapatlah ditelusuri melalui kehujahan Al-Qur’an, argumentasi Hadis itu sendiri, maupun ijma sahabat yang telah berkembang dalam sejarah pertumbuhan Hadis. Segi tiga argumentasi ini sangat perlu dimunculkan sebagai basis hujjah terhadap mereka yang mengingkari keberadaan Hadis. Kenapa harus mengambil dari Al-Qur’an, Hadis, maupun ijma’. Alasannya, Al-Qur’an sebagai basis hukum pertama dalam runutan hukum Islam, merupakan pijakan pertama yang harus dilihat secara jernih. Bahwa apakah dalam ribuan ayat termaktub beberapa kalimat yang melegimitasi keberadaan Hadis, atau malah terdapat beberapa ayat Al-Qur’an yang menolak keberadaan Hadis. Dari hasil penelusuran, terdapat puluhan ayat Al-Qur’an yang mengisyaratkan secara jelas dan tegas akan eksistensi Hadis sebagai tasyri’.
Demikian juga kenapa harus mengambil dari Hadis. Bukankah hal itu pendekatan yang kurang objektif?. Dengan pertimbangan keabsahan Hadis melalui Hadis, pengakuan dari dalam relatif kurang relevan?.
Penjelasannya, untuk mencari apakah legitimasi Hadis bertolak belakang dengan Hadis itu sendiri atau tidak. Demikian halnya dengan ijma’, mengungkapkan sejauh mana para sahabat berkomitmen terhadap Hadis sebagai pemutus persoalan yang terjadi sepeninggalan Rasul saw.
Jika dibuka lembaran demi lembaran mushaf al-Qur’an, terdapat beberapa ayat yang menginformasikan, menjelaskan, dan mengafirmasikan (mengukuhkan) akan keberadaan hadis sebagai dalil tasyri’, diantaranya:
“Wahai orang-orang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kepada Rasul dan pemimpin di antara kalian. Jika kalian berselisih faham dalam sesuatu maka kembalikanlah kepada Allah dna Rasul-Nya jika kalian beriman kepada Allah dan hari akhirat. Yang demikian itu lebih baik dan sebaik-baik akibatnya” (An-Nisaa : 59).
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 2
“Maka demi Tuhanmu, tidaklah mereka beriman sehingga meminta keputusan hukum kepadamu tentang apa-apa yang mereka perselisihkan di antara mereka kemudian mereka tidak merasa keberatan atas apa yang kamu putuskan dan mereka tunduk setunduk-tunduknya” (An-Nisa : 65).
Ayat ini diturunkan berkaitan dengan sengketa sebidang tanah antara Bani Umayyah dan al-Zubayr yang berselisih mengenai sungai kecil (syarj) di Harra. Dari perselisihan ini Nabi SAW melerai dan memberikan keputusan bahwa Syarj itu milik al- Zubayr. Bani Umayyah merasa keberatan dan tidak menerima akan keputusan Nabi SAW ini. Dalam peristiwa inilah surat an-Nisa ayat 65 diturunkan. Dengan makna lain, sikap Bani Umayyah yang tidak menerima akan keputusan Nabi saw.
Fungsi Hadis terhadap Al-Qur’an
Dalam uraian di atas telah dijelaskan bahwa sebagian besar ayat-ayat hukum dalam Al-Qur’an adalah dalam bentuk garis besar yang secara amaliyah belum dapat dilaksanakan tanpa penjelasan dari Hadis. Dengan demikian fungsi Hadis yang utama adalah untuk menjelaskan Al-Qur’an. Hal ini telah sesuai dengan penjelasan Allah dalam surat An-Nahl :64
Artinya: Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu.
Dengan demikian bila Al-Qur’an disebut sebagai sumber asli bagi hukum fiqh, maka Hadis disebut sebagai bayani. Dalam kedudukannya sebagai bayani dalam hubungannya dengan Al-Qur’an, ia menjalankan fungsi sebagai berikut:
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 2
No Contoh
1 Al Qur’an QS Al An’am ayat 152
Hadis Jauhilah oleh kalian tujuh perkara yang merusak, dan salah satu diantaranya perkara yang Rasulullah sebutkan adalah memakan harta anak yatim (Muttafaqun ‘alaih) 2 Al Qur’an QS Al Baqarah ayat 43
Hadis Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat (Muttafaqun alaih)
3 Al Qur’an QS At Taubah 103 Fungsi
Hadis sebagai al
bayani
Bayan Taqrir artinya sebagai
penguat
Bayan Tafsir artinya sebagai
pejelas
Bayan Tasyri’
artinya sebagai penentu
Bayan Nasakh artinya sebagai
penghapus
Conto h 01
Conto h02
Conto h 03
Conto h 04
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 2
Hadis Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah, beliau memerintahkan agar menunaikannya sebelum orang- orang berangkat untuk shalat ‘ied (HR. Bukhori 1407) 4 Al Qur’an QS Al Baqarah ayat 180
Hadis Sungguh Allah telah memberikan hak kepada setiap yang berhak menerimanya, dan tidak ada wasiat bagi pewaris (HR. Nasa’i)
Dengan demikian kelihatan bahwa Hadis menetapkan sendiri hukum yang tidak ditetapkan dalam Al-Qur’an. Fungsi Hadis dalam bentuk ini disebut itsbat. Sebenarnya bila diperhatikan dengan teliti akan jelas bahwa apa yang ditetapkan Hadis itu pada hakikatnya adalah penjelasan terhadap apa yang disinggung Al-Qur’an atau memperluas apa yang disebutkan Al-Qur’an secara terbatas. Umpamanya Allah SWT mengharamkan memakan bangkai, darah, dan daging babi. Larangan Nabi ini menurut lahirnya dapat dikatakan sebagai hukum baru yang ditetapkan oleh Nabi, karena memang apa yang diharamkan Nabi ini secara jelas tidak terdapat dalam Al-Qur’an.
Tetapi kalau dipahami lebih lanjut larangan Nabi itu hanyalah sebagai penjelasan terhadap larangan Al-Qur’an memakan sesuatu yang kotor.
Fungsi utama Hadis adalah sebagai penjelas atas al-Qur’an. Secara garis besar, fungsi Hadis terhadap al-Qur’an ada tiga, di antaranya;
1. Menegakkan kembali keterangan atau Perintah yang terdapat di dalam al-Qur’an.
Dalam hal ini Hadis datang dengan keterangan atau perintah yang sejalan dengan al-Qur’an.
2. Menjelaskan dan menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an yang datang secara mujmal (global). Dalam hal ini kaitannya ada tiga hal (a). Menafsirkan serta memperinci ayat-ayat yang bersifat umum, (b). Mengkhususkan ayat-ayat yang bersifat umum, (c). Memberi batasan terhadap ayat bersifat mutlaq.
3. Menetapkan hukum-hukum yang tidak ditetapkan oleh al-Qur’an (bayan Tasyri’)
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 2 Latihan
1. Jelaskan kedudukan Hadis sebagai sumber hukum dalam Islam!
2. Jelaskan Kehujjahan Hadis sebagai sumber hukum Islam!
3. Apa saja fungsi Hadis terhadap Al Qur’an!
Tes Formatif dan Kunci Jawaban (PG menggunakan googleform)