• Tidak ada hasil yang ditemukan

BERPIKIR SISTEM POLA BERPIKIR UNTUK PEMAHAMAN MASALAH YANG LEBIH BAIK

N/A
N/A
Annisyah Meriana Azan

Academic year: 2024

Membagikan "BERPIKIR SISTEM POLA BERPIKIR UNTUK PEMAHAMAN MASALAH YANG LEBIH BAIK"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/302412744

Berpikir Sistem: Pola Berpikir untuk Pemahaman Masalah yang lebih baik

Book · October 2013

CITATIONS

21

READS

138,017

1 author:

Akhmad Hidayatno University of Indonesia 157PUBLICATIONS   971CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Akhmad Hidayatno on 09 May 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.

(2)

1

B ERPIKIR S ISTEM

P OLA B ERPIKIR UNTUK P EMAHAMAN M ASALAH YANG

L EBIH B AIK

A

KHMAD

H

IDAYATNO
(3)

2

P ERSEMBAHAN

Kepada Istriku, dr. Ernie Widianty Rahardjo M.Kes, MBA yang selalu sabar menemani dan menginspirasi perjalanan hidup

Kepada Bapak Ibu Ir. Soedjadi Martodiwirjo dan Papa Mama Prof. Dr. Eddy Rahardjo Sp.An.

KIC, atas inspirasinya untuk selalu belajar dan memperbaiki diri terus menerus tanpa memandang usia.

(4)

3

P ENGANTAR

Sebuah cerita dari hikayat Nasrudin:

Di suatu malam, seorang sahabat dari Nasrudin mendapatinya sedang sibuk kebingungan mencari-cari sesuatu dibawah lampu jalanan yang terang, sehingga dia bertanya kepada Nasrudin: “Wahai sahabatku, apa yang kau cari siapa tahu aku bias membantumu”

Nasrudin menjawab, “aku kehilangan dompetku, bisakah kau menolongku mencarinya”

Sang sahabat serta merta mencari hingga radius lebih dari 50 m dari lampu tersebut, karena berpikir pasti Nasrudin kehilangan dompetnya disekitar itu. Namun setelah bersusah payah mencari, sang sahabat jadi kebingungan karena tidak bisa menemukannya sehingga dia bertanya kembali ke Nasrudin, “Wahai sahabaku, dimana kau kehilangan dompetmu?”

Nasrudin menjawab, “Aku kehilangannya di rumahku”

Sang Sahabat sebal kenapa kok dirumah dicarinya di sini, “Loh, kenapa kok mencarinya di Jalan ini, kenapa tidak dirumah?”

Nasrudin menjawab, “Rumahku lampunya kurang terang, lebih terang disini, jadi aku lebih enak mencarinya disini”

Cerita Nasrudin ini bisa diartikan sebagai cara kita menyelesaikan permasalahan terkadang tidak berdasarkan atas pemahaman yang utuh dari masalah tersebut. Sumber ketidakutuhan ini bisa saja kemalasan, tidak tersedianya data, atau terlalu mengandalkan pengalaman kita sebelumnya yang terbatas. Padahal pemahaman masalah yang baik merupakan langkah awal penyelesaian masalah yang lebih baik. Tidak ada gunanya mengkritisi atau menyalahkan cara penyelesaian masalah orang lain seandainya sumbernya adalah pemahaman masalahnya ternyata salah atau kurang lengkap, karena orang tersebut pasti tidak akan merasa salah. Bagi dia, solusi yang dilakukan telah logis dalam kerangka yang dia tahu.

Berpikir sistem mampu memfasilitasi proses yang lebih baik dalam memahami masalah.

Dengan memandang permasalahan sebagai sebuah sistem, kita bisa terlepas dari jebakan untuk hanya memfokuskan diri memperbaiki apa yang rusak. Pemahaman sebagai sistem akan mengembangkan fokus kita kepada adanya hubungan antara apa yang rusak dengan komponen lainnya. Hubungan ini bisa menimbulkan keterkaitan, dan keterkaitan bisa berujung kepada ketergantungan, sehingga kita bisa melihat peluang baru dan lebih baik dalam menyelesaikan masalah. Proses yang dinamis inilah yang membuat berpikir sistem disebut sebagai sebuah seni untuk secara simultan memandang pohon tanpa melupakan perhatian terhadap hutan (the art of seeing trees without forgetting the forest).

(5)

4

Buku ini akan menjelaskan berpikir sistem sebagai sebuah model untuk berpikir. Jika didefinisikan, model adalah sebuah contoh yang ingin ditiru. Sama dengan ketika kita membaca otobiografi orang sukses, kita ingin meniru orang tersebut. Kita ingin tahu apa saja yang membuat orang tersebut sukses. Apakah ada pepatah yang menjadi pegangan karirnya, bagaimana cara mengambil keputusan dalam tantangan dan lain sebagainya. Maka berpikir sistem di buku ini akan dibedah berdasarkan ciri-ciri yang menunjukkan kita telah melakukan pemikiran secara sistematik.

Sebagai sebuah model berpikir maka tentunya tidak sepenuhnya ciri-ciri yang dijabarkan disini adalah hal yang baru. Mungkin saja anda sebenarnya sudah mempraktekkan berpikir secara sistem dalam kehidupan anda sehari-hari, secara penuh, sebagian besar atau beberapa kali saja.

Mungkin saja anda menggunakan nama lain untuk beberapa pola berpikir anda, misalnya berpikir lateral, berpikir kritis, berpikir logis, mindset, thinking habit,berpikir berbasis model (model thinking) dan lainnya. Sehingga buku ini bisa anda pandang sebagai kumpulan dari apa yang telah anda ketahui yang kemudian dirangkai sedemikian rupa, sehingga lebih mudah bagi anda untuk memahami pola pikir yang telah anda miliki.

Stuktur penulisan dalam buku ini ini dibagi menjadi 3 bagian, bagian pertama membahas TIGA kata yang digunakan dalam berpikir sistem, yaitu: berpikir dan sistem. Bagian pertama tentang berpikir sebagian besar akan membahas pola berpikir lateral yang dikenalkan oleh Edward De Bono. Berpikir lateral sangat membantu dalam proses berpikir sistem untuk menghentikan laju pola berpikir lama. Dengan menghentikan pola berpikir lama, kita memiliki kesempatan menggantinya dengan pola berpikir sistem. Sehingga pembahasan tentang berpikir difokuskan kepada perubahan pemikiran bahwa proses berpikir tidaklah sebuah proses otomatis yang tidak mungkin diubah, namun ternyata bisa dilatih untuk berubah. Kemudian dilanjutkan dengan definisi sistem serta ciri-cirinya sebuah sistem yang membedakannya dari kumpulan biasa.

Kombinasi keduanya (yaitu dan) bisa menjadi cara untuk mendapatkan struktur dari sebuah sistem permasalahan.

Bagian kedua, membahas tentang berpikir sistem yang dimulai dengan pembahasan tentang peranan mental model sebagai pola struktur pikiran. Kesadaran sebagai mental model mampu mengubah pola berpikir kita dengan berbagai metode tertentu. Sehingga di akhir bagian ini dijelaskan bahwa cara berpikir sistem adalah mengajukan serangkaian pertanyaan dengan basis ciri-ciri sistem. Rangkaian pertanyaan ini dikelompokkan menjadi 5 kelompok dan dapat disingkat sebagai DeBaTIK untuk memudahkan kita mengingatnya.

Bagian ketiga akan mengenalkan bagaimana berpikir sistem mampu memberikan pemahaman yang lebih utuh terhadap permasalahan, baik secara informal maupun secara formal dengan menggunakan basis metode yang sering digunakan dalam manajemen kualitas. Bagian ini juga mengenalkan beberapa pendekatan bantuan kuantitatif dalam berpikir sistem denga menjelaskan tentang Sistem Dinamis.

Pada bagian akhir ditambahkan sebuah catatan khusus, berupa pengalaman mengajarkan berpikir sistem di Teknik Industri, Universitas Indonesia, dengan harapan mampu mengajak kalangan dunia pendidikan untuk mengenalkan bahwa berpikir adalah suatu keahlian yang bisa diajarkan dan penting bagi pengembangan kemampuan pemecahan masalah di anak didik kita.

(6)

5

Dalam bagian ini dijabarkan pula cara untuk melakukan permainan untuk belajar yang sering dipakai untuk mengajarkan sistem yaitu the beer game.

(7)

6

D AFTAR I SI

Persembahan ... 2

Pengantar ... 3

Daftar Isi ... 6

Daftar Gambar ... 8

Daftar Tabel ...10

1. Berpikir Sistem untuk Mengatasi Peningkatan Kompleksitas ... 11

1.1 Kompleksitas Meningkat akibat Adanya Konektivitas ... 11

1.2 Konektivitas Mengubah Fokus kepada Proses dan Struktur ... 12

1.3 Dibutuhkan Pola Berpikir yang Sesuai dengan Peningkatan Kompleksitas ... 15

1.4 Bahan Bacaan ... 15

2. Apakah Berpikir Itu? ... 16

2.1 Berpikir adalah Proses Menjawab Pertanyaan ... 16

2.1.1 Pola Pikiran Sebagai Sebuah Struktur Pikiran ... 19

2.1.2 Dampak Negatif Jebakan Pola Pikiran ... 21

2.1.3 Dampak Positif Pola Pikiran ... 22

2.2 Bekal Berpikir Sistem dari Pola Berpikir Lainnya ... 22

2.2.1 Berpikir Logis ... 22

2.2.2 Berpikir Kritis ... 23

2.2.3 Berpikir Holistik (Pandangan Helikopter) ... 23

2.3 Berpikir Lateral sebagai Bekal Berpikir Sistem ... 24

2.4 Bahan Bacaan ... 27

3. Sistem ... 28

3.1 Apakah Sistem? ... 28

3.1.1 Sistem Berbeda dengan Kelompok karena strukturnya ... 29

3.2 Ciri-ciri Struktur Sistem ... 30

3.2.1 Sistem Memiliki Batasan Dinamis ... 30

3.2.2 Sistem Memiliki Tujuan ... 30

3.2.3 Sistem Memiliki Struktur Umpan Balik ... 31

3.2.4 Sistem Memiliki Ciri Holistik yang Berbeda dengan Sekedar Kumpulan Komponennya ... 32

3.2.5 Kombinasi Ciri Sistem: Multi-Dimensi ... 33

3.3 Pola Berpikir Adalah Sebuah Struktur Sistemik Pikiran ... 34

4. Pola Berpikir Adalah Model Mental ... 36

4.1 Model Mental ... 36

4.1.1 Apa bentuk dari Model Mental? ... 38

4.1.2 Makna Pemahaman Model Mental... 38

4.2 Pembentukan dan Modifikasi Model Mental... 42

4.2.1 Pandanglah Model Mental sebagai sebuah Helm Pikiran ... 42

4.2.2 Tangga Kesimpulan ... 43

4.2.3 Menyelidiki dan Membela ... 46

4.3 Bahan Bacaan ... 49

5. Berpikir Sistem ... 50

(8)

7

5.1 Bertanya untuk Berpikir Sistem ... 52

5.2 Prinsip dan Tips Manajemen berbasis Berpikir Sistem ... 54

5.2.1 Investigasi Tujuan: Beragam, Berbeda, Berubah ... 54

5.2.2 Cari dan Pahami Batasan ... 56

5.2.3 Pahami Hubungan Kausa yang Melingkar ... 58

5.2.4 Lengkapi Ciri Holistiknya ... 60

5.2.5 Memandang Multi Dimensi secara Dinamis Kontekstual ... 61

5.3 Gunakan DeBATik sebagai Alat Bantu Analisa Sistem Anda ... 62

5.4 Causal Loop Diagram (CLD) – Diagram Putaran Lingkaran ... 63

5.5 Bahan Bacaan ... 71

6. Pemecahan Masalah dengan Berpikir Sistem ... 72

6.1 Bekal Untuk Memecahkan Masalah ... 72

6.1.2 Menyamakan Persepsi tentang Analisa ... 74

6.1.3 Perbedaan Analisa vs. Analisa Sistem ... 76

6.1.4 Bekal Analisa: Konsep/Teori, Model, Alat dan Metode ... 77

6.1.5 Analisa Sistemik Secara Iteratif dengan Prinsip 4F ... 81

6.2 Lima Langkah Pemecahan Masalah Berbasis Sistem ... 82

6.2.1 Langkah 1: Pahami dan Definisikan Sistem Masalah Secara Sistemik ... 84

6.2.2 Langkah 2: Analisa Sistem Saat Ini ... 86

6.2.3 Langkah 3: Bangun Kondisi Ideal dan Petakan Gap dengan Kondisi Saat Ini ... 88

6.2.4 Langkah 4: Susun dan Laksanakan Rencana Perbaikan ... 90

6.2.5 Langkah 5: Monitor dan Standarisasi Perbaikan ... 91

6.3 Bahan Bacaan ... 91

7. Dukungan Kuantitatif dalam Berpikir Sistem ... 93

7.1 Pemodelan Sistem ... 93

7.1.1 Arti Pemodelan Sistem ... 93

7.1.2 Ruang Lingkup Pemodelan Sistem ... 94

7.1.3 Optimasi ... 95

7.1.4 Simulasi ... 97

7.2 Pengantar Pemodelan Sistem Dinamis ... 98

7.2.1 Grafik Perilaku Dalam Selang Waktu – Behavior over Time Graph ... 101

7.2.2 Stock and Flow Diagram (SFD) – Diagram Stok dan Aliran ...103

8. Penutup ... 108

9. Medium Pembelajaran Berpikir Sistem ... 109

9.1 Mungkinkah Mengajarkan Berpikir Sistem? ... 109

9.2 Komponen Pengajaran Berpikir Sistem ... 110

9.3 Permainan Pembelajaran Beer Game ... 112

9.3.1 Deskripsi Permainan Beer Game ... 112

9.3.2 Langkah Permainan yang Dianjurkan dalam Beer Game ... 115

9.3.3 Tugas dan Pertanyaan Refleksi dalam Beer Game ... 116

9.4 Pengantar Soft System Methodology (SSM) ... 117

9.4.1 Tahap Pemahaman Situasi Permasalahan ... 118

9.4.2 Medefinisikan Akar Permasalahan ... 120

9.4.3 Mengembangkan Model Konseptual (Ideal) ... 122

9.4.4 Tindakan Pemecahan Masalah ... 122

9.5 Bahan Bacaan ... 123

10. Daftar Pustaka ... 124

(9)

8

D AFTAR G AMBAR

Gambar 1-1 Hubungan yang mungkin terjadi dengan jumlah komponen tertentu ... 11

Gambar 1-2 Struktur Dasar Sistem: Input, Proses, Output dan Umpan-Balik ... 13

Gambar 1-3 Struktur dan Pola yang tidak terlihat seperti sebuah Gunung Es di Laut ... 14

Gambar 2-1 Struktur Proses Pemikiran dalam Menjawab Pertanyaan ... 16

Gambar 2-2 Segitiga Kanizsa, Apakah anda melihat segitiganya diatas? ... 20

Gambar 3-1 Struktur Dasar Sistem: Input, Proses, Output dan Umpan-Balik ... 32

Gambar 3-2 Struktur Umpan Balik yang lebih kompleks dari Struktur Dasar ... 32

Gambar 3-3 Interkoneksi dari Ciri-ciri Sistem menciptakan Multi Dimensi ... 33

Gambar 3-4 Berpikir Sistem adalah Sebuah Struktur Internal ... 35

Gambar 4-1 Persepsi yang berbeda tergantung pada Perspektifnya ... 37

Gambar 4-2 Ilustrasi Asumsi Umum bahwa Kita Mengambil Keputusan ... 39

Gambar 4-3 Proses Pembentukan dan Modifikasi Model Mental ... 40

Gambar 4-4 Pembelajaran Melingkar Ganda (Double Loop Learning) (Sterman 2000) ... 41

Gambar 4-5 Amati Model Mental ... 42

Gambar 4-6 Tangga Kesimpulan ... 43

Gambar 4-7 Setiap Anak Tangga Kesimpulan Saling Berhubungan sebagai sebuah Struktur .... 45

Gambar 5-1 Singkatan De Batik untuk Membantu Mengingat Cara Bertanya Sistem ... 54

Gambar 5-2 Selalu Ingat De Batik ... 62

Gambar 5-3 Bentuk Hubungan Antara 2 Variabel dengan Polaritasnya ... 64

Gambar 5-4 Contoh CLD yang lengkap ... 64

Gambar 5-5 Langkah Penyusunan CLD Versi 1 ... 66

Gambar 5-6 Variabel Penyeimbang Ditunjukkan dalam CLD Penyeimbang Diatas ... 67

Gambar 5-7 Ada Berapa Segitiga pada Gambar ini? ... 69

Gambar 5-8 Langkah Penyusunan CLD Versi 2 ... 70

Gambar 5-9 Metode Pengembangan Daftar (List Extention Method) ... 71

Gambar 6-1 Proses Siklus dalam 4F ... 81

Gambar 6-2 Siklus 4F dikembangkan secara iterative dengan mengubah salah satu dimensi ... 82

Gambar 7-1 Tiga Alternatif Grafik Perilaku Tingkat Konsentrasi Bekerja ... 101

Gambar 7-2 Representasi Pengisian Bak Mandi dengan SFD ...103

Gambar 7-3 Representasi Pengisian Bak Mandi dengan SFD dengan mempertimbangkan Outflow ... 104

Gambar 7-4 Representasi SFD Bak Mandi yang Lengkap dengan Memasukkan Aliran Non- Material (Aliran Informasi) ... 104

Gambar 7-5 Model SFD dari Waduk Air dengan Multi Aliran ... 105

Gambar 7-6 Model SFD dari Pohon di Hutan dengan Multi Stok dan Multi Aliran... 105

Gambar 7-7 SFD Bak Mandi dan 3 Kemungkinan Perilaku Pengisian Air Bak Mandi ... 106

Gambar 9-1 Layout Papan Permainan Beer Game versi Lab SEMS TIUI ... 112

Gambar 9-2 Komposisi Pemain dalam Beer Game ... 113

Gambar 9-3 Pembagian Tanggung Jawab dalam Setiap Rantai Stasiun ... 114

Gambar 9-4 Pendekatan SSM memiliki 7 Sub-Tahapan dalam 4 Tahap ... 118

(10)

9

Gambar 9-5 Contoh Rich Pictures tentang Kompleksitas Otonomi Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia dalam Berbagai Tingkatan ... 120

(11)

10

D AFTAR T ABEL

Tabel 2.1 Kelompok Alat Bantu dalam DATT De Bono ... 26

Tabel 3.1 Perbedaan antara Struktur Sistemik dan Non-Sistemik ... 28

Tabel 3.2 Kondisi Multi-dimensi yang bisa Berubah seiring Perubahan di Setiap Ciri Sistem ... 34

Tabel 4.1 Makna Kata Model Mental ... 36

Tabel 4.2 Cara untuk Mengeluarkan Model mental (Membela) ... 48

Tabel 4.3 Cara untuk Mendapatkan Model mental (Menyelidiki) ... 48

Tabel 5.1 Tips dalam Penyusunan CLD ... 68

Tabel 6.1 Perbedaan antara Analisa dan Analisa Sistem ... 76

Tabel 6.2 Kelompok Kebutuhan dan Contoh Alat Bantu ... 79

Tabel 6.3 Perbandingan Langkah-langkah dalam PDCA dengan Pemecahan Masalah berbasis sistem ... 83

Tabel 6.4 Output, Proses dan Input dalam Langkah 1 ... 84

Tabel 6.5 Kombinasi 5W+1H dengan DeBatik dalam Mendefinisikan Permasalahan ... 85

Tabel 6.6 Tabel Peta Saat Ini ... 87

Tabel 6.7 Output, Proses dan Input dalam Langkah 2 ... 88

Tabel 6.8 Tabel Peta Gap ... 89

Tabel 6.9 Contoh Isian Tabel Peta Gap ... 89

Tabel 6.10 Output, Proses dan Input dalam Langkah 3 ... 90

Tabel 6.11 Output, Proses dan Input dalam Langkah 4 ... 90

Tabel 6.12 Output, Proses dan Input dalam Langkah 5 ... 91

Tabel 7.1 Karakteristik dan Metode pada Dua Pendekatan Pemodelan Sistem ... 95

(12)

11

1. B ERPIKIR S ISTEM UNTUK M ENGATASI P ENINGKATAN

K OMPLEKSITAS

Kompleksitas permasalahan telah mencapai tingkat yang lebih tinggi dari sebelumnya. Hilang sudah sebuah masa dimana sebuah masalah dengan mudah diuraikan dan disederhanakan menjadi komponen-komponennya, diperbaiki komponen yang rusak, disusun kembali dan berharap masalah akan terselesaikan. Pendekatan yang sering disebut pandangan analitis mekanistis (mechanistic analytical views). Saat ini masalah menjadi saling berkaitan, sehingga ketika diperbaiki komponen yang rusak, belum tentu akan mendapatkan hasil yang sama sebelum kerusakan yang terjadi.

1.1 K

OMPLEKSITAS

M

ENINGKAT AKIBAT

A

DANYA

K

ONEKTIVITAS

Penyebab utama “ledakan” permasalahan yang kompleks ini adalah karena adanya hubungan konektivitas yang semakin meningkat antara komponen. Ini berakibat permasalahannya bukan terletak kepada komponen tetapi karena kekuatan konektivitas yang terganggu atau terlalu kuat. Semakin banyak komponen akan meningkatkan hubungan, semakin tinggi hubungan semakin kompleks permasalahan secara eksponensial. Ini yang disebut sebagai kompleksitas detail. Jika dilihat pada Gambar 1-1 maka ketika jumlah komponen lebih dari 3, maka hubungan yang terjadi telah melebihi dari jumlah komponennya (Flood and Carson 1993).

Gambar 1-1 Hubungan yang mungkin terjadi dengan jumlah komponen tertentu

Namun ada lagi jenis kompleksitas lainnya, yang disebut kompleksitas dinamis, yaitu kompleksitas yang terjadi bukan hanya karena jumlah hubungan, namun juga ditambah dengan kualitas dari hubungan tersebut yang berubah seiring dengan waktu. Bermain catur misalnya, telah memiliki aturan hubungan sedemikian rupa sehingga hubungan yang terjadi sudah terbatas. Namun ternyata hubungan terbatas tersebut tetap menimbulkan kompleksitas permainan tingkat tinggi, sehingga bahkan sebuah perusahan teknologi IBM menciptakan sebuah super-komputer khusus, diberi nama Deep Blue, untuk mencoba mengalahkan Juara Dunia Catur Garry Kasparov dalam 6 kali permainan sejak tahun 1996. Untungnya selama 6 kali itu Kasparov menang dengan skor 4-2, walaupun kemenangan publik tetap didapatkan oleh komputer tersebut. Publik jadi bertanya-tanya apakah era dimana mesin bisa akhirnya menggantikan manusia telah datang. Majalah TIME yang terkemuka di AS bahkan spesial

(13)

12

meliputnya dengan judul depan “Can Machine Thinks?”. Kembali ke urusan catur, ternyata kesederhanaan aturan permainan catur tetap memiliki kompleksitas dinamis yang tinggi akibat banyaknya skenario respons dalam langkah permainannya.

Dalam dunia bisnis, seperti pada dunia pemasaran misalnya, kian menyadari bahwa ada kategori baru dalam ilmu pemasaran akibat meledaknya layanan social media internet seperti facebook atau twitter, yaitu social media marketing. Kategori ini timbul berbasis kepada pemahaman bahwa pengambilan keputusan pembelian ternyata tergantung pula kepada apa yang dibeli oleh teman kita. Keterhubungan dengan teman yang semakin mudah terjalin via media sosial, menciptakan kebutuhan ahli pemasaran untuk lebih mengetahui dinamika komunikasi virtual dan pengaruhnya kepada pengambilan keputusan untuk membeli suatu merk. Padahal 10 tahun yang lalu, mereka hanya berfokus kepada pengambilan keputusan saja, yang dapat dipengaruhi oleh iklan di media massa. Siapa yang menduga, ada sebuah perusahan berbasis internet, yang namanya jika ditanyakan sebelum tahun 2005, tidak dikenal orang.

Sebuah jejaring pertemanan yang tadinya hanya karena tetangga, teman sekolah dan teman kantor, bisa meledak menjadi ratusan bahkan ribuan. Coba anda tanyakan rekomendasi merk untuk kebutuhan anda di status anda, maka teman-teman virtual ini bisa merespons dengan berbagai rekomendasi pro dan kontra berbagi merk yang ada dipasaran.

Kompleksitas akibat konektivitas, membuat pendekatan mekanistis tidak cocok digunakan karena tidak memberikan fokus yang lebih terhadap konektivitas, tetapi hanya kepada komponen. Namun bukan berarti pendekatan ini tidak baik, tergantung dengan kecocokan permasalahan yang dihadapi. Harus disadari pula bahwa tidak semua permasalahan adalah kompleks, baik secara detail maupun dinamis. Permasalahan yang kompleks biasanya lebih terlihat tidak beraturan, tidak mengikuti sebuah pola umum yang biasa atau berulang-ulang terjadi seandainya tidak diselesaikan pada tingkat strukturnya. Ciri-ciri ini berasal dan merupakan akibat kompleksitas dari struktur konektivitas permasalahannya (Gharajedaghi 2006).

1.2 K

ONEKTIVITAS

M

ENGUBAH

F

OKUS KEPADA

P

ROSES DAN

S

TRUKTUR

Dengan demikian, untuk permasalahan komples kita tidak lagi bisa mengandalkan pemecahan masalah berbasis hanya kepada komponennya, namun juga mempertimbangkan hubungan antar komponen. Sehingga untuk ini ada 3 tahap yang harus bisa kita mulai untuk mengubah fokus permasalahan:

1. tahap pertama adalah mengubah fokus yang tadinya dari output kejadian kepada proses

2. tahap kedua adalah mengubah fokus proses kepada pola

3. tahap kedua adalah mengubah fokus pola ke struktur yang menimbulkan pola dan kejadian tersebut.

Tahap pertama, yaitu mengubah fokus dari kejadian kepada proses adalah untuk mendorong analisa kita untuk melihat apa yang ada dibelakang layar. Ketika kita melihat masalah kita tidak terjebak hanya untuk melihat masalahnya saja, tapi proses penyebab dari permasalahan tersebut. Banyak sekali diantara kita yang biasanya lebih berfokus kepada output, tanpa mau mengeksplorasi bagaimana proses yang mengakibatkan output tersebut.

(14)

13

Tahap kedua melanjutkan tahap pertama, karena seiring dengan fokus kita melihat dan memahami proses maka kita bisa mendapatkan dan memprediksi adanya pola output kejadian seiring dengan berjalannya proses. Pola-pola itu misalnya

 ternyata masalah saat ini sebenarnya merupakan eskalasi dari masalah sebelumnya, namun belum terdeteksi, sehingga jika proses tidak berubah maka masalah akan meningkat terus.

 Ternyata ketika kita mengubah beberapa hal didalam proses, output yang dihasilkan juga berubah. Jika perubahan ini dilakukan dalam suatu rentang tertentu, maka sebuah pola kejadian bisa muncul.

 Ternyata ketika output berubah, proses juga mengalami perubahan yang mengakibatkan output akan berubah secara permanen.

Tahap ketiga adalah berarti proses tidak cukup, karena kita perlu mengidentifikasikan perubahan yang mungkin terjadi kepada proses, artinya perlu diidentifikasikan input yang dibutuhkan, serta bagaimana semua terhubung melalui umpan-balik. Karena setiap proses tentu akan membutuhkan input, dan yang akan mengontrol jalannya input dan proses adalah sebuah mekanisme umpan balik dari output maupun dari proses, seperti pada ilustrasi Gambar 1-2

Gambar 1-2 Struktur Dasar Sistem: Input, Proses, Output dan Umpan-Balik

Gambar 1-2 adalah ilustrasi dari apa yang dikenal sebagai struktur dasar sebuah sistem.

Sehingga sebuah analisa sistem sering pula diterjemahkan sebagai cara memetakan permasalahan dengan struktur dasar sistem, yaitu memetakan apa inputnya, bagaimana memprosesnya, bagaimana output dan cara umpan balik yang terjadi.

Tahap pertama inilah yang menyadarkan kita untuk tidak hanya berfokus kepada kejadian (output) namun pola penyebab dari kejadian tersebut (yaitu input-proses-output-umpan balik).

Tahap pertama merupakan pondasi tahap kedua berikutnya yaitu kita setelah memahami pola kita perlu memahami struktur membutuhkan tidak hanya tetapi juga struktur yang lebih lengkap yang merupakan.

Output mudah karena terasa atau seolah terlihat oleh kita, sedangkan pola dan struktur cenderung tidak terlihat (non-fisik/intangible). Sehingga memetakan struktur memang lebih sulit. Fenomena ini sering disebut sebagai fenomena gunung es, seperti yang diilustrasikan pada Gambar 1-3.

(15)

14

Gambar 1-3 Struktur dan Pola yang tidak terlihat seperti sebuah Gunung Es di Laut

Contohnya adalah, bagaimana kita memiliki kesimpulan bahwa seseorang memiliki kepribadian yang baik? Tentunya dari kumpulan kejadian selama kita berteman dengan dia. Kita menilai dari caranya berpendapat, interaksi dia dengan kita atau orang lain yang bisa kita amati, bagaimana responsnya ketika kita mintakan bantuan dan lain-lain. Kumpulan kejadian inilah yang menyebabkan kita bisa menebak apakah jika kita minta bantuan lagi nantinya, seseorang ini akan membantu kita atau tidak. Artinya kumpulan kejadian, membuat kita memiliki pola pertemanan kita dengan seseorang ini. Pola dapat disimpulkan adalah kumpulan kejadian.

Jika kita ingin telusuri lebih lanjut, misalnya kenapa sih kok teman kita nih baik sekali atau dewasa sekali, maka kita akan mencari tahu “struktur” dalam keluarga, pengalaman, pekerjaan dan lainnya yang bisa mengakibatkan teman kita menjadi seperti itu. Hal ini sama dengan membaca otobiografi orang yang kita kagumi. Kita ingin meniru “pola” orang yang kita kagumi ini, dengan mencoba mengikuti “struktur” yang membuat “pola” orang ini. Struktur ini menjadi batasan-batasan sehingga akan membentuk berbagai variasi pola tertentu.

Konektivitas yang mengakibatkan masalah yang semakin kompleks akan memotivasi kita untuk mengubah cara pandang dari hanya sekedar output (kejadian) ke eksplorasi struktur dari sistem permasalahan. Namun yang sering kita tidak sadari, bahwa dalam struktur masalah merupakan kombinasi antara struktur masalah eksternal dengan struktur masalah internal. Struktur masalah eksternal adalah permasalahan yang kita hadapi, sedangkan struktur permasalahan internal adalah pola berpikir kita untuk menyikapi masalah pola eksternal tadi. Bahkan, bisa saja pola berpikir kita sering menjadi bagian terbesar dari sulitnya melakukan pemecahan masalah.

(16)

15

Kehidupan adalah adalah 10% yang terjadi dengan saya, dan 90%

respons saya terhadap kejadian itu (John Maxwell)

1.3 D

IBUTUHKAN

P

OLA

B

ERPIKIR YANG

S

ESUAI DENGAN

P

ENINGKATAN

K

OMPLEKSITAS

Kompleksitas yang semakin meningkat akibat adanya konektivitas, merupakan petunjuk bahwa telah terjadi pola baru pada permasalahan yang kita hadapi. Pola masalah baru tersebut memiliki perilaku yang berbeda menghadapi solusi yang kita berikan, perilaku itu misalnya,

 Ketika permasalahan yang kita hadapi saat ini berasal dari solusi yang kita terapkan pada masa lalu

 Ketika solusi yang anda dorong ke permasalahan menimbulkan reaksi dorong balik dari sistem

 Ketika solusi berhasil membuat perilaku sistem membaik untuk sementara namun memburuk lebih parah pada jangka panjang

 Ketika solusi malah memperparah kondisi sistem dan menjadi sumber masalah baru yang lebih parah dari masalah sebelumnya (The cure can be worse than the disease)

 Ketika solusi yang mempercepat malah memperlambat (faster is slower)

Pola baru masalah ini tentunya membutuhkan pola baru dalam berpikir untuk menguraikan dan memecahkan masalah. Sebuah pola baru yang:

 berbasis kepada kompleksitas yang ditimbulkan pola konektivitas bukan saja kepada komponennya (fokus kepada struktur konektivitas yang tidak terlihat)

iteratif, karena lebih sulit untuk menemukan konektivitas dibandingkan komponen, sehingga dibutuhkan usaha yang berulang-ulang

kontekstual, karena masalah bisa saja berubah seiring dengan waktu dan tempat akibat perubahan pola konektivitas.

Pola inilah yang ingin dibentuk dalam berpikir sistem.

1.4 B

AHAN

B

ACAAN

Flood, R. L. and E. R. Carson (1993). Dealing with complexity : an introduction to the theory and application of systems science. New York, Plenum Press.

Gharajedaghi, J. (2006). Systems thinking : managing chaos and complexity : a platform for designing business architecture. Amsterdam ; Boston, Elsevier.

(17)

16

2. A PAKAH B ERPIKIR I TU ?

2.1 B

ERPIKIR ADALAH

P

ROSES

M

ENJAWAB

P

ERTANYAAN

Apakah anda sedang berpikir saat ini?

Jika anda sedang menyusun jawaban atas pertanyaan diatas, jawabannya adalah iya.

Berpikir berbeda dengan melamun untuk satu hal penting: adanya tujuan. Tujuan itu bisa berupa mencari akar permasalahan, memecahkan permasalahan, atau mengambil kesimpulan.

Berbagai macam tujuan ini bisa digabungkan menjadi satu menjadi tujuan sederhana yaitu upaya untuk menjawab pertanyaan. Pencarian akar permasalahan merupakan jawaban atas:

"apa akar permasalahan?". Pemecahan masalah juga merupakan jawaban atas: "Bagaimana memecahkan masalah ini?".

De Bono pernah menulis bahwa bertanya seperti membuat sebuah lubang di jalan yang kita akan lewati. Untuk bisa melewati jalan tersebut, kita akan terdorong selalu untuk mencoba menutup lubang tersebut. Ini berarti, bertanya memicu sebuah proses pembuatan jawaban, yaitu berpikir. Jika dijabarkan prosesnya maka kualitas proses menjawab pertanyaan ini bergantung kepada keahlian berpikir kita dan pengetahuan yang kita miliki dan bisa dillustrasikan seperti pada Gambar 2-1.

Gambar 2-1 Struktur Proses Pemikiran dalam Menjawab Pertanyaan

(18)

17

Di dalam Gambar 2-1 maka sebuah permasalahan dapat diterjemahkan sebagai sebuah pertanyaan yang harus dijawab untuk memenuhi tujuan. Gambar ini dapat dibaca sebagai berpikir adalah proses menjawab pertanyaan tertentu sebagai tujuan akhir dalam suatu kerangka cara pandang kita berdasarkan kepada asumsi kita terhadap implikasi dan konsekuensi (dari hasil berfikir kita nantinya) menggunakan data, fakta dan pengalaman untuk menyusun hubungan & pertimbangan berdasarkan pengetahuan konsep dan teori yang kita miliki. Kemampuan super-komputer otak kita membuat seluruh proses ini berjalan secepat kilat untuk menghasilkan jawaban, bahkan lebih cepat dibandingkan anda membaca kalimat ini.

Jawaban ini dilihat secara nyata sebagai keputusan, pertimbangan atau pendapat yang akhir dikemukan baik secara lisan maupun tulisan.

Jika kita masukkan proses ini ke jalur lambat untuk kita amati, maka kita bisa mengikuti prosesnya satu-persatu. Namun tetapi diingat bahwa pada kenyataannya semuanya saling berkaitan sehingga proses iteratif akan terjadi dan berpindah-pindah secara dinamis dari satu aspek ke aspek lainnya..

Proses pertama yang terjadi adalah penentuan kerangka pandang. Kerangka cara pandang ini bisa berupa arah pandang, sudut pandang dan alat bantu memandang (seperti kacamata yang memiliki berbagai model: kacamata khusus baca, olahraga, kerja lapangan, bahkan menyelam ). Biasaya arah pandang pertama adalah sudut pandang kita sendiri, berikutnya baru orang lain atau kelompok lain. Sebagai sebuah sudut, maka lebar derajat sudut dalam sudut pandang tergantung dari apa yang anda ingin dan mampu melihat. Ingin berarti seberapa besar informasi yang ingin anda pertimbangkan. Mampu tergantung dari aspek lain seperti pengalaman, data dan fakta juga menentukan alat bantu pandang apa yang ingin anda gunakan.

Contoh sederhananya adalah alat pandang 5W+1H (What, Where, Why, Who, When dan How), yang dapat membantu kita untuk memandang permasalahan. Ada lagi alat seperti SWOT, Plus Minus dsb.

Data dan fakta akan menjadi sebuah informasi yang akan anda proses dalam membuat jawaban. Kebutuhan data dan fakta akan tergantung dari cara pandang, konsep teori yang anda pelajari serta implikasi yang anda proyeksikan. Data dan fakta bisa berbentu dokumen, informasi kredibel dan kajian analisa yang kuantitatif. Pengalaman memberikan makna kepada data dan fakta yang anda kumpulkan. Pengalaman bisa dibangun melalui secara langsung melalui sejarah kehidupan kita atau secara tidak langsung melalui pendidikan formal yang kita alami. Karena pendidikan formal dapat dipandang sebagai proses pertukaran pengalaman. Pengalaman dari guru/dosen ke mahasiswa, senior ke yunior, dari penulis buku dengan pembacanya dan sebagainya.

(19)

18

Boks 2.1 Kisah 5 Ekor Monyet dengan Pengalaman Virtual1

Dalam sebuah eksperimen perilaku, sekelompok 5 ekor monyet di kumpulkan untuk hidup dalam sebuah kandang dengan tangga di tengah untuk mencapai segerombol pisang matang yang sangat menggoda. Di salah satu pojok ruangan sebenarnya diberikan pula segerombol pisang, namun dalam jumlah terbatas dan jenis yang kurang enak dibandingkan ditengah atas tangga. Tentunya ada seekor monyet yang tergoda untuk mengambil pisang yang ada ditengah ini, namun setiap kali ada yang menaiki tangga maka, ruangan tersebut akan diguyur dengan semprotan air di seluruh area kecuali di tangga tersebut. Air adalah “musuh” para monyet, sehingga mereka kemudian marah dan memukul-mukul monyet yang mencoba mengambil pisang tersebut. Hal ini terjadi berulang-ulang setiap kali ada monyet yang masih lapar dan tergiur oleh pisang ranum yang ada diatas tangga. Sehingga akhirnya tidak ada 1 ekor monyet pun yang berani naik tangga karena takut dikeroyok oleh kelompoknya.

Ketika 1 monyet diganti dan tidak tahu “kebijakan” kelompok ini, ketika bertanya-tanya kenapa kok tidak ambil yang ditengah saja yang lebih enak, maka monyet lain akan melakukan pendidikan bahwa jika ada yang naik maka yang lain akan diguyur air. Jika monyet ini nakal dan terus mencoba karena masih lapar misalnya, maka akan dicegah habis-babisan oleh yang lain. Kalaupun ternyata lolos pengawasan, maka air benar-benar akan keluar, sehingga setelah dikeroyok oleh monyet lain, mereka akan mengatakan “tuh kan”. Si monyet baru ini akan kapok.

Hal ini terjadi berulang-ulang ketika para peneliti mulai mengganti hingga akhirnya seluruh monyet di kandang tersebut bukanlah 5 ekor monyet pertama ketika eksperimen dilakukan, dan

“hukuman” air telah dimatikan. Yang menarik proses “pendidikan” terus berulang, dan hingga seterusnya di pisang ranum yang ada ditengah tangga tidak pernah tersentuh hingga eksperimen berakhir.2

Cerita sebelumnya mengenai sekelompok monyet, mengilustrasikan konsep pendidikan yang berasal dari pengalaman, sehingga biasanya bertujuan untuk menciptakan “pengalaman” virtual sehingga orang yang dididik akan berpikir, berperilaku dan bertindak dalam suatu arah positif tertentu. Proses pendidikan akan bertumpu kepada penyebaran atau transfer dari konsep dan teori.

1Di beberapa bagian dalam buku buku ini, anda juga akan menemukan “kotak pikiran” (thought box) yang berisikan tulisan-tulisan yang berisikan contoh, studi kasus dan lainnya yang berupaya memperjelas konsep yang dikenalkan dan memiliki relevansi terhadap konsep yang dituliskan. Beberapa tulisan didalam kotak pikiran ini juga saya rangkai kembali dari blog pribadi saya di hidayatno.wordpress.com.

2Catatan tentang cerita ini: Tidak pernah jelas apakah eksperimen ini pernah dilakukan secara nyata, jadi sulit mencari sumber ilmiah cerita ini, namun cerita ini telah banyak diceritakan diberbagai buku-buku pengembangan kepribadian, dan memiliki logika yang bisa diterima oleh kita semua.

(20)

19

Konsep dan teori yang kita miliki dibangun melalui pendidikan formal dan informal.

Pendidikan adalah proses transfer pengetahuan dan pengalaman yang terseleksi dan terkompresi sehingga meminimalisir kesalahan yang terjadi dengan belajar dari pengalaman yang telah lampau. Ilustrasi: maukah anda mencolokkan garpu ke stop kontak listrik yang masih ada tegangannya? Anda bisa diajarkan bahwa ini berbahaya dan menyakitkan atau anda juga bisa bereksperimen sendiri dan merasakan pengalamannya. Pendidikan memberikan pengetahuan bisa menjadi pengalaman “virtual” dari diri kita.

Kemudian, kita akan memproyeksikan konsekuensi dan implikasi dari berbagai skenario keputusan yang bisa kita ambil. Proyeksi konsekuensi ini tergantung kepada teori dan konsep yang kita ketahui, pengalaman yang kita telah lalui, serta data dan fakta yang kita interpretasikan. Proyeksi ini layaknya simulasi menggunakan komputer: bagaimana jika A, jika B dst, dimana setiap skenario anda proyeksikan dampak negatif maupun positifnya.

Keempat aspek pemrosesan yang terjadi menunjukkan bahwa proses berpikir merupakan sebuah proses yang sebenarnya panjang dan melelahkan secara mental, sehingga pada kenyataannya kita sebenarnya jarang berpikir murni ketika mengambil keputusan. Dan ini semakin nyata ketika harus mengambil keputusan yang bersifat rutin dan repetisi dari yang pernah kita buat. Pada keputusan semacam ini kita memiliki mekanisme otomatis yang sering kita gunakan, yang disebut pola pikiran.

2.1.1 POLA PIKIRAN SEBAGAI SEBUAH STRUKTUR PIKIRAN

"If everyone is thinking alike, then somebody isn't thinking." (George S. Patton)

Pola adalah sebuah rencana, cara atau model yang bisa diikuti untuk melakukan atau membuat sesuatu. Ketika saya masih kecil, ibu saya tercinta dengan kemampuan menjahitnya sering membuat baju sendiri dengan pola yang dia dapatkan dari majalah. Saya masih ingat ikut membantu memotong-motong pola tersebut kemudian membuat garis-garis pemandu pemotong diatas kain berbasis pada pola tersebut.

Pola memang sangat membantu kita, kita tidak perlu lebih bersusah-payah dalam mengerjakan sesuatu yang telah ada polanya dibandingkan jika sama sekali baru dan tidak memiliki pola.

Namun ternyata pola bisa membuat kita berbuat kesalahan jika kita menggunakan pola yang salah. Kenapa kita tetap menggunakan pola yang salah, karena ada 2 jebakan utama menggunakan pola, yaiu kemudahan terdekat (Nearest Easy) dan kesamaan terdekat (Nearest Fit).

Kemudahan terdekat (Nearest Easy) adalah ketika permasalahan yang sebenarnya tidak sama tetapi kita paksakan sama walau hanya memiliki sedikit kemiripan dari permasalaha yang pernah kita hadapi. Kemudahan terdekat memiliki apa yang saya sebut fenomena kerucut undur-undur.

(21)

20

Sewaktu kecil di masa SD saya pernah diajarkan oleh teman sekelas untuk main undur-undur pasir di tanah. Undur-undur adalah sejenis serangga yang membuat sebuah kerucut tanah ke bawah untuk menjebak semut atau serangga yang lebih kecil lainnya tergelincir jatuh ke ujung bawah tempat dimana dia bersiap-siap untuk menerkam mangsanya. Fenomena tergelincir jatuh ini mirip dengan kemudahan terdekat, yang seolah-olah kita tidak bisa lari dari jebakan tergelincir ini. Cara untuk tidak terjebak adalah dengan tidak membiarkan diri kita untuk berpaku terhadap pola kerucut yang ada. Seperti juga permainan di SD ini, saya dipersenjatai dengan sedotan untuk meniup struktur kerucut undur-undur tanah ini sehingga rusak dan memaksa si undur-undur membuat pola baru di tempat lain. Anda akan memiliki pola baru, jika anda meninggalkan pola berpikir lama anda.

“Jika alat yang anda miliki hanya sebuah palu, maka semuanya terlihat seperti paku” – (Anonim)

Kesamaan terdekat (Nearest Fit). Otak kita setiap saat memproses segala informasi yang dipaparkan atau terpaparkan didepan kita. Pada tingkat pertama, otak mencoba mencocokkan apa yang dipaparkan dengan apa yang kita ketahui. Jika kita sudah mengetahuinya maka otak tidak perlu bekerja lebih keras, dia tinggal mengambil pola respons yang biasa kita lakukan. Otak kita baru akan bekerja keras jika yang dipaparkan tersebut tidak kita pahami atau tidak pernah kita temui sebelumnya. Hal yang tidak kita pahami berarti didalam memori/ingatan kita tidak

terdapat data tersebut dan tentunya pola respons otomatis tidak bisa dijalankan.

Namun dalam kesamaan terdekat, otak terkadang mengkonstruksi suatu hal yang sebenarnya tidak ada, karena kita merasa pernah melihat yang sama. Perhatikan konstruksi Segitiga Kanizsa dibawah ini,

Gambar 2-2 Segitiga Kanizsa, Apakah anda melihat segitiganya diatas?

Pola

? X

Pola

(22)

21

Otak melakukan konstruksi adanya segitiga didalam Gambar 2-2 yang sebenarnya tidak ada.

Ruang yang sebenarnya kosong, tidak terdapat apa-apa, seolah-olah menjelma menjadi sebuah segitiga. Konsep dalam dunia desain grafis sebagai ruang negatif (negative space) yang harus tetap diperhatikan dalam desain karena berpengaruh terhadap nuansa secara keseluruhan.

Salah satu logo hypermart terkemuka dari Perancis yang memiliki cabang di Indonesia sebenarnya adalah huruf C didalam ruang negatif dengan dua warna.

2.1.2 DAMPAK NEGATIF JEBAKAN POLA PIKIRAN Dampak negatif dalam jebakan pola pikiran mencakup,

a) Generalisasi

Proses dimana kita mengambil kesimpulan umum dari data atau fakta tanpa mempertimbangkan bahwa ada kesimpulan lain yang juga bisa benar. Hal ini sering pula disebut sebagai stereotype, yang sering disebut pula sebagai jump to conlusion (loncatan kesimpulan) atau leap of abstraction (loncatan abstraksi). Ungkapan dalam pembicaraan yang bisa menunjukkan kelakuan generalisasi adalah “Ini pasti …”, “Biasanya …”, “Yah, Paling …”,

b) Konstruksi

Konstruksi adalah ketika kita menkonstruksi sebuah konsep berbasis kepada imajinasi dari sedikit informasi yang kita punya. Jika generalisasi mengacu kepada apa yang sudah ada atau kita alami, konstruksi membuat sesuatu hal yang baru, yang tidak ada sebelumnya.

Ilustrasi segitiga kanizsa pada bagian sebelumnya merupakan contoh dari jebakan ini. Ini juga mirip dengan mengambil kesimpulan gambar dari puzzle lengkap padahal kita hanya hanya memiliki satu atau dua komponen puzzle.

c) Eliminasi

Eliminasi adalah ketika kita menghilangkan data, fakta atau informasi yang sebenarnya relevan, namun kita tidak tahu atau tidak mau tahu. Eliminasi sebuah proses otomatis yang paling sulit kita sadari dan berjalan sangat cepat. Padahal tanpa kelengkapan informasi yang seimbangdan relevan maka pengambilan keputusan juga pasti tidak lebih baik.

d) Pembobotan

Pembobotan adalah ketika kita memberikan bobot yang lebih kepada fakta atau informasi yang sesuai dengan keinginan kita, dan mengurangi bobot kepada fakta atau informasi yang bertentangan. Pembobotan natural yang sering kita lakukan adalah ,

i) memberikan bobot lebih kepada informasi terkini dibandingkan dengan informasi terdahulu.

ii) memberikan bobot lebih kepada informasi dari yang kita kenal (familiar) dibandingkan tidak kita kenal

iii) memberikan bobot lebih kepada yang dekat dibandingkan yang jauh

iv) memberikan bobot kebih kepada yang kita sukai dibandingkan tidak kita sukai

(23)

22

Keempat dampak negatif jebakan pola pikiran ini sebenarnya adalah hal yang positif juga bagi kita, karena membuat kita tidak harus berpikir terus-menerus. Jika kita berpikir terus, kita bisa kelelahan secara mental. Ada pekerjaan yang memang repetitif sehingga tidak membutuhkan pemikiran yang mendalam. Sehingga yang penting kita sadar kapan kita sedang menggunakan pola pikiran otomatis kita.

2.1.3 DAMPAK POSITIF POLA PIKIRAN

Jika kita telah membahas dampak negatif dari pola pikiran maka sebenarnya terdapat dampak positif dalam jebakan pola pikiran yang mencakup,

a) Menghindarkan dari bahaya

Pola pikiran dapat menghindarkan diri kita dari bahaya. Anda pasti tidak mau untuk diminta mencolokkan jari ke kabel terbuka yang masih ada aliran listriknya. Anda juga tidak mau untuk diminta keluar lewat jendela dari gedung berlantai 5. Secara insting anda akan menangkis sebuah pukulan yang diarahkan ke anda. Tidak mungkin anda harus berpikir sistem dulu untuk menganalisa apakah pukulan itu anda perlu tangkis atau tidak.

b) Mengurangi distraksi

Saya yakin ketika anda membaca buku ini maka ada suara-suara di sekeliling anda yang sebenarnya ada namun anda tidak memperhatikannya. Misalnya suara jangkrik, mesin AC, pompa air, lampu listrik dll. Proses eliminasi ini meningkatkan konsentrasi dan menghilangkan gangguan sehingga kita bisa bekerja lebih efektif.

2.2 B

EKAL

B

ERPIKIR

S

ISTEM DARI

P

OLA

B

ERPIKIR

L

AINNYA

Berikut ini akan dibahas beberapa bekal dari pola berpikir lainnya yang turut membangun berpikir sistem, yaitu berpikir logis, kritis dan holistik. Definisi yang beraneka ragam, dengan bahkan ada yang dibahas sangat mendalam dalam sebuah buku seperti berpikir kritis atau berpikir, membuat deskripsi yang akan diberikan dalam bagian ini lebih singkat dan umum.

Perlu disadari bahwa berpikir sistem bukanlah sebuah pola berpikir yang independen dan unik.

Sebenarnya secara konseptual, pola berpikir sistem merupakan kombinasi dan pengembangan dari pendekatan atau pola berpikir lainnya. Metode atau alat yang digunakan pun bisa mengadopsi berbagai metode dan alat yang digunakan di berbagai konsep lain, seperti kualitas, pemecahan masalah dan lainnya.

2.2.1 BERPIKIR LOGIS

Berpikir logis dapat didefinisikan dengan kemampuan untuk menghubungkan dua atau lebih komponen atau faktor dalam sebuah hubungan yang secara umum diterima argumentasi validitasnya. Sebuah definisi yang berbeda dengan teksbook dan mungkin tidak anda setujui mengingat sejarah yang panjang konsep logika. Sejarah yang tercatat memulai pendekatan logika di jaman Aristotles dan berkembang ke berbagai variasi logika termasuk menjadi logika matematika yang berperan penting dalam bahasa pemrograman komputer dewasa ini.

Namun secara sederhana dalam berpikir sistem, berpikir logis membantu membebaskan diri dari imajinasi yang terlalu liar sehingga meninggalkan kemasukakalan, ketika menganalisa sebuah masalah. Tanpa ada batasan logika maka lamunan yang dilakukan akan tidak praktis

(24)

23

atau down-to-earth dan tidak memiliki perbedaan dengan khayalan. Berpikir logis yang berbasis kepada olah argumen akan membantu kita dalam mengajak lawan bicara setuju dengan kita, suatu proses yang penting pula dalam berpikir sistem. Berpikir logis dengan kedisiplinan urutan argumen, juga memudahkan melakukan berpikir sistem , karena komponen-komponen argumen harus dirangkai dalam urutan sedemikian rupa sehingga secara lagika bisa diterima

2.2.2 BERPIKIR KRITIS

Berpikir kritis merupakan jantung dari pendidikan modern. Sebuah proses untuk melakukan konseptualisasi, analisa, atau sintesa dari informasi yang didapatkan dari berbagai sumber sebagai panduan untuk bertindak atau mengambil keputusan. Proses berpikir kritis adalah sebuah proses argumentasi berbentuk tanya jawab terhadap sebuah klaim. Argumentasi yang kuat harus didasarkan kepada pemikiran dan pertimbangan (reasoning) yang kuat dan memiliki struktur logika yang masuk akal. Pertimbangan yang kuat bisa berbasis kepada analogi, data numerik, generalisasi dan hubungan kausal (Epstein and Kernberger 2006).

Yang sering disalah artikan di media soal kata "kritis" adalah makna untuk menegatifkan atau ketidaksetujuan. Pemaknaan yang salah ini merupakan akibat dari penggunaan berpikir kritis untuk mendebat sebuah klaim. Perdebatan dilakukan untuk menolak atau mempertahankan sebuah klaim melalui sebuah struktur logika dari kombinasi antara fakta, pengalaman dan imajinasi.

Struktur paling sederhana dan lazim digunakan dalam membangun argumen adalah 5W+1H (What, Why, Where, When, Who dan How – Apa, Mengapa, Dimana, Kapan, Siapa dan Bagaimana). Namun struktur yang lebih kompleks bisa saja dilakukan dan berbagai teknik dapat dilakukan untuk menyusun pembenaran atau penentangan terhadap sebuah argumen.

Orientasi kepada argumen inilah yang membuat berpikir kritis terkadang tidak cocok digunakan dalam sebuah proses pemecahan masalah yang baik. Unsur kepentingan subyektif sering menjadi kontra produktif dalam pencarian sumber akar permasalahan.

Komponen terpenting dalam berpikir kritis didalam menyusun pola berpikir sistem adalah proses menyusun pertanyaan-pertanyaan argumentatif yang relevan dalam struktur logis.

Sebuah proses serupa yang akan mengantarkan kita kepada definisi berpikir sistem. Komponen lain yang mendukung adalah ,

Dorongan untuk memiliki keingintahuan (curiosity) yang sehat untuk mengumpulkan informasi yang relevan,

Keingintahuan yang membutuhkan sebuah pikiran terbuka terhadap asumsi, implikasi dan konsekuensi sesuatu hal yang penting dalam berpikir sistem, sehingga berpikir kritis menjadi salah satu komponen penting pula dalam pembentukan berpikir sistem

2.2.3 BERPIKIR HOLISTIK (PANDANGAN HELIKOPTER)

Ada sebuah pepatah seperti ini, "Mana mungkin kita mengukur panjang dan lebar kolam renang, seandainya anda sedang sibuk berenang didalam kolam untuk menghindar dari terkaman buaya yang mengejar anda"

(25)

24

Kesibukan tugas sehari-hari bisa membuat kita melupakan gambaran besar dari apa yang sedang kita lakukan, padahal sangat penting dalam sebuah interval waktu yang rutin untuk berhenti sejenak mengurusi permasalahan yang detail untuk melihat keseluruhan permasalahan secara makro. Sehingga istilah berpikir holistik sering disebut pula sebagai forest thinking sebagai lawan tree thinking yang detail (Richmond 2000).

Kemampuan secara dinamis memandang permasalahan dalam skala yang berbeda ini disebut kemampuan untuk memandang dari helikopter (helicopter views). Pandangan helikopter mengajak kita untuk seolah-olah menjadi sebuah pilot helikopter yang dengan mudah menaikkan dan menurunkan ketinggian helikopternya. Ketinggian helikopter akan menambah atau mengurangi horizon pandangan kita. Peningkatan ketinggian akan memperluas horizon sehingga kita bisa melihat lebih luas namun akan kehilangan perspektif detail dari area yang kita amati. Mirip dengan istilah hutan diatas, kalau kita melihat kontur hutan akan sulit untuk memperhatikan satu pohon tertentu karena keterbatasan kemampuan penglihatan kita.

Penurunan ketinggi akan memperkecil horizon pandangan sehingga memungkinkan kita untuk lebih detail melihat pohon secara individu, namun kita juga akan kehilangan jangkauan luas dari pandangan makro.

Keduanya penting, sangat rugi jika kita hanya memiliki satu pandangan saja. Amat disarankan untuk kita selalu ingat untuk menaikkan dan menurunkan ketinggian helikopter kita sehingga kita tidak kehilangan perspektif yang luas ketika menganalisa perspektif yang detail.

Mengapa berpikir holistik penting? karena semua penjelasan bisa berbeda tergantung dari konteks, dan konteks tergantung dari luasnya pandangan kita. Pemahaman sistem juga akan berbeda jika konteksnya akan berubah.

2.3 B

ERPIKIR

L

ATERAL SEBAGAI

B

EKAL

B

ERPIKIR

S

ISTEM

Berpikir lateral dicetuskan oleh Edward De Bono awalnya sebagai sebuah pendekatan dan metode untuk meningkatkan kreativitas (De Bono 1971). De Bono menyadari jebakan dan kekuatan pola pikiran sehingga kita seolah-olah tidak mampu menahan momentum dalam mengambil keputusan berbasis kepada pola berpikir. Ketika momentum ini timbul, segala macam pola-pola lain yang seharusnya bisa kita lihat menjadi tidak terlihat. Ini merupakan salah satu penyebab kenapa sering kesalahan yang sama berulang kali terjadi, karena keputusannya sama, karena didasarkan dari pola pikir otomatis yang sama. Sehingga dasar dari berpikir lateral adalah bagaimana menghentikan momentum ini sehingga kita memiliki celah kesempatan untuk memperhatikan pola lain. Pola pikir lain yang mungkin bisa lebih tepat, lebih baik dan lebih cocok dalam memecahkan masalah yang kita hadapi (De Bono 1994).

Ilustrasinya mirip dengan jalan yang kita rutin lewati untuk sekolah atau bekerja, jika jalan ini selalu lancar maka kita tidak akan melihat apakah ada belokan jalan lain. Dengan kecepatan tinggi kita selalu menggunakan jalan yang sama tanpa memperhatikan sekeliling kita secara seksama. Namun ketika macet, maka kita baru sadar bahwa ternyata ada belokan jalan lain di pinggiran jalan yang kita lewati. Jalan yang mungkin bisa membuat kita lebih cepat mencapai tujuan. Istilah yang sering digunakan warga Jakarta untuk jalan-jalan ini adalah jalan tikus.

(26)

25

De Bono mengidentifikasi bahwa manusia sebenarnya sebuah makhluk pengguna pola (pattern using creature). Karena manusia memiliki kecenderungan besar untuk malas berpikir.

Kemalasan ini timbul sebagai akibat banyaknya energi pikiran dan mental yang digunakan untuk berpikir. Jadi manusia biasanya hanya berpikir untuk menghilangkan kebutuhan di masa yang akan datang untuk berpikir dengan menyusun sebuah pola keputusan standar. Pola ini diasumsikan bisa dipakai secara berulang-ulang dan terus-menerus tanpa harus dimodifikasi.

Sebagai ilustrasi adalah olah raga bela diri. Banyak sekali waktu, tenaga dan pikiran yang harus dilakukan melalui latihan yang rutin dan disiplin, yang akan berujung kita memiliki pola refleks untuk menangkis dan melancarkan serangan. Tentunya anda ingin ketika seseorang menyerang anda, maka tangan anda akan secara otomatis melakukan gerakan untuk menangkisnya. Ini adalah penggunaan otomatis hasil dari pembentukan pola yang dilakukan dengan susah payah.

Berpikir lateral didefinisikan sebagai pola berpikir untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan, melalui penciptaan asosiasi dengan hal-hal lain (yang pada awalnya) seperti tidak memiliki hubungan. Penciptaan asosiasi yang dipaksakan dilakukan membuat kita berhenti menggunakan pola otomatis, untuk kemudian memiliki berbagai alternatif alur pikir lain. Ini berarti kita tidak hanya mengikuti satu jalur alur pikir saja, sehingga secara kreatif mencari jalur-jalur lainnya.

Jika alur pikir seperti ilustrasi jalan yang kita lewati dalam pembahasan sebelumnya, maka proses berpikir lateral seperti loncat menggunakan jalan lain untuk mendapatkan solusi dari permasalahan yang kita hadapi. Namun jalan yang kita loncati bukanlah jalan yang tidak terhubung dengan jalan yang sedang kita lewati. Ini membedakan berpikir lateral dan brainstorming. Secara tradisional brainstorming memaksa kita untuk melepaskan diri dari pikiran kita saat ini, jadi tidak boleh kita memilih jalan yang terkoneksi dengan jalan lain yang sedang kita lalui. Brainstorming juga tidak boleh memiliki batasan. Segala ide atau pikiran, setidak-mungkin apapun, sejelek atau sebaiknya, tidak boleh dibatasi. Berpikir lateral tetap memiliki koneksi logis terhadap alur pikiran saat ini dan tetap memiliki batasan untuk mencari alternatif solusi permasalahan. Itulah sebabnya alternatif solusi yang timbul dari berpikir lateral bisa membuat kita tercengang kenapa kok kita tidak melihatnya selama ini.

Ini pula yang membuat berpikir lateral memiliki ciri khas penganutnya, yaitu kebiasaan untuk membuat teka-teki berpikir lateral. Teka-teki lateral sebenarnya yang sangat populer, berbagai sumber buku dan internet dapat anda cari untuk mendapatkan berbagai teka-teki ini. Sebagai contoh teka-teki ini adalah:

Cerita ini terjadi di di Amerika, dimana sebuah mobil hitam panjang berhenti disebuah taman asri dengan rerumputan yang membentang, cuaca sedang hujan yang cukup deras, sehingga 9 orang yang keluar dari mobil ini akan kehujanan.

Namun dari 9 orang hanya 8 yang basah karena hujan ini. Bagaimana ini bisa terjadi?

Teka-teki ini adalah teka-teki khas berpikir lateral karena petunjuknya sebenarnya ada didalam teka-teki ini namun biasanya harus:

(27)

26

1) mencari sebuah konteks dimana petunjuk-petunjuknya menjadi masuk akal dan terkoneksi

2) jangan menggunakan interpretasi atau solusi pertama menghalangi kita untuk berpikir lebih lanjut secara lateral. Kita harus mengevaluasi interpretasi dan pola berpikir yang kita miliki, termasuk yang terpenting interpretasi terhadap bahasa.

Untuk membangun konteks solusi, maka yang harus dilihat adalah adanya data tentang Amerika, mobil panjang, dan taman asri berumput. Ketiga data ini berbasis kepada pengalaman melalui film-film Amerika atau anda sendiri pernah kesana, menunjukkan ciri khas pemakaman di sana. Sedangkan kata orang, interpretasi pertama terhadap data ini adalah asumsi bahwa kata orang menunjukkan kata bahwa orang tersebut selalu dalam keadaan hidup.

Jadi jawaban dari teka-teki diatas adalah karena 1 orang berada didalam peti mati dan diangkat oleh 8 orang lainnya. Itulah mengapa hanya 8 dari 9 yang basah kuyup terkena hujan.

Berpikir lateral memiliki berbagai teknik dan metode untuk membuat kita menjadi semakin creative dengan menggunakan pola-pola baru yang bisa mengubah pola berpikir yang lama.

Metode itu mencakup berhenti kreatif, fokus, tantangan, alternatif dan provokasi. Di dalam berpikir sistem dimana kita secara kreatif selalu mencari hubungan antara komponen dalam sistem maka berpikir lateral akan sangat membantu proses kreatif pencarian hubungan ini. Ada banyak sumber buku yang bisa anda baca untuk mendalami berpikir lateral ini.

Tabel 2.1 Kelompok Alat Bantu dalam DATT De Bono

Pengubahan Pandangan Berpikir Konstruktif Menyusun Solusi Konstruktif PMI (Plus Minus Interesting)

AKP (Analisa, Kemungkinan Pilihan)

Logic Bubble – Ruang Logika MKP – Memeriksa Kedua Pihak

STI – Setuju, Tak-Sepakat dan Irrelevan

POL – Pandangan Orang Lain

TULUS – Tujuan, Luaskan, Sempitkan

TIPPO – Tujuan, Input, Pemecahan, Pilihan, Operasi

Kontribusi De Bono dalam berpikir sistem yang terbesar bukan hanya berpikir lateral, namun sebuah ide bahwa pola berpikir adalah sebuah keahlian (Skill) yang bisa kita ubah dan perbaiki terus menerus (De Bono 1994). Pola berpikir bukanlah sebuah struktur baja atau batu yang sekalinya sudah mengeras maka harus dihancurkan dengan cara yang ekstrim. Memandang pola berpikir sebagai suatu keahlian, membuka kesempatan bagi kita untuk meningkatkan kualitasnya dengan teknik, metoda dan cara tertentu. Metode atau alat yang dikembangkan De Bono dikenal sebagai DATT (Direct Attention Thinking Tools).

DATT bertujuan untuk mengalihkan perhatian pikiran kita sehingga kita tidak terjebak dalam pola sama. Konsep ini disebut berpikir fokus (focused thinking), yaitu memfokuskan pikiran kita ke selain kebiasaan berpikir kita. Ini berarti kita berfokus untuk berpikir berbeda dari yang biasanya. Kumpulan alat ini membantu proses berpikir fokus ini, dan mencakup tiga bagian besar: pengubahan pandangan berpikir, berpikir konstruktif dan menyusun solusi konstrutif, yang dapat dilihat pada Tabel 2.1.

(28)

27

2.4 B

AHAN

B

ACAAN

De Bono, E. (1971). Lateral thinking for management; a handbook of creativity. New York, American Management Association.

De Bono, E. (1994). De Bono's thinking course. New York, Facts On File.

Epstein, R. L. and C. Kernberger (2006). Critical thinking. Australia ; Belmont, CA, Thomson/Wadsworth.

Richmond, B. (2000). The "thinking" in systems thinking. Waltham, MA, Pegasus Communications.

(29)

28

3. S ISTEM

3.1 A

PAKAH

S

ISTEM

?

Sebelum kita menuju ke penjelasan tentang berfikir sistem, maka kita perlu terlebih dahulu mendefinisikan secara operasional dari kata-kata yang sering akan kita jumpai ketika berbicara tentang berfikir sistem, yaitu Sistem, Sistematis, Sistemik

Sistem adalah sebuah obyek analisa yang memiliki komponen/bagian yang saling berinteraksi dalam suatu aturan-aturan tertentu untuk mencapai sebuah tujuan.

Sistem sebenarnya adalah sebuah kelompok yang ketika bekerja seperti seharusnya akan memiliki ciri sistem yang berbeda dari ciri-ciri komponen-komponen pembentuknya. Tidak semua kelompok adalah sistem, terutama jika tidak ada ciri khas yang baru muncul ketika kelompok bekerja (emergent properties)

Tabel 3.1 Perbedaan antara Struktur Sistemik dan Non-Sistemik Struktur Sistemik Struktur Non-Sistemik (Kelompok) Komponen yang terinterkoneksi dan

berfungsi secara keseluruhan

Komponen yang berkumpul

Akan berubah jika diambil satu atau lebih komponennya, atau bahkan tidak

berfungsi sama sekali secara keseluruhan

Tidak ada perubahan jika diambil satu atau lebih komponennya dan tetap berfungsi

Pola interaksi sangat penting Pola interaksi tidak penting Komponen saling terkoneksi dan

bekerja bersama-sama

Komponen bisa bekerja sendiri-sendiri

Struktur menentukan performa, sehingga jika ingin mengubah performa

bisa dengan mengubah struktur

Struktur tidak ada, jika ada maka akan tergantung jumlah komponen dan besar

dari kumpulan tersebut

sistemik (systemic) : suatu ciri-ciri atau perilaku yang muncul dari sebuah sistem ketika sistem bekerja (tetapi ciri-ciri ini bukan berupa ciri-ciri dari komponennya atau kumpulan komponennya)

Manusia memiliki perilaku yang sistemik seperti marah, cemburu dan bahagia yang kalau dilihat dari tidak terdapat pada komponennya: jantung, paru-paru dan ginjal. Perilaku sistemik akan memberikan gambaran kepada kita tentang interelasi antar komponen dan tujuan sesungguhnya dari sebuah sistem (pada suatu waktu).

(30)

29

sistematis (systematic) : adalah sebuah karakteristik keteraturan dan perencanaan yang baik.

artinya sebuah kegiatan dikatakan sistematis apabila jelas urutas pekerjaannya dan direncanakan berdasarkan urutan tersebut. Sistematis ternyata memiliki arti yang berbeda dari sistemik. tidak semua hal yang sistematis akan menghasilkan suatu hal yang sistemik.

Bagaimana dengan berfikir sistem, apakah sebaiknya menjadi berfikir sistematis atau berfikir sistemik? tentunya secara definisi yang akan terdekat dengan inti dari berfikir sistem sendiri adalah berfikir sistemik, tetapi karena secara luas lebih dikenal konsep systems thinking dan bukan systemic thinking, maka kita menggunakan istilah berfikir sistem.

3.1.1 SISTEM BERBEDA DENGAN KELOMPOK KARENA STRUKTURNYA

Keberadaan interaksi antar komponen merupakan pembeda dari kelompok dan sistem. Ini menunjukkan bahwa sistem pasti memiliki sebuah struktur interaksi yang bisa saja terlihat secara fisik maupun tidak terlihat. Berdasarkan ciri-ciri struktur sistem, maka sistem bisa memiliki berbagai macam tipe, yang mencakup:

Sistem Fisik dan Sistem Non-Fisik

Sistem Fisik adalah sistem yang bisa diidentifikasikan oleh panca indera kita, contohnya seperti tubuh, TV, mobil. Sedangkan sistem Non-Fisik adalah sistem yang tidak bisa diidentifikasikan oleh panca indera namun mampu mempengaruhi sistem lainnya, seperti peratudan. klub, norma, dan kepercayaan.

Sistem Terbuka dan Sistem Tertutup

Sistem terbuka adalah berarti memiliki interaksi dengan komponen diluar batasannya, sedangkan tertutup berarti tidak berinteraksi dengan lingkungannya. Sebuah sistem tertutup akan memiliki sifat entropi yang bisa berujung kepada kemusnahan

Sistem Detail dan Dinamis

Tipe sistem ini berbasis kepada sumber kompleksitas yang terjadi, sebuah sistem kompleks detail berarti memiliki komponen yang banyak dan saling terkoneksi secara sederhana (puzzle, pesawat). Kompleksitas terjadi akibat koneksi sederhana namun sangat banyak.

Sedangkan sistem kompleks dinamis timbul bukan akibat komponennya yang banyak tetapi karena kompleksitas hubungannya yang berankea raga. Mirip seperti permainan catur yang tidak memiliki komponen yang banyak namun aturan permainannya yang berarti aturan interaksi bisa menimbulkan kondisi yang berbeda-beda dan banyak sekali.

Sistem Diskrit dan Kontinu

Sistem diskrit adalah ketika dalam sistem tersebut perubahan yang terjadi cukup atau hanya bisa dilihat dalam suatu selang waktu atau selang unit tertentu, seperti pada sistem pabrik atau sistem manufaktur. Di sebuah pabrik kaos satuan unit adalah kaos, bukan setengah kaos atau seperempat kaos. Sebuah sistem kontinu memiliki perubahan yang perlu dilihat secara terus menerus seperti sistem kebijakan, pengaruh iklim dan lainnya.

Kata-kata yang digaris bawahi adalah jenis sistem permasalahan yang sering dihadapi dalam berpikir sistem.

(31)

30

3.2 C

IRI

-

CIRI

S

TRUKTUR

S

ISTEM

Berdasarkan perbedaan antara sistem dan kelompok yang dijabarkan pada Tabel 3.1 maka sebuah kelompok dapat dikategorikan sebagai sistem, jika:

1. memiliki komponen-komponen yang diidentifikasi didalam sebuah batasan tertentu, 2. komponen ini bekerja sama dengan suatu struktur umpan balik tertentu,

3. pola ini akan menghasilkan sebuah karakteristik ciri holistik yang berbeda dari gabungan sederhana komponennya,

4. sistem memiliki tujuan, pola interaksi komponen dilakukan untuk mencapai tujuan, 5. perubahan salah satu kategori ini dapat mengubah sistem, sehingga sebenarnya sistem

selalu berada dalam kondisi multidimensi. Perubahan batasan, struktur, tujuan akan mengubah perilaku sistem secara holistik.

Dalam beberapa bagian berikutnya akan dijelaskan secara singkat masing-masing ciri sistem ini.

3.2.1 SISTEM MEMILIKI BATASAN DINAMIS

Apa makna batasan dinamis? Batasan didefinisikan sebagai garis atau ruang panjang yang menandai batas dari sebuah area. Namun dalam konsep sistem, batasan tidak hanya berupa batasan geografis, namun juga batasan waktu (saat ini, masa lalu, masa depan), skala (mikro, makro) dan batasan lainnya.

Batasan dinamis berarti batas yang berubah seiring dengan cara pandang kita. Batas yang berubah secara dinamis menunjukkan kemampuan untuk melihat secara dinamis permasalahan. Kemampuan yang sering disebut sebagai pandangan helikopter (helicopter view). Mengacu kepada prinsip pandangan helikopter dimana batasan pandangan kita akan tergantung dari ketinggian helikopter, maka sebuah sistem memiliki sebuah batasan yang berubah pula tergantung pula dari cara pandang kita. Dalam kacamata sistem, batasan dinamis membuat setiap komponen dalam sistem bisa merupakan sub-sistem dan setiap sistem bisa merupakan bagian sub-sistem dari sistem yang lebih luas.

Batasan dinamis merupakan ciri dari sebuah sistem terbuka yaitu openness. Karena batasan menunjukkan ada yang dianggap didalam dan ada yang dianggap diluar, sehingga sebuah sistem biasanya memiliki interaksi antara keduanya. Keterbukaan sistem memungkinkan sistem untuk beradaptasi, mampu mempertahankan hidup, dan mengembangkan diri. Sistem yang tertutup tidak akan memiliki kemampuan beradaptasi dari umpan balik luar, sehingga perkembangannya akan sangat terbatas. Sistem tertutup pada umumnya menuju ke arah penurunan kualitas sistem bahkan kemusnahan sistem tersebut, akibat ketidakmampuannya untuk beradaptasi dengan perubahan.

3.2.2 SISTEM MEMILIKI TUJUAN

Setiap sistem pasti memiliki tujuan dan sasaran. Tujuan dari sistem adalah mencapai atau memenuhi sasaran. Ada yang jelas sasarannya ada yang harus dicari. Ada yang hanya punya satu sasaran ada yang puluhan. Sasaran juga bisa berubah sejalan dengan waktu, tujuan hidup kita sendiri sudah berubah dari 5 tahun yang lalu, and pasti berubah atau berkembang 5 tahun yang akan datang.

(32)

31

Sebenarnya ada 4 kemungkinan klasifikasi perilaku sebuah kelompok atau sistem dalam 2 dimensi kebebasan memilih: kebebasan memilih cara dan tujuan,

c) Pasif. Sebuah sistem yang tidak memiliki cara dan tujuan yang bisa didefinisikan.

Sistem sederhana ini ini bersifat alat (tools) yang tidak akan berubah dan menghiraukan umpan balik terhadap kegiatannya.

d) Reaktif. Sistem ini memiliki kemampuan untuk bereaksi terhadap umpan balik, namun tidak memiliki kebebasan untuk memilih cara dan tujuan dalam bereaksi. Sebuah ciri tujuan sistem yang bersifat pemeliharaan diri (Self-Maintaining Systems atau

Balancing System).

e) Responsif. Sistem memiliki kebebasan untuk memilih cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, namun tidak bisa mengubah tujuan. Sistem ini sering disebut sebagai sistem pemenuhan tujuan (goal-seeking system), sebuah sistem yang bergerak ke pemenuhan tujuan. Tujuan paling primitif atau dasar adalah keberlanjutan hidup (survival). Secara umum ada 2 tujuan respons sistem, yaitu

a. Keseimbangan. Tujuan lainnya yang secara alamiah ada dimiliki oleh semua sistem adalah elaborasikeseimbangan. Keseimbangan (equilibrium atau homeostatis) adalah ketika sistem bergerak menuju ke kondisi yang tidak berubah (kemapanan). Pada kondisi ini tanpa adanya input yang berpengaruh maka sistem tidak akan berubah.

b. Elaborasi. Tujuan berikutnya adalah elaborasi dan membedakan diri, yaitu ketika sistem akan cenderung menuju ke pertumbuhan diri yang lebih besar yang membedakan dirinya dengan yang lain. Sistem seperti birokrasi memiliki kecenderungan seperti ini.

f) Aktif and Bertujuan. Dikenal pula sebagai Purposeful System, ketika sistem memiliki kebebasan untuk memilih cara untuk mencapai tujuan dan bahkan kebebasan untuk mengubah tujuan. Sistem ini bagian dari goal-seeking sistem

Gambar

Gambar 1-2 Struktur Dasar Sistem: Input, Proses, Output dan Umpan-Balik
Gambar 1-3 Struktur dan Pola yang tidak terlihat seperti sebuah Gunung Es di Laut
Gambar 2-1 Struktur Proses Pemikiran dalam Menjawab Pertanyaan
Tabel 3.1 Perbedaan antara Struktur Sistemik dan Non-Sistemik  Struktur Sistemik  Struktur Non-Sistemik (Kelompok)  Komponen yang terinterkoneksi dan
+7

Referensi

Dokumen terkait