• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. Pola Berpikir Adalah Model Mental

4.2 Pembentukan dan Modifikasi Model Mental

4.2.3 Menyelidiki dan Membela

46

sama antara asumsi dan data. Cara terbaik sebenarnya adalah dengan mengeluarkan asumsi ini dengan menjelaskannya setelah kita mengeluarkan kesimpulan.

e) Pengambilan kesimpulan berdasarkan interpretasi data DAN asumsi kita Setelah merasa lengkap dengan asumsi dan data maka kita mengambil kesimpulan.

Implikasi dari langkah ini adalah seringnya perdebatan terjadi pada tingkat kesimpulan.

Kita berasumsi bahwa semua orang menggunakan data yang sama dengan kita, memilih data dengan cara yang sama, menginterpretasi dengan tambahan asumsi yang sama, sehingga kita bingung dan menyalahkan kesimpulan yang berbeda.

Sehingga cara terbaik untuk berdiskusi adalah dengan melakukan eksplorasi tangga kesimpulan. Anda bisa bertanya Data apa yang digunakan? Data mana yang dianggap penting dalam kesimpulan? Bagaimana menurut dia data tersebut? Apakah ada tambahan asumsi, jika iya apa saja? Antara asumsi dan data mana yang diberatkan? dsb

f) Penguatan atau perubahan keyakinan berdasarkan kesimpulan, yang nantinya mempengaruhi pemilihan data pada tahap 2.

Kesimpulan yang diambil memperkuat atau mempengaruhi keyakinan kita yang kita miliki dalam proses ini. Itulah mengapa ada orang yang yakin bahwa kesimpulan dia benar, walaupun orang-orang lain heran kenapa kok bisa yakin kalau benar.

Keyakinan ini sudah bisa ditebak dari cara memilih data, baik secara sadar maupun tidak sadar. Jika sadar, maka ketika data yang bertentangan dilemahkan atau tidak dilihat, sedangkan yang mendukung diperkuat. Jika tidak sadar, dan ini sebenarnya lebih

berbahaya, data yang bertentangan bahkan tidak dilihat sama sekali atau dicari, sehingga tidak ada pelemah keyakinan apapun.

Jika sebuah kesimpulan ternyata berbeda dengan keyakinan, namun ternyata kesimpulan itu ingin di laksanakan, maka terdapat proses untuk mengubah keyakinan sehingga mendukung kesimpulan dan tidak lagi berbeda atau bertentangan.

g) Tindakan yang “benar” karena berdasarkan keyakinan yang kita kembangkan Kesimpulan yang telah dibenarkan oleh keyakinan kita mengarahkan dan menjaga tindakan.

Tindakan bisa berupa aksi, keputusan atau pendapat yang dikeluarkan merupakan

komponen yang bisa dilihat, didengar atau dirasakan, yang berarti adalah nyata (tangible).

Inilah output yang menjadi pemicu kebutuhan analisa tangga kesimpulan.

Pemahaman terhadap tangga kesimpulan mengajak kita untuk memandang setiap pendapat, uraian, tindakan atau jawaban sebagai sebuah kesimpulan yang pasti memiliki proses dibelakangnya. Orang cenderung untuk sangat cepat menggunakan tangga ini tanpa sadar, bahkan mungkin meloncati beberapa anak tangga sekaligus. Sehingga sebelum menerima atau membantah sebuah kesimpulan, tuntunlah dulu orang tersebut di setiap anak tangga kesimpulan.

47

Menyelidiki dan Membela. Mirip dengan proses hukum dimana kita mengenal ada dua sisi yaitu penuntut dan pembela, dimana di dalam sebuah sidang pengadilan, penuntut mengajukan serangkaian pertanyaan selidik untuk mencari celah kesalahan sedangkan pembela mengajukan serangkaian argumentasi untuk membela posisi dari kliennya.

Salah satu bentuk model mental adalah dalam sebuah cerita. Jika anda mendengarkan sebuah cerita dalam bentuk pemaparan, pendapat, pengalaman, nostalgia dsb, secara tidak langsung anda sedang dipaparkan model mental dari yang bercerita. Bahkan ada beberapa cerita yang bertujuan untuk mengkomunikasikan model mental. Ketika ada yang bercerita tentang pengalaman dia menyelesaikan suatu masalah secara detail dengan memberikan prosesnya, maka secara langsung sebenarnya dia memberikan gambaran model mentalnya untuk permasalahan tersebut. Ada lagi orang yang menceritakan tentang bagaimana dia memandang pendapat seseorang dan memberikan penilaian terhadap pendapat tersebut, maka itu juga model mental dia terhadap pendapat dan seseorang tersebut.

Dan bagaimana membuat orang bercerita? Dengan bertanya dengan orang tersebut. Bagaimana membuat diri kita sendiri bercerita? Dengan bertanya dengan diri sendiri. Cerita yang dicari bukanlah cerita dongeng tentunya, namun cerita tentang pendapat, pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki.

Selain bertanya, tidak kalah pentingnya adalah kita harus membuka model mental kita dengan memberikan cerita kita sendiri dan menunggu respons terhadap model mental kita ini.

Misalnya kita mengajukan sebuah pendapat, dan kita bertanya bagaimana menurut orang lain pendapat kita tersebut. Proses ini menjadi penyeimbang dari hanya sekedar proses bertanya.

Perlu pula diingat, bahwa proses akhir yang ingin dicapai bukan perdebatan namun sebuah dialog diskusi. Proses ini seolah-olah terlihat saling bertentangan, tetapi sebenarnya terjadi proses pembangunan model mental bersama diantara yang terlibat, dan bahkan yang menyaksikannya. Keseimbangan antara menyelidiki dan membela sangat penting. Kata menyelidiki memang dipilih untuk menterjemahkan kata inquiry, untuk mempertegas bahwa prosesnya tidak hanya bertanya sembarangan tapi berdasar kepada keingintahuan yang terstruktur. Sehingga jangan digunakan cara bertanya seperti dalam penyelidikan kriminal, ketika kita hanya tertarik untuk mencari pengakuan. Kita harus secara seimbang juga memberikan pendapat kita untuk dicari tahu oleh lawan diskusi kita. Jangan sampai terdengar seperti interogasi, klarifikasi atau sekedar interview. Kata membela juga bukan berarti kita hanya mau mengutarakan pendapat kita, tanpa keingintahuan terhadap orang lain. Membela yang berlebihan bisa terasa seperti menyuruh atau paparan, tanpa memberikan kesempatan orang lain mengemukakan pendapatnya atau menyanggah pendapat kita.

Saya pernah mengikuti sebuah dialog yang sangat seru yang membuat saya tersadar antara perbedaan antara debat dan dialog. Sebuah peristiwa yang langka, karena media berita di Indonesia saat ini, sebenarnya mengajarkan debat bukan dialog, dan debat yang disajikan adalah debat kusir, sebuah debat untuk mencari kemenangan semata, bukan untuk mencerahkan pemirsanya. Ketika dialog ini terjadi secara murni maka seakan terdapat dua tarian model mental yang saling mempengaruhi tidak hanya kedua pembicara, namun juga pemirsanya.

48

Tabel 4.2 Cara untuk Mengeluarkan Model mental (Membela)

Apa yang sebaiknya dilakukan Contoh Pertanyaan atau Pendapat Jabarkan asumsi anda dan deskripsikan data yang

menuntun anda menggunakan asumsi itu

“Oke, ini yang saya pikirkan, dan kenapa kok saya mikir seperti ini ... "

Jelaskan asumsi anda “Saya berasumsi bahwa ...”

“Pendapat saya ini berdasarkan …”

Eksplisitkan proses pemikiran anda “Saya mendapatkan kesimpulan ini karena ...”

Ajak atau dorong orang lain untuk mengeksplorasi asumsi dan kesimpulan

“Bagaimana menurut anda tentang uraian saya tadi?”

“Menurut kamu, apakah ada yang tidak pas dari cara saya mengambil kesimpulan?”

“Apakah anda bisa menolong saya menambahkan yang mungkin tidak saya pikirkan?”

Berikan contoh “Untuk memperjelas apa yang saya maksud, coba bayangkan ...”

“Ini beberapa contoh yang mungkin memperjelas apa yang saya pikirkan sehingga mencapai kesimpulan ini ...”

Di budaya timur, berdialog memang belum menjadi sebuah kebiasaan yang lazim. Kita dilatih untuk tidak menyolok, menghormati orang yang lebih tua dan sebagainya, yang terkadang mengurangi kualitas dialog yang dilakukan. Namun kebiasaan untuk saling berinteraksi dalam tingkatan model mental banyak sekali membantu mengurangi gangguan dalam berkomunikasi yang sering didominasi oleh kesimpulan. Tabel 4.2 berisi tentang contoh cara untuk mengeluarkan model mental, sedangkan Tabel 4.3 berisi tentang contoh cara untuk mendapatkan model mental orang lain

Tabel 4.3 Cara untuk Mendapatkan Model mental (Menyelidiki) Apa yang sebaiknya dilakukan Contoh Pertanyaan atau Pendapat Dorong orang lain untuk memperjelas proses

berpikir mereka, misalnya dengan menuntun mereka ke setiap tangga kesimpulan

“Apa yang membuat kamu mikir seperti itu?"

"Apa yang membuat anda memiliki kesimpulan ini?"

“Data apa yang kamu olah untuk mendukung kesimpulan ini?"

“Kenapa kamu ngomong seperti itu?”

“Coba bantu saya untuk memahami apa yang kamu pikirkan?"

Cari penyebab kesimpulan, tapi pastikan tidak menggunakan bahasa yang "menyerang".

Jelaskan pula kenapa kok kita ingin memperjelas pemahaman dengan sering bertanya

“Boleh bantu saya untuk memahami cara kamu mengambil kseimpulan?" akan lebih baik daripada "maksud loh?"

Pancing pola pemikiran mereka "Apa signifikansi dari apa yang kamu utarakan"

"Bagaimana ini berkorelasi dengan yang lainnya?

Klarifikasi pemahaman kita terhadap apa yang dikemukakan dengan mengajukan pertanyaan lanjutan

"Tolong koreksi saya jika salah, yang anda maksud adalah .."

"Apakah ini sama dengan ..."

49