BAB 3 DASAR TEORI
3.1 Manajemen Proyek
Manajemen proyek adalah proses perencanaan, organisir, mengatur, dan mengendalikan sumber daya yang dimiliki perusahaan untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah disepakati. Manajemen proyek ada karena dorongan kebutuhan mencari pendekatan pengelolaan yang sesuai dengan tuntutan dan sifat dari suatu kegiatan proyek, suatu kegiatan yang dinamis dan berbeda dengan kegiatan operasionil rutin (A. Rani Hafnidar : 2016). Dalam suatu proyek konstruksi, pengelolaan terhadap estimasi waktu, biaya dan sumber daya sangat berpengaruh terhadap keberhasilan manajemen konstruki. Karena kerterkaitan ini, apabila salah satu komponen tidak tepat maka dapat menyebabkan suatu proyek mengalami kegagalan atau estimasi yang tidak tepat sehingga dapat mengakibatkan kerugian dalam kegiatan proyek terkait.
Keterlambatan dalam pekerjaan proyek dapat diantisipasi dengan melakukan percepatan dalam proses pelaksanaannya, namun juga harus tetap memperhatikan faktor biaya. Pertambahan biaya yang dikeluarkan diharapkan seminimum mungkin dan tetap memperhatikan standar mutu. Percepatan dapat dilakukan dengan mengadakan penambahan jam kerja, alat bantu yang lebih produktif, penambahan jumlah pekerja, menggunakan material yang lebih cepat pemasangannya, dan metode konstruksi yang lebih cepat. (Ariany, 2010)
Percepatan penyelesaian proyek harus dilakukan dengan perencanaan yang baik. Dengan adanya keterbatasan tenaga kerja, maka alternatif yang biasa digunakan untuk menunjang percepatan aktivitas adalah dengan menambah jam kerja, dan penambahan tenaga kerja sehingga berpengaruh pada biaya total proyek.
Untuk mengetahui hal ini perlu dipelajari tentang jaringan kerja yang ada, dan hubungan antara waktu dan biaya, hal tersebut disebut sebagai Analisis Pertukaran Waktu dan Biaya (Time Cost Trade Off Analysis) (Ariany, 2010). Beberapa aspek yang dapat diidentifikasi dan menjadi masalah dalam manajemen proyek serta membutuhkan penanganan yang cermat, adalah sebagai berikut :
1. Aspek Keuangan
Masalah ini berkaitan dengan pembelanjaan dan pembiayaan proyek. Biasanya berasal dari modal sendiri dan/atau pinjaman dari bank atau investor dalam jangka pendek atau jangka panjang. Pembiayaan proyek menjadis angatk rusial bila proyek berskala besar dengan tingkat kompleksitas yang rumit, yang membutuhkan analisis keuangan yang cermat dan terencana.
2. Aspek Anggaran
Biaya Masalah ini berkaitan dengan perencanaan dan pengendalian biaya selama proyek berlangsung. Perencanaan yang matang dan terperinci akan memudahkan proses pengendalian biaya, sehingga biaya yang dikeluarkan sesuai dengan anggaran yang direncanakan. jika sebaliknya, akan terjadi peningkatan biaya yang besar dan merugikan bila proses perencanaann yang salah.
3. Aspek Manajemen
Sumber Daya Manusia Masalah ini berkaitan dengan kebutuhan dan alokasi sumber daya manusia selama proyek berlangsung yang berfluktuatif. Agar tidak menimbulkan masalah yang kompleks, perencanaan sumber daya manusia didasarkan atas organisasi proyek yang dibentuk sebelumnya dengan melakukan langkahlangkah, Proses staffing SDM, deskripsi kerja, perhitungan beban kerja, deskripsi wewenang dan tanggung jawab sumber daya manusia serta penjelasan tentang sasaran dan tujuan proyek.
4. Aspek Manajemen Produksi
Masalah ini berkaitan dengan hasil akhir dari proyek; hasil akhir proyek negatif bila proses perencanaan dan pengendaliannya tidak baik. Agar hal ini tidak terjadi, maka dilakukan berbagai usaha untuk meningkatkan produktivitas SDM, meningkatkan efisiensi proses produksi dan kerja, meningkatkan kualitas produksi melalui jaminan mutu dan pengendalian mutu.
5. Aspek Harga
Masalah ini timbul karena kondisi eksternal dalam hal persaingan harga,yang dapat merugikan perusahaan karena produk yang dihasilkan membutuhkan biaya produksi yang tinggi dan kalah bersaing dengan produk lain.
6. Aspek Efektivitas dan Efisiensi
Masalah ini dapat merugikan bila fungsi produk yang dihasilkan tidak
terpenuhi/tidak efektif atau dapat juga terjadi bila faktor efisiensi tidak dipenuhi, sehingga usaha produksi membutuhkan biaya yang besar.
7. Aspek Pemasaran
Masalah ini timbul berkaitan dengan perkembangan faktor eksternal sehubungan dengan persaingan harga, strategi promosi, mutu produk serta analisis pasar yang salah terhadap produksi yang dihasilkan.
8. Aspek Mutu
Masalah ini berkaitan dengan kualitas produk akhir yang nantinya dapat meningkatkan daya saing serta memberikan Kepuasan bagi pelanggan. Aspek Waktu: Masalah waktu dapat menimbulkan kerugian biaya bila terlambat dari yang direncanakan serta akan menguntungkan bila dapat dipercepat.
Proyek konstruksi berhubungan erat dengan perkembangan kebutuhan hidup manusia. Untuk memenuhi hal tersebut, maka proyek konstruksi harus diolah secara professional dengan manajemen yang baik dan berbobot. Sukses tidaknya suatu proyek amat ditentukan oleh kebijaksanaan yang diambil. Ini berarti pada saat memulai dan menyelesaikan proyek perlu direncana, diorganisasi, diarahkan, dikoordinasi dan diawasi dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu untuk pembangunan diperlukan perencanaan yang baik antara lain dengan mempertimbangkan waktu yang efisien, biaya yang efisien dan mutu yang berkualitas.
3.2 Breakdown Structure
Breakdown Structure merupakan suatu pengelompokan elemen kerja yang ditunjukkan dalam bentuk grafik untuk mengatur dan membagi keseluruhan ruag lingkup suatu proyek kerja (Ariane, 2017).
Adapun bebrapa jenis-jenis breakdown structure, yaitu:
1. Work Breakdown Structure (WBS)
Work Breakdown Structure adalah salah satu elemen penting dalam perencanaan proyek. Dengan adanya struktur ini kamu akan dapat menuliskan tahapan-tahapan project secara mendetail. Dari tahapan-tahapan yang dituliskan, kemudian kamu juga dapat menganalisa kebutuhan SDM dan sumber-sember daya lainnya seperti tempat, fasilitas, alat-alat yang diperlukan.
Secara garis besar, melalui struktur ini kamu dapat membuat jadwal, budgeting, hingga aktivitas apa saja yang harus dilakukan serta ruang lingkup di dalamnya. Dalam praktiknya, tentu ini akan membuat pekerjaanmu dapat berjalan dengan efisien. Pasalnya, kamu telah mengetahui berbagai pertimbangan di awal dengan membuat Work Breakdown Structure sebelum menjalankan sebuah proyek.
Secara metodologis, Work Breakdown Structure adalah metode pengorganisasian proyek secara struktural melalui pelaporan berbentuk hierarkis.
WBS bekerja sebagai sebuah struktur untuk memecahkan proses pengerjaan proyek secara bertahap pada tiap detailnya. Adanya WBS sebagai metode pengerjaan proyek juga dapat memudahkan proses pemecahan masalah pada tiap bagian- bagian yang mendetail.
Sementara berdasarkan Project Management Institute, Work Breakdown Structure adalah dasar dalam sebuah perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan sebuah proyek. Jikamelihat sejarahnya, penggunaan WBS sebagai metode pengerjaan project telah dikembangkan di AS sejak tahun 1957, saat Angkatan Laut AS tengah menginisiasi program rudal balistik armada (Polaris).
Pada proyek tersebut, proses pengelolaan proyek dilakukan dengan berbasis pada hasil yang lantas dikenal sebagai PERT (Program Evaluation and Review Technique). Baru kemudian pada tahun 1987 hingga 1999, Program Management Institute (PMI) mulai mengembangkan struktur standar untuk ranah non-militer.
Proses modernisasi ini kemudian memunculkan nama “Work Breakdown Structure” pada tahun 1993 sebagai sebuah struktur rincian kerja untuk perusahaan dan proyek sipil lainnya.
Dalam pembuatan suatu rencana pengendalian prestasi kerja dapat menggunakan suatu sistem pendekatan atau hirarki yang dikenal dengan istilah Work Breakdown Structure (WBS). Dengan metode ini akan membantu dalam proses pengendalian karena dapat memecahkan item pekerjaan dalam unit yang lebih kecil maka secara tidak langsung ruang lingkup pekerjaan lebih kecil.
Sehingga proses pengendalian menjadi lebih mudah dilakukan, terfokus dan tepat pada sasaran (Suryani, 2015).
Dalam kaitan ini Soeharto Iman (1995: 30) menerangkan sebagai berikut:
Work Breakdown Structure (WBS) hampir memiliki pengertian yang mirip dengan daftar tugas. WBS adalah sebuah cara yang digunakan untuk mendefinisikan dan mengelompokkan tugas-tugas dari sebuah proyek menjadi bagian-bagian kecil sehingga lebih mudah di atur.
2. Organization Breakdown Structure (OBS)
OBS adalah proses hierarkis yang melukiskan bagaiamana perusahaan diorganisasi untuk menentukan tanggung jawab kerja.
Tujuan OBS adalah menyediakan suatu kerangka untuk meringkas kerja unit organisasi, mengidentifikasi unit organisasi yang bertanggung jawab untuk paket kerja, dan mengikat unit organisasi kepada akun pengendalian biaya (Suryani, 2015). Struktur Perincian Organisasi atau OBS adalah model hierarki yang menggambarkan kerangka organisasi yang ditetapkan untuk perencanaan proyek, manajemen sumber daya, pelacakan waktu dan pengeluaran, alokasi biaya, pelaporan pendapatan/keuntungan, dan manajemen kerja. Struktur Perincian Kerja (WBS) menangkap semua elemen proyek secara terorganisir. Memecah proyek- proyek besar menjadi bagian-bagian proyek yang lebih kecil memberikan kerangka kerja yang lebih baik untuk mengatur dan mengelola Work Breakdown Structure (WBS) menangkap semua elemen proyek secara terorganisir. Ketika tanggung jawab proyek ditentukan dan pekerjaan ditugaskan, OBS dan WBS terhubung sehingga memberikan kemungkinan analisis yang kuat untuk mengukur kinerja proyek dan tenaga kerja pada tingkat yang sangat tinggi (contoh kinerja unit bisnis) atau hingga ke detail (contoh pekerjaan pengguna di sebuah tugas
Gambar 3.2.1. Contoh Organizational Breakdown Structure
3.3 Detail Engineering Design (DED)
Detail Engineering Design (DED) dalam pekerjaan konstruksi dapat diartikan sebagai produk dari konsultan perencana, yang biasa digunakan dalam membuat sebuah perencanaan (gambar kerja) detail bangunan sipil seperti gedung, kolam renang, jalan, jembatan, bendungan, dan berbagai pekerjaan konstruksi lainnya (Kamaludin, 2015). Detail Engineering Design atau disingkat DED adalah detail gambar kerja yang dibutuhkan segelintir proyek. Misalnya EPC yang merupakan sistem proyek pembangunan berbasis proses dengan lingkup tanggung jawab kegiatan Engineering, Procurement, dan Construction yang dilakukan oleh satu perusahaan kontraktor.
Lazimnya, konsultan perencana dalam merancang pekerjaan bangunan sipil seperti gedung, kolam renang, jalan, jembatan, bendungan, dan pekerjaan konstruksi membutuhkan produk perencanaan. Produk perencanaan inilah disebut yang disebut dengan DED atau rencana gambar kerja. DED juga bisa digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan perawatan dan perbaikan sebuah gedung atau bangunan.
Kontraktor EPC akan memulai dari tahap engineering, yaitu DED itu sendiri.
Sedangkan tahap DED merupakan tahap dari FEED (Front Detail Engineering Design). Dalam proses penyusunan DED harus melalui sepengetahuan dan persetujuan dari pemilik proyek. Semakin lengkap dan detail gambar ini, biasanya akan semakin cepat juga pelaksanaan pembangunannya secara fisik. Namun lengkap saja tidak cukup karena gambarnya juga harus tepat. Jika pada proyek pembangunan rumah hunian, gambar ini biasanya dibuat oleh arsitek.
Detail Engineering Design (DED) bisa berupa gambar detail namun dapat dibuat lebih lengkap yang terdiri dari beberapa komponen seperti di bawah ini:
1. Gambar detail bangunan/gambar bestek, yaitu gambar desain bangunan yang dibuat lengkap untuk konstruksi yang akan dikerjakan.
2. Engineer's Estimate (EE) atau Rencana Anggaran Biaya (RAB).
3. Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS).
4. Laporan akhir tahap perencanaan, meliputi;
a) laporan arsitektur;
b) laporan perhitungan struktur termasuk laporan penyelidikan tanah (Soil Test) c) laporan perhitungan mekanikal dan elektrikal;
d) laporan perhitungan IT (Informasi & Teknologi)
Untuk keterangan lebih jelasnya mengenai isi dari DED berikut ini :
e) Gambar detail bangunan atau bestek bisa terdiri dari gambar rencana teknis.
Gambar rencana teknis ini meliputi arsitektur, struktur, mekanikal danelektrikal, serta tata lingkungan. Semakin baik dan lengkap gambar akanmempermudah proses pekerjaan dan mempercepat dalam penyelesaianpekerjaan konstruksi.
f) Rencana Anggaran Biaya atau RAB adalah perhitungan keseluruhan harga dari volume masing-masing satuan pekerjaan. RAB dibuat berdasarkan gambar.Kemudian dapat dibuat juga Daftar Volume Pekerjaan (Bill of Quantity) serta spesifikasi dan harga. Susunan dari RAB nantinya akan direview,perhitungannya dikoreksi dan diupdate harganya disesuaikan dengan harga pasar sehingga dapat menjadi Harga Perkiraan Sendiri (HPS).
g) Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini mencakup persyaratan mutu dan kuantitas material bangunan, dimensi material bangunan, prosedur pemasangan material dan persyaratan-persyaratan lain yang wajib dipenuhi oleh penyedia pekerjaan konstruksi. RKS kemudian menjadi syarat yang harus dipenuhi penyedia sehingga dapat dimasukan ke dalam Standar Dokumen Pengadaan (SDP).
Fungsi utama DED adalah untuk menentukan kuantitas alias jumlah serta kualitas dari material yang dibutuhkan dalam proyek pembangunan yang dimaksud.
Kualitas dan kuantitas inilah yang akan menjadi pedoman dalam pelaksanaan proyek. Gambaran ini dapat mengarahkan hal-hal yang harus dilakukan oleh seorang kontraktor. Gambaran kerja juga berisi keterangan nama proyek, nama klien, nama arsitek, dan keterangan gambar lainnya. Setelah mendapat persetujuan dari pengguna jasa, maka DED atau gambaran kerja dapat dikatakan sebagai rancangan akhir.
3.4 Volume Pekerjaan
Dalam menghitung (estimasi) biaya suatu bangunan, volume pekerjaan haruslah dihitung dengan teliti karena volume pekerjaan mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkiraan harga yang didapat. Volume suatu pekerjaan adalah perhitungan jumlah banyaknya suatu pekerjaan dalam satu satuan atau sering juga disebut dengan kubikasi pekerjaan. Volume suatu pekerjaan bukanlah volume yang sesungguhnya, melainkan jumlah volume bagian pekerjaan dalam satu kesatuan.
Pekerjaan perhitungan volume dilakukan mulai tahap persiapan yakni pembersihan, pemasangan bouwplank, pekerjaan tanah, pekerjaan batu, beton bertulang sampai pekerjaaan akhir seperti pengecatan atau perlengkapan lainnya.
Setiap jenis pekerjaan yang dihitung, mempunyai kaitan dengan pekerjaan yang lain sehingga perhitungan volume pekerjaan ini haruslah seteliti mungkin. Perhitungan volume haruslah mengikuti gambar bestek yang telah dibuat oleh perencana sehingga kita akan mendapatkan data volume pekerjaan yang akan kita pergunakan dalam mengestimasi biaya yang diperlukan. Perhitungan volume pekerjaan yang detail dapat mengurangi resiko pembengkakan biaya dimana perhitungan volume dapat kita kaitkan dengan bahan material yang akan kita gunakan sehingga pembiayaan dapat menjadiseefisien dan sekecil mungkin (Windiara, 2012).
ebelum menghitung volume masingmasing pekerjaan, lebih dulu harus dikuasai membaca gambar bestek berikut gambar detail/penjelasan. Susunan uraian pekerjaan ada dua system yaitu :
1. Susunan system lajur-lajur tabelaris.
2. Susunan system post-post Uraian Volume Pekerjaan Per Point : a. Pekerjaan Awal/Pondasi
b. Pekerjaan Beton/Dinding c. Pekerjaan Kap dan Atap d. Pekerjaan Plafond e. Pekerjaan Plesteran f. Pekerjaan Lantai
g. Pekerjaan Pintu dan Jendela h. Pekerjaan Cat/Kapuran.
3.5 Penjadwalan
Penjadwalan atau scheduling adalah kegiatan untuk menentukan waktu yang dibutuhkan dan urutan kegiatan serta menentukan waktu proyek dapat diselesaikan dengan mempertimbangkan keterbatasan-keterbatasan yang ada. Dalam proses penjadwalan, penyusunan kegiatan dan hubungan antar kegiatan dibuat lebih terperinci dan sangat detail. Hal ini dimaksudkan untuk membantu pelaksanaan evaluasi proyek (Ervianto, 2003). Dalam manajemen konstruksi, terdapat beberapa perangkat yang dapat digunakan untuk memantau jalannya kegiatan-kegiatan suatu proyek dan memperoleh informasi-informasi yang diperlukan, perangkat-perangkat tersebut adalah CPM, PDM, dan PERT.
CPM merupakan singkatan dari Critical Path Method, metode ini dikembangkan oleh ahli matematika dan tim insinyur dari perusahaan Dupont yang bekerja sana dengan Rand corparation dalam usahanya untuk mengembangkan sistem kontrol manejemen. CPM merupakan suatu teknik perencanaan dengan analisis jaringan (network) berdasarkan logika ketergantungan antara aktifitas yang yang ada dalam proyek.
Dalam proses identfikasi jalur kritis, dikenal beberapa istilah sebagai berikut:
1. EST (Earliest Start Time), waktu mulai paling awal suatu kegiaatan.
2. LST (Latest Start Time), waktu paling akhir waktu paling akhir dapat di mulai.
3. EFT (Earlies Finish Time), waktu selesai paling awal suatu kegiatan.
4. LFT (Latest Finish Time), waktu paling akhir kegiatan dapat selesai.
5. D (Durasi), kurun waktu suatu kegiatan.
6. Dummy, merupakan garis putus-putus yang menggambarkan hubungan ketergantungan antara dua peristiwa (event), tidak memerlukan sumber daya (Resources) dan tidak memerlukan waktu.
7. N (Number), nomor peristiwa.
Gambar 2.2 Tanda Simbol CPM
Di samping istilah di atas dikenal juga istilah float, yang terbagi atas tiga jenis yaitu:
1. Total Float (TF), yaitu waktu yang diperkenankan suatu kegiatan terlambat yang mana keterlambatan tersebut tidak mempengaruhi waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan.
TF = LFT-D-EST
2. Free Float (FF), yaitu waktu yang diperkenankan suatu kegiatan terlambat yang mana keterlambatan tersebut tidak mempengaruhi kegiatan yang didepannya.
FF = EFT- D-EST
3. Independent Float (IF), yaitu waktu yang tersedia dari suatu kegiatan tanpa mengganggu kegiatan yang ada di depannya atau di belakangnya.
IF =EFT-D-LS
EST EFT
N N
LST LFT
Event/ Kegiatan
Jalur Non Kritis Dumy
Jalur Kritis
Gambar 2.3 Critical Path Method
CPM menggunakan perhitungan jalur kritis. Jalur kritis adalah jalur yang terdiri dari kegiatan kritis. Jika dilihat dari prosedur menghitung umur proyek, jalur kritis bisa juga diartikan sebagai jalur yang memiliki waktu terpanjang dari semua jalur yang dinilai dari peristiwa awal hingga peristiwa akhir. Apabila kegiatan kritis mengalami keterlambatan penyelesaian maka akan memperlambat penyelesaian secara keseluruhan, meskipun kegiatan lain tidak mengalami keterlambatan. Jalur kritis memiliki pengertian ES = LS baik peristiwa awal maupun peristiwa akhir dari kegiatan (Wiratmani, 2013).
Metode Preseden Diagram (PDM) adalah metode yang diperkenalkan oleh D.H. Bush (1991) untuk merencanakan dan mengendalikan jadwal proyek, khususnya penggunaan cadangan waktu. Salah satu metode yang umum digunakan dalam penjadwalan proyek adalah Precedence Diagram Method (PDM). PDM pada dasarnya menitikberatkan pada persoalan keseimbangan antara biaya dan waktu penyelesaian proyek. PDM menekankan pada hubungan antara pemakaian sejumlah tenaga kerja untuk mempersingkat waktu pelaksanaan suatu proyek dan kenaikan biaya sebagai akibat penambahan tenaga kerja tersebut. Bila terjadi kondisi keterbatasan tenaga kerja, maka dilakukan proses alokasi dan perataan tenaga kerja, dan metode yang dipergunakan adalah Resource Scheduling Method.
Selain itu, PDM juga mempertimbangkan hubungan ketergantungan antar aktivitas dan durasi setiap aktivitas.
PDM dituliskan dalam node yang umumnya berbentuk segiempat, sedangkan
10
D = 6 16
16
0 A = 4 4
0 4
0 4
10 19
24 27 K = 5 32
12 14
27 32
2 7 15
H = 10
anak panah sebagai petunjuk hubungan antara kegiatan-kegiatan yang bersangkutan. Dengan demikian dummy yang dalam CPM dan PERT yang merupakan tanda yang penting untuk menunjukkan hubungan ketergantungan, didalam PDM tidak diperlukan lagi. PDM sangat praktis digunakan untukproyek yang rangkaian kegiatan yang tumpang tindih (overlapping) dan berulang-ulang.
Dalam pengertian yang lain, diagram preseden atau disebut juga Activity On Node (AON) merupakan penyempurnaan dari diagram panah. Pada diagram preseden dapat digambarkan empat hubungan aktivitas yaitu hubungan awal-awal (SS), hubungan akhir-awal (FS), hubungan akhir-akhir (FF), dan hubungan awal- akhir (SF). Pada diagram preseden aktivitas dummy juga tidak diperlukan lagi.
Ciri-ciri diagram preseden adalah sebagai berikut:
1. Aktivitas tidak dinyatakan sebagai panah melainkan divisualisasikan sebagai node, lingkaran atau kotak.
2. Anak panah/garis penghubung tidak mempunyai durasi, sehingga pada diagram preseden tidak diperlukan adanya aktivitas dummy.
3. Anak panah dari satu node ke node yang lain menunjukkan hubungan ketergantungan dan urutan aktivitas-aktivitas tersebut.
PDM dikenal 4 hubungan antar pekerjaan, yaitu:
1. Start to Start : suatu pekerjaan harus dimulai bersamaan waktunya dengan pekerjaan lain.
2. Start to Finish : suatu pekerjaan baru boleh diakhiri jika pekerjaan lain dimulai.
3. Finish to Start : suatu pekerjaan baru boleh dimulai jika pekerjaan pendahulunya telah selesai.
4. Finish to Finish : selesainya pekerjaan tergantung dari selesainya pekerjaan terdahulunya.
Disamping keempat konstrain tersebut, terdapat hubungan lain yang sifatnya turunan dan dituliskan pada garis konstrain. Hubungan turunan tersebut dicirikan dengan adanya penekanan waktu (lead time) atau penguluran waktu (lag time).
Penjadwalan aktivitas pada PDM mempertimbangkan hubungan ketergantungan antar aktivitas dan durasi setiap aktivitas. PDM pada dasarnya menitikberatkan pada persoalan keseimbangan antara biaya dan waktu penyelesaian proyek. PDM menekankan pada hubungan antara pemakaian sejumlah tenaga kerja untuk mempersingkat waktu pelaksanaan suatu proyek dan kenaikan biaya sebagai akibat penambahan tenaga kerja tersebut.
Jumlah waktu pelaksanaan yang diperlukan dalam PDM untuk menyelesaikan tahapan proyek konstruksi dianggap diketahui dengan pasti. Selain itu juga hubungan antara jumlah tenaga kerja yang dipergunakan dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek juga dianggap diketahui.
Adapun dalam prosesnya, untuk mempermudah pengerjaan suatu proyek dapat diatasi dengan sebuah metode penjadwalan yang disebut PERT (Program Evaluation and Review Technique) atau teknik evaluasi dan tinjauan program.
Metode PERT dapat memberikan perkiraan waktu dengan menggunakan tiga angka estimasi. Dalam diagram PERT juga dapat digunakan untuk mempermudah proses perencanaan dan penjadwalan untuk proyek dengan kapasitas besar dan kompleks karena mampu mengatasi ketidak pastian dalam proyek tanpa perlu tahu durasi dari setiap akifitas proyek (Samari dan Muslih, 2017).
Teknik PERT adalah suatu metode yang bertujuan untuk sebanyak mungkin mengurangi adanya penundaan, maupun gangguan produksi, serta mengkoordinasikan berbagai bagian suatu pekerjaan secara menyeluruh dan mempercepat selesainya proyek. Teknik ini memungkinkan dihasilkannya suatu pekerjaan yang terkendali dan teratur, karena jadwal dan anggaran dari suatu pekerjaan telah ditentukan terlebih dahulu sebelum dilaksanakan.
3.6 Program (Microsoft Project dan Primavera)
Perangkat lunak atau software adalah bagian dari komputer yang terdiri dari beberapa perintah di mana pengoperasiannya di lakukan melalui mesin komputer.
Dengan kata lain, software adalah perangkat yang tidak punya wujud fisik.
Penjelasan lebih lanjut, pengertian software adalah perangkat lunak berisi data yang di program atau di simpan dengan fungsi-fungsi tertentu. Software bertanggung jawab untuk mengelola perangkat keras pada komputer. Dengan begitu komputer bisa bekerja dengan baik tergantung pada apa yang perlu di butuhkan dan dilakukan.
Microsot Project (Ms. Project) dan Primavera adalah perangkat lunak manajemen proyek untuk membantu dalam mengembangkan rencana, menetapkan sumber daya untuk tugas-tugas, pelacakan kemajuan, mengelola anggaran dan menganalisis beban kerja. Adapun perbandingan aplikasi program Microsoft Project dan Primavera dalam penjadwalan proyek konstruksi yaitu:
1. Fitur pendukung skema jaringan proyek
Pada kategori ini, kedua software mempunyai kemampuan yang sama dalam menampilkan Critical Path Method (CPM), dan True networking capability. Untuk teknis merencanakan jaringan proyek, kedua software memiliki keunggulan masing-masing seperti:
a. Microsoft Project : : Lebih cepat dan mudah saat menginput data, penjadwalan tersusun secara otomatis setelah penginputan nomor aktivitas predecessor, dan tampilan PDM yang lebih jelas dengan berbagai variasi tampilan.
b. Primavera : Selain pada layout network diagram, CPM juga dapat muncul pada Gantt Chart.
2. Kapasitas Aplikasi program dalam mengatur hubungan aktivitas proyek Pada kategori ini, kedua software memiliki 4 tipe hubungan aktivitas proyek yang sama yaitu SS (Start-Start), SF (Start-Finish), FF (Finish- Finish), FS (Finish- Start), lag dan lead time. Untuk pengaturan kalendernya, masing-masing proyek memiliki kemampuannya sendiri seperti:
a. Microsoft Project : Hanya bisa menginput 1 tipe waktu dari pilihan minutes/hours/days/weeks/months untuk setiap aktivitasnya, working/non working days dapat diedit jangka waktunya secara manual beserta
keterangannya, milestone harus dimasukkan secara manual dengan memberi durasi 0 (nol) dan langsung muncul tanda pada Gantt Chart.
Project Planning → fitur untuk membuat rencana proyek yang detail dengan merincikan task apa saja yang perlu dilakukan, mengatur durasi atau deadline, memetakan hubungan antar task, dan sebagainya.
Resource Management → fitur untuk mengatur dan mengalokasikan sumber daya yang diperlukan untuk menjalankan proyek sesuai kebutuhan, seperti alat, bahan atau material, serta tenaga kerja.
Task Scheduling → fitur untuk mengatur jadwal penugasan secara otomatis berdasarkan hubungan antar task dan ketersediaan sumber daya, dengan begitu proyek bisa berjalan sesuai timeline.
Gantt Charts → fitur untuk membuat gantt charts yang merupakan grafik untuk memvisualisasikan pengerjaan proyek berdasarkan timeline. Melalui gantt charts ini, seluruh pihak yang terlibat dalam proyek dapat memahami jadwal proyek dengan lebih mudah.
Critical Path Analysis → fitur untuk mengidentifikasi critical path dari suatu proyek. Critical path merupakan fase penting dalam proyek yang harus berjalan dengan lancar tanpa hambatan, karena jika terjadi hambatan, maka akan mengakibatkan proyek menjadi molor atau tertunda secara keseluruhan.
Dengan fitur ini, pengguna dapat lebih memprioritaskan pekerjaan pada bagian critical path.
Budgeting and Cost Management → fitur untuk mengelola serta memonitor biaya dan budget yang dibutuhkan dalam suatu proyek.
Reporting and Analytics → fitur untuk melacak progress dari suatu proyek, menganalisa data, serta membuat report dari hasil analisa data.
Collaboration and Integration → Microsoft Project juga dapat dikolaborasikan dan diintegrasikan dengan aplikasi bisnis lainnya, seperti Microsoft Teams, SharePoint, dan Excel.
Customization → fitur untuk mengkustomisasi template proyek yang telah tersedia sesuai dengan kebutuhan proyek.
b. Primavera : Menentukan sendiri format kalender proyek terkait berapa hari/jam kerja dalam seminggu, working/non working days dapat diatur secara manual namun untuk non workingnya tidak bisa diberi keterangan, membuat milestone dengan cara mengubah tipe aktivitas pada menu detail aktivitas di bottom layout dan diberi durasi 0 (nol). Milestone pada primavera memilki 2 tipe yaitu start milestone dan finish milestone. Untuk, kapasitas maksimal dalam mendeskripsikan aktivitas dan sub aktivitas dalam WBS sebuah proyek baru, kedua program tidak dapat terindentifikasi dengan pasti jumlahnya, Microsoft Project cocok menangani proyek berskala kecil sedangkan Primavera cocok menangani proyek berskala sedang dan besar (Putra, 2009).
3. Laporan kemajuan proyek (progress reporting)
Pada kategori ini, kedua software memiliki kemampuan dalam memproses kemajuan proyek dan tampilan laporan kemajuan aktivitas proyek, seperti:
a. Microsoft Project : Terdapat pilihan kemajuan aktivitas dan sub aktivitas dalam 25%, 50%, 75%, dan 100%, dapat menampilkan progress line, laporan cash flow, laporan biaya dan waktu rencana/ aktual, dan laporan earned value.
b. Primavera : Dapat menentukan sendiri nilai kemajuan aktivitas sesuai data aktual dalam %, dapat menampilkan progress line pada barchart, laporan cash flow, laporan biaya dan waktu rencana/ aktual, dan laporan earned value.
4. Kontrol dan pemantauan biaya (cost monitoring)
Pada kategori ini, kedua software memiliki kemampuan yang sama dalam menghitung biaya proyek, budget untuk tiap proyek, jumlah dan tipe satuan (unit cost) yang tersedia, mengakumulasi biaya secara otomatis, dan time cost trade of analysis. Pada subkategori budget untuk tiap proyek
Primavera mengalami kendala dalam menentukan budget terutama pada sumberdaya material yang besarnya nilai bukan bilangan bulat (dalam desimal). Ketika menginput nilai budget sesuai data interpretasi yang terjadi adalah pembulatan nilai budget. Untuk jumlah dan tipe satuan/unit biaya Microsoft Project memiliki 105 macam currencies type termasuk mata uang Rupiah, sedangkan Primavera hanya memiliki 18 currencies type dengan mata uang Dollar ($) sebagai default dan tidak tersedia mata uang Rupiah. Selain itu Primavera dapat mengatur informasi proyek dengan menggunakan kode-kode sumberdaya dan tanggal sebagai kerangka struktural memudahkan dalam mengorganisir. Untuk sub kategori kemampuan menampilkan kurvaS untuk BCWP, BCWS, dan ACWP hanya dimiliki oleh Primavera.
3.7 Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Rencana anggaran biaya pada suatu bangunan atau proyek adalah perhitungan banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan dan upah, serta biaya-biaya lain yang berhubungan dengan pelaksanaan bangunan atau proyek tersebut (Ibrahim,1993).
Rencana anggaran biaya merupakan perkiraan biaya yang diperlukan untuk setiap pekerjaan dalam suatu proyek konstruksi sehingga akan diperoleh biaya total yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek (Djowirono, 1984). Rencana anggaran bangunan (RAB) adalah perhitungan banyaknya biaya yang dikeluarkan untuk material, upah, alat, dan biaya-biaya lainnya yang berhubungan dengan pekerjaan proyek.
Adapun penjelasan secara rinci mengenai komponen penyusun rencana anggaran biaya yaitu :
1. Komponen biaya langsung (direct cost)
Biaya langsung atau direct cost merupakan seluruh biaya permanen yang melekat pada hasil akhir konstruksi sebuah proyek.
Biaya langsung terdiri dari:
a. Biaya bahan/material
Harga bahan atau material yang digunakan untuk proses pelaksanaan konstruksi, yang sudah memasukan biaya angkutan, biaya loading dan unloading, biaya pengepakkan, penyimpanan sementara di gudang, pemeriksaan kualitas, dan asuransi.
b. Upah tenaga kerja
Biaya yang dibayarkan kepada pekerja/buruh dalam menyelesaikan suatu jenis pekerjaan sesuai dengan keterampilan dan keahliannya.
c. Biaya peralatan
Biaya yang diperlukan untuk kegiatan sewa, pengangkutan, pemasangan alat, memindahkan, membongkar, dan biaya operasi, juga dapat dimasukkan upah dari operator mesin dan pembantunya.
2. Komponen biaya tidak langsung (indirect cost)
Biaya tidak langsung atau indirect cost adalah biaya yang tidak melekat pada hasil akhir konstruksi sebuah proyek tapi merupakan nilai yang dipungut karena proses pelaksanaan konstruksi proyek.
Biaya tidak langsung terdiri dari:
a. Overhead umum
Overhead umum biasanya tidak dapat segera dimasukkan ke suatu jenis pekerjaan dalam proyek itu, misalnya sewa kantor, peralatan kantor, air, listrik, telepon, asuransi, pajak, bunga uang, biaya-biaya notaris, biaya perjalanan, dan pembelian berbagai macam barang- barang kecil.
b. Overhead proyek
Overhead proyek adalah biaya yang dapat dibebankan kepada proyek tetapi tidak dapat dibebankan kepada biaya bahan-bahan, upah tenaga kerja, atau biaya alat-alat seperti asuransi, telepon yang dipasang di proyek, pembelian tambahan dokumen kontrak pekerjaan, pengukuran (survey), surat-surat izin, dan lain sebagainya. Jumlah overhead dapat berkisar antara 12 sampai 30 %.
c. Profit
Keuntungan yang didapat oleh pelaksana kegiatan proyek (kontraktor) sebagai nilai imbal jasa dalam proses pengadaan proyek yang sudah dikerjakan. Secara umum keuntungan yang yang diset oleh kontraktor dalam penawarannya berkisar antara 10% sampai 12%
atau bahkan lebih, tergantung dari keinginan kontrakor.
d. Pajak
Berbagai macam pajak seperti PPN, PPh dan lainnya atas hasil operasi perusahaan. Fungsi dari estimasi biaya dalam industri konstruksi antara lain adalah untuk melihat apakah perkiraan biaya konstruksi dapat terpenuhii dengan biaya yang ada, mengatur aliran dana ketika pelaksanaan konstruksi sedang berjalan, serta sebagai kompetisi pada saat penawaran.
3.8 Kurva S
Kurva S adalah salah satu metode perhitungan yang populer digunakan dalam dunia konstruksi. Melansir dari Wrike, dalam istilah manajemen proyek, kurva satu ini adalah sebuah grafik matematis yang menggambarkan data kumulatif sebuah proyek. Seperti biaya atau durasi waktu kerja (man hours) yang telah digunakan, ataupun persentase (%) waktu pekerjaan diselesaikan.
Dalam manajemen proyek, kurva satu ini berfungsi melacak perkembangan atau kemajuan sebuah proyek. Di mana, dalam iklim bisnis yang mengedepankan nilai kecepatan, pengerjaan proyek haruslah berjalan dan diselesaikan sesuai jadwal dan anggaran yang telah ditetapkan.
Dalam penggunaannya secara umum, kurva ini digunakan untuk mengukur kemajuan pengerjaan proyek, mengevaluasi kinerja, hingga sebagai bahan pertimbangan untuk membuat perkiraan arus kas. Kurva ini banyak digunakan karena mampu menampilkan data kumulatif real-time dari berbagai elemen proyek dan membandingkannya dengan data yang diproyeksikan. Jika ada elemen dalam proyek yang terlihat harus dievaluasi, maka hal itu juga dapat teridentifikasi melalui Kurva S ini. Adapun kegunaan
dari kurva S adalah sebagai berikut:
a. Sebagai jadwal pelaksanaan kegiatan proyek, disitu akan terlihat kapan proyeknya dimulai dan kapan akan berakhir, juga pekerjaan apa saja yang harus dikerjakan pada tanggal tertentu.
b. Sebagai dasar untuk manajemen keuangan proyek, dengan adanya kurva S maka akan terlihat perkiraan besarnya prosentase progress yang akan diraih pada tanggal tertentu, nah… seorang manajer keuangan dapat memperkirakan berapa dana yang akan tersedia serta kapan akan menagih pembayaran ke owner dengan besaran sekian rupiah dihitung dari progress proyek.
c. Untuk melihat pekerjaan yang masuk kedalam lintasan kritis, yaitu item yang harus segera selesai agar pekerjaan lain yang berkaitan dapat segera dikerjakan.
d. Untuk menghitung prestasi pekerjaan proyek, di kurva s ada yang namanya rencana progress mingguan proyek, lalu ada juga perhitungan progress realisasi pelaksanaan, dari perbandingan antara rencana dan realisasi akan diketahui seberapa besar prestasi pekerjaan, apakah lebih cepat atau terlambat dari jadwal.
e. Sebagai pedoman manajer proyek untuk mengambil kebijakan agar plaksanaan pekerjaan bisa selesai sesuai batas waktu kontrak, atau lebih cepat lebih baik.
f. Untuk maajemen pengadaan material, tenaga dan peralatan proyek sesuai dengan jenis kegiatan yang akan dikerjakan setiap tanggalnya.
g. sebagai bahan pelaporan proyek dari kontraktor kepada manajemen konstruksi, konsultan pengawas, atau owner sebagai pemilik proyek.