• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diksila - Rangkuman Cantik UTS

N/A
N/A
Damas Atmaja

Academic year: 2025

Membagikan "Diksila - Rangkuman Cantik UTS"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

DIKSILA

50 soal PG 90 menit

A. Pemahaman Pancasila Secara Historis 1 1. Kelahiran Pancasila

Rangkaian proses yang tidak terpisahkan

 Tanggal 1 Juni 1945 (lahir)

 Tanggal 22 Juni 1945 (Piagam Jakarta)

 Tanggal 18 Agustus 1945 (dilegalkan)

Penjelasan tentang istilah Pancasila sebagai dasar negara yang otentik hanya ditemukan dalam naskah pidato 1 Juni. Pancasila lahir saat rumusannya rampung pada 1 Juni bukan saat dilegalkannya pada 18 Agustus.

2. Sejarah pembentukan BPUPKI

Menjelang akhir perang Dunia II di Asia, tanggal 29 April 1945, Tentara Pendudukan Jepang di Jawa membentuk suatu badan Dokuritsu Zumbi Coosakai yang bertugas untuk menyelidiki hal-hal penting dan berhubungan dengan Kemerdekaan bangsa Indonesia.

 Anggota BPUPKI terdiri dari 68 orang + 7 anggota istimewa

 Ketua BPUPKI : Dr. K.R.T Radjiman Wediodiningrat

 Masa Sidang I (29 Mei – 1 Juni 1945) membicarakan perumusan dasar negara Indonesia merdeka

 Masa Sidang II (10 – 17 Juli 1945) membahas rancangan UUD 3. Proses Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara

 Sidang Pertama BPUPKI, 1 Juni 1945 (Ir. Soekarno Menawarkan 5 Prinsip Dasar Negara Yang Diberi Nama Pancasila)

 Panitia Kecil/ Panitia Sembilan, 22 Juni 1945 (Pancasila Dalam Piagam Jakarta) Pancasila

1) Kebangsaan Indonesia 2) Internasionalisme atau

Perikemanusiaan

3) Mufakat atau Demokrasi 4) Kesejahteraan Sosial 5) Ketuhanan

Trisila 1) Sosio Nasionalisme 2) Sosio Demokrasi 3) Ketuhanan

Ekasila Gotong Royong

Anggota Panitia Sembilan - Ir. Soekarno (Ketua)

- Drs. Moh. Hatta (Kebangsaan) - Mr. Moh. Yamin (Kebangsaan) - Mr. A. A. Maramis (Kebangsaan) - Mr. A. Soebardjo (Kebangsaan) - K. H. Wahid Hasjim (Islam) - H. Agus Salim (Islam)

- K. H. Kahar Mozakkir (Islam) - Abikoesno Tjokrosoejoso (Islam)

Pancasila dalam Piagam Jakarta - Dengan Menjalankan Syariat Islam Bagi

Pemeluk-pemeluknya

- Kemanusiaan yang Adil dan Beradab - Persatuan Indonesia

- Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/

Perwakilan

- Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

(2)

 Sidang PPKI 18 Agustus 1945 (Pancasila Dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945)

4. Peran PPKI (7 Agustus 1945)

 Ketua : Soekarno

 Wakil Ketua : M. Hatta

 Anggota : 19 Orang

 Tambahan : 6 Orang

5. Nilai-Nilai Kebangsaan dalam Pancasila

 Religius, taqwa, rendah hati, hargai diri dan lingkungan (alam dan sosial)

 Kerakyatan, rakyat pemilik kedaulatan dan subjek pembangunan, memprioritaskan kepentingan rakyat

 Kekeluargaan, semangat persaudaraan senasib sepenanggungan

 Keselarasan, pahami dan menerima segala yang berbeda dan pandai menyesuaikan diri (tidak stereotipe)

 Keadilan (muara dari 4 nilai sebelumnya), kepedulian yang tajam, ambil bagian dalam mengatasi kesulitan sesame

6. Makna Pembukaan UUD 1945

 Kemerdekaan HAM

 Menolak segala bentuk penjajahan (fisik, ekonomi, budaya, politik, dll) karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan

 NKRI merupakan negara yang Bersatu, berdaulat, adil, dan Makmur (visi)

 Tujuan merdeka (misi) untuk melindungi bangsa dan negara, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia.

 Dasar NKRI yaitu Pancasila 7. Dinamika Pancasila

Pancasila - Ketuhanan Yang Maha Esa

- Kemanusiaan yang Adil dan Beradab - Persatuan Indonesia

- Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan / Perwakilan

- Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Tugas Pokok :

1) merumuskan dan menetapkan dasar negara

2) Menyusun pemerintahan

Tugas lainnya : 1) Mensyahkan UUD 1945

2) Memilih Presiden & Wakil Presiden 3) Pembentukan Komite Nasional 4) Susunan Daerah

5) Membahas Tentang Tentara Kebangsaan 6) Badan Penolong Keluarga Korban Perang 7) Komite Nasional & Partai Nasional Indonesia

UUD

1945 RIS

1945 9

UUD 1950

PEMILU 1955

DEKRIT PRESIDEN 5

Juli 1959 UUD 1945

LAHIR ORDE BARU 1966

UUD 1945 (AMANDEMEN)

1998 BELANDA INGIN KEMBALI

BERKUASA DI NUSANTARA (NICA)

REVOLUSI

(1945-1950) ORDE LAMA ORDE BARU

AWAL ERA REFORMASI

(3)

Kesaktian Pancasila

 Sejak lahirnya Pancasila, tetap berada dalam konstitusi

 Beberapa kali NKRI dalam krisis, bangsa Indonesia tetap setioa kepada Pancasila

 Pancasila sebagai Ideologi dan dasar NKRI, terbukti sesuai dengan bangsa Indonesia yang majemuk

Kekuatan Pancasila

 Terjaminnya kegiatan keagamaan sesuai dengan keyakinan masing-masing

 Terjaminnya nilai-nilai kemanusiaan dalam lingkungan yang berkeadilan dan beradab

 Terjaminnya persatuan dalam keberagaman dengan semangat kebersamaan dan kekeluargaan

 Terjaminnya kedaulatan rakyat dengan menjunjung tinggi musyawarah mufakat

 Terjaminnya cita-cita Bersama menuju masyarakat adil dan Makmur 8. Hakikat dan Kedudukan Pancasila

1) Hakikat :

 Jiwa Dan Kepribadian Bangsa

 Pemersatu Bangsa

 Perjanjian Luhur Bangsa 2) Kedudukan :

 Dasar Negara, dasar pengaturan negara, pokok kaidah negara yang fundamental

 Ideologi Nasional, sumber inspirasi & motivasi juang (sesuai jamannya), Orientasi Pembangunan Nasional/Daerah, Ideologi Terbuka Jawab tantangan dari perkembangan dunia yang dinamis

 Pandangan Hidup Bangsa, ajaran untuk kenal latar belakang dan arah tujuan /cita-cita bangsa, pedoman perilaku

 Membentuk Kepribadian Bangsa Indonesia, Hadapi Segala Permasalahan

B. Pemahaman Pancasila secara Yuridis 1

Posisi Pancasila dlm tata perpu dan identifikasi nilai instrument dan praksis pancasila 1. Etika, Norma, dan Moral Pancasila

a. Etika adalah adat istiadat/ kebiasaan dan perilaku disuatu daerah

b. Etika Pancasila terkait nilai-nilai yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia, yaitu nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan.

c. Norma adalah kesadaran dan sikap luhur yang dikehendaki oleh tata nilai untuk dipatuhi.

d. Moral adalah ajaran tentang baik dan buruk yang menyangkut tingkah laku dan perbuatan manusia

e. Nilai (nilai material, nilai vital, dan nilai kerohanian) adalah sesuatu yang berharga, berguna, indah, memperkaya batin, dan menyadarkan manusia terhadap harkat dan martabatnya. Nilai merupakan hasil capaian perilaku moral.

2. Eksistensi Suatu Bangsa Dan Negara

a. National Character Building, perlu dibangun kesadaran atas jati diri bangsa b. National System Building, perlu dibangun kesadaran terhadap sistem nasional

dalam mengelola bangsa dan negara agar mampu memberikan rasa aman dan kesejahteraan bagi masyarakatnya

(4)

3. Sejarah Bangsa (Etimologis, Filsafat, Historis)

 Luas Wilayah: daratan 1.922.570 km², lautan 3.257.483 km², total 5.180.053 km²

 Jumlah Pulau: 17.504 pulau (16.056 pulau telah dibakukan dan disubmisi di PBB)

 Penduduk: 267 000 000 jiwa multi etnis, multi ras, multi suku, multi agama, multi budaya, multi bahasa, multi adat istiadat

 Daerah: 34 provinsi, 416 kabupaten, 98 kota, 7094 kecamatan, 74.957 desa, 8.490 kelurahan (Permendagri No 217 Tahun 2017)

a. Etimologis, prinsip-prinsip moral pedoman hidup

b. Filsafat, abstraksi dari kondisi nyata kehidupan masyarakat Indonesia (religius dan kebersamaan). Mengandung Nilai, Pandangan dan Pemikiran (Substansi Ideologi/paham, Paradigma & Pedoman Hidup)

c. Historis

 Sejarah Pertumbuhan, kerajaan kehidupan tertib dan berkeadaban

 Sejarah Perjuangan

- Vs Kolonial, sadar kebangsaan, rintis Perlawanan >< “devide et impera‟ (tegaskan komitmen kebangsaan “Sumpah Pemuda” dan satukan perlawanan kemerdekaan)

- Vs Pemberontakan Dalam Negeri, NKRI tetap utuh 4. Nilai kebangsaan Indonesia

a. Nilai Ketuhanan (Religius) - sila pertama

 pembukaan alenia 3 : bahwa kemerdekaan indonesia itu adalah berkat rakhmat allah tuhan yang maha kuasa

 pasal 28 e : mengatur tentang kebebasan memeluk agama/ kepercayaan dan beribadat menurut agama/keyakinannya

 pasal 29 : mengatur bahwa negara berdasarkan ketuhanan yang maha esa dan negara menjamin kebebasan wn nya untuk memeluk agama/kepercayaannya

 pembukaan alenia 4 : bahwa pemerintahan yang dibentuk didasarkan kepada falsafah pancasila

b. Nilai Kekeluargaan (kemanusiaan) - sila kedua

 alenia 1 : menyatakan bahwa kemerdekaan adalah hak semua bangsa dan penjajahan itu bertentangan dengan peri

 kemanusiaan dan peri keadilan

 pasal 28 a s/d 28 i : yang mengatur tentang jaminanatas hak asasi bagi setiap orang untuk :

- hidup dan mempertahankan hidup;

- membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan;

- mengembangkan diri dan memperoleh pendidikan;

- memperoleh jaminan dan perlindungan;

- bekerja dan memperoleh penghasilan yang layak;

- bebas memeluk dan menjalankan agama/ kepercayaannya;

- bebas berserikat dan berpendapat;

- memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan dan politik;

- untuk tidak disiksa dan equal before the law;

- tidak diperlakukan diskriminatif;

- memiliki hak milik pribadi;

- memperoleh hak informasi.

 pasal 31, 32, 34 : yang mengatur tentang pendidikan, kebudayaan dan kesejahteraan social

(5)

c. Nilai Keselarasan (persatuan) - sila ketiga

 alenia 2 : menyatakan “ ... ke depan gerbang kemerdekaan negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur”.

 pasl 1 ayat 1 : bahwa “negara Indonesia adalah negara kesatuan, yang berbentuk republik”

 pasal 18, 18 a, dan 18 b : yang initinya bahwa di wilayah nkri akan dibagi bagi dalam wilayah propinsi dan propinsi dibagi dalam wilayah kabupaten/kota, di mana setiap tingkatan wilayah mempunyai hubungan kewenangan,keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sda dan sd lainnya secara hierarkhis ketingkat pusat

 pasal 23 a : menyatakan bahwa nkri adalah negara kepulauan yang berciri nusantara dengan batas batas wilayah yang ditentukan oleh undang undang

 pasal 26 ayat 1 : yang mengatur tentang warga negara, yaitu wni adalah orang indonesia asli dan orang bangsa lain yang telah disahkan menurut uu (naturalisasi)

 pasal 35, 36, 36 a, 36 b : yang mengatur tentang bendera negara “sang merah putih”, bahasa negara adalah bahasa indonesia, lambing negara adalah garuda Pancasila dengan semboyan bhinneka tunggal ika, dan lagu kebangsaan adalah indonesia raya

d. Nilai Kerakyatan (Demokrasi) - sila keempat

 pasal 1 : mengatur tentang

 kedaulatan di tangan rakyat

 pasal 2 dan 3 : mengatur tentang kelembagaan mpr ri

 pasal 4 s/d 17 : mengatur tentang pemerintahan negara dan kementerian negara

 pasal 19 s/d 22 d : mengatur tentang lembaga dpr ri dan dpd ri

 pasal 23 e s/d 23 g : mengaturtentang lembaga bpk ri

 pasal 24 s/d 25 : mengatur tentang lembaga kekuasaan kehakiman (ma &

mk)

 pasal 18 s/d 18 b : mengatur tentang

 pemerintahan daerah

 pasal 22 : mengatur tentang pemilihan umum

 pasal 23 s/d 23 d : mengatur tentang keuangan negara (moneter), pajak, mata uang, dan bank sentral

 pasal 28 d (3) : mengatur tentang hak memperoleh kesempatan yg sama dalam pemerintahan

 pasal 33 : mengatur tentang demokrasi ekonomi

 pasal 28 f (3) : mengatur tentang kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat

e. Nilai Keadilan - sila kelima

 pasal 1 (3) : mengatur tentang prinsip negara hukum

 pasal 1 : mengatur tentang pemberian grasi, rehabilitasi, amnesti, abolisi

 pasal 24 s/d 25 : mengatur tentang kekuasaan kehakiman

 pasal 28 a s/d 28 i : mengatur tentang HAM khususnya terkait dengan hak asasi dihadapan hukum

5. Fungsi Pancasila

 Jiwa bangsa Indonesia

 Kepribadian bangsa Indonesia

 Dasar negara republik Indonesia

 Sumber dari segala sumber hukum

 Pandangan hidup bangsa Indonesia

 Moral pembangunan nasional

 Cita cita dan tujuan pembangunan Indonesia

(6)

C. Pemahaman Pancasila secara Yuridis 2 1. Sistem Nilai Pancasila

 NILAI DASAR PANCASILA adalah nilai-nilai yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945, mencakup nilai-nilai : Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan

 NILAI INSTRUMENTAL=NILAI ALAT, yatu penjabaran lebih lanjut dari nilai-nilai dasar dalam bentuk pasal-pasal UUD NRI 1945, peraturan perundangan, dan dalam Tata Urutan Peraturan Perundang undangan Negara menurut UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang Undangan.

 NILAI PRAKSIS=NILAI PELAKSANAAN, yaitu nilai yang sesungguhnya dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, mengacu kepada nilai-nilai dasar dan instrumental yang ada dalam Pancasila dan UUD 1945 serta semua peraturan dan perundang undangan yang belaku.

2. Nilai-nilai Instrumental Pancasila

a. Sila 1, pasal 29 ayat 2 - negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu

b. Sila 2, pasal 26 ayat 3, 27 ayat 2,3, pasal 28, pasal 31 ayat 1 (Syarat menjadi warga negara Indonesia)

c. Sila 3, pasal 1 ayat 1 (Negara kesatuan berbentuk Republik, yg brbtk Republik), pasal 32 ayat 2 (negara menghormati dan memelihara bahasa daerah)

d. Sila 4, pasal 1 ayat 2 kedaulatan ada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD

e. Sila 5, pasal 33 ayat 3 - bumi dan air dan kekayaan alam yg terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan utk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (perekonomian)

Hasil dari bumi air dll, tak sepenuhnya untuk negara hanya 80%, 20% lagi untuk daerah, pertambangan 70% untuk daerah sedangkan negara hanya 30%. PBB 90% untuk daerah dan pajak kendaraan 70% untuk daerah.

3. Memahami karakter bangsa Indonesia

Pendidikan Pancasila berusaha menumbuhkan bangsa yg beridentitas

 Karakter (watak atau perangai batin) bermakna sebagai bentuk sikap dan perilaku pribadi dalam kehidupan sehari-hari.

 Karakter bangsa dimengerti sebagai tata nilai budaya dan keyakinan yang tampil sebagai kebudayaan masyarakat sehingga dapat ditanggapi sebagai budi pekerti atau kepribadian

 Karakter bangsa terbentuk berdasarkan karakter tiap individu yang tumbuh sejak lahir melalui pendidikan orang tua dan lingkungan keluarga yang mengacu kepada nilai- nilai kebudayaan lokal

 Upaya menumbuhkan karakter bangsa Indonesia memerlukan intervensi melalui pendidikan yang terkait dengan nilai nilai Pancasila.

 NIlai-nilai jati diri bangsa Indonesia mengacu kepada nilai nilai budaya, nilai nilai keagamanan, dan nilai nilai kebangsaan yang telah tumbuh sebagai identitas bangsa Indonesia dan merupakan akar dari nilai nilai Pancasila (digali dari bumi Nusantara).

4. Pembangunan Karakter Bangsa Indonesia

a. Membangun karakter bangsa Indonesia nilai-nilai Pancasila memerlukan pendidikan sejak dini, untuk membangun rasa cinta Tanah Air, nasionalisme, setia kepada Pancasila, rela berkorban demi bangsa dan Negara, serta siap menerapkan nilai nilai Pancasila dalam kehidupan sehari hari

b. Pendidikan karakter dalam kerangka Pancasila berusaha mewujudkan bangsa yang memiliki identitas: berketuhanan religius, berkemanusiaan yang adil dan beradab,

(7)

bersatu sebagai bangsa Indonesia, menjunjung tinggi demokrasi, bermusyawarah mufakat, dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

c. Nilai-nilai dari pembangunan karakter bangsa diharapkan mampu mewujudkan sifat dan perilaku kewargaan (citizenship) yang berciri Indonesia, dapat dipercaya (trust worthiness), sikap kemandirian (self reliance), kemampuan kreativitas (creativity), bersedia gotong-royong (collaboration), dan saling menghargai (mutual)

5. Prinsip dasar pembangunan pertanian

a. Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) periode 2005—2025 terdapat beberapa prinsip yang menjadi acuan Pembangunan Nasional terkait secara langsung dengan pembangunan pertanian antara lain:

 Mendayagunakan seluruh modal dasar pembangunan sebagai kekuatan nasional, baik yang efektif maupun potensial untuk pembangunan

 Wilayah Indonesia sebagai negara kepulauan Kekuatan: kaya akan SDA

Kekurangan: memberikan peluang terhadap berbagai ancaman

 Kekayaan alam dan keanekaragaman hayati bagi pembangunan harus dilakukan secara bertanggung jawab untuk kemakmuran rakyat

 Penduduk dengan jumlah besar dan kebudayaan yang sangat beragam merupakan sumber potensi yang produktif bagi pembangunan nasional, jika demokratisasi di bidang politik dan ekonomi serta desentralisasi di bidang pemerintahan dan pengelolaan pembangunan dapat dilaksanakan dengan baik b. Pembangunan bidang pertanian mempunyai posisi strategis dalam pembangunan

nasional karena menyangkut hidup matinya bangsa Indonesia (Bung Karno)  harus mencapai sukses produsen, konsumen, dan pemerintah.

 Indonesia sebagai negara tropis yang kaya sumber kekayaan alam terbarukan , khususnya bidang pertanian, tidak terlepas dari berbagai ancaman, baik dari aspek alam, iptek, maupun strategi ekonomi yang berkembang di dalam negeri dan global.

6. Alternatif Solusi dalam Pembangunan Bidang Pertanian

 Percepatan pembanguan pertanian berbasis agribisnis dan agroindustri sebagai gerakan nasional  upaya membumikan nilai nilai instrumental dan praksis pancasila.

 Pembangunan karakter sebagai jatidiri bangsa  membangun kekuatan nasional untuk secara bersama mensukseskan pembangunan khususnya di bidang pertanian.

 Mahasiswa IPB  potensi untuk berprestasi lebih optimal dalam membangun pertanian di indonesia.

D. Pancasila sebagai Sistem Filsafat

1. Pancasila sebagai “Plhosofische Gronslag”

 Kata filsafat dari bahasa Yunani, “philein” artinya cinta dan “sophia” artinya kebijaksanaan, keinginan yang sungguh-sungguh atas kebenaran sejati.

 Kata filsafat (asasi) berarti usaha mencari kebenaran dan hasilnya.

 Belajar filsafat  upaya manusia mencari kebijaksanaan hidup sebagai konsep yang bermanfaat bagi peradaban manusia

 Falsafah-Arab, Philoshopy-Inggris, Philoshopia-Latin, Philosopie-Belanda.

 Bung Karno dalam pidato lahirnya Pancasila tgl 1 Juni di depan BPUPKI mengatakan bahwa Pancasila adalah pilhosofisch gronslag bangsa Indonesia “merupakan fundamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa, hasrat yang sedalam- dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung Indonesia merdeka yang kekal dan abadi”.

 Filsafat Pancasila (umum), sebagai hasil pikir yang sedalam-dalamnya yang digali dari bumi Indonesia.

(8)

2. Pancasila sebagai sistem Filsafat

a. Sistem yaitu sesuatu yang terdiri beberapa sub-sistem yang saling terkait &

merupakan kesatuan yang menyeluruh.

b. Pancasila sebagai sistem filsafat mempunyai ciri-ciri:

 Satu kesatuan dari tiap sila.

 Setiap sila mempunyai nilai-nilai masing-masing serta saling berhubungan & saling ketergantungan

 Semua sila dimaksudkan untuk mencapai tujuan bersama

 Terjadi dalam suatu lingkungan kehidupan yang kompleks 3. Filsafat Pancasila sebagai Kebenaran yang Hakiki

a. Filsafat bermakna sebagai pemikiran dalam mencari kebenaran berdasarkan rasio atau nalar (IPTEK)

b. Filsafat Pancasila digali dari nilai-nilai budaya dan agama yang ada di bumi Indonesia sebagai kebenaran, keadilan, kebaikan dan kebijaksanaan dalam kehidupan bangsa Indonesia.

c. Nilai dasar Pancasila telah hidup dalam masyarakat sebagai bangsa yang religius, menjunjung tinggi adab, sopan santun, kekeluargaan, kebersamaan, keadilan, dan gotong royong.

d. Nilai dasar Pancasila harus terlihat dalam produk perundang-undangan.

4. Filsafat dan Pancasila

a. Manusia berusaha mencari kebenaran berdasarkan pemikiran (otak) dengan bantuan filsafat

b. Ciri berpikir secara filsafat: radikal, sistematik, universal, dan spekulatif

c. Berpikir secara filsafat berarti ingin tahu tentang sesuatu dengan kemampuan pikir (ilmu pengetahuan bersifat aktual & hakiki)

d. Bangsa Indonesia yang beragam bersatu dengan ideologi dan pandangan hidup Bersama yaitu Pancasila.

5. Nilai-nilai Pancasila

a. Nilai-nilai Pancasila dalam Satu Kesatuan

 Sila Pertama: manusia Indonesia percaya adanya Tuhan, bangsa yang religious

 Sila Kedua: menjungjung tinggi keberadaan umat manusia (HAM) yang berkeadilan & beradab.

 Sila Ketiga: bangsa Indonesia menjungjung tinggi persatuan dalam keberagaman (Bhinneka Tunggal Ika).

sebagai suatu produk :

Berupa jenis llmu Pengetahuan, - konsep, pemikiran2,

dari para Filsuf:

- rasionalisme - materialisme - pragmatism, dll Mencari kebenaran

Bersumber pada akal manusia FILSAFAT

secara SEDERHANA

sebagai suatu proses:

diartikan dalam bentuk aktifitas berfilsafat, untuk memecahkan, masalah dengan metode tertentu secara dinamis.

BERPIKIR SECARA FILSAFAT

Aktual/

hakiki

1) Kritis 2) Terdalam 3) Konseptual 4) Koheren 5) Rasional 6) Menyeluruh 7) Universal 8) Spekulatif 9) Sistematis 10) Bebas

(9)

 Sila keempat: kehidupan bangsa Indonesia berdasarkan kerakyatan dengan sistem demokrasi, mengedepankan musyawarah mufakat.

 Sila kelima: kehidupan yang berkeadilan sosial sosial ekonomi, budaya &

sosial politik.

b. Nilai-nilai Pancasila sebagai Sistem Pikiran filosofis dalam Pancasila:

1. Berwawasan Kebangsaan 2. Kejuangan Nasionalisme

3. Menjungjung tinggi kebersamaan

4. Menolak paham individualisme, kapitalisme & Iiberalisme Sila-sila Pancasila:

1. bersifat organis

2. hubungan hierakirkis piramidal 3. saling mengkualifikasi

6. Kesatuan Pamcasila sebagai sistem Filsafat

 Dasar Ontologis, setiap sila tidak merupakan asas yang berdiri sendiri-sendiri tetapi memiliki satu kesatuan dasar ontologis. Subjek pendukung dan hakikat dasar Pancasila adalah manusia itu sendiri.

 Dasar Epistemologis, pada hakikatnya sila-sila Pancasila tidak dapat dipisahkan dengan dasar Ontologisnya. Ada tiga persoalan yang mendasar dalam Epistemologi: sumber pengetahuan manusia, teori kebenaran dan watak pengetahuan manusia. Bersifat formal logis, berkaitan dengan kualitas kuantitas, harus diletakan pada kerangka moralitas kodrat manusia moralitas religius dalam upaya mandapatkan tingkatan pengetahuan yang mutlak dalam hidup manusia

 Dasar Aksiologis, nilai-nilai Pancasila  satu kesatuan. Segala sesuatu yang bernilai berkaitan dengan manusia. Ada beberapa teori tentang nilai seperti nilai kenikmatan, kehidupan, kejiwaan, dan nilai kerohanian

7. Sila-sila Pancasila a. Bersifat Organis

Unsur mutlak  satu kesatuan majemuk tunggal yang saling berhubungan Hakekat sila-sila Pancasila mendasarkan pada landasan yang

berurutan: Tuhan, manusia, bersatu, kerakyatan dan keadilan Hakekat nilai-nilai Pancasila sebagai dasar filsafat negara memiliki sifat & keadaan yang saling berkaitan:

• Ketuhanan  sesuai hakekat Tuhan;

• Kemanusiaan  sesuai hakekat manusia;

• Persatuan  sesuai hakekat kesatuan;

• Kerakyatan  sesuai hakekat rakyat;

• Keadilan  sesuai hakekat adil.

b. Bersifat Hierarkis dan Piramida

Sila-sila Pancasila tersusun secara hierarkis piramida, sila pertama menjadi basis keempat sila lainnya sehingga segala yang berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan negara harus dijiwai nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.

c. Sila-sila Pancasila Saling mengkualifikasi

Sila sila Pancasila satu kesatuan yang saling mengkualifikasi setiap sila. Seperti pada sila pertama, Ketuhanan yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dst.

(10)

E. Pancasila sebagai Sistem Etika

1. Etika sebagai Sarana Orientasi Hidup

3) Mencari orientasi salah satu kebutuhan manusia yang paling fundamental (menentukan sikap, arah, tempat, yang tepat dan benar).

4) Orientasi: suatu proses pemahaman tentang keberadaan, arah pergerakan, dan tujuan yang harus dicapai dari diri seseorang.

5) Menurut filsafat antropologi, manusia adalah makhluk yang tahu dan mau. Artinya, kemauan/tindakan berdasarkan pengetahuan tentang keberadaannya, situasinya, sampai dimana kemampuannya, dll.

6) Semua faktor perlu dipertimbangkan sebelum bertindak dinamakan orientasi. Tanpa orientasi seseorang akan merasa terancam, bingung, dan takut.

7) Etika dalam hidup manusia dipandang sebagai sarana orientasi untuk menjawab suatu pertanyaan yang fundamental yaitu bagaimana manusia harus hidup dan bertindak? Dalam konteks ini etika bertugas menghilangkan kebingungan, meluruskan motivasi, memberikan pemahaman (pengetahuan), dan memunculkan komitmen.

8) Komitmen adalah suatu janji pada diri sendiri ataupun orang lain yang tercermin dalam tindakan.

2. Pengertian Etika, Nilai Etika, dan Jenis-Jenis Etika

 Kata etika berasal 2 kata Bahasa Yunani “ethos” (bentuk tunggal) yang berarti kesusilaan, perasaan atau akhlak atau “ta etha” (bentuk jamak) yang artinya adat istiadat atau cara bertindak.

 Menurut KBBI, etika dibedakan atas 3 arti, yaitu

 Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak); kumpulan azas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; refleksi self-control nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan/

masyarakat.

 Etika = moral = filsafat moral

 Etika: ilmu yang membahas tentang moralitas atau menyelidiki perilaku moral;

memperhatikan dan mempertimbangkan perilaku manusia dalam mengambil keputusan moral dan juga menghubungkan penggunaan akal budi individual dengan objektivitas hukum menentukan kebenaran atau kesalahan perilaku terhadap orang lain.

 Nilai: kualitas suatu benda/kegiatan yang membuat eksistensinya, pemiliknya, atau upaya mengejarnya menjadi suatu yang diinginkan oleh individu dari suatu masyarakat. Nilai tidak selalu bersifat subyektif.

 Etika terdiri atas etika umum dan etika khusus.

 Etika umum: membahas prinsip-prinsip moral dasar; Etika khusus: menerapkan prinsip- prinsip dasar pada masing-masing bidang kehidupan manusia. Etika khusus terdiri atas etika individual dan etika sosial.

Macam-macam etika :

 Etika Deskriptif: etika yang berupaya mencermati secara kritis dan rasional sikap dan perilaku manusia, memberikan fakta sebagai dasar pengambilan keputusan yang ingin diwujudkan dalam kehidupan sebagai sesuatu yang bernilai

 Etika Normatif: etika yang mengajarkan berbagai sikap dan pola perilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Etika normatif memberikan penilaian sekaligus norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan dilakukan.

3. Pancasila sebagai Sistem Etika

 Nilai-nilai Pancasila digali dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia menjadi sistem nilai tingkah laku seseorang atau etika

 Nilai-nilai Pancasila sebagai sistem filsafat, menjadi falsafah manusia yang melekat pada diri manusia Indonesia dan diwujukan sebagai “budi pekerti”

(11)

 Nilai-nilai Pancasila diimplementasikan sebagai suatu etika dan norma kehidupan yang harus ditegakan, sekaligus sebagai standar kualifikasi.

 Norma: seluruh kaidah dan peraturan yang diterapkan melalui lingkungan sosial sehingga mewujudkan keharmonisan hubungan antarmanusia (bangsa Indonesia).

 Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar Negara menjadi pedoman etika politik Indonesia yang dijabarkan dalam suatu norma.

 Dalam pelaksanaan & penyelenggaraan Negara, etika politik menuntut agar kekuasaan dijalankan sesuai dengan hukum yang disahkan & dijalankan secara demokratis serta berdasarkan prinsip-prinsip moral. Meliputi legitimasi moral religius (sila 1) & moral kemanusiaan (sila 2).

4. Pancasila dan Etika Sosial

 Etika Sosial: etika tentang relasi manusia dengan sesamanya dalam masyarakat;

etika yang berkenaan dengan suatu masyarakat yang secara khusus berhubungan dengan pengaturan relasi-relasi sosial secara normatif dalam rangka membentuk tatanan hidup bersama.

 Etika sosial merupakan cabang dari filsafat.

 Etika Sosial sebagai codes atau prinsip-prinsip berupa moral yang menjadikan kelayakan/kepatutan berupa integrasi dan kejujuran yang direfleksikan dalam kehidupan melalui sikap-sikap yang secara legalitas menjadi keyakinan pembenaran dalam lingkungan sosial bermasyarakat.

 Etika sosial menjadi salah satu pedoman untuk menjaga keteraturan social sehingga etika memiliki arti pada pengaman nilai-nilai sosial di masyarakat.

5. Jenis-jenis Etika Sosial

 Pengertian etika sosial (Usman Sunyoto 2012): pengamalan yang dilakukan oleh seseorang terhadap nilai-nilai yang diyakini baik (terpuji), buruk (tercela), dan terpercaya sehingga tindakan tersebut memunculkan makna tersirat kepada pihak lain (seseorang/kelompok).

o Etika dalam kebijakan publik adalah pembuatan aturan

o Etika dalam kegiatan sosial: serangkaian tindakan penerapan nilai-nilai dalam kehidupan masyarakat yang dilembagakan untuk mencegah rusaknya tatanan sosial (social order).

 Etika Sosial meliputi banyak bidang, antara lain, sikap terhadap sesama, etika keluarga, etika profesi, etika lingkungan, dan etika ideologi.

 Etika profesi merupakan bidang etika khusus atau terapan sebagai produk etika sosial.

6. Pancasila dan Etika Profesi

Profesi: pekerjaan yang mencerminkan adanya dukungan intellectual character, diberikan untuk kepentingan orang lain, keberhasilan didasarkan pada keuntungan organisasi, dalam organisasi ditentukan berbagai kode etik, bertanggungjawab dalam memajukan dan menyebarkan profesi yang bersangkutan, dan adanya standar kualifikasi profesi.

 Menurut Frans Magnis Suseno (1991:70): profesi dibedakan atas profesi pada umumnya dan profesi luhur.

Profesi pada umumnya memiliki 2 prinsip yang harus ditegakkan: prinsip menjalankan profesi secara bertanggung jawab dan hormat terhadap hak orang lain.

 Bertanggung jawab meliputi tanggung jawab terhadap pekerjaan dan hasilnya (melaksanakan pengerjaan dengan baik, hasilnya berkualitas, dan tidak berdampak merusak lingkungan atau menghormati hak orang lain).

Profesi yang luhur: motivasi utama bukan untuk memperoleh nafkah dari pekerjaannya; 2 prinsip yang harus ditegakkan, yaitu mendahulukan kepentingan orang yang dibantu dan mengabdi pada tuntutan luhur profesi.

(12)

Untuk melaksanakan profesi secara baik diperlukan moralitas yang tinggi dari pelakunya.

 3 moralitas tinggi : (a) berani berbuat dengan bertekad untuk bertindak sesuai dengan tuntutan profesi, (b) sadar akan kewajibannya, dan (c) memiliki idealism yang tinggi.

 Seorang Profesional dituntut memiliki:

o Pengetahuan;

o Penerapan keahlian;

o Tanggungjawab sosial;

o Pengendalian diri;

o Etika bermasyarakat sesuai profesinya 7. Pancasila sebagai Etika Politik

 Politik: seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional atau nonkonstitusional

 Menurut Aristoteles, politik adalah usaha warga negara mewujudkan kebaikan bersama.

 Etika politik : prinsip moral tentang baik-buruk terhadap tindakan atau perilaku dalam berpolitik, yang meliputi tata susila (kesusilaan) & tata sopan santun (kesopanan) dalam pergaulan politik.

 Hakekat etika politik: suatu nilai sebagai penjabaran norma (hukum & moral), berusaha mengejawantahkan ideologi negara yang mengandung nilai-nilai luhur ke dalam realitas politik nyata.

8. Jenis-jenis Norma

 Norma hukum: berdasarkan hukum yang berlaku. Melalui pengadilan dengan sanksi tegas, mengikat, & memaksa.

 Norma sopan santun: peraturan hidup yang timbul dari hasil pergaulan bersifat relatif.

 Norma kesusilaan: bersumber dari hati nurani & keyakinan agama

 Norma sosial: kebiasaan yang menjadi patokan perilaku suatu kelompok masyarakat di wilayah tertentu.

 Cara (usage): norma yang paling lemah, hanya mendapat sanksi dari masyarakat berupa ejekan saja.

 Folkways: adat istiadat yang lazim dan luas dianut oleh warga masyarakat, pelanggarannya hanya dikenakan hukum sosial tidak resmi.

Referensi

Dokumen terkait

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa adalah mendasari dan menjiwai sila- sila,Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh

Ketuhanan yang Mahaesa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan ,

Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

“… dengan berdasar kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan

Yang mana dalam berpolitik harus bertumpu pada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat

Kelima sila itu adalah: Ketuhanan Yang Maha Esa, Persatuan Indonesia, Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan

Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa Sila Kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab Sila Ketiga: Persatuan Indonesia Sila Keempat: Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan

Bunyi sila-sila Pancasilà : 1 Ketuhanan Yang Maha Esa 2 Kemanusiaan yang Adil dan Beradab 3 Persatuan Indonesia 4 Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam