EJEKTOR
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Mekanika Fluida
Dosen Pengampu:
Yulia Puspa Dewi, M.T.
Nama Kelompok 3 TMPP 2B :
1. Abyan Sahrul (2141280036)
2. Bachrul Eko (2141280043)
3. Hanif Ridhwanul M (2141280038) 4. M. Zahrul Aziz (2141280011) 5. Oke Liang Pujasuma (2141280047)
PRODI D4 TEKNIK MESIN PRODUKSI DAN PERAWATAN PSDKU POLITEKNIK NEGERI MALANG di KOTA KEDIRI
2022/2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...ii
KATA PENGANTAR...iii
BAB I PENDAHULUAN...1
A. Latar Belakang...1
B. Rumusan Masalah...2
C. Tujuan...2
BAB II PEMBAHASAN...3
A. Tinjauan Pancasila Secara historis...3
B. Tinjauan Pancasila Secara Kultural...4
C. Tinjauan Pancasila Secara Yuridis...5
D. Tinjauan Pancasila Secara Filosofis...6
E. Tinjauan Pancasila Secara Ilmiah...8
BAB III PENUTUP...10
A. Kesimpulan...10
B. Saran...10
DAFTAR PUSTAKA...12
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami dalam menyelesaikan makalah ini. Dimana pada kesempatan kali ini kami mengangkat tema tentang
“Ejektor”. Makalah ini diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah Mekanika Fluida.
Dalam kesempatan ini, kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini. Sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya, yaitu :
1. Kepada Ibu Yulia Puspa Dewi, M.T.
Selaku dosen pengajar Mata Kuliah Mekanika Fluida 2. Kepada kedua orang tua kami
Yang telah memberikan support baik materiil maupun nonmaterial 3. Kepada teman-teman 2B D4 TMPP
Yang telah memberikan kritik dan saran
Kami memohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan penyusunan makalah pada masa yang akan datang.
Kediri, 20 Mei 2023
Penyusun
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ejector merupakan salah satu jenis mesin fluida yang banyak digunakan untuk mendukung salah satu proses pada industri, antara lain, proses pompa dan pemanas dengan memanfaatkan uap dalam kinerjanya. Ejector dapat digolongkan menjadi dua, yaitu, single ejector dan two stage ejector, hal ini tergantung dari bagaimana kompresi yang dilakukan dalam satu atau beberapa unit secara
berurutan dan dari bagaimana satu atau lebih unit ejector yang dipasangkan secara paralel. Bentuk dari kedua ejector ini sebenarnya sama, yang membedakan adalah jumlah nozzle yang digunakan.
Untuk single ejector, menggunakan satu nozzle, sedangkan untuk two stage ejector menggunakan lebih dari satu nozzle (dua nozzle). Walaupun terdapat perbedaan pada jumlah nozzle, akan tetapi single ejector dan two stage
ejectormempunyai prinsip kerja yang sama. Mesin ini cukup berperan penting pada sebuah pembangkit listrik. Salah satu jenisnya adalah steam ejector yang berfungsi untuk mengeluarkan gas atau uap dari suatu ruangan dan mempertahankan
kevakuman yang diinginkan. Steam ejector memiliki beberapa prinsip kerja, yaitu:
persamaan kontinuitas, asas Bernoulli, peleburan/diffuse, dan hukum gas ideal yang ada pada hukum Boyle.
1
B. Rumusan Masalah 1. Pengertian Ejektor 2. Komponen dasar Ejektor 3. Perancangan Ejektor
4. Bagaimana tinjauan Pancasila secara filosofis?
5. Bagaimana tinjauan Pancasila secara ilmiah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tinjauan Pancasila secara historis 2. Untuk mengetahui tinjauan Pancasila secara kultular 3. Untuk mengetahui tinjauan Pancasila secara yuridiis 4. Untuk mengetahui tinjauan Pancasila secara filosofis 5. Untuk mengetahui tinjauan Pancasila secara ilmiah
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengeretian Ejektor
Ejektor adalah suatu jenis alat untuk mendapatkan aliran fluida dengan menggunakan motive fluid bertekanan tinggi yang diekspansikan melalui nosel. Ejektor yang digunakan dapat menghisap gas atau uap dari ruang yang dievakuasi dan
memampatkannya untuk dibuang pada tekanan yang lebih tinggi. Ejektor mampu menghisap dan mengkompresikan fluida isap (suction fluid) dari tekanan isapnya (suction pressure) ke tekanan keluaran (discharge pressure) yang lebih tinggi. Terjadi pencampuran gas, uap air, atau steam yang menjadi fluida isap dengan fluida penggerak.
a. Constant-pressure mixing
b. Constant-area mixing
Klasifikasi ejektor berdasarkan atas kondisi dalam daerah pencampuran, yaitu constant-pressure mixing dan constant-area mixing. Dalam design constant-
4
pressure mixing, daerah pencampuran berbentuk konvergen untuk mempertahankan tekanan konstan karena bertambahnya kecepatan dari aliran yang tercampur. Sedangkan dalam constant-area mixing, tekanan aliran yang tercampur akan naik dalam daerah cross-section yang seragam.
Penggunaan water ejector
Ejektor dalam industri kimia dan petroleum secara luas digunakan untuk menghilangkan uap yang korosif, pneumatic conveyor feeding, mampu mempertahankan tekanan sub-atmosferik dalam distilasi, evaporasi, dan
refrigerasi, air conditioning, alat pembantu untuk proses coating, alat transportasi cairan di antara tanki, mengeluarkan udara dari condenser (Kroll, 1947).
Prinsip kerja water ejektor
Gambar II.2 menunjukkan prinsip kerja ejektor single-stage, yang mempunyai 3 bagian dasar yaitu nozzle, ruang pencampur (mixing chamber) atau penghisap (suction chamber), dan diffuser (Blatchley, 1961).
Gambar II.2 Skema dan prinsip kerja ejektor
Motive fluid dan fluida isap (suction fluid) dapat berupa gas, steam, liquid atau campurannya. Fluida kerja bertekanan tinggi (Pa, Ta) akan diekspresikan melalui sebuah nosel. Di dalam nosel, energi tekanan motive fluid diubah menjadi energi kinetik, sehingga motive fluid mengalami percepatan dan tekanannya akan menjadi lebih rendah pada saat keluar dari nosel. Kondisi ini mengakibatkan fluida isap akan terisap ke dalam ruang pencampur dan selanjutnya bercampur dengan motive fluid. Di dalam ruang pencampur dan difuser, terjadi perubahan energi kinetik fluida campuran (motive fluid dan fluida isap) menjadi energi tekanan. Pada saat keluar difuser, tekanan fluida campuran sama dengan tekanan keluaran (Pd).
Unjuk kerja ejektor dipengaruhi oleh beberapa parameter (Davis dan Mitra, 1967), terutama luas penampang leher nosel (An), tekanan motive fluid (Pa), tekanan fluida terisap (Pb) dan keluaran difuser (Pd), temperatur motive fluid (Ta) dan fluida terisap (Tb).
B. Komponen-Komponen Dasar Ejektor
Seperti yang telah dijabarkan pada Pasal II.1.2 ejektor terdiri dari tiga bagian dasar yaitu nosel, ruang pencampur (mixing chamber) dan diffuser.
Nosel (nozzle)
Nosel adalah bagian penting dari ejektor yang berfungsi untuk mengekspansikan motive fluid, sehingga terjadi perubahan energi tekanan menjadi energi kinetik. Ukuran nosel dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan nosel untuk fluida kompresibel (udara) dalam kondisi aliran subsonik (Perry dan Green, 1984):
𝑀� = 𝐶𝑌𝐴�√2(𝑃�−𝑃t)𝜌�
Untuk tujuan perancangan ejektor nilai C adalah 0,95 untuk well-designed machine nozzle, dan 0,9 untuk straight-hole pipe-cap nozzle. β adalah rasio diameter leher nosel terhadap diameter pipa. Y adalah faktor ekspansi secara adiabatis dari Pa ke Pt.
Nosel mempunyai bentuk konvergen dan divergen (Gambar II.3). Pada umumnya bentuk nosel merupakan konfigurasi dari keduanya tergantung pada kebutuhan dan fungsinya.
a. Konvergen-divergen b. Konvergen
Penggunaan nosel yang lebih panjang di dalam difuser membuat ejektor beroperasi pada rasio kompresi yang lebih tinggi namun dapat mengurangi kapasitas ejektor. Posisi nosel yang lebih dalam di dalam leher difuser akan mengurangi efisiensi entrainment jadi mengurangi perpindahan momentum dari motive fluid ke proses entrained gas. Akibatnya adalah tekanan buang menjadi lebih tinggi dan tekanan isap akan lebih rendah.
Ruang pencampur (mixing chamber)
Proses pencampuran antara motive fluid dengan fluida isap terjadi di dalam ruang pencampur (mixing chamber), pada bagian konvergen dari difuser. Ruang pencampur dapat berbentuk kerucut dengan sudut kemiringan total 20-25° (Kroll, 1947).
Jarak antara ujung nosel dengan leher difuser atau disingkat NXP merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja ejektor. Jarak yang semakin dekat akan memperbesar tekanan discharge pada nosel dan jarak yang semakin jauh akan menambah tekanan isap (kevakuman). Oleh karena itu posisi nosel harus diatur agar didapatkan kinerja yang optimal. Letak nosel di posisi tengah leher pipa juga merupakan hal yang penting.
Difuser
Dalam perancangan ejektor bagian difuser terdiri dari dua bagian utama, yaitu bagian paralel yang disebut leher difuser, dan bagian divergen. Difuser berfungsi untuk mendapatkan aliran yang stabil dan mengembalikan tekanan statik pada aliran. Untuk menghindari kerugian akibat friksi atau gesekan yang terlalu besar, maka difuser tidak boleh terlalu panjang. Panjang leher difuser optimum 7,5 kali diameter. Panjang antara 4 hingga 14 kali diameter akan memberikan 4% dari kinerja optimum (Kroll, 1947).
Luas area leher yang tepat merupakan hal penting dalam perancangan. Perubahan yang kecil dalam luas leher membuat perbedaan besar dalam jumlah udara yang akan terbawa masuk. Jika leher terlalu kecil maka hambatan akan terjadi, dan jika terlalu besar maka akan terjadi kebocoran udara balik.
Bagian divergen difuser mempunyai sudut θ antara 4-11° (Kroll, 1947). Terlalu divergen tidak diinginkan dalam perhitungan. Panjang yang lebih kecil dari diameter leher dapat digunakan, namun lebih panjang misalnya 4 hingga 8 kali leher diameter, adalah lebih baik untuk mengembalikan tekanan.
Bagian paralel tanpa ekor divergen menyebabkan berkurangnya rasio massa fluida isap/motive fluid sekitar 20%.
C. Perancangan Ejektor
Perancangan ejektor dapat dilakukan dengan bantuan kurva design optimum dan persamaan empirik. Model kurva design optimum dibuat misalnya oleh McClintonk and Hood dan DeFrate and Hoerl, sedangkan persamaan empirik dikembangkan oleh Davies.
Selanjutnya untuk memudahkan bacaan, simbol yang digunakan pada ketiga model perancangan ejektor dapat dilihat pada Tabel II.1.
Tabel II.1 Simbol yang digunakan pada berbagai model perancangan ejektor
Metode design ejector oleh McClintock and Hood (Hougen, 1959) Bentuk kurva karakteristik ejektor dapat dilihat pada Gambar II.4 yang merupakan hasil persamaan sederhana yang dikembangkan oleh McClintock and Hood. Persamaan ini dibatasi pada ejektor constant-area mixing, di mana perubahan volum spesifik fluida isap dan fluida tercampur diabaikan, pada umumnya bentuk hubungan tersebut dapat diterapkan pada semua ejektor.
Gambar II.4 Karakteristik ejektor kompresi rendah (Hougen, 1959) Persamaan tak berdimensi dari McClintock and Hood menyatakan kompresi yang dihasilkan oleh ejektor sebagai rasio dari naiknya tekanan dari fluida isap (pd-p”a) terhadap momentum per unit luas dari motive fluid (F’b/S’b). Notasi (‘) menyatakan fluida kerja, notasi (“) menyatakan fluida isap, tanpa notasi menyatakan fluida campuran (Gambar II.1).
Dalam Gambar II.4, faktor kompresi ((pd-p”a)/(F’b/S’b)) dihubungkan dengan rasio laju alir (w”/w’) dan rasio luas mixer terhadap nosel (rs) di mana rasio densitasnya (p”/p’) adalah 1,0 dan rasio luas diffuser terhadap mixer (Sd/Sb) yang dihasilkan cukup besar di mana energi kinetik pembuangan diabaikan.
Pada Gambar II.4a, jika ejektor mempunyai rs = 16, dihasilkan faktor kompresi maksimum 0,058 pada laju alir fluida isap bernilai nol. Jika laju alir fluida isap
bertambah, maka rasio w”/w’ bertambah, kemudian faktor kompresi berkurang sampai dicapai harga nol pada rasio laju alir 5,2. Jika design ejektor diubah pada rs
= 8, faktor kompresi maksimum pada rasio laju nol bertambah sampai 0,113 namun rasio laju maksimum pada faktor kompresi nol berkurang sampai 2,5. Garis putus- putus menunjukkan harga rs yang berbeda, yang memberikan faktor kompresi maksimum yang diperoleh pada rasio laju tertentu. Masing-masing kompresi maksimum diperoleh hanya dengan membuat rasio area rs optimum.
Pengaruh rasio area rs dengan jelas ditunjukkan pada Gambar II.4b. Jika diinginkan rasio laju alir 2,0 diperoleh faktor kompresi maksimum 0,52 dengan rasio area optimum rs = 0,96. McClintock and Hood menunjukkan bahwa faktor kompresi maksimum sama dengan ½ rs seperti yang diperlihatkan dengan garis putus-putus.
Jika rasio Sd/Sb semakin berkurang, maka faktor kompresi akan berkurang, sebaliknya jika rasio densitas p”/p’ semakin bertambah, maka faktor kompresi akan bertambah.
Namun hubungan antara faktor kompresi dan rs optimum pengaruhnya kurang signifikan terhadap perubahan ini.
Analisa termodinamika pada operasi ejektor dikembangkan dengan penerapan
persamaan kontinuitas, momentum, dan energi pada operasi nozzle, mixing chamber, dan diffuser. Namun, banyak besaran-besaran empirik yang terkandung dalam
penentuan koefisien atau efisiensi dalam langkah tersebut.
Efisiensi overall ejektor adalah rasio kerja kompresi isentropis fluida dari masukan (inlet) ke tekanan buangan (discharge), dibagi dengan kerja ekspansi isentropis motive fluid dari awal ke tekanan buangan (discharge).
Metode design ejector DeFrate and Hoerl (DeFrate, 1959)
Desain ejektor pada umumnya, didasarkan pada beberapa persamaan yaitu kontinuitas, energi, momentum dan hubungan gas ideal (DeFrate and Hoerl, 1959). Persamaan tersebut diterapkan pada daerah pencampuran luas konstan dan tekanan konstan.
Hasil perhitungan dari persamaan dan hubungan tersebut oleh DeFrate and Hoerl
disajikan dalam bentuk kurva yang dikenal dengan kurva desain optimum. Kurva desain DeFrate and Hoerl banyak digunakan untuk perhitungan design ejektor.
Gambar II.6 menunjukkan kurva desain optimum dan cara menggunakannya. Kurva desain tersebut mempunyai daerah penggunaan yang luas, yaitu: rasio tekanan kerja (pob/poa) dari 0,005 sampai 0,2; rasio kompresi (po3/pob) dari 1 sampai 10; rasio laju alir massa (wb/wa) dari 0,01 sampai 30; rasio luas (A2/At) dari 5 sampai 100.
Gambar II.6 Kurva Desain Optimum (DeFrate, 1959)
Untuk berat molekul dan temperatur yang berbeda, DeFrate and Hoerl (Perry and Green, 1984) memberi persamaan empirik untuk koreksi perbandingan laju alir massa yaitu:
Penggunaan kurva desain optimum DeFrate and Hoerl menghasilkan hubungan antara parameter-parameter rasio tekanan kerja (pob/poa), rasio kompresi (po3/pob), rasio laju alir massa (wb/wa), rasio luas leher difuser terhadap leher nosel (A2/At).
D. Tinjauan Pancasila Secara Filosofis
Secara filosofis, Pancasila adalah sebuah sistem nilai yang mengandung prinsip-prinsip fundamental yang menjadi dasar dalam berpikir, bertindak, dan bersikap dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila dirumuskan berdasarkan pengalaman sejarah, budaya, dan kearifan lokal Indonesia, serta dipengaruhi oleh ajaran-ajaran agama yang dianut oleh mayoritas masyarakat Indonesia.
Pancasila memiliki lima prinsip dasar, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kelima prinsip ini saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Prinsip pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, mengajarkan nilai-nilai keagamaan yang menjadi landasan moral dan etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Prinsip ini mengajarkan bahwa manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan harus mengakui keberadaan Tuhan sebagai pencipta dan pemelihara alam semesta serta menjalankan segala perintah-Nya.
Prinsip kedua, Kemanusiaan yang adil dan beradab, mengajarkan nilai- nilai kemanusiaan yang mendasar seperti keadilan, kesetaraan, dan martabat manusia. Prinsip ini mengajarkan bahwa manusia harus dihormati dan dihargai sebagai makhluk yang memiliki hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat.
Prinsip ketiga, Persatuan Indonesia, mengajarkan nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Prinsip ini mengajarkan bahwa walaupun Indonesia memiliki keanekaragaman budaya, bahasa, dan agama, namun kita semua harus bersatu dan bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama, yaitu kemajuan bangsa dan negara Indonesia.
Prinsip keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, mengajarkan nilai-nilai demokrasi yang mendasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Prinsip ini mengajarkan bahwa kekuasaan berada pada rakyat dan harus dijalankan dengan cara yang bijaksana melalui mekanisme demokratis.
Prinsip kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, mengajarkan nilai-nilai keadilan sosial yang harus diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat. Prinsip ini mengajarkan bahwa setiap warga negara Indonesia harus diperlakukan dengan adil dan mendapatkan kesempatan yang sama dalam mengakses sumber daya dan manfaat yang ada di Indonesia.
Secara filosofis, Pancasila memandang bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan harus hidup bersama dengan orang lain. Oleh karena itu, Pancasila mengajarkan nilai-nilai persatuan, kesatuan, keadilan, dan demokrasi sebagai landasan moral dan etika.
E. Tinjauan Pancasila Secara Ilmiah
Tinjauan Pancasila secara ilmiah dapat dilakukan dengan melihat sejauh mana prinsip-prinsip Pancasila telah teruji kebenarannya dan konsistensinya dengan hasil-hasil penelitian atau studi ilmiah dalam berbagai disiplin ilmu.
Sebagai contoh, prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa dapat dikaji dari sudut pandang ilmu agama, filosofi agama, dan neurosains. Berdasarkan hasil penelitian ilmiah, kepercayaan pada Tuhan atau kekuatan yang lebih tinggi dapat memberikan dampak positif pada kesehatan mental dan fisik manusia, serta meningkatkan kualitas hidup. Selain itu, pandangan bahwa keberadaan Tuhan sebagai pencipta dan pemelihara alam semesta juga konsisten dengan hasil penelitian ilmiah dalam bidang kosmologi dan fisika.
Prinsip Kemanusiaan yang adil dan beradab dapat dikaji dari sudut pandang ilmu sosial dan humaniora. Dalam bidang psikologi, prinsip ini terkait dengan pengertian mengenai empati, toleransi, dan hubungan antarmanusia. Sementara itu, dalam bidang ilmu politik dan hukum, prinsip ini terkait dengan pengertian mengenai hak asasi manusia dan keadilan sosial.
Prinsip Persatuan Indonesia dapat dikaji dari sudut pandang ilmu sejarah dan antropologi. Prinsip ini terkait dengan pengertian mengenai identitas nasional, keragaman budaya, dan penyatuan bangsa Indonesia dalam sejarahnya.
Prinsip Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan dapat dikaji dari sudut pandang ilmu politik, demokrasi, dan tata kelola pemerintahan. Prinsip ini terkait dengan pengertian mengenai partisipasi politik, representasi, dan transparansi dalam tata kelola pemerintahan.
Prinsip Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dapat dikaji dari sudut pandang ilmu ekonomi dan keadilan sosial. Prinsip ini terkait dengan pengertian mengenai pemerataan ekonomi dan akses terhadap sumber daya bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dalam tinjauan Pancasila secara ilmiah, terdapat pula kritik terhadap Pancasila sebagai suatu sistem nilai. Kritik ini terutama berkaitan dengan kekurangan Pancasila dalam mengatasi permasalahan aktual di masyarakat dan negara, serta ketidakmampuan Pancasila dalam memberikan solusi konkret dalam menghadapi tantangan global. Oleh karena itu, pengembangan dan pembaruan Pancasila perlu dilakukan secara terus-menerus agar tetap relevan dan berdaya guna dalam menghadapi perubahan zaman.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara keseluruhan, Pancasila merupakan sebuah ideologi yang sangat penting bagi Indonesia sebagai negara yang memiliki keragaman budaya, agama, dan suku bangsa. Pancasila memiliki nilai-nilai yang universal dan dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan manusia, baik dari sudut pandang kultural, filosofis, yuridis, maupun ilmiah.
Tinjauan Pancasila secara historis menunjukkan bagaimana Pancasila lahir dan berkembang seiring dengan sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
Tinjauan kultural menunjukkan bahwa Pancasila dapat mengintegrasikan keragaman budaya dan agama dalam masyarakat Indonesia. Tinjauan yuridis menunjukkan bahwa Pancasila menjadi dasar hukum bagi negara Indonesia.
Tinjauan filosofis menunjukkan bahwa Pancasila memiliki prinsip-prinsip yang mendasar bagi keberlangsungan kehidupan manusia.
Dalam tinjauan Pancasila secara ilmiah, nilai-nilai Pancasila terbukti konsisten dengan hasil penelitian dan studi ilmiah dalam berbagai disiplin ilmu. Namun demikian, Pancasila juga perlu terus dikaji dan dikembangkan agar tetap relevan dan berdaya guna dalam menghadapi perubahan zaman dan tantangan global.
Secara kesimpulan, Pancasila merupakan sebuah ideologi yang sangat penting bagi keberlangsungan negara dan bangsa Indonesia, dengan nilai-nilai yang universal dan dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Oleh karena itu, Pancasila perlu dijaga dan dikembangkan agar tetap menjadi dasar yang kokoh bagi negara Indonesia.
B. Saran
Melalui Pendidikan Pancasila warga Negara Republik Indonesia diharapkan mampu memahami, menganalisis, dan menjawab masalah yang dihadapi oleh bangsanya secara konsisten dan berkesinambungan dengan cita-
cita dan tujuan nasional. Diharapkan juga dapat menghayati filsafat dan ideologi Pancasila dan juga dapat menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Untuk lebih lanjutnya kita sebagai generasi muda diharapkan mampu menjadi manusia Indonesia yang berpancasila, sebelum menguasai IPTEK yang dimilikinya. Kita juga diharapkan unggul dalam penguasaan IPTEK dan seni namun tidak kehilangan jati dirinya dan apalagi tercabut dari akar budaya bangsa dan keimanannya.
DAFTAR PUSTAKA
https://eprints.umm.ac.id http://etheses.iainkediri.ac.id https://simdos.unud.ac.id