Padahal, hukum Islam mampu menyikapi perkembangan jaman yang begitu pesat demi kemaslahatan umat manusia itu sendiri. Agar asas dan doktrin hukum Islam mengikat, maka hakim harus memperhatikannya dalam pengambilan keputusan. Judul-judul dalam buku ini menarik untuk dikaji dan dikembangkan lebih lanjut sebagai ide dan konsep dalam bidang hukum Islam.
DAFTAR SINGKATAN
TRANSLITERASI ARAB-LATIN
- Konsonan
- Vokal Pendek
- Vokal Panjang
- Diftong
Lihat Abdul Wahhab Khallaf, Aturan Hukum Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), hal. Hukum yang tidak didasarkan pada nash tertentu seperti kebanyakan hukum Islam yang terdapat di berbagai mazhab. Sedangkan kelompok moderat menyelesaikan permasalahan hukum dengan mengacu pada sumber hukum Islam seperti Al-Qur'an dan Hadits dengan bantuan ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, filsafat, antropologi, sejarah, politik dan ekonomi untuk menemukan makna Al-Qur'an yang sebenarnya. 'sebuah undang-undang agar pemikiran kelompok ini kontekstual.
Bagian Pertama
FILSAFAT HUKUM ISLAM
Dinamika Hukum Islam
Prinsip-prinsip inilah yang menjadikan hukum Islam zaman salih li kulli (relevan untuk setiap zaman). Sampai saat ini hukum Islam yang tercantum dalam sumbernya tidak seragam, terdapat mazhab yang berbeda-beda. Meskipun hukum Islam diklaim sebagai ilmu sui generis (ilmu pengacara profesional), namun dalam perkembangannya tidak menutup kemungkinan adanya kajian sosial lainnya (makna sosial hukum).
Fiqih al-D{arar
Konsep maqa>shid al-syari>'ah (tujuan hukum Islam) yang banyak ditulis oleh para ulama Maroko harus disesuaikan dengan nilai-nilai yang hidup dalam bangsa. Sehubungan dengan konsep mashlahah, lahirlah konsep baru maqa>shid al-syari>'ah (tujuan hukum Islam).5 Mashlahah. 5 Konsep maqa>shid al-syari>'ah telah mengalami perkembangan yang cukup besar di kalangan ulama Maroko.
Oleh karena itu mashlahah berkaitan dengan maka>shid al-syari>'ah (tujuan hukum Islam). Maka>shid al-syari>ah (tujuan hukum Islam) mencakup pertimbangan mashlahah, namun tidak dibatasi olehnya. Bahwa gagasan maka>shid al-syari>ah (tujuan hukum Islam) bersumber dari sebuah teks.
Mars bahwa pendekatan yang berlandaskan maka>shid al-syari>'ah (tujuan hukum Islam) juga harus menjamin kelestarian agama (pluralitas agama) sebagai tujuan utamanya. Oleh karena itu, Maka>shid al-syari>ah Nusantara menawarkan perubahan istilah menjaga akal (hifdz al-aql) menjadi kebebasan berpikir (hurriah al-afkar). Oleh karena itu, maka>shid al-syari>'ah nusantara menawarkan perubahan istilah pelestarian harta benda (hifdz al-mal) menjadi kebebasan fungsionalisasi harta dan produksi (hurriyah al-mal).
Empat orang yang menggagas ilmu maqa>shid al-syari>'ah (tujuan hukum Islam) antara lain bin A
Membumikan Hukum Preventif Preventif
Upaya pencegahan kejahatan, kerugian, dan gangguan terhadap proses peradilan pada hakikatnya ditujukan untuk melindungi pencari keadilan dan aparat penegak hukum itu sendiri. Lihat karya Soerjono Soekanto, Perspektif Teoritis Ilmu Hukum dalam Masyarakat (Jakarta: Rajawali, 1985), hal. Lihat karya Satjipto Rahardjo, Sosiologi Hukum: Perkembangan Metode dan Pilihan Masalah (Yogyakarta: Genta, 2002), hal.
Lihat juga karya Abdul Haq, Rumusan Alasan Fiqh: Kajian Aturan Konseptual Fiqh (Surabaya: Khalista, 2005), hal. Dalam hukum internasional, perlindungan hak asasi manusia tertuang dalam Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik. Terdapat dua jenis hak dalam ICCPR, yaitu hak yang tidak dapat dikurangi (non-derogable right) dan hak yang dapat dikurangi (derogable right).
55 Dalam konteks Indonesia, kebebasan menentukan nasib sendiri dibatasi oleh nilai-nilai moral yang tercantum dalam Pancasila. Lihat dalam Haavi Morreim, "Konsep Bahaya yang Dikandung Kembali: Pandangan Berbeda pada Kehidupan yang Salah," Hukum dan Filsafat 7, no. Lihat Colin Munro, "Penghinaan Menjadi Kurang Ketat", Tinjauan Hukum Modern 40, no.
Zie Ronald Goldfarb, “Konstitusi dan Penghinaan terhadap Pengadilan”, Michigan Law Review 61, nr.
Peta Pemikiran Fiqih Maqa>shidMaqa>shid
Mashlahah merupakan cikal bakal lahirnya konsep baru yang dikembangkan oleh al-Sya>tibi (W. 790 H) dalam maqa>shid al-syari>'ah. Ia berpendapat bahwa dalil-dalil fiqih hendaknya didasarkan pada maqa>shid al-syari>'ah yang menjadi latar belakangnya. Landasan epistemologis menurut Ibnu A
Konsep yang sedang viral di kalangan ahli hukum Islam adalah konsep maqa>shid al-syari>'ah. Akibatnya konsep maqa>shid al-syari>'ah belum sepenuhnya menjawab persoalan pluralisme, hak asasi manusia, dan gender. Dengan berkembangnya isu-isu nyata tersebut, maqa>shid al-syari>'ah mulai kehilangan tempat di kalangan pemeluknya.
Padahal, maka>shid al-syari>ah merupakan salah satu cabang filsafat hukum Islam yang bersifat rasionalistik sehingga kebenarannya bersifat relatif. Konsekuensinya, konseptualisasi maka>shid al-syari>ah tidak seperti sistem kepercayaan dalam hukum Islam yang tidak lagi bersifat teoretis (teosentris), namun berkembang menjadi pendekatan (antroposentris). Konstruksi metodologi diskursif maka>shid al-syari>ah selalu disempurnakan oleh para ahli hukum Islam.
Pendekatan maqasid al-syari>'ah (pendekatan maqasid) selalu berorientasi pada keadilan esensial dan eksklusif.
Rekonstruksi Kaidah Fiqih
Menurut al-Maqqari, suatu kaidah baru disebut kaidah fiqh apabila terpenuhi beberapa syarat: pertama, al-Isti'a>b, yaitu kaidah yang mencakup seluruh permasalahan hukum yang berkaitan dengan furu'. Kaidah fiqh berbeda dengan d}awa>bit fiqh sebagaimana dijelaskan oleh al-Maqqari (W. 758 H) yang berasal dari mazhab Maliki. Perbedaan ini disebabkan karena bidang (majhal) fiqh lebih sempit dibandingkan dengan kaidah fiqh.
Aturan ushul bersifat umum, ruang lingkup dan penetapannya berbeda dengan aturan fiqh yang banyak pengecualiannya. Aturan khusus ushul digunakan oleh mujtahid dalam istinbat hukum, sedangkan aturan fiqh digunakan oleh mufti dalam memberikan fatwa. Kaidah ushul merujuk pada dalil-dalil kebenaran hukum, sedangkan kaidah fiqh merujuk pada cara-cara penerapan hukum.
Sedangkan kaidah fiqih mazhab Maliki terbagi menjadi dua, yaitu yang tidak ada perbedaan dan yang masih terdapat perbedaan. Dalam mazhab Syafi’i kaidah fiqh terbagi menjadi lima bagian yaitu al-yaqi>n la>yuza>lu bi al-syak yaitu keimanan yang tidak dapat dihilangkan dengan keraguan. Perubahan penyusunan kaidah fikih ini diperbolehkan, apalagi kedudukan kaidah tersebut masih menjadi perdebatan di kalangan ahli fiqih.
Aturan umum praktek peradilan merupakan hasil akumulasi dari seluruh permasalahan sosial, yang pengantarnya ringkas dan mudah dipahami.
Bagian Kedua
HUKUM EKONOMI ISLAM
Eksistensi Ekonomi Islam dan Peran Filsafat Mulla dan Peran Filsafat Mulla
Apakah sistem ekonomi Islam telah mengadopsi seluruh nilai-nilai Islam yang ada, ataukah nilai-nilai Islam hanya digunakan untuk mencari keuntungan bisnis saja? Mereka fobia terhadap keuangan syariah karena alasan yang salah kaprah dan prematur, sehingga dapat berdampak negatif terhadap perkembangan lembaga keuangan syariah. Alasannya sederhana, masyarakat berpendapat bahwa sistem ekonomi Islam yang dijalankan berdasarkan nilai-nilai Islam terkadang terlihat tidak Islami, sebaliknya sistem ekonomi konvensional yang tidak dijalankan berdasarkan nilai-nilai Islam. terlihat lebih Islami. .
Untuk mengantisipasi kesalahpahaman masyarakat mengenai sistem ekonomi Islam, artikel ini akan menawarkan kajian berupa konsep ekonomi Islam yang dipadukan dengan konsep filosofi Islam. Menurut Fazlur Rahman1, terdapat sembilan (sembilan) prinsip dasar dalam ekonomi Islam, yaitu pertama: kebebasan individu. Sistem ekonomi Islam bertujuan untuk memberikan kesejahteraan kepada masyarakat luas untuk menciptakan lingkungan pertumbuhan ekonomi Islam.
Dalam pandangan hikmah muta’aliyah, sistem ekonomi Islam yang ada dalam masyarakat tercermin dalam bentuk kaidah moral. Yang bisa dibuktikan adalah kasus-kasus yang menggunakan moralitas objektif universal, seperti kasus ekonomi Islam yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Dilihat dari falsafah hikmah muta’aliyah, kebebasan hakim dalam memutus perkara ekonomi syariah tidak lepas dari akhlak dan hati nuraninya, karena akhlak berfungsi sebagai pedoman dan pedoman bagi hakim dalam menjalankan tugasnya.
Menjalankan sistem ekonomi syariah berdasarkan rasionalitas berupa perhitungan pemerataan untung dan rugi tanpa mempertimbangkan moral spiritual akan melahirkan karakter pelaku ekonomi yang tampil liberal (produktifitas tinggi) sedangkan ekonomi syariah yang berbasis moral spiritual saja akan dijalankan tanpa pertimbangan. rasionalitas. melahirkan karakter pelaku ekonomi yang terlihat tradisional (produktivitas rendah). ).
Gagasan Neo-Modernisme Ekonomi Islam di IndonesiaEkonomi Islam di Indonesia
Kitab Wahbah al-Zuhaili judul al-Mu'a
Rawas Qal'ahji judul buku Mu'a>malat al-Ma>liyyah al- Mu'a>shirah fi Dhaw'i al-Fiqhi wa Syar'iyyah (dirujuk 3 kali) 15. Munzir Kahfi judul buku al-Siyasah al- Ma>liyyah Dawruha wa Dhawabituha>fi al-Iqtisha>d al-Isla>mi (dirujuk 2 kali) 24. Anas al-Zaftawi judul buku Hukm al-Gharamah al-Ma>liyyah fi Fiqh al-Isla>mi (dirujuk 1) kali).
Ahmed Salim Milhim judul buku el-Ta’mi>n el-Isla>mi (dirujuk 1 kali). Taki Usmani judul buku Buhu>ts Fi Kadha>ya> Fikh el-Mu‘a>shirah (dirujuk 1 kali). Khalid Mushlih judul buku Hukm el-Ba’i el-Zhahab bi el-Nuku>d bi el-Taksi>th (dirujuk 1 kali).
سيخ الدين زيا طاري جدول بك فقه ألقى> مالت ألما> ليه المقوس> ران (جراد ١ كلا).
Membedah Genealogi
Dalam menelusuri pemikiran ekonomi al-Syaiba>ni> (W. 189 H) beliau tidak akan terlepas dari karyanya yang berjudul kitab al-Kasb. Al-Syaiba>ni> (W. 189 H) mendefinisikan al-kasb (kerja) sebagai cara memperoleh harta melalui pelbagai cara yang sah. Orientasi kerja menurut al-Syaiba>ni> (W. 189 H) ialah hidup untuk mencapai keredhaan Allah SWT.
Selepas membincangkan kasb (kerja), perhatian al-Syaiba>ni> (W. 189 H) terarah kepada masalah orang kaya dan orang miskin. Al-Syaiba>ni> (W. 189 H) menyeru agar manusia hidup dalam kecukupan, baik untuk diri sendiri maupun keluarga. Oleh itu, menurut al-Mawardi> (W. 450 H), perbelanjaan awam, seperti cukai, adalah alat yang berkesan untuk mengalihkan sumber ekonomi.
Pernyataan Al-Mawardi (W. 450 H) juga mengisyaratkan bahwa belanja pemerintah akan meningkatkan total pendapatan masyarakat.17. Dengan demikian, al-Ghaza>li> (W. 505 H) dengan jelas menyatakan adanya timbal balik dalam pertukaran ekonomi, yang memerlukan spesialisasi dan pembagian kerja menurut wilayah dan sumber daya. Menurut al-Ghazali (W. 505 H), pasar harus berfungsi berdasarkan etika dan moralitas para pesertanya.
Al-Ghaza>li> (W. 505 H) mempunyai wawasan yang luas dan mendalam mengenai berbagai kesulitan yang timbul dalam barter di satu sisi dan pentingnya uang dalam kehidupan manusia di sisi lain.