LARUTAN
PENGERTIA N
- Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut.
Mis : terdispersi secara molekular dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur.
- Karena molekul-molekul dalam larutan terdispersi secara merata, maka penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan
keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang baik
jika larutan diencerkan atau dicampur.
JENIS LARUTAN
1.Larutan encer : larutan yang mengandung sejumlah kecil zat A yang terlarut.
2.Larutan jenuh : larutan yang mengandung
jumlah maksimum zat A yang dapat larut dalam air pada tekanan dan temperatur tertentu.
3.Larutan lewat jenuh : larutan yang
mengandung jumlah zat A yang terlarut
melebihi batas kelarutannya di dalam air pada
temperatur tertentu.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELARUTAN
PEMBENTUKAN KOMPLEKS
SALTING IN KELARUTAN
CO-SOLVENCY POLARITAS
KELARUTAN
1. Polaritas
- Kelarutan suatu zat memenuhi aturan ”like dissolves like” artinya solute yang polar akan larut dalam solvent yang polar, solute yang non polar akan larut dalam solvent yang bersifat non polar.
- Garam-garam anorganik larut dalam air.
- Alkaloid basa larut dalam kloroform.
2. Co-solvency
- Co-solvency adalah peristiwa kenaikkan kelarutan suatu zat
karena adanya penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut.
- Luminal tidak larut dalam air,
tetapi larut dalam campuran air-
gliserin.
3. KELARUTAN
Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam farmasi umumnya adalah :
1. Larut dalam air
- Semua garam klorida larut, kecuali : AgCl, PbCl2, Hg2Cl2
- Semua garam nitrat larut, kecuali nitrat base seperti bismuth subnitras
- Semua garam sulfat larut, kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4. 2. Tidak larut dalam air
- Semua garam karbonat tidak larut, kecuali K2CO3, Na2CO3, (NH4)CO3
- Semua oksida dan hidroksida tidak larut, kecuali KOH, NaOH, NH4OH, BaO, Ba(OH)2
- Semua garam posphat tidak larut, kecuali K3PO4, Na3PO3, (NH4)PO4
KELARUTAN :
No Kelarutan Jumlah Pelarut
1 Sangat mudah larut Kurang dari 1
2 Mudah larut 1 - 10
3 Larut 10 - 30
4 Agak sukar larut 10 - 100
5 Sukar larut 100 - 1000
6 Sangat sukar larut 1000 - 10.000
KELARUTAN ZAT ANORGANIK, DALAM FARMASI :
1. Dapat larut dalam air :
a. Klorida, kecuali Hydrargyrosi Chloridum, AgCl,
PbCl
2tidak larut.
b. Nitrat, kecuali Nitrat base, seperti Bismuthi
subnitas, tidak larut.
c. Sulfat, kecuali Barii sulfas, Plumbi sulfas tidak
larut, Calcii sulfas sedikit larut.
2. Tidak larut dalam air
a. Karbonat, kecuali Kalii carbonas, Natrii carbonas Amonii carbonas, dan Lithii carbonas larut.
b. Oksida dan Hidroksida, kecuali Kalii, Natrii, Amo nii, Calcii, Barii Oxydum & Hidroksidum larut.
c. Fosfat, kecuali Kalii Phosphas, Natrii Phosphas &
Ammonii Phosphas.
Dalam Farmakope disebutkan, suhu air hangat 60- 700,
dan air panas suhunya 85-95 C.
DAFTAR KELARUTAN ZAT ORGANIK
1 gram zat dalam x ml air :
- Benzena 1430 - Benzyl alcoholum 25 - Carbon Tetrachloridum 2000
- Chloroformum 200
Cara Penimbangan Zat Cair :
- Dengan botol timbang, menggunakan butir2
gotri;
- Jika menimbang campuran cairan, secara berurutan, yg mudah menguap
belakangan,
seperti : Aether, Aethyl acetas, Chloro-
form, Aethylis Nitris cum Spiritu, SASA,
Valerianae Tinctura.
DAFTAR KELARUTAN (1 G ZAT DLM X ML PELARUT)
No Nama Obat Air Alkohol Keterangan
1 Atropini Sulfat 0,5 5
2 Codeinum 120 2
3 Codeini Sulfas 30 1280
4 Codeini
Phosphas 2,5 325
5 Morphini Sulfas 16 565
6 Luminal 1000 8
7 Luminal natrium 1 10
8 Procaini HCl 1 15
9 10
Sulfadiazinum Natrii
Sulfadiazinum
13000 2
agak sukar larut Sedikit larut
01/18/24
Kelarutan suatu zat tergantung 2 faktor : 1. Luasnya permukaan, dan
2. Kecepatan difusi.
Umumnya zat dg molekul besar (As. Sitrat) kecepatan larut lebih kecil dibanding dg molekul yg kecil (Kalium Iodidum).
Dengan memperluas permukaan (digerus), meningkat-
kan kelarutan.
Pemanasan, meningkatkan kelarutan, juga menaikkan kecepatan difusi.
CARA MELARUTKAN ZAT :
1. Zat mudah larut, dilarutkan dalam botol;
2. Zat sukar larut dilarutkan dgn pemanasan;
3. Zat yg akan membentuk hidrat, air dimasukkan lebih dahulu dalam erlenmeyer agar tidak
terbentuk
senyawa hidrat yang lebih lambat larutnya;
4. Zat yang meleleh dalam air panas, saat melarutkan dalam erlenmeyer, digoyang-goyang atau dikocok;
5. Zat yang mudah terurai pada pemanasan, tidak
boleh dilarutkan dengan pemanasan, jadi dilarutkan secara dingin;
6. Zat-zat yang mudah menguap bila dipanasi, larut kan dalam botol tertutup & dipanaskan serendah- rendahnya sambil digoyang-goyangkan;
7. Obat-obat keras harus dilarutkan tersendiri, untuk meyakini apakah larut semua, dilakukan dalam
tabung
reaksi lalu kemudian dibilas;
8. Pemanasan hanya diperlukan untuk mempercepat larutnya suatu zat, bukan untuk menambah kelarutan sebab bila keadaan dingin, akan terjadi endapan.
Hal ini perlu dipperhatikan.
CARA PENYARINGAN
Alasan : Cairan yang diserahkan pada pasien harus jernih, kalau ada kotoran harus disaring.
1. Obat minum atau kulit : menggunakan kapas hidrofil;
2. Obat cuci mata atau tetes mata : kertas saring yang cocok;
3. Untuk Injeksi, pakai saringan gelas (G3 atau G4);
4. Larutan zat oksidator, dengan saringan gelas, asbes, atau glas wol untuk menghindari reduksi zatnya;
5. Larutan koloidal, tidak disaring, bila diperlukan diendap kan & dituang larutan yang jernih.
Caranya : Pada corong diletakkan kapas hidrofil / kertas saring, lalu dituangkan larutan yang akan disaring
01/18/24
MACAM-MACAM LARUTAN
1. Larutan pekat dan larutan encer :
- Larutan pekat, solute lebih banyak dari solven;
- Larutan encer, solute lebih sedikit dari solven.
2. Larutan berdasarkan daya hantarnya (Elektrolit):
a. Larutan Elektrolit Kuat, semua terurai menjadi kation dan anion (Contoh : HCl);
b. Larutan Elektrolit Lemah, tidak semua terurai menjadi kation dan anion;
c. Larutan Non Elektrolit, tidak terurai menjadi ion-ionnya.
3. Larutan menurut kejenuhannya :
a. Larutan jenuh, mengandung solute yang larut dan
berada dalam keseimbangan;
b. Larutan sangat jenuh,larutan yang mengandung
solute yang lebih banyak daripada untuk larutan jenuhnya;
c. Larutan tidak jenuh, larutan yang mengandung
solute yang lebih sedikit daripada untuk larutan
jenuhnya.
JENIS-JENIS LARUTAN
1. Larutan Zat Padat dalam Cairan :
Dalam suatu zat padat, molekul-molekul atau ion-ionnya tersusun dengan baik dan gaya
tariknya maksimum. Agar terbentuk suatu
larutan, gaya tarik antar partikel solut dan solven harus baik. Seperti proses larutnya gula dalam
air.
Hal ini menunjukkan solute dari molekul polar akan lebih mudah larut dalam solven polar juga.
Tapi molekul-molekul polar tidak dapat larut
dalam pelarut non polar. Hal ini karena gaya tarik
2. Larutan Cairan dalam Cairan
Pada pembentukkan larutan cairan, dua macam zat dapat saling bercampur/melarutkan jika
keduanya mempunyai gaya tarik antara molekulnya sama.
Proses terbentuknya suatu cairan larut dalam
cairan lainnya yaitu diperlukan tambahan energi untuk memisahkan masing-masing molekul dari solute dan solvennya. Setelah solute dan solven yang molekul-molekulnya dalam keadaan terpisah disatukan, energi akan kembali dilepaskan karena adanya gaya tarik antara molekul solute dan
solven.setelah energyidilepaskan maka solute dan solven akan bersatu memebentuk larutan.
KONSENTRASI LARUTAN
Konsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat terlarut dan pelarut di dalam larutan.
Konsentrasi umumnya dinyatakan dalam
perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah total zat dalam larutan, atau dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah pelarut.
Contoh :beberapa satuan konsentrasi adalah molar, molal, dan bagian per juta (part per million, ppm).
Sementara itu, secara kualitatif, komposisi larutan dapat dinyatakan sebagai encer (berkonsentrasi rendah) atau pekat (berkonsentrasi tinggi).
4. TEMPERATUR
a. Zat padat pada umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat tersebut bersifat
endoterm, panas.
b. Zat terlarut + pelarut + panas larutan
dinaikkan (bersifat eksoterm), karena pada kelarutannya menghasilkan panas.
c. Zat terlarut + pelarut larutan + panas Contoh :
K
2SO
4, KOH, CaHPO
4, minyak atsiri, gas-gas yang
larut.
5. SALTING OUT
a. Peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang
mempunyai kelarutan besar dibanding zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat
utama
atau terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia.
Contoh :
Kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun
bila ke dalam air tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh. Disini kelarutan NaCl dalam air
6. SALTING IN
- Peristiwa bertambahnya kelarutan dari suatu
senyawa organik dengan penambahan suatu garam
dalam larutannya.
- Contoh :
riboflavin tidak larut dalam air, tetapi larut dalam larutan yang mengandung
nicotinamidum karena terjadi
penggaraman riboflavin + basa NH
4.
7. PEMBENTUKAN KOMPLEKS
- Peristiwa terjadinya interaksi antara
senyawa tak larut dengan zat yang larut dengan membentuk garam kompleks.
Contoh :
Iodium larut dalam KI atau NaI jenuh.
KI + I
2 KI
3HgI
2+ 2 KI K
2HgI
4KECEPATAN KELARUTAN SUATU ZAT DIPENGARUHI OLEH :
- Ukuran partikel : makin halus solute, makin kecil ukuran partikel; makin luas solute yang
kontak dengan solvent, solute makin cepat larut.
- Suhu : pada umumnya kenaikan suhu akan menambah kelarutan solute.
- Pengadukan
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN BENTUK SEDIAAN SOLUTIO
-
• -Merupakan campuran homogen
• - Dosis dapat mudah diubah-ubah
• dalam pembuatan.
• - Dapat diberikan dalam larutan
• encer kapsul
• - Kerja awal obat lebih cepat karena
• obat cepat diabsorpsi.
• - Mudah diberi pemanis, bau- bauan
• dan warna.
• - Untuk pemakaian luar, bentuk larutan mudah digunakan.
• - Volume bentuk larutan
• lebih besar.
• - Ada obat yang tidak
• stabil dalam larutan.
• - Ada obat yang sukar
• ditutupi rasa dan baunya
SEDIAAN LARUTAN
GUTTAE
POTIO EFFERVESCENT
SATURATIO NETRALISASI
ELIXIR POTIONES SIRUP
LAR.ORAL
POTIONES (OBAT MINUM)
- Sediaan cair yang dibuat untuk pemberian
oral, mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan
pengaroma,
pemanis, atau pewarna yang larut
dalam air
ELIXIR
Sediaan yang mengandung bahan obat dan bahan tambahan (pemanis, pengawet,
pewangi) sehingga memiliki bau dan rasa yang sedap dan sebagai pelarut digunakan campuran air-etanol.
Etanol berfungsi untuk mempertinggi
kelarutan obat. Elixir dapat pula ditambah
kan glycerol, sorbitol, atau propilenglikol.
ELIKSIR
1. Eliksir, berupa sediaan cair yang mempunyai bau
&
rasa yang sedap, selain mengandung obat, juga zat
tambahan lain seperti gula dan atau pemanis lainya,
zat warna, zat pewangi dan zat pengawet, diguna- kan sebagai obat dalam.
Sebagai pelarut utama biasanya etanol,untuk me- ningkatkan kelarutan obat, dapat ditambah
2. Eliksir biasanya kurang manis & kurang kental bila dibandingkan dengan Sirup, karena mengandung gula lebih sedikit.
Eliksir bersifat hidroalkohol, maka dapat menjaga stabilitas obat, baik yang larut dalam air maupun alkohol dalam larutan eliksir.
Eliksir lebih mudah dibuat, maka lebih disukai
dibanding sirup, banyaknya jumlah etanol terendah 3% dan tertinggi 44%, biasanya antara 5-10%.
Pemanis biasanya gula/sirup gula, tapi kadang- kadang
Sorbitol, Glycerinum dan Saccharinum (terbatas).
SIRUP
Adalah Sediaan cair berupa larutan yangmengandung gula (sakarosa) kecuali dinyatakanlain, kadar gula
(C12H22O11) tidak boleh kurang dari 64 % dan tidak boleh lebih dari 66 %.
Larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula cair kadar tinggi.
Bentuk sediaan sirup, telah dikenal sebagai bentuk sediaan obat sejak masa Arab kuno yang dikenalkan oleh Avicenna, ahli farmasi berkebangsaan Arab.
KOMPONEN SIRUP
1. Gula, biasanya Sukrosa (C
12H
22O
11);
2. Pengawet, antimikroba :
a. Asam Benzoat 0,1 - 0,2%;
b. Nipagin-Nipasol 0,1 - 0,2%;
c. dsb.
3. Zat pemberi rasa (Corigens Saporis / Flavoring Agent) :
a. Minyak Jeruk (Volatile);
b. Vanili, dsb.
4. Zat pemberi warna (Corigens Coloris).
MACAM-2 SIRUP :
1. Sirupus Simpleks (Sirup Gula) :
- Larutan Sukrosa 64-66%, hampir jenuh dalam air;
2. Sirup Obat :
- Larutan gula yang mengandung satu atau lebih jenis obat dalam larutan yang sama.
3. Sirup Pewangi :
- Sirup yang tidak mengandung obat, tetapi berisi
STABILITAS SEDIAAN SIRUP
1. Stablitas Kimia : dilakukan untuk mempertahankan keutuhan kimiawi & potensiasi yg tertera pd etiket.
a. Identifikasi;
b. Penetapan Kadar.
2. Stabilitas Fisika : dilakukan untuk keutuhan sifat2 fisik larutan, meliputi perubahan warna, perubahan
rasa, perubahan bau, perubahan tekstur atau pun penampilan.
a. Organoleptik, seperti: bentuk, bau, warna & rasa;
b. pH; c. Berat jenis; d. Viskositas; e. Kejernihan;
g. Kemasan.
STABILITAS MIKROBIOLOGI
Stabilitas mikrobiologi pada sediaan sirup untuk menjaga atau mempertahankan jumlah dan menekan pertumbuhan mikroorganisme yang terdapat dalam sediaan sirup hingga jangka waktu tertentu yang diinginkan.
Uji stabilitas mikrobiologi sediaan sirup :
1.Jumlah cemaran mikroba ( uji batas mikroba ), untuk
sediaan oral (sirup, tablet, granul, sirup kering, granul) dan rektal :
Total bakteri aerob : Tidak lebih dari 10.000 CFU / gram atau ml.
Total jamur/fungi : Tidak lebih dari 100 CFU / gram atau ml
Escherichia coli, staphyloccocus : negative.
2.Uji efektivitas pengawet;
STABILITAS FARMAKOLOGI
Stabilitas farmakologi pada sediaan sirup dilakukan untuk menjamin identitas, kekuatan,
kemurnian,dan
parameter kualitas lainnya dalam kurun waktu ter- tentu sehingga efek terapi tidak berubah selarna
usia
guna sediaan sirup.
Uji stabilitas farmakologi sediaan sirup : 1. Pemerian : warna, bau, rasa
2. Identifikasi
3. Penetapan Kadar
STABILITAS TOKSIKOLOGI
Stabilitas toksikologi sediaan sirup dilakukan untuk
menguji kemampuan suatu produk untuk bertahan
dalam batas yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan, sifat dan
karakter
istiknya sarna dengan yang dimilikinya pada
saat dibuat
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STABILITAS SEDIAAN SIRUP
1. Faktor Internal : a. Formulasi;
b. Kemasan atau wadah primer.
2. Faktor Eksternal : a. Suhu;
b. pH;
c. Pelarut;
d. Kelembaban; dan
e. Intensitas Cahaya.
CARA MENSTABILKAN SEDIAAN SIRUP
1.Sediaan sirup mengandung air dan gula sehingga merupakan media yang sangat baik bagi
pertumbuhan mikroorganisme sehingga harus ditambahkan pengawet.
Pengawet yang dapat digunakan antara lain
nipagin dan nipasol dengan perbandingan 0,18 : 0,02 (nipagin bersifat fungistatik dan nipasol
bersifat bakterio-statik) kombinasi ini efektif untuk pencegahan terjadinya pertumbuhan bakteri dan jamur.
2. Zat aktif stabil pada pH tertentu oleh karena itu
diperlukan dapar untuk mempertahankan pH
3. Dalam sediaan sirup ada senyawa yang peka
terhadap cahaya, maka digunakan botol berwarna coklat.
4. Rasa sirup yang kurang menyenangkan dapat diberi pemanis dan perasa agar penggunaannya lebih
nyaman.
5. Untuk zat aktif yang mudah teroksidasi dalam
sediaan sirup ditambahkan antioksidan. Contohnya : asam askorbat, asam sitrat.
6. Untuk mencegah caplocking karena sirupus simplek maka ditambahkan sorbitol/gliserin/propilenglikol
10% (sebagai pengental).
7. Sediaan cair biasanya bersifat voluminous pada saat disimpan sehingga perlu dikemas pada wadah yang sesuai.
NETRALISASI
Obat minum yang dibuat dengan men-campurkan bagian asam dan bagian basa sampai reaksi selesai dan larutan bersifat netral.
Misal : solutio citratis magnesii.
SATURATIO
Obat minum yang dibuat dengan
mereaksi kan asam dan basa tetapi gas yang terjadi
Pembuatan:
- Komponen basa dilarutkan dalam 2/3 bagian air yang tersedia. Mis NaHCO3 digerus tuang
kemudian masuk botol.
- Komponen asam dilarutkan dalam 1/3 bagian air yang tersedia.
- 2/3 bagian asam masuk basa, gas dibuang
seluruhnya. Sisa asam dituang hati-hati lewat tepi botol, segera tutup dengan sampagne knop sehingga gas yang terjadi tertahan.
POTIO EFFERVESCENT
Saturatio yang CO2 nya lewat jenuh.
Pembuatan :
- Langkah 1 dan 2 sama dengan pada saturatio
- Langkah 3 : seluruh bagian asam dimasukkan ke dalam basa dengan hati-hati, segera tutup dengan sampagne knop.
Gas CO2 umumnya digunakan untuk pengobatan, menjaga stabilitas obat, dan kadang-kadang dimasudkan untuk menyegarkan rasa minuman.
Hal yang harus diperhatikan untuk sediaan saturatio dan potio effervescent adalah :
- Diberikan dalam botol yang kuat, berisi kira-kira 9/10 bagian dan tertutup kedap dengan gabus atau karet yang rapat.
Kemudian diikat dengan sampagne knop.
- Tidak boleh mengandung bahan obat yang sukar larut, karena
Penambahan Bahan-bahan
• Zat-zat yang dilarutkan dalam bagian asam
• Zat netral dalam jumlah kecil. (jumlah besar dilarutkan dalam asam sebagian dilarutkan dalam basa,
berdasarkan perbandingan jumlah airnya).
• Zat-zat mudah menguap.
• Ekstrak dalam jumlah kecil dan alkaloid
• Sirup
Zat-zat yang dilarutkan dalam bagian basa
• Garam dari asam yang sukar larut. Misal : Natrii benzoas, Natrii salisilas.
• Bila saturasi mengandung asam tartrat maka garam- garam kalium dan amonium harus ditambahkan ke dalm bagian basanya, bila tidak akan terbentulk endapan kalium atau amonium dari asam tartrat.
GUTTAE (DROP)
Obat tetes : sediaan cair berupa larutan, emulsi atau suspensi, apabila tidak dinyatakan lain dimaksudkan untuk obat dalam.
Digunakan dengan cara meneteskan
menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan yang setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes baku yang disebutkan dalam Farmakope Indonesia.
01/18/24
GUTTAE OPTH
COLLYRIUM
EPITHEMA
OBAT KOMPRES INHALATIONES
GUTTAE NASALES LITUS ORIS
GARGARISMA
LAR. TOPIKAL
COLLYRIUM
Sediaan berupa larutan steril, jernih, bebas zarah asing, isotonis digunakan untuk
membersihkan mata, dapat ditambahkan zat dapar dan zat pengawet.
Catatan :
Pada etiket harus tertera : Masa penggunaan setelah tutup dibuka dan ”obat cuci mata”.
Collyrium yang tidak mengandung zat
pengawet hanya boleh digunakan selama 2
jam setelah botol dibuka tutupnya. Yang
GUTTAE OPHTHALMICAE
Obat tetes mata : larutan steril bebas partikel asing merupakan sediaan yang dibuat dan dikemas sedemikian rupa
hingga sesuai digunakan pada mata.
Tetes mata juga tersedia dalam bentuk
suspensi, partikel halus dalam bentuk
termikronisasi agar tidak menimbulkan
iritasi atau goresan pada kornea.
HAL-HAL YANG DIPERHATIKAN PADA PEMBUATAN OBAT TETES MATA :
- Nilai isotonisitas
Idealnya sama dengan nilai isotonis larutan NaCl 0,9 %b/v.
Tetapi mata masih dapat tahan terhadap nilai isotonis rendah yang setara dengan larutan NaCl 0,6 % b/v dan tertinggi 2,0 % b/v NaCl.
-
Pendaparan
Pendaparan larutan obat tetes mata adalah untuk mencegah kenaikan pH yang disebabkan oleh
pelepasan lambat ion hidroksil oleh wadah kaca. Hal
tersebut dapat menggangu kelarutan dan stabilitas obat.
Selain itu penambahan dapar juga dimaksudkan untuk menjaga stabilitas obat tertentu misalnya garam-garam alkaloid.
CARA PEMBUATAN OBAT TETES MATA
1). Obat dilarutkan ke dalam salah satu zat pembawa yang
mengandung salah satu zat pengawet, dijernihkan dengan cara penyaringan, masukkan ke dalam wadah, tutup wadah dan
sterilkan menggunakan autoklaf pada suhu 115-116oC selama 30 menit.
2). Obat dilarutkan dalam cairan pembawa beriar yang mengandung salah satu zat pengawet dan sterilkan
menggunakan bakteri filter, masukkan kedalam wadah secara tehnik aseptis dan tutup rapat.
3). Obat dilarutkan kedalam cairan pembawa berair yang
mengandung salah satu zat pengawet, dijernihkan dengan cara penyaringan, masukkan ke dalam wadah, tutu rapat dan sterilkan dengan penambahan bakterisid, dipanaskan pada suhu 98 –
100oC selama 30 menit.
GARGARISMA (GARGLE)
Gargarisma atau obat kumur mulut adalah sediaan berupa larutan umumnya dalam
keadaan pekat yang harus diencerkan dahulu sebelum digunakan.
Dimaksudkan untuk digunakan sebagai pencegah an atau pengobatan infeksi tenggorokan.
Penandaan : Petunjuk pengenceran sebelum
LITUS ORIS
Oles bibir adalah sediaan cair agak kental dan pemakaiannya secara disapukan dalam mulut.
Contoh: Lar 10 % borax dalam
gliserin
GUTTAE NASALES
Tetes hidung adalah obat yang digunakan untuk hidung dengan cara meneteskan obat ke dalam rongga hidung,
Dapat mengandung zat pensuspensi, pendapar dan pengawet.
Minyak lemak atau minyak mineral tidak
boleh digunakan sebagai cairan
INHALATIONES
Sediaan yang dimaksudkan untuk disedot hidung atau mulut atau disemprotkan dalam bentuk
kabut ke dalam saluran pernafasan.
Tetesan butiran kabut harus seragam dan sangat halus sehingga dapat mencapai bronkhioli.
Inhalasi merupakan larutan dalam air atau gas.
Penandaan : Pada etiket ditulis ”Kocok dahulu”
EPITHEMA/OBAT KOMPRES
Cairan yang dipakai untuk
mendatangkan rasa dingin pada tempat yang sakit dan panas karena radang
atau berdasarkan sifat perbedaan tekanan osmose, digunakan untuk mengeringkan luka bernanah.
Contoh : Sol Rivanol, campuran
Borwater-