• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PERAN BP4 DALAM MEMINIMALISIR PERCERAIAN PADA MASA PANDEMI COVID-19 (Studi Kasus Di Kantor Urusan Agama Kecamatan Parado Kabupaten Bima)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "EFEKTIVITAS PERAN BP4 DALAM MEMINIMALISIR PERCERAIAN PADA MASA PANDEMI COVID-19 (Studi Kasus Di Kantor Urusan Agama Kecamatan Parado Kabupaten Bima)"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PERAN BP4 DALAM MEMINIMALISIR PERCERAIAN PADA MASA PANDEMI COVID-19

(Studi Kasus Di Kantor Urusan Agama Kecamatan Parado Kabupaten Bima)

Oleh

Fans Hayatun Nupus NIM 170202028

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM 2021

(2)

ii

EFEKTIVITAS PERAN BP4 DALAM MEMINIMALISIR PERCERAIAN PADA MASA PADEMI COVID-19

(Studi Kasus Di Kantor Urusan Agama Kecamatan Parado Kabupaten Bima)

Skripsi

diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana Hukum

Oleh

Fans Hayatun Nupus NIM 170202028

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM 2021

(3)

iv

(4)

v

(5)

vii

(6)

viii MOTTO

ّي ْنِا ۚ اَه ِل ْه َا ْنِّم اًمَكَحَو ٖهِلْهَا ْنِّم اًمَكَح اْىُثَعْباَف اَمِهِنْيَب َقاَق ِش ْمُتْف ِخ ْنِاَو اًرْيِب َخ اًمْيِلَع َناَك َ هاللّٰ َّنِا ۗ اَمُهَنْيَب ُ هاللّٰ ِقِّفَىُّي اًح َلَْصِا آَدْيِر ُُ

Artinya : dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, Maka

kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. jika kedua orang hakam itu bermaksud Mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami- isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.(QS. Annisa Ayat:35)1

1 Departemen Republik Indonesai, Al-Qur’an dan Terjemahan, Q.S An-Nisa ayat 35

(7)

ix

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan sepenuhnya kepada dua orang yang begitu hebat dalam hidup saya, Umi Siti Aminah S.Pd dan Abi Mukhlid, S.Pd.I. Keduanya lah yang membuat segalanya menjadi mungkin sehingga saya bisa sampai pada tahap di mana skripsi ini akhirnya selesai. Terima kasih atas segala pengorbanan, nasihat dan doa baik yang tidak pernah berhenti Umi dan Abi berikan kepadaku. Dan terimakasih untuk peneliti sendiri karena telah menyelesaikan skripsi.

(8)

x

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur tak hentinya penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan Rahmat dan karunia-Nya, serta atas limpahan nikmat iman dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya pada jalan yang lurus Rahmatan lil„alamin.

Pada penyusunan skripsi peneliti menyadari adanya kekurangan. Oleh karenanya, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki kekurangan dalam penelitian ini. Selama proses penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak akan selesai tanpa bantuan, dukungan, motivasi, doa dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Masnun, M.Ag. selaku Rektor Universitas Islam Negeri Mataram. Yang telah mengizinkan penulis untuk menuntut ilmu di universitas tercinta ini. Sekaligus sebagai pembimbing I yang telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis selama penyusunan proposal skripsi ini.

2. Nisfawati Laili Jalilah, M.H. selaku pembimbing II, yang telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis selama penyusunan proposal skripsi ini.

3. Drs. Moh. Asyiq Amrulloh, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syariah.

(9)

xi

4. H. Ani Wafiroh, M.Ag, selaku ketua Program Studi dan Nunung Susfita, M.Si. selaku sekretaris program studi Hukum Keluarga Islam fakultas Syariah.

5. Bapak H. Darwis Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan Parado Kabupaten Bima beserta jajarannya yang telah memberikan izin penelitian dan membantu dalam kegiatan penelitian memfasilitasi apa yang perlukan oleh peneliti selama melakukan penelitian di KUA.

6. Bapak dan ibu dosen fakultas Syariah yang telah mengajari berbagai ilmu yang luar biasa kepada penulis.

7. Terimakasih untuk kedua orang tua sambung penulis paman Nor dan bibi Zakiah serta adik-adik penulis Marfuah dan Ainan beserta para sepupu yang telah begitu banyak berkorban selama kuliah serta senantiasa mendoakan untuk kelancaran penelitian ini.

8. Teman-teman Omma, Aggassi, Oci, Tyak, Inun, Munung, sely, Iza dan HKI kelas A yang telah turut menyemangati dan memberikan dukungan pada penelitian ini, serta memberikan doa-doa untuk kelancaran penelitian ini.

Mataram, Penulis,

Fans Hayatun Nupus

(10)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...i

HALAMAN JUDUL ...ii

HALAMAN LOGO ...iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...iv

NOTA DINAS PEMBIMBING ...v

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...vi

PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ...vii

HALAMAN MOTTO ...viii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...ix

KATA PENGANTAR ...x

DAFTAR ISI ...xii

DAFTAR TABEL ...xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...xv

ABSTRAK ...xvi

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ... 6

E. Telaah Pustaka ... 6

F. Kerangka Teori ...14

G. Metode Penelitian ...24

H. Sistematika Pembahasan ...30

I. Rencana Kegiatan Penelitian ...31

BAB II PAPARAN DATA ...32

A. Profil Lembaga BP4 Dan KUA Kecamatan Parado ...32

1. Sejarah BP4………… ...32

2. Tujuan dan Visi Misi BP4………… ...33

3. Program BP4…………...34

4. Upaya dan Usaha BP4………… ...34

5. Susunan Organisasi BP4………… ...35

6. Sejarah Berdirinya KUA Kecamatan Parado ...37

7. Wilayah Yuridis KUA Kecamatan Parado………… ...38

8. Visi, Misi dan Motto KUA Kecamatan Parado ...39

9. Program Kerja KUA Kecamatan Parado ... 40

B. Peran BP4 dalam Meminimalisir Perceraian pada Masa Pandemi Covid-19 di KUA Kecamatan Parado ...41

C. Efektivitas Peran BP4 dalam Meminimalisir Perceraian pada Masa Pandemi Covid-19 di KUA Kecamatan Parado ...46

(11)

xiii

BAB III ANALISIS EFEKTIVITAS PERAN BP4 DALAM

MEMINIMALISIR PERCERAIAN PADA MASA

PANDEMI COVID-19 (Studi Kasus di Kantor Urusan

Agama Kecamatan Parado Kabupaten Bima) ...53

A. Analisis Peran BP4 dalam Meminimalisir Perceraian pada Masa Pandemi Covid-19 di KUA Kecamatan Parado ...53

B. Analisis Efektivitas Peran BP4 dalam Meminimalisir Perceraian pada Masa Pandemi Covid-19 di KUA Kecamatan Parado ...60

BAB IV PENUTUP ...64

A. Kesimpulan ...64

B. Saran ...66

DAFTAR PUSTAKA ...67 LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(12)

xiv

DAFTAR TABEL Table 2.2 Data Perceraian

(13)

xv

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 surat izin penelitian dari kampus

Lampiran 2 surat keterangan penelitian dari KUA Kecamatan Parado Lampiran 3 kartu konsultasi skripsi

Lampiran 4 surat plagiasi

Lampiran 5 Instrumen wawancara penelitian

(14)

xvi

EFEKTIVITAS PERAN BP4 DALAM MEMINIMALISIR PERCERAIAN PADA MASA PANDEMI COVID-19

(Studi Kasus di KUA Kecamatan Parado Kabupaten Bima)

Oleh :

Fans Hayatun Nupus 170202028 ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Efektivitas Peran Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) yang berada di bawah naungan Kementerian Agama yang bertugas untuk meningkatkan mutu perkawinan dengan mengembangkan keluarga yang sakinah. Demi mencapai tujuan tersebut penyuluh BP4 melakukan perannya dalam memberikan nasihat dan bimbingan kepada keluarga yang sedang memiliki permasalahan dalam rumah tangganya guna untuk mewujudkan keluarga yang sakinah mawaddah warahmah. Dengan menjalankan perannya akan dapat Meminimalisir Perceraian pada Masa Pandemi Covid-19 di KUA Kecamatan Parado Kabupaten Bima.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif menggunakan pendekatan yuridis empiris. Dengan menggunakan tekhnik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi kemudian di analisis. Berdasarkan hasil dari penelitian ini bahwa efektivitas peran BP4 dalam meminimalisir perceraian belum sepenuhnya optimal. Meskipun perceraian selama masa pandemi yang terjadi di Kecamatan Parado menurun, akan tetapi masih adanya faktor penghambat yang di alami oleh penyuluh BP4 di KUA Kecamatan Parado dalam menjalankan perannya yaitu, masih kurangnya sarana dan prasarana seperti buku-buku mengenai keluarga sakinah yang diperlukan untuk dipelajari masih kurang serta masih adanya masyarakat yang tidak datang saat dipanggil oleh penyuluh BP4 untuk dilakukan mediasi.

Kata Kunci : Efektivitas, Peran BP4, Perceraian, Pandemi Covid-19

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pernikahan merupakan salah satu sunnatullah yang bersifat umum dan berlaku bagi semua makhluk termasuk di dalamnya hewan dan tumbuh-tumbuhan serta keberadaan malam berganti siang. Allah SWT berfirman :

َنوُز َّك َذَت ْم ُكَّلَع َ

ل ِنْي َجْوَس ا َنْقَلَخ ٍءْي َ ش ِّلُك ْنِمَو

“Dan segala sesuatu kami ciptakan bepasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.” (Q.S al-Dzariah/51:49)

َ لَ ا َّم ِمَو ْم ِه ِس ُفْهَا ْنِمَو ُضْرَ ْالْ ُتِبْْۢنُت اَّمِم اَهَّلُك َجاَوْسَ ْالْ َقَلَخ ْيِذَّلا َنٰحْب ُس

َنْى ُمَلْعَي

“Maha Suci Tuhan yang Telah menciptakan pasangan- pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa tidak mereka ketahui.”

(Q.S Yasin/36:36).2

Pada kedua ayat diatas disebutkan “segala sesuatu berpasang- pasangan”, yang berarti meliputi semua makhluk ciptaan Allah SWT.

Firman Allah tersebut secara real dapat disaksikan melalui alam raya ini dan segala yang ada. Bentuk pasangan-pasangan ciptaan-Nya merupakan realisasi keseimbangan kehidupan dunia yang mengikuti sunnatullah.

Apabila terdapat keganjilan dalam ciptaan seperti tidak adanya

2 Ahmad Sudirman Abbas, Pengantar Pernikahan: Analisa Perbandingan antar Madzhab, cet. I (Jakata: PT. Prima Heza Lestari, 2006), hlm. 2

(16)

2

keseimbangan sunnatullah, maka akan terjadi malapetaka bagi kehidupan makhluk secara keseluruhan. Penikahan yang dilakukan manusia merupakan naluri ilahiyah untuk berkembang biak dan melakukan regenerasi yang akan mewarisi tugas mulia dalam rangka mengemban amanat Allah sebagai khalifah dimuka bumi.3

Setiap pernikahan yang dilakukan oleh setiap pasangan, mereka akan selalu mengharapkan bahwa apa yang mereka lakukan akan membawa kebahagian untuk dunia dan akhirat. Tetapi apakah perkawinan ini dikemudian hari dapat terwujudkan atau malah sebaliknya, terwujud dan tidaknya kebahagiaan tersebut tergantung dari saling pengertian setiap pasangan. Bagaimana mereka bisa saling memberikan kebahagiaan, bisa saling terbuka, saling mau untuk mengalah, dan dari saling pengertian inilah nantinya akan dapat menghasilkan dan mewujudkan apa yang selalu diharapkan dan diidamkan oleh setiap pasangan pada umumnya. Dalam setiap perkawinan akan membawa makna dan misteri apa yang akan terjadi dalam satu alur yang panjang, yang kadang tanpa disangka perkawinan merupakan sebuah neraka dunia yang panas, tetapi akan lebih sering suatu pernikahan terjadi akan membawa kebahagiaan dunia dan akhirat.4 Namun demikian, bila masing-masing sudah berusaha untuk menyelesaikan perbedaan agar rumah tangga mereka rukun kembali ternyata tidak juga berhasil.

3 Ibid, hlm. 3

4 Hj. Ny. Nurdin Ilyas, Pernikahan Yang Suci Berlandaskan Tuntutan Agama, (Yogyakata : Bintang Cemerlang, Cet. I, 2000), hlm. 1-2

(17)

3

Perceraian merupakan penyebab bubarnya suatu perkawinan, yang didalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, perceraian mendapatkan tempat tersendiri karena kenyataannya, didalam kehidupan masyarakat perkawinan sering sekali berakhir dengan perceraian yang begitu mudah.

Juga perceraian adakalanya terjadi, karena tindakan sewenang-wenang dari pihak laki-laki. Pada daerah di Indonesia, angka perceraian meningkat, sebelum rancangan Undang-Undang perkawinan berhasil diundangkan.5

Adanya Undang-Undang Perkawinan tersebut, perceraian menjadi tidak mudah lagi terjadi, tanpa alasan yang dapat diterima. Didalam praktek sehari-hari, seorang istri karena alasan-alasan yang sudah tidak mudah lagi hidup sebagai suami istri, begitu mudah meminta cerai kepada suami. Pada masa pandemi saat ini, banyak kejadian perceraian terjadi.

Dengan adanya virus Corona telah mengubah berbagai aspek kehidupan pernikahan. Apalagi setelah pemerintah memberlakukan kebijakan lockdown atau pembatasan kegatan keluar rumah secara menyeluruh, semua aktivitas yang dapat menyebabkan terciptanya kerumunan atau perkumpulan diberhentikan sementara seperti pergi bekerja, sekolah, beberapa restoran dan tempat usaha disarankan untuk tutup atau menyediakan layanan pesan antar sehingga pada akhirnya semua aktivitas dilakukan di dalam rumah. Masyarakat hanya boleh keluar rumah jika ada keperluan yang mendesak saja.

5 Soedharyo Soiman, Hukum Orang dan Keluarga, (Sinar Grafika : Edisi Revisi), hlm. 63

(18)

2

Tingkat perceraian di beberapa wilayah Indonesia selama masa pandemi Covid 19 mengalami peningkatan, berbeda halnya dengan wilayah Kecamatan Parado Kabupaten Bima yang mengalami penurunan angka perceraian pada masa pandemi Covid-19. Pada tahun 2019 yaitu sebelum adanya masa pandemi Covid-19 angka perceraian di Kecamatan Parado mencapai 27 pasangan yang bercerai, kemudian pada tahun 2020 yaitu awal masuknya pandemi Covid-19 di Indonesia yaitu tepatnya bulan maret angka perceraian menurun yaitu hanya 20 kasus perceraian, pada tahun 2021 angka perceraian menjadi 23 jiwa.6

Secara umum, alasan terjadinya perceraian dalam masyarakat sangat beragam antara lain disebabkan karena poligami yang tidak sehat, krisis akhlak, pernikahan yang terpaksa, ekonomi, tidak ada tanggung jawab baik suami maupun istri, pernikahan dibawah umur, penganiayaan (KDRT), cacat biologis, gangguan pihak ketiga (selingkuh) maupun tidak ada keharmonisan lagi dalam kehidupan berkeluarga. Secara umum, pada masa pandemi Covid- 19 perekonomian semakin memburuk, selama Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) berlangsung banyak toko-toko kecil yang tutup serta banyak juga pegawai pada perusahaan yang dikeluarkan secara sepihak (PHK). Dengan permasalahan ekonomi banyak pasangan yang beralasan bercerai karena ekonomi.

Sehubungan dengan hal tersebut dibutuhkan suatu usaha penyuluhan tentang perkawinan dan keluarga sejahtera untuk membekali

6 Pengadilan Agama Kabupaten Bima, Dokumentasi, 19 November 2021

(19)

3

setiap individu agar dapat memiliki kesiapan mental dan fisik serta daya tahan yang kuat dalam mengahadapi goncangan dalam pernikahan.

BP4 (Badan Penasehat Pembinaan Pelestarian Pernikahan) merupakan badan yang bertugas membantu Departemen Agama dalam meningkatkan mutu perkawinan dengan mengembankan gerkana keluarga sakinah dan pendidikan agama di lingkungan berkeluarga. BP4 memiliki kaitan erat dengan kehidupan berkeluarga (rumah tangga), dimana BP4 merupakan organisasi keagamaan yang bertujuan untuk mempertinggi mutu perkawinan guna mewujudkan keluarga yang sakinah menurut ajaran agama Islam untuk mencapai masyarakat dan bangsa Indonesia yang maju, mandiri, bahagia, sejahtera, materiil dan spiritual.7

BP4 memiliki peran signifikan dalam kelangsungan rumah tangga yang harmonis. Sebagaimana tercantum dalam Munas BP4 Ke XIV Tahun 2009, yang dijelaskan pada muqooddimah, yaitu “BP4 tidak hanya berperan sebagai lembaga penasehat saja, melainkan berfungsi sebagai lembaga mediator dan advokasi”.

Pada kenyataannya, BP4 yang ada di daerah dapat mengetahui dengan pasti kondisi keluarga yang sedang mengalami konflik dalam rumah tangganya dan jumlah keluaga yang mengalami kegagalan yang disebabkan karena perceraian, dalam hal ini keluarga yang mengalami perceraian meminta bantuan kepada penyuluh BP4 jika mereka tidak bisa menyelesaikan permasalahanya, kemudian penyuluh BP4 memberikan

7 Hasil Munas BP4 Ke XIV Tahun 2009, Pasal 3 dan 5

(20)

4

nasehat dan mediasi kepada pasangan yang sedang berselisih sampai 3 kali.

Asumsi ini diperkuat ketika peneliti melakukan wawancara dengan keluarga yang mengalami perceraian. Menurut keluarga yang bercerai,8 jika mereka bertengkar dengan pasangannya, mereka akan langsung ke KUA untuk meminta bantuan kepada penyuluh BP4 untuk memberikan solusi terkait permasalahan yang sedang mereka hadapi. Salah satu peranan dari BP4 adalah mengupayakan untuk mencegah terjadinya perceraian. Selama konflik berjalan, keluarga yang bercerai menyatakan mediasi dilakukan dalam keluarga melibatkan petugas BP4.

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti mengangkat judul Efektivitas Peran BP4 dalam Meminimalisir Perceraian pada Masa Pandemi Covid- 19 (studi kasus di KUA Kecamatan Parado Kabupaten Bima).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana peranan Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) dalam Meminimalisir Perceraian pada Masa Pandemi Covid-19 di KUA Kec. Parado ?

2. Bagaimana Efektivitas Peran BP4 dalam Meminimalisir Perceraian pada Masa Pandemi Covid-19 di KUA Kecamatan Parado ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

tujuan dari penelitian sebagai berikut :

8 Dewi Murni (ibu rumah tangga), wawancara, Desa Parado Wane, Jumat 12 November 2021

(21)

5 1) Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui bagaimana Peran BP4 dalam Meminimalisir Perceraian pada Masa Pandemi Covid-19 di KUA Kec. Parado.

b. Dapat mengetahui Efektivitas Peran BP4 dalam Meminimalisir Perceraian pada Masa Pandemi Covid-19 di KUA Kecamatan Parado

2) Manfaat Penelitian

a. Secara teoritis yakni dapat memberikan khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang Hukum Keluarga Islam (Ahwal Syakhsiyyah), serta dapat dijadikan sebagai sumber rujukan bagi penelitian selanjutnya.

b. Kegunaan secara praktis yakni diharapkan bermanfaat bagi pembaca agar dapat dijadikan petunjuk bagi orang-orang yang terkait dan bisa dijadikan referensi bagi praktisi.

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian 1. Ruang Lingkup

Penelitian ini berjudul Efektivitas Peran BP4 dalam Meminimalisir Perceraian pada Masa Pandemi Covid-19 di KUA Kec. Parado Kab.

Bima. Menggunakan jenis penelitian kualitatif, maka penelitian ini akan difokuskan pada efektivitas peranan BP4 dalam meminimalisir perceraian, serta tugas dan peranan yang di jalankan BP4 apakah sudah efektiv dalam mengurangi perceraian pada masa pandemi Covid-19.

(22)

6 2. Setting Penelitian

Penelitian ini dilakukan di KUA Kec. Parado Kab. Bima, tentang Efektivitas Peran BP4 dalam Meminimalisir Perceraian pada Masa Pandemi Covid-19, dengan waktu penelitian yang diperlukan kurang lebih 3 (tiga) bulan.

E. Telaah Pustaka

Materi tentang peranan BP4 sudah pernah dibahas dalam penelitian terdahulu, untuk menghindari adanya duplikat dan plagiasi maka telaah pustaka merupakan salah satu cara penelusuran terhadap karya-karya terdahulu yang memiliki kemiripan judul. Oleh karena itu peneliti menggunakan penelitian yang diteliti oleh :

1. Kartini Rustam : “Peran BP4 Sebagai Mediator dalam Membina Keluarga Sakinah, Mawaddah, dan Rahmah di Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba”. Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Alauddin Makassar 2017.9

Penelitian ini menggunakan penelitian lapangan dengan menggunakan pendekatan yuridis syar‟i. Sedangkan dalam pengumpulan data melalui penelitian pustaka, penelitian lapangan yaitu wawancara, observasi dan dokumen. Sedangkan yang menjadi fokus penelitian yaitu peran BP4 sebagai mediator dalam membina keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah di Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba.

9 Kartini Rustam, “Peran BP4 Sebagai Mediator dalam Membina Keluarga Sakinah, Mawaddah, Mawaddah, dan Rahmah di Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba” (Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Alauddin Makassaar 2017)

(23)

7

Hasil penelitian dari Kartini Rustam bahwa, pelaksanaan peran BP4 sebagai mediator dalam membina keluarga sakinah, mawaddah, dan rahmah belum efektiv karena terbatasnya yang dapat menunjang pelaksanaan tugas penasihatan dan pembinaan keluarga, belum optimalnya pelaksanaan tugas dan fungsi BP4 karena masih lemahnya SDM, sosialisasi terhadap keneradaan dan peran BP4 masih kurang, kurangnya peran BP4 sehingga membuat masyarakat lebih memilih langsung mengajukan gugatan cerai ke Pengadilan Agama dari pada melakukan konseling di BP4.

Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama berkaitan dengan peranan BP4. Yang menjadi perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalah berkaitan tentang peranan BP4 sebagai mediator dalam membina keluarga yang baik, sedangkan pada penelitian ini lebih mengarah pada efektivitas peranan BP4 dalam meminimalisir perceraian.

2. Hendra Agustiawan : “Analisis Peran BP4 dalam Memberikan Bimbingan Terhadap Calon Pengantin (Studi Kasus KUA Kecamatan Marga Punduh Kabupaten Peswaran). Skripsi, Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2017.10

Penelitian ini menggunakan penelitian lapangan dengan menggunakan metode studi kasus kemudian di analisa secara deskriptif kualitatif. Sedangkan dalam pengumpulan data melalui wawancara,

10 Hendra Agustian, “Analisis Peran BP4 dalam Memberikan Bimbingan Terhadap Calon Pengantin (Studi Kasus KUA Kecamatan Marga Punduh Kabupaten Peswaran),” (Skripsi Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung 2017)

(24)

8

observasi dan dokumentasi. Sedangkan yang menjadi fokus penelitian yaitu analisis peran BP4 dalam memberikan bimbingan terhadap calon pengantin (studi kasus KUA Kecamatan Marga Punduh Kabupaten Peswaran.

Dalam penelitian ini memaparkan mengenai Peran BP4 memiliki program kerja untuk membimbing calon pengantin yang dilaksanakan oleh BP4 , kemudian memberikan bimbingan terhadap calon pengantin Pegawai Pencatat Nikah dalam melaksanakan tugasnya perlu memberikan sosialisasi terhadap mesyarakat agar memperhatikan adanya 10 hari kerja yang didalamnya bertujuan agar caclon pengantin dapat mengikuti sucatin.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama membahas mengenai peranan dari BP4. Yang membedakannya adalah penelitian ini membahas tentang Analisis Peran BP4 dalam memberikan bimbingan terhadap calon pengantin, sedangkan yang akan peneliti teliti adalah Efektivitas Peranan BP4 dalam Meminimalisir perceraian.

3. Indah Fatawiyah, “Efektivitas Pengendalian Angka Perceraian di Kampung Sakinah (Studi di Desa Tunjungsekar, RW 05 Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang)”, (Skripsi Fakultas Syari‟ah Program studi Hukum Keluarga Islam Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2020)

(25)

9

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan teori fenomenologi. Sedangkan dalam mengumpulkan data melalui metode wawancara dan dokumentasi. Dalam penelitian ini, fokus penelitiannya yaitu efektivitas pengendalian angka perceraian di kampung sakinah, dimana pembahasannya tentang langkah apa saja yang dilakukan agar dapat mengendalikan angka perceraian seperti:

sosialisasi, memberikan sanksi dan teguran dan mediasi.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada pengendalian angka perceraian dan yang menjadi perbedaannya adalah penelitian ini hanya membahas efektivitas pengendalian angka perceraian di kampung sakinah sedangkan yang akan diteliti membahas mengenai efektivitas peranan BP4 dalam meminimalisir perceraia pada masa pandemic covid-19 di Kua Kec.

Parado, serta tempat dan lokasi penelitiannya pun berbeda.11

4. Riskawati Yahya, “Pencegahan Kasus Perceraian di Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar (Studi tentang faktor penyebabnya dan upaya pencegahannya oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar)”, (Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN AlAUDDIN Makassar, 2016)

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan sifat penelitian deskriptif yang kemudian menggunakan pendekatan normatif

11 Indah Fatawiyah, “Efektivitas Pengendalian Angka Perceraian di Kampung Sakinah (Studi di Desa Tunjungsekar, RW 05 Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang)”, (Skripsi Fakultas Syari‟ah Program studi Hukum Keluarga Islam Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2020)

(26)

10

(Syar’i) dan yuridis dalam memahami situasi yang ada. Sedangkan untuk mengumpulkan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Dalam penelitian ini fokus penelitiannya adalah pencegahan kasus perceraian di kecamatan galesong, tentang faktor penyebab dan dan upaya untuk mencegah agar tidak terjadinya perceraian.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada pencegahan dalam mengurangi kasus perceraian, dan yang membedakannya adalah penelitian ini membahas tentang pencegahan dan faktor penyebab terjadinya perceraian di kecamatan galesong utara kabupaten takalar sedangkan yang akan peneliti teliti mengenai peranan BP4 dalam meminimalisir perceraian di KUA Kec. Parado Kab.

Bima.12

5. Sukron Na‟im, “Upaya Penghulu dalam Mengurangi Perceraian (Studi Kasus di KUA Kecamatan Parungpanjang Kabupaten Bogor),” (Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayattullah Jakarta, 2014).

Pada penelitian ini menggunakan beberapa metode. Pertama, metode pengumpulan data berupa riset perpustakaan dengan bantuan bermacam-macam materi yang terdapat diruang perpustakaan dan riset lapangan yang dilakukan sesuai dengan kehidupan sebenarnya. Kedua,

12 Riskawati Yahya, “Pencegahan Kasus Perceraian di Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar (Studi tentang faktor penyebabnya dan upaya pencegahannya oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar)”, (Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN AlAUDDIN Makassar, 2016)

(27)

11

metode interviu dengan cara bertanya dan mendengarkan langsung dari sumber utama. Ketiga, metode observasi dengan cara pengamatan dan pencatatan yang sistematika yang diselidi. Keempat, metode penulisan disusun secara teratur dan sistematis kemudian di analisis secara kualitatif.

Persamaan penelitian ini dengan yang akan peneliti lakukan terletak pada upaya dalam mengurangi perceraian dan yang membedakannya adalah peneltian ini membahas tentang upaya penghulu dalam mengurangi perceraian di KUA Kec. Parungpanjang Kab. Bogor, sedangkan yang akan peneliti teliti adalah mengenai peranan BP4 dalam Meminimalisir Perceraian Pada Masa Pandemi Covid-19 di KUA Kec. Parado. Kab. Bima.13

6. Eva Nurfitriani, “Efektivitas Pelaksanaan Program KB pada Pasangan Muslim di Bawah Umur dalam Mewujudkan Keluarga Sakinah Mawaddah Warahmah di Kabupaten Lombok Tengah”, (Skripsi Fakultas Syariah Jurusan Hukum Keluarga Islam Pascasarjana Universitas Islam Negeri Mataram, 2020)

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian deskriptif kualitatif yang kemudian untuk permasalahannya menggunakan pendekatan yuridis sosiologi fenomenologis. Sedangkan dalam pengumpulan data melalui metode observasi, metode wawancara

13 Sukron Na‟im, “Upaya Penghulu dalam Mengurangi Perceraian (Studi Kasus di KUA Kecamatan Parungpanjang Kabupaten Bogor),” (Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayattullah Jakarta, 2014).

(28)

12

dan metode dokumentasi. Dalam penenlitian ini, fokus penelitiannya yaitu efektivitas pelaksanaan program KB pada pasangan muslim di bawah umur dalam mewujudkan keluarga sakinah mawaddah warahmah di Kabupaten Lombok Tengah, dimana pembahasannya lebih pada pernikahan dibawah umur dan menjadikannya keluarga yang sakinah.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada mempertahankan rumah tangga, dan yang membedakannya adalah penelitian ini membahas tentang efektivitas pelaksanaan program KB pada pasangan di bawah umur, sedangkan yang akan peneliti teliti mengenai efektivitas peranan BP4 dalam meminimalisir perceraian.14

7. Mariamah, “Konseling Pranikah Dalam Meningkatkan Kematangan Psikologi Calon Pengantin Studi Kasus KUA Kecamatan Batulayar”, (Skripsi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Mataram, 2020)

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode studi kasus yang kemudian di analisa menggunakan deskriptif komparatif.

Sedangkan dalam pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Sedangkan yang menjadi fokus penelitian yaitu konseling

14 Eva Nurfitriani, “Efektivitas Pelaksanaan Program KB pada Pasangan Muslim di Bawah Umur dalam Mewujudkan Keluarga Sakinah Mawaddah Warahmah di Kabupaten Lombok Tengah”, (Skripsi Fakultas Syariah Jurusan Hukum Keluarga Islam Pascasarjana Universitas Islam Negeri Mataram, 2020)

(29)

13

pranikah dalam meningkatkan kematangan psikologi calon pengantin studi kasus KUA Kecamatan Batu Layar T.A 2019/2018 beracu pada konseling pranikah melalui dua tahap yaitu tahap pra pelaksana dan tahap pelaksana. Konsep konseling yang dilakukannya ada dua konsep yaitu konseling individu dan konseling kelompok. Dimana dalam memberikan nasihat-nasihat terhadap calon pengantin sebelum melaksanakan akad pernikahan, dengan memberikan materi pernikahan, keluarga berencana, dan keluarga sakinah yang dilakukan dengan ceramah dan tanya jawab.

Persamaan penelitian ini dan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama ingin memberikan ketahanan dalam rumah tangga, agar rumah tangganya tidak terjadi perceraian. Yang membedakannya adalah penelitian ini membahas tentang konseling pranikah dalam meningkatkan kematangan psikologi calon pengantin sedangkan yang akan peneliti teliti adalah peranan BP4 dalam meminimalisir perceraian pada masa pandemi Covid-19.15

F. Kerangka Teori 1. BP4

Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) adalah merupakan badan atau lembaga yang telah mendapatkan pengakuan resmi dari pemerintah, yaitu dengan dikeluarkannya surat keputusan (SK) Menteri Agama Nomor 85 tahun 1961 yang telah

15 Mariamah, “Konseling Pranikah Dalam Meningkatkan Kematangan Psikologi Calon Pengantin Studi Kasus KUA Kecamatan Batulayar, (Skripsi Fakultas Dakwah dan ILmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Mataram, 2020)

(30)

14

menetapkan BP4 sebagai satu-satunya badan atau lembaga yang bergerak pada bidang penasihatan perkawinan dan pencegahan terjadinya perceraian.16

2. Pengertian Efektivitas Hukum

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti ada efeknya, berhasil guna usaha dan tindakan.

Efektivitas adalah kemampuan dalam melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau misi) daripada suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak ada ketekanan atau suatu ketegangan diantara pelaksanaannya.17 Jadi efektivitas hukum adalah tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya merupakan sebuah pengukuran dimana targetnya telah tercapai sesuai dengan apa yang telah direncanakannya.

3. Teori Efektivitas Hukum

Teori efektvitas (Seorjono Soekanto) hukum sebagai kaidah merupakan patokan mengenai sikap tindak atau perilaku yang pantas.

Metode berpikir yang digunakannya adalah metode deduktif-rasional, sehingga menimbulkan jalan pikiran yang dogmatif. Di sisi lain ada yang memandang hukum sebagai sikap tindak atau perilaku yang teratur. Metode berpikir yang digunakannya adalah induktif-empiris,

16 Keputusan Hasil Humas BP4 ke XIV tahun 2009 tentang AD/ART Pasal 6

17 Sabian Usman, Dasar-Dasar Sosiologi (Yogyakarta:Pustaka Belajar, 2009), hlm. 12.

(31)

15

sehingga hukum itu dilihatnya sebagai tindak yang diulang-ulang dalma bentuk yang sama, yaitu mempunyai tujuan tertentu.18

Efektivitas hukum dalam realita hukum dapat diketahui apabila seseorang menyatakan bahwa suatu kaidah hukum berhasil atau tidak mencapai tujuannya maka itu biasanya diketahui apabila pengaruhnya berhasil mengatur sikap tindak perilaku tertentu sehingga sesuai dengan tujuannya atau tidak. Salah satu upaya yang dilakukan agar masyarakat mematuhi kaidah hukum adalah dengan mencantumkan sanksi- sanksinya. Sanksi-sanksi tersebut bisa berupa sanksi negatif maupun positif, yaitu untuk menimbulkan rangsangan agar manusia tidak melakukan tindakan tercela atau melakukan tindakan terpuji.19

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Hukum

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keefektifan hukum sebagai berikut :

a. Faktor hukumnya sendiri

Hukum berfungsi untuk keadilan, kepastian dan kemanfaatan. Dalam praktik penyelenggaraan hukum dilapangan ada kalanya terjadi pertentangan antara kepastian hukum dan keadilan. Kepastian hukum bersifat konkret dan berwujud nyata, sedangkan keadilan sifatnya abstrak sehingga ketika seorang hakim memutuskan suatu perkara secara penerapan undang- undang saja maka ada kalanya nilai keadilan itu tidak tercapai.

18 Soerjono Soekanto. “Beberapa Permasalahan Hukum dalam Kerangka Pembangunan di Indonesia”, (Jakarta : Universitas Indonesia, 1976), hlm. 45.

19 Ibid., hlm. 48.

(32)

16

Maka ketika melihat suatu permasalahan mengenai hukum, setidaknya keadilan mejadi prioritas utama. Karena hukum semata-mata tidak dilihat dari sudut hukum tertulis saja, melainkan masih banyak aturan yang hidup dalam masyarakat yang mampu mengatur kehidupan masyarakat.20

b. Faktor penegak hukum

Faktor ini meliput pihak yang membentuk maupun yang menerapkan hukum atau low enforcement. Bagian-bagian low enforcement adalah aparatur penegak hukum yang mampu memberikan keadilan, kepastian dan kemanfaatan hukum secara proporsional.21

Secara sosiologis, setiap aparat penegak hukum mempunyai kedudukan dan peranan. Kedudukan merupakan suatu posisi tertentu didalam struktur kemasyarakatan.

Kedudukan tersebut merupakan peranan, oleh karena itu seseorang yang mempunyai kedudukan tertentu, lazimnya mempunyai peranan.

Aturan para aparat dan aparatur penegak hukum dijabarkan sebagai berikut :22

1) Kepolisian kekuasaan polisi/polri adalah merupakan sebagai perwujudan istilah yang mengambarkan

20 Ibid., hlm. 51.

21 Ibid., hlm. 56.

22 Ibid, hlm. 60

(33)

17

penjelmaan tugas, status, organisasi, wewenang dan tanggung jawab polisi. Secara umum kedudukan, fungsi dan tugas kepolisian diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian RI.

2) Kejaksaan, secara umum kedudukan, fungsi dan tugas kepolisian diatur dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI.

3) Kehakiman, secara umum kedudukan, fungsi dan tugas kepolisian diatur dalam Undang-Undang nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasan Hakim.

4) Lembaga pemasyarakatan, secara umum kedudukan, fungsi dan tugas kepolisian diatur dalam Undang-Undang nomor 19 Tahun 2005 Tentang Pemasyarakatan.

Dalam pelaksanaan penegakan hukum oleh penegak hukum dijumpai beberapa halangan yang disebabkan oleh penegak hukum itu sendiri, halangan-halangan tersebut antara lain :

1) Keterbatasan kemampuan untuk menempatkan diri dalam peranan pihak lain dengan siapa dia berinteraksi.

2) Tingkat aspirasi yang relatif belum tinggi

3) Kegairahan yang sangat terbatas untuk memikirkan masa depan, sehinga sulit sekali untuk membuat suatu proyeksi.

(34)

18

4) Belum adanya kemampuan untuk menunda pemuasan suatu kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan materil.

5) Kurangnya daya inovatif yang sebenarnya merupakan pasangan konservatisme.23

c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum Fasilitas pendukung secara sederhana dapat dirumuskan sebagai sarana untuk mencapai tujuan. Ruang lingkupnya adalah sarana fisik yang berfungsi sebagai factor pendukung. Fasilitas pendukung mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup dan sebagainya.

Jika fasilitas pendukung tidak terpenuhi maka mustahil penegak hukum akan mencapai tujuannya. Kepastian dan kecepatan penyelesaian perkara tergantung pada fasilitas pendukung yang ada dalam bidang-bidang pencegahan dan pemberantas kejahatan.24

d. Faktor masyarakat

Penegakkan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk mencapai kedamaian didalam masyarakat. Masyarakat mempunyai pendapat-pendapat tertentu mengenai hukum.25 masyarakat Indonesia mempunyai pendapat mengenai hukum sangat bervariasi antara lain :

23 Ibid, hlm. 69.

24 Ibid, hlm. 77.

25 Satjipto Rahardjo, Hukum dan Masyarakat, (Bandung: Angkasa, 1980), hlm. 87.

(35)

19

1) Hukum diartikan sebagai ilmu pengetahuan

2) Hukum diartikan sebgai disiplin, yakni sistem ajaran tentang kenyataan

3) Hukum diartikan sebagai norma atau kaidah, yakni Patokan perilaku yang pantas diharapkan

4) Hukum diartikan sebagai tata hukum (yakni hukum positif tertulis)

5) Hukum diartikan sebagai petugas atau pejabat

6) Hukum diartikan sebagai keputusan pejabat atau penguasa

7) Hukum diartikan sebagai proses pemerintahan 8) Hukum diartikan sebagai perilaku teratur dan unik 9) Hukum diartikan sebagai jalinan nilai

10) Hukum diartikan sebagai seni

Berbagai pengertian tersebut di atas timbul karena masyarakat hidup dalam konteks yang berbeda, sehingga yang seharusnya dikedepankan adalah keserasiannya, hal ini bertujuan supaya ada titik tolak yang sama. Masyarakat juga mempunyai kecenderungan yang besar untuk mengartikan hukum dan bahkan mengindentifikasi dengan petugas (dalam hal ini adalah penegak hukum adalah sebagai pribadi).26

e. Faktor kebudayaan

26 Ibid, hlm. 90

(36)

20

Kebudayaan hukum pada dasarnya mencangkup nilai-nilai yang mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai yang merupakan konsepsi-konsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Nilai-nilai tersebut, lazimnya merupakan pasangan nilai-nilai yang mencerminkan dua keadaan ekstrim yang harus diserasikan.27

Pasangan nilai yang berperan dalam hukum menurut Soerdjono Soekanto sebagai berikut :

1) Nilai ketertiban dan nilai ketenteraman.

2) Nilai jasmaniah/kebendaan dan nilai rohaniah/

keakhlakan.

3) Nilai kelanggengan/konservatisme dan nilai kebaruan/

inovatisme.

5. Ketaatan hukum

a. Masalah ketaatan hukum

Ketaatan terhadap hukum, jelas merupakan suatu unsur penting dari berfungsinya taat hukum. Penelitian tentang ketaatan terhadap hukum, banyak memburuk-burukkan dan menutupi berbagai hal tentang bidang bahasannya, yang mencakup pidana mati, hukum lingkungan, publik internasional, kesehatan dan keselamatan dalam bekerja, melampaui batas kecepatan kendaraan, dan pajak. Dalam kajian tentang ketaatan

(37)

21

hukum, para ilmuan menggunakan berbagai metode disiplin yang mencakup ekonomi, psikologi, atau sosiologi, hingga filsufi ataupun moral.28

Dalam berbagai literatur di uraikan bahwa ternyata seseorang menaati hukum alis tidak melanggar hukum, selain akibat faktor jera atau takut setelah menyaksikan atau mempertimbangkan kemungkinan sanksi yang diganjarkan terhadap dirinya jika ia tidak menaati hukum, maka juga bisa saja seseorang menaati hukum, karena adanya tekanan individu lain atau tekanan kelompok. Jika suatu kelompok panutan menentang keras suatu tindakan yang melanggar hukum, maka akan dapat mencegah seseorang untuk melanggar hukum. Juga mungkin saja, seorang individu memutuskan untuk menaati suatu aturan hukum karena alasan moral personal-nya.

Sebaliknya, seorang individu lainnya, dapat memutuskan tidak menaati suatu aturan hukum, juga karena alasan moral.29

b. Kewajiban untuk menaati hukum

Brian H Bix, seorang profesor hukum dan filsafat di Universitas Minnesota, Amerika, dalam karya editornya, A Dictionary of Legal Theory, 2004: 152, menguraikan tentang obligation to obey the law, bahwa merupakan satu isu penting

28 Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicial prudence) termasuk Interpretasi Undang-Undang (Legisprudende), (Jakarta : KENCANA PRENADAMEDIA GROUP, cet ke.1, 2009), hlm. 343

29 Ibid, hlm. 345

(38)

22

yang senantiasa muncul berulang di dalam ilmu hukum adalah apakah atau seluas apakah adanya an obligation to obey the law (satu kewajiban untuk menaati hukum). Kedua, kewajiban hukum tersebut, biasanya diasumsikan untuk menjadi a prime- facie obligation (kewajiban utama), yang dapat mengatasi jika ada satu alasan moral yang lebih kuat untuk bertindak yang bertentangan dengan preskripsi hukum. Ketiga, diantara para komentator yang mempercayai bahwa ada suatu kewajiban moral untuk menaati hukum, maka kesimpulan mereka, biasanya diadakan untuk menerapkan hanya terhadap sistem-sistem hukum yang bersifat umum.30

Terdapat beberapa tipe standar tentang argumentasi bagi suatu kewajiban moral untuk menaati :

1) Consert (persetujuan).

2) Fairness, reciprocity, or fair play (kepantasan, hubungan timbal balik, atau perlakuan yang fair).

3) Gratitude (sikap berterima kasih).

4) Moral duty (kewajiban moral).31 3) Perceraian

Di Indonesia peraturan yang mengatur tentang perceraian adalah Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Jo. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1974 Tentang pelaksanaan Undang-Undang

30 Ibid, hlm. 346

31 Ibid, hlm. 347.

(39)

23

Nomor 1 Tahun 1974, akan tetapi didalamnya tidak ditemukan interpretasi mengenai istilah perceraian. Menurut R. Subekti perceraian adalah penghapusan perkawinan dengan keputusan hakim atau tuntutan salah satu pihak selama perkawinan.32

Perceraian menurut ahli fiqih disebut thalaq. Thalaq diambil dari kata ithlaq, yang artinya melepaskan, atau meninggalkan. Sedangkan menurut istilah syara‟, thalaq adalah melepaskan ikatan perkawinan, atau rusaknya suatu hubungan perkawinan.33

Tujuan diperbolehkannya talaq adalah demi kebaikan suami istri jika sama tidak bisa diwujudkan lagi.

G. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana cara melakukan pengamatan dengan pemikiran secara terpadu.

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian kualitatif.

Metode penelitian kualitatif adalah sebuah metode penelitian yang digunakan dalam mengungkapkan permasalahan dalam kehidupan kerja organisasi pemerintah, swasta, kemasyarakatan, kepemudaan, perempuan, olah raga, seni dan budaya, sehingga dapat dijadikan suatu kebijakan untuk dilaksanakan demi kesejahteraan bersama.34 Penelitian

32 R. Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta : PT Intermasa, cet. XXVI, 1994), hlm. 42.

33 Slamet Abidin, Aminuddin, Fiqih Munakahat, (Bandung : CV Pustaka Setia, 1999), hlm. 9.

34 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, (Jakarta : PT Bumi Aksara, Cet. IV, 2016), hlm. 80-81.

(40)

24

kualitatif bertujuan untuk mengembangkan konsep sensitivitas pada masalah yang dihadapi, menerangkan realitas yang berkaitan dengan penelusuran teori dari bawah (grounded theory) dan mengembangkan pemahaman akan satu atau lebih dari fenomena yang dihadapi.

Menurut Flick (2002), penelitian kualitatif ialah specific relevance to the study of social relations, owing to the fact of the pluralization of life world. Penelitian kualitatif adalah keterkaitan spesifik pada studi hubungan social yang berhubungan dengan fakta dari pluralisasi dunia kehidupan.35 Melalui pendekatan ini akan terungkap gambaran mengenai aktualisasi, realitas sosial, dan persepsi sasaran dalam sebuah penelitian.

Pada temuan data penelitian ini, tujuannya untuk menggambarkan keadaan yang ditemui dalam melakukan penelitian. Penelitian ini sebagai usaha untuk melihat bagaimana Efektivitas dari Peran BP4 dalam Meminimalisir Perceraian yang terjadi di Desa Parado Wane Kec.

Parado Kab. Bima.

2. Kehadiran peneliti

Kehadiran peniliti adalah sebagai faktor utama dalam sebuah penelitian. Untuk mendapatkan sebuah data yang akurat, maka peneliti berusaha untuk menciptakan pendekatan secara emosional dengan informan. Peneliti melakukan sebuah studi pendahuluan dengan mengadakan kunjungan secara bertahap untuk melakukan observasi dan

35 Ibid, hlm. 81.

(41)

25

wawancara pada lokasi penelitian dengan menemui beberapa staf kerja di KUA Kec. Parado untuk dijadikan sumber data primer dalam penelitian.

3. Sumber data

Dalam penelitian ini menggunakan dua jenis sumber data yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.

a. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari informan atau sumber aslinya melalui wawancara. Yaitu para staf yang berada di KUA Kec. Parado dan 7 pasangan suami istri yang sudah bercerai.

b. Data sekunder

Data sekunder merupakan semua bahan yang memberikan penjelasan mengenai sumber data primer, seperti Peraturan Perundang-Undangan, buku-buku, kaya-karya dari kalangan pakar hukum, dan literatur lain yang ada hubungannya dengan skripsi ini.

4. Prosedur pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif lebih banyak menggunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi.

a. Wawancara

Wawancara merupakan teknik atau cara mengumpulkan data untuk tujuan penelitian, dalam hal ini antara peneliti dengan subjek yang telah ditentukan. Teknik wawancara ini maksudnya untuk

(42)

26

menggali data dan informasi tentang Peran BP4 dalam Meminimalisir Perceraian pada Masa Pandemi Covid-19 di KUA Kecamatan Parado.

b. Observasi

Observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pancaindra mata serta dibantu dengan pancaindra lainnya.36 Dari pemahaman di atas, yang dimaksud dengan metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan.

Adapun yang akan peneliti observasi adalah praktik dari Peran BP4 dalam Meminimalisir Perceraian di Kec. Parado, dengan fokus pada pertama, Ruang Tempat yaitu dimana interaksi yang sedang berlangsung, dalam penelitian ini ruang dan tempat penelitian berada di KUA Kec. Parado Kab. Bima. Kedua, Pelaku yaitu orang yang sedang memainkan peran tertentu, dalam penelitian ini pelaku adalah orang yang berada dilingkungan KUA Kec. Parado. Ketiga, aktivitas yaitu kegiatan yang dilakukan dalam situasi sosial yang sedang berlangsung, dalam penelitian ini adalah Peranan BP4 dalam Meminimalisir Perceraian pada Masa Pandemi Covid-19 di KUA Kec. Parado.

36Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta : Preneda Media Group, Cet. I, 2007), hlm. 115.

(43)

27 c. Dokumentasi

Dokumentasi di gunakan untuk memperoleh data yang sudah tersedia berupa bahan-bahan atau keterangan yang mendukung penelitian. Data tersebut berupa struktur organisasi KUA, peta/lokasi KUA, sejarah berdirinya KUA, data-data penerapan peranan BP4 serta dokumen-dokumen penting lainnya yang berkaitan langsung dengan Peranan BP4 di KUA Kec. Parado. Dan foto-foto hasil wawancara dan observasi. Teknik ini digunakan untuk memperkuat hasil wawancara.

5. Tekhnik analisis data

Analisis data adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan bagian-bagian dan saling keterkaitan antara bagian-bagian dan keseluruhan dari data yang telah dikumpulkan untuk menghasilkan klarifikasi atau tipologi.37 Analisis data merupakan proses akhir dari penelitian yang dilakukan. Analisis data biasanya dikembangkan sesuai kebutuhan dan sasaran penelitian.

Dalam menganalisis data peneliti mengikuti model analisis miles and huberman (2004) yaitu mengemukakan tiga tahap yang harus dikerjakan dalam menganalisis data penelitian kualitatif sebagai berikut : a. Data reducation (reduksi data) adalah kegiatan merangkum dan memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting.

Data yang sudah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas

37 Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta : PT RajaGrafindo, Cet. 2, 2015), hlm.

175-176.

(44)

28

dan dapat memudahkan untuk melakukan pengumpulan data, untuk itu perlu disegerakan melakukan analisis dalam melalui reduksi data. Sehingga data tersebut dapat memenuhi kebutuhan tujuan penelitian yang telah ditetapkan yaitu efektivitas peran BP4 dalam meminimalisir perceraian pada masa pandemi covid-19 di kua kecamatan parado.

b. Data display (penyajian data) adalah mendisplaykan data, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan dan hubungan antar kategori, yang paling sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah teks yang besifat naratif. Mendisplaykan data, maka akan dapat mudah dalam memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja untuk selanjutnya bedasarkan apa yang telah dipahami. Sehingga peneliti mampu untuk menyajikan data yang berkaitan dengan efektivitas peran BP4 dalam meminimalisir perceraian pada masa pandemi covid-19 di kua kecamatan parado.

c. Conclusion Drawing (verifikasi) adalah penarikan kesimpulan data dan verifikasi, kesimpulan awal, akan didukung oleh bukti-bukti yang sudah valid dan konsisten saat penelitian kembali ke lapangan untuk mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan kredibel, sehingga peneliti dapat lebih jelas untuk menjawab rumusan masalah penelitian dengan judul efektivitas

(45)

29

peran BP4 dalam meminimalisir perceraian pada masa pandemi covid-19 di kua kecamatan parado.38

6. Pengecekan Keabsahan Data

Untuk menghindari adanya data yang tidak valid, maka peneliti akan melakukan pengecekan keabsahan data.

a. Triangulasi Data

Triangulasi merupakan suatu istilah yang diperkenalkan oleh Denzin (1978) dengan meminjam istilah dari dunia navigasi dan militer, yang merujuk pada penggabungan berbagai metode dalam suatu kajian tentang satu gejala tertentu.39 Jadi triangulasi adalah cara untuk mendapatkan data yang benar-benar absah. Triangulasi digunakan sebagai teknik pemeriksaan keabsahan data.

Dalam pengecekan data maka digunakan triangulasi sebagai berikut:

1) Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber berarti membandingkan informasi yang diperoleh melalui sumber yang berbeda. Peneliti membandingkan dan memeriksa kembali data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, kemudian membandingkan hasil wawancara tersebut dengan isi suatu

38 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan PraktikI, (Jakarta : Bumi Aksara, 2013), hlm. 210

39 Gunawan, Metode Peneltian Kualitatif Teori dan Praktik, (Jakarta : Sinar Grafika Offset, Cet. 4, 2016), hlm. 217.

(46)

30

dokumen yang berkaitan dengan peran BP4 di KUA Kec.

Parado.

2) Triangulasi Metode

Triangulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan hasil data informasi atau data dengan cara yang berbeda. Triangulasi pada tahap ini dilakukan jika data atau informasi yang diperoleh dari subjek atau informan penelitian diragukan kebenarannya. Kemudian disimpulkan untuk memperoleh data akhir yang sesuai dengan penelitian ini.

b. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan yaitu peneliti melakukan sebuah pengamatan dengan lebih cermat untuk mencapai kepastian data secara rinci dan sistematis. Untuk meningkatkan sebuah ketekunan dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang tarkait dengan temuan yang diteliti.

c. Menggunakan Bahan Referensi

Yang di maksud dengan bahan referensi adalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Kemudian peneliti akan membuktikan data yang ditemukannya dengan media berupa hasil foto-foto observasi, rekaman wawancara, serta dokumen autentik yang berkaitan dengan

(47)

31

penenrapan peranan BP4 di KUA Kec. Parado sehingga akan lebih dipercaya keabsahannya.

H. Sistematika pembahasan

Agar terarah dan dapat mempermudah dalam penulisan penelitian ini maka di buatlah sistematika pembahasan sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan

Dalam BAB ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat, ruang lingkup dan setting penelitian, sistematika pembahasan, rencana jadwal penelitian dan daftar pustaka

BAB II : Paparan Data dan Temuan

Dalam BAB ini akan di jelaskan mengenai paparan data yang berisikan lokasi penelitian, peranan BP4, Bentuk sosialisasi dari penerapan peranan BP4. Peranan Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) dalam meminimalisir perceraian di KUA Kec. Parado.

Faktor penghambat dan pendukung BP4 dalam meminimalisir perceraian di KUA Kec. Parado. Upaya BP4 di KUA Kec. Parado dalam menjalankan peran dan fungsinya untuk meminimalisir perceraian.

BAB III : Pembahasan

Dalam BAB ini ini berisikan analisis data temuan yang berkaitan dengan efektivitas peranan BP4 dalam meminimalisir perceraian pada masa pandemi Covid-19 (studi kasus di KUA Kec. Parado).

BAB IV : Kesimpulan dan Saran

Dalam BAB ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil penelitian ini.

(48)

32 BAB II

PAPARAN DAN TEMUAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah BP4

Badan Penasihat, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan di singkat menjadi BP4. Lembaga yang mitra kerja KEMENAG (Kementerian Agama) dalam mewujudkan keluarga sakinah mawadah wa rahmah. Tujuan dibentuknya BP4 untuk mempertinggi mutu dari perkawinan dan mewujudkan keluarga yang sakinah menurut ajaran Agama Islam untuk mencapai suatu masyarakat dan bangsa Indonesia yang maju, mandiri, sejahtera materil dan spiritual. Tugas yang dilaksanakan oleh BP4 adalah upaya untuk menanamkan nilai-nilai keimanan, ketakwaan dan akhlaqul karimah dalam lingkungan berkeluarga. Oleh karena itu, dengan diterbitkan Keputusan Menteri Agama No. 30 Tahun 1977 tentang penegasan pengakuan Badan Penasihat Perkawinan dan Penyelesaian Perceraian.

BP4 tentunya tidak lahir tanpa sebab, melainkan ada beberapa factor yang mendorong didirikannya, menurut Drs. Zubaidah Muchtar adalah : Tingginya angka perceraian, banyaknya perkawinan di bawah umur dan terjadinya praktik poligami yang tidak sehat serta sewenang- wenang.40

40 BP4 Pusat, Tantangan Baru BP4 Setelah 37 Tahun Berkipah, Perkawinan dan Keluarga XXV, (Jakarta : BP4 Pusat, 1997), hlm. 8

(49)

33

Kemudian pada tahun 2003 ketiga kalinya BP4 berganti nama dari Badan Penasehat Perkawinan dan Penyelesaian Perceraian menjadi Badan Penasihat Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan. Dengan digantinya nama diharapkan untuk kedepan BP4 mampu untuk melaksanakan tugas pembangunan manusia bagi Indonesia seutuhnya yang maju, mandiri, sejahtera secara lahir dan batin.

2. Tujuan dan Visi Misi BP4 a. Tujuan BP4

Tujuan Badan Penasehat Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) sebagaimana tercantum dalam Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tanggga (ART) BP4 yaitu : “Mempertinggi mutu perkawinan guna mewujudkan keluarga sakinah menurut ajaran Islam untuk mencapai masyarakat dan bangsa Indonesia yang maju, mandiri, bahagia, sejahtera, materiil dan spirituil”.41

b. Visi dan Misi BP4

Visi BP4 adalah terwujudnya keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah.

Sedangkan Misi BP4 adalah:

1) Meningkatkan kualitas konsultasi perkawinan, mediasi, dan advokasi;

2) Meningkatkan pelayanan terhadap keluarga yang bermasalah melalui kegiatan konseling, mediasi dan advokasi.

41 BP4 Pusat, AD/ ART Hasil Musyawarah Nasional BP4 XV/2014, (Jakarta : BP4 Pusat, 2014), hlm. 6

(50)

34

3) Menguatkan kapasitas kelembagaan dan SDM BP4 dalam rangka mengoptimalkan program dan pencapaian tujuan.

3. Program BP4

a. Program tersebut yaitu terbagi dalam bidang-bidang dibawah ini yaitu : Bidang Pendidikan Keluarga Sakinah dan pengembangan SDM b. Bidang Konsultasi Hukum dan Penasihatan Perkawinan dan Keluarga c. Bidang Penerangan, Komunikasi dan Informasi

d. Bidang Advokasi dan Mediasi

e. Bidang Pembinaan Keluarga Sakinah, Pembinaan Anak,Remaja dan Lansia.

4. Upaya dan Usaha BP4

BP4 mempunyai upaya dan usaha sebagai berikut:

a. Memberikan bimbingan, penasihatan dan penerangan mengenai nikah, talak, cerai, rujuk kepada masyarakat baik perorangan maupun kelompok.

b. Memberikan bimbingan tentang peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan keluarga.

c. Memberikan bantuan mediasi kepada para pihak yang berperkara di pengadilan agama.42

d. Memberikan bantuan advokasi dalam mengatasi masalah perkawinan, keluarga dan perselisihan rumah tangga di peradilan agama.

42 Ibid, hlm. 6

(51)

35

e. Menurunkan terjadinya perselisihan serta perceraian, poligami yang tidak bertanggung jawab, pernikahan di bawah umur dan pernikahan tidak tercatat.

f. Bekerjasama dengan instansi, lembaga dan organisasi yang memiliki kesamaan tujuan baik di dalam maupun di luar negeri.

g. Menerbitkan dan menyebarluaskan majalah perkawinan dan keluarga, buku, brosur dan media elektronik yang dianggap perlu.

h. Menyelenggarakan kursus calon pengantin, pelatihan, diskusi, seminar dan kegiatan-kegiatan sejenis-yang berkaitan dengan perkawinan dan keluarga.

i. Menyelenggarakan pendidikan keluarga untuk peningkatan penghayatan dan pengamalan nilai-nilai keimanan, ketaqwaan dan akhlaqul karimah dalam rangka membina keluarga sakinah.

j. Berperan aktif dalam kegiatan lintas sektoral yang bertujuan membina keluarga sakinah.

k. Meningkatkan upaya pemberdayaan ekonomi keluarga.

l. Upaya dan usaha lain yang dipandang bermanfaat untuk kepentingan organisasi serta bagi kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga.43

5. Susunan Organisasi BP4

Berdasarkan Pasal 7 pada BAB IV susunan organisasi BP4 sebagai berikut :

43 Ibid, hlm. 6

(52)

36

a. Organisasi BP4 disusun sesuai dengan jenjang administrasi pemerintah mulai dari tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan.

b. Organisasi BP4 mempunyai bidang-bidang sesuai kebutuhan meliputi:

1) Bidang Konsultasi/Konseling, Mediasi, Advokasi dan Penasihatan Perkawinan dan Keluarga.

2) Bidang Pendidikan, Pelatihan dan Kursus.

3) Bidang Kemitraan, Kerjasama dan Wirausaha.

4) Bidang Humas dan Publikasi, Dokumentasi.

c. BP4 pusat sampai Tingkat Kecamatan memiliki tenaga Konselor dan Penasihatan Perkawinan dan Keluarga.

Pada pasal 8 BAB V mengenai pengurus BP4 sebagai berikut :

a. Pembina BP4 tingkat pusat terdiri dari : Ketua Mahmakah Agung, Menteri Agama RI, Menteri dan Kepala Lembaga terkait : Pembina BP4 tingkat Provinsi adalah Gubernur: Pembina BP4 di tingkat Kabupaten/Kota adalah Bupati/Walikota: Pembina di tingkat Kecamatan adalah Camat.44

b. Dewan Pertimbangan BP4 terdiri dari unsur pejabat Kementerian Agama dan Peradilan Agama, institusi terkait, ulama, tokoh organisasi Islam dan cendikiawan.

44 Ibid, hlm. 6

(53)

37

c. Tim Ahli BP4 terdiri dari tokoh dan para ahli yang berpengalaman dalam pelaksanaan program pembinaan dan penguatan perkawinan dan keluarga yang sakinah secara operasional memberikan dukungan kepada BP4 dalam pelaksanaan program, terutama dalam bentuk pemikiran, ide dan gagasan.

d. Pengurus BP4 terdiri dari ketua umum dan wakil ketua umum, ketua- ketua, sekretaris umum, wakil sekretaris umum, bendahara, wakil bendahara, serta bidang-bidang.

e. Pengurus BP4 sebagaimana dimaksud ayat (4) adalah pribadi muslim dan muslimah dari institusi pemerintah, ormas Islam, tenaga professional, serta tenaga ahli dari berbagai disiplin ilmu terkait fungsi BP4.

f. Masa bakti pengurus di semua tingkat adalah 5 tahun dan dapat dipilih kembali, kecuali ketua umum hanya dapat dipilih satu periode berikutnya.45

6. Sejarah Kantor Urusan Agama Kab. Bima Kec. Parado

KUA merupakan unit kerja Kementerian Agama yang secara institusional yang berada paling depan dan menjadi ujung tombak dalam pelaksanaan tugas-tugas pelayanan kepada masyarakat dibidang keagamaan. KUA Kecamatan Parado merupakan salah satu dari 18 KUA Kecamatan yang ada di lingkungan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bima. KUA Kecamatan Parado termasuk sangat jauh

45 Ibid, hlm. 6

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk: mengetahui jumlah pasangan suami isteri yang melakukan pernikahan dini di KUA Kecamatan Saptosari dari tahun 2012- 2016, Menjelaskan

Penelitian ini berfokus pada efektivitas dari pelaksanaan penagihan pajak melalui surat teguran di kantor Bapenda Kabupaten Mojokerto pada masa pandemi Covid-19

Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran baru bagi Universitas Islam Malang khususnya Fakultas Agama Islam Program Studi Hukum

Secara umum perceraian di masa pandemi COVID-19 disebabkan oleh konflik yang terjadi pada rumah tangga seperti masalah perekonomian tingkat rumah tangga, waktu bersama dan

Seperti yang dituturkan oleh ibu Naimah selaku guru mengenai kendala yang dihadapi dalam meningkatkan mutu pendidikan pada masa pandemi covid-19: Kendala yang dihadapi dalam proses

Upaya Hakim Menangani Perceraian Akibat Perselisihan dan Pertengkaran Terus Menerus pada Masa Pandemi COVID-19 di Pengadilan Agama Bandung Meskipun upaya perdamaian sudah dilakukan

29 MANAJEMEN ALTERNATIF RESTORASI DALAM MEMINIMALISIR PRODUK AEROSOL PADA MASA PANDEMI COVID-19 Naufal Fathurahma Dalinga, Masyhudib, Portuna Putra Kambayac a Program Studi

Faktor penunjang terjadinya perubahan peran masjid dalam pembinaan pendidikan Islam di kota Ambon sebelum pandemi Covid-19 dan saat pandemi Covid-19 yakni adanya kebijakan, peraturan