PENDAHULUAN
Latar Belakang
Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan atau Studi EHRA merupakan survei partisipatif tingkat kabupaten/kota yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan kebersihan serta perilaku masyarakat yang dapat digunakan untuk mengembangkan program sanitasi termasuk advokasi di kabupaten tersebut. /Tingkat kota hingga kabupaten.Desa/kelurahan sehingga tercipta skala kesehatan masyarakat yang optimal dan mandiri, merata, dan berkelanjutan. Hasil Studi EHRA pada intinya memberikan data ilmiah dan faktual mengenai ketersediaan layanan sanitasi tingkat rumah tangga di tingkat kabupaten/kota. Komponen higiene yang diteliti meliputi limbah cair rumah tangga, limbah padat/limbah dan drainase lingkungan, serta perilaku higiene dan sanitasi termasuk praktik cuci tangan pakai sabun (CTPS).
Sebelum menentukan jumlah sampel, Tim EHRA Kota Sabang harus mengelompokkan kecamatan dan gampong berdasarkan 4 kriteria yaitu kepadatan penduduk, tingkat kemiskinan, wilayah/wilayah sungai/saluran drainase/saluran irigasi yang berpotensi untuk dijadikan sampel. digunakan untuk sarana sanitasi dan kawasan terdampak banjir yang dinilai mengganggu ketentraman masyarakat. EHRA merupakan survei yang menghasilkan data representatif di tingkat kabupaten/kota dan kecamatan serta dapat digunakan sebagai pedoman dasar di tingkat kecamatan/desa dalam penyusunan program sanitasi; EHRA secara tidak langsung memberikan “amunisi” bagi pemangku kepentingan dan warga di tingkat kelurahan/desa untuk melakukan kegiatan advokasi di tingkat yang lebih tinggi atau secara horizontal melakukan advokasi terhadap sesama warga atau pemangku kelurahan/desa.
Tujuan dan Manfaat
Implementasi studi EHRA berfokus pada fasilitas sanitasi dan perilaku masyarakat, karena fasilitas sanitasi yang diteliti mencakup sumber air minum, layanan pembuangan limbah, jamban, dan saluran pembuangan limbah rumah tangga. Sedangkan perilaku yang dipelajari adalah yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi mengacu pada STBM: buang air besar, cuci tangan pakai sabun, pengelolaan air minum domestik, pengelolaan sampah dengan 3R (reuse, reuse dan recycle) dan pengelolaan air limbah domestik (drainase). .
Waktu Pelaksanaan Studi EHRA
METODOLOGI DAN LANGKAH STUDI EHRA
Penentuan Strata Desa/Gampong…
Desa/gampong di wilayah studi mempunyai karakteristik geografis dan demografi yang sangat bervariasi (heterogen) dari segi jumlah penduduknya; Agar keragaman karakteristik tersebut bermakna dalam analisis penelitian, maka perlu dilakukan stratifikasi untuk mengelompokkan desa/gampong menurut strata/tingkat risiko kesehatan lingkungan akibat faktor geografis dan demografi. Stratifikasi desa/gampong pada kabupaten/kota akan mengakibatkan berlapis/tingkatnya risiko kesehatan lingkungan desa/gampong. Desa/gampong pada strata tertentu diyakini memiliki risiko kesehatan lingkungan yang sama.
Metode penentuan wilayah sasaran survei EHRA di Kota Sabang dilakukan secara geografis dan demografis melalui proses stratifikasi. Berdasarkan kriteria di atas maka stratifikasi wilayah Kota Sabang menghasilkan kategori stratum seperti terlihat pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2 berikut ini. Dengan demikian, desa/gampong yang menjadi wilayah penelitian pada satu strata akan mewakili desa/gampong lain yang bukan wilayah penelitian pada strata yang sama.
Berdasarkan asumsi tersebut, hasil studi EHRA ini dapat memberikan peta wilayah risiko sanitasi di Kota Sabang.
Penentuan Responden di Area Studi
Laporan Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan (EHRA) Kota Sabang 2020 10 Jumlah sampel setiap desa diambil sebanyak 100 responden. Sedangkan jumlah sampel per jurong di gampong terpilih diambil secara sistematik random sampling dengan jumlah sampel sesuai dengan jumlah jurong di wilayah survei gampong, dimana jumlah responden per gampong minimal 40 rumah tangga dan tersebar secara proporsional. di seluruh jurong. Dengan populasi rumah tangga sebanyak 12.458 rumah tangga, maka jumlah sampel minimal yang harus dipenuhi adalah 720 responden.
Tim EHRA Kota Sabang menetapkan jumlah gampong yang dijadikan sasaran wilayah survei adalah 18 gampong dengan jumlah rumah tangga terpilih 100 KK per gampong sehingga jumlah sampel yang diambil sebanyak 18 gampong x 100 responden, sehingga total responden di studi EHRA di Kota Sabang tahun 2020 sebanyak 1.800 responden. Laporan Kajian Environmental Health Risk Assessment (EHRA) Kota Sabang Tahun 2020 11 Untuk menentukan jumlah sampel per jurong dilakukan dengan cara membagi jumlah minimum sampel per gampong dengan jumlah jurong yang ada di gampong tersebut, sehingga jumlah sampel per jurong antara satu jurong dan 'n lainnya tidak sama, sangat bergantung pada jumlah jurong yang ada di wilayah survey gampong. Penentuan rumah tangga/responden yang dipilih dengan menggunakan metode sistematik random sampling dimaksudkan agar seluruh rumah tangga mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel.
Hasil pembagian ini dijadikan dasar kelipatan penentuan sampel/responden (misalnya: jumlah KK jurong A sebanyak 100, jumlah sampel yang akan diambil sebanyak 8, maka.
Karakteristik Enumerator dan Supervisor serta Wilayah Tugas
Puskesmas Sukakarya, dengan wilayah kerja Gampong Kuta Ateuh, Kuta Barat, Kuta Timu, Aneuk Laot, Paya Seunara dan Krueng Raya;.
HASIL STUDI EHRA
Informasi responden
Indeks Risiko Sanitasi (IRS) Sumber Air
Dari tabel tersebut terlihat bahwa sebagian besar masyarakat menggunakan air isi ulang sebagai sumber air minum yaitu 73%, 26% menggunakan air keran eceran dari PDAM/Proyek/Hippam untuk memasak, dan sekitar 30% menggunakan air hasil galian tanpa pelindung. Mencuci sumur. Air keran isi ulang air kemasan (keran) oleh PDAM/Proyek/Hippam Air keran (keran) yang diisi ulang oleh PDAM/Proyek/Hippam. Air Keran Eceran dari PDAM/Proyek/Hippam Air Hidran Umum Air Keran Umum Terminal Air Terminal Air Air dari Kapal atau Gerobak Air dari Sumur Bor Air dari Sumur Gali Air Pertahanan Diri Air dari Sumur Gali dilindungi oleh tetangga Air dari sumur gali Tidak dilindungi sendiri air dari Sumur gali tetangga yang tidak terlindung Tetangga Air dari mata air Air yang terlindung dari mata air Air hujan yang tidak terlindung Air sungai Tangki lain/Air danau.
Di bawah ini akan disajikan wilayah-wilayah yang terancam sumber daya air berdasarkan hasil kajian EHRA di Kota Sabang tahun 2020.
Indeks Risiko Sanitasi (IRS) Air Limbah Domestik
Persentase tempat pembuangan akhir tinja di Kota Sabang terdiri dari IPAL terpusat/pipa saluran pembuangan kota (23%), dan septic tank buatan sendiri sesuai SNI (samping dan bawah) 10%. Besarnya persentase masyarakat Kota Sabang yang membuang sampah rumah tangga di cubluk bukan dalam arti harfiah (langsung melalui lubang tanah), namun kondisi sebenarnya masyarakat Kota Sabang menggunakan Septic Tank Pribadi, melainkan septic tank. Tangki yang dibangun sebagian besar tidak kedap air (tidak aman) sehingga air limbah mencemari tanah. Faktor lain yang mendukung indikasi sistem “cubluk” pada sistem pembuangan sampah Kota Sabang adalah tidak dilakukannya lumpur tinja selama minimal 10 tahun.
Cubluk sendiri memiliki arti sebuah lubang yang digunakan untuk menampung air kotoran manusia dari toilet dan juga air dari kamar mandi yang berfungsi sebagai tempat mengendapnya feses dan juga sebagai tempat perkolasi cairan. Laporan Kajian Kajian Environmental Health Risk Assessment (EHRA) Kota Sabang Tahun 2020 20 Bagan di bawah ini menunjukkan terakhir kali septic tank di Kota Sabang dikuras berdasarkan hasil survei EHRA tahun 2020. Dari bagan di atas terlihat bahwa dari 1.800 jiwa yang kami survei, bukan seseorang yang pernah melakukan praktik pengurasan tangki septik, yang harus menjadi perhatian kami terhadap pengembangan sektor pembuangan limbah di masa depan.
Berdasarkan grafik di atas, diketahui 100 persen septic tank di Kota Sabang berada dalam kondisi tidak aman. Biasanya rumah mempunyai septic tank buatan sendiri, namun bagian bawah/lantai septic tank tidak kedap air. Area risiko air limbah domestik yang digunakan untuk menentukan area risiko sanitasi ditunjukkan pada tabel di bawah.
Indeks Risiko Sanitasi (IRS) Persampahan
Dari Gambar 8 di atas terlihat bahwa pengelolaan sampah rumah tangga skala kota total yang dilakukan oleh masyarakat sebagian besar dikumpulkan oleh pemulung dari gampong untuk kemudian dibuang di TPA Lhok Batee atau bahkan di kontainer (untuk gampong). letaknya jauh dari TPA) yang nantinya akan diangkut oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Sanitasi Kota Sabang. Hal ini menunjukkan sebagian besar gampong di Kota Sabang sudah melaksanakan pengumpulan sampah secara mandiri. Laporan Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan (EHRA) Kota Sabang 2020 24 Praktik pemilahan sampah rumah tangga setempat berdasarkan hasil survei yang dilakukan di 18 (delapan belas) gampong di Kota Sabang memberikan informasi bahwa sebenarnya hampir seluruh masyarakat yang disurvei melakukan hal tersebut. tidak memilah sampah (93%), sedangkan 7% responden memilah sampah.
Pengelolaan sampah yang dapat menimbulkan risiko sanitasi yang tinggi di kalangan masyarakat disebabkan oleh kurangnya akses terhadap infrastruktur persampahan, oleh karena itu diperlukan proses perencanaan yang terpadu khususnya dalam pengelolaan sampah.
Indeks Risiko Sanitasi (IRS) Genangan Air
Laporan Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan (EHRA) Kota Sabang Tahun 2020 26 Gambar 10 menunjukkan bahwa proporsi rumah tangga yang tidak pernah mengalami banjir adalah 100%. Dari grafik di atas diketahui bahwa belum pernah ada rumah yang mengalami banjir di kota Sabang.
Indeks Risiko Sanitasi (IRS) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Laporan Kajian Environmental Health Risk Assessment (EHRA) Kota Sabang Tahun 2020 mengenai perilaku kebersihan rumah tangga di Kota Sabang dapat dilihat pada grafik berikut. Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa sebagian besar rumah tangga di Kota Sabang belum terbiasa melakukan cuci tangan pakai sabun (CTPS) pada Lima Waktu Penting. Lima waktu penting yang dimaksud adalah: sebelum makan, setelah buang air besar, sebelum menyiapkan makanan, sebelum memberi makan anak, dan setelah membersihkan tempat tidur anak.
Sementara hanya sebagian kecil (21% pada stratum 1 dan 20% pada stratum 2) yang melakukan praktik cuci tangan pakai sabun pada lima waktu penting. Persentase penduduk yang lantai dan dinding jambannya bebas feses adalah 87 persen untuk lapisan 1 dan 85,6 persen untuk lapisan 2. Sedangkan persentase jamban bebas kecoa dan lalat serta fungsi pembilas masing-masing sebesar 87,2 persen dan 6,5 persen. untuk lapisan 1 dan 85,0 persen dan 85,4 persen.
CTPS sebelum ke toilet CTPS setelah memandikan bayi/anak CTPS setelah buang air besar CTPS sebelum makan CTPS setelah makan CTPS sebelum menyusui atau memberi makan anak CTPS sebelum menyiapkan makanan atau minuman CTPS setelah menangani hewan CTPS sebelum shalat CTPS di waktu lain. Dan sudah ada 2 (dua) gampong yang sudah Open Defecation Free (ODF) atau bebas buang air besar sembarangan yaitu Gampong Kuta Ateuh dan Gampong Ujong Kareung.
Indeks Risiko Sanitasi (IRS)
Laporan Kajian Environmental Health Risk Assessment (EHRA) Kota Sabang Tahun 2020 34 Grafik di atas menunjukkan indeks risiko sanitasi sumber air untuk setiap Kelurahan Kota Sabang yang paling berisiko adalah Gampong Balohan dan yang kurang berisiko adalah Gampong Kuta Tim. Laporan Kajian Environmental Health Risk Assessment (EHRA) Kota Sabang Tahun 2020 36 Dari grafik 22 terlihat bahwa indeks risiko sanitasi yang stagnan pada masing-masing Kelurahan di Kota Sabang adalah Gampong Iboih yang paling berisiko dan Gampong Kota Beurawang yang kurang berisiko.
PENUTUP