• Tidak ada hasil yang ditemukan

";ffi,"-' - Jurnal Ilmiah Mahasiswa STKIP PGRI Sumbar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "";ffi,"-' - Jurnal Ilmiah Mahasiswa STKIP PGRI Sumbar"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI MASYARAKAT

DALAM

PBNGELOLAAN HUTAN

LINDLTITIG DIKAWA SAN GTIN[ING

TALAMAU

KE CAMATAiY

TALAMAU

KABT]PATEI\{

PASAMAN BARAT

JURNAL

Dinjukan Sulah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Surjana Pendidikan Stratn Sata

BAMBANG SUMANTRI

11030188

Pembimbing I

:- I

Drs. Dasrizal, MP

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI SEKOLAH TINGGI KEGI RUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG

24rc

";ffi,"-'

Rozana Eka Putri, S.Pd, M.Si

(2)

Public Perception In Protected Forest Management in Mountain Regions Talamau Kec.Talamau Kab.Pasaman West.

Bambang Sumantri* Drs. Dasrizal, MP ** Rozana Eka Putri, S.Pd, M.Si **

* Geography Study Program Student STKIP PGRI West Sumatra.

** Lecturer Education Program Lecture STKIP PGRI West Sumatra ABSTRACT

Bambang Sumantri. (11030188). Public Perception In Protected Forest Management in Mountain Regions Talamau Kec.Talamau Kab.Pasaman West. geography education program stkip pgri west sumatera (2016)

This study aimed to obtain information and an overview of the Public Perception In Protected Forest Management in Mountain Regions Talamau West Pasaman. Issues examined in this study were: 1) Knowledge Society, 2) government policy, and 3) Role of Civil Society.

This type of research is qualitative research informants are taken by using purposive sampling technique in determining the sample with a certain considerations that are thought to provide the data to the fullest. The analysis uses data reduction, data display, and conclusion.

The results of the research found in the field can be concluded that the Public Perception In Protected Forest Management in Mountain Regions Talamau West Pasaman namely: a) Public awareness of protected forests actually people know and some who do not know, this is due to lack of cooperation between the community and government. b) The policy conducted by the government at the moment is to give seed to the community for its management, and by providing activities that CBFM program (CBFM), HKM (community forestry). c) The role of the public to maintain protected areas is lacking, It can be seen from the many people who cut down trees and clearing forests, so many disasters.

Keywords : Knowledge Society, Community Role, Government Policy.

(3)

PENDAHULUAN

Hutan merupakan kumpulan pepohonan yang tumbuh rapat beserta tumbuh-tumbuhan memanjang dengan bunga yang beraneka warna yang berperan sangat penting bagi kehidupan dimuka bumi. Dari sudut pandang orang ekonomis, hutan merupakan tempat menanam modal jangka panjang yang menguntungkan dalam bentuk Hak Pengusaha Hutan (HPH) dalam Adelinawati, (2014:1).

Hutan merupakan sumber daya alam yang tidak ternilai karena didalamnya terkandung keanekaragaman hayati, sumber hasil hutan kayu dan non kayu, pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta kesuburan tanah. Hutan sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa yang dianugrahkan kepada bangsa Indonesia, yang dikuasai oleh negara yang memberikan manfaat serba guna bagi umat manusia, cenderung kondisinya semakin menurun. Kerusakan hutan di Indonesia tidak hanya terjadi pada hutan lama tetapi juga pada hutan lindung, padahal hutan lindung memiliki fungsi yang spesifik terutama dalam keterkaitan dengan ketersediaan air. Hutan sebagai bagian dari sumber daya alam nasional, memiliki arti yang penting dalam berbagai aspek kehidupan sosial, pembangunan dan lingkungan hidup. Salah satu fungsi dari hutan adalah sebagai penopang hidup manusia dan dunia. Manfaat hutan dapat diperoleh jika hutan dan ekosistemnya dapat dijaga dengan baik, sehingga fungsi hutan dapat berjalan dengan optimal, baik itu fungsi ekologi, ekonomi, dan sosial.

Hutan mempunyai peran nyata dalam pembangunan, pernyataan ini mengandung arti bahwa pembangunan kehutanan merupakan bagian yang tidak dapat

terpisahkan dari pembangunan nasional, saling terkait dan saling ketergantungan satu dengan yang lain. (Rahman,2014:1).

Hutan di Indonesia mempunyai peranan baik ditinjau dari aspek ekonomi, sosial budaya, maupun secara ekologis. Sejalan dengan pertambahan penduduk dan pertumbuhan ekonomi nasional, tekanan terhadap sumberdaya hutan semakin meningkat. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu dilakukan strategi pengelolaan hutan yang berkelanjutan sesuai dengan potensi sumberdaya hutan sebenarnya (Hermon,2010:92).

Hutan dipandang sebagai suatu ekosistem karena hubungan antara masyarakat tumbuhan pembentuk hutan dengan binatang liar dan alam lingkungannya yang sangat erat. Oleh karena itu, hutan yang dipandang sebagai suatu ekosistem dapat dipelajari dari segi autekologi maupun sinekologinya (Soerinanegara dan indrawan dalam Indriyanto, 2006:3). Potret hutan lindung di Indonesia sudah mengkawatirkan, kondisi hutan lindung yang ada di Indonesia baik kualitas maupun kuantitas mengalami penurunan tajam sebagai akibat konflik lahan, penebangan liar, dan lainnya. Telah diyakini bahwa hutan lindung memberikan peranan penting secara ekonomi dan ekologi pada kelestarian derah aliran sungai (DAS), yaitu sebagai mengatur tata air. Apabila terjadi kerusakan pada hutan lindung, maka komponen-komponen pendukung hutan lindung akan terganggu. Hutan lindung ialah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan pokok Suatu kumpulan pepohonan dianggap hutan jika mampu menciptakan iklim dan kondisi lingkungan yang khas setempat, yang berbeda

(4)

daripada daerah di luarnya. Kebakaran hutan dan ilegalloging merupakan salah satu bentuk ganguan yang sering terjadi.

Dampak negatif yang terjadi atau yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan menurunnya keanekaragaman hayati, merosotnya nilai ekonomi hutan dan produktifitas tanah, perubahan iklim mikro maupun global dan asapnya menganggu kesehatan masyarakat serta menganggu transportasi baik laut, udara, darat dan sungai. Gangguan asap karena kebakaran hutan di Indonesia akhir-akhir ini telah meluas penjuru Indonesia bahkan batas Negara. Hutan merupakan suatu masyarakat tumbuh-tumbuhan dan hewan yang hidup dalam lapisan dan permukaan tanah, yang terletak pada suatu kawasan dan membentuk suatu ekosistem yang dalam keseimbangan dinamis, Rafiola ( 2014:1).

Pohon tidak dapat dipisahkan dari hutan, karena pepohonan adalah vegetasi utama penyusun hutan tersebut. Selama pertumbuhannya pohon melewati berbagai tingkat kehidupan sehubungan dengan ukuran tinggi dan diameternya, iklim, tanah dan air menentukan jenis tumbuhan dan hewan yang dapat hidup di dalam hutan tersebut. Berbagai kehidupan dan lingkungan tempat hidup, bersama-sama membentuk ekosistem hutan. Suatu ekosistem terdiri dari semua yang hidup (biotik) dan tidak hidup (abiotik) pada daerah tertentu dan terjadi hubungan didalamnya. Hutan merupakan suatu masyarakat tumbuh-tumbuhan dan hewan yang hidup dalam lapisan dan permukaan tanah, yang terletak pada suatu kawasan dan membentuk suatu ekosistem yang berada dalam keadaan keseimbangan dinamis. Hutan lindung yang ada pada di Gunung Talamu 72.132,11 (Sumber : Peta Kawasan Hutan SK. 35/Menhut-II/2013, 15 Januari 2013). Kecamatan Talamau merupakan salah satu daerah bagian timur Kabupaten Pasaman Barat dengan luas wilayah sekitar 324,24 km atau 8,34 persen dari luas keseluruhan wilayah Kabupaten Pasaman Barat. Luas ini

merupakan peringkat ke-4 terkecil setelah Kecamatan Sasak Ranah Pasisie, Luhak Nan Duo dan Lembah Melintang. Secara administratif Kecamatan Talamau terdiri dari 3 nagari (Kajai, Talu, dan Sinuruik) dan 20 jorong, dengan batas wilayah administratif dibagian utara dan timur berbatasan langsung dengan Kabupaten Pasaman, selatan dengan Kecamatan Pasaman, sedangkan bagian Barat berbatasan dengan Kecamatan Gunung Tuleh. Berdasarkan hasil observasi awal pada tanggal 25 Februari 2015, Nagari Kajai merupakan salah satu nagari yang berada di bagian timur dari pusat pemerintahan Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat. Luas wilayahnya sekitar 13 ribu hektar dengan jumlah penduduk kurang lebih 11 ribu jiwa dengan luas areal pertanian mencapai 9.702 hektar. Ekonomi masyarakatnya terfokus dengan hasil pertanian seperti; jagung, ubi-ubian, kedelai, kol, kentang, cabe, sayur-sayuran, buah-buahan dan padi. Berdasarkan latar belakang masalah di atas yang telah dikemukakan maka hal yang menjadi fokus penelitian disini adalah Persepsi Masyarakat Dalam Pengelolaan Hutan Lindung dikawasan Gunung Talamau Kec.Talamau Kab. Pasaman Barat.

METODOLOGI PENELITIAN

Sesuai dengan pembahasan masalah, perumusan dan tujuan penelitian seperti yang telah dijelaskan pada bab terdahulu, maka penelitian ini tergolong bersifat kualitatif, yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti Penelitian kualitatif sebagai metode penelitian ilmu-ilmu sosial yang mengumpulkan dan menganalisis data berupa kata-kata (lisan maupun tulisan) dan perbuatan-perbuatan manusia serta peneliti tidak berusaha menghitung atau

(5)

mengkuantifikasikan data kualitatif yang telah diperoleh dan dengan demikian tidak menganalisis angka-angka, Afrizal (2014:13). Teknik penentuan informan adalah secara purposive sampling yaitu menentukan sampel dengan pertimbangan tertentu yang dipandang dapat memberikan data secara maksimal, (Arikunto dalam Afrilini 2013:13).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertama, Pengetahuan Masyarakat Dalam Pengelolaan Hutan Lindung

Hasil penelitian menunjukan bahwa pengetahuan masyarakat tentang hutan lindung ada yang tau dan ada juga yang belum tau atau bisa dikatakan pengetahuan masyarakat itu masih rendah.

Hal ini dibuktikan masih banyak masyarakat yang melakukan penebangan maupun perambahan. Cuma karena masalah ekonomi juga dan lahan untuk bercocok tanam itu sedikit, dan masyarakat yang melekukan penebangan itu dan hasil kayu yang diperoleh bisa dijual untuk menambah penghasilannya. Sesuai dengan pendapat Arief (2007:4) Pengetahuan adalah pembentukan pemikiran asosiatif yang menghubungkan atau menjalin sebuah pikiran dengan kenyataan atau dengan pikiran lain berdasarkan pengalaman yang berulang-ulang tanpa pemahaman mengenai kausalitas (sebab- akibat) yang hakiki dan universal. Dalam kamus filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan (knowledge) adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri. Dalam peristiwa ini yang mengetahui (subjek) memiliki yang diketahui (objek) di dalam dirinya sendiri sedemikian aktif sehingga yang mengetahui itu menyusun apa yang diketahui pada dirinya sendiri dalam kesatuan aktif. Dari pendapat yang

dikemukakan diatas dapat diketahui bahwa pengetahuan masyarakat tentang hutan lindung sangat kurang atau pengetahuannya masih rendah. Hal ini dibuktikan dengan masih banyak masyarakat yang melakukan penebangan maupun perambahan hutan hanya dengan tujuan mencari keuntungan sesaat dan tidak memikirkan dampak yang terjadi akibat dari kegiatan yang mereka lakukan.

Kedua, Kebijakan Pemerintah Dalam Pengelolaan Hutan Lindung

Dari hasil penelitian bahwa kebijakan pemerintah sangat kurang sekali contohnya saja dengan masalah sosialisasi banyak masyarakat menyatakan dari pihak pemerintah maupun dari dinas tidak pernah melakukan sosialisasi dan turun kelapangan untuk melihat kondisi yang ada, seharusnya pemerintah harus lebih eksta lagi dalam pengelolaan hutan lindung. Karena menurut masyarakat perlu adanya peningkatan kearah yang lebih baik lagi dalam masalah kebijakan dari pemerintah, tetapi dalam masalah pengelolaan hutan lindung ini, pemerintah kesusahan dalam mengawasinya karena hutan yang dujaga begitu luas dan personil polisi kehutanan yang ada sedikit. Sesuai dengan pendapat Suharto (2011:3) Kebijakan (policy) adalah sebuah instrumen pemerintahan, bukan saja dalam arti goverment yang hanya menyangkut aparatur negara, melainkan pula governance yang menyentuh pengelolaan sumber daya publik. Kebijakan pada intinya merupakan keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan tindakan secara langsung mengatur pengelolaan dan pendistribusian sumber daya alam, finansial dan manusia demi kepentingan publik, yakni rakyat banyak, penduduk, masyarakat atau warga negara. Kebijakan merupakan hasil dari adanya sinergi, kompromi atau bahkan kompetisi antara

(6)

berbagai gagasan, teori, ideologi, dan kepentingan-kepeentingan yang mewakili sistem politik suatu negara. Dari pendapat diatas dapat diketahui bahwa kebijakan pemerintah dalam pengelolaan hutan lindung yang dirasakan masyarakat sangat kurang sekali dan kurang tegas karena pemerintah maupun dinas tidak pernah melakukan sosialisasi maupun himbauan kepada masyarakat tentang hutan lindung.

Dan pelaku-pelaku yang melakukan penebangan hutan hanya dibiarkan begitu saja, jadi mereka dapat dengan leluasanya melakukan penebangan hutan. Hutan lindung sangat begitu manfaatnya salah satunya untuk menyegarkan udara apa bila hutan ditebang terus menerus maka banyak dampak yang akan terjadi salah satu contoh akan terjadi lonsor.

Ketiga, Peran Masyarakat Dalam Pengelolaan Hutan Lindung

Dari hasil penelitian menunjukan bahwa peran pemerintah yang dirasakan masyarakat pada saat ini kurang memuaskan, kurang tegas. Yang masyarakat inginkan adalah peran pemerintah itu harus tegas lagi untuk hutan lindung supaya terjaga. Dapat dilihat pada saat ini masih banyak yang melakukan penebangan dan banyak pada saat ini daerah yang rawan lonsor. Hunt (2009:118) Peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang mempunyai suatu status. Dari pendapat yang dikemukan maka dapat diketahui bahwa peran pemerintah dalam masalah hutan lindung yang dirasakan masyarakat kurang memuaskan, yang masyarakat inginkan adalah peran pemerintah harusnya berandil besar tidak hanya masyarakat saja yang harus menjaganya.

Apabila pemerintah tegas maka pelaku- pelaku yang melakukan ilegalloging tersebut tidak mau lagi melakukannya.

KESIMPULAN DAN SARAN A.KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana yang telah

dikemukakan pada bab selanjutnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pengetahuan masyarakat tentang hutan lindung sebenarnya masyarakat ada yang tau ada juga yang belum tau, masyarakat mengaku bahwa pemerintah maupun dari dinas yang terkait belum pernah melakukan sosialisasi tentang hutan lindung. Dan masih banyak yang melakukan penebangan secara ilegal itu dikarenakan salah satu penyebabnya faktor ekonomi, lahan untuk berladang sudah tidak ada.

2. Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah pada saat ini adalah memberikan bibit kepada masyarakat untuk dikelolanya dan dengan memberikan program kegiatan yang kini yang secara PHBM (pengelolaan hutan berbasis masyarakat ), HKM (hutan kemasyarakatan).

3. Peran pemerintah yang dirasakan masyarakat kurang, kurang pengawasan contohnya saja masih ada yang menebang hutan maupun yang merambah hutan di tepi-jalan dan mengakibatkan banyak terjadi bencana.

B. SARAN

Dari hasil penelitian diatas, maka penulis memberikan saran serta masukan kepada masyarakat maupun pemerintah tentang pengelolan hutan lindung dikawasan Gunung Talamau Kec.Talamau Kab.Pasaman Barat sebagai berikut agar :

a. Diharapkan kepada masyarakat seharunya menyadari akan dampak yang terjadi apabila menebang hutan tersebut, dan melaporkan kepada pihak yang berwajib atau dinas yang terkait apabila melihat ada yang melakukan penebangan ilegal.

b. Pemerintah seharusnya lebih peka lagi dalam masalah pengelolaan hutan lindung, memberikan sosialilasasi kepada masyarakat, dan memberikan tindakan atau sangki yang tegas kepada orang-orang yang

(7)

melakukan penebangan ilegal tersebut.

c. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat menjadi bahan acuan yang dapat menjadi penyempurna dari skripsi ini.

DAFTAR PUSTAKA

Adelinawati Riri, 2014. Studi Tentang Kerusakan Hutan Di Kanagarian Koto Nan Tigo Utara Surantih Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan. Skripsi tidak diterbitkan.Padang :STKIP PGRI SUMBAR.

Afrizal,2014.Metode Penelitian Kualitatif,Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: Rineka Cipta.

Hermon Dedi,2010, Geografi

Lingkungan,Padang:UNP Press Padang

Hunt,2009. Sosiologi.Jakarta: PT ERLANGGGA.

Indriyanto.2006. Ekologi Hutan. Jakarta:

PT Bumi Aksara.

Rafiola.2014.Partisipasi Masyarakat Tentang Fungsi Hutan di Kanagarian Sungai Betung Kecamatan Kamang Kabupaten Sijunjung.Skripsi tidak

diterbitkan.Padang :STKIP PGRI SUMBAR.

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas Sampel Kelas Sampel ̅ S Eksperimen 77,51 11,53 97 52 Kontrol 71,78 15,50 100 41 Sesuai dengan hipotesis dalam