UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
“VETERAN” JAWA TIMUR FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
LAPORAN PRAKTIKUM GETARAN MEKANIK
Disusun oleh:
Kelompok B4
Adonnis Gerry Pratama 21036010068
Semester Ganjil 2023/2024
Penyayang, saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang tidak henti-hentinya melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan yang berjudul Getaran Mekanik.
Rasa terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Ahmad Khairul Faizin S.T., M.Sc selaku dosen mata kuliah Getaran Mekanik, teman-teman yang membantu, dan pihak lain.
Laporan ini berisi tentang Praktikum getaran Mekanik yang dibuat berdasarkan hasil praktikum. Semoga laporan ini bisa menambah pengetahuan dan pengalaman para pembaca.
Selayaknya kalimat yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna.
Saya menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan Laporan ini. Maka dari itu saya mengharapkan saran serta masuk an dari para pembaca sekalian. Semoga apapun yang tertuang dalam Laporan ini dapat bermanfaat kepada siapapun yang membacanya.
Surabaya, 13 November 2023
Adonnis Gerry P
i JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR GAMBAR ... iii
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... vi
DAFTAR NOTASI ... vii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 2
1.3 Tujuan ... 2
1.4 Manfaat ... 3
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Jenis Getaran ... 4
2.2 Jenis-jenis Redaman ... 9
2.3 Pengaplikasian Getaran ... 11
2.4 Alat Pengukur Getaran ... 12
2.5 Viscous Damping Theory ... 13
2.6 Free Vibration With Coulomb Damping ... 19
2.7 Natural Frequency ... 21
2.8 Rubber ... 21
2.9 Half Band Power ... 22
2.10 Bandwidth ... 22
2.11 Damping Ratio ... 23
ii
3.1 Lokasi Praktikum ... 24
3.2 Kondisi Pengujian ... 24
3.3 Proses Pengumpulan Data ... 24
3.3.1 Persiapan dan Set Up Alat ... 24
3.3.2 Pengambilan Data ... 25
3.4 Flow chart ... 26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Grafik ... 27
4.1.1 Rubber 1 ... 27
4.1.2 Rubber 2 ... 30
4.1.3 Rubber 3 ... 32
4.2 Hasil Data ... 34
4.3 Pengolahan Data dan Analisis Data ... 34
4.4 Pembahasan ... 35
BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan ... 37
5.2 Saran ... 37
DAFTAR PUSTAKA ... 38
LAMPIRAN ... 40
iii
Gambar 2.1 Getaran Bebas ...4
Gambar 2.2 Getaran Bebas Tanpa Redaman ...5
Gambar 2.3 Getaran Bebas Redaman ...6
Gambar 2.4 Getaran Bebas Dengan Redaman ...7
Gambar 2.5 Viscous Dumping ...9
Gambar 2.6 Coulomb Dumping ...10
Gambar 2.7 Solid Dumping ...10
Gambar 2.8 Suspension ...11
Gambar 2.9 Bridge ...11
Gambar 2.10 Viscous Damping Vibration ...15
Gambar 2.11 Viscous Damping Vibration ...16
Gambar 2.12 Undamped Response ...17
Gambar 2.13 Overdamped Response ...17
Gambar 2.14 Critically Damped Response ...18
Gambar 2.15 Underdamped Response ...19
Gambar 2.16 Spring-mass system with Coulomb damping ...20
Gambar 2.17 Motion of the mass with Coulomb damping ...21
Gambar 3.1 Skema Alat Pengujian ...24
Gambar 3.2 Diagram Alir Praktikum ...26
Gambar 4.1 Data mentah A ...27
Gambar 4.2 Metode Fourier A ...28
Gambar 4.3 Natural frequency A ...29
Gambar 4.4 Data Bandwidth A ...29
Gambar 4.5 Data mentah B ...30
Gamabar 4.6 Metode Fourier B ...30
Gambar 4.7 Natural frequency B ...31
iv
Gambar 4.10 Metode Fourier C ...33 Gambar 4.11 Natural frequency C ...33 Gambar 4.12 Data Bandwidth C ...34
v
Tabel 3.1 Hasil Pengambilan Data ...25 Tabel 4.1 Hasil Data ...34 Tabel 4.2 Hasil Perhitungan ...36
vi
Lampiran 1 Fan dan Rubber ...40 Lampiran 2 Pengambilan Data ...40
vii b coefficient of viscous damping E energy dissipated per cycle 𝑓 restoring force
ℎ coefficient of hysteretic damping k stiffness
m mass
𝑛 magnification factor R amplitude
T = Periode gelombang (s) t = Waktu (s)
N = Jumlah gelombang
f = Frekuensi gelombang (Hz) ζ = Rasio Peredaman
fn = Frekuensi natural (Hz) f1 = Frekuensi tertinggi (Hz) f2 = Frekuensi terendah (Hz) ωd = Frekuensi redaman (Hz) ωn = Frekuensi natural (Hz) c = Actual Damping
𝑐
𝑐=
Critical Damping g = Gravitasi (9,8 m/s2)BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Getaran mekanik dapat didefinisikan sebagai gerak osilasi dari sistem mekanik di sekitar titik atau posisi seimbang. Getaran terjadi karena adanya gaya eksitasi.
Hampir semua mesin yang bergerak akan bergetar meskipun mungkin intensitasnya sangat kecil. Karena secara praktis tidak mungkin menghilangkan eksitasi getaran sama sekali. Eksitasi dapat terjadi karena adanya ketidakseimbangan pada mesin itu sendiri atau dari sumber di luar mesin. Pada banyak hal biasanya terjadinya getaran sangat tidak diinginkan karena getaran dapat mengganggu kenyamanan, menimbulkan ketidak presisian atau menurunkan kualitas kerja mesin-mesin perkakas. Bahkan getaran juga dapat merusak konstruksi mesin. Untuk itu banyak upaya dilakukan untuk meredam getaran. Meredam getaran pada dasarnya dapat dilakukan dengan meminimalkan gaya gaya eksitasi akan tetapi juga dapat dilakukan dengan memasang sistem peredam. Tulisan ini membahas bagaimana getaran yang terjadi karena gaya-gaya tersebut dapat diredam tanpa mengubah besarnya gaya eksitasi yang diberikan. Getaran yang dibahas dimodelkan sebagai sistem massa diskret dan dinyatakan sebagai persamaan gerak (simpangan) dari massa tersebut. Untuk itu meredam getaran berarti menurunkan simpangan massa yang terjadi.(Dewanto et al., 2000)
Getaran dianggap menjadi salah satu masalah terpenting dalam teknik mesin.
Resonansi dapat menimbulkan kondisi osilasi yang signifikan sehingga menyebabkan kerusakan struktur. Pergerakan maksimal yang dihasilkan oleh resonansi menyebabkan elemen atau material tersebut menahan beban yang kuat sehingga dapat menimbulkan kelelahan pada elemen atau material tersebut. Akibat dari kelelahan ini akan mengurangi umur sistem. (Yuspian dan Abd. Kadir, 2023)
Hal yang melatarbelakangi dilakukannya praktikum mengenai getaran teredam ini adalah adanya suatu gejala fisis yang terdapat di suatu sistem mekanis yaitu getaran. Secara sederhana, getaran dapat diartikan sebagai peristiwa gerakan bolak- balik dari suatu benda di sekitar titik kesetimbangannya. Getaran secara nyata tidak
akan berlangsung selamanya di suatu sistem mekanis. Hal ini disebabkan adanya gaya yang menghambat terjadinya getaran tersebut sehingga getaran akan teredam dan berhenti pada waktu tertentu. Fenomena getaran teredam ini biasa muncul dalam kehidupan sehari-hari sebagai gaya pemulih. Oleh karena itu, dilakukanlah praktikum ini untuk mengetahui jenis redaman yang terjadi dan faktor-faktor yang mempengaruhi redaman tersebut. Getaran merupakan gerakan periodik. dimana Gerakan sebuah objek terjadi secara berulang-ulang dan objek tersebut kembali ke posisi awal setelah beberapa waktu. (Fauzan et al., 2016)
Secara teoritis, undamped free vibration akan bertahan selamanya,. Namun ini tidak terjadi dalam praktik dimana setiap free vibration diharapkan menghilang dan meredam seiring berjalannya waktu. Redaman bisa dari berbagai jenis seperti viscous damping, Dry Damping, dan Hysteretic Damping. Pada praktikum ini akan dilakukan eksperimen undamped free vibration dan damped free vibration pada model getaran dari axial fan dengan jenis peredaman hysteresis memanfaatkan kemampuan absorbsi energi redaman oleh rubber.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana bentuk fenomena getaran mekanik dengan model getaran dari axial fan
2. Bagaimana cara mengukur rasio redaman dengan metode half band power pada sinyal respon akselerasi system axial fan
3. Bagaimana cara mengetahui karakteristik redaman system oleh tiga jenis rubber dengan acuan nilai zeta
1.3 Tujuan
1. Mempelajari fenomena getaran mekanik secara experimental dengan model getaran dari axial fan
2. Mengukur rasio redaman, zeta (𝜁) dengan metode half band power pada sinyal respon akselerasi system axial fan
3. Mengetahui karakteristik redaman system oleh tiga jenis rubber dengan acuan nilai zeta (𝜁)
1.4 Manfaat
1. Praktikan mampu mengetahui fenomena getaran mekanik secara experimental dengan model getaran dari axial fan
2. Praktikan diharapkan dapat mengukur rasio redaman, zeta (𝜁) dengan metode half band power pada sinyal respon akselerasi system axial fan 3. Praktikan diharapkan mampu memahami karakteristik redaman system oleh
tiga jenis rubber dengan acuan nilai zeta (𝜁)
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Jenis Getaran
Ada dua jenis getaran yang umum diantaranya yaitu getaran bebas dan getaran paksa. Getaran bebas terjadi bila sistem mekanis dimulai denhgan adanaya gaya awal, lalu dibiarkan bergetar secara bebas, sedangkan getaran paksa terjadi bila gaya bolak-balik atau gerakan diterapkan pada sistem mekanis.
1. Getaran Bebas
Getaran bebas terjadi jika sistem berosilasi karena bekerjanya gaya yang ada dalam sistem itu sendiri (inherent) dan jika ada gaya luas yang bekerja.
Sistem yang bergetar bebas akan bergerak pada satu atau lebih frekuensi naturalnya, yang merupakan sifat sistem dinamika yang dibentuk oleh distribusi massa dan kekuatannya. Semua sistem yang memiliki massa dan elastisitas dapat mengalami getaran bebas atau gerakan yang terjadi tanpa rangsangan luar.(Louroza, Roitman and Magluta, 2005)
Gambar 2.1 Getaran Bebas Perioda natural osilasi dibentuk dari
𝜔𝑛𝑇 = 2𝜋, atau 𝜔𝑛 = √𝑘
𝑚
𝑇 = 2𝜋 1 𝜔𝑛 𝑇 = 2𝜋 1
√ 𝑘𝑚
𝑇 = 2𝜋√𝑚 𝑘
dan frekuensi natural sistem satu derajat kebebasan ditentukan oleh penyimpangan statik ∆. Getaran bebas dibagi dengan getaran bebas tanpa redaman dan getaran bebas dengan redaman.
a. Getaran Bebas tanpa Redaman
Getaran bebas terjadi akibat adanya gaya yang bekerja dalam sistem itu sendiri dan mengakibatkan berisolasi serta tidak ada gaya luar yang bekerja. Model getaran bebas tanpa redaman seperti pada gambar 2.11
Gambar 2.2 Getaran Bebas Tanpa Redaman
Semua sistem yang memiliki massa dan elastisitas dapat mengalami getaran bebas atau getaran yang terjadi tanpa rangsangan luar. Hokum Newton kedua adalah dasar pertama untuk meneliti gerak sistem.Seperti yang ditunjukkan gambar dibawah, perubahan bentuk pegas pada posisi kesetimbangan static adalah ∆ dan gaya pegas k∆ adalah sama dengan gaya gravitasi w yang beerja pada massa m
𝑘∆= 𝑤 = 𝑚. 𝑔
dengan mengukur simpangan x dari kesetimbangan static, maka gaya- gaya yang bekerja pada m adalah k(A+x) dan w dengan x dipilih positif dalam arah kebawah semua besaran berupa gaya, kecepatan, dan percepatan juga positif dalam arah ke bawah. Dimana hokum kedua untuk gerak diterapkan pada massa m sebagai berikut.
Gambar 2.3 Getaran Bebas Redaman
dari getaran yang terjadi untuk diingat suatu prinsip D’Alembert yaitu suatu sistem dinamik dapat diseimbangkan secara static dengan menambahkan gaya khayal yang disebut sebagai gaya inersia yang besarnya sama dengan massa dikali percepatan dengan arah melawan arah percepatan.(Bishop, 2017)
b. Getaran Bebas Dengan Redaman
Sistem yang bergetar mengalami redaman sampai derajat tertentu karena energi didisipasi oleh gesekan dan tahanan lain. Jika redaman itu kecil, maka pengaruhnya sangat kecil pada frekuensi natural sistem dan hitungan frekuensi natural biasanya dilaksanakan atas dasar tidak ada redaman. Redaman sangat penting untuk membatasi amplitudo osilasi waktu resonasi.
Gambar 2.4 Getaran Bebas Dengan Redaman
Koordinat bebas (independent coordinates) diperlukan untuk menetapkan susunan atau posisi sistem pada setiap saat, yang berhubungan dengan jumlah derajat kebebasan (degree of freedom).
Derajat kebebasan (degree of fredom) adalah jumlah koordinat independen yang dibutuhkan untuk menentukan posisi atau gerak secara lengkap bagian dari sistem.(Angeles, 2001)
Bila peredaman diperhitungkan, berarti gaya peredam juga berlaku pada massa selain gaya yang disebabkan oleh peregangan pegas.Bila bergerak dalam fluida benda akan mendapatkan peredaman karena kekentalan fluida. Gaya akibat kekentalan ini sebanding dengan kecepatan benda. Konstanta akibat kekentalan (viskositas) c ini dinamakan koefisien peredam, dengan satuan N s/m (SI)
𝐹𝑑 = −𝑐𝑣 = −𝑐𝑥̇ = −𝑐𝑑𝑥 𝑑𝑡
Dengan menjumlahkan semua gaya yang berlaku pada benda kita mendapatkan persamaan.
𝑚𝑥̈ + 𝑐𝑥̇ + 𝑘𝑥̇ = 0
Solusi persamaan ini tergantung pada besarnya redaman. Bila redaman cukup kecil, sistem masih akan bergetar, namun pada akhirnya akan berhenti. Keadaan ini disebut kurang redam, dan merupakan kasus yang paling mendapatkan perhatian dalam analisis vibrasi. Bila peredaman diperbesar sehingga mencapai titik saat sistem tidak lagi berosilasi, kita
mencapai titik redaman kritis. Bila peredaman ditambahkan melewati titik kritis ini sistem disebut dalam keadaan lewat redam.
Nilai koefisien redaman yang diperlukan untuk mencapai titik redaman kritis pada model massa-pegas peredam adalah:
𝑐𝑐 = 2√𝑘𝑚
Untuk mengkarakterisasi jumlah peredaman dalam sistem digunakan nisbah yang dinamakan nisbah redaman. Nisbah ini adalah perbandingan antara peredaman sebenarnya terhadap jumlah peredaman yang diperlukan untuk mencapai titik redaman kritis. Rumus untuk nisbah redaman (𝜁) adalah :
𝜁 = 𝑐 2√𝑘𝑚
Sebagai contoh struktur logam akan memiliki nisbah redaman lebih kecil dari 0,05,sedangkan suspensi otomotif akan berada pada selang 0,2-0,3. Solusi sistem kurang redam pada model massa-pegas-peredam adalah :
𝑥(𝑡) = 𝑋𝑒𝜁𝜔𝑛𝑡 cos (√1 − 𝜁2𝜔𝑛𝑡 − ∅. 𝜔𝑛 = 2𝜋𝑓𝑛
Nilai X, amplitudo awal, dan , ingsutan fase, ditentukan oleh panjang regangan pegas. Dari solusi tersebut perlu diperhatikan dua hal: faktor eksponensial dan fungsi cosinus. Faktor eksponensial menentukan seberapa cepat sistem teredam, semakin besar redaman, semakin cepat sistem teredam ke titik nol. Fungsi kosinus melambangkan osilasi sistem, namun frekuensi osilasi berbeda daripada kasus tidak teredam.
Frekuensi dalam hal ini disebut "frekuensi alamiah teredam", fd, dan terhubung dengan frekuensi alamiah takredam lewat rumus berikut.
𝑓𝑑 = √1 − 𝜁2𝑓𝑛
Frekuensi alamiah teredam lebih kecil daripada frekuensi alamiah takredam, namununtuk banyak kasus praktis nisbah redaman relatif kecil, dan karenanya perbedaan tersebut dapat diabaikan. Karena itu deskripsi teredam dan takredam kerap kali tidak disebutkan ketika menyatakan frekuensi alamiah.(Aulia et al., 2018)
c. Getaran Paksa
Getaran paksa adalah getaran yang terjadi karena rangsangan gaya luar, jika rangsangan tersebut berosilasi maka sistem dipaksa untuk bergetar pada frekuensi rangsangan, jika frekuensi rangsangan sama dengan salah satu frekuensi natural sistem, maka akan dapat keadaan resonansi dan osilasi besar yang berbahaya mungkin terjadi. Kerusakan pada struktur besar seperti jembatan, gedung ataupun sayap pesawat terbang merupakan kejadian menakutkan yang disebabkan oleh resonansi. Jadi perhitungan frekuensi natural merupakan hal yang utama. (Tanjung et al., 2021)
2.2 Jenis-jenis Redaman
Redaman adalah sistem yang bergetar (osilasi) secara bebas akan mengalami penurunan amplitude getaran atau gerakan untuk melawan sustu sistem yang bergetar (menurunkan) amplitude getaran suatu sistem). Ada beberapa jenis redaman sebagai berikut:
1. Redaman Viskos
Merupakan jenis redaman mekanik dimana energy diserap melalui sejumlah fluida cair. Fluida yang biasa digunakan adalah oli. Fluida tersebut diletakkan pada sebuah tabung yang berhubungan dengan batang yang akan diterima.(Huang et al., 2020)
Gambar 2.5 Viscous Dumping
2. Redaman Coulomb
Gaya redaman memiliki besaran konstan tetapi arahnya berlawanan dengan getaran bodi. Hal ini disebabkan karena gesekan antara permukaan rubbing baik permukaannya sama-sama kering atau dengan yang salah satunya memiliki cukup pelumasan. Coulomb redaman adalah mekanisme redaman umum yang terjadi pada mesin.
Gambar 2.6 Coulomb Dumping 3. Redaman Struktur
Merupakan redaman yang terdapat pada struktur dari sebuah benda.Setiap benda memiliki redaman struktur tergantung pada kekakuan struktur tersebut. Apabila sebuah sistem tidak memiliki redaman struktur, maka sistem akan bergerak secara continue selama-lamanya.
Gambar 2.7 Solid Dumping
2.3 Pengaplikasian Getaran
Berikut contoh-contoh pengaplikasian getaran diantaranya:
1. Suspensi Kendaran
Susunan komponennya per spiral, katup dan oli khusus untuk peredam
Gambar 2.8 Suspension 2. Jembatan
Perencanaan dan perhitungan getaran pada jembatan sangat penting, oleh karena itu dalam rancang bangun jembatan perlunya suatu perhitungan yang mendalam sehingga tidak terjadi suatu musibah seperti pada gambar.
Gambar 2.9 Bridge
Frekuensi pribadi jembatan sama dengan frekuensi angin sehingga terjadi resonansi secara terus-menerus dan merubuhkan jembatan.
3. Timbangan/Neraca
Alat yang digunakan melakukan pengukuran massa suatu benda
2.4 Alat Pengukur Getaran
Ada beberapa alat standard yang bisanya digunakan dalam suatu pengukuran getaran antara lain:
1. Vibration Meter
Vibration meter biasanya bentuknya kecil dan ringan sehingga mudah dibawa dan dioperasikan dengan battery serta dapat mengambil data getaran pada suatu mesin dengan cepat. Pada umumnya terdiri dari sebuah probe, kabel dan meter untuk menampilkan harga getaran. Alat ini juga dilengkapi dengan switch selector untuk memilih parameter getaran yang akan diukur.
Vibration meter ini hanya membaca harga overall (besarnya level getaran) tanpa memberikan informasi mengenai frekuensi dari getaran tersebut.
Pemakaian alat ini cukup mudah sehingga tidak diperlukan seorang operator yang harus ahli dalam bidang getaran. Pada umumnya alat ini digunakan untuk memonitor “trend getaran” dari suatu mesin. Jika trend getaran suatu mesin menunjukkan kenaikan melebihi level getaran yang diperbolehkan, maka akan dilakukan analisa lebih lanjut dengan menggunakan alat yang lebih lengkap
2. Shock Pulse Meter
Shock pulse meter adalah alat yang khusus untuk memonitoring kondisi antifriction bearing yang biasanya sulit dideteksi dengan metode analisa getaran yang konvensional. Prinsip kerja dari shock pulse meter ini adalah mengukur gelombang kejut akibat terjadi gaya impact pada suatu benda, intensitas gelombang kejut itulah yang mengindikasikan besarnya kerusakan dari bearing tersebut. Pada sistem SPM ini biasanya memakai tranduser piezo-electric yang telah dibuat sedemikian rupa sehingga mempunyai frekuensi resonansi sekitar 32 KHz. Dengan menggunakan probe tersebut maka SPM ini dapat mengurangi pengaruh getaran terhadap pengukuran besarnya impact yang terjadi.
3. Vibration Analyzer
Alat ini mempunyai kemampuan untuk mengukur amplitude dan frekuensi getaran yang akan dianalisa. Karena sebuah mesin biasanya mempunyai lebih dari satu frekuensi getaran yang akan ditimbulkan, frekuensi getaran
yang timbul tersebut akan sesuai dengan kerusakan yang terjadi pada mesin tersebut. Alat ini biasanya dilengkapi dengan meter untuk membaca amplitudo getaran yang biasanya juga menyediakan beberapa pilihan skala 4. Oscilokop
Osciloskop adalah salah satu peralatan yang berguna untuk melengkapi data getaran yang akan dianalisa. Sebuah osciloskop dapat memberikan sebuah informasi mengenai bentuk gelombang dari getaran suatu mesin. Osiloskop juga dapat memberikan informasi tambahan yaitu: untuk mengevaluasi data yang diperoleh dari tranduser non-contact (proximitor).
2.5 Viscous Damping Theory
Getaran adalah gerak osilasi suatu bendaatau sistem dinamis pada posisi setimbang. Gerakan osilasi ini dapat bersifat periodik atau nonperiodik dan sementara. Agar getaran dapat terjadi, ada dua elemen yang penting elemen massa atau inersia yang menyimpan kinetika energi dan elemen pegas atau elastis yang menyimpan energi potensial. Elemen pegas menyediakan memulihkan kekuatan yang terus-menerus menarik massa menuju posisi keseimbangannya, dan dengan demikian menyebabkan osilasi massa. Selama getaran, energi potensial dan energi kinetik diubah satu sama lain saat mereka disimpan dan dilepaskan kedua elemen tersebut masing-masing. Getaran suatu sistem dimulai ketika energi ada diberikan padanya. Getaran bebas terjadi ketika berada di luar rangsangan tidak ada, tetapi energi kinetik atau potensial energi awalnya hadir dalam sistem. Getaran bebas pada banyak sistem merupakan gerak harmonik periode atau frekuensi alami yang melekat bergantung pada sifat inersia dan elastis. Getaran paksa terjadi dengan penerapan gaya eksternal pada sistem. Getaran paksa bisa saja terjadi periodik, nonperiodik, atau acak. Di bawah harmonik (sinusoidal) eksitasi, respon suatu sistem menjadi semakin besar jika frekuensi eksitasinya mendekati salah satu frekuensi alaminya sistem. Fenomena ini disebut resonansi. Pengendalian getaran resonansi merupakan salah satu isu penting dalam desain struktur dan mesin. Untuk sistem getar nyata apa pun, selalu ada disipasi energi dalam gerak, yang disebut redaman. Redaman terjadi akibat adanya gesekan antar benda bergerak, atau interaksi benda bergerak dengan lingkungan sekitarnya misalnya permukaan kasar, udara, cairan, dan medan elektromagnetik.(Angeles, 2001)
Redaman mengubah energi mekanik dalam sistem bergetar menjadi bentuk energi lain seperti panas dan energi akustik. Proses konversi energi ini masuk umum tidak dapat diubah. Kehadiran redaman menyebabkan amplitudo getaran bebas tertunda, dan menyebabkan pengurangan amplitudo getaran paksa. Selain itu, redaman dapat sengaja diterapkan untuk menekan getaran resonansi. Inersia, elastisitas, dan redaman merupakan sifat yang melekat pada sistem getar.
Getaran atau osilasi secara sederhana diartikan sebagai gerak bolak-balik di sekitar titik kesetimbangan. Satu getaran diartikan gerak dari posisi awal kembali ke awal lagi. Setiap gerak yang terjadi secara berulang-ulang dalam selang waktu yang sama disebut gerak periodik. Suatu benda yang mengalami gerak periodik selalu mempunyai posisi kesetimbangan yang stabil. Jika benda tersebut dijauhkan dari posisi ini dan dilepaskan akan timbul suatu gaya atau torsi untuk menarik kembali benda tersebut ke posisi setimbangnya. Akan tetapi pada saat benda tersebut mencapai posisi setimbangnya, benda tersebut telah memiliki energi kinetik, sehingga melampaui posisi tersebut, berhenti di suatu tempat pada sisi yang lain, untuk kemudian kembali ke posisi setimbangnya. Dalam getaran terdapat beberapa besaran yang dimiliki benda diantaranya yaitu Simpangan, Amplitudo, Frekuensi, Perode. Gerak bolak balik dikarenakan adanya gaya pemulih dari suatu benda yang arahnya menuju suatu titik setimbang yang besarnya sebanding dengan simpangan. Gaya pemulih arahnya selalu berlawanan dengan arah simpangan, maka dituliskan dalam persamaan sebagai berikut:
𝐹 = −𝑘∆𝑥 Dimana
k = konstanta gaya (N/m)
∆𝑥 = simpangan (m) F = gaya pemulih (N)
Pada kondisi nyata, gaya pemulih semakin lama semakin melemah karena adanya gaya gesek yang juga mendisipasikan energi. Gaya gesek akan mengakibatkan amplitude setiap osilasi secara pelan menurun terhadap waktu sehingga osilasi tidak berhenti sama sekali. Getaran semacam ini disebut getaran selaras teredam.
Redaman viskos adalah redaman yang sebanding dengan kecepatan sistem.
Artinya, semakin cepat massa bergerak, semakin besar pula gaya redaman yang menahan gerakan tersebut. Cairan seperti udara atau air menghasilkan gaya tarik kental. (Sulistyorini et al., 2022)
𝐹⃗𝑐 = c 𝑥̇⃗ …………(2.1) 𝑀⃗⃗⃗𝑐 = c 𝜃̇⃗ ..………(2.2)
Dimana c adalah konstanta redaman yang merupakan sifat fisik peredam (berdasarkan jenis fluida, ukuran piston, dll). Perhatikan bahwa satuan c berubah bergantung pada apakah gerak tersebut meredam linier (N-s/m) atau gerak rotasi (N-m s/rad)
Gambar 2.10 Viscous Damping Vibration
Ketika sistem diam pada posisi setimbang, peredam tidak menghasilkan gaya pada sistem (tidak ada kecepatan), sedangkan pegas dapat menghasilkan gaya pada sistem, seperti pada massa gantung yang ditunjukkan di atas. Ingatlah bahwa ini adalah posisi kesetimbangan, tetapi pegas tidak berada pada panjang tak teregang, karena massa statis menghasilkan perpanjangan pegas. (Phani and Woodhouse, 2009)
Gambar 2.11 Viscous Damping Vibration
Jika sistem terganggu (menerapkan perpindahan awal, atau kecepatan awal, atau keduanya), sistem akan cenderung kembali ke posisi setimbangnya. Bentuk gerak tersebut akan bergantung pada parameter sistem (m, c, dan k). Untuk menentukan persamaan gerak sistem, kita menggambar diagram benda bebas sistem dengan gangguan dan menerapkan hukum kedua Newton.
∑ 𝐹𝑥 = m𝑎𝑥 = m𝑎̈ ………(2.3) m𝑥̈ = c𝑥̇ = kx = 0 ………(2.4)
ζ (zeta) disebut rasio redaman. Ini adalah istilah tak berdimensi yang menunjukkan tingkat redaman, dan juga jenis gerakan sistem teredam.
ζ =
𝑐𝑐𝑐 ………….(2.5)
ζ =
𝑎𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙 𝑑𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔 𝑐𝑟𝑖𝑡𝑖𝑐𝑎𝑙 𝑑𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔Ada empat kasus dasar untuk rasio redaman. Untuk penyelesaian berikut pada masing-masing kasus, kita asumsikan bahwa perpindahan gangguan awal sistem adalah 𝑥𝑜 dan kecepatan gangguan awal sistem adalah 𝑣𝑜
a. ζ = 0: Undamped.
C = 0
sistem yang tidak teredam berosilasi pada posisi kesetimbangan secara terus menerus, kecuali ada gaya lain yang diterapkan.
Gambar 2.12 Undamped Response
b. ζ > 1: Overdamped.
𝑐2 > 4mk
Akarnya nyata dan negatif, tetapi tidak sama satu sama lain. Sistem dengan redaman berlebih bergerak perlahan menuju kesetimbangan tanpa berosilasi.
Gambar 2.13 Overdamped Response Solusi untuk sistem overdamped adalah:
𝑥𝑡 = 𝑎1e(−𝑐+ √𝑐2−4𝑚𝑘
2𝑚 )t + 𝑎2e(−𝑐+ √𝑐2−4𝑚𝑘
2𝑚 )t ……….(2.6)
Dimana 𝑎1 = −𝑣𝑜+ 𝑟2𝑥𝑜
𝑟2−𝑟1
𝑎2 = 𝑣𝑜+ 𝑟1𝑥𝑜
𝑟2−𝑟1
c. ζ = 1: Critically-damped.
𝑐2 = 4mk (𝑐𝑐2)
Sistem dengan redaman kritis akan memungkinkan kembalinya kesetimbangan dengan cepat tanpa osilasi.
Gambar 2.14 Critically Damped Response Solusi untuk sistem teredam kritis adalah:
x(t) = (A + Bt)𝑒−𝜔𝑛𝑡 ……….(2.7) d. ζ < 1: Underdamped.
𝒄𝟐 < 4mk
Sistem dengan redaman rendah berosilasi di sekitar titik kesetimbangan.
Berbeda dengan sistem tak teredam, amplitudo osilasi berkurang hingga sistem akhirnya berhenti bergerak pada posisi setimbang.
Gambar 2.15 Underdamped Response Solusi untuk sistem underdamped adalah:
x(t) = [𝑐1 sin (𝜔𝑑t) + 𝑐2 cos (𝜔𝑑t)]𝑒−𝜔𝑛𝜁𝑡 ……….(2.8)
2.6 Free Vibration With Coulomb Damping
Dalam banyak sistem mekanis, Coulomb atau peredam gesekan kering digunakan karena kesederhanaan dan kenyamanan mekanisnya. Selain itu, dalam struktur yang bergetar, setiap kali bagian-bagiannya bergeser relatif satu sama lain, redaman gesekan kering terjadi secara internal. Redaman Coulomb terjadi ketika suatu benda meluncur pada permukaan yang kering. Hukum gesekan kering Coulomb menyatakan bahwa, ketika dua benda saling bersentuhan, gaya yang diperlukan untuk menimbulkan gesekan sebanding dengan gaya normal yang bekerja pada bidang kontak. Oleh karena itu gaya gesekan F diberikan oleh
F = 𝜇𝑁 = 𝜇𝑊 = 𝜇𝑚𝑔 ………..(2.9)
dimana N adalah gaya normal, sama dengan berat massa (W = mg) dan merupakan koefisien gesekan geser atau kinetik. Nilai koefisien gesekan (𝜇) bergantung pada bahan yang bersentuhan dan kondisi permukaan yang bersentuhan. Misalnya 𝜇 ≅ 0,1 untuk logam pada logam (dilumasi), 0,3 untuk logam pada logam (tidak dilumasi), dan hampir 1,0 untuk karet pada logam. Gaya gesekan bekerja dalam arah yang berlawanan dengan arah kecepatan. Coulomb redaman kadang-kadang disebut redaman konstan, karena gaya redaman tidak bergantung pada perpindahan dan kecepatan; itu hanya bergantung pada gaya normal N antara permukaan geser.
(Rao, no date)
Ketika x positif dan dx/dt positif atau ketika x negatif dan dx/dt positif (yaitu, untuk setengah siklus di mana massa bergerak dari kiri ke kanan), persamaan gerak dapat diperoleh dengan menggunakan hukum Newton kedua
m𝑥̈ = −k𝑥 – 𝜇𝑁 ……….(2.10)
Ini adalah persamaan diferensial tak homogen orde dua. Dapat dilakukan dengan substitusi
𝑥(𝑡) = 𝐴1 cos 𝜔𝑛t + 𝐴2 sin 𝜔𝑛t − 𝜇𝑁
𝑘 ………..(2.11) dimana 𝜔𝑛 = √𝑘
𝑚 adalah frekuensi getaran A1 dan A2 dan merupakan konstanta yang nilainya bergantung pada kondisi awal setengah siklus ini.
Ketika x positif dan dx/dt negatif atau ketika x negatif dan dx/dt negatif (yaitu, untuk setengah siklus di mana massa bergerak dari kanan ke kiri)
−k𝑥 + 𝜇𝑁 = m𝑥̈ ……….(2.12)
Gambar 2.16 Spring-mass system with Coulomb damping
𝑥(𝑡) = 𝐴3 cos 𝜔𝑛t + 𝐴4 sin 𝜔𝑛t + 𝜇𝑁
𝑘 ………(2.13)
Dimana konstanta dapat dicari dari kondisi awal setengah siklus. 𝜇𝑁
𝑘 adalah konstan jika ditetapkan sebagai gaya statis.
Gambar 2.17 Motion of the mass with Coulomb damping
2.7 Natural Frequency
Natural frequency (frekuensi pribadi) adalah karakteristik benda padat yang memiliki massa/inersia dan kekakuan. Bila tanda tersebut digetarkan dengan gaya dinamis harmonis yang memiliki frekuensi yang sama dengan frekuensi pribadi benda tersebut, maka amplitudo getaran yang terjadi pada benda akan semakin besar (tidak teredam), sehingga akan mengakibatkan kegagalan struktur. Telah diketahui bahwa natural frequency merupakan sifat yang melekat pada suatu sistem getaran, dimana resonansi dapat terjadi bila frekuensi eksitasi sama dengan salah satu natural frequency. (Huzain, 2013)
2.8 Rubber
Rubber adalah bahan unik yang elastis dan kental. Oleh karena itu, komponen karet dapat berfungsi sebagai isolator guncangan dan getaran atau sebagai peredam. Sifat karet yang umumnya lembut namun menunjukkan tingkat redaman yang besar menjadikan bahan ini pilihan sempurna untuk digunakan dalam isolator getaran. Karet umumnya dipergunakan dalam industri manufaktur otomotif untuk berfungsi sebagai peredam getaran. Pada konstruksi bangunan rumah sederhana, karet alam juga dapat digunakan sebagai perangkat
peredam getaran, khususnya untuk meredam getaran akibat gempa. Karet alam yang memiliki modulus geser sebesar 0,55 MPa dan elongasi pada saat putus mencapai 500%, dapat diaplikasikan untuk menciptakan inovatif peredam gempa dari karet untuk bangunan rumah tinggal.(Wijaya etal., 2021).
2.9 Half Band Power
Metode Half Power Bandwidth berguna untuk menentukan koefisien redaman pada redaman padat dan koefisien redaman ekuivalen pada redaman padat dan slip pada berbagai material. Pendekatan setengah daya untuk memperkirakan redaman didasarkan pada pencarian bandwidth untuk setiap mode. Metode ini menggunakan bandwidth pada resonansi, yang diperoleh dari modulus respon, untuk memperkirakan redaman. Data (bandwidth) yang sama dapat diperoleh dari informasi sudut fase menggunakan modal lingkaran. (Charmichael, 2015)
2.10 Bandwidth
Bandwidth adalah rentang frekuensi kerja yang mengukur kemampuan sistem atau perangkat untuk mengatasi variasi frekuensi getaran. Dinyatakan sebagai perbandingan antara frekuensi getaran atas dan bawah dalam level yang dapat diterima, bandwidth memberikan gambaran seberapa baik suatu sistem merespon berbagai frekuensi. Pemahaman terhadap bandwidth penting karena memengaruhi kualitas, kecepatan transmisi, dan kinerja perangkat pada umumnya., sangat penting dalam menentukan kinerja dan efisiensi berbagai perangkat.
Kecepatan transfer data akan semakin tinggi apabila nilai bandwidth semakin besar.
Jadi, Bandwidth adalah nilai dalam satuan bit/second atau bit per second (bps) antara server dan client untuk mentransfer suatu data dalam waktu tertentu atau lebar cakupan frekuensi yang dipakai oleh signal dalam medium transmisi.
(Sonalitha, 2015).
2.11 Damping Ratio
Rasio redamana (ζ) adalah suatu nilai yang tidak berdimensi yang bergantung pada property fisik suatu sistem struktur (massa dan kekakuan) yaitu perbandingan antara konstanta redaman dengan konstanta redaman kristis.
𝜁 =𝑓2− 𝑓1 2𝑓𝑛 dimana:
ζ = is the damping ratio
f1 dan f2 = lower dan upper frequencies dari bandwidth fn = natural frequency dari system
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Lokasi Praktikum
Lokasi pelaksanaan praktikum Getaran Mekanik di Laboratorium Ergonomi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur yang diselenggarakan pada tanggal 6 November 2023 pukul 17.00−18.10 WIB.
3.2 Kondisi pengujian
Pengujian dilakukan menggunakan tiga jenis rubber yang memiliki ketebalan yang berbeda-beda dan alat yang digunakan adalah Axial Fan dengan spesifikasi sebagai berikut
Gambar 3.1 Skema Alat Pengujian
3.3 Proses Pengumpulan Data 3.3.1 Persiapan dan Set Up Alat
Persiapan Alat:
1. Mempersiapkan fan, rubber, dan smarthphone 2. Mendownload aplikasi Phyphox
3. Buka casing atau pelindung smartphone.
Set Up Alat:
1. Letakkan rubber di atas meja
2. Nyalakan kipas setelah di letakkan di atas rubber
3. Buka aplikasi Phyphox, pilih menu “Acceleration without g” setting menggunakan time run, input start delay sebesar 3s, experiment duration sebesar 20s, serta aktifkan start sound
4. Letakkan smartphone di depan kipas 3.3.2 Pengambilan Data
1. Letakkan seluruh alat di atas meja dan lakukan penyetingan sesuai tahapan serta set up alat
2. Pastikan di area meja tidak ada barang yang menempel atau benda yang akan menggangu hasil getaran
3. Mulai aplikasi Phyphox dan tunggu hingga pengambilan data selesai 4. Screenshot hasil grafik data serta Export data dalam bentuk excel untuk
dianalisa
5. Ulangi langkah tersebut dari rubber 1 sampai rubber 3 dan usahakan untuk mendapatkan respon getaran yang baik
Tabel 3.1 Hasil Pengambilan Data
3.4 Flow Chart
Gambar 3.2 Diagram Alir Praktikum Start
Studi
Persiapan Alat dan Bahan
Menyalakan Axial Fan
Pengambilan Data Getaran
Pergantian Ruber A, B, C
Pengelolaan Data
• Pembuatan Data
• Pembuatan Grafik Analisa Data
Kesimpulan
Finish
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Grafik
Pada praktikum ini mempelajari hysteresis damper dengan model axial fan yang basenya diredam oleh rubber. Ada beberapa metode untuk mengukur rasio redaman rubber. Salah satu metode umum yang digunakan adalah metode half- band power yang mengukur bandwidth dari fungsi respon frekuensi pada sistem redaman. Bandwidth adalah frekuensi dimana respon paling sedikit setengahnya dari nilai maksimumnya.
4.1.1 Rubber A
Dari hasil praktikum data dari excel diolah di aplikasi mathlab sehingga didapatkan respon gelombang data mentah sebagai berikut
Gambar 4.1 Data mentah A
Bentuk hasil data mentah maka dibutuhkan metode fourier yang dimana metode ini digunakan untuk meringkas data mentah menjadi lebih singkat dan jelas sehingga dihasilkan grafik sebagai berikut :
Gambar 4.2 Metode Fourier A
Untuk mendapatkan nilai natural frequency (fn) dengan cara memperbesar pada area atau grafik tertinggi pertama pada data yang ditampilkan oleh mathlab sebagai berikut
Gambar 4.3 Natural frequency A
variabel (f1) dan (f2) yang merupakan nilai frequensi terendah dan frequensi tertinggi dari bandwith setelah melakukan analisa pada mathlab sebagai berikut
Gambar 4.4 Data Bandwidth A
4.1.2 Rubber B
Dari hasil praktikum data dari excel diolah di aplikasi mathlab sehingga didapatkan respon gelombang data mentah sebagai berikut
Gambar 4.5 Data mentah B
Bentuk hasil data mentah maka dibutuhkan metode fourier yang dimana metode ini digunakan untuk meringkas data mentah menjadi lebih singkat dan jelas sehingga dihasilkan grafik sebagai berikut :
Gambar 4.6 Metode Fourier B
Untuk mendapatkan nilai natural frequency (fn) dengan cara memperbesar pada area atau grafik tertinggi pertama pada data yang ditampilkan oleh mathlab sebagai berikut
Gambar 4.7 Natural frequency B
variabel (f1) dan (f2) yang merupakan nilai frequensi terendah dan frequensi tertinggi dari bandwith setelah melakukan analisa pada mathlab sebagai berikut
Gambar 4.8 Data Bandwidth B
4.1.3 Rubber C
Dari hasil praktikum data dari excel diolah di aplikasi mathlab sehingga didapatkan respon gelombang data mentah sebagai berikut
Gambar 4.9 Data mentah C
Bentuk hasil data mentah maka dibutuhkan metode fourier yang dimana metode ini digunakan untuk meringkas data mentah menjadi lebih singkat dan jelas sehingga dihasilkan grafik sebagai berikut :
Gambar 4.10 Metode Fourier C
Untuk mendapatkan nilai natural frequency (fn) dengan cara memperbesar pada area atau grafik tertinggi pertama pada data yang ditampilkan oleh mathlab sebagai berikut
Gambar 4.11 Natural frequency C
variabel (f1) dan (f2) yang merupakan nilai frequensi terendah dan frequensi tertinggi dari bandwith setelah melakukan analisa pada mathlab sebagai berikut
Gambar 4.12 Data Bandwidth C
4.2 Hasil Data
Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan didapatkan data seperti pada tabel berikut:
Tabel 4.1 Hasil Data
4.3 Pengolahan Data dan Analisis Data
Setelah mendapatkan data, maka selanjutnya akan dilakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai rasio redaman (𝜁) pada rubber A, rubber B, rubber C, berikut merupakan perhitungan Rasio Redaman:
• Damping Ratio (𝜁)
𝜁 =𝑓2− 𝑓1 2𝑓𝑛 1. Rubber A
𝜁 =41,5677 − 41,44 2 𝑥 41,4587 𝜁 = 0,000154
2. Rubber B
𝜁 =99,177 − 99,1536 2 𝑥 99,1663 𝜁 = 0,0001179 3. Rubber (3)
𝜁 =99,0363 − 99,0029 2 𝑥 99,0215 𝜁 = 0,000168
4.4 Pembahasan
Data yang didapatkan dari Rubber A dengan waktu 20 second didapatkan hasil natural frequency (fn) sebesar 41,4587 dan nilai dari (f1) sebesar 41,44 dan nilai dari (f2) sebesar 41,5677 serta nilai bandwith sebesar 127,693 Mhz sehingga diperoleh zeta sebesar 0,000154. Dapat disimpulkan bahwa nilai zeta (𝜁) masih dibawah 1 (ζ< 1) maka dapat disimpulkan bahwa pada rubber A adalah underdamped
Data yang didapatkan dari Rubber B dengan waktu 20 second didapatkan hasil natural frequency (fn) sebesar 99,1663 dan nilai dari (f1) sebesar 99,1536 dan nilai dari (f2) sebesar 99,177 serta nilai bandwith sebesar 23,429 Mhz sehingga diperoleh zeta sebesar 0,0001179. Dapat disimpulkan bahwa nilai
zeta (𝜁) masih dibawah 1 (ζ< 1) maka dapat disimpulkan bahwa pada rubber B adalah underdamped
Data yang didapatkan dari Rubber C dengan waktu 20 second didapatkan hasil natural frequency (fn) sebesar 99,0215 dan nilai dari (f1) sebesar 99,0029 dan nilai dari (f2) sebesar 99,0363 serta nilai bandwith sebesar 33,377 Mhz sehingga diperoleh zeta sebesar 0,000168. Dapat disimpulkan bahwa nilai zeta (𝜁) masih dibawah 1 (ζ< 1) maka dapat disimpulkan bahwa pada rubber B adalah underdamped
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan
BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
1. Hasil pengolahan data praktikum didapatkan nilai damping ratio sebesar 0,000154, 0,0001179, 0,000168, maka dapat disimpukan bahwa getaran yang terjadi adalah getaran underdamped dikarenakanbesar nilai zeta adalah 0 < ζ < 1, karakteristik dari nilai yang dihasilkan adalah hasil dari peredaman oleh axial fan.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai rasio peredaman adalah besar getaran yang diberikan oleh axial fan serta komposisi dari rubber. Faktor- faktor lain yang dapat mempegaruhi data adalah benda yang menempel atau berada di atas meja saat pengambilan data.
3. Pada praktikum getaran mekanik, digunakan metode analisis yang dikenal sebagai metode half-band power. Metode half band power Bandwidth dipilih karena umumnya digunakan dalam analisis getaran mekanik untuk memahami karakteristik peredaman pada bahan tertentu
5.2 Saran
1. Disarankan agar praktikan memperdalam pemahaman materi terkait getaran mekanik.
2. Disarankan agar praktikan lebih teliti dalam pengambilan dan analisis data praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Angeles, L. (2001) ‘Theory of vibration’, pp. 1290–1299. Available at:
https://doi.org/10.1006/rwvb.2001.0112.
Aulia, M.R. et al. (2018) ‘OSILASI TEREDAM PADA PEGAS DENGAN MEDIUM FLUIDA’, 1(September), pp. 22–26.
Bishop, R.E.D. (2017) ‘The Treatment of Damping Forces in Vibration Theory’, (2).
Carmichael, S., 2015. Estimating damping values using the Half Power Method. Integrated Systems Research, Tech Brief.
Dewanto, J. et al. (2000) ‘Kajian Teoritik Sistem Peredam Getaran Satu Derajat Kebebasan’, 1(2), pp. 156–162.
Fauzan, R.A. et al. (2016) ‘Getaran Teredam’, pp. 1–10.
Huang, Y. et al. (2020) ‘Study on the Free Vibration of a Rubber Band Oscillator Study on the Free Vibration of a Rubber Band Oscillator’. Available at:
https://doi.org/10.1088/1757-899X/782/2/022093.
Huzain, M.F. and Triharjanto, R.H., 2013. PENGUKURAN KARAKTERISTIK DINAMIKA STRUKTUR SATELIT LAPAN-ORARI/A2 (STRUCTURAL DYNAMICS CHARACTERITICS MEASUREMENT OF LAPAN- ORARI/A2 SATELLITE). Jurnal Teknologi Dirgantara, 11(2)
K, S.D. et al. (no date) ‘Getaran Teredam’, pp. 1–6.
Louroza, M.A., Roitman, N. and Magluta, C. (2005) ‘Vibration reduction using passive absorption system with Coulomb damping’, 19, pp. 537–549.
Available at: https://doi.org/10.1016/j.ymssp.2004.06.006.
Phani, A.S. and Woodhouse, J.Ã. (2009) ‘ARTICLE IN PRESS Experimental identification of viscous damping in linear vibration’, 319, pp. 832–849.
Available at: https://doi.org/10.1016/j.jsv.2008.06.022.
Rao, S.S. (no date) Fifth Edition.
Sonalitha, E., Fakhrurizal, A., Alwan, C., Akramul, B. and Zamroni, S., 2015.
Simulasi dan Analisis Antena UWB Trisula 2, 4 GHz Menggunakan Ansoft HFSS 13. Jurnal Teknologi dan Manajemen Informatika (JTMI), 1(1), pp.12- 18.
Sulistyorini, E. et al. (2022) ‘MEKANIKA : JURNAL TEKNIK MESIN MEKANIKA : JURNAL TEKNIK MESIN’, 8(2), pp. 67–78.
Tanjung, J. et al. (2021) ‘APLIKASI PENGGUNAAN KARET ALAM SEBAGAI ALAT PEREDAM’, 39(2), pp. 137–150.
Wijaya, U., Rachmansyah, R., Cifriadi, A., Puspitasari, S., & Falaah, A. F. (2021).
APLIKASI PENGGUNAAN KARET ALAM SEBAGAI ALAT PEREDAM GEMPA PADA BANGUNAN RUMAH TINGGAL
SEDERHANA. Jurnal Penelitian Karet, 177–190.
https://doi.org/10.22302/ppk.jpk.v39i2.765
LAMPIRAN
Lampiran 1 Fan dan Rubber
Lampiran 2 Pengambilan Data