• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN KUALITAS UDARA AMBIEN (SO2,NO2,TSP) TERHADAP KELUHAN SUBYEKTIF GANGGUAN PERNAPASAN PADA PEDAGANG TETAP DI KAWASAN TERMINAL BUS KAMPUNG RAMBUTAN JAKARTA TIMUR TAHUN 2017

N/A
N/A
Midahh

Academic year: 2024

Membagikan "GAMBARAN KUALITAS UDARA AMBIEN (SO2,NO2,TSP) TERHADAP KELUHAN SUBYEKTIF GANGGUAN PERNAPASAN PADA PEDAGANG TETAP DI KAWASAN TERMINAL BUS KAMPUNG RAMBUTAN JAKARTA TIMUR TAHUN 2017 "

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN KUALITAS UDARA AMBIEN (SO2,NO2,TSP) TERHADAP KELUHAN SUBYEKTIF GANGGUAN PERNAPASAN

PADA PEDAGANG TETAP DI KAWASAN TERMINAL BUS KAMPUNG RAMBUTAN JAKARTA TIMUR TAHUN 2017

SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

OLEH :

PUTRI DEWI RIANI 1112101000077

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1438 H/ 2017 M

(2)

i

(3)

ii

(4)

iii

(5)

iv UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKLUTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN Skripsi, Maret 2017

Nama : Putri Dewi Riani Nim : 1112101000077

Gambaran Kualitas Udara Ambien (SO2,NO2,TSP) Terhadap Keluhan Subyektif Gangguan Pernapasan Pada Pedagang Tetap di Kawasan Terminal Bus Kampung Rambutan Jakarta Timur Tahun 2017

( xxii + 106 halaman, 4 gambar, 10 tabel, 3 bagan, 16 lampiran)

ABSTRAK

Keluhan subyektif gangguan pernapasan merupakan salah satu gejala yang dirasakan oleh seseorang salah satunya diakibatkan oleh pencemaran udara dari paparan polutan di udara ambien terutama di kota-kota besar seperti DKI Jakarta.

Seperti disampaikan dalam Profil Kesehatan DKI Jakarta tahun 2012 yang menunjukkan, sekitar 46% penyakit masyarakat bersumber dari pencemaran udara ,antara lain: gejala pernapasan (43%), iritasi mata (1,7%) dan asma (1,4%). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran kualitas udara ambien (SO2,NO2,TSP) terhadap keluhan subyektif gangguan pernapasan pada pedagang tetap di kawasan Terminal Bus Kampung Rambutan yang dilaksanakan pada bulan Desember-Januari tahun 2017. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional study. Sampel penelitian ini adalah pedagang tetap dan kualitas udara ambien di kawasan Terminal Kampung Rambutan. Selain itu, dilakukan pula pengukuran faktor meteorologi di area terminal. Sampel pedagang tetap sebesar 72 responden dan sampel udara ambien dilakukan di 4 titik area di kawasan terminal selama 1 jam pengukuran untuk gas SO2, NO2 ,dan TSP. Analisis data menggunakan analisis univariat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 61 (84,7%) pedagang tetap mengalami keluhan subyektif gangguan pernapasan dengan keluhan terbesar adalah bersin (68,1%). Pengukuran kualitas udara ambien tertinggi berada di titik area X2 yaitu jalur keluar terminal antar kota dengan nilai rata-rata konsentrasi SO2, NO2 ,dan TSP adalah 45,72 µg/m3, 168,97 µg/m3, dan 133,3 µg/m3. Berdasarkan Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 551 tahun 2001, hasil pengukuran polutan TSP melampaui baku mutu yang ditetapkan yaitu sebesar 90 µg/m3 selama 1 jam pengukuran.Selanjutnya, nilai rata-rata pengukuran faktor meteorologi seperti kelembaban udara, suhu udara, dan kecepatan angin adalah 51%, 34,4 oC, dan 0,92 meter/detik. Kejadian keluhan subyektif gangguan pernapasan terbesar berdasarkan kualitas udara ambien terjadi pada pedagang tetap di titik area jalur keluar terminal antar kota sebesar 97%

(6)

v dimana berbanding lurus dengan rata-rata konsentrasi SO2, NO2, dan TSP yang tinggi.

Pengendalian pencemaran udara ambien di kawasan Terminal Kampung Rambutan sebaiknya dengan melakukan pemantaun rutin dan berkala kualitas udara ambien di kawasan terminal. Selanjutnya, bagi pedagang tetap dapat melakukan proteksi untuk meminimalisir polutan yang terhirup saat berdagang menggunakan masker.

Kata Kunci : Gangguan Pernapasan, Kualitas Udara Ambien, SO2, NO2, TSP, Faktor Meteorologi, Pedagang Tetap

Daftar Bacaan : 71 (1995-2016)

(7)

vi SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM

ENVIRONMENTAL HEALTH MAJOR Undergraduate Thesis, March 2017

Name: Putri Dewi Riani NIM: 111210100077

OVERVIEW OF AMBIENT AIR QUALITY (SO2,NO2,TSP) TO SUBJECTIVE COMPLAINT RESPIRATORY DISORDERS AT PERMANENT MERCHANT IN KAMPUNG RAMBUTAN BUS TERMINAL EAST JAKARTA 2017

(xxii + 106 pages, 4 pictures, 10 tables, 3 draft, 16 attachments) ABSTRACT

Subjective complaints of respiratory disorders are one of the symptoms that occured to someone caused by air pollution from exposure of pollutants in ambient air, especially in big cities like DKI Jakarta. As presented in the Health Profile of Jakarta in 2012 which showed that about 46% of disease community originate from air pollution, such as: respiratory symptoms (43%), eye irritation (1.7%) and asthma (1.4%). Therefore, this study aims to see an overview of ambient air quality (SO2, NO2, TSP) to the subjective complaints of respiratory problems on permanent merchant in Kampung Rambutan Bus Terminal that was conducted in December-January 2017. This study is a quantitative research and using cross-sectional design study. The samples of this research are permanent merchants and the ambient air quality in the area of terminal. Furthermore, also conducted measurements of meteorological factors in the terminal area. There are 72 respondents from the permanent merchants and ambient air samples conducted at four points in the terminal area for 1 hour measurement for gas SO2, NO2, and TSP. The analysis of data is using univariate analysis.

The results showed that 61 (84.7%) permanent merchants have subjective complaint respiratory disorders with the biggest complaint was sneezing (68.1%).

The highest ambient air quality measurements at X2 area which is an exit area for inter-city terminal by the average value of the concentration of SO2, NO2 and TSP respectively amounted to 45.72 ug/m3, 168.97 ug/m3, and 133.3 ug/m3. Based on Jakarta Governor Decree No. 551 of 2001, TSP pollutant measurement results exceeded the quality standards established at about 90 ug/m3 for 1 hour measurement. Then, the average value measurements of meteorological factors such as air humidity, air temperature, and wind speed are 51%, 34,4 oC, and 0.92 meters/second. The cases of subjective complaints respiratory disorders based on the ambient air quality measurement occur on permanent merchant at exit area intercity terminal amount 97% which is proportional with high average concentration of SO2, NO2 and TSP.

(8)

vii Ambient air pollution in the area of Kampung Rambutan Terminal can be controlled with routine and periodic monitoring of ambient air quality.

Furthermore, the permanent merchant can make protection to minimize inhaled pollutants by using mask when working.

Keywords : Respitory Disorders, Ambient Air Quality, SO2, NO2, TSP, Meteorological Factors, Permanent Merchant

Reference : 71 (1995-2016)

(9)

viii DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS DIRI Nama Lengkap : Putri Dewi Riani

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 05Maret 1995 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Golongan Darah : A

No. Hp : 085711774295

Alamt : Jl. HOS Cokroaminoto, Gg. Delima Putih RT 004/001 Larangan Utara, Ciledug Tangerang

Alamat Email : putridewiriani@gmail.com

PENDIDIKAN FORMAL

2012-sekarang : Peminatan Kesehatan Lingkungan, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2009-2012 : SMA N 90 Jakarta 2006-2009 : SMP N 161 Jakarta 2000-2006 : SDN Kreo 04 Tangerang

(10)

ix KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Segala puji bagi Allah SWT, Pemelihara Alam Semesta yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul “Gambaran Kualitas Udara (SO2, NO2, TSP) Terhadap Keluhan Subyektif Gangguan Pernapasan Pada Pedagang Tetap di Kawasan Terminal Bus Kampung Rambutan, Jakarta Timur Tahun 2017”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan di masa yang akan datang, sehingga tujuan penulisan skripsi ini akan tercapai.

Adapun dalam penulisan, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan laporan skripsi ini, khususnya kepada:

1. Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syahid Jakarta Prof.

Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes

2. Ketua Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syahid Jakarta Ibu Fajar Ariyanti, SKM, M.Kes., P.hD 3. Ibu Dewi Utami Iriani, M.Kes, PhD selaku dosen pembimbing I yang telah

memberikan arahan dan bimbingan selama proses penyusunan skripsi ini.

4. dr. Yuli Prapanca Satar, MARS selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam proses penyusunan proposal skripsi ini.

5. Para dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat dan dosen Peminatan Kesehatan Lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan pengajaran dan ilmu yang bermanfaat.

6. Keluarga penulis yaitu Bapak dan Ibu Penulis serta saudara penulis Putra Kurnia Sandi, Roy Dwi Stiawan, dan Rio Sugiantoro yang selalu

(11)

x mendoakan, memotivasi dan mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Teman-teman seperjuangan Kesehatan Lingkungan angkatan 2012: Sarah Apriliya, Nurmarani, Anisa Apriliyani,Bella Kurnia, Annisa Dwi Lestari, Sri Widiastuti, Yolanda Mutiara, Yufa Zuriya, Tyas Indah Permatasari, Isnaeni Putri, Juwita Wijayanti, Ukhty Rahmah Sari Manap, Azizah, Hanifatunnisa At-thoriqoh, Nadira Khairani, Ainia Nurul Aqida, Destinia Putri, Yola Dwi Putri, Hanun Haffiya, Putri Ayuni, Syifa Azkiya, Abd Rohim, Ivanullah Angriawan Wibisono, dan Agus Dwi Putra.

8. Sahabat Saya dari awal perkuliahan “LIMA”: Nurmarani, Anisa Apriliyani, Nuni Puspa Syahidah, dan Sekar Wigati Suprapto yang selalu memberikan semangat, motivasi, dan dukungan kepada penulis selama proses penyusunan skripsi ini hingga selesai.

9. Sahabat Tersayang saya: Efrinda, Noviandira, Sabrina, Kurnia, Irsalina, dan Tri yang selalu memberikan dukungan dan doa kepada penulis.

Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca maupun saya penulis secara pribadi. Akhir kata, penulis mohon maaf apabila terdapat kata-kata yang kurang berkenan di hati pembaca.

Wassalamualaikum Wr.Wb

(12)

xi DAFTAR ISI

COVER

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... i

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA SIDANG... ii

LEMBAR PERNYATAAN... iii

ABSTRAK... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR GAMBAR... xv

DAFTAR BAGAN... xvi

BAB I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 6

C. Pertanyaan Penelitian... 7

D. Tujuan Penelitian... 8

1. Tujuan Umum... 8

2. Tujuan Khusus... 8

E. Manfaat Penelitian... 9

1. Bagi Terminal Bus Kampung Rambutan... 9

2. Bagi Peneliti... 9

3. Bagi Pedagang Tetap... 10

F. Ruang Lingkup Penelitian... 10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 12

A. Gangguan Pernapasan... 12

1. Anatomi Sistem Pernapasan Manusia... 12

2. Definisi Gangguan Pernapasan... 16

3. Gejala Gangguan Pernapasan... 16

4. Penyebab Gangguan Pernapasan... 19

(13)

xii

B. Faktor Individu yang Mempengaruhi Keluhan Gangguan Pernapasan... 20

C. Jenis-Jenis Udara... 22

1. Udara Ambien... 22

2. Udara Emisi... 22

D. Pencemaran Udara... 23

1. Definisi Pencemaran Udara... 23

2. Sumber Pencemaran Udara... 24

3. Dampak Kesehatan Akibat Pencemaran Udara... 25

4. Pengaruh Unsur Meteorologi Terhadap Pencemaran Udara... 25

E. Baku Mutu Kualitas Udara Ambien Nasional... 28

F. Sulfur Dioksida (SO2)... 29

1. Definisi dan Karakteristik... 29

2. Sumber... ... 30

3. Dampak SO2... 31

a. Terhadap Kesehatan... 31

b. Terhadap Lingkungan... 31

4. Populasi Rentan Terhadap SO2... 32

5. Toksikologi SO2... 32

6. Baku Mutu SO2... 33

G. Nitrogen Dioksida (NO2)... 33

1. Definisi dan Karakteristik... 33

2. Sumber... ... 33

3. Dampak NO2... 34

a. Terhadap Kesehatan... 34

b. Terhadap Lingkungan... 34

4. Populasi Rentan Terhadap NO2... 35

5. Toksikologi NO2... 35

6. Baku Mutu NO2... 35

H. Total Suspended Particulate (TSP)... 36

1. Definisi dan Karakteristik... 36

2. Sumber... ... 37

3. Dampak TSP... 38

(14)

xiii

a. Terhadap Kesehatan... 38

b. Terhadap Lingkungan... 39

4. Populasi Rentan Terhadap TSP... 39

5. Toksikologi TSP... 40

6. Baku Mutu TSP... 40

I. Kerangka Teori... 40

BAB III. KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 43

A. Kerangka Konsep... 43

B. Definisi Operasional... 46

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN... 48

A. Desain Penelitian... 48

B. Lokasi dan Waktu Penelitian... 48

C. Populasi... ... 49

D. Sampel... ... 49

E. Pengambilan Sampel... 50

1. Sampel Responden... 50

2. Sampel Udara Ambien... 54

F. Sumber Data... 56

G. Cara Pengumpulan Data... 56

1. Pengukuran Konsentrasi Udara Ambien... 56

a. Pengukuran SO2 Udara Ambien... 56

b. Pengukuran NO2 Udara Ambien... 58

c. Pengukuran TSP Udara Ambien... 60

2. Pengukuran Faktor Meteorologi... 63

3. Lembar Kuisoner... 63

H. Pengolahan Data... 64

I. Analisis Data... 65

1. Analisis Univariat... 65

BAB V. HASIL PENELITIAN... 67

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 67

B. Gambaran Keluhan Subyektif Gangguan Pernapasan, Karakteristik Individu, Kualitas Udara Ambien, dan Faktor Meteorologi... 68

(15)

xiv

1. Gambaran Keluhan Subyektif Gangguan Pernapasan... 69

2. Gambaran Jenis Keluhan Subyektif Gangguan Pernapasan... 69

3. Gambaran Karakteristik Pedagang Tetap... 70

4. Gambaran Kualitas Udara Ambien (SO2,NO2,TSP)... 73

5. Gambaran Faktor Meteorologi... 74

6. Distribusi Keluhan Subyektif Gangguan Pernapasan Berdasarkan Karakteristik Pedagang Tetap... 76

7. Distribusi Kualitas Udara Ambien (SO2,NO2,TSP) Berdasarkan Faktor Meteorologi... 78

8. Distribusi Keluhan Subyektif Gangguan Pernapasan Berdasarkan Kualitas Udara Ambien (SO2,NO2,TSP)... 80

BAB VI. PEMBAHASAN... 82

A. Keterbatasan Penelitian... 82

B. Keluhan Subyektif Gangguan Pernapasan... C. Kualitas Udara Ambien (SO2,NO2,TSP)... D. Faktor Meteorologi... E. Kualitas Udara Ambien (SO2,NO2,TSP) Berdasarkan Faktor Meteorologi... F. Keluhan Subyektif Gangguan Pernapasan Berdasarkan Kualitas Udara Ambien... 82 88 92 94 97 BAB VII. SIMPULAN DAN SARAN... 102

A. Simpulan... ... 102

B. Saran... ... 105

1. Bagi Terminal Bus Kampung Rambutan... 105

2. Bagi Peneliti Selanjutnya... 105

3. Bagi Pedagang Tetap... 106

DAFTAR PUSTAKA... xvii LAMPIRAN

(16)

xv Daftar Tabel

Tabel 2.1 Baku Mutu Udara Ambien Nasional 28

Tabel 3.1 Definisi Operasional 46

Tabel 5.1 Gambaran Keluhan Subyektif Gangguan Pernapasan pada Pedagang Tetap di Terminal Kampung Rambutan Jakarta Timur Tahun 2017

69

Tabel 5.2 Gambaran Jenis Keluhan Subyektif Gangguan Pernapasan pada Pedagang Tetap di Terminal Kampung Rambutan Jakarta Timur Tahun 2017

70

Tabel 5.3 Gambaran Karakteristik Pedagang Tetap di Terminal Kampung Rambutan Jakarta Timur Tahun 2017

71 Tabel 5.4 Gambaran Kualitas Udara Ambien (SO2, NO2, TSP) di

Terminal Kampung Rambutan Jakarta Timur Tahun 2017

73 Tabel 5.5 Gambaran Faktor Meteorologi di Terminal Kampung

Rambutan Jakarta Timur Tahun 2017

75 Tabel 5.6 Distribusi Keluhan Subyektif Gangguan Pernapasan

Berdasarkan Karakteristik Pedagang Tetap di Terminal Kampung Rambutan Jakarta Timur Tahun 2017

76

Tabel 5.7 Distribusi Faktor Meteorologi Terhadap Kualitas Udara Ambien dan Dampaknya dengan Jenis Keluhan Subyektif Gangguan Pernapasan pada Pedagang Tetap di Terminal Kampung Rambutan Jakarta Timur Tahun 2017

79

Tabel 5.8 Distribusi Kualitas Udara Ambien Terhadap Keluhan Subyektif Gangguan Pernapasan pada Pedagang Tetap di Terminal Kampung Rambutan Jakarta Timur Tahun 2017

80

Daftar Gambar

Gambar 2.1 Sistem Pernapasan Manusia 12

(17)

xvi Gambar 4.1 Denah Pengukuran Sampel Udara Ambien Terminal

Kampung Rambutan

54 Gambar 4.2 Titik Koordinat Peletakkaan Alat Pengukuran Udara Ambien

Terminal Kampung Rambutan

55 Gambar 5.1 Denah Terminal Bus Kampung Rambutan Jakarta Timur 67

Daftar Bagan

Bagan 2.1 Kerangka Teori 42

Bagan 3.1 Kerangka Konsep 45

Bagan 4.1 Alur Pengambilan Sampel 52

(18)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit gangguan pernapasan seperti ISPA, asma, dan bronkitis menjadi penyebab morbiditas terbanyak yang dilaporkan oleh pusat pelayanan kesehatan, puskesmas, klinik, dan rumah sakit di Indonesia terutama di kota besar seperti DKI Jakarta (Mulia, 2005). Seperti dikemukakan dalam Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan, prevalensi ISPA, Pneumonia, dan TB Paru di Indonesia tahun 2013 tidak berbeda jauh dengan prevalensi ketiga penyakit tersebut pada tahun 2007 dan DKI Jakarta termasuk ke dalam 10 provinsi yang memiliki angka kasus yang tinggi. Gangguan pernapasan akan mengakibatkan beberapa reaksi atau gejala yang muncul sebagai bentuk pertahanan tubuh seperti: batuk, bersin, nyeri tenggorokan, nyeri dada ,dan sesak napas (Fitria, 2009). Gangguan pernapasan tersebut dialami oleh berbagai kalangan mulai dari anak-anak hingga lansia.

Salah satu faktor yang menyebabkan meningkatnya angka kasus gangguan pernapasan adalah tingginya pencemaran udara di kota besar.

Hal ini dibuktikan dengan Profil Kesehatan DKI Jakarta tahun 2012 yang menunjukkan, sekitar 46% penyakit masyarakat bersumber dari pencemaran udara antara lain: gejala pernapasan (43%), iritasi mata (1,7%) dan asma (1,4%). Tidak berbeda dengan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti sebelumnya, menunjukkan dari 10 orang pedagang tetap di kawasan Terminal Kampung Rambutan yang di wawancarai

(19)

2 secara subyektif mengakui sebesar tujuh pedagang mengalami keluhan gangguan pernapasan dalam dua minggu terakhir dengan gejala yang timbul, diantaranya: tujuh pedagang mengeluh batuk, sembilan pedagang mengeluh bersin, lima pedagang mengeluh nyeri tenggorokan, tiga pedagang mengeluh sesak napas, dan satu pedagang mengeluh nyeri dada.

Pedagang menjadi populasi berisiko mengingat mereka beraktivitas di luar ruangan di kawasan terminal bus yang padat pergerakan aktivitas jasa transportasi dan tingkat polusinya.

DKI Jakarta menjadi salah satu wilayah yang tinggi tingkat pencemaran udara ambiennya. Udara ambien merupakan udara bebas di permukaan bumi pada bagian troposfir yang mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup ,dan unsur lingkungan hidup lainnya (Permen LH No 12 Tahun 2010). Hal tersebut berbanding lurus dengan data Badan Pusat Stastistik (BPS) yang menunjukkan pertumbuhan kendaraan bermotor di DKI Jakarta selama lima tahun terakhir mencapai 9,93% per tahun dan pada tahun 2014 mencapai 17.523.967 unit kendaraan. Adapun jenis-jenis zat pencemar udara di lingkungan yang berdampak negatif terhadap kesehatan ,seperti: CO, NOx, SOx, O3, HC, Particulate Matter, CO2, H2, H2S, dan Cl2 (Simanjuntak, 2007). Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2004, di beberapa provinsi terutama di kota-kota besar seperti Medan, Surabaya dan Jakarta, emisi kendaraan bermotor merupakan kontribusi terbesar terhadap konsentrasi NO2, CO, TSP ,dan O3 di udara yang jumlahnya lebih dari 50% (Simanjuntak,2007).

(20)

3 Diketahui pula penyebaran dan akumulasi bahan pencemar di udara dipengaruhi oleh keadaan meteorologi seperti suhu, kelembaban udara, dan kecepatan angin (Syech dkk, 2012). Parameter meteorologi berpengaruh besar pada dispersi dan penyisihan pencemar udara secara alami. Dengan demikian, informasi meteorologi merupakan hal penting dalam menentukan langkah-langkah pengendalian pencemaran udara dari berbagai sumber pencemar baik industri maupun sistem transportasi (Istikharotun dkk, 2016).

Polutan di udara ambien yang berpotensi tinggi menyebabkan gangguan pernapasan pada manusia adalah NO2, SO2 dan Total Suspended Particulate(TSP) karena bersifat iritan pada saluran pernapasan manusia.

Seperti dampak gas NO2 yang menyebabkangejala mata perih dan berair pada konsentrasi rendah, paparan jangka panjang akan meningkatkan penyakit pernapasan seperti bronkitis kronik, pembengkakan paru-paru sehingga mengakibatkan sulit bernafas dan berujung pada kematian (Akdemir, 2014; Sugiarti, 2009). Paparan gas SO2 menimbulkan efek kesehatan seperti: timbulnya iritasi tenggorokan pada konsentrasi 8-12 ppm, menyebabkan iritasi mata pada konsentrasi 20 ppm, dan terjadi pembengkakan membran mukosa serta pembentukan mukus, memperburuk seseorang dengan kondisi asma, PPOK dan bronkitis (Depkes, 2007; Tugaswati, 2007). Sedangkan, efek kesehatan akibat TSP yang masuk ke dalam saluran pernapasan akan menyebabkan timbulnya reaksi mekanisme pertahanan tubuh non spesifik berupa batuk, bersin,

(21)

4 gangguan transpor mukosiliar, dan fagositosis oleh makrofag (Setiawan, 2002).

Emisi gas mobil dan pembangkit listrik dinyatakan sebagai sumber dari gas NO2 di udara ambien dimana menjadi pencetus terjadinya kabut fotokimia pada area perkotaan dan industri. Begitupula dengan gas SO2 dan Total Suspended Particulate (TSP) yang banyak dihasilkan dari hasil kegiatan pembakaran bahan bakar fosil (minyak, bensin, batubara) pada sektor industri dan transportasi. Badan kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa tahun 1997-2003 jumlah SO2 di udara telah mencapai ambang batas (Simanjuntak, 2007). Sedangkan, pengukuran yang dilakukan pada tahun 2003 di wilayah Jakarta, Bekasi, Bogor dan Tangerang menunjukkan konsentrasi TSP di Jakarta jauh melebihi baku mutu yaitu sebesar 310,38 µg/Nm3 (Gindo, 2007 dalam Yulaekah, 2007).

Menurut Environmental Protection Agency (EPA), standar SO2 dan NO2 udara ambien pada satu tahun pengukuran masing-masing adalah 0,03 ppm dan 0,053 ppm. Sedangkan, baku mutu SO2, NO2, dan TSP udara ambien di Indonesia pada 1 jam pengukuran masing-masing adalah 900 µg/Nm3 ,400 µg/Nm3 dan 90 µg/Nm3 (PP RI No 41 Tahun 1999 dan KepGub DKI Jakarta Nomor 551 Tahun 2001).

Terminal bus menjadi salah satu lokasi yang tinggi tingkat pencemaran udaranya karena menjadi pusat kegiatan jasa transportasi.

Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur merupakan terminal terbesar ke dua di Provinsi DKI Jakarta dengan luas area sebesar 141.000 m2 yang telah beroperasi sejak tahun 1992. Terminal Bus Kampung Rambutan

(22)

5 merupakan terminal berjenis penumpang tipe A yang berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota antar provinsi dan angkutan kota serta pedesaan. Berdasarkan data bulanan armada angkutan umum Terminal Kampung Rambutan tahun 2016, pada bulan juli terdapat 34.221 unit kendaraan. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) (2015), menjelaskan bahwa masih banyak dari armada bus yang tercatat di dinas terkait sudah tidak layak beroperasi sehingga berpotensi menimbulkan pencemaran udara.

Padatnya aktivitas di terminal membuka peluang usaha bagi para pedagang sehingga banyak pedagang menetap dan berjualan di area tersebut. Pedagang tetap adalah orang yang berdagang secara menetap di suatu lokasi dalam kurun waktu tertentu dan memiliki tempat yang tetap seperti: kios, lapak, ruko, atau warung (Syamsiah dkk, 2008). Pedagang tetap tersebut menjadi salah satu populasi berisiko terhadap paparan polutan udara ambien di kawasan Terminal Kampung Rambutan karena mereka berjualan atau beraktivitas di luar ruangan (outdoor) yang tinggi tingkat pencemarannya dalam jangka waktu yang cukup lama dalam sehari. Oleh karena itu, para pedagang tersebut berpotensi besar mengalami keluhan gangguan pernapasan. Pada penelitian ini, penulis tertarik untuk melihat lebih jauh prevalensi keluhan subyektif gangguan pernapasan pada pedagang tetap secara keseluruhan dan melihat gambaran kualitas udara ambien (SO2, NO2, dan TSP) di kawasan Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur Tahun 2017.

(23)

6 B. Rumusan Masalah

Keluhan gangguan pernapasan timbul dengan gejala seperti: bersin, batuk, nyeri tenggorokan, nyeri dada, sesak napas dapat menjadi indikator yang menunjukkan adanya konsentrasi polutan yang besar di lingkungan.

Adapun jenis polutan udara yang dapat menyebabkan kondisi tersebut adalah gas SO2, NO2 dan TSP. Selain itu, keberadaan polutan SO2, NO2

dan TSP di udara ambien sangat dipengaruhi oleh unsur meteorologi seperti: kelembaban, suhu ,dan kecepatan angin.

Diketahui dampak kesehatan akibat ketiga polutan tesebut adalah inflamasi terhadap saluran napas manusia dengan beberapa gejala timbul seperti: nyeri tenggorokan, sesak napas, nyeri dada, dan sebagainya (Depkes, 2007; Akdemir, 2014; Yulaekah, 2007). Hasil studi pendahuluan di lokasi menunjukkan dari 10 orang pedagang tetap di kawasan Terminal Kampung Rambutan yang di wawancarai 7 diantaranya mengakui mengalami keluhan gangguan pernapasan seperti: 7 pedagang mengeluh batuk, 9 pedagang mengeluh bersin, 5 pedagang mengeluh nyeri tenggorokan, 3 pedagang mengeluh sesak napas, dan 1 pedagang mengeluh nyeri dada. Hal tersebut terjadi karena adanya potensi konsentrasi gas polutan SO2, NO2 ,dan TSP yang cukup tinggi di kawasan tersebut.

Terminal Kampung Rambutan berlokasi di wilayah Jakarta Timur sangat berpeluang tinggi untuk tercemar ketiga polutan tersebut. Salah satu populasi rentan di terminal yang dapat terkena dampak adalah pedagang tetap karena pedagang tetap beraktivitas di luar ruangan dan terpapar

(24)

7 langsung oleh polutan di udara ambien dalam jangka waktu yang lama.

Oleh karena itu, para pedagang rentan mengalami gangguan pernapasan akibat polutan di udara ambien.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran jenis keluhan subyektif gangguan pernapasan pada pedagang tetap di kawasan Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur tahun 2017?

2. Bagaimana gambaran karakteristik individu pedagang tetap di kawasan Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur tahun 2017?

3. Bagaimana gambaran kualitas udara ambien (SO2,NO2,dan TSP) di kawasan Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur tahun 2017?

4. Bagaimana gambaran faktor meteorologi (kelembaban udara, suhu udara dan kecepatan angin) di kawasan Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur tahun 2017?

5. Bagaimana distribusi keluhan subyektif gangguan pernapasan berdasarkan karakteristik individu pedagang tetap di kawasan Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur tahun 2017?

6. Bagaimana distribusi faktor meteorologi terhadap kualitas udara ambien (SO2,NO2,dan TSP) dan dampaknya dengan jenis keluhan subyektif gangguan pernapasan di kawasan Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur tahun 2017?

(25)

8 7. Bagaimana distribusi keluhan subyektif gangguan pernapasan pada pedagang tetap berdasarkan kualitas udara ambien (SO2,NO2,dan TSP) di kawasan Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur tahun 2017?

D. Tujuan Penelitian

Berikut ini tujuan dilakukannya penelitian, antara lain:

1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran kualitas udara ambien (SO2,NO2,dan TSP) terhadap keluhan subyektif gangguan pernapasan pada pedagang tetap di kawasan Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur tahun 2017.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran jenis keluhan subyektif gangguan pernapasan pada pedagang tetap di kawasan Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur tahun 2017.

b. Mengetahui gambaran karakteristik individu pedagang tetap di kawasan Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur tahun 2017.

c. Mengetahui gambaran kualitas udara ambien (SO2,NO2,dan TSP) di kawasan Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur tahun 2017.

d. Mengetahui gambaran faktor meteorologi (kelembaban, suhu dan kecepatan angin) di kawasan Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur tahun 2017.

(26)

9 e. Mengetahui distribusi keluhan subyektif gangguan pernapasan berdasarkan karakteristik individu pada pedagang tetap di kawasan Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur tahun 2017.

f. Mengetahui distribusi faktor meteorologi terhadap kualitas udara ambien (SO2,NO2,dan TSP) dan dampaknya dengan jenis keluhan subyektif gangguan pernapasan di kawasan Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur tahun 2017.

g. Mengetahui distribusi keluhan subyektif gangguan pernapasan pada pedagang tetap berdasarkan kualitas udara ambien (SO2,NO2,dan TSP) di kawasan Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur tahun 2017.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Terminal Kampung Rambutan

Memberikan informasi gambaran kualitas udara ambien SO2, NO2, dan TSP di Terminal Kampung Rambutan sebagai area publik, agar kedepannya dapat melakukan pemantauan rutin dan membuat kebijakan untuk meminimalisir konsentrasi gas polutan yang berpotensial tinggi terhadap kesehatan.

2. Bagi Peneliti

Memberikan kesempatan bagi peneliti untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan pengaplikasian keilmuan kesehatan lingkungan yang telah diberikan di bangku perkuliahan.

(27)

10 3. Bagi Pedagang Tetap

Memberikan informasi dan masukan kepada pedagang di kawasan Terminal Kampung Rambutan dengan mengetahui risiko kesehatan akibat paparan SO2, NO2 ,dan TSP.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini berjudul “Gambaran Kualitas Udara Ambien (SO2,NO2, dan TSP) Terhadap Keluhan Subyektif Gangguan Pernapasan Pada Pedagang Tetap di Kawasan Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur Tahun 2017”. Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa semester IX Peminatan Kesehatan Lingkungan, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan desain studi Cross Sectional yang akan dilaksanakan pada bulan Desember- Januari tahun 2017. Responden penelitian adalah pedagang tetap di kawasan Terminal Kampung Rambutan dengan jumlah sebesar 72 pedagang yang dibagi kedalam empat titik area. Pengambilan sampel responden menggunakan metode total sample dan pengambilan data responden dilakukan dengan metode wawancara untuk mengetahui distribusi keluhan subyektif gangguan pernapasan serta jenis gejala yang timbul. Kemudian, untuk mengetahui konsentrasi ketiga polutan tesebut di udara ambien akan dilakukan pengambilan sampel udara pada empat titik yang mewakili kawasan terminal dan dilakukan pengambilan sampel udara sebanyak satu kali pengukuran selama satu jam untuk gas SO2, NO2 dan

(28)

11 TSP. Adapun pengukuran polutan gas SO2 dilakukan dengan acuan SNI 19-7119.7-2005 mengenai uji kadar sulfur dioksida dengan metode Pararosanilin. Selanjutnya, polutan gas NO2 dengan acuan SNI 19- 7119.2-2005 mengenai cara uji kadar nitrogen dioksida dengan metode Griess Saltzman dan pengukuran TSP udara ambien dilakukan dengan acuan SNI 19-7119.3-2005 menggunakan peralatan High Volume Air Sampler (HVAS) dengan metode gravimetri.

(29)

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gangguan Pernapasan

1. Anatomi Sistem Pernapasan Manusia

Sistem pernapasan berfungsi sebagai pendistribusi udara dan penukar gas sehingga oksigen dapat disuplai dan karbon dioksida dapat dikeluarkan dari sel-sel tubuh. Selain sebagai pendistribusi dan pertukaran gas, sistem pernapasan secara efektif menyaring, menghangatkan, dan melembabkan udara yang kita hirup selama bernapas. Organ pernapasan juga mempengaruhi pembentukan suara, termasuk berbicara yang kita gunakan dalam komunikasi verbal (Soemantri,2008). Saluran pernapasan manusia dibagi menjadi saluran pernapasan atas dan bawah. Organ saluran pernapasan atas terletak di luar toraks atau rongga dada, sementara saluran pernapasan bawah terletak hampir seluruhnya di dalam rongga dada. Berikut pembagian saluran pernapasan manusia, yaitu:

Gambar 2.1 Sistem Pernapasan Manusia

(30)

13 a. Saluran pernapasan atas

Berikut bagian-bagian dalam tubuh manusia yang membentuk sistem saluran pernapasan atas pada manusia, antara lain:

 Hidung

Hidung merupakan pintu masuk pertama udara yang kita hirup. Udara masuk dan keluar sistem pernapasan melalui hidung yang terbentuk dari dua tulang hidung dan beberapa kartilago. Lapisan mukosa hidung adalah sel epitel bersilia dengan sel goblet yang menghasilkan lendir. Udara yang melewati rongga hidung dihangatkan dan dilembabkan. Bakteri dan partikel polusi udara yang terjebak dalam lendir oleh silia pada lapisan mukosa secara kontinyu menyapu lendir ke arah faring (Asih dan Cristantie, 2004).

 Faring

Faring atau tenggorok adalah pipa berotot berbentuk cerobong yang letaknya bermula dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan esofagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Faring digunakan pada saat menelan (digestion) dan bernapas. Faring memiliki beberapa bagian seperti:

nasofaring, orofaring, dan laringo faring (Soemantri, 2008).

 Laring

Laring atau kotak suara merupakan bagian sistem pernapasan yang dibentuk oleh struktur epitalium yang berhubungan dengan faring dan trakea. Fungsi utama laring

(31)

14 yaitu untuk pembentukan suara, sebagai proteksi jalan napas bawah dari benda asing dan untuk memfasilitasi proses terjadinya batuk (Soemantri, 2008).

b. Saluran pernapasan bawah

Berikut bagian-bagian dalam tubuh manusia yang membentuk sistem saluran pernapasan bawah pada manusia, antara lain:

 Trakea

Trakea merupakan perpanjangan dari laring yang bercabang menjadi dua bronkus. Trakea bersifat fleksibel, berotot, dan memiliki panjang 12 cm dengan cincin kartilago berbentuk huruf C. Pada cincin tersebut terdapat epitel bersilia tegak yang mengandung banyak sel goblet yang mensekresikan lendir (Soemantri, 2008).

 Bronkus dan Bronkiolus

Ujung distal trakea membagi menjadi bronkus primer kanan dan kiri yang terletak di dalam rongga dada. Segmen dan subsegmen bronkus bercabang lagi berbentuk seperti ranting masuk ke setiap paru-paru disebut dengan brinkiolus. Bronkus disusun oleh jaringan kartilago sedangkan, bronkiolus yang berakhir di alveoli tidak mengandung kartilago. Saluran pernapasan mulai dari trakea sampai bronkus terminalis tidak mengalami pertukaran gas dan merupakan area yang dinamakan Anatomical Dead Space (Soemantri, 2008).

(32)

15

 Alveoli

Alveoli merupakan kantong udara yang berukuran sangat kecil, dan merupakan akhir dari bronkiolus respiratorius sehingga memungkinkan pertukaran gas O2 dan CO2. Fungsi utama dari unit alveolus adalah pertukaran gas O2 dan CO2 di antara kapiler pulmoner dan alveoli (Soemantri, 2008).

 Paru-Paru

Paru-paru terletak di rongga dada, berbentuk kerucut yang ujungnya berada di atas tulang iga pertama. Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus sedangkan paru-paru kiri mempunyai dua lobus. Bagian kanan dan kiri paru tediri atas percabangan saluran yang membentuk pohon bronkial, jutaaan alveoli dan jaring-jaring kapilernya, dan jaringan ikat. Sebagai organ, fungsi paru-paru adalah tempat terjadinya pertukaran gas antara udara atmosfir dan udara dalam aliran darah (Asih dan Cristantie, 2004).

 Toraks

Toraks atau rongga dada terdiri atas rongga pleura kanan dan kiri. Pada bagian tengah disebut mediastinum. Toraks memiliki peranan penting dalam pernapasan karena bentuk elips dari tulang rusuk dan sudut perlekatannya ke tulang belakang membuat toraks menjadi lebih besar ketika dada dibusungkan dan menjadi lebih kecil ketika dikempiskan. Perubahan dalam

(33)

16 ukuran toraks inilah yang memungkinkan proses inspirasi dan ekspirasi (Asih dan Cristantie, 2004).

2. Definisi Gangguan Pernapasan

Pada kondisi normal, saluran pernapasan manusia dalam keadaan sehat mampu mengatasi polutan yang masuk bersama udara pernapasan tanpa menyebabkan gangguan yang berarti ataupun dampak jangka panjang. Sedangkan, pada individu yang sensitif, atau pada saat terjadi polusi yang cukup tinggi, polutan dapat berkontribusi terhadap terjadinya peningkatan gejala gangguan pernapasan atau penyakit pernapasan (Fitria, 2009). Menurut Alsagaff dan Mukty (2005), gangguan pernapasan adalah adanya keluhan pada saluran pernapasan akibat terpapar polutan udara, dimana semakin lama individu terpapar polutan udara maka kemungkinan adanya keluhan pernapasan semakin besar

3. Gejala Gangguan Pernapasan

Polutan yang masuk ke saluran pernapasan bersama udara saat bernapas akan mengakibatkan sejumlah reaksi pertahanan tubuh dengan beberapa keluhan atau gejala antara lain: batuk, bersin, aktivitas mukosilier, spasme laring, bronkokonstriksi, atau takipneu (Fitria, 2009). Berikut ini penjelasan mengenai keluhan atau gejala yang timbul pada individu yang mengalami gangguan pernapasan, yaitu:

(34)

17 a. Batuk

Batuk merupakan refleks protektif yang disebabkan oleh iritasi pada percabangan trakeobronkial. Batuk juga merupakan gejala paling umum dari penyakit pernapasan. Menghirup asal, debu, atau benda asing merupakan penyebab batuk yang paling umum. Bronkitis kronik, asma, tuberkulosis, dan pneumonia secara khas menunjukkan batuk sebagai gejala yang paling menonjol.

Batuk dapat dideskripsikan berdasarkan waktu (kronis, akut, dan paroksismal [episode batuk hebat yang sulit dikontrol], berdasarkan kualitas (produktif-nonproduktif, kering-basah, batuk keras mengonggong, serak dan batuk pendek) (Asih dan Cristantie, 2004).

b. Bersin

Bersin sama terjadinya pada proses refleks batuk. Bersin terjadi di saluran hidung akibat adanya iritasi pada saluran hidung, impuls aferennya berjalan di dalam saraf maksilaris ke tulang belakang (Muluk,2009).

c. Iritasi Tenggorokan

Iritasi tenggorokan atau faringitis adalah peradangan dari faring (bagian belakang tenggorokan antara amandel dan laring).

Hal ini dapat disebabkan oleh banyak hal, termasuk virus (seperti yang menyebabkan pilek dan mononucleosis), ragi, dan bakteri (seperti yang menyebabkan radang tenggorokan). Hal-hal lain yang dapat menyebabkan sakit tenggorokan termasuk merokok,

(35)

18 menghirup udara tercemar, minum alkohol, demam, atau alergi hewan peliharaan ketombe, serbuk sari, dan cetakan. Virus adalah penyebab paling umum dari faringitis (sakit tenggorokan) (CFCP, 2012). Rasa sakit radang tenggorokan timbul dengan gejala gatal, perih, bahkan sakit saat menelan air liur (UMHS, 2012).

Sedangkan, menurut CFCP (2012), Gejala dari sakit atau iritasi tenggorokan seperti tenggorokan merah, demam, sakit kepala, muntah (pada anak yang mengalami strep throat), sakit saat menelan, dan tonsil bengkak.

d. Dispnea

Dispnea merupakan suatu persepsi kesulitan bernapas atau sesak napas dan merupakan perasaan subjektif individu yang mencakup komponen fisiologis dan kognitif. Dispnea sering menjadi salah satu manisfestasi klinis yang dialami klien dengan gangguan pulmonal dan jantung (Asih dan Cristantie, 2004).

Menurut Rab (1996), dispnea yaitu kesulitan bernapas yang disebabkan karena suplai oksigen ke dalam jaringan tubuh tidak sebanding dengan oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh. Adapun penyebab kurangnya oksigen karena tekanan oksigen saat inspirasi yang rendah misalnya pada tempat yang tinggi dan juga akibat gas- gas polutan yang berbahaya.

e. Nyeri Dada

Nyeri dada berkaitan dengan masalah pulmonal dan jantung. Batuk dan infeksi pleuritis dapat menyebabkan nyeri dada.

(36)

19 Nyeri dada pleuritik umumnya nyeri dada terasa tajam menusuk dengan awitan mendadak tetapi dapat juga bertahap. Nyeri dada jenis ini terjadi pada tempat inflamasi dan biasanya terlokalisasi dengan baik, nyeri meningkat dengan gerakan dinding dada seperti saat batuk atau bersin dan napas dalam (Asih dan Cristantie, 2004).

4. Penyebab Gangguan Pernapasan

Permukaan paru-paru sangat luas dimana luas permukaannya sekitar 70-80 m2. Permukaan total paru-paru yang luas ini hanya dipisahkan oleh membran tipis dari sistem sirkulasi, secara teoritis akan mengakibatkan seseorang mudah terserang oleh masuknya benda asing seperti: debu, bakteri, dan virus yang masuk bersama dengan udara inspirasi (Muluk, 2009). Diantara banyak penyebab gangguan pernapasan yang terjadi, polutan udara yang buruk saat ini menjadi peluang besar terjadinya banyak gangguan pernapasan yang di alami oleh masyarakat. Polutan di udara seperti: PM10, NO2, SO2, dan O3 merupakan polutan berbahaya bagi saluran pernapasan manusia. Beberapa penelitian membuktikan bahwa PM10, NO2, dan O3 merupakan polutan udara yang bersifat reaktif dan dapat memicu kerusakan jaringan dalam saluran pernapasan melalui mekanisme stres oksidatif dan inflamasi saluran napas, baik pada penderita asma maupun individu yang sehat (Fitria,2009). Lebih lanjut lagi dalam Sandra (2013), menjelaskan polutan udara yang dapat mengakibatkan gangguan pada saluran pernapasan adalah gas NO2, SO2 , formaldehida, ozon dan partikel

(37)

20 debu. Polutan tersebut bersifat mengiritasi saluran pernapasan yang dapat mengakibatkan gangguan fungsi paru. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian Sandra (2013) mengenai keluhan gangguan pernapasan pada Polantas Surabaya menunjukkan, mengalami keluhan batuk kering (85,7%), keluhan batuk berdahak (57,1%), dan keluhan sesak napas disertai batuk (46,6%).

B. Faktor Individu Yang Mempengaruhi Keluhan Gangguan Pernapasan

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya gangguan pernapasan pada manusia, antara lain:

1. Jenis Kelamin

Menurut Noor (2008), menjelaskan jenis kelamin menjadi salah satu variabel deskriptif yang dapat memberikan perbedaan angka/rate kejadian pada pria dan wanita. Perbedaan insiden penyakit menurut jenis kelamin dapat timbul karena bentuk anatomis, fisiologis dan sistem hormonal yang berbeda. Pria merupakan risiko untuk asma pada anak-anak. Sebelum usia 14 tahun, prevalensi asma pada anak laki-laki adalah 1,5-2 kali dibanding dengan anak perempuan (Oemiati dkk, 2010). Selain itu, studi epidemiologi mengenai faktor risiko untuk Penyakit Paru Obstruktif Kronis baik secara retrospektif maupun prospektif didapatkan hasil bahwa laki-laki memiliki risiko lebih besar daripada wanita. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa

(38)

21 faktor seperti perbedaan genetik, jumlah rokok yang dihisap, atau adanya pencemaran di tempat kerja (Mukono, 2008).

2. Usia

Usia menjadi salah satu karakteristik individu yang dapat memberikan gambaran tentang faktor penyebab penyakit ataupun faktor sekunder yang harus diperhitungkan untuk meneliti perbedaan frekuensi penyakit dengan variabel lainnya (Halim, 2000). Seiring bertambahnya usia, maka seseorang lebih berisiko dan rentan terhadap penyakit atau gangguan saluran pernapasan karena, degenerasi otot- otot pernapasan dan elastisitas jaringan yang menurun. Seperti hasil Riskesdas tahun 2007 dalam Oemiati dkk (2010), menjelaskan prevalensi asma meningkat seiring dengan bertambahnya usia.

Kelompok usia ≥75 tahun memiliki risiko 4,3 kali terkena asma dibandingkan dengan kelompok ≤14 tahun. Hal ini pun sejalan dengan penelitian Yulaekah (2007), didapatkan bahwa ada hubungan bermakna antara paparan debu terhirup dengan gangguan fungsi paru pada kelompok umur 31-40 tahun. Sedangkan, pada kelompok umur 20-30 tahun tidak ada hubungan antara paparan debu terhirup dengan gangguan fungsi paru.

3. Masa Kerja

Semakin lama manusia terpapar debu di tempat kerja yang bisa dilihat dari lama bekerja maka debu kemungkinan akan tertimbun di paru-paru. Lama bekerja bertahun-tahun dapat memperparah kondisi

(39)

22 kesehatan pekerja karena frekuensi pajanan yang sering (Suma’mur, 2009).

4. Lama Pajanan

Lama pajanan polutan di udara ambien mempengaruhi keparahan gangguan pernapasan yang diderita oleh seseorang. Menurut Kusnoputranto (2000), menjelaskan durasi dan frekuensi pemajanan tunggal atau multiple akan menghasilkan efek pemajanan baik akut maupun kronis, sehingga lama seseorang mendapatkan pemajanan dan seberapa kerap pemajanan mengenai subjek dampaknya pun semakin bervariasi.

5. Perilaku Merokok

Perilaku merokok dapat memperberat kinerja paru-paru untuk mendapatkan udara bersih, sehingga rentan terhadap penyakit pernapasan. Menurut Tarlo dkk (2010), merokok pada orang dewasa dapat menimbulkan berbagai gangguan sistem pernapasan seperti kanker paru, gejala iritan akut, asma, gejala pernapasan kronik, penyakit obstruktif paru kronik, dan infeksi pernapasan.

C. Jenis-Jenis Udara

Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, udara dibagi menjadi dua bagian yaitu:

1. Udara Ambien

Udara ambien adalah udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfir yang berada di dalam wilayah yuridiksi Republik Indonesia

(40)

23 yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya. Jadi dapat dikatakan, udara ambien berada di sekitar manusia yang berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat.

2. Udara Emisi

Udara emisi adalah zat, energi dan/atau komponen lain yang dihasilkan dari suatu kegiatan yang masuk dan/atau dimasukkan ke dalam udara ambien yang mempunyai dan/atau tidak mempunyai potensi sebagai unsur pencemar.

D. Pencemaran Udara

1. Definisi Pencemaran Udara

Pencemaran udara saat ini menunjukkan kondisi yang cukup memprihatinkan. Adapun sumber pencemaran udara yang terjadi akibat dari berbagai aktivitas manusia seperti: industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan. Berbagai kegiatan tersebut memberikan kontribusi yang besar sebagai pencemar udara. Dampak dari pencemaran udara tersebut menyebabkan terjadinya penurunan kualitas udara, yang berdampak negatif terhadap kesehatan manusia (Depkes, 2011). Dalam Peraturan Menteri Lingkungana Hidup No. 12 Tahun 2010 tentang pelaksaan pengendalian pencemaran udara di daerah yang dimaksud pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga melampaui baku mutu udara

(41)

24 yang telah ditetapkan. Pada tingkat konsentrasi tertentu zat-zat pencemar udara dapat berakibat langsung terhadap kesehatan manusia, baik secara mendadak atau akut, menahun atau kronis/sub klinis dan dengan gejala-gejala yang samar. Gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pencemaran udara dengan sendirinya akan mempengaruhi daya kerja seseorang, yang berakibat turunnya nilai produktivitas serta mengakibatkan kerugian ekonomis pada jangka panjang dan timbulnya permasalahan sosial ekonomi keluarga dan masyarakat (Budiyono, 2001). Komponen paling besar dalam polusi udara di perkotaan adalah NO2, O3 dan particulate matter.

2. Sumber Pencemaran Udara

Pencemaran udara yang terjadi di lingkungan disebabkan oleh berbagai sumber baik secara alami maupun akibat aktivitas manusia.

Menurut Sugiarti (2009), pencemaran udara yang diakibatkan oleh sumber alamiah, seperti letusan gunung berapi dan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia seperti: emisi transportasi ,dan emisi pabrik atau industri. Pencemaran udara pun dapat terjadi baik dalam ruangan tertutup (indoor) maupun luar ruangan (outdoor). Adapun sumber pencemaran udara dapat diklasifikasikan menjadi sumber bergerak seperti: aktivitas lalu lintas, kendaraan bermotor, dan transportasi laut.

Sedangkan, sumber tidak bergerak seperti pembangkit listrik, industri, dan rumah tangga.

(42)

25 3. Dampak Kesehatan Akibat Pencemaran Udara

Menurut Budiyono (2001), zat pencemar di udara pada konsentrasi tertentu dapat berakibat langsung terhadap kesehatan manusia baik secara mendadak atau akut, menahun atau kronis dengan gejala yang samar. Dimulai dari iritasi saluran pernapasan, iritasi mata, dan alergi kulit sampai dengan timbulnya kanker paru. Gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pencemaran udara dengan sendirinya akan mempengaruhi daya kerja seseorang, yang berakibat turunnya nilai produktivitas serta mengakibatkan kerugian ekonomis pada jangka panjang dan timbulnya permasalahan sosial ekonomi keluarga dan masyarakat. Adapun akibat yang timbul pada tubuh manusia karena bahan pencemar udara dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: jenis bahan pencemar, toksisitas dan ukuran partikelnya. Bahan oksidan seperti gas O3 dapat mengiritasi mukosa saluran pernapasan yang berakibat pada peningkatan insiden penyakit saluran pernapasan kronik yang nonspesifik ,seperti asma dan bronkitis. Sedangkan, bahan organik seperti partikel debu dapat menyebabkan pneumokoniosis dan penyakit lainnya. Lain halnya dengan gas CO yang masuk ke dalam sirkulasi darah dalam tubuh manusia yang bersifat neurotoksik.

4. Pengaruh Unsur Meteorologi Terhadap Pencemaran Udara

Unsur meteorologi berpengaruh besar pada dispersi dan penyisihan pencemar udara secara alami. Dengan demikian, informasi meteorologi merupakan hal penting dalam menentukan langkah- langkah pengendalian pencemaran udara dari berbagai sumber

(43)

26 pencemar baik industri maupun sistem transportasi (Istikharotun dkk, 2016). Berikut ini beberapa unsur meteorologi yang mempengaruhi konsentrasi polutan di udara, yaitu:

Kelembaban Udara

Kelembaban udara adalah jumlah kandungan uap air di udara atau tekanan uap yang teramati terhadap tekanan uap jenuh untuk suhu yang diamati dan dinyatakan dalam persen (Neiburger, 1995). Sedangkan, menurut Tjasyono (2004), yang dimaksud kelembaban udara adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam massa udara pada waktu dan tempat tertentu. Secara singkat, pengukuran kelembaban di udara dilakukan dengan pengukuran kelemababan relatif. Kelembaban relatif adalah perbandingan antara tekanan uap air yang terukur dengan tekanan uap air pada kondisi jenuh yang dinyatakan dalam persen. Kelembaban relatif dapat diukur menggunakan higrometer atau psikometer.

Kelembaban relatif akan berubah sesuai dengan tempat dan waktu.

Menjelang tengah hari maka kelembaban akan relatif berangsur- angsur turun kemudian bertambah besar pada sore hari hingga menjelang pagi.

Hubungan kelembaban udara dengan konsentrasi pencemar di udara ambien yaitu jika kelembaban udara tinggi dapat menyebabkan dispersi udara menjadi lambat karena banyaknya uap air di udara akan memperlambat aliran udara baik secara horizontal maupun vertikal sehingga konsentrasi polutan menjadi tinggi.

(44)

27 Sedangkan, kelembaban udara rendah mengartikan bahwa udara memiliki kandungan uap air yang jumlahnya sedikit. Pada saat itu dispersi udara akan terjadi lebih cepat karena udara dapat bergerak tanpa terhambat oleh uap air sehingga konsentrasi polutan di udara menjadi rendah (Syech dkk, 2012).

Suhu Udara

Suhu udara merupakan unsur iklim di atmosfer yang sangat penting karena berubah sesuai tempat dan waktu. Suhu udara akan berfluktuasi dengan nyata setiap periode 24 jam. Fluktuasi suhu akan terganggu apabila turbulensi udara atau pergerakkan massa udara menjadi sangat aktif, misalnya pada kondisi kecepatan angin tinggi (Tjasyono, 2004).

Menurut Okrofoar (2014) dalam Istikharotun dkk (2016), menjelaskan bahwa perbedaan temperatur mempengaruhi konsentrasi polutan di udara ambien dan konsentrasi pencemar akan cenderung menurun seiring dengan meningkatnya temperatur.

Kecepatan Angin

Angin adalah gerak udara yang sejajar dengan permukaan bumi dimana bergerak dari daerah bertekanan udara tinggi ke daerah bertekanan udara rendah. Angin diberi nama sesuai dengan dari air mana angin datang. Kecepatan angin berubah dengan jarak diatas permukaan tanah dan perubahannya cepat pada paras (elevasi) rendah (Tjasyono, 2004). Kecepatan angin adalah rata- rata laju pergerakan angin yang merupakan gerakan horizontal

(45)

28 udara terhadap permukaan bumi suatu waktu yang diperoleh dari hasil pengukuran harian. Kecepatan angin dapat diukur dengan suatu alat yang dinamakan anemometer (Neiburger, 1995).

Menurut Tasic dkk (2013) dalam Isirokhatun dkk (2016) menjelaskan, semakin tinggi kecepatan angin, maka konsentrasi polutan di udara akan semakin kecil karena polutan tersebut terbawa angin menjauhi lokasi pengukuran. Semakin tinggi kecepatan angin, maka pencemar akan terdilusi melalui dispersi sehingga peningkatan kecepatan angin akan mempercepat terjadinya dispersi dan dilusi pencemar udara sehingga konsentrasi pencemar rendah.

E. Baku Mutu Kualitas Udara Ambien Nasional

Baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat, energi, dan/atau komponen yang ada atau yang seharusnya ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambien (PP RI No.41 Tahun 1999). Berikut ini, tabel baku mutu kualitas udara ambien secara nasional.

Tabel 2.1 Baku Mutu Udara Ambien Nasional

No. Parameter Waktu Pengukuran

Baku Mutu Metode Analisis Peralatan

1 SO2 (Sulfur Dioksida)

1 Jam 24 Jam 1 Thn

900 ug/Nm3 365 ug/Nm3 60 ug/Nm3

Pararosanilin Spektrofotometer

2 CO (Karbon

1 Jam 24 Jam

30.000 ug/Nm3 10.000 ug/Nm3

NDIR NDIR Analyzer

(46)

29

Monoksida) 1 Thn 3 NO2

(Nitrogen Dioksida)

1 Jam 24 Jam 1 Thn

400 ug/Nm3 150 ug/Nm3 100 ug/Nm3

Saltzman Spektrofotometer

4 O3 (Oksidan)

1 Jam 1 Thn

235 ug/Nm3 50 ug/Nm3

Chemiluminescent Spektrofotometer

5 HC (Hidro Karbon)

3 Jam 160 ug/Nm3 Flame Ionization Gas

Chromatografi

6 PM10

(Partikel <

10 um)

24 Jam 150 ug/Nm3 Gravimetric Hi – Vol

PM 2.5* 24 Jam 1 Jam

65 ug/Nm3 15 ug/Nm3

Gravimetric Gravimetric

Hi – Vol Hi – Vol 7 TSP

(Debu)

24 Jam 1 Jam

230 ug/Nm3 90 ug/Nm3

Gravimetric Hi – Vol

8 Pb(Timah Hitam)

24 Jam 1 Jam

2 ug/Nm3 1 ug/Nm3

Gravimetric Ekstraktif Pengabuan

Hi – Vol AAS

9 Dustfall (Debu Jatuh)

30 Hari 10

Ton/Km2/Bulan (Pemukiman) 20

Ton/Km2/Bulan (Industri)

Gravinetric Cannister

10 Total Fluorides (as F)

24 Jam 90 Hari

3 ug/Nm3 0,5 ug/Nm3

Spesific ion Electrode

Impinger atau Continous Analyzer 11 Fluor

Indeks

30 Hari 40 ug/100 cm2 dari kertas limed filter

Colourimetric Limed Filter Paper

12 Klorin dan Klorin Dioksida

24 Jam 150 ug/Nm3 Spesific ion Electrode

Impinger atau Continous Analyzer 13 Sulfat

Indeks

30 Hari 1 mg SO3/100 cm3 Dari Lead Peroxide

Colourimetric Lead Peroxida Candle

(47)

30 F. Sulfur Dioksida (SO2)

1. Definisi dan Karakteristik

Gas SO2 merupakan gas tidak berwarna dengan bau yang tajam.

Berbentuk cair dalam tekanan rendah dan sangat mudah larut dalam air. Gas ini dihasilkan oleh aktivitas yang berhubungan dengan pembakaran bahan bakar fosil (batubara, minyak). Di alam, SO2

berada di udara akibat erupsi gunung berapi. Saat SO2 masuk di lingkungan dan berada di udara maka dapat membentuk asam sulfit, sulfur trioksida, dan sulfat. Gas SO2 dapat larut di dalam air dan membentuk asam sulfur bahkan tanah pun dapat menyerap SO2 (ATSDR, 1998).

2. Sumber

Sumber gas SO2 di udara dihasilkan oleh pembangkit tenaga listrik, pembakaran, pertambangan dan pengolahan logam, sumber daerah (pemanasan domestik dan distrik), dan sumber bergerak (mesin diesel).

Lokasi yang berdekatan dengan industri, maupun lokasi yang memiliki lalu lintas tinggi akan memiliki konsentrasi SO2 yang lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi yang letaknya jauh dari industri dan memiliki lalu lintas rendah (BPLHD, 2015). Sedangkan, menurut Mulia (2005), sumber pencemaran SO2 di udara berasal dari sumber alamiah dan buatan. Sumber alamiah gas SO2 seperti: gunung berapi, pembusukan bahan organik oleh mikroba, dan reduksi sulfat secara biologis. Kemudian, sumber buatan berasal dari pembakaran bahan

(48)

31 bakar minyak, gas, dan terutama batubara yang mengandung sulfur tinggi.

3. Dampak SO2

a. Terhadap Kesehatan

Dampak gas SO2 terhadap kesehatan manusia adalah terganggunya saluran pernapasan dan iritasi mata. Pada konsentrasi yang sangat tinggi dapat menimbulkan kematian. Konsentrasi gas SO2 sampai 38 ppm pernah terjadi di Belgia mengakibatkan 60 orang tewas serta ratusan sapi dan ternak lainnya mati (Manik,2007). Hal ini sejalan dengan Depkes (2007), bahwa gas SO2 dapat menyebabkan timbulnya keluhan kesehatan iritasi tenggorokan jika kadar pencemar tersebut mencapai 8-12 ppm. Gas ini sangat berbahaya bagi manusia terutama pada konsentrasi di atas 0,4 ppm. Gas SO2 mudah menjadi asam dan menyerang selaput lendir pada hidung, tenggorokan sampai pada paru-paru.

Pada konsentrasi 1-2 ppm, bagi orang yang sensitif serangan gas ini menyebabkan iritasi pada bagian tubuh yang terkena langsung namun, orang yang cukup kebal akan terasa teriritasi pada konsentrasi 6 ppm dengan pemaparan singkat. Pemaparan gas SO2

lebih lama dapat menyebabkan peradangan yang lebih hebat pada selaput lendir yang diikuti oleh kelumpuhan sistem pernapasan, kerusakan dinding epithalium dan kematian (Sugiarti, 2009).

(49)

32 b. Terhadap Lingkungan

Gas SO2 bereaksi di atmosfir membentuk hujan asam. Zat- zat ini berdifusi ke atmosfer dan bereaksi dengan air untuk membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang mudah larut sehingga jatuh bersama air hujan. Air hujan yang asam tersebut akan meningkatkan kadar keasaman tanah dan air permukaan yang terbukti berbahaya bagi kehidupan ikan dan tanaman (BPLHD, 2015).

4. Populasi Rentan Terhadap SO2

Anak-anak dan orang dewasa yang tinggal di sekitar industri atau padat lalu lintas dapat terkontaminasi SO2 di udara karena gas ini bersifat iritan terhadap saluran pernafasan dan menyebabkan pembengkakan membran mukosa serta pembentukan mukus yang dapat meningkatkan hambatan aliran udara pada saluran pernafasan (ATSDR, 1998). Kondisi ini akan menjadi lebih parah bagi kelompok yang peka seperti penderita penyakit jantung atau paru-paru serta pada kelompok lanjut usia (Tugaswati, 2007).

5. Toksikologi SO2

Gas SO2 masuk ke dalam tubuh saat bernapas melalui hidung hingga ke paru-paru. Gas ini sangat mudah dan cepat masuk ke aliran darah melalui paru-paru. Saat masuk ke tubuh, SO2 berubah menjadi sulfat dan keluar bersama dengan urin (ATSDR, 1998).

Gambar

Gambar 2.1 Sistem Pernapasan Manusia
Tabel 2.1 Baku Mutu Udara Ambien Nasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Gambar 4.1  Denah Pengukuran Sampel Udara Ambien Terminal  Kampung  Rambutan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta sedang melakukan penelitian dengan judul penelitian “Pengaruh

Saya mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, sedang melakukan penelitian

Saya mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu Keperawatan, sedang melaksanakan

Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.. Journal Compilation, The Society for

Menimbang : bahwa sehubungan dengan pengembangan fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dipandang perlu

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.. The Subjective Workload Assessment Technique: a

Jakarta: Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.. Gaya Hidup Sehat Mencegah Penyakit