TUGAS PERTEMUAN 3
A. Kaitan Antara Hukum Lingkungan dengan Hukum Internasional Publik Kaitan antara hukum lingkungan dan hukum internasional publik mencerminkan kolaborasi global dalam mengatasi masalah lingkungan yang melampaui batas negara. Adapun beberapa kaitan antara hukum lingkungan dan hukum internasional publik, diantaranya:
1. Prinsip Kesepakatan Internasional
Hukum lingkungan sering diatur oleh perjanjian internasional yang dibuat dalam kerangka hukum internasional publik, seperti Protokol Kyoto dan Perjanjian Paris terkait perubahan iklim.
2. Kedaulatan Negara dan Tanggung Jawab Global
Hukum internasional publik menegaskan bahwa negara memiliki hak atas sumber daya alamnya, tetapi juga memiliki kewajiban untuk tidak menyebabkan kerusakan lingkungan yang berdampak lintas batas.
3. Kerjasama Multilateral
Isu-isu lingkungan, seperti perubahan iklim dan penurunan biodiversitas, membutuhkan kerjasama internasional, yang diatur melalui hukum internasional publik dalam forum seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
4. Lembaga dan Instrumen Internasional
Hukum lingkungan sering melibatkan organisasi internasional seperti Program Lingkungan PBB (UNEP), yang merupakan bagian dari hukum internasional publik dalam upaya pengelolaan dan perlindungan lingkungan global.
5. Penyelesaian Sengketa Lingkungan
Hukum internasional publik menyediakan mekanisme penyelesaian sengketa terkait lingkungan melalui lembaga seperti Mahkamah Internasional (ICJ) atau arbitrase internasional.
Adapun salah satu contoh nyata dari keterkaitan ini adalah Perjanjian Paris yang dilaksanakan pada tahun 2015. Perjanjian Paris 2015 tentang perubahan iklim adalah contoh utama di mana hukum lingkungan dan hukum internasional publik berinteraksi, mengharuskan negara-negara untuk mengambil tindakan kolektif dalam menurunkan emisi karbon sesuai dengan kesepakatan multilateral.
B. Kaitan Antara Hukum Lingkungan dengan Hukum Perdata Internasional
Kaitan antara hukum lingkungan dan hukum perdata internasional muncul ketika masalah lingkungan melibatkan lebih dari satu negara atau entitas dari negara berbeda, terutama terkait tanggung jawab dan penyelesaian sengketa secara privat.
Adapun beberapa kaitan hukum lingkungan dan hukum perdata internasional, diantaranya:
1. Tanggung Jawab Sipil Lintas Batas
Hukum perdata internasional mengatur ketika tindakan pencemaran atau kerusakan lingkungan yang dilakukan di satu negara berdampak pada individu atau properti di negara lain, seperti pencemaran udara atau air lintas batas.
2. Gugatan Sipil di Negara Lain
Dalam kasus kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh perusahaan multinasional, hukum perdata internasional memungkinkan korban di satu negara untuk mengajukan gugatan terhadap entitas dari negara lain. Ini sering melibatkan konflik yurisdiksi.
3. Prinsip Forum Non Conveniens
Hukum perdata internasional mempertimbangkan prinsip "forum non conveniens," di mana pengadilan dapat menolak memproses gugatan jika ada pengadilan lain yang lebih sesuai untuk menangani kasus tersebut, terutama terkait sengketa lingkungan lintas negara.
4. Penyelesaian Sengketa Perdata Internasional
Dalam kasus-kasus pencemaran internasional, hukum perdata internasional memungkinkan penyelesaian sengketa melalui mekanisme arbitrase atau litigasi internasional, melibatkan kontrak atau perjanjian antar entitas dari negara yang berbeda.
Sebagai contoh, yakni kasus Bhopal Disaster di India melibatkan gugatan terhadap Union Carbide, perusahaan AS, oleh korban pencemaran gas beracun. Gugatan ini merupakan contoh penerapan hukum perdata internasional dalam kasus kerusakan lingkungan, karena korban dari satu negara menggugat perusahaan dari negara lain di pengadilan internasional.
C. Kaitan Antara Hukum Lingkungan dengan Hukum Administrasi
Kaitan antara hukum lingkungan dan hukum administrasi terletak pada peran pemerintah dalam mengatur, mengimplementasikan, dan menegakkan aturan yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan. Adapun kaitan tersebut, diantaranya:
1. Peraturan dan Implementasi Kebijakan Lingkungan
Hukum administrasi digunakan untuk menyusun dan menerapkan kebijakan serta
peraturan lingkungan, yang diberlakukan oleh lembaga pemerintah. Ini mencakup aturan pengelolaan sumber daya alam dan perlindungan lingkungan yang diatur secara administratif.
2. Izin Lingkungan
Hukum lingkungan melibatkan prosedur perizinan administrasi untuk kegiatan yang dapat mempengaruhi lingkungan. Contohnya, proyek industri atau infrastruktur harus mendapatkan izin lingkungan dari lembaga administrasi sebelum memulai operasi, termasuk melalui proses AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan).
3. Pengawasan dan Penegakan
Lembaga pemerintahan berperan dalam pengawasan melalui hukum administrasi untuk memastikan kepatuhan terhadap peraturan lingkungan. Jika ditemukan pelanggaran, badan administrasi dapat mengenakan sanksi administratif seperti denda, penangguhan izin, atau penghentian kegiatan.
4. Partisipasi Publik dan Transparansi
Hukum administrasi memungkinkan partisipasi publik dalam proses pengambilan keputusan terkait lingkungan, seperti melalui konsultasi publik dalam AMDAL. Ini memastikan transparansi dan akuntabilitas dalam pelaksanaan kebijakan lingkungan.
5. Penyelesaian Sengketa Administratif
Hukum administrasi menyediakan mekanisme bagi masyarakat atau organisasi untuk mengajukan banding atau gugatan administratif terhadap keputusan pemerintah yang merugikan lingkungan. Misalnya, masyarakat bisa mengajukan gugatan jika izin proyek diberikan tanpa memperhatikan dampak lingkungan.
Proses AMDAL di Indonesia adalah contoh nyata di mana hukum lingkungan dan hukum administrasi terhubung. Sebelum proyek pembangunan yang berpotensi memengaruhi lingkungan mendapatkan izin, analisis mengenai dampak lingkungannya harus diajukan dan disetujui oleh lembaga administrasi terkait.
D. Kaitan Antara Hukum Lingkungan dengan Hukum Perdata
Kaitan antara hukum lingkungan dan hukum perdata berkaitan dengan perlindungan hak-hak individu atau kelompok terhadap dampak lingkungan yang merugikan melalui jalur perdata. Hukum perdata memberikan mekanisme bagi individu untuk menuntut pihak yang bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan yang memengaruhi properti atau kesejahteraan mereka. Adapun kaitan antara hukum lingkungan dan hukum perdat, diantaranya:
1. Tanggung Jawab Perdata (Liability)
Dalam kasus pencemaran atau kerusakan lingkungan, pihak yang dirugikan (baik individu, kelompok, atau perusahaan) dapat mengajukan gugatan perdata untuk mendapatkan ganti rugi dari pihak yang menyebabkan kerusakan. Ini mencakup pencemaran udara, tanah, atau air yang merusak properti atau kesehatan individu.
2. Gugatan Kelompok (Class Action)
Hukum lingkungan dapat melibatkan gugatan kelompok, di mana sekelompok individu yang terkena dampak kerusakan lingkungan mengajukan tuntutan perdata secara kolektif terhadap pelaku pencemaran, seperti perusahaan atau industri yang melakukan pelanggaran lingkungan.
3. Prinsip Ganti Rugi
Hukum perdata memungkinkan korban kerusakan lingkungan untuk mendapatkan kompensasi finansial atas kerugian yang mereka alami, seperti hilangnya nilai properti, biaya pemulihan lingkungan, atau kompensasi kesehatan akibat pencemaran.
4. Hukum Kontrak dan Kewajiban
Dalam konteks komersial, perjanjian antar pihak yang melibatkan kewajiban lingkungan juga diatur oleh hukum perdata. Misalnya, jika perusahaan gagal mematuhi klausul lingkungan dalam kontrak, pihak lain dapat menuntut berdasarkan pelanggaran kontrak.
5. Hak Milik dan Perlindungan Lingkungan
Hukum perdata melindungi hak kepemilikan individu atau entitas terhadap dampak lingkungan. Jika ada pihak yang melakukan pencemaran atau eksploitasi lingkungan yang mengganggu hak milik seseorang, mereka dapat mengajukan gugatan perdata.
Salah satu contoh kaitan hukum lingkungan dengan hukum perdata, yaitu pada Kasus Kebakaran Hutan di Riau (PT Merbau Pelalawan Lestari, 2014). Pemerintah Indonesia menggugat PT Merbau Pelalawan Lestari atas pembakaran hutan ilegal. Pengadilan memutuskan perusahaan bersalah dan wajib membayar ganti rugi sebesar Rp16,2 triliun. Kasus ini mencerminkan penggunaan hukum perdata untuk menuntut kompensasi atas kerusakan lingkungan.
E. Kaitan Antara Hukum Lingkungan dengan Hukum Pidana
Kaitan antara hukum lingkungan dan hukum pidana terletak pada penegakan hukum melalui sanksi pidana terhadap pelaku yang melakukan kejahatan lingkungan. Hukum pidana digunakan untuk menghukum perbuatan yang merusak lingkungan dan
mengancam kesehatan publik. Adapun kaitan antara hukum lingkungan dan hukum pidana, diantaranya:
1. Tindak Pidana Lingkungan
Hukum pidana mengatur berbagai perbuatan yang dikategorikan sebagai tindak pidana lingkungan, seperti pencemaran air, udara, dan tanah, pembalakan liar, serta perburuan satwa yang dilindungi.
2. Penegakan Hukum dan Sanksi
Pelanggaran hukum lingkungan yang serius dapat dijatuhi sanksi pidana, seperti denda, hukuman penjara, atau pencabutan izin usaha bagi perusahaan yang melanggar peraturan lingkungan.
3. Perlindungan Lingkungan sebagai Kepentingan Umum
Hukum pidana memastikan perlindungan lingkungan sebagai bagian dari kepentingan umum. Negara melalui jaksa dapat menuntut pelaku yang merusak lingkungan untuk melindungi masyarakat dan sumber daya alam.
4. Pembuktian dalam Kasus Pidana
Dalam kasus kejahatan lingkungan, hukum pidana mengharuskan adanya pembuktian yang cukup untuk menjerat pelaku. Penegakan ini melibatkan lembaga seperti kepolisian dan kejaksaan dalam proses investigasi dan penuntutan.
5. Pencegahan dan Efek Jera
Hukum pidana digunakan untuk memberikan efek jera kepada pelaku agar tidak mengulangi pelanggaran serupa, serta mencegah pihak lain dari melakukan tindakan yang merusak lingkungan.
Sebagai contoh, yakni pada kasus PT Adei Plantation di Riau tahun 2013. PT Adei Plantation & Industry dihukum pidana karena terlibat dalam kebakaran hutan yang merusak lingkungan di Riau. Pengadilan menjatuhkan hukuman denda dan hukuman penjara terhadap manajer perusahaan tersebut. Kasus ini menunjukkan penggunaan hukum pidana untuk menghukum tindakan yang merusak lingkungan.
F. Kaitan Antara Hukum Lingkungan dengan Hukum Pajak
Kaitan antara hukum lingkungan dan hukum pajak berfokus pada penggunaan instrumen pajak untuk mendukung kebijakan lingkungan dan mendorong praktik ramah lingkungan. Adapun kaitan tersebut, diantaranya:
1. Pajak Lingkungan
Hukum pajak dapat mengatur penerapan pajak lingkungan, seperti pajak karbon atau pajak atas emisi polutan, untuk mendorong pengurangan polusi dan penggunaan energi bersih.
2. Insentif Pajak untuk Praktik Ramah Lingkungan
Hukum pajak sering menyediakan insentif, seperti potongan pajak atau kredit pajak, bagi individu atau perusahaan yang mengadopsi teknologi ramah lingkungan atau melakukan investasi dalam energi terbarukan.
3. Pengaturan dan Pengumpulan Pajak
Penerapan pajak lingkungan memerlukan regulasi dan administrasi yang efektif untuk memastikan kepatuhan dan pengumpulan pajak. Ini melibatkan penegakan hukum pajak untuk memastikan bahwa kewajiban pajak lingkungan dipenuhi.
4. Pendanaan Program Lingkungan
Pendapatan dari pajak lingkungan dapat digunakan untuk mendanai program- program perlindungan dan rehabilitasi lingkungan, seperti pemulihan lahan bekas tambang atau konservasi satwa liar.
5. Keseimbangan Ekonomi dan Lingkungan
Hukum pajak dapat membantu mencapai keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan perlindungan lingkungan dengan menerapkan mekanisme pasar seperti cap-and-trade atau pajak berbasis emisi.
Sebagai contoh, yakni penerapan Pajak Karbon di Swedia. Swedia menerapkan pajak karbon sebagai bagian dari kebijakan lingkungan mereka. Pajak ini dikenakan pada emisi karbon dioksida dari bahan bakar fosil, dengan tujuan mengurangi emisi gas rumah kaca dan mendorong penggunaan energi terbarukan. Pendapatan dari pajak karbon digunakan untuk mendukung proyek-proyek lingkungan dan energi bersih.
G. Kaitan Antara Hukum Lingkungan dengan Hukum Tata Negara
Kaitan antara hukum lingkungan dan hukum tata negara terletak pada bagaimana struktur dan proses pemerintahan, serta konstitusi, mempengaruhi dan mengatur perlindungan lingkungan. Adapun kaitan tersebut, diantaranya:
1. Hak Konstitusional atas Lingkungan
Hukum tata negara menetapkan hak-hak konstitusional warga negara terkait lingkungan, seperti hak atas lingkungan yang sehat dan bersih. Konstitusi sering mencantumkan perlindungan lingkungan sebagai hak dasar.
2. Kewenangan dan Struktur Pemerintahan
Hukum tata negara mengatur kewenangan lembaga pemerintah dalam bidang lingkungan, termasuk pembagian tugas antara pemerintah pusat dan daerah dalam mengelola dan melindungi sumber daya alam.
3. Pembuatan Undang-Undang dan Kebijakan
Hukum tata negara mempengaruhi proses pembuatan undang-undang
lingkungan, termasuk bagaimana undang-undang tersebut disusun, dibahas, dan disetujui oleh lembaga legislatif dan eksekutif.
4. Peran Pengadilan dan Sistem Peradilan
Hukum tata negara mengatur peran pengadilan dalam menilai kasus-kasus lingkungan, termasuk bagaimana pengadilan dapat menafsirkan dan menerapkan undang-undang lingkungan untuk melindungi hak-hak lingkungan.
5. Akuntabilitas dan Transparansi Pemerintah
Hukum tata negara menetapkan mekanisme untuk akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan lingkungan, memastikan bahwa tindakan pemerintah terkait lingkungan dapat diawasi dan dipertanggungjawabkan.
Sebagai contoh, yakni Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945). UUD 1945 mencantumkan hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak asasi manusia. Pasal 28H menyebutkan bahwa setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Ini mencerminkan bagaimana hukum tata negara dapat mengatur perlindungan lingkungan sebagai bagian dari hak konstitusional.