• Tidak ada hasil yang ditemukan

implementasi nilai-nilai pendidikan agama islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "implementasi nilai-nilai pendidikan agama islam"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

KEC. SUMBERMALANG KAB. SITUBONDO TAHUN PELAJARAN 2017-2018

SKRIPSI

Diajukan kepada Institut Agama Islam Negeri Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh

WAHYUDI RAMDANI NIM: 084141433

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) JEMBER FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

2018

(2)

KEC. SUMBERMALANG KAB. SITUBONDO TAHUN PELAJARAN 2017-2018

SKRIPSI

Diajukan kepada Institut Agama Islam Negeri Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh:

WAHYUDI RAMDANI NIM: 084141433

Disetujui Pembimbing

Dewi Nurul Qomariyah, S.S. M.Pd NIP. 19790127 200710 2 003

(3)

































Artimya : Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar. (Q.S. An- Nisa: 9)1

1 Al-Quran, 04:9

(4)

Alhamdulillahirrabil’alamin

Terimakasih puji syukur kepada Allah SWT yang tiada henti. Dzat yang maha pengasih dan penyayang Engkau berikan kasih sayang kepadaku dan orang- orang disekitarku. Shalawat beserta salam tetap tertuju pada Nabi Muhammad SAW. Terimakasih yang tiada tara kepada orang-orang yang senantiasa mewarnai hari-hariku, menemaniku berjuang menapaki lika-liku hidup, mendukungku tanpa kenal lelah.

Karya ini aku persembahkan untuk:

1. Orang tuaku (Bapak Sujibno dan Ibu Maryani) yang telah ikut berjuang untuk kelancaran dan kesuksesanku dalam menempuh pendidikan secara layak.

Karya ini untuk kalian yang selalu mendo’akan keberhasilanku dan memberikan dukungan baik dukungan moral maupun dukungan materi.

2. Nenekku (Mbah Supami) yang tak kenal lelah memberikan dukungan dan kasih sayangnya selama saya menempuh pendidikan di perguruan tinggi sebagai orang tua kedua bagiku.

3. Teman setiaku (Risa Novita) yang selalu memberikan dukungan dan selalu menemaniku menyelesaikan karya ini tanpa kenal lelah.

4. Para guru-guru dan dosen sejak saya menempuh pendidikan dasar hingga perguruan tinggi yang telah ikhlas memberikan banyak ilmu pengetahuan sebagai bekal bagi penulis di masa yang akan datang .

5. Keluarga besar Unit kegiatan pengembangan keilmuan (UKPK) IAIN Jember, yang telah memberikan wadah kepada penulis untuk berproses dan berkarya sebagai mahasiswa seutuhnya.

6. Almamaterku tercinta IAIN Jember.

(5)

Dengan menyebut Asma Allah SWT. Yang maha pengasih dan maha penyayang, teriring rasa syukur yang sangat mendalam kepada penguasa jagad raya yang telah banyak melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga hamba bisa menyelesaikan skripsi ini.

Semoga sholawat serta salam senantiasa Allah limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membina dan mengarahkan kita dari dunia jahiliyah menuju dunia pengetahuan.

Penyusun menyadari atas keterbatasan intelektualitas dan pengalaman sehingga tidak mustahil masih terdapat kekurangan dan kesalahan dalam isi dan metode dalam skripsi ini. Oleh karena itu kritik yang konstruktif dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Selanjutnya penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang sudah membantu, baik berupa pikiran, motivasi maupun sarana yang terwujud nyata dalam karya ilmiah ini, utamanya yang terhormat

1. Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE, MM selaku Rektor IAIN Jember yang telah memberikan fasilitas selama berada di IAIN Jember.

2. Dr. H. Abdullah, S.Ag., M.HI selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Jember yang meluangkan waktunya untuk menyetujui hasil skripsi yang telah diselesaikan.

3. Dr. H. Mundir, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Islam FTIK IAIN Jember yang telah meluangkan waktunya untuk menyetujui hasil skripsi yang telah diselesaikan.

(6)

5. Dewi Nurul Qomariyah, S.S.M.Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan, arahan dan nasehat demi selesainya penyusunan skripsi ini.

6. Ahmad Muhlisin, S.P. selaku kepala SMK Sabda Ria Nada Desa Tlogosari Kec. Sumbermalang Kab. Situbondo yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian di lembaganya.

7. Bapak/Ibu dosen tim penguji.

8. Bapak/Ibu dosen dan segenap civitas akademika IAIN Jember.

Tiada kata yang dapat penulis haturkan selain do’a semoga Allah yang Maha Kuasa memberi balasan kebaikan yang berlipat ganda pada semua jasa yang telah diberikan. Terakhir penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Jember, Oktober 2018

Penulis

(7)

Sabda Ria Nada Desa Tlogosari Kec. Sumbermalang Kab.

Situbondo Tahun Pelajaran 2017-2018.

Tujuan pendidikan pada hakikatnya harus mampu berupaya menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran yang dapat memberikan bekal bagi peserta didik dengan berbagai kecakapan hidup. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) mengintegrasikan pola pendidikannya melalui berbagai latihan-latihan dan pola pembiasaan hidup mandiri yang melekat pada kehidupan keseharian para siswa yang mengarah pada pembekalan life skill. Salah satu upaya yang dilakukan oleh sekolah ini adalah dengan adanya pendidikan kewirausahaan.

Fokus penelitian yang diteliti dalam skripsi ini adalah: “ (1) Bagaimanakah implementasi nilai-nilai pendidikan agama Islam dalam mengembangkan life skill kewirausahaan dalam aspek kecakapan pribadi, sosial, akademik, dan vokasional di SMK Sabda Ria Nada Desa Tlogosari Kec. Sumbermalang Kab. Situbondo Tahun Pelajaran 2017-2018? (2) Apa saja faktor pendukung dan penghambat implementasi nilai-nilai pendidikan agama Islam dalam mengembangkan life skill kewirausahaan di SMK Sabda Ria Nada Desa Tlogosari Kec. Sumbermalang Kab.

Situbondo Tahun Pelajaran 2017-2018?”

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Penentuan subyek penelitian ini digunakan teknik purposive, sedangkan teknik pengumpulan data yang utama adalah observasi participant, wawancara mendalam, dokumentasi, dan gabungan ketiganya atau triangulasi.Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif. Keabsahan data menggunakan triangulasi teknik dan sumber.

Hasil dari penelitian ini yaitu: (1) Implementasi nilai-nilai pendidikan agama Islam dalam mengembangkan life skill kewirausahaan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Sabda Ria Nada, meliputi: (a) aspek kecakapan pribadi meliputi kecakapan untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya yakni dengan keterampilan belajar pengelolaan kopi; (b) aspek kecakapan sosial mencakup kecakapan komunikasi dengan konsumen dan masyarakat melalui kegiatan kerjasama maupun kegiatan keagamaan; (c) aspek kecakapan akademik disebut juga kemampuan berpikir ilmiah yang meliputi penilaian diri pada aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik siswa; (d) aspek kecakapan vokasional mencakup keterampilan pada proses pengelolaan dan pemasaran kopi serta keterampilan dibidang pekerjaan tertentu yang ada di Masyarakat. (2) Faktor pendukung dan penghambat implementasi nilai-nilai pendidikan agama Islam dalam mengembangkan life skill kewirausahaan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Sabda Ria Nada, yaitu faktor pendukungnya: (a) sumber daya alam yang mendukung; (b) memiliki semangat kerja; (c) memiliki lahan pertanian sendiri;

(d) memiliki unit usaha sendiri; (e) transportasi yang mendukung. Faktor penghambatnya yaitu: (a) masih ada 3 orang guru yang mengajar tidak sesuai dengan spesifikasi keilmuannya; (b) sarana dan prasarana minim; (c) jauh dari pusat kota; (d) cuaca tak menentu; (e) materi kewirausahaan terpisah dengan mata pelajaran lain; (f) terbatasnya kerjasama dengan pengusaha-pengusaha.

Kata Kunci : Kewirausahaan, Life Skill

(8)

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I : PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Definisi Istilah ... 10

F. Sistematika Pembahasan ……….. . 11

BAB II : KAJIAN PUSTAKA ... 13

A. PenelitianTerdahulu ... 13

B. Kajian Teori ... 16

BAB III : METODE PENELITIAN ... 36

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 36

B. Lokasi Penelitian………. ... 37

C. Subjek Penelitian ... 38

D. Teknik Pengumpulan Data ... 39

E. Analisis Data ……… ... 40

F. Keabsahan Data ……….. ... 42

G. Tahap-tahap Penelitian ………... 42

(9)

C. Pembahasan Temuan. ... 77

BAB V : PENUTUP ... .. 86

A. Kesimpulan ………. 86

B. Saran-saran ………. 88

DAFTAR PUSTAKA ……… 90 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(10)

2.2 Ciri-Ciri dan Sifat-Sifat Wirausahaan ... 24

(11)

4.2 Kecakapan Sosial Siswa ... 57 4.3 Kecakapan Akademik Siswa ... 62 4.4 Kecakapan Vokasional Siswa ... 68

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah suatu usaha sadar yang teratur dan sistematis yang dilakukan oleh orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi anak agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita- cita pendidikan.1 Pembangunan pada sektor pendidikan, merupakan salah satu prioritas dalam pembangunan nasional untuk meningkatkan kualitas secara menyeluruh dan dalam upaya mewujudkan kualitas manusia Indonesia yang utuh.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Bab II pasal 3 mengenai dasar, fungsi dan tujuan pendidikan menyatakan bahwa:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab”.2

Melalui pendidikan juga diharapkan mampu mendorong peserta didik untuk memelihara diri sendiri, menyadarkan manusia sebagai hamba Tuhan Yang Maha Esa, memiliki kemandirian serta mampu menjalin

1St. Rodliyah, Pendidikan dan Ilmu Pendidikan, (Jember: STAIN Jember Press, 2013), 26.

2Depdiknas, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Th. 2003, (Jakarta: Sinar Grafika, 2014), 23.

(13)

hubungan dengan masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Sikap kewirausahaan harus dimiliki oleh semua orang dalam membangun muslim yang kuat, dengan dibekali sikap enterpreneur akan mencetak muslim yang kaya sehingga bisa membantu muslim yang lemah. Seperti sabda Nabi Muhammad SAW :

َفْيِعَّضلا ُنِمؤُمْلا َنِم هَّللا لىِإ ُّبَحَاَو ُرْ يَخ ٌيِوَقلا ُنِم ؤُمْلَا

Artinya: Mukmin yang kuat lebih baik dan dicintai Allah dari pada mukmin yang lemah (HR. Muslim).3

Oleh karena itu, tujuan pendidikan pada hakikatnya harus mampu berupaya menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran yang dapat memberikan bekal bagi peserta didik dengan berbagai kecakapan hidup. Pendidikan tidak hanya mengejar pengetahuan semata tetapi harus ada proses pengembangan keterampilan, sikap, dan nilai-nilai tertentu yang dapat direfleksikan dalam kehidupan peserta didik dimasa yang akan datang.

Menurut Zakiyah Daradjat dalam bukunya Sukarno, mengatakan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar memahami ajaran Islam secara menyeluruh lalu menghayati tujuan yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.4 Tuntutan akan peningkatan kualitas pendidikan harus disikapi dengan sangat serius dan seksama.

3 H.R Muslim nomor 4816 dari Abi Hurairah.

4Sukarno, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Surabaya: ElKAF, 2012), 47-48.

(14)

Salah satu faktor tingginya angka pengangguran lulusan pendidikan formal disebabkan oleh masih rendahnya tingkat keterampilan (vocasional skill) dan kesiapan mental (generic skill) para lulusan sekolah umum maupun kejuruan untuk memasuki dunia kerja baik bekerja mandiri (wirausaha) dan atau bekerja pada perusahaan lain.

Urgensi nilai-nilai pendidikan agama Islam pada kenyataannya tidak berperan secara riil dalam kepribadian peserta didik. Hal ini terbukti bahwa pembelajaran hanya terfokus pada penyampaian materi belaka atau transfer pengetahuan (transfer of knowledge), penyampaian keterampilan (transfer of skill) tanpa didasari dengan keteladanan. Upaya internalisasi dan implementasi nilai-nilai pendidikan agama Islam dalam diri peserta didik perlu dilakukan secara serius dan terus menerus melalui program yang terencana dan lingkungan yang kondusif, yang didalamnya mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan agama Islam (nilai akidah, ibadah dan akhlak). Penanaman nilai-nilai pendidikan agama Islam juga dapat diinternalisasikan melalui pendidikan kewirausahaan. Pendidikan kewirausahaan merupakan upaya menginternalisasikan jiwa dan mental kewirausahaan baik melalui pendidikan maupun institusi lain seperti pelatihan, training dan sebagainya. Pendidikan kewirausahaan adalah usaha terencana dan aplikatif untuk meningkatkan pengetahuan, intensi/niat dan kompetensi peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya dengan diwujudkan dalam perilaku kreatif, inovatif dan berani mengelola resiko. Pendidikan kewirausahaan bertujuan untuk membekali

(15)

peserta didik dengan kompetensi pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai wirausahawan.

Indonesia butuh wirausaha-wirausaha baru, penopang perekonomian bangsa. Itu karena jumlah wirausaha kita masih sedikit sekali, yaitu kurang dari 1 persen total penduduk Indonesia. Untuk menopang perekonomian nasional dibutuhkan standar minimum wirausaha sebesar 2,5 % dari total jumlah penduduk.5 Disisi lain, sejak digulirkan program kewirausahaan nasional tahun 2009, upaya menumbuh kembangkan wirausaha bisa dibilang berjalan lambat.

Kecakapan hidup (life skill) sebagai pendidikan yang dapat memberikan bekal ketrampilan yang praktis, terpakai, terkait dengan kebutuhan pasar kerja, peluang usaha dan potensi ekonomi atau industri yang ada di masyarakat.6 Pendidikan kecakapan hidup (life skill) juga telah lebih dulu dikembangkan di pondok pesantren. Keberadaan pondok pesantren sebagai suatu lembaga pendidikan yang tumbuh dan berkembang di lingkungan masyarakat pedesaan menyebabkan banyak lulusan pesantren tidak dapat melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, karena berbagai faktor. Kenyataan inilah yang mendorong pondok pesantren sejak awal telah mengembangkan pola pendidikan yang berbasis kecakapan hidup (life skill). Pondok pesantren juga bertujuan

5Dedi Purwana dan Agus Wibowo, Pendidikan Kewirausahaan di Perguruan Tinggi, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2017), 1.

6 Anwar, Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills Education), (Bandung : Alfabeta, 2004), 20.

(16)

menciptakan manusia muslim yang mandiri yang mempunyai swakarya dan swadaya.7

Yayasan Pendidikan Islam Sabda Ria Nada yang memadukan pendidikan keagamaan dengan pendidikan umum termasuk pendidikan keterampilan telah ikut andil dalam mengembangkan pendidikan. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Sabda Ria Nada sebagai salah satu lembaga dibawah naungan pesantren berupaya membuka wacana global yang terjadi di masyarakat sekitar pondok pesantren maupun masyarakat umum dan berbagai masalah yang muncul di berbagai kalangan santri setelah keluar dari pesantren, seperti kurang kreatifnya siswa setelah lulus dalam artian siswa tidak tahu apa yang seharusnya dilakukan., sehingga bisa dikatakan siswa kurang cakap dalam menyelesaikan permasalahan hidupnya.

Sekolah ini mengintegrasikan pola pendidikannya melalui berbagai latihan-latihan dan pola pembiasaan hidup mandiri yang melekat pada kehidupan keseharian para siswa yang mengarah pada pembekalan life skill. Salah satu upaya yang dilakukan oleh sekolah ini adalah dengan adanya pendidikan kewirausahaan. Di sekolah ini diadakan kegiatan pada bidang pertanian, seperti mengelola lahan pertanian untuk bercocok tanam kopi serta memiliki unit usaha pemasaran hasil produk kopi lokal pegunungan Argopuro. Sudaryanti menyatakan bahwa:

“Pendidikan kewirausahaan telah diintegrasikan pada semua mata pelajaran. Hal ini diselaraskan dengan tuntutan dinas pendidikan,

7Jusuf Amir Faisal, ReorientasiPendidikan Islam, (Jakarta: GemaInsani Press, 1995), 11.

(17)

selain pendidikan kewirausahaan SMK juga memiliki kerjasama atau kemitraan dengan perusahaan atau hubungan dengan dunia usaha dan industri, hal ini bertujuan untuk mengasah life skill siswa sehingga dapat mengaktualisasikan diri dalam perilaku wirausaha yang merupakan fenomena empiris. SMK Sabda Ria Nada merupakan sekolah pertanian yang berkonsentrasi dibidang pengolahan dan inovasi kopi. Sehingga baik kurikulum dan kemitraan kami berkonsentrasi dibidang tersebut. Tujuannya setelah lulus siswa benar-benar dapat menjadi generasi yang siap bekerja atau mampu menciptakan lapangan pekerjaan sendiri”.8

Salah satu upaya yang dilakukan sekolah ini dalam mengembangkan pendidikan kewirausahaan, seperti memiliki lahan pertanian sendiri untuk membekali siswa dalam mengelola lahan pertanian dan pembibitan tanaman serta memiliki unit usaha sendiri untuk memasarkan hasil produk unggulan kopi argopuro dan produknya sudah menembus pasar internasional. SMK Sabda Ria Nada merupakan sekolah dibawah naungan pondok pesantren didaerah terpencil yang terlihat sukses dalam mengembangkan pendidikan kewirausahaan setelah beberapa tahun berdiri.

Pondok pesantren juga dipercaya dapat menjadi alternatif bagi pemecahan berbagai masalah pendidikan yang terjadi pada saat ini harus membuat diri untuk membuka wacana terhadap berbagai permasalahan hidup agar hasilnya pun menjadi outcome yang cerdas, produktif, kreatif, religius, karena masyarakat akan kecewa manakala dunia pendidikan menghasilkan manusia yang malas, tradisional, kurang peka, dan konsumtif.9

8Sudaryanti, Wawancara, Situbondo, 24 Februari 2018.

9Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), 49.

(18)

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan disertai keingintahuan yang lebih mendalam mengenai nilai-nilai pendidikan agama Islam yang merupakan suatu upaya untuk mengembangkan life skill kewirausahaan di Sekolah Menengah Kejuruan Sabda Ria Nada, maka peneliti tertarik mengangkat judul “Implementasi Nilai-nilai Pendidikan agama Islam dalam Mengembangkan Life Skill Kewirausahaan di SMK Sabda Ria Nada Desa Tlogosari Kec. Sumbermalang Kab.

Situbondo Tahun Pelajaran 2017-2018”.

B. Fokus Penelitian

Adapun fokus penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah implementasi nilai-nilai pendidikan agama Islam dalam mengembangkan life skill kewirausahaan dalam aspek kecakapan pribadi, sosial, akademik, dan vokasional di SMK Sabda Ria Nada Desa Tlogosari Kec. Sumbermalang Kab. Situbondo Tahun Pelajaran 2017-2018?

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat implementasi nilai-nilai pendidikan agama Islam dalam mengembangkan life skill kewirausahaan di SMK Sabda Ria Nada Desa Tlogosari Kec.

Sumbermalang Kab. Situbondo Tahun Pelajaran 2017-2018?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini diantaranya adalah :

1. Mendeskripsikan implementasi nilai-nilai pendidikan agama Islam dalam mengembangkan life skill kewirausahaan dalam aspek

(19)

kecakapan pribadi, sosial, akademik, dan vokasional di SMK Sabda Ria Nada Desa Tlogosari Kec. Sumbermalang Kab. Situbondo Tahun Pelajaran 2017-2018?

2. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat implementasi pendidikan agama Islam dalam mengembangkan life skill kewirausahaan di SMK Sabda Ria Nada Desa Tlogosari Kec.

Sumbermalang Kab. Situbondo Tahun Pelajaran 2017-2018?

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian berisi tentang kontribusi apa yang akan diberikan setelah selesai melakukan penelitian kegunaan dapat berupa kegunaan yang bersifat teoritis dan praktis.10 Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Terumuskannya pendidikan kewirausahaan yang efektif untuk mengembangkan life skill siswa sebagai upaya untuk menciptakan manusia yang berkarakter, unggul dan berkualitas.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : a) Peneliti

1. Menambah wawasan dan pengalaman dibidang penulisan karya ilmiah sebagai bekal awal penelitian dan pelaporannya dimasa

10 Tim Penyusun. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. (Jembar: STAIN Jember Press, 2014). 73.

(20)

mendatang dan pengetahuan tentang nilai-nilai pendidikan agama Islam dan kecakapan hidup (life skills education).

2. Melengkapi persyaratan memperoleh gelar sarjana S1 di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jember Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Jurusan Pendidikan Islam Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI).

b) Civitas akademika IAIN Jember

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa referensi untuk kepustakaan khususnya bagi jurusan pendidikan Islam terlebih prodi Pendidikan Agama Islam tentang kewirausahaan.

c) Guru dan siswa SMK Sabda Ria Nada

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pengembangan life skill siswa sehingga dapat menjadi acuan bagi penyelenggara dan pengelola lembaga pendidikan untuk dapat menciptakan lulusan yang berkarakter,unggul dan berketerampilan untuk dapat bersaing di era milenial ini.

d) Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman terhadap masyarakat akan pentingnya mengembangkan life skill agar dapat bersaing di era millenial ini yaitu salah satunya dengan pendidikan kewirausahaan.

(21)

E. Definisi Istilah

Definisi istilah berisi tentang pengertian istilah-istilah yang penting yang menjadi titik perhatian di dalam judul penelitian. Tujuannya agar tidak terjadi kesalahfahaman makna istilah sebagaimana dimaksud oleh peneliti.11

Sesuai dengan judul penelitian Implementasi Nilai-nilai Pendidikan agama Islam dalam Mengembangkan Life Skill kewirausahaan Siswa di SMK Sabda Ria Nada Desa Tlogosari Kec. Sumbermalang Kab.

Situbondo Tahun Pelajaran 2017-2018. Istilah-istilah yang dimaksud diantaranya sebagai berikut :

1) Implementasi

Implementasi yang dimaksud peneliti adalah pelaksanaan atau penerapan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci.

2) Nilai-nilai pendidikan agama Islam

Nilai-nilai pendidikan agama Islam yang dimaksud peneliti adalah prinsip-prinsip hidup yang saling terkait yang berisi ajaran-ajaran sesuai dengan norma atau ajaran Islam.

3) Kecakapan hidup (life skill) siswa

Kecakapan hidup sebagai pendidikan yang dapat memberikan bekal keterampilan yang praktis, terpakai, terkait dengan kebutuhan pasar

11Ibid,.

(22)

kerja, peluang usaha dan potensi ekonomi atau industri yang ada di masyarakat.12

Jadi, Kecakapan hidup (life skill) siswa yang dimaksud peneliti adalah keterampilan yang harus dimiliki oleh siswa dalam pembelajaran dan dalam dunia usaha.

4) Pendidikan Kewirausahaan

Pendidikan kewirausahaan adalah usaha terencana dan aplikatif untuk meningkatkan pengetahuan, intensi/niat dan kompetensi peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya dengan diwujudkan dalam perilaku kreatif, inovatif dan berani mengambil resiko.13

Jadi, pendidikan kewirausahaan yang dimaksud peneliti adalah pendidikan kewirausahaan yang telah diinternalisasikan kepada siswa melalui pembelajaran.

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan berisi tentang deskripsi alur pembahasan skripsi yang dimulai dari bab pendahuluan sampai bab penutup, format penulisan, sistematika pembahasan bentuk deskriptif. Sistematika pembahasan berisi tentang deskripsi alur pembahasan skripsi yang dimulai dari bab pendahuluan hingga bab penutup. Format penulisan sistematika pembahasan adalah dalam bentuk deskripsi naratif, bukan seperti daftar isi.14

12Anwar, Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills Education), (Bandung :Alfabeta, 2004), 20.

13Dedi Purwana dan Agus Wibowo, Pendidikan Kewirausahaan di Perguruan Tinggi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017), 27-28.

14 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (Jember: IAIN Jember Press, 2017), 45.

(23)

BAB I, pendahuluan, pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah dan metode penelitian serta sistematika pembahasan.

BAB II, kajian pustaka yang berisi tentang ringkasan kajian terdahulu yang memiliki relevansi dengan penelitian yang akan dilakukan pada saat ini serta memuat tentang kajian teori.

BAB III, metode penelitian tentang metode yang digunakan peneliti yang meliputi pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, sumber data, metode pengumpulan data, keabsahan data, dan yang terakhir tahapan penelitian.

BAB IV, hasil penelitian yang berisi tentang inti atau hasil penelitian meliputi latar belakang, objek penelitian, penyajian data, analisis data dan pembahasan temuan.

BAB V, kesimpulan dan saran yang berisi kesimpulan penelitian yang dilengkapi dengan saran-saran dari peneliti / penulis dan diakhiri dengan penutup.

(24)

BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

A. Penelitian Terdahulu

Pada bagian ini peneliti mencantumkan berbagai hasil penelitian terdahulu, ada beberapa hasil penelitian yang penulis anggap mempunyai relevansi dengan penelitian yang akan dilakukan, antara lain:

a) Karya ilmiah berbentuk skripsi yang ditulis oleh Umi Kulsum, 2006. Skripsi STAIN Jember yang berjudul “Upaya Kepala Madrasah Dalam Membangun Jiwa Kewirausahaan Peserta Didik Di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Jember 3 Tahun Pelajaran 2005/2006” dengan hasil temuannya bahwa upaya kepala Madrasah Aliyah Negeri Jember 3 dalam membangun jiwa kewirausahaan peserta didik, dalam menjalankan tugasnya sebagai supervisor dan administrator, sudah terlaksana dengan baik meskipun ada yang kurang sehingga perlu adanya peningkatan atau

perbaikan diwaktu yang akan datang.

Sementara persamaan penelitian dengan penelitian yang penulis lakukan adalah sama-sama menggunakan metode penelitian kualitatif. Dan perbedaannya adalah penelitian ini lebih menekankan pada upaya kepala sekolah dalam membangun jiwa kewirausahaan, sedangkan penelitian yang penulis lakukan lebih

(25)

menekankan pada implementasi pendidikan kewirausahaan dalam mengembangkan life skill siswa.15

b) Karya ilmiah berbentuk skripsi yang ditulis oleh Akhmad Rifqi Azis, 2010. Skripsi STAIN Jember yang berjudul “Potret Pendidikan Kewirausahaan Dalam Membangun Wirausaha Muslim di Pondok Pesantren Sidogiri DS. Sidogiri Kec. Kraton Kab. Pasuruan Tahun 2010”. Dengan hasil temuannya bahwa: (1) Pondok pesantren sidogiri mengembangkan kurikulum salaf menjadi kurikulum pendidikan kewirausahaan. (2) Menanamkan landasan wirausaha muslim dalam aktifitas santri dengan jalan santri diberikan kesempatan untuk praktikum di kopotren sidogiri dan BMT, MMU dan UGT, dan kegiatan ma’hadiyah.

Sementara persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah sama-sama menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif, adapun perbedaannya adalah penelitian penulis lebih menekankan pada implementasi pendidikan kewirausahaan dalam mengembangkan life skill siswa.16

c) Karya ilmiah berbentuk skripsi yang ditulis oleh Musyrif Kamal Jaaul Haq, 2015. Skripsi UIN Maulana Malik Ibrahim yang berjudul “Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Dalam

15 Umi Kulsum, Upaya Kepala Madrasah Dalam Membangun Jiwa Kewirausahaan Peserta Didik Di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Jember 3 Tahun Pelajaran 2005/2006, (Jember : STAIN Jember, 2006).

16 Akhmad Rifqi Azis, Potret Pendidikan Kewirausahaan Dalam Membangun Wirausaha Muslim di Pondok Pesantren Sidogiri DS. Sidogiri Kec. Kraton Kab. Pasuruan Tahun 2010, (Jember:

:STAIN Jember, 2010).

(26)

Meningkatkan Life Skill Santri (Studi Kasus Pondok Pesantren Anwarul Huda Karang Besuki Malang)”. Dengan hasil temuannya bahwa sistem pondok pesantren dalam meningkatan life skill santri adalah dengan mengelola pendidikannya dengan menciptakan moral pendidikan modern yang terintegrasi yang terintegrasi pada sistem pengajaran klasik. Adapun bidang pengelolaan yang digunakan untuk meningkatkan life skill yakni melalui Madrasah Diniyah, pengajian rutin, organisasi, kurikulum, sarana prasarana dan pembinaan life skill.

Sementara persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah sama-sama menggunakan metode penelitian kualitatif. Dan perbedaannya adalah penelitian ini lebih menekankan pada sistem pendidikan Pondok Pesantren dalam meningkatan life skill santri, sedangkan penelitian yang penulis lakukan lebih menekankan pada implementasi pendidikan kewirausahaan dalam mengembangkan life skill siswa.17

Tabel 2.1

Tabel Persamaan Dan Perbedaan Penelitian Terdahulu

No Nama Judul penelitian Persamaan Perbedaan

1 Umi Kulsum (STAIN Jember)

Upaya Kepala Madrasah Dalam Membangun Jiwa Kewirausahaan Peserta Didik Di

- Menggunakan metode penelitian kualitatif - Pengumpulan

Penelitian ini lebih

menekankan pada upaya kepala

17 Musyrif Kamal Jaaul Haq, Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Dalam Meningkatkan Life Skill Santri (Studi Kasus Pondok Pesantren Anwarul Huda Karang Besuki Malang), (Malang : UIN Maulana Malik Ibrahim: diterbitkan, 2015).

(27)

Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Jember 3 Tahun Pelajaran 2005/2006

data

menggunakan, obsevasi, interview, dan dokumentasi.

sekolah dalam membangun jiwa

kewirausahaa n

2 Akhmad Rifqi Azis (STAIN Jember)

Potret Pendidikan Kewirausahaan Dalam Membangun Wirausaha Muslim di Pondok Pesantren Sidogiri DS. Sidogiri Kec. Kraton Kab.

Pasuruan Tahun 2010

- Menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif - Pengumpulan

data

menggunakan, obsevasi, interview, dan dokumentasi.

Penelitian ini lebih

menekankan pada

Pendidikan Kewirausaha an Dalam Membangun Wirausaha Muslim 3 Musyrif Kamal

Jaaul Haq (UIN Maulana Malik Ibrahim)

Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Dalam Meningkatan Life Skill Santri (Studi Kasus Pondok Pesantren Anwarul Huda Karang Besuki Malang)

- Menggunakan metode penelitian kualitatif - Pengumpulan

data

menggunakan, obsevasi, interview, dan dokumentasi.

Penelitian ini lebih

menekankan pada sistem pendidikan Pondok Pesantren dalam meningkatan life skill santri

B. Kajian Teori

1. Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam

Menurut Zakiyah Daradjat dalam bukunya Sukarno, mengatakan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar memahami ajaran Islam secara menyeluruh lalu menghayati tujuan yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai

(28)

pandangan hidup.18 Pendidikan agama Islam yaitu sebagai usaha yang lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagaman subjek peserta didik agar mampu memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam. Pendidikan agama Islam sangat penting dalam rangka menanamkan nilai-nilai spiritual Islam.

Agar lebih mengarah kepada pokok pembahasan pengertian tentang nilai-nilai pendidikan Islam maka perlu dijelaskan terlebih dahulu makna dari nilai-nilai itu sendiri. Istilah “nilai” sering kita jumpai serta bayak digunakan dalam percakapan sehari-hari, baik secara lisan ataupun tertulis seperti nilai religius, nilai moral, nilai keindahan atapun nilai kebudayaan. Banyak para ahli yang menafsirkan makna dari nilai itu sendiri adalah riil atau abstrak, sehingga sulit menentukan dan mengetahui nilai itu dari pribadi yang lain.

Dalam pengertian diatas nilai adalah suatu yang penting atau yag berharga bagi manusia sekaligus inti kehidupan dan diyakini sebagai standart tingkah laku. Dalam Islam, pada dasarnya nilai merupakan akhlak sedang akhlak merupakan ciri islam untuk moral dan etika. Karena istilah nilai terkait dengan moral dan etika, maka antara moral, etika dan akhlak adalah satu kesatuan kata yang memiliki makna yang sama.

18Sukarno, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Surabaya: ElKAF, 2012), 47-48.

(29)

Dari beberapa pengertian diatas mengenai pengertian nilai- nilai pendidikan agama adalah kumpulan dari prinsip-prinsip hidup yang saling terkait yang berisi ajaran-ajaran guna memelihara dan mengembangkan fitrah manusia yang ada padanya menuju manusia yang seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma atau ajaran Islam.

2. Pendidikan Kewirausahaan

Pendidikan merupakan faktor utama dalam mencetak sumber daya insani yang handal, profesional dan mandiri dalam menghadapi peta persaingan di era millenial. Pendidikan kewirausahaan merupakan salah satu bekal para siswa agar memiliki skill profesional dalam kemandirian ekonomi.

Kemandirian dapat didefininisikan sebagai salah satu faktor psikologis yang penting bagi para siswa yang menggambarkan bentuk sikap dimana seorang siswa mampu untuk memahami diri dan kemampuannya, menemukan sendiri apa yang dilakukan, menentukan dalam memilih kemungkinan-kemungkinan dari hasil perbuatannya dan akan memecahkan sendiri masalah-masalah yang dihadapinya oleh dirinya. Dari pendefinisian tersebut, kemandirian ekonomi dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana para siswa nantinya dapat menghidupi aspek usaha dan perekonomiannya sendiri tanpa bergantung kepada individu yang lain dalam mengais rezeki. Orientasi baru pendidikan pondok pesantren dengan

(30)

mengembangkan pendidikan berorientasi kewirausahaan diharapkan dapat membentuk sumber daya insani yang mandiri, berdaya cipta, dan berwiraswasta.

Secara bahasa pengambilan kata wiraswasta diambil dari terjemahan entrepreneur. Wiraswasta terdiri dari dari suku kata wira-swa-sta. wira berarti manusia tunggal, pahlawan, pendekar, teladan berbudi luhur, berjiwa besar, gagah berani, serta memiliki keagungan watak. Swa berarti sendiri atau mandiri. Sta berarti tegak berdiri.19 Kewirausahaan (entrepreneurship) dalam hasil loka karya sistem pendidikan dan pengembangan kewirausahaan di Indonesia tahun 1978 didefinisikan sebagai pejuang kemajuan yang mengabdikan diri kepada masyarakat dengan wujud pendidikan (edukasi) dan bertekad dengan kemampuan sendiri, sebagai rangkaian kiat (art) kewirausahaan untuk membantu memenuhi kebutuhan masyarakat yang makin meningkat, meemperluas lapangan kerja, turut berdaya upaya mengakhiri ketergantungan kepada luar negeri, dan didalam fungsi-fungsi tersebut selalu tunduk terhadap hukum lingkungannya.20

Kewirausahaan atau entrepreneurship adalah suatu Intangible culture, suatu kemampuan struktural non fiskal yang mampu menggerakkan sosok fisikal. Menurut Schumpeter dalam bukunya Sony Sumarsono, mengatakan seorang wirausaha adalah inovator.

19 H.Moko P. Astamun, Entrepreneurship dalam Perspektif Kondisi Bangsa Indonesia ,(Bandung:

Alfabeta, 2008), 49.

20 Ibid., 51.

(31)

Artinya hanya seseorang yang dapat melakukan inovasi yang dapat disebut inovator.21 Kasmir menyatakan arti wirausahawan secara sederhana yaitu orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Jiwa kewirausahaan mendorong minat seseorang untuk mendirikan dan megelola usaha secara sederhana.22

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan kewirausahaan merupakan suatu kemampuan yang dimiliki seseorang untuk memecahkan berbagai masalah ekonomi dengan semangat kemandirian dan tidak bergantung pada orang lain secara kreatif dan inovatif.

Ada 5 esensi pokok kewirausahaan yaitu:

1) Kemauan kuat untuk berkarya dengan semangat kemandirian (bidang ekonomi).

2) Kemauan memecahkan masalah dan membuat keputusan secara sistematis, termasuk keberanian mengambil resiko usaha.

3) Kemauan berpikir dan bertindak secara kreatif dan inovatif 4) Kemauan bekerja secara teliti, tekun dan produktif.

5) Kemauan berkarya dalam kebersamaan berlandaskan etika bisnis yang sehat.23

21 Sony Sumarsono, Kewirausahaan, ( Yogyakarta: Graha Ilmu.2010), 3-4.

22 Kasmir, Kewirausahaan, (Jakarta: Rajagrafindo Perkasa, 2012), 19.

23 Pandji Anoraga dan Djoko Sudantoko, Koperasi, Kewirausahaan Dan Usaha Kecil, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2002), 139.

(32)

Bygrave dalam bukunya Suryana, mengemukakan beberapa karakteristik dari wirausaha yang berhasil memiliki sifat-sifat sebagai berikut: Dream; Decisiveness; Doers; Determination;

Dedication; Devotion; Details;Destiny; Dollars; dan Distribute.

1) Dream, yaitu seorang wirausaha yang memunyai keinginan terhadap masa depan pribadi dan bisnisnya termasuk kemampuan untuk mewujudkan impiannya.

2) Decisiveness, seorang wirausaha yang tidak bekerja lamban, dapat membuat keputusan dengan cepat dan penuh dengan perhitungan dan ini merupakan kunci kesuksesan usahanya.

3) Doers, keputusan yang diambil langsung ditindak lanjuti, tidak mau menunda kesempatan yang dapat dimanfaatkannya.

4) Determination, dalam melakukan kegiatan penuh dengan rasa tanggung jawab dan tidak mudah menyerah meski dihadapkan pada berbagai rintangan yang sulit diatasi.

5) Dedication, dedikasinya sangat tinggi. Biasanya lebih mementingkan bisnisnya daripada keluarga.

6) Devotion, sangat senang dengan hasil dari produk yang dimilikinya, sehingga menjadi pendorong dalam mencapai keberhasilan yang efektif dalam menjual dan menawarkan produknya.

(33)

7) Details, tidak mengabaikan hal-hal kecil yang dapat menghambat usahanya, melainkan sangat memperhatikan faktor kritis secara rinci.

8) Destiny, bertanggung jawab terhadap tujuan yang hendak dicapai, dan tidak bergantung pada orang lain.

9) Dollars, motivasinya bukan memperoleh uang dan uang dianggap sebagai ukuran kesuksesan setelah usahanya berhasil.

10) Distribute, bersedia mendistribusikan kepemimpinan bisnis terhadap orang yang dapat dipercaya, kritis dan mau diajak untuk meraih sukses dalam usahanya.24

Pearce dalam bukunya Suryana, mengemukakan karakteristik entrepreneur yang berhasil adalah:

1) Komitmen dan determinasi yang tiada batas

2) Dorongan atau rangsangan kuat untuk mencapai prestasi 3) Orientasi ke arah peluang serta tujuan

4) Lokus pengendalian internal 5) Tolensi terhadap ambiguitas

6) Mempersiapkan diri untuk mengantisisapi problem yang mungkin timbul.

24 Suryana, Kewirausahaan Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses (edisi revisi) (Jakarta: Salemba Empat, 2013), 60.

(34)

7) Meski kekuasaan dan status dapat diraih, tetapi tetap lebih memusatkan perhatian pada peluang, pelanggan, pasar, dan persaingan

8) Tidak terintimidasi dengan situasi sulit

9) Secara agresif mencari umpan balik yang memungkinkan mempercepat kemajuan secara efektifitas

10) Kemampuan menghadapi kegagalan dan memanfaatkannya sebagai suatu proses belajar.25

Prinsip-prinsip entrepreneurship menurut Dhidik D Mahcyuddin, yaitu sebagai berikut:

1) Harus optimis 2) Ambisius

3) Dapat membaca peluang pasar 4) Sabar

5) Jangan putus asa 6) Jangan takut gagal

7) Kegagalan pertama dan kedua adalah hal biasa, anggaplah kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda.

Ada pula prinsip entrepreneurship yang diungkapkan oleh Khafidhul Ulum dalam bukunya Basrowi, ada tujuh prinsip yang diberikan, diantaranya:

1) Passion (semangat)

25 Ibid., 63.

(35)

2) Independent (mandiri)

3) Marketing Sensitivity ( peka terhadap pasar) 4) Creative and innovative (kreatif dan inovatif)

5) Calculated risk taker (mengambil resiko dengan penuh perhitungan)

6) Persistent (pantang menyerah)

7) High ethical standart ( berdasarkan standar etika).26

Dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip kewirausahaan adalah sebagai berikut:

1) Memiliki semangat kemandirian yang kuat 2) Dapat memecahkan masalah dengan baik 3) Dapat mengambil resiko

4) Memiliki kreatifitas yang tinggi 5) Pantang menyerah

Geoffrey G. Maredith dalam bukunya Eman Suherman, mengemukakan daftar ciri-ciri dan sifat-sifat sekaligus sebagai profil wirausaha sebagaimana tesusun pada tabel berikut:27

Ciri-Ciri dan Sifat-Sifat Wirausahaan Tabel. 2. 2

No Ciri-Ciri Sifat

1 Percaya diri Keyakinan, ketidaktergantungan, individualitas, optimisme

2 Berorientasikan tugas dan hasil

Keburuhan akan prestasi, berorientasi laba, ketekunan, ketabahan, tekad kerja

26 Basrowi, Kewirausahaan untuk Perguruan Tinggi ( Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), 72.

27 Eman Suherman, Desain Pembelajaran Kewirausahaan ( Bandung: Alfabeta, 2008), 10.

(36)

keras, mempunyai dorongan kuat, energetic dan inisiatif

3 Pengambil resiko Kemampuan mengambil resiko, suka pada tantangan

4 Kepemimpinan Bertingkah laku sebagai pemimpin, dapat bergaul dengan orang lain,menanggapi saran-saran dan kritik.

5 Keorisinilan Inovatif dan kreatif, fleksibel. Punya banyak sumber, serba bisa

6 Orientasi masa depan Pandangan jauh ke depan dan perseptif Selain itu, Astamoen dalam bukunya Eman Suherman, menyebutkan ciri-ciri orang yang berjiwa entrepreneurship, antara lain:

1) Mempunyai visi 2) Kreatif dan inovatif 3) Mampu melihat peluang

4) Orientasi pada kepuasan konsumen atau pelanggan, laba dan pertumbuhan

5) Berani mengambil resiko dan berjiwa kompetisi 6) Cepat tanggap dan gerak cepat

7) Berjiwa sosial dan dermawan (phylantrophis) dan berjiwa altruis.28 Dari berbagai pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa ciri-ciri orang yang berjiwa enterpreneur sebagai berikut:

1) Memiliki tujuan yang terencana

2) Berani mengambil keputusan dengan penuh perhitungan 3) Kreatif dan inovatif

4) Berorientasi masa depan 5) Percaya diri

28 Ibid., 10.

(37)

3. Life Skill

Berasal dari bahasa Inggris yaitu “life” artinya hidup. Dan “skill”

artinya kecakapan. Jadi, life skill artinya kecakapan hidup. Menurut Slamet (2002) dalam bukunya Anwar, mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kecakapan hidup adalah kemampuan, kesanggupan dan keterampilan yang diperlukan oleh seseorang untuk menjaga kelangsungan hidup dan pengembangan dirinya. Kemampuan mencakup daya pikir, daya kalbu, dan daya raga. Kesanggupan sangat dipengaruhi oleh kepentingan yaitu sesuatu yang dianggap penting oleh siapa dalam bentuk apa. Keterampilan adalah kecepatan, kecekatan, dan ketepatan.29

Sedangkan menurut Anwar, pengertian life skill (kecakapan hidup) sebagai pendidikan yang dapat memberikan bekal ketrampilan yang praktis, terpakai, terkait dengan kebutuhan pasar kerja, peluang usaha dan potensi ekonomi atau industri yang ada di masyarakat.30 Kecakapan hidup (life skill) ini memiliki cakupan yang luas, berinteraksi antara pengetahuan yang diyakini sebagai unsur penting untuk hidup lebih mandiri. Life skill (kecakapan hidup) mengacu pada berbagai ragam kemampuan yang diperlukan seseorang untuk menempuh kehidupan dengan sukses, bahagia dan secara bermartabat di masyarakat.

29 Ibid., 34.

30 Ibid., 20.

(38)

Jadi, dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian kecakapan hidup adalah suatu pendidikan yang dapat memberikan bekal kompetensi pengetahuan, sikap, dan keterampilan pada siswa untuk menjadi generasi yang siap bekerja dengan kuat dan mandiri serta mampu menciptakan lapangan pekerjaan sendiri dalam kehidupan bermasyarakat.

Life skill (kecakapan hidup) dapat dikembangkan dalam bentuk pendidikan nonvokasional dan pendidikan vokasional. Dalam pengembangan pendidikan vokasional sekurang-kurangnya menunjukkan:

1) Ada gambaran yang jelas tentang upaya internalisasi pendidikan kecakapan hidup kedalam strategi pembinaan santri dari setiap kegiatan.

2) Ada aturan yang jelas tentang keharusan ustadz untuk mengintegrasikan dan menginternalisasikan kecakapan hidup nonvokasional kedalam strategi pembinaan santri.

3) Pengembangan kecakapan hidup nonvokasional kedalam strategi pembinaan santri mencerminkan pencapaian Visi , Misi , dan Tujuan.

Sedangkan dalam kecakapan hidup vokasional diperlukan :

1) Ada gambaran yang jelas tentang macam – macam kecakapan hidup vokasional yang dikembangkan di madrasah.

(39)

2) Ada alasan yang jelas tentang pengembangan kecakapan hidup vokasional.

3) Ada kejelasan model pelaksanaan dan penilaianya.

4) Pengembangan kecakapan hidup vokasional mencerminkan pencapaian Visi , Misi , dan Tujuan pondok pesantren.

Departemen pendidikan Nasional membagi life skills menjadi empat bagian:

1) Kecakapan personal (personal skill) yang mencakup kecakapan mengenal diri (self awareness) dan kecakapan berpikir rasional (social skill), kecakapan mengenal diri ini merupakan penghayatan manusia sebagai makhluk tuhan, dan juga sebagai modal dalam meningkatkan dirinya sebagai individu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan lingkungannya dan juga sebagai alat bagi individu untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya yakni dengan keterampilan belajar (learning skill).

2) Kecakapan sosial (sosial skill) mencakup kecakapan komunikasi dengan empati, dan kecakapan bekerja sama empati, sikap penuh pengertian dan seni komunikasi dua arah.

Kecakapan ini sangat membantu seseorang lebih berkompeten secara sosial.

3) Kecakapan akademik (academic skill) disebut juga kemampuan berpikir ilmiah yang pada dasarnya merupakan pengembangan

(40)

dari berfikir rasional yang masih bersifat umum. Kecakapan ini lebih mengarah kepada kegiatan yang bersifat akademik/

keilmuan.

4) Kecakapan vokasional (vocational skill) disebut juga dengan kecakapan kejuruan yaitu kecakapan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di masyarakat.31

Dari beberapa pendapat diatas, kecakapan hidup dikembangkan dalam bentuk pendidikan vokasional dan pendidikan nonvokasional. Kecakapan hidup (life skill) juga dikelompokkan menjadi beberapa bagian, diantaranya:

a) Kecakapan pribadi (personal skill) yaitu kemampuan untuk mengembangkan potensi dirinya melalui keterampilan belajar.

b) Kecakapan sosial (sosial skill) yaitu suatu kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi yang baik dengan lingkungan sosial.

c) Kecakapan akademik (academic skill) yaitu suatu kemampuan akademik untuk mengembangkan pola berfikir rasional yang mengarah pada keilmuan yang bersifat ilmiah.

31 Ibid., 28.

(41)

d) Kecakapan vokasional (vokasional skill) yaitu suatu keterampilan pada bidang tertentu yang terdapat di masyarakat.

Pengenalan life skill terhadap peserta didik bukanlah untuk mengganti kurikulum yang ada, akan tetapi melakukan reorientasi kurikulum yang ada sekarang agar benar-benar merefleksikan nilai-nilai kehidupan nyata. Life skill merupakan upaya untuk menjembatani kesenjangan antara kurikulum/program pembelajaran dengan kebutuhan masyarakat.

4. Pendidikan life skill dalam dimensi kewirausahaan

Menurut Ahmad (2001) dalam bukunya Anwar menyatakan bahwa ada dua pola umum penyelenggaraan pendidikan kewirausahaan, yaitu: (1) pola terintegrasi, yang penyelengaraannya terintegrasi dengan bahan belajar keterampilan kejuruan, dan (2) pola terpisah atau khusus, yaitu diberikan secara khusus dalam satu paket keterampilan atau satu paket kursus secara khusus.32

1) Pola terintegrasi

Pola terintegrasi adalah pembelajaran pendidikan kewirausahaan yang diprogramkan dan dilaksanakan secara simultan dengan pelajaran vokasional. Pada situasi ini bahan belajar tentang kewirausahaan disajikan dalam dua cara, yaitu: (1)

32 Anwar, Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills Education), (Bandung : Alfabeta, 2004), 95.

(42)

secara melebur pada seluruh bahan belajar vokasional, (2) disajikan tersendiri sebagai mata ajaran tersendiri. Bahan belajar kewirausahaan yang disajikan secara melebur, menyatu, dan simultan pada bahan belajar kursus dan tidak tertulis secara terprogram dengan tujuan kurikuler itu biasa disebut sebagai kurikulum kewirausahaan tersembunyi (hidden curriculum).

Sedangkan bahan belajar pendidikan kewirausahaan yang disajikan secara terpisah dan definitif bisa disebut sebagai kurikulum positif pendidikan kewirausahaan (appear curriculum).

2) Pola terpisah

Pola terpisah adalah pembelajaran pendidikan kewirausahaan yang diprogramkan dan dilaksanakan secara tersendiri dalam satu kesatuann secara tersendiri dalam satu kesatuan program. Biasanya program kewirausahaan terpisah ini diselenggarakan setelah peserta kursus menguasai seperangkat kemampuan vokasional. Mereka membutuhkan kemampuan tambahan untuk “menjual” kemampuan itu sehingga bisa menghasilkan uang. Pada situasi ini, bahan belajar tentang kewirausahaan disajikan secara positif atau menampak sebagai bahan belajar definitif.

Adapun kurikulum pendidikan kewirausahaan yang dikembangkan dalam proses pembelajaran, sebagai berikut:33

33 Ibid., 96.

(43)

1) Kemampuan yang berhubungan dengan sikap mental dan motivasi.

2) Kemampuan manajerial.

3) Kemampuan teknis produksi.

4) Kemampuan permodalan dan keuangan.

5) Kemampuan pemasaran dan jaringan usaha.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa komponen terpenting dari pendidikan life skill dalam dimensi kewirausahaan adalah pola pengembangan pendidikan kewirausahaan dan kurikulum yang dikembangkan. Program pembelajaran diharapkan dapat menjadi bekal keterampilan siswa sehingga mereka dapat memiliki daya saing tinggi dalam memasuki dunia kerja di era millenial.

5. Faktor pendukung dan penghambat pendidikan kewirausahaan 1. Faktor pendukung pendidikan kewirausahaan

Menurut Bygrave (1996) dalam bukunya Dedi Purwana dan Agus Wibowo, mengatakan bahwa karakter wirausaha itu pada dasarnya merupakan irisan dari berbagai mental positif yang memerlukan proses serta berasal baik dari internal maupun eksternal seseorang. Karakter yang merupakan irisan berbagai mental positif itu menurut Bygrave adalah sebagai berikut:34

34 Dedi Purwana dan Agus Wibowo, Pendidikan Kewirausahaan di Perguruan Tinggi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017), 32.

(44)

a) Kreatif

b) Memiliki motivasi dan inovasi tinggi c) Agresif

d) Risk seeker ( menyukai resiko ) e) Integritas kerpribadian

f) Percaya diri

g) Memiliki kompetensi, dan h) Pemecah masalah

Dari uraian diatas faktor pendukung pendidikan kewirausahaan terletak pada faktor internal dan eksternal seseorang itu sendiri, yaitu kreativitas dan inovasi untuk memecahkan masalah dan meraih peluang yang dihadapi. Kebiasaan berinisiatif menurut banyak pakar kewirausahaan, akan melahirkan kreativitas atau daya cipta yang muaranya juga akan memunculkan inovasi.

2. Faktor penghambat pendidikan kewirausahaan

Menurut Dedi Purwana dan Agus Wibowo, mengatakan bahwa ada beberapa tantangan dalam mengembangkan model pendidikan kewirausahaan, sebagai berikut:35

a) Tenaga pendidik tidak memiliki kompetensi dan pengalaman sebagai entrepreneur sehingga konsep yang diajarkan terlalu fokus pada bagaimana merintis dan mengelola usaha – aspek kognitif. Seharusnya mereka

35 Ibid., 3-4.

(45)

memberikan porsi yang lebih besar pada pembimbingan peserta didik untuk mampu menggali potensi diri sebagai wirausaha. Revolusi mental diperlukan untuk mengubah mindset peserta didik dari mental pegawai menjadi wirausaha.

b) Pendidikan kewirausahaan tidak diajarkan secara integratif dan tematik. Artinya, mata pelajaran kewirausahaan diajarkan secara terpisah. Seharusnya filosofinya dan nilai- nilai kewirausahaan diintegrasikan pada apapun mata pelajaran secara tematik sebagai bagian dari pendidikan karakter.

c) Pimpinan satuan pendidikan tidak selalu memberikan ruang gerak bagi suburnya benih-benih kewirausahaan. Mindset mereka sebagai birokrat sering kali menutup rapat potensi kreativitas dan inovasi peserta didik. Satuan pendidikan seharusnya menjadi hidden curriculum bagi pendidikan kewirausahaan.

d) Pendidikan kewirausahaan saat ini belum mampu dijadikan landasan bagi penguatan keterampilan hidup (life skill) bagi peserta didik. Melek finansial, misalnya masih dipandang bukan sebagai keterampilan hidup yang diperlukan sehingga tidak perlu diajarkan sejak usia dini. Orang tua

(46)

atau pendidik sering kali menganggap tabu membicarakan segala sesuatu tentang uang kepada anak usia dini.

e) Pada jenjang Perguruan Tinggi masih minim jumlah perusahaan yang mau bermitra dengan lembaga pendidikan tinggi untuk mencetak wirausaha baru melalui pendirian inkubator bisnis.

Dari uraian diatas, menurut penulis faktor penghambat pendidikan kewirausahaan dalam mengembangkan life skill siswa diantaranya; tenaga pendidik yang belum berpengalaman, pengajarannya sebagian masih bersifat kognitif, dan masih minimnya kerjasama antara lembaga pendidikan dengan dunia usaha.

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Metode penelitian kualitatif didefinisikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat di amati.36

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data asli dan alamiah, artinya suatu data yang sesuai dengan keadaan sesungguhnya dan memiliki makna yang mendalam, sehingga melalui pendekatan kualitatif setiap fenomena yang ada dilapangan dan berkaitan dengan tujuan penelitian dapat dipahami secara mendalam sesuai dengan keadaan yang terjadi dilapangan.

Penelitian kualitatif deskriptif yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah suatu jenis penelitian untuk menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati serta diinterpretasikan secara tepat.

Data yang termasuk dalam data kualitatif adalah:

1. Sejarah berdirinya obyek penelitian. .

2. Data tentang pelaksanaan pendidikan kewirausahaan.

36 J Lexy Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya, 2012), 6.

(48)

Dalam penelitian kualitatif ini peneliti memilih untuk menggunakan jenis penelitian kualitatif fenomenologi. Hal ini dikarenakan peneliti ingin memaparkan fenomena yang terjadi dan ingin mengambil pengalaman dari partisipan. Berlandaskan pada pendapat John W. Creswell menjelaskan bahwa fenomenologi kurang berfokus pada penafsiran peneliti, namun lebih berfokus pada deskripsi tentang pengalaman dari para partisipan tersebut.37

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah SMK Sabda Ria Nada Desa Tlogosari Kecamatan Sumbermalang Kabupaten Situbondo.

Peneliti memilih lokasi ini dengan beberapa pertimbangan. SMK Sabda Ria Nada merupakan lembaga dibawah naungan pondok pesantren yang terlihat sukses mengembangkan pendidikan kewirausahaan setelah beberapa tahun berdiri. Perbedaan itu terletak dengan adanya kegiatan-kegiatan kewirausahaan seperti mengelola lahan pertanian pada lahan sendiri, memiliki unit usaha pemasaran sendiri, mengikuti berbagai macam pameran produk unggulan kopi argopuro dan produknya sudah menembus pasar internasional. Dari hal ini, peneliti ingin mengetahui implementasi nilai-nilai pendidikan agama Islam dalam mengembangkan life skill kewirausahaan di SMK Sabda Ria Nada menjadi lebih baik.

37 John W. Cresswell, Penelitian Kualitatif dan Desain Riset Memilih di antara Lima Pendekatan, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), 110.

(49)

C. Subyek Penelitian

Teknik purposive menjadikan narasumber dipilih melalui pertimbangan dan tujuan tertentu, yakni haruslah orang yang mengetahui, memahami, dan mengalami kejadian atau situasi sosial yang akan diteliti.38

Penentuan subyek penelitian ini digunakan teknik purposive yaitu teknik penarikan subyek penelitian yang berdasarkan pada ciri-ciri atau sifat tertentu yang diperkirakan mempunyai hubungan serta dengan ciri-ciri atau sifat-sifat yang ada dalam populasi yang sudah diketahui sebelumnya.

Obyek penelitian yang peneliti maksud adalah civitas akademika (baik guru yang berada dalam yayasan pendidikan Islam Sabda Ria Nada dan siswa). Subyek pada penelitian kualitatif dinamakan sebagai narasumber, partisipan, atau informan. Dalam penelitian ini peneliti telah menentukan beberapa informan (subyek penelitian), diantaranya adalah:

1. Kepala Sekolah SMK Sabda Ria Nada 2. Waka kurikulum Sabda Ria Nada 3. Guru PAI dan Kewirausahaan 4. Siswa Sabda Ria Nada

38 Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kualitatif dan R & D, (Bandung: Rineka Cipta, 2008), 300.

(50)

D. Teknik Pengumpulan Data

Pada bagian ini dikemukakan bahwa dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data yang utama adalah observasi participant, wawancara mendalam, dokumentasi, dan gabungan ketiganya atau triangulasi.

Adapun beberapa teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti yaitu:

a. Teknik Wawancara

Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.39

Dalam penelitian ini teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak terstruktur artinya peneliti bebas mengajukan beberapa pertanyaan secara mendalam yang berhubungan dengan fokus penelitian tanpa menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

Sehingga data-data yang dibutuhkan dalam penelitian dapat terkumpul secara maksimal.

b. Teknik Observasi

Dalam penelitian ini digunakan teknik observasi partisipasi pasif. Dimana peneliti hadir ditempat kegiatan orang yang diamati,

39 Ibid,. 231.

(51)

tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut. Peneliti melakukan pengamatan secara langsung di lokasi objek penelitian untuk mengumpulkan data sebanyak mungkin ataupun informasi yang berhubungan langsung dengan masalah yang diteliti yaitu peneliti mengamati implementasi nilai-nilai pendidikan agama Islam dalam mengembangkan life skill kewirausahaan siswa di SMK Sabda Ria Nada.

c. Teknik Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah upaya pengumpulan data dengan menyelidiki benda-benda tertulis. Benda-benda tersebut dapat berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya.40

Dalam penelitian ini teknik dokumentasi digunakan sebagai alat bantu atau sebagai pelengkap penelitian. Adapun dokumen yang digunakan berupa foto kegiatan seperti kegiatan praktikum dan pameran.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses berkelanjutan yang membutuhkan refleksi terus-menerus terhadap data, mengajukan pertanyaan-pertanyaan analitis, dan menulis catatan singkat sepanjang penelitian.41

40 Mundir, Metode Penelitian kualitatif dan Kuantitatif, (Jember: STAIN Press, 2013), 186.

41 John W. Cresswell, Penelitian Kualitatif dan Desain Riset Memilih di antara Lima Pendekatan, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), 274.

(52)

Menurut Miles and Huberman yang dikutip dari Sugiyono, mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu:42

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting dicari tema dan polanya.

Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya apabila diperlukan.

2. Penyajian Data (Data Display)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Kalau dalam penelitian kuantitatif penyajian data ini dapat dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, phie chard, pictogram, dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami. Akan tetapi, dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan, antar kategori, flowchart dan sejenisnya.

42 Sugiyono, Metode Penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D, (Bandung: Rineka Cipta, 2008), 246.

Gambar

Gambar 4.1 Kecakapan pribadi siswa
Gambar 4.2 Kecakapan sosial siswa
Gambar 4.3 Kecakapan akademik siswa
Gambar 4.4 Kecakapan vokasional siswa

Referensi

Dokumen terkait

SMK Tekno-Sa Surakarta merupakan salah satu lembaga pendidikan kejuruan yang berada di bawah Yayasan Institut Pengembangan Kewirausahaan dan Kejuruan Indonesia

Tesis yang berjudul IMPLEMENTASI 5 NILAI BUDAYA KERJA KEMENTRIAN AGAMA DALAM MENINGKATKAN KINERJA PEGAWAI SEKSI PENDIDIKAN AGAMA DAN KEAGAMAAN ISLAM KANTOR

Berdasarkan paparan di atas, maka dapat kesimpulan penelitian ini adalah: 1) program implementasi nilai- nilai pendidikan agama Islam dalam menumbuhkembangkan karakter Islami

Implementasi nilai-nilai toleransi beragama pada pembelajaran PAI yang berlangsung di SMP Negeri 1 Amparita tergolong baik, dimana pelaksanaan pembelajaran dilakukan

Sebagaimana data yang telah diperoleh dari hasil wawancara dan observasi di lapangan, implementasi pendidikan agama islam dalam pembentukan akhlak siswa di SMK Negeri 3 Metro dapat

Faktor Pendukung Implementasi Nilai- Nilai Pancasila Dalam Perilaku Siswa Di SMK Islam Terpadu Gunung Sari Makassar Faktor pendukung implementasi nilai-nilai Pancasila di SMK Islam

Alhamdulillah, Penulisan skripsi ini telah terselesaikan dengan judul “Implementasi Pendidikan Karakter Pada Pembelajaran Agama Islam Siswa SMK Muhammadiyah Banda Aceh” terwujudnya

HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam Menanamkan Nilai Religius Hasil Belajar Siswa SMPIT Al Imaroh Perencanaan termasuk sesuatu