i
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATA PELAJARAN AL-QUR’AN HADITS DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PLUS AL AMIEN
AMBULU JEMBER
SKRIPSI
diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember Untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi Pendidikan Agama Islam
Oleh:
Tata Safana NIM : T20181325
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
APRIL 2023
ii
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADAMATA PELAJARAN AL-QUR’AN HADITS DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PLUS AL AMIEN
AMBULU JEMBER
SKRIPSI
diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember Untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi Pendidikan Agama Islam
Oleh : Tata Safana NIM : T20181325
Disetujui Pembimbing
Dewi Nurul Qomariyah, S.S, M.pd NIP. 197901272007102003
iii
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATA PELAJARAN AL-QUR’AN HADITS DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PLUS AL AMIEN
AMBULU JEMBER
SKRIPSI
Telah diuji dan diterima untuk memenuhi salah satu Persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi Pendidikan Agama Islam
Hari: Selasa Tanggal: 04 April 2023
Ketua Penguji Sekretaris
Dr. Rif`An Humaidi, M.Pd.I Ari Dwi Widodo, S.Pd.I., M.Pd.I.
NIP. 197905312006041016 NUP. 20160360 Anggota:
1. Dr. Drs. Sukamto. M.Pd
2. Dewi Nurul Qomariyah, S.S, M.Pd
Menyetujui
Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Prof. Dr. Hj. Mukni’ah, M.Pd.I NIP: 196405111999032001
iv MOTTO
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Al Azhab Ayat 21)1
1 Al-Quran 33;21
v
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirob’alamin Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan nikmat dan rahmat kepada para hambanya. Baik nikmat iman, kesehatan, serta kemudahan dan kelancaran dalam menyelesaikan skripsi ini.
Dengan penuh rasa syukur dari relung hati paling dalam maka skripsi ini saya persembahkan kepada :
1. Keluarga saya yaitu ayah dan ibu ( Ani Khusniah) yang senantiasa mendo’akan saya agar skripsi saya bisa segera selesai. Adik saya (Muhammad Deva Sultonu Rizky ) yang senantiasa menjadi penyemanggat saya dalam menyelesaikan skripsi ini .
2. Keluarga besar SMP Plus Al Amien , yang telah menjadi rumah kedua bagi saya, serta para guru- guru yang telah senantiasa memberikan saya ilmunya dengan ikhlas dan memberikan saya motivasi untuk segera menyelesaikan skripsi saya.
3. Rekan-Rekan seperjuangan PAI angkatan 2018 kelas 7A yang telah banyak memberikan kontribusi dan bantuan selama saya mengenyam pendidikan di bangku perkuliahan.
4. Almamater kebanggan Universitas Islam Negeri Kyai Haji Achmad Siddiq Jember yang telah banyak memberikan kesempatan untuk mengenyam pendidikan dan pengarajaran pada para dosen-dosen yang kompeten dan ahli dibidangnya sehingga saya mendapat banyak pengalaman dan pelejaran yang berharga.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT tuhan semesta alam karena atas rahmat dan karunia-Nya penelitian skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan ini dapat terselesaikan dengan baik dan lancar.
Kedua kalinya tak lupa sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, Nabi akhir zaman yang telah membawa ummat Islam dari zaman jahiliyah menuju zaman Islamiyah seperti saat sekarang ini.
Keberhasilan dan kelancaran dalam penulisan skripsi ini penulis peroleh dari dukungan banyak pihak, oleh karenanya dalam kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. H. Babun Soeharto, SE., MM. selaku Rektor Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achamd Siddiq Jember yang telah memberikan segala fasilitas yang membantu kelancaran dalam penyelesaikan skripsi ini.
2. Prof. Dr. Hj. Mukni’ah, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Trbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember yang membantu kelancaran dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Dr. Rif’an Humadi, M.Pd.I Selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember yang telah memberikan kemudahan dalam menyusun skripsi ini.
4. Dr. Hj. Fathiyaturrahmah, M.Ag. selaku ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember yang selalu memberikan arahan dan masukan kepada kami.
vii
5. Dewi Nurul Qomariyah, S.S, M.pd selaku Dosen pembimbing yang selalu meluangkan waktu untuk mengarahkan dan membimbing proses penyusunan skripsi ini dan selalu sabar dalam mengoreksi skripsi ini.
6. Segenap Dosen Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember yang dengan kesabaran serta ketulusannya senatiasa menuntun dan memberikan ilmunya.
7. Kepala Sekolah SMP Plus Al Amien yang telah memberikan izin kepada peneliti, sekaligus membantu kelancaran proses penyusunan skripsi ini.
8. Selaku guru Pendidikan Agama Islam serta peserta didik yang telah banyak membantu kelancaran dan kemudahan penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
9. Kepada penulis yang telah senantiasa berusaha memberikan yang terbaik dalam melaksanakan penelitian skripsi ini hingga selesai.
Tiada kata yang dapat penulis ucapakan selain do’a dan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya. Semoga Allah SWT senantiasa mempermudah dan memberi balasan kebaikan atas semua jasa yang telah diberikan kepada penulis.
Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga peneliti mengharap kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan skripsi ini, terakhir semoga skripsi ini dapat memberikan banyak manfaat bagi para pembaca. Amin ya Robbal’alamin
Jember,02 Maret 2023
Tata Safana T20181325
viii ABSTRAK
Tata Safana, 2023: Implementasi Pendidikan Karakter pada Mata Pelajaran Al- Qur’an Hadits di SMP Plus Al Amien Ambulu Jember”
Kata Kunci : pendidikan karakter ,pelajaran Al-Qur’an hadits
Pendidikan memiliki makna sebuah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang maupun kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melaui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan berfungsi sebagai pengubah pola berpikir manusia menjadi lebih baik dengan wawasan yang lebih banyak dari sebelumnya. Dalam hal ini akan membahas tentang pendidikan karakter yang akan dimasukkan kedalam pembelajaan sekolah melalui mata pelajaran Al- Qur’an hadist.
Tujuan peneliti ini adalah : 1) Mengetahui perencanaan pendidikan karakter religius,disiplin,jujur pada mata pelajaran Al- Qur'an hadits di SMP plus Al Amien Ambulu Jember 2) Mengetahui Implementasi pendidikan karakter religius,disiplin,jujur pada mata pelajaran Al- Qur'an hadits di SMP plus Al Amien ambulu jember 3) Mengetahui evaluasi Implementasi pendidikan karakter religius,disiplin,jujur pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits di SMP Plus AL Amien Ambulu Jember.
Untuk menganalisis penelitian tersebut, peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yang bersifat diskriptif ,peneliti ini dikategorikan kedalam penelitian lapangan. Guna memperoleh data tentang bagaimana implementasi pendidikan karakter pada mata pelajaran Al- Qur’an hadits .Adapun teknik dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Penelitian ini memperoleh hasil kesimpulan : 1) Implementasi pendidikan karakter religius,disiplin,jujur pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadist di SMP Plus Al Amien Jember menggunakan metode talqin dan talaqqi Dalam perencanaannya guru wajib membuat Silabus yang akan dikembangkan menjadi RPPH (Rancangan Perencanaan Pembelajaran Harian). Kemudian dalam implementasinya ada : kegiatan pendahuluan, meliputi melaksankan sholat dhuha, salam, pembacaan doa bersama, mengabsen siswa, mengkondisikan kelas. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan inti, melakukan pembelajaran sesuai RPP, guru melafalkan (talqin) adh Dhuha, Al Quraisy, Al Kautsar, Al muthaffifin, dan Al an'am ayat 152 untuk ditiru siswa kemudian dihafalkan (talaqqi), memaknai inti makna yang ada dalam setiap surat dan menerapkannya kedalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan penutup, meliputi kesimpulan, memberikan tugas pekerjaan rumah (PR) mengakhiri pembelajaran dengan do’an hingga salam. 2) Evaluasi implementasi pendidikan karakter religius,disiplin,jujur pada mata pelajaran Al Quran Hadist di SMP Plus Al Amien Ambulu Jember yaitu tes lisan dan tertulis.
ix DAFTAR ISI
COVER ... i
HALAMAN PERSETUJUAN... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAK ...viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL... xii
DAFTAR GAMBAR ...xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Konteks Penelitian ... 1
B. Fokus Penelitian ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 10
D. Manfaat Penelitian ... 10
E. Definisi Istilah ... 12
F. Sistematika Pembahasan ... 14
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 16
A. Penelitian Terdahulu ... 16
B. Kajian Teori ... 22
BAB III METODE PENELITIAN ... 55
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 55
B. Lokasi Penelitian ... 55
C. Subyek Penelitian ... 56
D. Teknik Pengumpulan Data ... 57
E. Analisis Data ... 60
F. Keabsahan Data ... 61
G. Tahap-tahap Penelitian ... 62
BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS ... 64
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 64
x
B. Penyajian Data dan Analisis... 70
C. Pembahasan Temuan ... 85
BAB V PENUTUP ... 95
A. Kesimpulan ... 95
B. Saran-saran ... 96
DAFTAR PUSTAKA ... 97
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Data Tenaga pendidik SMP Al Amien Ambulu Jember ... 69 Tabel 4.2 Data Sarana prasarana SMP Al Amien ... 70 Tabel 4.3 Data Rombongan Belajar Siswa ... 70
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
Kata "pendidikan" yakni akar dari frasa "pendidikan". Kata ini mengacu pada prosedur, metode, atau tindakan pendidikan karena mengandung awalan "pe" dan akhiran "an". Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan istilah “santri” sebagai “mendidik dan mengajarkan akhlak dan kecerdasan”. Melalui instruksi dan pelatihan, pendidikan didefinisikan sebagai proses mempengaruhi atau bahkan merubah otak, sifat, perilaku menjadi pribadi yang berilmu dan berwawasan. Definisi pendidikan juga dapat ditemukan dalam berbagai karya dan konsep akademik. Pendidikan, Tujuan pendidikan nasional, menurut Ki Hajar Dewantara yang memulainya, adalah agar anak-anak mengembangkan karakter, akal dan tubuh yang selaras dengan alam dan masyarakat.2
Di sisi lain, menurut John Dewey, pendidikan adalah proses memperoleh keterampilan intelektual dan emosional mendasar untuk berinteraksi dengan manusia dan alam. Definisi serupa tentang pendidikan juga dikemukakan oleh Edgar Dalle. Dikatakannya bahwa pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah untuk mempersiapkan peserta didik membantu dalam berbagai situasi melalui
2 Amirulloh Syarbini, PENDIDIKAN ANTIKORUPSI Konsep, strategi, dan Implementasi Pendidikan Antikorupsi di Sekolah/Madrasah (Jl. Gegerkalong Hilir No. 84 Bandung : ALFABETA, 2017), 3.
kegiatan seperti bimbingan, pengajaran, dan pelatihan baik di dalam maupun di luar sekolah. selamanya di masa depan. yang akan datang.
“Pendidikan yakni usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan lingkungan belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, dan negara. ,” bunyi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional.
Menurut Akhmad Sudrajat, menggunakan pengertian di atas, di dalamnya terkandung tiga gagasan pokok: 1) usaha yang disengaja dan direncanakan; 2) menciptakan agar siswa secara aktif mengembangkan potensinya dalam lingkungan belajar dan proses pembelajaran; 3) kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta kemampuan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Para ahli ini menyatakan bahwa pendidikan dapat dipahami sebagai bimbingan atau pendampingan orang dewasa untuk pendewasaan anak sampai pada titik dimana mereka cukup mampu menyelesaikan tugas-tugas kehidupan secara mandiri. selain menunjukkan akhlak dan budi pekerti melalui sikap dan perbuatan seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari- hari.3
Tujuan pendidikan adalah untuk membuat orang-orang baik yang dapat mewujudkan potensi penuh mereka dan menjadi orang-orang baik.
3 Amirulloh Syarbini, Muhammad Arbain, PENDIDIKAN ANTIKORUPSI Konsep, Strategi, dan Implementasi Pendidikan Antrikorupsi di Sekolah/Madrasah (Jl Gegerkalong Hilir No. 84 Bandung: ALFABETA, 2017), 4.
Menurut PERMENDIKBUD nomor 20 tahun 2016, manfaat serta tujuannya pendidikan adalah sebagai berikut: membantu peserta didik menjadi manusia yang berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri, serta menjadi warga negara yang berakhlak mulia, guna mencerdaskan kehidupan bangsa. Bahkan ketika ujian akhir sekolah dilaksanakan di beberapa daerah, guru diduga memberikan kunci jawaban kepada siswa karena takut siswanya gagal sehingga mencemarkan nama baik sekolah. Sebagai gambaran merosotnya kejujuran di masyarakat Indonesia, seperti maraknya kolusi dan korupsi, seakan-akan kejujuran menjadi barang langka di dunia pendidikan.4
Sebaliknya, contoh kecurangan dalam pendidikan adalah menyontek, meniru karya teman, atau meniru buku pelajaran sehari-hari. Bahkan ketika ujian akhir sekolah dilaksanakan di beberapa daerah, guru diduga memberikan kunci jawaban kepada siswa karena takut siswanya gagal sehingga mencemarkan nama baik sekolah. Sebagai gambaran merosotnya kejujuran di masyarakat Indonesia, seperti maraknya kolusi dan korupsi, seakan-akan kejujuran menjadi barang langka di dunia pendidikan.5
Salah satu cara menanamkan nilai-nilai karakter pada siswa yang akan menjadi Kamil adalah melalui pendidikan karakter. Contoh nilai-nilai tersebut antara lain pengetahuan, kesadaran pribadi, tekad, dan kemauan
4 Permendikbud Nomor 20 tahun 2016, Tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar & Menengah, 1, diakses pada 08 febuari 2023, pukul 08.07.di
https://jdih.kemdikbud.go.id/arsip/Salinan%20Permendikbud%20Nomor%20Tahun%202316.pd f,1.
5 Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter ,h.2, 2020
hidup berdasarkan nilai-nilai tersebut terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan bangsa.6
Pendidikan karakter tidak hanya mengajarkan kepada siswa mana yang benar dan salah, tetapi juga mengajarkan bagaimana memahami, merasakan, dan mempraktekkan kebiasaan-kebiasaan yang baik. Oleh karena itu, pendidikan karakter dan pendidikan moral memiliki tujuan yang sama.7
Melalui Nabi Muhammad, agama Islam mengajarkan bahwa akhlak memiliki kedudukan yang sangat tinggi. Rosulullah adalah sosok tauladan dalam pendidikan karakter.
Dalam QS. Al Ahzab 33:21 dijelaskan bahwa:
Makna: Sungguh, Nabi menjadi teladan yang baik bagi orang-orang yang beriman kepada rahmat Allah dan Hari Pembalasan, dan beliau sering menyebut Allah.8
Dalam keterangan sebuah hadits disebutkan pula:
اًقُلُخ ْمُهُ نَسْحَا اًناَمْيِا َنْيِنِمْؤُمْلا ُلَمْكَا
Artinya: “Mukmin dengan standar moral tertinggi memiliki iman yang paling sempurna.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)9
Dalam keterangan surat al-ahzab tersebut bisa diambil adalah mengenai pendidikan karakter yang telah ditanamkan dengan mencontoh
6 Nurla Isna Aunillah, Paduan Menerapkan Pendidikan Karakter Di Sekolah, h. 18, 2018
7 Marzuki, Pendidikan Karakter Islam.(Jakarta : AMZAH, 2017), h.23.
8 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemah (Surabaya: Pusat Agung Harapan, 2020), 595.
9 HR. Abu Dawud dan Tirmidzi
teladan dari baginda Rasulullah, maka kita sebagai umat nabi Muhammad jika ingin hidupnya tentram di dunia dan akhirat untuk meniru akhlak baginda Rasulullah SAW hal ini sejalan dengan yang telah ditegaskan oleh Nabi Muhammad bahwa beliau diutus untuk memperbaiki akhlak (pendidikan karakter).
Sekolah memainkan peran penting dalam upaya pengembangan karakter, khususnya. Dalam konteks ini, pendidikan karakter adalah upaya sekolah oleh guru, kepala sekolah (dan warga sekolah lainnya), dan kegiatan untuk membentuk moral, karakter, atau kepribadian siswa melalui ajaran agama yang beragam. Al-Qur'an berfungsi sebagai landasan bagi semua pandangan, pemikiran, pelanggaran, dan tindakan Muslim.
Sebagai organisasi, sistem sosial, dan agen perubahan, sekolah menjalankan salah satu fungsinya. Sekolah berfungsi baik sebagai tempat untuk menerima dan menyampaikan instruksi dan kendaraan untuk mengajar sebagai sebuah organisasi.10
Sebagai pelengkap amanat keluarga dalam pendidikan, sekolah berfungsi sebagai setting di mana siswa dapat mengalami integrasi, homogenitas, dan harmoni jika itu terjadi. Melalui transfer nilai dan pengetahuan, juga sebagai wadah bagi siswa untuk memperluas pengalaman dan wawasannya.
Pendidikan agama semakin menjadi perhatian dari waktu ke waktu karena semakin banyak orang yang menyadari bahwa hal itu semakin
10 Abdul Hakim Jurumiah, Sekolah Sebagai Instumen Konstruksi Sosial di Masyarakat” ,(Jurnal, 3 vol 7 No 2 Maret 2020 )
dibutuhkan oleh setiap manusia, terutama mereka yang masih bersekolah. Ini tidak diperburuk oleh hukum. Menurut Bab IV Pasal 11 Ayat 6 UU Sisdiknas 1989, “Pendidikan Agama adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk mampu mengelola peran-peran yang menuntut penguasaan pengetahuan khusus tentang agama-agama yang terkait.” Uraian di atas menunjukkan betapa masyarakat Indonesia memperhatikan dan mengakui peran penting pendidikan Islam dalam upaya negara mendidik dan mencerdaskan warganya. Pemikir dan penyelenggara Pendidikan Islam di Indonesia harus merespon secara positif tantangan yang ditimbulkan oleh pengakuan ini.
Guru pendidikan agama Islam adalah komponen utama dari keseluruhan proses. Pendidikan hanya akan menjadi semboyan muluk tanpa guru karena kinerja mereka yang berada di garda terdepan, guru, pada akhirnya akan menentukan segala kebijakan dan program.
Siswa harus dapat dibimbing untuk tumbuh sebagai individu, dan mereka juga harus puas dengan kenyataan bahwa mereka memiliki tanggung jawab atau panggilan hidup untuk berkontribusi pada solusi masalah global dan nasional. Untuk itu diperlukan guru yang berkarakter kuat dan cerdas agar guru mampu mengajar dan belajar.
Guru memiliki karakter yang solid dan mampu mengajar dan mendidik. Ia mampu menanamkan nilai-nilai yang diperlukan untuk mengarungi kehidupan selain transfer pengetahuan (transfer of knowledge).
Guru yang cerdas tidak hanya memiliki keterampilan intelektual yang
mereka butuhkan, tetapi juga keterampilan emosional dan spiritual yang mereka butuhkan untuk menginspirasi siswa untuk belajar dan berkembang di masyarakat.11
Seorang guru diharapkan mampu menunaikan tugasnya mendidik murid-muridnya jika ia memiliki karakter yang kuat dan cerdas. Kompetensi merupakan prasyarat untuk menjadi seorang pendidik atau guru yang handal.
Nilai-nilai amanah, keteladanan, dan mampu melakukan pendekatan pedagogis di samping mampu berpikir dan bertindak tegas merupakan kompetensi utama yang harus dimiliki pendidik.12
Pembahasan di atas menunjukkan bahwa guru yang berkarakter kuat, cerdas, dan jeli melihat perilaku siswa memainkan peran penting dalam sistem pendidikan. Selain itu, pendidikan bertujuan untuk mengubah perilaku siswa secara aktif, sehingga terjadi perubahan perkembangan intelektual dan psikososial siswa secara individu, serta sikap, pemahaman, keterampilan, minat, dan kemampuan untuk menyesuaikan diri.
Suatu cara penanaman nilai-nilai karakter pada peserta didik yang memadukan antara pengetahuan, kesadaran, atau kemauan dan tindakan untuk menghayati nilai-nilai tersebut merupakan bagian dari pendidikan karakter. Pemanfaatan mandiri dari setiap aspek kehidupan sekolah untuk
11 Marzuki, Pendidikan Karakter Islam (Jakarta: Amzah, 2017)
12 Abdul Majid dan Dian Andayani. Pendidikan Karakter Perspektif Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2017)
mempromosikan pengembangan karakter yang optimal adalah pendidikan karakter.13
Sekolah juga sangat penting untuk pengembangan karakter karena mengajar dan dapat dikatakan sebagai agen perubahan sosial. Akibatnya, manajemen sekolah harus sebaik mungkin, terutama di sekolah di mana siswa dipandang sebagai panutan yang lebih baik.
Pengajaran Qurdits di sekolah menengah pertama merupakan komponen penting dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang dirancang untuk memperkenalkan siswa pada prinsip-prinsip moral Islam.
Mereka mempelajari kegiatan keislaman di SMP Plus Al-Amien Ambulu Jember untuk mengembangkan akhlak yang religius, disiplin, dan jujur, yang ditanamkan dengan akhlak islami yang diinginkan orang tua kepada anaknya melalui Al-Qur'an.
Ada beberapa alasan mengapa penelitian ini dilakukan di SMP Plus Al Amien Ambulu Jember. Beberapa di antaranya: 1) Merupakan sekolah Islam terbaik di Ambulu. 2) Memiliki siswa yang berakhlak baik karena guru mengajarkan Al-Qur'an hadits dan pelajaran lain tentang akhlak.
Namun, masih ada beberapa siswa dalam penelitian ini yang kurang memiliki karakter seperti terlambat dan tidak teratur. Sebagian besar dari mereka berasal dari keluarga berantakan dan tidak mendapatkan banyak perhatian khusus dari orang tuanya. Selain itu, karena keterpencilan desa Unggalan Ambulu dan sering terjadi banjir, siswa sering bolos karena cuaca.
13 Helmawati, Pendidikan Karakter Sehari-hari. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2017)
Selain itu, masih ada warga pondok yang datang terlambat ke sekolah akibat mandi antrean. Selain itu, masih ada sebagian kecil siswa yang menyontek saat ujian, namun guru masih bisa mengatasi hal tersebut.14
Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin mengetahui lebih jauh tentang bagaimana implementasi pendidikan karakter pada mata pelajaran al- qur;an hadits. Hal semacam inilah yang mendasari penulis mengangkat sebuah penelitian dengan judul “IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER RELIGIUS, DISIPLIN DAN JUJUR PADA MATA PELAJARAN AL-QUR’AN HADITS DI SMP PLUS AL AMIEN AMBULU JEMBER”..
B. Fokus Penelitian
Pada setiap pembelajaran pasti ada yang mnamanya manajemen pembelajaran. Yakni untuk mengatur bagaimana jalannya proses pembelajaran dari perencanaan, implementasi dan evaluasi yang bertujuan agar bisa mencapai tujuan dari pembelajaran itu sendiri.15
Adapun penelitian ini memfokuskan pada beberapa hal sebagai berikut:
1. Bagaimana perencanaan pendidikan karakter religius, disiplin dan jujur pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits di SMP Plus Al Amien Ambulu Jember?
14 Observasi, SMP plus Al Amien Ambulu Jember, 2 November 2023.
15 Muniarti, Manajemen Strategik Pembelajaran, (Bandung : Rosdakarya, 2018), 72
2. Bagaimana implementasi pendidikan karakter religius, disiplin dan jujur pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits di SMP Plus Al Amien Ambulu Jember?
3. Bagaimana evaluasi pendidikan karakter religius, disiplin dan jujur pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits di SMP Plus Al Amien Ambulu Jember C. Tujuan Penelitian
Tujuan peneliti berfungsi untuk menjawab permasalahan penelitian yang didapat dari fokus penelitian. Dalam hal ini, tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui perencanaan pendidikan karakter religius,disiplin, dan jujur pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits di SMP Plus Al Amien Ambulu Jember
2. Mengetahui implementasi pendidikan karakter religius, disiplin, dan jujur pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits di SMP Plus Al Amien Ambulu Jember
3. Mengetahui evaluasi pendidikan karakter religius, disiplin,dan jujur pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits di SMP Plus Al Amien Ambulu Jember D. Manfaat Penelitian
Kontribusi yang akan diberikan setelah penelitian selesai termasuk dalam manfaat penelitian ini. Berikut adalah manfaat yang ditemukan dalam penelitian ini:
1. Manfaat teoritis
Diharapkan penelitian ini dapat menjelaskan bagaimana mata pelajaran Al-Qur'an Hadits di SMP plus Al Amien Ambulu Jember memasukkan pendidikan karakter yang religius, disiplin, dan jujur. Ini juga akan berkontribusi pada tubuh pengetahuan dan memberi pembaca dan penulis perspektif baru.
2. Manfaat kepraktisan a. Bagi Lembaga
Hasil temuan penelitian ini dapat dijadikan landasan kebijakan agar menonjol dari sekolah lain dan memiliki keunggulan, terutama dalam hal karakter religius, disiplin, dan jujur. Hal tersebut juga dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk mengambil kebijakan yang tepat guna meningkatkan mutu sekolah dan menjadikannya sekolah unggulan yang menghasilkan siswa yang berprestasi dan religius.
b. Bagi peneliti/penelitian selanjutnya
Peneliti selanjutnya yang ingin mendalami karakter religius, disiplin, dan jujur ini secara lebih mendalam dan mengembangkannya menjadi fokus tambahan untuk memperkaya hasil penelitian lainnya dapat menggunakan hasil penelitian tersebut sebagai referensi.
c. Bagi UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH. ACHAMD SIDDIQ Jember
Selain memberikan informasi yang bermanfaat, penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan referensi dan daftar pustaka.
d. Bagi Masyarakat
Diharapkan kajian ini dapat mengedukasi masyarakat luas tentang banyaknya alternatif model pembelajaran dan pentingnya pendidikan karakter yang religius, disiplin, dan ikhlas dalam Pembelajaran Al- Qur'an Hadits sebagai bekal untuk bekal hidup di masa depan.
E. Definisi Istilah
“Penerapan Pendidikan Karakter Religius, Disiplin, dan Jujur pada Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits di SMP Plus Al Ambulu Jember” adalah judul proposal ini. Penulis diwajibkan untuk menjelaskan arti judul sebagai berikut agar tidak terjadi kerancuan terhadap judul proposal ini:
1. Pembelajaran Al-Qur’an Hadits
Salah satu aspek pendidikan agama Islam adalah pembelajaran Al-Qur'an Hadits khusus kelas IX SMP. Hadits dan ayat-ayat Al-Qur'an yang dapat dijadikan pedoman dalam berakhlak dan berakhlak dalam kehidupan sehari-hari dapat kita temukan dalam mempelajari hadits-hadits Al- Qur'an.
2. Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter yakni upaya sengaja dan terencana untuk menanamkan nilai-nilai tertentu yang berkaitan dengan sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti seseorang atau sekelompok orang. Beberapa karakter yang digunakan untuk mempelajari Al-Qur'an Hadits adalah sebagai berikut:
1. Karakter Religius
Sikap dan perilaku yang berpegang teguh pada ajaran agama yang dianut seseorang (siswa) dalam rangka menumbuhkan toleransi dan hidup berdampingan dengan umat yang berbeda agama merupakan bagian penting dari karakter religius. Merencanakan setiap komponen siswa yang berkaitan dengan pembelajaran al-qur an hadis, meliputi materi pelajaran, metode pembelajaran, dan strategi pembentukan karakter siswa yang religius sesuai dengan tujuan pembelajaran, merupakan langkah awal dalam proses pembentukan karakter religius. Semua kepala sekolah dan guru berpartisipasi dalam proses perencanaan untuk memastikan proses pembentukan karakter siswa berjalan lancar.16
2. Karakter Disiplin
Nilai suatu perbuatan yang menunjukkan perilaku tertib sesuai dengan berbagai peraturan perundang-undangan merupakan nilai karakter disiplin. Sikap menghormati dan menaati suatu sistem yang tunduk pada perintah dan peraturan yang berlaku adalah disiplin.17 3. Karakter Jujur
Upaya menjadi pribadi yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, perbuatan, dan pekerjaan merupakan landasan nilai karakter jujur.
Karena itu, Rasulullah SAW benar ketika mengatakan bahwa jujur
16 H Imansyah, “Membentuk Karakter Religius Siswa melaluiPembelajaran Al-Qur’an Hadits di MTS Negeri 2 Hulu Sungai Tengah”, (Jurnal ilmiah pendidikan dan social, 2020), Hal.
11
17 Kemendiknas, Desain Induk Pendidikan…
itu sangat penting. Nabi juga mengatakan bahwa kita harus selalu bertanya dan bertindak jujur karena hal itu akan membawa kita pada kebaikan dan kebaikan, yang pada akhirnya akan membawa kita ke surga.18
F. Sistematika Pembahasan
Singkatnya, sistem pengumpulan data dalam hal ini harus menyertakan lima bab. Bab saat ini memastikan satu bahasa yang berlaku untuk bahasa dan bahasa itu sendiri, yang merupakan subjek terpisah.
Pembagian bahasan melalui penggunaan bab-perbab terbukti bermanfaat tidak hanya untuk proses evaluasi tetapi juga bagi individu yang sedang menjalaninya. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa sulit dan memakan waktu untuk tujuan mengidentifikasi materi dan durasi evaluasi.
Penting untuk dicatat bahwa sistematisasi penulisan penelitian berikut ini digunakan sebagai titik awal untuk mencapai tujuan peningkatan pokok penelitian dan tujuan mencegah kebuntuan antara bayi dan teman sebayanya:
BAB I : Pada Bab I terdapat penekanan pada materi, fokus, ragam, pengertian istilah, dan sistematisasi istilah. Pada bagian ini akan dibahas mengenai minimal Study Case yang akan menghasilkan tugas tersendiri bagi mahasiswa, dan minimal penugasan tersebut akan didasarkan pada implementasi karakter siswa dalam pembelajaran Qurdist di SMP Plus Al- Amien Ambulu Jember.
18 Hanipatudiniah Madani , Pembinaan Niliai-Nilai Kejujuran Menurut Rasulullah Saw”, ( Jurnal Riset Agama , Volume 1, Nomer April 2021 ).hal 149
BAB II: Pada Bab II diuraikan uraian berdasarkan penelitian teoritis dan empiris. Dalam hal ini, siswa mengidentifikasi sejumlah masalah potensial yang akan dipecahkan dan didasarkan pada teori pendidikan yang mencerminkan perspektif siswa.
Bab III: Metode penelitian penelitian studi kasus dibahas secara lebih rinci dalam bab III. berkaitan dengan lokasi dimana peneliti akan berada dan metode yang digunakan.
BAB IV: Dibahas mengenai analisis dan penyajian data pada bab IV.
Selain memberikan gambaran umum tentang subjek penelitian, bagian ini juga membahas tentang data atau temuan yang diperoleh dengan menggunakan pendekatan yang dipilih. Selain itu, berisi pemikiran tim peneliti serta temuan lapangan beserta penjelasannya.
BAB V: bagian penutup dari bab V yang berisi saran dan kesimpulan. Seluruh pembahasan yang berkaitan langsung dengan fokus dan kajian digunakan untuk menarik kesimpulan.
16 BAB II
KAJIAN KEPUSTAKAAN
Untuk menghindari reduksi dan plagiarisme, serta untuk memberikan kontribusi ilmiah, tujuan kajian pustaka ini adalah untuk menentukan di mana letak penelitian terhadap masalah yang diteliti dibandingkan dengan penelitian- penelitian lain sebelumnya.
A. Penelitian Terdahulu
Dalam upaya ilmiah dan akademik, orisinalitas suatu karya harus dijunjung tinggi semaksimal mungkin. Termasuk studi lapangan sebagai bagian dari proses penelitian.
Dalam hal pencarian, penulis tidak dapat menemukan studi apapun dengan persamaan yang signifikan dalam pembahasan penelitian mereka.
Terdapat perbedaan yang signifikan antara penelitian yang meneliti objek yang sama, sehingga tidak dapat dianggap sebagai penelitian pengulangan.
Di antara penelitian sebelumnya, berikut ini ditemukan:
1. Tsalis Nurul Azizah, 2020, Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga dengan judul “Pembentukan Karakter Religius Berbasis Pembiasaan Dan Keteladanan Di Sma Sains Al-Quran Wahid Hasyim Yogyakarta”.19 Setidaknya perbedaan tersebut dapat dinilai dari fokus dan hasil penelitian pada penelitian pertama ini sebelumnya. Dalam penelitian penulis, para peneliti menunjukkan perbedaan yang signifikan.
19 Tsalis Nur Azizah, PEMBENTUKAN KARAKTER RELIGIUS BERBASIS PEMBIASAAN DAN KETELADANAN DI SMA SAINS AL-QURAN WAHID HASYIM YOGYAKARTA (Yogyakarta: Skripsi UIN Sunan Kalijaga, 2020).
Penelitian Tsalis Nurul Azizah di SMA Al-Qur'an 'an Wahid Hasyim Yogyakarta lebih menitikberatkan pada penemuan berbagai jenis karakter religius yang digunakan, pembentukan karakter religius siswa berdasarkan pembiasaan, pembentukan karakter religius siswa berdasarkan keteladanan, dan penguatan karakter religius siswa berdasarkan pembiasaan dan keteladanan. Tsalis Nurul Azizah ingin menunjukkan bahwa SMA Ilmu Al-Qur'an Wahid Hasyim melahirkan 14 karakter religius yang berbeda. Pembentukan karakter religius di SMA Ilmu Al-Qur'an Wahid Hasyim Yogyakarta kemudian dilakukan melalui berbagai kegiatan berbasis sekolah dan asrama. Di SMA Sains Al- Qur’an, pengembangan karakter religius yang diteladani dan dilandasi pembiasaan telah berhasil membentuk sikap siswa yang religius terhadap kedisiplinan, rajin mengaji, menghargai sesama, menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan sekolah, dan mengikuti peraturan sekolah.
Kemiripan antara penjelajahan masa lalu dan penelitian yang akan dilakukan oleh para ilmuwan sebenarnya terletak pada penggunaan sifat-sifat yang tegas dalam pandangan penyesuaian dan model, sedangkan perbedaannya terletak pada tsalis nurul azizah lebih pada pengembangan pribadi yang ketat sedangkan para ahli lebih berpusat pada aplikasi dan pengkajian. , subjek yang dipertimbangkan dan bidang penelitian.
Berdasarkan temuan penelitian, karakter religius berdasarkan ucapan dan contoh tersebut menunjukkan adanya hasil dan evaluasi yaitu siswa menjadi lebih disiplin dalam mengaji dan menghormati orang lain, serta lebih rajin beribadah di sekolah dan di rumah.
2. Ulfatu Rohmah, 2020, Mahasiswa Program Studi Pendidikan Madrasah Ibtida’iah (PGMI) Institut Agama Islam Negeri Ponorogo dengan judul ”Pembentukan Karakter Islami (Pola Hubungan Terhadap Allah Dan Sesama Makhluk) Melalui Metode Pembiasaan Di Sekolah Pelangi Alam Ponorogo”.20 Peneliti memfokuskan pembahasan penerapan metode pembiasaan pembentukan karakter Islami, hasil pembentukan karakter Islami dengan metode pembiasaan, dan faktor pendukung dan penghambat pembentukan karakter Islami di Sekolah Pelangi Alam Ponorogo dalam tesis ini. Ulfatu Rohmah mencoba menunjukkan melalui penelitiannya bahwa (1) sekolah alam menggunakan lima langkah untuk membangun karakter, dimulai dengan penguatan positif; kedua, kesadaran akan perilaku positif; ketiga, memberikan kesempatan untuk berbuat baik; keempat, saya bersyukur; Kelima, bersikap sipil. 2) Sebagai hasil dari pembentukan karakter Islami Sekolah Pelangi Alam, anak-anak menjadi lebih religius, disiplin, tepat waktu, mandiri, bertanggung jawab, dan berempati sosial, serta terbiasa dengan kebiasaan yang baik sejak dini. 3) faktor eksternal, baik faktor pendorong maupun
20 Ulfatu Rohmah, PEMBENTUKAN KARAKTER ISLAMI (POLA HUBUNGAN TERHADAP ALLAH DAN SESAMA MAKHLUK) MELALUI METODE PEMBIASAAN DI SEKOLAH PELANGI ALAM PONOROGO(Ponorogo: Skripsi IAIN Ponorogo, 2020)
penghambat: lingkungan dan keluarga, sedangkan faktor internal:
kurangnya sarana dan prasarana sekolah, serta kekurangan guru.
Karakter yang dipraktikkan di sekolah yaitu mengenalkan hal-hal yang positif, memahami hal-hal yang positif, memberikan kesempatan untuk berbuat baik, merasakan, dan membudayakan, dimana peneliti yang akan melakukan penelitian akan memiliki kesamaan dengan peneliti sebelumnya.
Berdasarkan temuan penelitian ini, siswa dibiasakan berperilaku positif seperti salat berjamaah, membaca ayat-ayat Alquran (surat adh dhuha, al quraisy, al kautsar, al muthaffifiin, al an'am ayat 152), disiplin dalam belajar. sepanjang waktu, dan jujur.
3. Tyas Akbar Gumilar, 2019, UIN Sunan Kalijaga “Usaha Guru Pai Dalam Meningkatkan Religius Siswa Melalui Pendekatan Multiple Intelligences Siswa Kelas Viii Smp Islam Terpadu Alam Nurul Islam Yogyakarta”.21 Penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Guru pendidikan agama Islam menggunakan pendekatan multiple intelligences dalam melaksanakan pembelajaran baik mulai dari RPP, proses pembelajaran di kelas, maupun kegiatan di luar kelas. (2) Hasil upaya guru PAI dalam meningkatkan religiusitas siswa kelas IX SMP IT Alam Nurul Islam bervariasi dan mampu menumbuhkan kebiasaan kreatif dan pemecahan masalah. 3) Kurangnya pemahaman tentang paradigma sekolah alam dalam
21 Tyas Akbar Gumilar, Usaha Guru Pai Dalam Meningkatkan Religius Siswa Melalui Pendekatan Multiple Intelligences Siswa Kelas Viii Smp Islam Terpadu Alam Nurul Islam Yogyakarta (Yogyakarta: Skripsi UIN Sunan Kalijaga, 2019)
kaitannya dengan kecerdasan majemuk menjadi penyebab utama tantangan yang dihadapi guru dalam mendorong religiusitas siswa.
Persamaan peneliti terdahulu dengan penelitian yang akan peneliti lakukan terletak pada meningkatkan religius pada siswa dan sama sama menggunakan RPP dalam dalam proses pembelajaran.
4. Siti Yumnah, 2019 Jurnal Studi Islam “Pendidikan karakter jujur dalam prespektif Al-Qur’an”. Penelitian ini menunjukkan bahwa (1) penekanan Alquran terhadap kejujuran dalam pendidikan karakter meliputi:
membangun kejujuran melalui amalan jihad fi sabilillah, keteladanan Nabi Muhammad SAW yang jujur, membangun kejujuran untuk kehidupan, dan membangun kejujuran melalui budaya jujur. semua metode membangun kejujuran.
Penelitian sebelumnya dan penelitian yang akan ditelaah memiliki kemiripan yaitu sama-sama hanya menggunakan karakter jujur.
Peneliti akan melakukan penelitian karakter yang religius, disiplin, dan jujur, sedangkan peneliti sebelumnya lebih fokus pada perspektif Al- Qur'an dan akan lebih berhati-hati dalam mempelajari Al-Qur'an hadits.22 5. Moh Julkarnain Ahmad, Halim Adrian, Muh. Arif , 2021 Jurnal Pendais
Volume IAIN Sultan Amai Gorontalo “ Pentingnya Menciptakan Pendidikan Karakter dalam lingkungan keluarga”. Lingkungan keluarga merupakan pendidikan karakter yang utama dan pertama bagi anak.
22 Siti Yumnah, Pendidikan Karakter Jujur Dalam Prespektif Al-Qur’an ,( Pancawahana:
Jurnal Studi Islam vol.14, No .1, April 2019)
Berikut adalah lima karakter bangsa: religius, nasionalis, mandiri, mau bekerja sama, dan amanah
Pendidikan karakter yang menjadi pembeda peneliti sebelumnya yaitu di lingkungan keluargalah yang akan diteliti oleh peneliti, sedangkan pembelajaran Al-Qur’an hadits inilah yang akan peneliti bandingkan dengan penelitian sebelumnya..23
Konteks penelitian penulis sebenarnya didasarkan pada latar belakang yang sangat berbeda dengan kelima penelitian sebelumnya yang telah disebutkan di atas. Bidang studi yang biasanya menjadi fokus perbedaan. Secara alami, hasil penelitian akan berbeda ketika fokus penelitian diubah. Selain itu, penulis kajian ini lebih menitikberatkan pembahasan dan evaluasi pelaksanaan pendidikan karakter religius, disiplin, dan jujur pada mata pelajaran al-qur an dan hadits di SMP Plus Al Amien Ambulu Jember. Selain itu, penulis penelitian ini membatasi penyelidikan mereka hanya pada Al-Qur'an Hadits.
Tabel 2.1
Persamaan dan perbedaan penelitin terdahulu
No Nama,tahun,judul Persamaan Perbedaan
1 Tsalis nurul
azizah,2020,pembentuk an karakter religius berbasis pembiasaan dan keteladanan di sma sains al-qur’an wahid hasyim yogyakarta
a. Sama-sama
menggunakan jenis penelitian kualitatif b. Sama-sama
menggunakan karakter religius
1. bedanya pada fokus
penelitianya yaitu dalam macam- macam karakter yang diterapkan dan lebih kepada pembentukan karakter
23 Moh Julkarnain Ahmad, Halim Adrian, Muh Arif, Pentingnya Menciptakan Pendidikan Karakter dalam Lingkungan Keluarga, ( Gorontalo : Jurnal pendais volume 3 No, 1 juni 2021)
2 Ulfatu rohmah, 2020, pementukan karakter islam pola hubungan terhadap alah dan sesama mahluk melalui metode pembiasaan di sekolah pelangi alam ponorogo
1. Sama-sama merneliti tentang mengealkan hal positif ,
pemahaman tentang hal positif, pemberian kesempatan berbuat baik, membiasakan dan membudayakan
1) bedanya terletak pada dalam skripsi ini lebih fokus membahas tentang
pelaksanaan pembentukan karakter islam
3 Tyas gumilar, 2019, usaha guru pai dalam meningkatkan religius siswa melalui pendekatan multiple intelligensi siswa kelas viii s0p islam terpadu alam nurul islam yogyakarta
a. sama-sama menggunakan rpp dalam pembelajaran
1. perbedaanya dalam skripsi ini lebih kepada meningkatkan nilai religius pada siswa
4 Siti yumnah, 2019, pendidikan karakter jujur dalam perspektif al-qur’an
a. sama-sama menggunakan
menggunakan kaakter jujur
C. perbedaanya peneliti ini lebih fokus kepada prespektif al- qur’an 5 Moh julkarnain, ahmad
halim adrian,muh arif, 2021, pentingnya menciptakan
pendidikan karakter dalam keluarga
1. sama-sama menggunakan penddikan karakter
1. yang
membedakan dari fokus penelitian sudah berbeda yaitu membahas tentang lingkup keluarga
B. Kajian Teori 1. Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran
Kata pembelajaran berasal dari kata dasar belajar yang mendapat awalan pe dan akhiran-an. Menurut Muhibbin Syah, belajar mempunyai arti tahapan perubahan seluruh tingkah laku
individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.24 Sedangkan menurut Sardiman pengertian belajar dibagi menjadi dua yaitu pengertian luas dan khusus. Dalam pengertian luas belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psikofisik menuju perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagaian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.25
Istilah pembelajaran berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Bab pertama, adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.Jadi interaksi siswa dengan guru atau sumber belajar yang lain dalam lingkungan belajar disebut pembelajaran.26
Pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik untuk belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik.
Pembelajaran merupakan upaya untuk menciptakan kondisi agar terjadi kegiatan belajar. Pembelajaran itu menunjukkan pada usaha peserta didik mempelajarai bahan pelajaran sebagai akibat perlakuan guru. Mulyasa mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang menuntut keaktifan guru
24 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000). 92.
25 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2000) 20-21.
26Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Bab pertama.
dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta didik sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan.27
Berdasarkan beberapa pengertian pembelajaran di atas, maka dapat penulis simpulkan bahwa pembelajaran dapat diartikan sebagai perubahan dalam perilaku peserta didik sebagai hasil interaksi antara dirinya dengan pendidik dan/atau sumber belajar pada suatu lingkungan belajar dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
b. Tujuan Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bertujuan. Tujuan ini harus searah dengan tujuan belajar siswa. Tujuan belajar siswa adalah mencapai perkembangan optimal, yang meliputi: aspek- aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Dengan demikian tujuan pembelajaran yaitu agar siswa mencapai perkembangan optimal dalam ketiga aspek tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut, siswa melakukan kegiatan belajar, sedangkan guru melaksanakan pembelajaran kedua kegiatan itu harus bisa saling melengkapi.28 2. Sumber belajar
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang tersedia di sekitar lingkungan belajar yang berfungsi untuk membantu optimalisasi hasil belajar. Optimalisasi hasil belajar ini dapat dilihat tidak hanya dari hasil belajar saja, namun juga dilihat dari proses pembelajaran yang berupa
27 E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter( Jakarta, Bumi Aksara, 2012).129.
28 Tim MKDK IKIP Semarang, Belajar dan Pembelajaran, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Institut Keguruan Ilmu Pendidikan Fak. Ilmu Pendidikan, Semarang, 2001) 12.
interaksi siswa dengan berbagai sumber belajar yang dapat memberikan rangsangan untuk belajar dan mempercepat pemahaman dan penguasaan bidang ilmu yang dipelajari, pembagian sumber belajar antara lain meliputi:
a. Sumber belajar cetak: buku, majalah, ensiklopedi, brosur, koran, poster, denah dan lain-lain.
b. Sumber belajar non cetak: film, slide, video, model, boneka, audio kaset, dan lain-lain.
c. Sumber belajar yang berupa fasilitas: auditorium, perpustakaan, ruang belajar, meja belajar individual (carrel), studio, lapangan olahraga dan lain-lain..
d. Sumber belajar yang berupa kegiatan: wawancara, kerja kelompok, observasi, simulasi, permainan dan lain-lain.
e. Sumber belajar yang berupa lingkungan dari masyarakat: taman, terminal, dan lain-lain29
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pembelajaran
Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran Belajar menurut Muhibbin Syah juga oleh Sumadi Suryabrata, dipengaruhi oleh faktor- faktor yang dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
a. Faktor internal Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek yakni:
29 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif,(Jakarta:
Rineka Cipta, 2000) 69.
1) Aspek fisiologis: kondisi umum jasmani (ketegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi- sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.
2) Aspek psikologis: faktor yang termasuk aspek psikologis adalah:
tingkat kecerdasan atau intelegensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa, dan motivasi siswa.
b. Faktor eksternal Faktor eksternal siswa terdiri atas dua macam yakni:
1) Lingkungan sosial: faktor yang termasuk faktor sosial siswa adalah masyarakat, guru, keluarga, dan tetangga juga teman- teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut 2) Lingkungan non sosial: faktor-faktor yang termasuk lingkungan
non sosial adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar.
c. Faktor pendekatan belajar Faktor pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu.30
4. Metode Pembelajaran
Proses pembelajaran dalam keberhasilannya dapat ditentukan oleh berbagai komponen, diantaranya adalah guru dan metode
30 Satmoko dan Munief Prasetyo, Ruang lingkup Kegiatan Belajar dalam Psikologi Belajar, (Semarang: IKIP Semarang Press, 2000), 51
pembelajaran yang digunakan. Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran diantaranya adalah ceramah, demonstrasi, diskusi, simulasi, laboratorium, pengalaman lapangan, brainstroming, debat, simposium, dan sebagainya. Metode pembelajaran dapat didefinisikan sebagai cara yang digunakan oleh guru, yang dalam fungsinya menjalankan funginya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran dipergunakan dalam proses belajar mengajar yang bertujuan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Metode Pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran menurut adalah sebagai berikut:
a. Metode Karya Wisata (Outdoor)
Metode karya wisata adalah pembelajaran outdor hampir identik dengan pembelajaran karya wisata artinya aktivitas belajar siswa dibawa keluar kelas. Karya wisata banyak memiliki nilai non akademis, tetapi tujuan umum pendidikan dapat dicapai, terutama mengenai wawasan dan pengalaman tentang dunia luar seperti kunjungan ketempat-tempat situs bersejarah, museum, peternakan
yang sisteatis, dan sebagainya. Pembelajaran di luar kelas guru mengajak siswa belajar di luar kelas untuk melihat peristiwa langsung di lapangan dengan tujuan mengakrabkan siswa dengan lingkungannya. Peran guru melalui pembelajaran luar kelas adalah sebagai motivator artinya guru sebagai pemandu agar siswa belajar secara aktif kreatif, dan akrab dengan lingkungan.
b. Metode Discovery Learning
Discovery learning adalah belajar mencari dan menemukan
sendiri, dalam sistem belajar mengajar ini guru menyajikan bahan pelajaran yang tidak berbentuk final, tetapi anak didik diberi peluang untuk mencari dan menemukan sendiri dengan menggunakan teknik pendekatan pemecahan masalah. discovery learning merupakan suatu pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam pemecahan masalah untuk pengembangan pengetahuan dan keterampilan.
Discovery learning merupakan proses pembelajaran yang tidak
diberikan keseluruhan melainkan melibatkan siswa untukmengorganisasi, mengembangkan pengetahuan dan keterampilan untuk pemecahan masalah.
Pemecahan masalah adalah metode yang mengharuskan pelajar untuk menemukan jawabannya (discovery) tanpa bantuan khusus. Pemecahan masalah pelajar menemukan aturan baru yang lebih tinggi tarafnya sekalipun ia mungkin tidak dapat merumuskan secara verbal. Metode pembelajaran discovery learning saat ini
banyak digunakan oleh sekolah-sekolah yang sudah maju. Beberapa hal yang menyebabkan metode discovery learning banyak digunakan adalah sebagai berikut:
1) Merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif.
2) Menemukan dan menyelidiki konsep yang dipelajari, maka hasil yang diperoleh akan tahan dalam ingatan dan tidak mudah dilupakan siswa
3) Pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain.
4) Penggunaan strategi discovery anak belajar menguasai salah satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangkan sendiri.
5) Siswa belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan problema yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan nyata.31
2. Pembelajaran Al-Qur’an Hadits
Pendidikan Islam merupakan sarana yang paling penting untuk membantu manusia dalam mencapai tujuan hidupnya. Landasan pendidikan Islam berimplikasi pada Hadits dan Al-Qur'an. menjunjung tinggi prinsip-prinsip spiritual Islam, termasuk larangan mengajarkan Al- Qur'an dan hadis kepada anak-anak sejak usia dini. Dalam tulisan ini
31 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009). 290- 293.
telah diturunkan sumber-sumber hadits shahih dari Al-Qur'an sebagai landasan untuk melanjutkan pendidikan Islam. Dalam pendidikan Islam, hadits memiliki dua fungsi utama: menjelaskan ide, menyempurnakan pendidikan Islam sesuai dengan Al-Qur'an, dan menjadi model yang tepat untuk praktik pendidikan. Al-Qur'an memiliki potensi untuk memberikan kepuasan yang rasional dan manusiawi.32
Al-Qur'an hadits merupakan salah satu mata pelajaran dalam pendidikan agama Islam yang bertujuan untuk mempelajari, memahami, dan mengamalkan Al-Qur'an. Padahal hadits merupakan perluasan dan pendalaman Al-Qur'an, agar siswa dapat membaca dengan benar, memahami terjemahan dan isinya, serta menghafalnya.33
Surat Al-Maidah ayat 15 di mana Allah berfirman:
Makna :Sesungguhnya Allah telah menurunkan kitab yang menjelaskan dan cahaya untukmu. Dengan buku ini, Allah menuntun mereka yang melakukan kehendak-Nya ke jalan keselamatan, dan Allah, dengan izin-Nya, membawa mereka yang melakukannya keluar dari kegelapan total menuju cahaya terang dan mengarahkan mereka ke arah yang benar.34
32 Khair, H ,Al- Qur’an dan Hadits sebagai dasarv pendidikan Islan. (Darul Ulum : Jurnal Ilmiah Keagamaan, Pendidikan dan kemasyarakatan, 13(1), 30-06-2022)
33 Ar- rasikh, “Pembelajaran Al-Qur’an hadits di madrasah ibtidaiyah : studi multisitus pada MIN model sesela dan Madrasah Ibtidaiyah At-tahzib “,Jurnal penenlitian keislaman, vol.
15 no 1
34 Departemen Agama RI, Al-Hikmah Al-Qur’an dan Terjemahanya.h 148
Al-Qur'an tidak dapat dipahami dalam kerangka logika yang mencakup definisi-definisi esensial, jenis-jenis, bab-bab, atau ciri-ciri khusus. Makna Al-Qur'an yang sebenarnya adalah upaya mengingat melalui pemikiran atau kesaksian langsung, seperti ketika kita menunjuk tulisan di mushaf Al-Qur'an atau membacanya dengan suara keras dan berkata, "ini dia Al-Qur'an ." "Al-Qur'an adalah surat Al-Fatihah sampai surat An-Nas," atau "an 'an yang berada di antara dua sampul buku yang menutupinya." Menurut para ulama, Alquran didefinisikan sebagai firman yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW, dan membacanya akan dianggap ibadah.35
Salah satu bagian dari pendidikan Islam yang ketat yang harus diajarkan agar anak-anak dapat membaca Al-Qur'an secara akurat dan lancar adalah penyelidikan hadits Al-Qur'an. Karena banyak sekali hukum tajwid dalam materi pembelajaran hadis Al-Qur'an maka penelitian ini difokuskan pada siswa kelas IX. Bab 1 kitab Al-Qur'an Hadits mendapat perhatian khusus karena mengkaji tujuan utama pembelajaran hadits, yaitu membantu siswa membaca hadits dan Al- Qur'an sesuai dengan hukum tajwid. dan keadaan di mana siswa membaca terus bervariasi. Keadaan tersebut disebabkan oleh beberapa hal, antara lain sebagai berikut: Faktor Kecerdasan (IQ), faktor guru dan pembimbing, serta faktor yang mempengaruhi perhatian orang tua adalah perbedaan santri yang bersekolah di pondok pesantren dengan yang
35 Manna’ Al-Qaththan, Dasar-Dasar Ilmu Al-Qur’an,ed. Firman Arifianto, (Jakarta:
Ummul Qura, 2016),h.34
tidak. Diantaranya adalah siswa yang tidak mampu membaca Al-Qur’an dengan lancar, siswa yang lancar membaca Al-Qur’an tetapi tidak sesuai dengan ilmu tajwidnya, dan siswa yang lancar membaca Al-Qur’an tetapi tidak sesuai dengan hafalannya. fasih, tetapi tidak sesuai dengan ilmu tajwid. Pada kenyataannya, berbagai faktor berkontribusi terhadap keragaman kemampuan membaca siswa. Salah satunya adalah santri yang mengikuti pesantren lebih banyak mendapatkan pelajaran Al-Qur'an dibandingkan santri yang tidak. Al-Quran masih belum terbaca dengan baik. pengajaran dan pembelajaran guru, khususnya Al-Qur'an hadits, salah satu mata pelajaran di SMP yang menghambat siswa dalam membaca Al-Qur'an dengan lancar.
Dalam lingkungan belajar, pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa, guru, dan sumber belajar. Belajar adalah bantuan yang diberikan para pendidik sehingga siswa dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan, mengembangkan karakter mereka, dan mengembangkan sikap dan keyakinan. Proses membantu siswa belajar dengan baik disebut pembelajaran. Belajar, di sisi lain, memiliki konotasi yang berbeda dari mengajar tetapi makna yang sama. Guru mengajar dalam konteks pendidikan sehingga siswa dapat belajar dan menguasai materi sampai mereka mencapai tujuan tertentu (aspek kognitif). Mereka juga dapat mempengaruhi perubahan dalam pembelajaran dan keterampilan (aspek psikomotor), tetapi proses pengajaran ini memberi kesan yang hanya merupakan pekerjaan dari satu pihak, khususnya guru.
Saat belajar membutuhkan siswa dan guru untuk berinteraksi satu sama lain,
Motivasi siswa dan penemuan guru sangat penting untuk pembelajaran berkualitas tinggi. Pencapaian tujuan pembelajaran akan berhasil dalam belajar yang dimotivasi oleh guru yang mampu memfasilitasi motivasi ini. Perubahan sikap dan kemampuan siswa selama proses pembelajaran dapat digunakan untuk mengukur target pembelajaran.
Termasuk bahwa pembelajaran adalah proses yang membantu siswa belajar dengan baik berdasarkan pemahaman sebelumnya.
Mengenai faktor -faktor yang, jika didukung oleh fasilitas yang memadai dan penemuan atau metode guru dalam proses pembelajaran, dapat memfasilitasi pencapaian tujuan pembelajaran siswa, pembelajaran bisa baik.
Dalam sebuah pembelajaran pasti mempunyai tahapan-tahapan khusus seperti yang dikemukakan Suharsimi Arikunto dalam bukunya yakni evaluasi pembelajaran. Ada tiga tahapan yakni sebagai berikut :
a. Perencanaan Pembelajaran Al-Qur’an Hadist
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata perencanaan berasal dari kata “rencana” yang mempunyai arti rancangan atau rangka dari sesuatu yang akan dilakukan atau dikerjakan pada masa yang akan datang. Artinya, perencanaan adalah menetapkan
pekerjaan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.36
Perencanaan menurut Barnawi dan Arifin berasal dari kata rencana, yang memiliki arti rancangan atau kerangka dari suatu yang akan dilakukan pada masa depan. Sedangkan menurut Minarti berpendapat perencanaan merupakan suatu proses kegiatan menggambarkan sebelumnya hal-hal yang akan dikerjakan kemudian dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan.37
Jadi dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran Al-Qur’an hadist dalam implementasi pendidikan karakter biasanya berkenaan dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Pada dasarnya yang ingin yang ingin dicapai oleh setiap organisasi atau Lembaga adalah bagaimana membuat perencanaan pencapaian sasaran dan kegiatan yang benar-benar sesuai dengan arahan visi, misi dan tujuan serta strategi yang telah ditetapkan oleh organisasi atau Lembaga yang bersangkutan.
b. Pelaksanaan Pembelajaran Al-Qur’an Hadist
Pengertian Pelaksanaan berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses, cara, perbuatan melaksanakan suatu
36 Yusri A. Boko, “Perencanaan Sarana dan Prasarana (SARPRAS) Sekolah,” Jurnal Pendidikan dan Ekonomi Vol. 1, No. 1 (Juli 2020): 44.
37 Rusydi Ananda dan Oda Kinata Banurea, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan (Medan: CV. Widya Puspita, 2017), 19-20
rancangan, keputusan dan sebagainya. Pelaksanaan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci, implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap siap.38
Secara sederhana pelaksanaan bisa diartikan penerapan.
Pelaksanaan merupakan aktifitas atau usaha-usaha yang dilaksanakan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan dilengkapi segala kebutuhan, alat-alat yang diperlukan, siapa yang melaksanakan, dimana tempat pelaksanaannya mulai dan bagaimana cara yang harus dilaksanakan, suatu proses rangkaian kegiatan tindak lanjut setelah program atau kebijaksanaan ditetapkan yang terdiri atas pengambilan keputusan, langkah yang strategis maupun operasional atau kebijaksanaan menjadi kenyataan guna mencapai sasaran dari program yang ditetapkan semula. Dalam pelaksanaan yakni membahas apa saja yang dilakukan dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadist mengenai implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadist di SMP Plus Al-Amien Ambulu.
38 http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2205936-pengertian-pelaksanaan- actuating/, diakses 28 oktober 2018 pukul 11.15
c. Evaluasi Pembelajaran Al-Qur’an Hadist
Evaluasi adalah proses mengarahkan seperangkat variable/unsur (manusia, peralatan, mesin, organisasi) kearah tercapainya suatu tujuan atau sasaran manajemen. Evaluasi diperlukan untuk mengetahui apakah pelaksanakan suatu kegiatan dalam organisasi sesuai dengan rencana dan tujuan yang telah digariskan datau ditetapkan. Evaluasi merupakan fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnya dalam suatu organisasi.
Proses evaluasi pembelajaran Al-Qur’an Hadist yaitu dilakukan oleh pihak sekolah dan kegiatan pengawasan berlangsung pada saat kegiatan pembelajaran Al-Qur’an Hadist berlangsung dalam menumbuhkan karakter baik. Tujuan dari proses evaluasi pada pembelajaran Al-Qur’an Hadist yaitu agar kegiatan pembelajaran Al-Qur’an Hadist mengenai implementasi pendidikan karakter yang dilakukan oleh siswa dapat terlaksana dan terkendali dengan baik, serta jika ada kekurangan atau penyimpangan, maka akan segera dibenahi dan dicari jalan keluarnya. Tidak ada tahapan khusus dalam melakukan pengawasan terhadap kegiatan pembelajaran Al-Qur’an Hadist.
Semua kegiatan evaluasi berjalan scara fleksibel yaitu pada pengetahuan siswa tentang lingkungan hidup dapat diperkuat dengan mengasah kemampuan siswa memahami isu-isu sosial
dan lingkungan baik lokal, nasional dan global. Berikut yakni yang terdapat pada evaluasi SMP Plus Al-Amien Ambulu : 1) Pengukuran
Menurut Ismanto dalam Allenda Yen, pengukuran adalah penetapan suatu angka terhadap suatu subjek dengan cara yang sistematik.39 Sedangkan menurut Cangelosi pengukuran adalah suatu proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris untuk mengumpulkan informasi yang relevan