493
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI Pseudomonas sp PADA IKAN ASIN DI TEMPAT PELELANGAN IKAN LABUHANHAJI ACEH
SELATAN
Isolation and Identification of Pseudomonas sp from Salted Fish in the Labuhanhaji Fish Auction Station in Southern Aceh
Cut Ade Rahmadian1, Ismail2, Mahdi Abrar3, Erina4, Rastina5, Yudha Fahrimal6
1Program Studi Pendidikan Dokter Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala
2Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi bakteri Pseudomonas sp pada ikan asin di TPI Labuhanhaji Aceh Selatan. Penelitian ini menggunakan 15 sampel ikan asin dari 3 pedagang. Setiap pedagang diambil sejumlah 5 macam ikan asin, diantaranya ikan asin tongkol, dencis, layur, kembung, dan ikan kepala batu lalu diperiksa di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. Ikan asin di stomacher lalu di swab steril dan dimasukkan ke media Nutrien Broth dan diinkubasikan pada suhu 37oC selama 24 jam, selanjutnya dilakukan penanaman pada media Pseudomonas Agar Base lalu diinkubasikan kembali pada suhu 37o C selama 24 jam. Koloni bakteri yang tumbuh pada media PAB dilakukan pengamatan bentuk bakteri, pigmentasi, permukaan, pinggiran, elevasi dan aspek koloni. Pewarnaan Gram dilakukan untuk memastikan bakteri yang didapat adalah kelompok Gram negatif. Terakhir dilakukan uji IMVIC, uji biokimia Triple Sugar Iron Agar dan uji gula-gula. Hasil penelitian ini di analisis secara deskriptif. Hasil pemeriksaan dari 15 sampel ternyata di temukan adanya pertumbuhan koloni bakteri Pseudomonas sp pada media PAB dan hasil pewarnaan Gram menunjukan Gram negatif. Oleh karena itu dapat di simpulkan bahwa ditemukan bakteri Pseudomonas sp pada ikan asin di TPI Labuhanhaji Aceh Selatan.
ABSTRACT
This study was aimed to isolate and identify Pseudomonas sp bacteria in salted fish in Fishing Auction Station (TPI) in Labuhanhaji Aceh Selatan. This study used 15 salted fish as the samples from 3 different traders. From each trader taken a number of 5 kinds of salted fish, including Euthynnus affinis, Sardina piichardus, Trichiurus lepturus, Rastrelliger, and Osmeridae then they were checked in Microbiology Laboratory Faculty of Veterinary Medicine, Syiah Kuala University Banda Aceh. The salted fishs were placed in stomacher continued by putting them in sterile swab then they were put into Nutrient Broth medium incubated at 37oC for 24 hours, then planted on medium Pseudomonas Agar Base followed by incubating them again at 37oC for another 24 hours. Coloni of bacteria that grow on PAB were conducted to observe its bacterial form, pigmentation, surfaces, edges and elevation and the aspects of the colony. Gram staining was underdone to ensure the bacteria are the Gram-negative group. In the last treatment, IMVIC, Triple Sugar Iron Agar biochemical and sugar test were conducted. The result of this research is analyzed descriptively. The Results of examining 15 samples showed that there are the growth of Pseudomonas sp on PAB media and Gram staining results showed Gram negative. Therefore, it can be concluded that the Pseudomonas sp bacteria on salted fish in TPI Labuhanhaji Aceh Selatan were found.
PENDAHULUAN Latar Belakang
Pembangunan manusia yang sehat dan cerdas tidak terlepas dari bahan makanan yang dikonsumsi. Makanan yang sehat dengan kandungan gizi yang lengkap serta aman merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi pada bahan pangan. Keamanan pangan di tentukan oleh ada tidaknya komponen yang berbahaya baik secara fisik, kimia maupun mikrobiologi (Rinto dkk.,2009).
Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi masyarakat, mudah didapat, dan harganya murah. Namun ikan cepat mengalami proses pembusukan dan
494
penurunan mutu dikarenakan daging ikan mempunyai kadar air yang tinggi, pH netral, teksturnya lunak, dan kandungan gizinya tinggi sehingga menjadi medium yang sangat baik untuk pertumbuhan bakteri(Riansyah dkk., 2013). Oleh sebab itu pengawetan ikan perlu diketahui semua lapisan masyarakat. Pengawetan ikan secara tradisional bertujuan untuk mengurangi kadar air didalam tubuh ikan, salah satu caranya adalah dengan pembuatan ikan asin (Suhartini dkk.,2005).
Proses pengolahan ikan secara tradisional memegang peranan penting di Indonesia khususnya bagi nelayan tradisional. Hampir 50% hasil tangkapan ikan diolah secara tradisional dan ikan asin merupakan salah satu produk olahan ikan secara tradisional yang banyak dikonsumsi masyarakat. Pengasinan ikan adalah salah satu cara pengawetan ikan agar tidak mengalami kebusukan oleh bakteri pembusuk dengan menambahkan garam 15-20% pada ikan segar atau ikan setengah basah (Wardani dan Surahma, 2016).
Ikan asin merupakan salah satu bahan makanan yang diproses dengan menambahkan pengawet alami yaitu garam. Metode pengawetan daging ikan ini dapat memperpanjang masa simpan ikan, yang biasanya dapat membusuk dalam waktu singkat, kini dapat disimpan di suhu kamar untuk jangka waktu berbulan bulan, walaupun biasanya harus ditutupi rapat (Margono dkk., 1993).
Pembuatan ikan asin di Aceh masih menggunakan metode tradisional dengan menggunakan cahaya matahari untuk proses pengeringan ikan. Proses pembuatan ikan asin secara tradisional masih tergolong tidak higienis. Pada proses pengeringan, ikan asin dijemur tanpa penutup, sehingga menyebabkan lalat hinggap diatas permukaan ikan, dan lalat menajdi perantara bakteri pada ikan asin (Riski dkk., 2017).
Faktor yang mempengaruhi adanya mikroba adalah faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
Faktor intrinsik adalah faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh usaha apapun, artinya faktor yang berasal dari ikan asin itu sendiri seperti adanya komponen zat makanan yang diperlukan mikroba, sedangkan faktor ekstrinsik adalah faktor yang dapat dikendalikan oleh manusia misalnya proses pembuatan ikan asin (Febriyanti dkk., 2015).
Kisaran jumlah bakteri pada daging ikan asin di tetapkan oleh Standar Naional Indonesia yaitu 106 CFU/g (Rinto dkk., 2009. SNI 2721.1.2009 menjelaskan bahwa standar maksimum mutu ikan asin kering yaitu 1x105 koloni/gr (Febriyanti dkk.,2015).
Bakteri Pseudomonas sp memiliki karakteristik seperti Gram negatif, berbentuk batang (rods) atau kokus (coccus), aerob obligat, motil mempunyai flagel polar. Bakteri ini oksidase positif, katalase positif, nonfermenter dan tumbuh dengan baik pada suhu 4oC atau dibawah 43oC. Bakteri genus ini memproduksi beberapa enzim seperti protease, amilase, dan lipase.
Selain itu bakteri Pseudomonas juga dapat menguraikan protein, karbohidrat dan senyawa organik lain menjadi CO2, gas amoniak, dan senyawa-senyawa lain yang lebih sederhana (Suyono dan Farid, 2011).
Bakteri Pseudomonas sp senang hidup di lingkungan yang bersuhu antara 15-30oC (Kordi,2004). Bakteri Pseudomonas sp mempunyai batas-batas pH tertentu untuk pertumbuhannya. Bakteri Pseudomonas sp pH 5,3-9,7 umumnya berkembang dengan baik pada pH antara 5,5-9,0 (Kordi, 2004). pH rendah merupakan keadaan yang optimal bagi berkembang biaknya beberapa jenis bakteri patogen seperti bakteri Pseudomonas sp dan perubahan pH yang menyolok dapat menyebabkan ikan menjadi stres.
Organisme pembusuk pada ikan diantaranya bakteri Pseudomonas aeruginosa, Bacillus cereus, Klebsiella pneumonia, dan Escherichia coli (Purwani dan Retnaningtyas, 2008).
Menurut Jay (2005) bakteri pembusuk yang terdapat pada ikan diantaranya adalah Pseudomonas (32-60%) dan Bacillus (<18).
.
MATERIAL DAN METODE
495
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesmavet dan Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2018.
Penelitian ini menggunakan sampel ikan asin sebanyak 15 macam dari 3 pedagang di Tempat Pelelangan Ikan. Masing-masing pedagang diambil sejumlah 5 macam ikan asin diantaranya ikan asin tongkol, dencis, layur, kembung, dan ikan asin kepala batu yang merupakan ikan asin paling digemari. Sampel yang diambil merupakan ikan asin yang baru dilakukan penjemuran. Sampel yang telah diambil dimasukkan kedalam plastik untuk selanjutnya dibawa ke Laboratorium Kesmavet Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala.
Alat yang digunakan adalah timbangan, stomacher, tabung reaksi, swab steril, mikroskop, objek glass, lampu spritus, dan alat analisis lainnya. Bahan utama yang digunakan adalah ikan asin yang didapatkan dari TPI, bahan lainnya yaitu Nutrien broth (NB), Pseudomonas Agar Base (PAB), gliserol, aquades, NaCl fisiologis, crystal violet, lugol, alkohol 95%, larutan safranin, reagen kovac, reagen methyl red dan bahan lainnya.
Isolasi dan Identifikasi Bakteri
Sampel ikan asin ditimbang sebanyak 2 gram dan dimasukkan kedalam plastik dengan menambahkan aquades sebanyak 25 ml, selanjutnya dihaluskan dengan stomacher hingga tekstur daging ikan lunak, lalu swab steril di masukkan kedalam hasil stomacher. Selanutnya swab steril dimasukkan kedalam media NB. Tabung yang berisi media Nutrien Broth (NB) dihomogenkan dan diinkubasi dalam suhu 37oC selama 24 jam, kemudian diambil suspensi bakteri dari media NB, selanjutnya digoreskan pada media Pseudomonas Agar Base (PAB) dengan menggunakan goresan T dan diinkubasi dalam suhu 37oC selama 24 jam. Koloni yang tumbuh pada media diamati morfologinya. Selanjutnya koloni yang terpisah dimasukkan kedalam NA miring untuk dilakukan uji IMVIC.
Pemeriksaan Mikroskopis
Dengan menggunakan ose steril, diambil sebagian koloni lalu dilakukan pewarnaan Gram. Pewarnaan Gram bertujuan untuk mengamati morfologi sel Pseudomonas dan mengetahui kemurnian sel bakteri. Pewarnaan Gram merupakan salah satu pewarnaan yang paling sering digunakan, yang dikembangkan oleh Christan Gram dengan NaCl fisiologis yang telah diteteskan pada objek glass, kemudian dibuat preparat apus setipis mungkin, dikeringkan, dan difiksasi diatas lampu spritus. Preparat apus ditetesi pertama dengan crystal violet selama 2 menit, lalu di cuci dengan air, ditetesi lugol selama 1 menit, kemudian dilunturkan dengan alkohol 95% selama 10 detik, selanjutnya alkohol dicuci dengan air dan diberi pewarna kedua dengan larutan safranin selama 30 detik, lalu dicuci dengan air kemudian preparat dikeringkan dan diamati morfologi sel serta warnanya dibawah mikroskop.
Uji IMVIC
Uji IMVIC meliputi uji Indol, Sulfid Indol Motility (SIM), Methyl Red, Voges-Proskauer (MR-VP), Simmon’s Citrate Agar (SCA), dan uji gula-gula (glukosa, laktosa, sukrosa dan manitol), kemudian diinkubasikan pada suhu 37oC selama 24 jam dan diamati perubahan yang terjadi pada media (Dwidjoseputro, 1998).
Analisis Data
Hasil yang diperoleh dianalisis secara deskriptif.
HASIL DAN PEMBAHASAN Morfologi Koloni Bakteri Pseudomonas sp
496
Secara makroskopis pengamatan morfologi koloni menunjukkan semua sampel ikan asin yang berjumlah 15 sampel dan tumbuh.
ikan asin tongkol ikan asin kepala batu ikan asin dencis
ikan asin kembung ikan asin layur
Isolasi bakteri ini dilakukan dengan menggunakan media agar yang bersifat khsusu, yaitu Pseudomonas Agar Base (PAB). Pseudomonas Agar Base adalah media selektif untuk isolasi dan diferensiasi Pseudomonas berdasarkan formasi dari pyocyanin, atau pyorubin dan fluorescein. Komposisi media ini terdiri dari pepton, magnesium klorida, kalium sulfat dan agar.
Pada penggunaan media ini perlu ditambahkan gliserol. pH media ini yaitu 7,2 ± 0.2 pada suhu 25oC. Penggunaan media selektf untuk isolasi bakteri adalah untuk mempermudah pertumbuhan suatu galur miktoba tertentu dan menghalangi tumbuhnya galur mikroba lainnya (Aprila,2017).
Tabel 1. Morfologi koloni bakteri pada media PAB
Sampel Bentuk Bakteri Pigmentasi Permukaan Pinggiran Elevasi Dencis 1 Bulat Besar Kuning Halus Rata Datar Dencis 2 Bulat Kecil Krem Kasar Rata Cembung Dencis 3 Bulat Kecil Krem Halus Rata Datar Kembung 1 Bulat Kecil Kuning Kasar Tidak Rata Cembung Kembung 2 Bulat Besar Krem Halus Rata Datar Kembung 3 Bulat Besar Krem Halus Rata Datar K. Batu 1 Bulat Besar Krem Hallus Rata Datar K.Batu 2 Bulat Besar Krem Halus Rata Datar K. Batu 3 Bulat kecil Krem Halus Rata Datar Layur 1 Bulat Besar Krem Halus Rata Datar Layur 2 Bulat Kecil Krem Halus Rata Datar Layur 3 Bulat kecil Krem Halus Rata Datar Tongkol 1 Bulat Besar Krem Halus Rata Datar Tongkol 2 Bulat Besar Krem Kasar Rata Datar Tongkol 3 Bulat Besar Krem Halus Rata Datar
497
Bakteri Pseudomonas sp menghasilkan satu atau lebih pigmen yang dihasilkan oleh asam amino aromatik sepeti tirosin dan fenilalanin. Beberapa pigmen tersebut antara lain adalah piosanin (pigmen berwarna biru), pioverdin (pigmen berwarna kuning), piorubin (pigmen berwarna merah), dan piomelanin (pigmen berwarna coklat). Tidak semua koloni Pseudomonas berpigmen, ada koloni yang mugkin hampir tidak berwarna, koloni pigmen berwarna krem dan koloni pigmen berwarna kuning itu umum (United Kingdom Standars for Microbiolgy Investigations, 2015). Dari hasil penelitian yang telah dilakukan koloni bakteri yang tumbuh pada media PAB berwarna kuning dan krem, bentuk bulat dan mengkilat, hal ini sesuai dengan pendapat Austin dan Austin (2007) bahwa bakteri Pseudomonas pada umumnya koloni tampak berwarna krem, bulat dan seperti berkilat.
Apabila tidak terlihat adanya bakteri Pseudomonas sp pada ikan asin dikarenakan pemberian garam sebagai penghambat pertumbuhan bakteri pembusuk dan patogen, karena garam mempunyai sifat-sifat antimikroba (Rahayu dkk., 1992). Selain itu koloni bakteri Pseudomonas sp uga mengeluarkan bau manis atau menyerupai anggur yang dihasilkan amino aseta feton (Todar, 2004).
Pewarnaan Gram
Terdapat 5 jenis koloni yang berbeda dan terpisah berdasarkan pengamatan morfologi koloni yang selanjutnya dilakukan pewarnaan Gram untuk bakteri Pseudomonas sp.
ikan asin tongkol ikan asin kembung ikan asin kepala batu
ikan asin layur ikan asin dencis
Hasil pewarnaan Gram terhadap koloni bakteri pada ikan asin tongkol dan dencis memperlihatkan warna merah muda dengan morfologi berbentuk kokus, sedangkan pada ikan asin layur, kepala batu, dan ikan asin kembung memperlihatkan warna merah muda dengan morfologi berbentuk batang. Hal ini sesuai dengan ciri-ciri Pseudomonas sp merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang(rods) atau kokus (coccus). Dari hasil pewarnaan Gram juga diketahui bahwa terdapat kolerasi antara perbedaan koloni bakteri yang tumbuh dengan hasil pengamatan mikroskopis terutama perbedaan pada morfologi bakterinya.
498
Bakteri Gram negatif merupakan bakteri yang tidak dapat mempertahankan zat warna kristal violet pada proses pewarnaan Gram. Bakteri golongan ini akan memperlihatkan warna merah muda pada saat dilakukan pengamatan dibawah mikroskop, sedangkan bakteri Gram positif merupakan bakteri yang dapat mempertahankan zat warna kristal violet pada proses pewarnaan Gram dan akan memperlihatkan warna biru keunguan (violet). Perbedaan warna dari proses pewarnaan Gram ini didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel yang menyusun bakteri.
Bakteri Gram negatif memiliki lapisan peptidoglikan yang tipis, peptidoglikan pada dinding sel bakteri Gram negatif hanya memiliki ketebalan 10% dari total komposisi dinding sel bakteri, sehingga mudah melepas zat warna kristal violet dan bakteri hanya meresap zat warna safranin. Hasil pada gambar sesuai dengan pendapat Fardi (2012), mengatakan Gram negatif akan berwarna merah muda karena lipid yang terdapat didalam dinding selnya akan larut pada waktu proses pencucian dengan alkohol sehingga pori-pori dan dinding selnya akan membesar dan menyebabkan terlepasnya zat warna kristal violet yang diserap sebelumnya dan bakteri akan berwarna cerah setelah diberikan zat warna sfranin.
Uji Biokimia (IMVIC)
Pada pengujian biokimia koloni bakteri berasal dari bakteri yang telah dimurnikan.
Tabel 2. Hasil Identifikasi Bakteri Gram Negatif dan uji IMVIC
Sampel P.Gram Indol MR TSIA SCA SIM Manitol Sukrosa Glukosa Laktosa Denics Kokus - - Asam + + Dubius + + +
Kembung Batang - - Basa + + Dubius - - - K.Batu Batang + - Asam + + Dubius + + + Layur Batang - - Asam + + Dubius - - - Tongkol Kokus - - Asam + + Dubius + + + Keterangan: K.Batu : Kepala Batu P.Gram : Pewarnaan Gram MR: Methyl Red
TSIA : Triple Sugar Iron Agar SCA : Simmon’s Citrate Agar SIM : Sulfid Indol Motility + : Positif - : Negatif
Positif indol Negatif indol
Uji indol terhadap Pseudomonas sp menunjukkan hasil yang positif dengan terbentuknya cincin ungu pada ikan asin tongkol dan kepala batu, sedangkan ikan asin dencis, layur dan kembung tidak terbentuk cincin ungu, hal ini disebabkan bakteri tidak dapat menghasilkan enzim tryptophanase yang akan memecah tryptophan menjadi indol.
499 Hasil uji TSIA
Uji TSIA (Triple Sugar Iron Agar) bertujuan untuk membedakan jenis bakteri berdasarkan kemampuan memecahkan dextrose, laktosa, sukrosa,dan pembebasan sulfide.
Selain itu, uji TSIA berfungsi untuk mengetahui apakah bakteri tersebut menghasilkan gas H2S atau tidak. Media yang digunakan mempunyai dua bagian, yaitu slant (miring) dan butt (tusuk) (Kismiyati dkk., 2009). Pada uji TSIA bagian slant berubah menjadi warna merah atau merah muda pada ikan asin kembung karena bakteri bersifat basa, suasana basa menunjukkan glukosa telah di fermentasi oleh bakteri sebagai sumber energi dan bakteri menggunakan pepton sebagai sumber energinya (Cheesbrough, 2010). Sedangkan pada ikan asin dencis, tongkol, layur dan kepala batu berubah menjadi warna kuning karena bakteri bersifat asam dan disertai dengan terbentuknya gas. Pada uji TSIA juga terbentuk gas H2S. Pada bakteri Pseudomonas aeruginosa jika terbentuk gas H2S menunjukkan adanya perubahan warna parsial, dimana sebagian media tetap berwarna merah dan sebagian sudah berubah menjadi kuning. Indikasi adanya H2S bila terbentuk adanya gas ditandai dengan adanya gelembung pada media atau media dalam tabung terangkat ke atas (Parija, 2012).
Hasil uji Methyl Red
Uji Methyl Red (MR) digunakan untuk menentukan adanya fermentasi asam campuran, dimana bakteri dapat memfermentasi glukosa dan menghasilkan produk yang bersifat asam sehingga akan menurunkan pH media pertumbuhan menjadi lebih rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hadietomo (1985), penambahan indikator metil red dapat menunjukkan perubahan pH pada media biakan, metil red akan menjadi merah pada kodisi asam dan berwarna kuning pada kondisi basa. Pada uji MR menunjukkan hasil yang negatif yaitu kondisi basa pada semua ikan asin.
Hasil uji SIM
500
Uji SIM bertujuan untuk mengetahui sifat motilitas dari bakteri. Jika arah pertumbuhan bakteri menyebar dari tusukan tegak lurus artinya bakteri tersebut bersifat motil (+) sedangkan jika arah pertumbuhan bakteri hanya ada pada garis tusukan artinya bakteri tersebut bersifat non motil (-). Pada uji SIM semua sampel ikan asin menunjukkan bakteri bersifat motil. Aktar dkk ( 2016) menyatakan hasil positif motilitas terlihat adanya penyebaran pertumbuhan dari garis tusukan karena bakteri yang bersifat mortil ini pertumbuhannya menyebar pada media SIM.
Hasil uji SCA
Menurut Sulistiyaningsih (2010), hasil uji sitrat terhadap Pseudomonas sp menunjukkan hasil yang positif. Hal ini ditandai dengan media uji Simmon’s Citrate membentuk warna biru pada semua ikan asin. Uji ini bertujuan untuk mengetahui adanya sitrat yang dapat digunakan sebagai sumber karbon menghasilkan suasana alkalis.
Hasil uji gula gula
Pada uji gula-gula (glukosa, sukrosa dan laktosa) pada ikan asin dencis, tongkol dan kepala batu mengalami pembentukan asam yang ditandai dengan perubahan warna media dari biru menjadi kuning, artinya bakteri ini membentuk asam dari fermentasi glukosa (Fardiaz, 2002), sedangkan pada ikan asin layur dan kembung tidak terjadi perubahan warna media. Pada uji manitol semua ikan asin menandakan dubius karena warna yang terbentuk menunjukkan warna antara terjadi atau tidaknya perubahan pada media.
Berdasarkan uji biokimia, ada yang memperlihatkan karakteristik dari bakteri Pseudomonas aeruginosa. Menurut Parija (2012) bakteri Pseudomonas aeruginosa bersifat motil, non fermentatif, bakteri ini memanfaatkan gula untuk metabolisme oksidase dengan oksigen sebagai terminal akseptor elektron. Pseudomonas aeruginosa menggunakan glukosa untuk membentuk asam, mengurai nitrat menjadi nitrit yang selanjutnya dipecah menjadi nitrogen gas dan bakteri ini tidak menghasilkan indol dan MR.
Pada penelitian (Lubis dkk.,2013) uji biokimia yang dilakukan pada Pseudomonas aeruginosa didapatkan hasil Gram negatif, berbentuk batang, SCA positif, glukosa positif, laktosa +/- sukrosa +/- dan manitol +/- . Menurut Cowan and Steel’s (1993) bakteri Pseudomonas aeruginosa menunjukkan hasil uji biokimia pada simmon citrate positif, glukosa positif, sukrosa dan laktosa +/- dan manitol +/- .
Hasil penelitian secara umum, isolasi di media PAB terdapat pigmen kekuningan yang menandakan bakteri Pseudomonas aeruginosa, pada uji indol +/-, TSIA positif disertai terbentuknya gas, MR negatif, SIM positif motil, Simmon’s Citrate positif. Pada uji gula-gula
501
(glukosa, sukrosa, laktosa) +/-, dan manitol dubius. Dari beberapa ciri spesies Pseudomonas aeruginosa, hasil penelitian yang didapatkan termasuk kedalam spesies tersebut.
PENUTUP Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan ditemukan bakteri Pseudomonas sp pada ikan asin di TPI Labuhanhaji Aceh Selatan.
Saran
Disarankan untuk dilakukan keseragaman penelitian isolasi pada bagian ikan asin yang diambil untuk mempermudah dilakukan pemeriksaan.
DAFTAR PUSTAKA
Aktar, N., R. Bilkis anda ,M. Ilias. 2016. Isolation and Identification of Salmonella sp.from diffrent food.
International Jurnal of Biosciences. 8(2): 16-24.
Aprila, A. I. 2007. Verifikasi Metode Analisis Pseudomonas aeruginosa di PT Intertek Utama Services Sesuai SNI 01-3554-2015 (Cara Uji Air Minum dalam Kemasan). Skripsi. Politeknik Negeri Bandung.
Austin B., DA Austin. 2007. Bacterial Fish Pathogens. Fourth Edition. New York Praxis Publishing Ltd. pp 552.
Cheesbrough, M. 2000. District Laboratory Practice Intropical Countries. Press Edition. Cambridge University, Inggris.
Cowan and Steel’s. 1993. Manual for the Identification of Medical Bacteria. Third Edition. Cambridge University Press.
Dwidjoseputro, D. 1998. Dasar – Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan.
Fardi, S. 2012. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Gram Negatif pada Preputium Kerbau (Bubalus bubalis) Berasal dari Aceh Barat Daya. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.
Fardiaz, S. 2002. Microbiology Pangan . Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Febriyanti, D. R.,S. Pujiati dan Khoiron. 2015. Total Plate Count dan Staphylococcus aureus pada Ikan Asin Manyung (Arius thallasinus) di TPI Puger Kabupaten Jember. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember.
Hadioetomo, R. S. 1985. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Jakarta : Gramedia.
Jay, J. M. 2005. Modern Food Microbiology, edisi ke-lima, Chapman and Hall, International Thomson Publishing, New York, USA.
Kismiyati, S. Subekti, R. W. N. Yusuf, dan R. Kusdarwati. 2009. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Gram Negatif pada Luka Ikan Maskoki (Carassius aurutus) Akibat Infestasi Ektoparasit Argulus sp. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 1 (2): 129-134.
Kordi, M. G. H. K. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Jakarta : Bina Adiaksara dan Rineka Cipta.
Lubis, Y. P. P., Yunasfi, R. Leidonald. 2013. Jenis - Jenis Bakteri pada Luka Ikan Patin (Pangasius djambal) (Types of Bacterias found on catfish woud). Universitas Sumatera Utara. Medan.
Margono, T., Suryati, D. Hartinah. 1993. Buku Panduan Teknologi Pangan. Jakarta: Gramedia.
Parija, S. C. 2012. Microbiology and Immunology. 2nd Edition. India : Elesevier.
Purwani, E dan D. Retnaningtyas. 2008. Pengembangan Pengawet Alami dari Ekstrak Lengkuas, Kunyit, dan Jahe pada Daging dan Ikan Segar. Laporan Penelitian. Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Rahayu, W. P., S. Ma’oen, Suliantari dan S. Fardiaz . 1992. Teknologi Fermentasi Produk Perikanan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. PAU-Pangan dan Gizi IPB Bogor.
Riansyah, A., A. Supriadi dan R. Nopianti. 2013. Pengaruh Perbedaan Suhu dan Waktu Pengeringan Terhadap Karakteristik Ikan Asin Sepat Siam (Trichogaster pectoralis) dengan Menggunakan Oven. Fishtech.01(11):1- 2.
Rinto, E. Arafah dan S.B. Utama. 2009. Kajian Keamanan Pangan Formalin Garam dan Mikrobia pada Ikan Sepat Asin Produksi Indralalaya. Jurnal Pembangunan Manusia. 2(8):1.
Riski, K., Fakhrurrazi dan M. Abrar. 2017. Isolasi Bakteri Staphylococcus aureus pada Ikan Asin Talang–
Talang (Scomberoides commersonnianus) di Kecamatan Leupung Kabupaten Aceh Besar. JIMVET.01(3):
366- 374.
Suhartini, S dan N. Hidayat. 2005. Olahan Ikan Segar. Surabaya : Trubus Agri Sarana.
Sulistiyaningsih. 2010. Uji Kepekaan Beberapa Sediaan Antiseptik Terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa Multi Resisten (PAMR). Tesis. Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran, Jatinangor.
Suyono,Y dan F. Salahudin. 2011. Identifikasi dan Karakterisasi Bakteri Pseudomonas pada Tanah yang Terindikasi Terkontaminasi Logam. Jurnal Biopropal Industri . 01(02) :1-2.
502
Todar , K. 2004. Texbook of Bacteriology : Pseudomonas aeruginosa. University of Wisconsin.
Madison Department of Bacteriology. USA.
United Kingdom Standars for Microbiology Investigations. 2015. Identification of Pseudomonas spesies and other Non-Glucose Fermenter. Public Health England, United Kingdom.
Wardani, R. I dan S.A. Mulasari. 2016. Identifikasi Formalin pada Ikan Asin yang di Jual di Kawasan Pantai Teluk Penyu Kabupaten Cilacap. KESMAS. 1(10) : 2-10.