i Oleh
Adia Ratu Rosadi NIM.150.103.041.0
PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
MATARAM
ii
MTs. NW KARANG BATA TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Skripsi
diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Adia Ratu Rosadi NIM.150.103.041.0
PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
iii
viii
“Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”.
(Q.S. Ar-ra’ad: ayat 11)
ix
Bismillahirrohmanirrohim
Dengan rahmat Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang…
“Kupersembahkan skripsi ini untuk ayah, ibu, kakak dan semua keluargaku tercinta, dosen pembimbingku, kelas D Generation, dosen-dosen Matematika, teman-teman kos ina ama kos dan lainnya, atas limpahan doa, dukungan dan kasih sayang yang tak terhingga”
xi
dan shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad, juga kepada keluarga, sahabat, dan semua pengikutnya.
Amin
Penulis menyadari bahwa selama penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu sebagai berikut. :
1. Bapak Samsul Irpan, M.Pd. sebagai pembimbing I dan Mauliddin, M.Si.
selaku pembimbing II yang dengan sabar dan ikhlas membimbing penulis sehingga penyusunan skripsi ini bisa diselesaikan dengan baik;
2. Bapak Dr. Alkusaeri, M.Pd. selaku Ketua jurusan matematika;
3. Dr. Hj. Lubna, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan;
4. Dr. H. Mutawali, M.Ag. selaku Rektor UIN Mataram yang telah memberi tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu dan memberi bimbingan dan peringatan untuk tidak berlama-lama di kampus tanpa pernah selesai;
5. Muhammad Aminullah, S.Pd.I selaku kepala Madrasah dan semua bapak/ibu guru MTs. NW Mataram;
6. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu;
Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang berlipat-ganda dari Allah swt. Dan semoga karya ilmiah ini bermamfaat bagi semesta. Amin.
Mataram, Penulis,
xii DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN JUDUL ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING iii
NOTA DINAS PEMBIMBING iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI v
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI vi
HALAMAN MOTTO vii
HALAMAN PERSEMBAHAN viii
KATA PENGANTAR ix
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
ABSTRAK xv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan dan Batasan Masalah 5
C. Tujuan dan Manfaat 5
D. Definisi Operasional 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 9
A. Kajian Pustaka 9
xiii
3. Hasil Belajar 26
B. Kerangka Berpikir 32
C. Hipotesis Penelitian 34
BAB III METODE PENELITIAN 35
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian 35
B. Populasi dan Sampel 36
C. Waktu dan Tempat Penelitian 37
D. Variabel Penelitian 37
E. Desain Penelitian 37
F. Instrumen/Alat dan Bahan Penelitian 38 G. Teknik Pengumpulan Data/Prosedur Penelitian 39
1. Observasi 38
2. Tes 40
H. Teknik Analisis Data 40
1. Uji Normalitas 41
2. Uji Homogenitas 41
3. Uji Hipotesis 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 44
A. Hasil Penelitian 44
1. Pengumpulan Data dan Penyajian Data 44
2. Analisis Data Penelitian 46
a. Uji Normalitas 47
b. Uji Homogenitas 48
c. Uji Hipotesis 49
B. Pembahasan 52
BAB V PENUTUP 59
xiv LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
Tabel
2.1 Langkah -langkah penerapanContextual Teaching And Learning
17
Tabel
2.2 Perbedaan CTL dengan pembelajaran konvesional 21 Tabel
3.1 Desain Penelitian 38
Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Test Pembelajaran 45
xv Tabel
4.2 Distribusi Frekuensi Hasil Test Pembelajaran Tanpa Menggunakan Penerapan Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching And Learning) Terhadap Hasil Belajar di Kelas Kontrol.
46
Tabel
4.3 Uji normalitas pada kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 47 Tabel
4.4 Uji homogenitas pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 49 Tabel
4.5 Uji t pada kelas Eksperimen dan kelas Kontrol 50
xvi 2.1
Gambar
2.2 Bangun Ruang Sisi Datar Balok 25
xvii Lampiran 3 Nilai kelas eksperimen Lampiran 4 Nilai kelas kontrol
Lampiran 5 Uji Normalitas eksperimen Lampiran 6 Uji Normalitas kontrol Lampiran 7 Uji Homogenitas Lampiran 8 Uji t poolend varian Lampiran 9 Kisi-kisi soal test Lampiran 10 Soal test
Lampiran 11 Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran (kelas eksperimen)
Lampiran 12 Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran (kelas kontrol)
Lampiran 13 Hasil keterlaksanaan pembelajaran Lampiran 14 Dokumentasi
Pengaruh Penerapan Pendekatan Kontekstual (Contekstual Teaching and
xviii Nim: 150.103.041.0
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui Pengaruh Penerapan Pendekatan Kontektual (Contextual Teaching And Learning) Pada Materi Bangun Ruang Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di MTs. NW Karang Bata Tahun Pelajaran 2018/2019. Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Adapun desain dalam penelitian ini adalah posttest only control design. Pada desain penelitian ini terdapat kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Instrumen penelitian ini menggunakan instrumen tes. Hasil analisis data penelitian ini pada uji normalitas kelas eksperimen diperoleh ᵡ2hitung= 2,098 dan nilaiᵡ2tabelpada taraf signifikan 5 % dan dk = 2 adalahᵡ2tabel(0,05;2)= 5,99, karena ᵡ2hitung < ᵡ2tabel maka data berdistribusi normal. Sedangkan pada kelas kontrol diperolehᵡ2hitung= 4,474 dan nilaiᵡ2tabelpada taraf signifikan 5
% dan dk = 2 adalah ᵡ2tabel(0,05;2) = 5,99, Karena ᵡ2hitung < ᵡ2tabel maka data berdistribusi normal. Uji homogenitas pada penelitian ini eksperimen maupun kontrol pada taraf signifikan 5 % menunjukkan data Fhitung (1,04)
<Ftabel (2,23) artinya sampel memiliki varian yang homogen. Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
“Pengaruh Penerapan Pendekatan Kontekstual (Contekstual Teaching And Learning) Pada Materi Bangun Ruang Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII MTs. NW Karang Bata Tahun Pelajaran 2018/2019, yang dapat dibuktikan dari nilai thitung 2,101 lebih > dari ttabel 2,031 pada kelas eksperimen, ini berarti hasil belajar pada siswa yang diberi perlakuan (kelas eksperimen) lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar pada siswa yang tidak diberikan perlakuan (kelas kontrol).
Kata Kunci: Pendekatan Kontekstual, Hasil belajar.
1
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, penegendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara1.
Dalam proses pembelajaran, guru di tuntut untuk melaksanakan pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarasa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat , minat dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik.
Permbelajaran yang demikian tersebut membutuhkan strategi yang baik dalam mencapai prestasi belajar yang optimal2.
Arends (dalam Dimyati, Mudjiono) menyatakan bahwa istilah model pembelajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungan,
1 Fadrik Adi Fahrudin, “Efektivitas Problem Basic Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa Program Studi Tadris Matematika UIN Mataram”,Jurnal Teori Dan Aplikasi Matematika,Vol. 1 No 1 Oktober 2017, h. 41
2. Iif Khoiru Ahmadi Dkk,Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu(Jakarta: Prestasi Pustaka,2011), h. 13-14
2
3Dimyati, Mudjiono,Belajar Dan Pembelajaran(Jakarta: Rineka Cipta,2002), h. 235
diartikan sebgai titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran”.4
Untuk meningkatkan kualitas proses dalam hasil belajar, para ahli pembelajaran telah menyarankan pengguaan paradigma pembelajaran kontruktivistik untuk kegiatan belajar mengajar di kelas. Dengan perubahan paradigma belajar tersebut terjadi perubahan pusat (fokus) pembelajaran dari belajar berpusat pada guru kepada belajar berpusat pada siswa. Dengan kata lain, ketika mengajar di kelas, guru harus berupaya menciptakan kondisi lingkungan belajar yang dapat membelajarkan siswa, dapat mendorong siswa belajar, atau memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif mengkontruksi konsep-konsep yang dipelajarinya. Kondisi belajar dimana siswa hanya menerima materi dari pengajar, mencatat, dan menghafalkannya harus di ubah menjadi sharing pengetahuan, mencari (inkuiri), menemukan pengetahuan secara aktif sehingga terjadi peningkatan pemahaman (bukan ingatan). Untuk mencapai tujuan tersebut, pengajar dapat menggunkan pendekatan, strategi, model atau, metode pembelajaran inovatif.5
Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang di harapkan sesuai degan tujuan
4Wina Sajaya,Strategi Pembelajaran Berorintasi Standr Proses Pendidikan, (Jakarta : Kencana, 2011), h.255
5 Ngalimun,Strategi dan Model Pembelejaran, (Yogyakarta: Asawaja Presindo, 2016) hlm. 117.
inruksional yang ingin di capai. Selain itu, situasi tersebut dapat lebih diopimalkan dengan menggunakan metode atau strategi yang tepat. Strategi merupakan sejumlah langkah yang di rekayasa sedemikian rupa utuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Strategi merupakan komponen pembelajaran yang sangat penting. Karena hasil pembelajara berkantung dari strategi yang di gunakan.
Masalah rendahnya hasil belajar juga ditemui pada bidang studi matematika. Dikarenakan matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi pengukuran, geometri, aritmatika sosial, peluang dan statistik. Oleh sebab itu, tak sedikit siswa memiliki kejenuhan dalam belajar. Terutama siswa yang memiliki kemampuan rendah, mereka enggan berpikir dan bosan dalam belajar matematika sehingga berdampak buruk terhadap hasil belajar matematika siswa.
Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui observasi dengan melakukan wawancara pada guru mata pelajaran matematika kelas VIII yaitu metode pembelajaran yang digunakan guru cukup baik, selama proses pembelajaran berlangsung siswa tidak mengaktifan pengetahuan yang sudah diberiakan dan kurangnya pemahaman pengetahuan. Siswa juga belum bisa memperaktikan atau mengaitkan materi yang diberikan dan
pengelaman. Selain itu juga siswa dinilai masih belum fokus (belum konsentrasi) pada saat proses belajar mengajar berlangsung, siswa lebih banyak mengandalkan informasi dari guru tanpa ada upaya untuk belajar menemukan sendiri.
Aktivitas siswa hanya terbatas pada mendengar, mencatat dan menjawab suatu pertanyaan apabila guru memberikan pertanyaan. Hal ini jelas terlihat bahwa siswa kurang aktif dalam proses belajar mengajar, baik itu dalam mengajukan pertanyaan ataupun mengajukan pendapat. Kurangnya aktivitas dalam belajar inilah yang mempengerahui hasil belajar siswa menjadi rendah, ini dilihat dari nilai ulangan tengah semester ganji siswa kelas VII MTs.
NW Karang Bata tahun pelajaran 2018/2019.
Hasil belajar siswa kelas VII MTs. NW Karang Bata yang berjumlah 36 siswa dengan nilai tertinggi 80 dan terendah 20, nilai rata-rata siswa 65 dan jumlah siswa tuntas 15. Hasil belajar siswa kelas VIII semester ganjil tahun pelajaran 2018/2019 pada mata pelajaran matematika masih rendah. Masih banyak siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 75 maupun Ketuntasan Klasikal (KK) 47%. Hal ini mendorong peneliti menggunakan kelas VIIB sebagai objek penelitian.6
Berdasarkan identifikasi hasil observasi, wawancara dan hasil belajar siswa, peneliti perlu melakukan perbaikan yang mampu
6Arsip Guru Mata Pelajaran Matematika MTs.NW Karang Bata
meningkatkan hasil belajar tersebut. Salah satu solusi yang ditawarkan yang sesuai dengan karakteristik permasalahan siswa yaitu dengan menerapkanPendekatan Kontekstual
Adapun tujuh komponen utama pembelajararan kontekstual, yakni konstruktivisme (contructivisme), bertanya (questioning), inkuri (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian autentik (authentic assesment)7.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang “Pengaruh Penerapan Pendekatan Kontektual (Contextual Teaching And Learning) Pada Materi Bangun Ruang Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Di MTs. NW Karang Bata Tahun Pelajaran 2018/2019.”
B. Rumusan dan Batasan Masalah 1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah: “Apakah ada Pengaruh Penerapan Pendekatan Kontektual (Contextual Teaching And Learning) Pada Materi Bangun Ruang Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Di MTs. NW Karang Bata Tahun Pelajaran 2018/2019.
2. Batasan Masalah
7Nurhusain, dkk. 2016. Implementasi Pendekatan Kontekstual Dengan
Mengintensifkan Scaffolding untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika. Jurnal Jurnal Sainsmat, Maret 2016, Halaman 30-41. Vol V, No 1
Pada penelitian ini, peneliti hanya membahas pada materi luas permukaan dan volume kubus dan balok. Adapun Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII A dan VIII B MTs.
NW Karang Bata. Objek dalam penelitian ini adalah penerapan Pendekatan Kontekstual dalam meningkatkan hasil belajar.
Lokasi penelitian di MTs. NW Karang Bata Tahun Pelajaran 2018/2019.
C. Tujuan Dan Manfaat 1. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: untuk mengetahui Pengaruh Penerapan Pendekatan Kontektual (Contextual Teaching And Learning) Pada Materi Bangun Ruang Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Di MTs.
NW Karang Bata Tahun Pelajaran 2018/2019.
2. Manfaat
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan tambahan dan masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang kaitannya dengan meningkatkan motivasi dan hasil belajar matematika siswa kelas VIII MTs.
NW Karang Bata.
b. Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh guru matematika sebagai pedoman dalam mengajar mata pelajaran matematika yang kreatif, efektif dan inovatif. Penelitian ini bisa menumbuhkan motivasi belajar pada siswa dan dapat meningkatkan peran aktif yang menciptakan pembelajaran yang menyenangkan.
Dapat dijadikan bahan pertimbangan sekolah untuk disampaikan kepada guru matematika dalam proses belajar mengajar.
Hasil penelitian ini menjadi sebuah pengalaman, sekaligus acuan tentang penerapan Pendekatan Kontekstual pada materi bangun ruang dalam meningkatkan hasil belajar.
D. Definisi Operasional
Untuk menghindari pemahaman yang berbeda mengenai judul penelitian ini maka diuraikan definisi istilah untuk menjadi penegasan dalam jadul penelitian ini. Adapun istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut.
1. Pendekatan Kontekstual (CTL)
Pendekatan konteksual adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh dengan mengaitkan materi yang diperoleh
ke dalam kehidupan sehari-harinya.8
Pendekatan kontekstual tersebut membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran yang sedang brlangsung dan menghubungan materi yang di ajarkan guru dengan lingkungannya.
2. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi belajar.9
Hasil belajar pada penelitian ini adalah nilai hasil tes yang di ambil di akhir penelitian.
8Yulia Maftuhah Hidayati, ‘’Pembelajaran Penjumlahan Bilangan Pecahan Dengan Metode Contextual Teaching And Learning (Ctl) Di Sd Muhammadiyah Program Khusus, Kota Barat, Surakarta’’Jurnal Penelitian Humaniora, Vol.13, No. 1, Februari 2012, hlm.88
9Agus Suprijono,Cooperative Learning Teori dann Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2009), hlm 7.
9 A. Kajian Pustaka
1. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.10.
Johnson (dalam La Alfain, 2016) mendefinisikan:
“Contextual teaching and learning enebles students to connect the content of academic subjects with the immediate context of their daily lives to discover meaning”, hal ini berarti pembelajaran kontekstual memungkinkan siswa menghubungkan isi materi dengan konteks kehidupan sehari-hari untuk menemukan makna11.
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual
10 Yulia Maftuhah Hidayati. 2012. Pembelajaran Penjumlahan Bilangan Pecahan Dengan Metode Contextual Teaching And Learning. Jurnal Penelitian Humaniora, Vol.13, No. 1, Februari 2012: 88
11 La Alfain, dkk. 2016. Efektivitas Pendekatan Kontekstual Dalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Viii Smpn 05 Poleang Timur. Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika Volume 4 No. 2 Mei. Hlm 117
10
kehidupan nyata. Siswa tidak hanya memahami konsep akademik yang abstrak, akan tetapi lebih banyak diberi kesempatan untuk mencari, mengolah dan menemukan sendiri konsep tersebut. Guru merancang dan mengelola aktivitas belajar bersifat terbuka dan informal agar siwa memiliki kebebasan untuk bertanya dan mengeksplorasi ide -ide mereka. Siswa diberi kebebasan untuk melakukan dugaan dan pembuktian sendiri berdasarkan konsep- konsep matematika yang dimilikinya. Hasil dari menemukan sendiri akan lebih bermakna dan mampu diterapkan dalam berbagai permasalahan12.
Terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL.
a. Dalam pendekatan CTL, pembelajaran merupakan proses mengaktifan pengetahuan yang sudah ada (aktiviting knowledge).
b. Pembelajaran kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge).
c. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge).
d. Memperaktikan pengetahuan dan pengelaman (applying knowledge).
e. Melakukan refleksi (reflecting knowledge).13
Dari beberapa karakteristik menggunakan pendekatan CTL tersebut penelitian mengharapkan dalam proses pembelajaran berlangsung mampu mengaktifkan pengetahuan yang sudah ada, menambahkan pengetahuan
12Mukhni, dkk ,Efektivitas Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VIII SMPN 9 Padang, h. 584
13Wina Sajaya,Strategi Pembelajaran Berorintasi Standr Proses Pendidikan, (Jakarta : Kencana, 2011), hlm.256
baru, memperaktikanpengetahuan dan melakukan refleksi.
Pendekatan kontekstual (CTL) memiliki tujuh komponen, yaitu
a. Konstruktivisme ( Constructivisme)
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan konteksual yaitu bahwa pengetahuan di bangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonsruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengelaman nyata.14
Batasan konstruktivisme di atas memberikan penekanan bahwa konsep bukanlah tidak penting sebagai bagian integral dari pengalaman belajar yang harus dimiliki oleh siswa, akan tetapi bagaimana dari setiap konsep atau pengetahuan yang dimiliki siswa itu dapat memberikan pedoman nyata terhadap siswa untuk diaktualisasikan dalam kondisi nyata. Oleh karena itu dalam CTL, strategi untuk membelajarkan siswa menghubungkan antara setiap konsep dengan
14 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif : Konsep, Landasan Dan Implementasinya Pada Kurikilum Tingkat Satuan Pendidikan (Ktsp), (Jakarta : Kencana Prenada Media Group) hlm.113
kenyataan merupakan unsur yang diutamakan dibandingkan dengan penekanan terhadap seberapa banyak pengetahuan yang harus diingat oleh siswa.15 b. Inkuiri (inquiry)
Inkuiri merupakan bagian inti dari pendekatan CTL.
Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa yang di harapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajakannya.
Langkah kegiatan inkuiri sebagai berikut:
a) Merumuskan masalah.
b) Mengajukan hipotesis.
c) Mengumpulkan data.
d) Menguji hipotesis berdasarkan yang ditemukan.
e) Membuat kesimpulan.16
Dari beberapa kegiatan inkuiri diharapkan siswa mampu merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis berdasarkan yang ditemukan dan membuat kesimpulan dari materi yang disampikan oleh guru.
c. Bertanya (Questioning)
15 La Alfain, dkk. 2016. Efektivitas Pendekatan Kontekstual Dalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Viii Smpn 05 Poleang Timur. Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika Volume 4 No. 2 Mei. Hlm 117
16 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif : Konsep, Landasan Dan Implementasinya Pada Kurikilum Tingkat Satuan Pendidikan (Ktsp), (Jakarta : Kencana Prenada Media Group,2009) hlm.114
Bertanya dan menjawab pertanyan adalah bagaian penting dalam proses belajar mengajar. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi keingintahuan, dan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir. Dalam pendekatan CTL guru tidak mneyampaikan informasi begitu saja, melainkan juga merangsang siswa dapat mencari dan menemukan sendiri. Bertanya mempunyai peran penting. Guru bisa membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya. Berikut adalah beberapa manfaat bertanya:
a) Menggali potensi siswa dalam penguasaan materi pembelajaran.
b) Menumbuhkan motivasi siswa untuk terus berpacu dengan belajar.
c) Merangsang rasa ingin tahu siswa.
d) Memfokuskan siswa pada sesutu yang diinginkan.
e) Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan suatu persoalan.17
Dari beberapa manfaat bertanya diatas peneiliti mengharapkan mampu mebuat siswa lebih aktif selama proses pembelajaran berlangsung.
d. Masyarakat belajar (Learning Comunity)
Sebagaimana layaknya komunitas masyarakat, pendekatan CTL juga menerapkan pembelajaran
17Rudi hartono,Ragam Model Belajar Yang Mudah Diterima Murid (Jogjakarta:
DIVA Press, 2013) hlm. 92
melalui kelompok belajar yang terbagi dalam kelompok- kelompok heterogen, baik dilihat dari kempuan dan kecepatan belajarnya, maupun dilihat dari bakat dan minat siswa. siswa dibiarkan membuat dalam kelompok agar dapat salinng bertukar pengetahuan.
Bagi siswa yang cepat belajar, di dorong untuk membantu yang lambat bekerja. Siswa yang memiliki kemampuan tertentu didorong untuk menularkan pada yang lain. Itulah yang dimaksud masyarakat belajar.18 e. Pemodelan ( Modeling)
Yang dimaksud dengan asas modeling adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat di tiru oleh setiap siswa.
Proses modeling tidak terbatas dari guru saja, akan tetapi guru juga dapat memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemapuan. Misalkan siswa yang pernah menjadi juara dalam mebaca puisi dapat disuruh untuk menampilkan kebolehan didepan teman- temannya, dengandemikian siswa dapat dianggap sebagai model. Modeling merupakan asa yang cukup penting dalam pembelajaran CTL, sebab melalui modeling siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang
18Ibid.,hlm.93
teoritis absstrak yang dapat memungkinkan terjadinya verbalisme.19
f. Refleksi (reflection)
Refleksi adalah proses pengendapan pengelaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Melalui proses refleksi, pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam struktur kognitif siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian pengetahuan yang dimiliknya.20
Proses pendekatan CTL meberikan kesempatan pada setiap siswa untuk merenung dan mengingat ulang apa yang sebelumnya telah dipelajari. Siswa dibiarkan bebas menafsirkan pengalamanya sendiri, sehingga ia dapat mneyimpulkan pengelaman sendirinya . itulah aplikasi refleksi dalam CTL.21
g. Penilaian nyata (authentic assesment )
CTL tidak hanya menilai keberhasilan melalui hasil tes, tetapi juga proses belajar melalui penilaian nyata.
Penilaian nyata merupakan proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan
19Wina Sajaya,Strategi Pembelajaran Berorintasi Standr Proses Pendidikan, (Jakarta : Kencana, 2011), hlm.267
20Ibid.,hlm.268
21Rudi hartono,Ragam Model Belajar Yang Mudah Diterima Murid (Jogjakarta:
DIVA Press,2013) ,hlm. 95
belajar yang dilakukan siswa. Penilain ini penting untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak, apakah pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan intelektual dan mental siswa secara keseluruhan.22
Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan kontekstual (CTL) jika menerapkan ketujuh komponen tersebut dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya (Dediknas, 2002).
Peneliti menggunakan tujuh komponen pendekatan kontekstual tersebut dalam sebuah kelas yang dimana siswa akan dirahkan dengan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang harus dimiliki siswa, melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik yang diajarkan, menciptakan rasa ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanyaan-pertanyaan.
menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok, berdiskusi, tanya jawab, dan lain sebagainya, menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi, model, bahkan media yang sebenarnya, membiasakan siswa untuk melakukan refleksi dari setiap
22 Ibid.,hlm 96
kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada setiap siswa.
Adapun langkh-lngkah penerapan Contextual Teaching And Learning dapat dilihat pada tabel berikut;23. Tabel 2.1 langkah-langkah penerapanContextual Teaching
And Learning
Fase Tahapan Guru Siswa
Grouping Siswa
dikelompokkan menjadi
beberapa
kelompok yang heterogen
Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok
Siswa membentuk kelompok berdasasrka n intruksi guru
Modeling Pemusatan perhatian,
motivasi dan penyampaian tujuan
pembelajaran
Guru mengajak siswa memusatan perhatian , memberi motivasi dan
Siswa merespon dengan semangat dari
penyampaia n guru
23Nurul Alpristari Gisty, “Pengrauh Pendekatan Contextual Teaching And Learning Terhadap Hasil Belajar Pada Materi Aritmatika Sosial Dikelas VII Mts. Swasra Taman Pendidikan Islam (TPI) Sawit Seberang Tahun Pelajaran 2017/2018”,(Skripsi, FITK UIN Sumatera Utara Medan, Medan, 2018), Hlm. 28.
menyampai kan tujuan pembelajara n
Questioning Meliputi eksplorasi, membimbing, menuntun, memberi petunjuk, mengarahkan, mengembangka n, evaluasi, ingkuiri dan generalisasi
Guru
memberikan beberapa pertanyaan
Siswa aktif menjawab pertanyaan guru
Learning community
Aktivitas belajar yang dilakukan melibatkan suatu kelompok sosial tertentu (learning
community).
Komunikasi
Guru
memberikan beberapa soal pada setiap
kelompok
Siswa berdiskusi dalam kelompokny
a guna
bertukar fikiran untuk mengumpul
belajar ini memegang peranan yang sangat penting dalam proses belajajar karena didalamnya terjadi suatu proses interaksi dimana seluruh siswa
berpasrtisipasi aktif dalam belajar
kelompok, mengerjakan soal dan sharing pengetahuan serta pendapat.
kan,
melengkapi, dan
menyimpulk an suatu permasalah an
Inguiry Meliputi kegiatan indentifikasi, investigasi,
Guru
membimbin
g dalam
merumuska
Siswa menyimpulk an hasil dari penemuan
hipotesis, konjektur,
generalisasi dan penemuan
n penemuan
Contructivis m
Siswa
membangun pemahaman sendiri,
mengkontruksi konsep aturan, serta melakukan analisis dan sistematis
Guru
merangsang semua siswa untuk mengemban gkan
penemuann ya
Setiap siswa merespon atif untuk menyampai kan
penemuann ya
Authentic Assessment
Penilaian selama proses
pembelajaran dan sesudah pembelajaran, penilaian setiap aktivitas siswa, dan penilaian portofolio
Guru menilai dan
memberi apresiasi untuk setiap individu dan kelompok
Siswa termotivasi dalam belajar
Reflection Refleksi atas Guru Siswa
proses
pembelajaran yang dilakukan
memberikan penguatan materi
merespon aktif
Berikut langkah-langkah penerapan CTL dalam kelas : 1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri penegetahuan dan keterampilan barunya.
2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok).
5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
6) Lakukan refleksi dikhir pertemuan.
7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.24
Dari beberapa langkah penerapan CTL tersebut penetili mengharapkan siswa mampu mengembangkan, menemukan dan menciptakan proses pembelajaran yang aktif dalam kelas.
Setiap pendekatan pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan begitu pula pendekatan kontekstual. Adapun kelebihan dan kekurangan pendekatan kontekstual sebagai berikut:
1) Kelebihan pendekatan kontekstual
a) Menepatkan siswa sebagai subjek belajar, artinya siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran.
b) Dalam pembelajaran kontekstual siswa belajar
24Trianto,Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif : Konsep, Landasan Dan Implementasinya Pada Kurikilum Tingkat Satuan Pendidikan (Ktsp), (Jakarta : Kencana Prenada Media Group,2009) h.lm111
dalam kelompok, kerjasama, diskusi, saling menerima dan memberi.
c) Berakitan secara rill dengan dunia nyata.
d) Kemampuan berdasarkan pengelaman.
e) Dalam pembelajaran kontekstual perilaku dibangun atas kesadaran sendiri.
f) Pengetahuan siswa selalu berkembang sesuai dengan pengalaman yang dialaminya.
g) Pembelajaran dapat dilakukan dimana saja sesuai denagn kebutuhan.
h) Pembelajaran kontekstual dapat diikur melalui beberapa cara, misalnya evaluasi proses, hasil karya siswa, penampilan, observasi, rekaman, wawancara, 2) Kekurangan pendekatan kontekstualdll.
a) Pendekatan kontekstual merupakan pembelajaran yang kompleks dan sulit dilaksanakan dalam konteks pembelajaran.
b) Kemudian pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual juga membutuhkan waktu yang lama.25
Pembelajaran kontekstual memungkinkan siswa mengetahui isi pelajaran akademik dengan konteks kehidupan sehari-hari seperti kehidupan pribadi, sosial, dan budaya untuk memecahkan masalah yang bersifat nyata.
Mulyasa (dalam Wisnu Dwi, 2017) menyatakan kelebihan dan kekurangan pendekatan kontekstual sebagai berikut :
1) Kelebihan pendekatan kontekstual
a) Pembelajaran lebih bermakna, artinya siswa melakukan sendiri kegiatan yang berhubungan dengan materi yang ada seingga siswa dapat memahaminya sendiri.
b) Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena pembelajaran kontekstual.
c) Menuntut siswa menemukan sendiri bukan
25Wisnu Dwi Saputra, “Pengaruh Pendekatan Kontekstual Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Negeri 1 Gondangrejo”, (Skripsi FKIP Universitas Lampung, Bandar Lampung 2017), Hlm. 28-30
menghafal.
d) Menumbuhkan keberanian siswa mengemukakan pendapat tentang materi ynag di pelajari.
e) Menumbuhkan rasa ingin tahu tentang materi yang dipelajari dengan bertanya kepada guru.
f) Menumbuhkan kemampuan dalam bekerjasama dengan teman yang lain untuk memecahkan masalah yang ada.
g) Siswa dapat membuat kesimpulan sendiri kegiatan pembelajaran.
2) Kekurangan pendekatan kontekstual
a) Jika guru tidak pandai mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan nyata siswa, maka pembelajaran akan menjadikan monoton.
b) Jika guru tidak membimbing dan memberikan perhatian yang ekstra, siswa sulit untuk melakukan kegiatan inkuiri dan membangun pengetahuannya sendiri.26
Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti mengambil pendapat bahwa kelebihan pendekatan kontekstual adalah siswa dapat menjadi aktif dan berpikir kritis secara rill dalam menganalisis suatu masalah dari pengelaman yang dialaminya. Sedangkan kelemahan pendekatan kontekstual adalah guru yang tidak pandai mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan nyata siswa serta tidak membimbing siswa akan membuat pembelajran menjadi monoton dan siswa tidak dapat membangun pengetahuannya sendiri.
Tabel 2.2 Perbedaan CTL dengan pembelajaran Konvesional No Pembelajaran CTL Pembelajaran konvesional 1. Menempatkan siswa sebagai Siswa di tempatkan
26Ibid.hlm 30.
subjek belajar, artinya siswa berperan aktif dalam setiap proses pembelajarn dengan cara menemukan dan menggali sendiri materi materi pelajaran.
sebagai objek belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif
2. Siswa belajar melalui kegiatan kelompok, seperti kerja kelompok, berdiskusi, saling menerima dan memberi.
Siswa lebih bnayak belajar secara individual dengan menerima, maencatat dan menghafal materi pelajaran
3. Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata secara ril
Pembelajaran bersifat teoritis dan abstrak
4. Kemampuan didasarkan atas pengalaman dan tujuan akhir dari proses pembelajaran adalah puasan diri
Kemampuan diperoleh melalui latihan-latihan dan tujuan akhir adalah nilai atau angka
5. Siswa bertanggung jawab
memonitor dan
mengembangkan
pembelajaran mereka sendiri dan pembelajaran bisa terjadi
Guru adalah panentu
jalannya proses
pembelajaran dan pemebelajaran hanya terjadi didalam kelas.
dimana saja dalam konteks dan setting yang berbeda sesuai dengan kebutuhan 6. Pengetahuan peserta didik
akan dapat dibangun melalui interaksi sosial dan lingkungannya.
Peserta didik berkembang melalui proses interaksi dengan guru.
7. Peserta didik tidak melakukan sesuatu yang burukkarena asadar hal tersebut dapat merugikan dirinya.
Peserta didik tidak melakukan sesuatu yang buruk karena takut akan hukuman.
8. Bahasa yang dipergunakan dalam proses pembelajaran adalah bahasa komunikatif, peserta didik diajak menggunakan bahasa konteks nyata.
Bahasa yang
diperguanakan dalam proses pemeblajaran adalah bahasa struktural, rumus diterangkan sampai paham kemudian dilatih.
9. Pembelajaran tidak terikat pada tempat, waktu, dan sarana.
Pembelajaran hnaya terjadi dikelas.
10. Guru menguatkan dan Guru membuatkan
meneguhkan kesimpulan yang telah dibuat oleh peserta didik.
kesimpulan materi pelajran yang telah disajikan sebelumnya.
11. Materi pelajaran selalu diintegrasi dengan materi lain.
Mata pelajaran disajikan
secara terfokus
berdasarkan subjek materi.
12. Hasil belajar diukur melalui penerapan penilaian autentik (pengetahuan, keterampilan, dan sikap)
Hasil belajar diukur melalui kegiatan akademik dalam bentuk tes, ujian dan ulangan.
2. Bangun Ruang
Bangun ruang adalah bangun matematika yang memiliki isi atau volume. Bisa juga disebut bagian ruang yang dibatasi oleh himpunan titik-titik yang terdapat pada seluruh permukaan bangun tersebut.
Bangun ruang memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
1) Sisi : bidang atau daerah yang membatasi antara bangun ruang dengan ruangan di sekitarnya ( bagian dalam dengan bagian luar ) 2) Rusuk : pertemuan antara dua buah sisi
atau perpotongan dua bidang sisi
Titik sudut : perpotongan tiga bidang sisi atau perpotongan tiga rusuk / lebih
3) Diagonal sisi : garis yang menghubungkan 2 ( dua ) buah titik sudut yang tidak berurutan letaknya dan terletak pada sebuah sisi. Diagonal sisi disebut juga dengan diagonal bidang.
4) Diagonal ruang : garis yang menghubungkan dua buah titik sudut yang tidak berurutan letaknya dalam sebuah bangun ruang.
5) Bidang diagonal : bidang yang menghubungkan rusuk - rusuk yang sejajar dan berhadapan.
Jenis - jenis bangun ruang ditinjau dari sisi - sisinya : 1) Bangun Ruang Sisi Datar (BRSD) : Kubus, Balok,
Prisma, dan Limas
2) Bangun Ruang Sisi Lengkung (BRSL) : Tabung, Kerucut, dan Bola
Bangun Ruang Sisi Datar
Seperti telah disebutkan di atas, bangun ruang memiliki isi atau volume. Selain memiliki isi atau volume, bangun ruang juga bisa dicari luasnya (dalam hal ini disebut dengan luas permukaan, luas sisi, atau luas bidang). Luas permukaan bangun ruang merupakan penjumlahan luas semua sisinya.
Jenis - jenis Bangun Ruang Sisi Datar (BRSD) :
a. Kubus merupakan bangun ruang yang dibatasi oleh 6 (enam) bangun datar yang masing - masing berbentuk persegi yang sama dan sebangun. Kubus mempunyai 6 sisi, 12 rusuk, 8 titik sudut, 12 diagonal sisi, 4 diagonal ruang, dan 6 bidang diagonal. Dapat dilihat pada gambar 2.1
Volume = sisi × sisi × sisi Luas Permukaan = 6 × sisi × sisi
b. Balok merupakan bangun ruang yang dibatasi oleh enam bangun datar berbentuk persegipanjang.
Pasangan sisi yang saling berhadapan selalu sama dan sebangun. Balok mempunyai 6 sisi, 12 rusuk, 8 titik sudut, 12 diagonal sisi, 4 diagonal ruang, dan 6 bidang diagonal. Dapat dilihat pada gambar 2.2
Volume = p × l × t
Luas Permukaan = 2 × ( pl + pt + lt ) Keterangan :
p = panjang l = lebar t = tinggi pl = p × l pt = p × t lt = l × t.27 3. Hasil Belajar
Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada materi bangun ruang yang telah diukur dengan tes yang telah diuji kelayakan soal setelah proses belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan kontekstual.
27Miftah Syarifuddin, Materi Matematika Kelas VIII Semester Genap: Bangun Ruang Sisi Datar, dalam http://www.miftahsyarifuddin.com/2015/03/materi-matematika -kelas-viii semester.html?m=1, diakses tanggal 12 januari 2019, pukul 19.06
Menurut Bloom (dalam Agus) hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikimotorik .domain kofnitif adalah knowledge (pengetahuan,ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Doamin afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi).
Doamin psikomotor meliputi initiatory,dan rountinized.
Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, dan intlektual.28
Hasil belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi individu yang belajar , bukan saja perubahan mengenai pengetahuan , tetapi juga penegetahuan untuk membentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penguasaan, dan pengharagan dalam diri individual yang belajar.
Sameto (dalam Darawyan) menyatakan hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku individual yang mempunyai cita-cita a) perubahan dalam belajar terjadi secara sadar, b) perubahan dalam belajar mempunyai tujuan, c) perubahan belajar secara positif, d) perubahan dalam belajar bersifat kontiniu, e) perubahan dalam belajar bersifat permanen(langgeng). Dengan demikian yang dimaksud dengan hasil belajar atau prestasi belajar adalah tahap pencapaian aktual yang ditampilkan dalam bentuk perilaku yang meliputi aspek kognitif, afektif maupun psikomotor dan dapat dilihat dalam bentuk kebiasaan, sikap, penghargaan sesuai dengn tujuan yang telah ditetapkan.29
Perubahan seseorang yang asalnya tidak tahu menjadi tahu marupakan hasil dari proses belajar. Misalnya seseorang yang mulanya tidak dapat mengoperasikan
28Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori Dan Aplikasi PAIKEM, (Bima:
Pustaka Belajar, 2009), hlm.6
29Darwyan syah,Strategi Belajar Mengajar, (Malaysia:Diadit Media,2009) hlm 43
penjumlahan bilangan sekarang mahir berhitung. Akan tetapi tidak semua perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang merupakan hasil proses belajar, kita lihat yang terjadi pada bayi, misalnya bayi yang mulanya tidak dapat tengkurap lalu dapat tengkurap, perubahan-perubahan ini terjadi karena kematangan. Lalu ada kategori lain mengenai perubahan yakni perubahan yang berjalan secara singkat, misalnya seseorang secara kebetulan dapat memperbaiki barang elektronik, tetapi ketika harus mengerjakanhal yang sama dalam waktu yang berbeda menemui kesulitan sebenarnya harus dipahami bahwa perubahan hasil belajar diperoleh karena individu yang bersangkutan berusaha untuk belajar.
Dari paparan diatas peneliti bisa mengambil kesimpulan bahwa hasil belajar merupakan suatu kegiatan dimana seseorang membuat atau menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya dalam pengentahuan, minat, sikap dan keterampilan.
Hasil belajar juga merupakan hasil dari satu interaksi tindakan belajar dan tidak mengajar. Drai sisi peneliti, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar.
Suatu proses perubahan baru dapat dikatakan sebagai hasil belajar jika memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Terjadi secara sadar
Perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar itu disadari. Artinya, individu yang mengalami perubahan itu menyadari akan perubahan yang terjadi pada dirinya.
Dengan demikian, seseorang yang tiba-tiba memiliki sesuatu kemampuan karena dia dihipnotis itu tidak dapat disebut sebagai hasil belajar.
2. Bersifat fungsional
Perubahan yang timbul karean proses belajar mengajar juga bersifat fungsional. Artinya, perubahan tersebut memberikan manfaat yang luas. Setidaknya bermanfaat ketika siswa akan menenmpuh ujian atau bahkan bermanfaat bagi siswa dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan kehidupan sehari-hari. Terutama dalam menjaga kelangsungan hidupnya.
3. Bersifat aktif dan positif
Perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar bersifat aktif dan positif. Aktif artinya tidak terjadi dengan sendirinya tetapi memerlukan usaha dan aktivitas dari individu sendiri untuk mencapai perubahan tersebut. Adapun positif artinya baik, bermanfaat dan sesuai denagn harapan. Positif juga berarti mengandung nilai tambah bagi individu.
4. Bukan bersifat sementara
Perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar itu bukan bersifat sementara, akan tetapi bersifat relative permanen.
5. Bertujuan dan berarah
Perubahan yang terjadi karena belajar juga pasti bertujuan dan terarah. Artinya, perubahan tersebut tidak terjadi tanpa unsur kesengajaan dari individu yang bersangkutan untuk mengubah perilakunya. Karenanya, tidak mungkin orang yang tidak belajar sama sekali akan mencapai hasil belajar yang maksimal.
6. Mencakup seluruh aspek perilaku
Perubahan yang timbul karena proses belajar pada umumnya berlaku seluruh aspek perilaku (kognitif, efektif, psikomotorik). Ketiga aspek tersebut sangat berkaitan satu sama lain , karean perubahan pada suatu aspek biasanya juga akan mempengaruhi perubahan aspek yang lainnya.
7. Perubahan yang berkesinambungan (kontinu)
Perubahan yang berkesinambungan memiliki arti bahwa perubahan yang terjadi pada inividu merupakan perubahan lanjutan dari keterampilan, pengetahuan yang telah dia miliki sebelumnya. Misalnya Yatun sudah
memiliki penngetahuan tentang penjumlahan an pengurangan, kemudian dia belajar tentang perkalian dan pembagian. Maka dia dapat memanfaatkan pengetahuan terdahulunya untuk mempelajari pengetahuan barunya.30
Untuk mencapai hasil belajar pada siswa, tentu ada faktor-faktor yang mempengaruhi tercapainya hasil belajar tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Faktor Internal
Faktor internal yang berpengaruh terhadap hasil belajar adalah faktor jasmani/biologi dan faktor psikologi. Faktor jasmani yang mempengaruhi hasil belajar siswa meliputi faktor kesehatan sedangkan faktor psikologi yang paling penting adalah minat, bakat, dan motivasi.31
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap hasil belajar adalah faktor yang berada diluar pribadi siswa yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Sebab keluarga merupakan kelompok primer yang terpenting dalam masyarakat yang berkomunikasi satu sama lain
30https://www.karyatulisku.com/2017/09/ciri-ciri-belajar-dan-hasil-belajar.html. Di Akses Pada Kamis 27 Juni 2019
31Indah Komsiyah.Belajar dan Pembelajaran.(Yogyakarta:Teras,2012) hlm 90-91
dimana pean anggota keluarga merupakan suatu kompleks pengharapan suatu manusia terhadap cara individu harus bersikap. Dalam sebuah keluarga orang tua merupakan pendidik yang pertama dan utama.
Keutamaan ada pada dirinya bukan saja karena sbagai petunjuk jalan dan bimbingan kepada anak tetapi juga karena mereka adalah contoh bagi anak-anaknya.
Dari faktor internal dan eksternal diatas sangat berpengaruh dan berperan penting bagi hasil belajar siswa, yang dimana faktor internal merupakan minat dan motivasi dalam diri siswa dan faktor eksternal merupakan keluarga dan lingkungan disekitarnya.
B. Kerangka Berpikir
Untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika maka perlu suatu strategi untuk melakukannya yaitu pakem. Pakem yang merupakan singkatan dari pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan, merupakan sebuah model pembelajaran kontekstual yang melibatkan paling sedikit empat prinsip utama dalam proses pembelajarannya. Pertama, proses interaksi (siswa berinteraksi secara aktif dengan guru, rekan siswa, multi-media, referensi, lingkungan dsb). Kedua, proses komunikasi (siswa mengkomunikasikan pengalaman belajar mereka dengan guru
dan rekan siswa lain melalui cerita, dialog atau melalui simulasi). Ketiga, proses refleksi, (siswa memikirkan kembali tentang kebermaknaan apa yang mereka telah pelajari, dan apa yang mereka telah lakukan). Keempat, proses eksplorasi (siswa mengalami langsung dengan melibatkan semua indera mereka melalui pengamatan, percobaan, penyelidikan atau wawancara).
Permasalahan yang ditemukan di MTs NW Karang Bata adalah dalam proses pembelajaran, siswa masih takut mengeluarkan pendapat atau bertanya apabila mendapat kesulitan di dalam kelas, walaupun peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, sehingga siswa terkesan masih pasif karena siswa merasa pelajaran matematika sangat membosankan dan sulit dimengerti. Selain itu juga siswa masih belum fokus (belum konsentrasi) pada saat proses belajar mengajar berlangsung, sehingga masih terlihat siswa yang masih bermain saat proses pembelajaran berlangsung.
Salah satu alternative pembelajaran yang akan dicoba diterapkan dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa dengan melihat permasalahan yang ditemukan adalah dengan menggunakan pendekatan kontekstual (CTL) yang merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan
materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata. Dengan pendekatan kontekstual, siswa dibantu menguasai kompetensi yang dipersyaratkan tidak hanya masuk ke kawasan pengetahuan, tetapi juga pada penerapan pengetahuan yang didapatkannya.
Jika pendekatan kontekstual diterapkan, diharapkan siswa akan berlatih untuk dapat menghubungkan apa yang diperoleh di kelas dengan kehidupan dunia nyata yang ada di lingkungannya, sehingga mampu mengembangkan kemampuan siswa dan hasil belajar siswa akan semakin baik.
C. Hipotesis Penelitian
Bentuk-bentuk hipotesis dalam penelitan sangat terkait dengan rumusan masalalah penelitian.Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah.32
Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah
“AdaPengaruh Penerapan Pendekatan Kontesktual (Contextual Teaching And Learning) Pada Materi Bangun Ruang Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di MTs. NW Karang Bata Tahun Pelajaran 2018/2019’’.
32Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualititaf R & D, ALFABETA, Bandung, 2008, hlm 66.
33
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif eksperimen semu, karena dilakukan percobaan di suatu kelas dengan cara memberikan perlakuan tertentu berupa penerapan pendekatan Kontekstual dalam pembelajaran matematika khususnya pada materi bangun ruang kubus dan balok dan melihat hasil belajar siswa setelah diberikan perlakuan.33
Eksperimen adalah metode penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan dan meramalkan yang akan terjadi pada suatu variabel manakala diberikan suatu perlakuan tertentu pada variabel lainnya34.
Pada penelitian ini, jenis eksperimen yang digunakan adalah eksperimen semu (quasy experiment). Alasan digunakan eksperimen semu (quasy experiment) karena hanya satu teknik perlakuan yang menerapkan yaitu pendekatan Kontekstual pada kelas eksperimen sedangkan di kelas kontrol tidak menerapkan pendekatan Kontekstual.
B. Populasi dan Sampel a. Populasi
33Roslina dan Rahmadi. Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Materi Perbandingan pada Siswa MTs Negeri 2 Banda Aceh. Jurnal Didaktik Matematika, Vol. 3, No. 1, April 2016
34Wina Sanjaya,Penelitian Pendidikan (Jenis Metode dan Prosedur, 2013) hlm. 37
34
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya. Jadi populasi bukan hanya orang , tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subjek yang di pelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek itu.35
Berdasarkan paparan di atas, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII MTs NW Karang Bata tahun pembelajaran 2018/2019
b. Sampel
Sampel adalah sebuah kelompok anggota yang menjadi bagian populasi sehingga memiliki karakteristik populasi. Sampel dalam penelitian ini di tentukan dengan teknik sampling jenuh untuk menentukan kelas kontrol dan kelas eksperimen.36
Dengan demikian maka dalam penelitian ini yang menjadi sampel terdapat dua kelas adalah Kelas VIII A berjumlah 20 siswa sebagai kelas kontrol dan kelas VIII B berjumlah 16 siswa sebagai kelas eksperimen
35ibid. h. 117
36Sugiyono,Statistik Untuk Penelitian (Bandung: Alfabeta)., hlm. 62
C. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap (dua) tahun ajaran 2018/2019. Tempat pelaksanaan penelitian ini di MTs. NW Karang Bata. Pada sekolah ini terdapat banyak siswa yang masih kurang motivasi dan aktif pada proses pembelajaran.
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkam oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.37
Variabel dalam penelitian ini berupa dua variabel, yaitu:
a) Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pendekatan kontekstual.
b) Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar.
E. Desain Penelitian
Adapun desain yang digunakan penelitian ini adalahposttest only control design. Dimana pada desain ini kelompok kontrol dan kelompok eksperimen tidak dipilih secara acak.
Subjek penelitian ini terdiri dari dua sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kedua kelas tersebut
37Ibid, hlm 2
diberikan materi pelajaran yanag sama yaitu “bangun ruang”.
Untuk kelas eksperimen pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan kontekstual. Sedangkan pada kelas kontrol tidak menggunakan pendekatan kontekstual dan pada akhir pertemuan diberikan posttest untuk kedua kelas. Desain penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.1 Desain Penelitian Kelompok Perlakuan Posttest
Eksperimen X O1
Kontrol _ O1
Keterangan:
X = Pemberian Pembelajaran dengan pendekatan O1 = Pemberian posttests kelas esdperimen dan kelas kontrol.
F. Instrumen /Alat dan Bahan Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti untuk pengambilan data atau informasi.38 Mempermudah peneliti dalam pengumpulan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.
Tes dapat berupa serentetan pertanyaan, lembar kerja, atau
38Hamzah,model pembelajaran,(jakarta:Bumi Aksara,2011), hlm. 71
sejenisnya yang dapat digunakan untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, bakat, dan kemampuan dari subjek penelitian.39 Instrumen yang digunakan dalam penelitaian ini adalah instrument tes essay. Tes essay ialah tes dimana setiap butiran soal yang mengandung pertanyaan atau tugas yang jawaban atau pengerjaan soal tersebut harus dilakukan dengan cara mengekspresikn pemikiran peserta didik.40
Jumlah soal tes essay yang digunakan sebanyak 5 soal.
Soal yang di berikan sudah di anggap layak atau valiad untuk digunakan karean telah di validasi oleh dua ahli atau dosen uin Mataram. ( dapat dilihat pada lampiran 13).
G. Teknik Pengumpulan Data/Prosedur penelitian
Teknik yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah berupa observasi dan tes.
1. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung maupun tidak tentang hal- hal yang diamati dan mencatatnya pada alat obervasi.41 Observasi digunakan dalam penelitian untuk mengetahui jalanya proses belajar dikelas dan keadaan siswa yang
39Trianto,Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi Pendidikan Tenaga Kependidikan (Jakarta: Kencana, 2011)., hlm. 264da
40Eko Putro Widoyo, Evaluasi Program Pembelajaran (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2014),
hlm. 78
41Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan Jenis, dan Prosedur (Jakarta:
Kencana,2013).,hlm.270
mengikuti pelajaran dikelas. Pada proses belajar pembelajaran peneliti menggunakan pendekatan kontekstual. Dalam hal ini peneliti mengaitkan materi pembelajaran dengan lingkungan sekitar, hal tersebut dilakukan dengan tujuan memudahkan siswa untuk memahami materi yang disampaikan dan peneliti juga akan membagi beberapa kelompok untuk masing-masing siswa agar saling bekerjasama dan aktif selama proses pembelajaran berlangsung didalam kelas.
2. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh invidu atau kelompok42. Tes dalam penelitian ini adalah menggunakan tes essay berjumlah 5 soal yang diberikan kepada semua siswa kelas VIII MTs. NW Karang Bata Tahun Pelajaran 2018/2019.
Adapun skor penilaian untuk menentukan test soal dengan
menggunakan rumus berikut:
Skor penilaian = Nilai yang diperolehx 100 % Nilai maksimum
42Arikunto,Prosedur Penelitian, hlm 193
Skor penilaian = Nilai yang diperolehx 100 % 81
H. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian eksprimen, eksprimen bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh suatu tindakan terhadap suatu variabel. Adapun yang dijadikan ukuran untuk atau kriteria untuk menilai ada tidaknya pengaruh perbedaan tersebut adalah perbedaan angka rata-rata (mean of differences) atau md yang diperkirakan timbul akibat adanya perlakuan (treatment) yang diberikan, selanjutnya untuk menilai ada tidaknya perbedaan angka rata-rata dengan menggunakan teknik uji t dengan taraf signifikan 5%. Untuk membuktikan hipotesis yang diajukan, perlu dilakukan analisis data.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data tes akhir terdistribusi normal. Uji normalitas dengan menggunakan rumus chi-kuadrat sebagai berikut:
ᵡ
2 =∑Ki=1(fo-fh)2 fh Dimana := chi kuadrat
ᵡ
2= frekuensi hasil fo
= frekuensi yang diharapkan fh
Suatu data akan terdistribusi normal jika
ᵡ
2hitung ≤tabel dan tidak berdistribusi normal
ᵡ
hitung > tabel padaᵡ
2 2ᵡ
2taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan, db = k-3, di manak menyatakan jumlah kelas interval.
2. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas dilakukan untuk memastikan apakah asumsi homogenitas pada masing-masing kategori data sudah terpenuhi ataukah belum. Apabila homogenitas terpenuhi maka peneliti dapat melakukan pada tahap analisa data lanjutan, apabila tidak maka harus ada pembetulaan-pembetulan metodologis. Untuk menentukan rumus t-tes, maka perlu diuji dulu varians kedua sampel homogen atau tidak digunakan uji F dengan rumus:43
F = varians terbesarvariansi terkecil .
3. Uji Hipotesis
Uji hipotesis bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa, yang diharapkan adanya perbedaan sebelum dan sesudah diberi pelakuan pelakuan dari uji hipotesis ini. Hipotesis nol (Ho) diharapkan ditolak dan hipotesis (Ha) diterima. Adapun rumus yang pakai adalah uji-t poolend varians.
Poolend varians dugunakan dengan ketentuan:
43Sugiyono,Statistik Untuk Penelitian (Bandung: Alfabeta), hlm. 140.
1) Jumlah anggota sampel kesatu dan kedua sama (n1=n2) serta data berdistribusi normal dan varians homogen, mka derajat kebebasan yang digunakan adalah dk = n1+ n2– 2.
2) Jumlah anggota sampel kesatu dan kedua tidak sama (n1≠n2) serta varians homogen, maka derajat kebebasan yang digunakan adalah dk = n1+ n2– 2.
3) Taraf signifikansi 1 % atau 5 %.
4) Kriteria pengujian adalah terima Hodan Haditolak, jika thitung≤ ttabel, tolak Hodan Haditerima jika thitung> ttabel.44 Berikut ini rumus uji t poolend varians.
t = ̅ -
X1
̅X2
+ ( -1) ( -1)Sn1 2
1 n2 S22 + - 2
n1 n2
(
n11+n12
)
Keterangan :
t = angka atau koefisien derajat perbedaan mean kedua kelompok
= rata-rata sampel 1
̅X1
= rata-rata sampel 2
̅X2
S12 = nilai varian pada sampel 1 S22 = nilai varian pada sampel 2 n1 = jumlah individu pada sampel 1
44bid., hlm. 139
n2 = jumlah individu pada sampel 245
45Ibid., hlm. 138
42
1. Pengumpulan data dan penyajian data a. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian ini adalah mendapatkan data, sehingga dapat diketahui tentang pengaruh penerapan pendekatan kontekstual pada hasil belajar siswa. Peneliti menggunakan teknik pengumpulan dengan memberikan test.
b. Penyajian Data
Tes yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 5 pertanyaan essay. Hasil test siswa untuk melihat pengaruh penerapan pendekatan konteksual (Contextual Teaching And Learning) terhadap hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dapat dilihat pada lampiran 3 dan hasil test siswa tanpa menggunakan pendekatan kontekstual kelas kontrol dapat dilihat pada lampiran 4.
1) Distribusi Frekuensi Hasil Tes pemeblajaran menggunakan Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching And Learning) terhadap hasil belajar di Kelas Eksperimen.
Berdasarkan hasil tes diperoleh nilai terendah 65 dan
43
K = 1 + 3,3log(n)= 1 + 3,3log (16)= 4,96 ≈ 5
b) Rentang = skor terbesar - skor terkecil = 90 - 65 = 25 c) Panjang kelas interval (P) = Rentang = = 5
Banyak Kelas 25 5 Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Hasil Test Pembelajaran Menggunakan Penerapan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching And Learning) terhadap Hasil
Belajar di Kelas Eksperimen Kelas Interval fi
65 – 70 4
71 – 75 3
76 – 80 4
8 1 – 85 4
86 – 90 1
2) Distribusi Frekuensi Hasil Pembelajaran Tanpa Menggunakan Penerapan Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching And Learning) Terhadap Hasil Belajar Di Kelas Kontrol.
Berdasarkan hasil test diperoleh nilai terendah 60 dan skor tertinggi 85, dengan nilai rata-rata 71,9 dan standar deviasi 7,33 (dtanya dapat dilihat pada lampiran 4). Adapun
b) Rentang = skor trbesar - skor terkecil = 85 - 60 = 25 c) Panjang kelas interval (P) = Rentang = = 5
Banyak Kelas 25 5 Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Hasil Test Pembelajaran Tanpa Menggunakan Penerapan Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching And Learning) Terhadap Hasil Belajar
di Kelas Kontrol.
Kelas Interval fi
60 – 65 5
66 – 70 4
71 – 75 6
76 – 80 2
81 – 85 3
2. Analisis Data Penelitian
Analisis data dalam penelitian kuantitatif merupakan kegiatan yang dilakukan peneliti setelah semua data dari responden terkumpul. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengujian terhadap hipotesis yang telah diajukan sebelumnya yaitu: “ Ada Pengaruh Penerapan Pendekatan Kontestual (Contextual Teaching And Learning) Pada Materi Bangun Ruang Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII Putri MTs. NW Karang Bata Tahun Pembelajaran
antara variabel x dan variabel y. Dari perbandingan tersebut kita dapat mengetahui Pengaruh Penerapan Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching And Learning) Terhadap Hasil Belajar. Adapun langkah-langkah yang peneliti lakukan di dalam menganalisis data yang sudah terkumpul dalam penelitian ini seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya (BAB III), yaitu:
a. Melakukan Uji Prasyarat
Sebelum melakukan uji t, terlebih dahulu data yang diperoleh selama penelitian akan diperiksa dengan uji normalitas dan homogenitas data
1) Uji Normalitas
Uji normalitas data merupakan uji prasyarat sebelum mengetahui jenis statistika apa yang akan digunakan apakah statistika parametrik atau statistik non parametrik. Uji normalitas hasil Test pembelajaran menggunakan penerapan pendekatan kontekstual (contekstual teaching and learning) terhadap hasil belajar. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 4.3
Tabel 4.3
Uji normalitas pada kelas Eksperimen dan Kelas