Kedudukan Guru Secara Sosio Antropologis
Dosen Pengampu: Muhammad Ibtissam Han, S.Sos, Ma
Disusun Oleh:
Muhammad Farel Ashrofi (201310081) Muhammad Fadillah Shidiq (201310080)
Rosad Rojab Ridlo (201310083)
Daffa Hakim Ramadhan (201310084)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QUR’AN JAKARTA 2021 M/ 1443 H
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita rahmat dan hidayah sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Kedudukan Guru Secara Sosio Antropologis ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada bidang studi/mata kuliah antropologi pendidikan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang topik makalah bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kemudian kami mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengampu Bapak Muhammad Ibtissam Han, S. Sos, MA yang telah memberikan bimbingan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang Kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwasannya makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari teman-teman semua akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini, dan semoga kita bisa menjadi lebih baik lagi.
Jakarta, 10 Februari 2022
Kelompok 5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1. Latar Belakang ... 1
2. Rumusan Masalah ... 3
3. Tujuan Penelitian ... 3
BAB II PEMBAHASAN ... 4
1. Pengertian Guru ... 4
2. Guru Sebagai Kedudukan Terhormat ... 8
3. Guru Sebagai Profesi ... 12
4. Guru Sebagai Status Sosial ... 14
5. Peranan dan Kedudukan Guru ... 17
BAB III PENUTUP ... 24
1. Kesimpulan ... 24
2. Saran ... 25
DAFTAR PUSTAKA ... 26
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Darwin berpendapat Ilmu pengetahuan adalah suatu perjuangan untuk tetap hidup, yang mencakup persaingan yang ekstrem. Pertahanan hidup dalam persaingan tidak akan teraih oleh mereka yang malu atau lemah. Pertahanan hidup akan dimenangkan oleh mereka yang kuat menghadapi konflik dan berkompetisi dengan orang lain. Untuk bertahan, seseorang harus dapat menciptakan pendukung.
Pendukung ini harus sistematis, teratur dan matang. Ilmu pengetahuan diciptakan oleh mereka yang berhasil menjadi pemenang dan meraih pertahanan hidup, serta bermaksud mempertahankan kemenangannya. Seperti halnya guru, guru memang menempati kedudukan yang terhormat di masyarakat.
Guru dapat dihormati oleh masyarakat karena kewibawaannya, sehingga masayarakat tidak meragukan figur guru. Masyarakat percaya bahwa dengan adanya guru, maka dapat mendidik dan membentuk kepribadian anak didik mereka dengan baik agar mempunyai intelektualitas yang tinggi serta jiwa kepemimpinan yang bertanggung jawab. Jadi dalam pengertian yang sederhana, guru dapat diartikan sebagai orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Sedangkan guru dalam pandangan masyarakat itu sendiri adalah orang yang melaksanakan pendidikan ditempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan yang formal saja tetapi juga dapat dilaksanakan dilembaga pendidikan non-formal seperti di masjid, di surau/mushola, di rumah dan sebagainya.
Seorang guru mempunyai kepribadian yang khas. Disatu pihak guru harus ramah, sabar, menunjukkan pengertian, memberikan kepercayaan dan menciptakan suasana aman. Akan tetapi di lain pihak, guru harus memberikan tugas, mendorong siswa untuk mencapai tujuan, menegur, menilai, dan mengadakan koreksi. Dengan demikian, kepribadian seorang guru seolah-olah terbagi menjadi 2 bagian. Di satu
pihak bersifat empati, di pihak lain bersifat kritis. Di satu pihak menerima, di lain pihak menolak. Maka seorang guru yang tidak bisa memerankan pribadinya sebagai guru, ia akan berpihak kepada salah satu pribadi saja. Hubungan antara guru dan murid mempunyai sifat yang relatif stabil. Ciri khas dari hubungan ini ialah status yang tak sama antara guru dan murid. Dalam hubungan guru-murid biasanya hanya murid yang diharapkan mengalami perubahan kelakuan sebagai hasil belajar.
Perubahan kelakuan yang diharapkan pada murid mengenai hal-hal tertentu yang lebih spesifik, misalnya agar anak menguasai bahan pelajaran tertentu. guru dalam hubungannya dengan murid bermacam-macam tergantung interaksi sosial yang dihadapinya.
Dalam situasi formal, yakni dalam usaha guru mendidik dan mengajar anak dalam kelas guru harus sanggup menunjukkan kewibawaan atau otoritasnya, artinya ia harus mampu mengendalikan, mengatur, dan mengontrol kelakuan anak. Dalam situasi informal guru dapat mengendorkan hubungan formal dan jarak sosial, misalnya sewaktu rekreasi, berolahraga, berpiknik atau kegiatan lainnya, Dan berdasarkan hal-hal tersebut, seorang guru harus bisa memilah serta memilih kapan saatnya berempati kepada siswa, kapan saatnya kritis, kapan saatnya menerima dan kapan saatnya menolak. Dengan perkatan lain, seorang guru harus mampu berperan ganda. Peran ganda ini dapat di wujudkan secara berlainan sesuai dengan situasi dan kondisi yang di hadapi.
Tugas guru sebagai suatu profesi, menuntut kepada guru untuk mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mendidik, mengajar, dan melatih anak didik adalah tugas guru sebagai suatu profesi. Tugas guru sebagai pendidik, meneruskan dan mengembangkan nilai- nilai hidup kepada anak didik. Tugas guru sebagai pengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada anak didik. Tugas guru sebagai pelatih berarti mengembangkan ketrampilan dan menerapakannya dalam
kehidupan demi masa depan anak didik. Guru juga mempunyai kemampuan, keahlian atau sering disebut dengan kompetinsi profesional. Kompetensi profesional yang dimaksud tersebut adalah kemampuan guru untuk menguasai masalah akademik yang sangat berkaitan dengan pelaksanaan proses belajar mengajar, sehingga kompetensi ini mutlak dimiliki guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada sedikit uraian pada latar belakang maka penulis membuat rumusan masalah yang akan dibahas lebih lanjut dalam pembahasan sebagai berikut:
1. Apa pengertian guru?
2. Apakah guru sebagai kedudukan terhormat?
3. Bagaimana guru sebagai profesi?
4. Bagaimana guru sebagai status sosial?
5. Apa peranan dan Kedudukan guru?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui apa pengertian guru
2. Mengetahui apakah guru sebagai kedudukan terhormat 3. Mengetahui bagaimana guru sebagai profesi
4. Mengetahui bagaimana guru sebagai status sosial 5. Mengetahui apa peranan dan kedudukan guru
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Guru
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, guru adalah manusia yang tugasnya (profesinya) mengajar. Adapun menurut Vembrianto dalam Kamus Pendidikan, guru adalah pendidik professional di sekolah dengan tugas utama mengajar. Pada sisi lain, guru diidentikkan dengan istilah pendidik karena makna pendidik sebagai usaha untuk membimbing, mengarahkan, mentransfer ilmu dapat dilakukan secara umum.
Istilah guru biasa dipakai untuk pendidik pada lembaga formal, seperti sekolah, madrasah, dan dosen dalam dunia perguruan tinggi.
Secara linguistik, istilah yang bermakna guru terdapat diseluruh bahasa dunia.
Dalam bahasa Inggris, umpamanya, dikenal dengan istilah teacher yang padanan bahasa indonesianya adalah guru. Teacher memiliki arti: A person whose occupation is teaching others, yaitu seseorang yang pekerjaannya mengajar orang lain. Adapun dalam bahasa arab untuk penyebutan guru dikenal istilah-salah satunya-mu’alim, yaitu orang yang menjadikan orang lain berilmu atau orang yang menyampaikan suatu informasi kepada orang lain.
Guru dalam bahasa jawa adalah menunjuk pada seorang yang harus digugu dan ditiru oleh semua murid dan bahkan masyarakat. Harus digugu artinya segala sesuatu yang disampaikan olehnya senantiasa dipercaya dan diyakkini sebagai kebenaran oleh semua murid. Sedangkan ditiru artinya seorang guru harus menjadi suri tauladan (panutan) bagi semua muridnya. Secara tradisional guru adalah seorang yang berdiri didepan kelas untuk menyampaikan ilmu pengetahuan. Adapun pengertian yang lain tentang guru adalah seorang administrator, informator, konduktor dan sebagainya, dan harus berkelakuan menurut harapan mesyarakatnya, Dari guru, sebagai pendidik dan pembangun generasi baru diharapkan tingkah laku yang bermoral tinggi demi masa depan negara dan bangsa.
Secara keprofesian formal, guru adalah sebuah jabatan akademik yang memiliki tugas sebagai pendidik. Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat (Undang-Undang sisdiknas No. 20 tahun 2003, Bab XI pasal 39 Ayat 2).
Guru sebagai seorang tenaga kependidikan yang profesional berbeda pekerjaannya dengan profesi lain. Karena ia merupakan suatu profesi, maka dibutuhkan kemampuan daan keahlian khusus dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.
Istilah lain yang masih berkenaan dengan guru dan berkembang di masyarakat adalah pendidik. Istilah ini menjadi fokus dari berbagai kalangan dalam dunia pendidikan karena pendidik menggunakan istilah yang sangat luas dan konfrehensif, sehingga lebih menggeneralisasikan makna pendidik dalam konteks luas. Istilah pendidik ini dapat dilihat dari pendapat fadhil Al-Djamali yang dikutip oleh ramayulis bahwa pendidik adalah orang yang mengerahkan manusia pada kehidupan yang baik sehingga terangkat derajat kemanusiaannya sesuai dengan kemampuan dasar yang dimiliki oleh manusia. Lebih jauh, Ramayulis melihat konsep pendidik pada tatanan pendidikan islam, bahwa pendidik dalam konteks ini adalah setiap orang dewasa yang karena kewajiban agamanya bertanggung jawab atas pendidikan dirinya dan orang lain. Secara istilah, pendidik adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan mengupayakan pengembangan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif, kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran islam.
Agar lebih memahami apa arti guru, kita dapat merujuk pada pendapat beberapa ahli berikut ini:
1. Dri Atmaka
Menurut Dri Atmaka, pendidik atau guru adalah orang yang bertanggung jawab untuk memberikan bantuan kepada siswa dalam pengembangan baik fisik dan spiritual.
2. Husnul Chotimah
Menurut Husnul Chotimah, pengertian guru adalah orang yang memfasilitasi proses peralihan ilmu pengetahuan dari sumber belajar ke peserta didik.
3. Ngalim Purwanto
menurut Ngalim Purwanto, pengertian guru adalah orang yang pernah memberikan suatu ilmu atau kepandaian kepada seseorang maupun kepada sekelompok orang.
4. Mulyasa
Menurut Mulyasa, pengertian guru adalah seseorang yang memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta mampu mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
5. Drs. M. Uzer Usman
Menurut Drs. M. Uzer Usman, pengertian guru adalah setiap orang yang berwenang dan bertugas dalam dunia pendidikan dan pengajaran pada lembaga pendidikan formal.
6. UU No. 14 Tahun 2005
Menurut UU No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, pengertian guru adalah tenaga pendidik profesional yang memiliki tugas utama untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini melalui jalur formal pendidikan dasar dan pendidikan menengah.1
Dengan demikian, pendapat bahwa pendidik bukan hanya guru memang tak bisa disangkal. Orangtua adalah pendidik utama bagi anak-anaknya. Para pemimpin dapat menjadi pendidik bagi orang–orang yang dipimpinnya, bahkan seorang teman sebayapun bisa menjadi seorang pendidik bagi teman sebayanya. Jadi, siapapun yang melibatkan diri dan memberikan peranan dalam memberikan bimbingan, pengajaran atau pelatihan terhadap orang lain bisa disebut sebagai guru.
Ada beberapa pendapat para ahli tentang sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang guru, antara lain sebagai berikut:
1. Menurut purwanto (1998:140-148), syarat-syarat guru adalah berijazah, sehat jasmani dan rohani, Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menyukai murid- muridnya, sabar dan rela berkorban, memiliki kewibawaan terhadap anak- anak, penggembira, bersikap baik terhadapmasyarakat, benar-benar menguasai mata pelajarannya, menyukai mata pelajaran yang diberikan dan berpengetahuan luas.
2. Menurut An-Nahlawi (1989: 239-246), tujuan, tingkah laku dan pola pikir guru bersifat rabbani, ikhlas, bersabar, jujur, membekali diri dengan ilmu, mampu menggunakan metode mengajar, mampu mengelola siswa, mempelajari kehidupan psikis para siswa, tanggap terhadap berbagai persoalan, dan bersikap adil.
3. Dalam pandangan Al-Abrasyi (1988: 20-25), sifat-sifat guru yang Islami, antara lain zuhud, bersih jiwa dan raga, tidak ria, tidak pendendam, tidak menyenangi permusuhan, tidak malu mengakui ketidaktahuan, tegas dalam
1Pengertian Guru: Definisi, Tugas, dan Peran Guru dalam Pendidikan, https://smamyserang.sch.id/baca/pengertian-guru-definisi-tugas-dan-peran-guru-dalam-pendidikan. Diakses pada hari Kamis, 10 Februari 2022
perkataan dan perbuatan, bijaksana, ikhlas, rendah hati, lemah lembut, pemaaf, sabar, berkepribadian, tidak merasa rendah diri, dan mengetahui karakter murid.
4. Menurut Mahmud Yunus, seperti yang dikutip Tafsir (1992:82), sifat-sifat guru antara lain kasih sayang kepada murid, bijak dalam memilih bahan pelajaran, melarang murid melakukan hal yang tidak baik, memberikan peringatan, memberikan nasihat, menghargai pelajaran lain yang bukan pegangannya, bijak dalam memilih bahan pelajaran yang sesuai dengan taraf kecerdasan anak didik, mementingkan berfikir dan berijtihad, jujur dalam keilmuan, dan adil.
Berdasarkan sifat-sifat tersebut, dapat disimpulkan bahwa sifat-sifat guru pada dasarnya berkaitan dengan sifat kognitif, afektif dan psikomotornya.Berkomunikasi dan bergaul secara efektif dapat diartikan sebagai cara guru untuk memahami watak atau sifat murid baik di lingkungan pendidikan maupun diluar lingkungan pendidikan.
Berkomunikasi efektif tidak hanya dengan peserta didik saja melainkan dengan sesama tenaga kependidikan dan masyarakat, selain untuk menjalin silaturahmi juga dapat bertukar fikiran, segala sesuatu yang berkaitan dengan pendidikan.
Bersosialisai dengan orang tua/wali juga diperlukan untuk mengetahui potensi dan bakat peserta didik.
B. Guru Sebagai Kedudukan Terhormat
Teori tentang guru sebagai profesi mulia dikembangkan oleh para penulis muslim klasik, seperti Al-Ghazali dan ibn Miskawaih. Mereka mengembangkan sebuah pandangan bahwa profesi guru memiliki dimensi teologi dan memiliki keistimewaan spiritual. Menurut mereka, guru merupakan profesi samawi (langit) yang datang sebagai anugrah (mauhibah) dari Tuhan kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya.
Pandangan para penulis muslim klasik tentang guru dikaitkan dengan sifat pengetahuan yang di emban oleh guru dan efek yang timbul dari profesi tersebut.
Sebagai acuan normatif, guru termasuk kedalam pernyataan Al-Qur’an sebagai sandaran pandangan, yaitu pernyataan bahwa orang-orang yang berilmu akan diangkat derajatnya. Dengan demikian, kedudukan istimewa mereka adalah anugerah, bukan diusahakan. Mereka sengaja diposisikan Allah sebagai kedudukan terhormat dan mendapat tempat dihati manusia. Ini adalah pernyataan Al-Ghazali yang berkaitan dengan profesi guru:
Makhluk yang paling mulia dimuka bumi adalah manusia. Komponen manusia yang paling mulia adalah kalbunya. Guru selalu menyempurnakan, menggunakan dan menyucikan kalbu, serta menuntunnya untuk dekat kepada Tuhan. Menjadi guru, bukan sekedar ibadah kepada Tuhan, tetapi merupakan bentuk pelaksanaan manusia sebagai khalifah Tuhan. Guru adalah khalifah-Nya. Hal ini dikarenakan kalbu seorang guru dibuka secara sengaja oleh Allah untuk menerima anugerah ilmu yang merupakan sifat-Nya yang sangat mulia dan istimewa.
Al-Ghazali menyebutkan bahwa pengetahuan memiliki dua dimensi, yaitu dimensi rabbani dan dimensi insani. Pengetahuan yang bersifat rabbani merupakan tingkatan tertinggi pengetahuan. Para pengemban pengetahuan ini memiliki tingkat ritual dan olah batin (riyadhah an-nafs) yang tinggi dan menghasilkan efek yang tinggi pula terhadap diri mereka. Dengan demikian, para pengemban pengetahuan adalah pemangku kesucian dan sakralitas yang tentunya memiliki keistimewaan (maziyyah) yang berefek pada keadaan dan kedudukan mereka.
Sebagai pemangku jabatan yang mulia, menurut Ghazali, guru harus memiliki tiga kompetisi dasar:
1. Kompetisi ruhaniyyah, yaitu kemampuan dasar menyangkut perilaku batin dan ketersambungan dengan Allah.
2. Kompetisi Akhlaqiyyah, yaitu kemampuan dasar menyangkut perilaku moral, seperti kejujuran, rendah hati, dan tidak tamak.
3. Kompetisi Ijtima’iyyah, yaitu kemampuan dasar menyangkut kepedulian terhadap orang-orang disekitarnya. Kompetisi ini terjelma dalam sifat penuh kasih sayang, bijak (hilm), dan sabar.
Dalam pemikiran pendidikannya, Al-Ghazali menekankan pentingnya unsur ikhlas dalam mengajar. Dalam fatihat al-ulum, ia mengemukakan, “manusia itu semuanya bakal binasa, kecuali orang alim, orang alim itu pun semuanya akan hancur, kecuali orang-orang yang mengamalkan ilmunya, orang yang mengamalkan ilmunya juga akan lenyap kecuali orang-orang yang ikhlas dalam beramal.”
Setelah membaca pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa ada tiga unsur pokok yaitu: yang pertama, untuk menjaga kelestarian umat harus ada guru, kedua, tidak ada artinya seorang guru apabila guru tersebut tidak mengajarkan ilmunya, yang ketiga adalah mengajar akan berarti apabila dilandasi dengan hati yang ikhlas. Kasih sayang dalam jiwa menurut pandangan Al-Ghazali adalah sesuatu yang menyangkut nilai atau jiwa islam. Jadi, ilmu apapun yang disampaikan oleh guru harus dilandasi dengan nilai islam. Oleh karena itu, nilai islam itulah yang harus dibentuk dan ditransfer oleh guru.
Al-Ghazali membagi keberadaan guru pada empat macam:
1. Guru yang sebagai penyimpan ilmu tanpa dimanfaatkannya;
2. Menyimpan dan memanfaatkannya dengan tidak meminta-minta;
3. Menyimpan dan memanfaatkan hanya untuk dirinya sendiri;
4. Dengan ilmu itu dipergunakan untuk menolong orang lain.
Menurut Al-Ghazali, kriteria keempatlah yang paling mulia sebab guru yang dapat memberi petunjuk dan dapat bermanfaat bagi orang lain ibarat matahari yang menyinari (benda-benda) lainnya.
Selanjutnya, Al-Ghazali menjelaskan bahwa pekerjaan seorang guru adalah pekerjaan yang paling mulia dan jabatan yang paling terhormat. Ia menempatkan para guru dalam barisan para Nabi karena menyampaikan dan menjelaskan kebenaran kepada manusia. Walaupun begitu, Al-Ghazali menekankan bahwa guru yang cerdas dan bermoral yang layak diberi amanat mengajar. Menurutnya, guru yang cerdas dan bermoral memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1. Kasih sayang dan simpatik; Al-Ghazali memberi nasihat kepada guru untuk berlaku sebagai seorang ayah terhadap anaknya. Bahkan, dia berpendapat bahwa hak seorang guru itu lebih besar daripada seorang ayah terhadap anaknya.
2. Tulus Ikhlas; Al-Ghazali berpendapat bahwa guru itu tidak layak menuntut honorarium sebagai jasa tugas mengajar dan tidak patut menunggu-nunggu pujian, ucapan terima kasih, atau balas jasa dari muridnya.
3. Jujur dan terpercaya; seorang guru harus menjadi seorang penunjuk terpercaya dan jujur terhadap muridnya. Sebagai penunjuk (penasihat) yang terpercaya, guru tudak boleh membiarkan muridnya memulai pelajaran yang tinggi sebelum menyelesaikan pelajaran sebelumnya. Ia selalu mengingatkan kepada muridnya bahwa tujuan akhir belajar ialah taqarrub kepada Allah, bukan bermegah diri mengejar pangkat dan kedudukan.
4. Lemah lembut dalam memberi nasihat; tida berlaku kasar terhadap murid dalam mendidik tingkah laku.
5. Berlapang dada; guru tidak boleh mencela ilmu-ilmu yang diluar kompetensinya.
6. Tidak pelit dengan pengetahuan 7. Mempunyai idealisme.
Berkenaan dengan guru sebagai simbol moralitas, Al-Ghazali membuat ungkapan yang sugesti dalam bentuk perumpamaan, “guru dengan murid bagaikan
bayang-bayang dengan kayu. Bagaimana bayang-bayang itu menjadi lurus, padahal kayu yang tersinari itu bengkok”. Adapun Ibn Maskawaih menyebutkan bahwa guru adalah penyebab utama eksistensi intelektual manusia karena pengajaran yang mereka berikan dan ilmu yang mereka kembangkan. Menurutnya tugas guru adalah (1) meluruskan dan memandu manusia dengan ilmu-ilmu rasional, (2) memandu manusia dengan keterampilan praktis sesuai dengan kemampuannya.
C. Guru Sebagai Profesi
Makna guru atau pendidik pada prinsipnya tidak hanya memiliki kualifikasi keguruan secara formal melainkan mereka harus memiliki kompetensi keilmuan tertentu dan dapat menjadikan orang lain pandai baik dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam ranah kognitif maksudanya adalah menjadikan peseta didik cerdas intelektualnya, sedangkan afektif berarti menjadikan siswa mempunyai sikap dan perilaku yang sopan. Dan secara psikomotorik mampu menjadikan siswa terampil dalam melaksanakan aktivitasnya secara efektif dan efisien.2
Kedudukan guru sebagai profesi bukan karena hasil dari cetakan sosial, melainkankan karena seorang guru mengandung seperangkat teori yang sistematis.
Selain itu seorang guru memiliki otoritas terhadap anak didiknya dan orang tua dari peserta didiknya. Dan yang terakhir adalah seorang guru memiliki klaim atas uang negara berupa gaji yang diterimanya.3
Profesi guru merupakan sebuah jabatan yang sangat mulia dan mengemban tugas dalam suatu pembelajaran. Tugas pokok tersebut mencakup secara keseluruhan dalam proses belajar-mengajar. Dan tugas pokok tersebut harus dilaksanakan secara profesional. Adapun tugas guru sebagai profesi adalah sebagai berikut:
2Thoifuri, Menjadi Guru Inisiator, hlm 3.
3Mahmud dan Ija Suntana, Antropologi Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012, hlm 177.
1. Membantu peserta didik untuk mengembangkan seluruh potensinya sehingga tumbuh dan berkembang dengan total dan sempurna.
2. Membantu anak belajar sehingga kemampuan intelektualnya tumbuh dengan menguasai berbagai ilmu keterampilan, pengalaman, nilai dan sikap.
3. Menyampaikan berbagai ilmu pengetahuan kepada peserta didik dengan menggunakan pendekatan dan metedologi yang penuh dengan kreativitas sehingga kreativitas peserta didik tumbuh dan berkembang.
4. Menanamkan berbagai nilai-nilai dalam diri pesrta didik sehingga melekat tumbuh menjadi satu dengan perilaku peserta didik setiap hari.
5. Membangun watak dan kepribadian peserta didik menjadi orang yang memiliki watak dan kepribadian tertentu yang diperlukan oleh masyarakat luas.
6. Mengajar peserta didik bagaimana berhubungan dengan orang lain.
7. Mengembangkan peserta didik menjadi orang yang berakhlak mulia.
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Tugas yang dimiliki oleh guru sebagai profesi, berarti mendidik dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan peserta didiknya. Selain itu ia mengajar untuk meneruskan, mengembangkan ilmu pengetahuan serta tekhnologi. Dan melatih untuk mengembangkan ketrampilan, keahlian yang dimiliki peserta didik itu dan mampu menerapkannya. Tugas guru sebagai profesi menuntut adanya profesional dan profesionalisasi. Yang dimaksud dengan profesional adalah keahlian yang dimiliki sseorang guru sebagai bukti akan kompetensi yang dimilikinya untuk melayani dan membuat orang lain lebih baik lagi.
Sedangkan profesionalisasi adalah usaha untuk selalu meningkatkan profesinya tanpa ada batasan waktu dan tempat.4 Tugas guru sebagai profesi meliputi:
4 Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm 7.
1. Mendidik, yang berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup.
2. Mengajar, maksudnya adalah meneruskan dan mengembangkan pengetahuan dan tekhnologi.
3. Melatih, maksudnya mengembangkan keterampilan-ketrampilan kepada siswa.5
Secara faktual, dikalangan masyarakat tradisional, guru memiliki tanggung jawab sosial yang lebih besar disbanding dengan para pemegang profesi lainnya.
Masyarakat memiliki harapan-harapan sosial terhadap peran guru. Di kalangan masyarakat tradisional, guru adalah referensi perilaku, referensi polotik, dan lain-lain.
Mereka sering terbebani dengan sejumlah tugas nonakademik dan tidak ada keterkaitan dengan profesi formal mereka. Masyarakat tidak menghiraukan apakah dia guru olahraga, guru fisika, lebih-lebih guru agama.6
D. Guru Sebagai Status Sosial
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Robinson (1981) menunjukkan bahwa di kalangan masyarakat industri, kedudukan guru tidak menempati urutan yang sangat istimewa, sedangkan di kalangan masyarakat agraris, kedudukan guru sangat terhormat dan masih menjadi profesi primadona. Bahkan, di kalangan masyarakat agraris pedesaan, guru menempati peringkat kedua setelah pejabat pemerintah. Selain sebagai pelaksana tugas pendidikan, guru pun terkadang dituntut bertanggung jawab dalam hal-hal yang terkait dengan pemerintahan.
Sementara itu, sistem stratifikasi agraris umumnya terdiri atas:
1. elite ekonomi-politik, yang terdiri atas penguasa dan keluarganya serta kelas tuan tanah;
5 Mahmud dan Ija Suntana, hlm 172.
6Mahmud dan Ija Suntana, hlm 181
2. kelas penyewa;
3. kelas pedagang;
4. kelas rohaniwan;
5. kelas petani;
6. kelas seniman;
7. kelas sampah masyarakat.
Empat kelas yang disebutkan pertama dianggap memiliki hak istimewa, tetapi kelompok yang memiliki hak istimewa terpenting tentu saja elite ekonomi-politik;
kelas penguasa dan pemerintah. Para petani, seniman, dan kelas terakhir merupakan kelas bawah, tetapi karena para petani merupakan kelas terbesar, ia juga merupakan kelas yang paling tereksploitasi.
Di kalangan masyarakat tradisional, guru terkadang digelari dengan sebutan- sebutan tertentu. Di antaranya Den Guru, Jang Guru, Mang Guru, bahkan Tuan Guru, dan panggilan-panggilan lainnya. Panggilan ini merupakan pengakuan sosial terhadap guru sebagai profesi yang istimewa walaupun tidak seistimewa sosio- ekonominya. Adapun di kalangan masyarakat industri, para guru tidak memiliki kedudukan istimewa secara sosial. Bahkan, secara status, mereka berada di bawah para pedagang. Penyebabnya, kemungkinan, guru dianggap sebagai sebuah profesi dan sumber mata pencaharian, seperti profesi lainnya.
Sebagai komponen sosial yang menempati kedudukan dan fungsi vital di masyarakat, guru harus memiliki kompetensi sosial. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Dalam Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang guru diuraikan bahwa kompetensi sosial merupakan kemampuan guu sebagai bagian dari masyarakat, yang sekurang-kurangnya memiliki kompetensi untuk:
1. berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat;
2. menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional;
3. bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik;
4. bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.
Sebagai makhluk sosial yang tidak bisa lepas dari kehidupan sosial masyarakat dan lingkungannya, seorang guru dituntut memiliki kompetensi sosial yang memadai, terutama dalam kaitannya dengan pendidikan, yang tidak terbatas pada pembelajaran di sekolah, tetapi juga pada pendidikan yang terjadi dan berlangsung di masyarakat.
Sebagai komponen sosial yang profesinya-sebagaimana dikatakan oleh Al- Ghazali di atas-istimewa dibanding dengan berbagai profesi lainnya, guru diyakini oleh masyarakat sebagai seseorang yang memiliki standar kualitas pribadi tertentu yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin. Berkaitan dengan tanggung jawab, guru mengetahui dan memahami nilai, norma moral, dan sosial, serta berusaha berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Guru juga harus bertanggung jawab terhadap segala tindakannya dalam pembelajaran di sekolah dan dalam kehidupan bermasyarakat. Berkenaan dengan wibawa, guru adalah orang yang memiliki kelebihan dalam merealisasikan nilai spiritual, emosional, moral, sosial, dan intelektual dalam pribadinya, serta memiliki kelebihan dalam pemahaman ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni sesuai dengan mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. Berkenaan dengan kemandirian, guru adalah seseorang yang mampu mengambil keputusan secara mandiri, terutama dalam hal yang berkaitan dengan wilayah akademis. Berkenaan dengan disiplin, guru diyakini oleh masyarakat sebagai orang yang mematuhi berbagai peraturan dan tata tertib secara konsisten.
Keyakinan masyarakat terhadap guru sebagai orang yang memiliki standar kualitas inilah yang mendorong mereka memosisikan guru sebagai petugas kemasyarakatan. Masyarakat menduga bahwa guru adalah orang yang memiliki kompetensi normatif kependidikan, yaitu bahwa selain memiliki bakat, kecerdasan, dan kecakapan, guru pun memiliki itikad baik. Selain sebagai pelaku sosial yang memiliki strata istimewa, secara faktual guru adalah agen perubahan sosial. Hal ini dinyatakan secara terbuka oleh UNESCO bahwa guru adalah agen perubahan yang mampu mendorong pemahaman dan toleransi, dan tidak sekadar mencerdaskan peserta didik tetapi mengembangkan kepribadian yang utuh, berakhlak, dan berkarakter.
E. Peranan dan Kedudukan Guru
Kedudukan (status) merupakan salah satu unsur baku dalam sistem lapisan dan mempunyai arti penting bagi sistem sosial. Sistem sosial adalah pola-pola yang mengatur hubungan timbal balik antara individu dengan masyarakatnya, dan tingkah laku individu-individu tersebut. Dalam hubungan timbal balik tersebut, kedudukan dan peranan individu mempunyai arti penting karena kelanggengan masyarakat bergantung pada keseimbangan kepentingan individu tersebut.
Kadang-kadang, dibedakan antara pengertian kedudukan (status) dengan kedudukan sosial (sosial status). Kedudukan diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Kedudukan sosial artinya tempat seseorang secara umum di dalam masyarakat sehubungan dengan orang-orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestisenya, dan hak serta kewajiban-kewajiban. Untuk lebih memudahkan pengertiannya, kedua istilah tersebut akan dipergunakan dalam arti yang sama dan digambarkan dengan istilah “kedudukan"(status) saja.
Secara abstrak, kedudukan berarti tempat seseorang dalam pola tertentu. Seseorang dikatakan mempunyai kedudukan karena ia ikut serta dalam berbagai pola kehidupan.
Pengertian tersebut menunjukkan tempatnya sehubungan dengan kerangka masyarakat secara menyeluruh. Apabila dipisahkan dari individu yang memilikinya, kedudukan hanya merupakan kumpulan hak dan kewajiban karena hak dan kewajiban tersebut hanya dapat terlaksana melalui perantaraan individu, sehingga agak sukar untuk memisahkannya secara tegas dan kaku. Hubungan antara individu dengan kedudukan dapat diibaratkan sebagai hubungan pengemudi mobil dengan tempat atau kedudukan si pengemudi dengan mesin mobil tersebut. Tempat mengemudi dengan segala alat untuk menjalankan mobil merupakan alat-alat tetap yang penting untuk menjalankan serta mengendalikan mobil. Pengemudinya dapat diganti dengan orang lain, yang mungkin dapat menjalankannya secara lebih baik, atau lebih buruk.
Para sosiolog mengembangkan dua macam kedudukan, yaitu sebagai berikut:
1. Ascribed Status, yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memerhatikan perbedaan rohaniah dan kemampuan. Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran, misalnya kedudukan anak seorang bangsawan adalah bangsawan pula.Pada umumnya, ascribed- status dijumpai pada masyarakat dengan sistem lapisan yang tertutup, misalnya masyarakat feodal, atau masyarakat yang sistem lapisan sosialnya bergantung pada perbedaan rasial. Sekalipun demikian, ascribed-status dijumpai pada masyarakat-masyarakat dengan sistem lapisan yang tertutup. Pada sistem lapisan terbuka mungkin juga ada.
Misalnya, kedudukan laki-laki dalam satu keluarga, kedudukannya berbeda dengan kedudukan istri dan anak-anaknya. Ascribed-status, walaupun tidak diperoleh atas dasar kelahiran, pada umumnya menempatkan sang ayah atau suami sebagai kepala keluarga batihnya.
Untuk menjadi kepala keluarga batih, laki-laki tidak perlu mempunyai darah bangsawan atau menjadi warga kasta tertentu. Emansipasi wanita akhir-akhir ini banyak sekali menghasilkan persamaan dalam
bidang pekerjaan dan politik. Akan tetapi, kedudukan seorang ibu dalam masyarakat secara relatif tetap berada di bawah kedudukan seorang ayah sebagai kepala rumah tangga.
2. Achieved Status adalah kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja. Kedudukan ini tidak diperoleh atas dasar kelahiran. Akan tetapi, bersifat terbuka bagi siapa saja, bergantung pada kemampuan seseorang dalam mengejar serta mencapai tujuan-tujuannya. Misalnya, setiap orang dapat menjadi hakim selama ia memenuhi persyaratan tertentu. Terserah kepada yang bersangkutan apakah dia mampu menjalani syarat-syarat tersebut. Apabila tidak, tak mungkin kedudukan sebagai hakim tersebut akan tercapai. Demikian pula, setiap orang dapat menjadi guru dengan memenuhi persyaratan tertentu, yang semuanya bergantung pada usaha-usaha dan kemampuan yang bersangkutan untuk menjalaninya.
Terkadang, para sosiolog menyebut satu macam lagi kedudukan, yaitu assigned status yang merupakan kedudukan yang diberikan. Assigned-status sering mempunyai hubungan yang erat dengan achieved-status. Artinya, suatu kelompok atau golongan memberikan kedudukan yang lebih tinggi kepada seseorang yang berjasa, yang telah memperjuangkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Akan tetapi, kadang-kadang, kedudukan tersebut diberikan karena seseorang telah lama menduduki suatu kepangkatan tertentu, misalnya seorang pegawai negeri seharusnya naik pangkat secara reguler, setelah menduduki kepangkatannya yang lama, selama jangka waktu tertentu.
Dalam lingkungannya (masyarakat umum dan sekolah), guru merupakan teladan yang patut dicontoh dalam kehidupan mereka sehari-hari. Hal ini menuntut kemampuan guru sosial dengan masyakat, sebagai upaya mewujudkan proses
pembelajaran yang efektif dan akan mempengaruhi hubungan sekolah dengan masyarkat lebih baik lagi. Namun, tidak sedikit stigma negatif dan bahkan positif citra guru, baik sebagai opini maupun berita yang muncul di media massa. Dalam kondisi seperti ini dibutuhkan sikap adil, baik dari guru maupun masyarakat secara umum, yang menunjukkan identitas dan karakter guru sebagai profesional dan anggota masyarakat yang edukatif.
Kompetensi sosial guru tidak bisa dijangkau secara umum, tapi lebih spesifik dan tergantung kelompok sosial yang ada di masyarakat. Kompetensi sosial terintegrasi dalam profesi guru. Guru profesional secara otomatis akan mampu mengembangkan kompetensi sosialnya. Salah satu indikator kompetensi sosial guru adalah kemampuan guru dalam menentukan posisi dan landasan di masyarakat, baik dengan ketokohannya, dan hubungannya dengan setiap tingkat strata sosial yang ada di masyarakat serta produktivitasnya sebagai masyarakat intelektual. Untuk meningkatkan profesionalitas dan mengembangkan kompetensi guru sosial, perlu dipertimbangkan tugas guru untuk berperan lebih aktif dan produktif dalam lingkungan masyarakatnya. Waktu untuk menjalankan kewajiban guru sebagai profesional tidak dihabiskan dengan tatap muka bersama peserta didik di ruang kelas, melainkan dengan memperkuat kedudukan dan di masyarakat.
Para pakar pendidikan di Barat telah melakukan penelitian tentang peran guru yang harus dilakoni. Peran guru yang beragam telah diidentifikasi dan dikaji oleh Pullias dan Young (1988), Manan (1990) serta Yelon dan Weinstein (1997). Adapun peran-peran tersebut adalah sebagai berikut:
1. Guru Sebagai Pendidik, Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya.
Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin. Peran guru sebagai pendidik (nurturer) berkaitan dengan meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh pengalamanpengalaman lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari orang tua, dan orang dewasa yang lain, moralitas tanggungjawab kemasyarakatan, pengetahuan dan keterampilan dasar, persiapan. Untuk perkawinan dan hidup berkeluarga, pemilihan jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal dan spiritual. Oleh karena itu tugas guru dapat disebut pendidik dan pemeliharaan anak. Guru sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkat laku anak tidak menyimpang dengan norma-norma yang ada.
2. Guru Sebagai Pengajar, Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai factor, seperti motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika factor-faktor di atas dipenuhi, maka melalui pembelajaran peserta didik dapat belajar dengan baik. Guru harus berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik dan terampil dalam memecahkan masalah. Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam pembelajaran, yaitu: Membuat ilustrasi, Mendefinisikan, Menganalisis, Mensintesis, Bertanya, Merespon, Mendengarkan, Menciptakan kepercayaan, Memberikan pandangan yang bervariasi, Menyediakan media untuk mengkaji materi standar, Menyesuaikan metode pembelajaran, Memberikan nada perasaan. Agar pembelajaran memiliki kekuatan yang maksimal, guru-guru harus senantiasa berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan semangat yang telah dimilikinya ketika mempelajari materi standar.
3. Guru Sebagai Pembimbing, Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu.
Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks.
Sesuai dengan kedudukan, fungsi dan peran guru dan dosen yang tertera pada undang-undang nomor 14 tahun 2005 guru dan dosen berkedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan, yang diatur undang–undang. Dimana guru mempunyai peran dalam pendidikan dasar. Sedangkan kedudukan dosen sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan tinggi yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Kedudukan dosen disini sebagai pencetak pada perguruan tinggi bagi mahasiswa. Dimana Kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1). Peran dan fungsi guru dan dosen, guru memiliki fungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, bagi siswa sekolah dasar, menengah pertama dan sekolah menengah atas. Dosen memiliki fungsi untuk meningkatkan martabat dan peran dosen sebagai agen pembelajaran, pengembang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta pengabdi kepada masyarakat. Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Guru dan dosen memiliki peran dan fungsi sebagaimana dijelaskan diatas, sebagai kewajiban pada Negara.
Sebagai pelajar khususnya kita sebagai mahasiswa juga memiliki kewajiban dan hak dalam mendapatkan pendidikan sebagaimana fungsi guru dan dosen sebagaimana dijelaskan di atas. Sebagai mahasiswa khususnya dan pelajar pada umumnya sudah pasti kita memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan setinggi- tingginya dan juga memilki kewajiban untuk mengikuti dengan baik dan akhirnya
mendapatkan yang terbaik dan tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dapat terwujud.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Guru merupakan seorang pendidik profesional dengan tugas utama untuk mendidik, mengarahkan, dan melatih serta menilai dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal. Di dalam UU No. 20 Tahun 2003 istilah guru dimasukkan dalam jenis pendidik. Padahal guru dan pendidik merupakan dua hal yang berbeda. Kata pendidik (Bahasa Indonesia) merupakan padanan kata educator.
Dalam kamus Webster kata educator berarti pendidik, spesialis di bidang pendidikan atau ahli pendidikan. Kata guru (Bahasa Indonesia) merupakan padanan kata teacher yang berarti guru adalah seseorang yang mengajar, khususnya di sekolah.
Secara etimologi, profesi berasal dari kata profession yang memiliki arti pekerjaan. Dalam KBBI, mengartiakn bahwa profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian seperti ketrampilan, kejuruan dan lain sebagainya. Sedangkan secara isrilah, profesi dapat diartikan sebagai suatu bidang pekerjaan yang didasari akan keahlian tertentu. Akan tetapi tidak semua orang yang memiliki kapasitas dan kahlian tertentu saja akan tetapi ada syarat yang mengharuskan bahwa orang yang memiliki keahlian tersebut akan mengabdikan dirinya pada jabatannya itu. Sudarman Damin mengungkapkan pendapatnya berdasarkan pendapat dari Howard M. Vollmer dan Donald L. Mills, bahwa profesi adalah suatu profesi yang menuntut kemampuan intelektual khusus yang diperoleh dari kegiatan belajar dan pelatihan yang bertujuan untuk menguasai ketrampilan dan keahlian kepada orang lain.
Guru diibaratkan seperti ibu kedua yang mengajarkan berbagai macam hal yang baru dan sebagai fasilitator anak supaya dapat belajar dan mengembangkan potensi dasar dan kemampuannya secara optimal. guru adalah seorang administrator, informator, konduktor dan sebagainya, dan harus berkelakuan menurut harapan
masyarakatnya, Dari guru, sebagai pendidik dan pembangun generasi baru diharapkan tingkah laku yang bermoral tinggi demi masa depan negara dan bangsa. Menurut Al-Ghazali ada tiga kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru yaitu kompetensi ruhaniyyah, kompetensi akhlaqiyyah dan kompetensi ijtima’iyyah.
Kedudukan guru bukan karena hasil dari cetakan sosial, melainkankan karena seorang guru mengandung seperangkat teori yang sistematis. Selain itu seorang guru memiliki otoritas terhadap anak didiknya dan orang tua dari peserta didiknya. Profesi guru merupakan sebuah jabatan yang sangat mulia dan mengemban tugas dalam suatu pembelajaran. Tugas pokok tersebut mencakup secara keseluruhan dalam proses belajar-mengajar. Dan tugas pokok tersebut harus dilaksanakan secara profesional.
B. Saran
Guru memiliki kedudukan yang terhormat karena guru merupakan pahlawan tanpa tanda jasa yang patut untuk dihormati, oleh karena itu sebagai seorang guru harus selalu menjaga sikap dan kepribadiaannya dengan baik agar menjadi contoh bagi anak didik dan masyarakat. Sumber daya manusia harus lebih ditingkatkan agar generasi baru yang nantinya akan menjadi seorang guru (calon guru) menjadi guru yang lebih professional dan berkualitas.
Guru juga harus mengurangi kebiasaan buruk yang sering dilakukan antara lain: sering meninggalkan kelas disaat jam pelajaran, tidak menghargai siswa, pilih kasih terhadap siswa, kurang persiapan dalam pembelajaran, tidak disiplin, kurang memperhatikan siswa, dan matrealistis. Untuk itu mari kita tingkatkan mutu pendidikan nasional dengan memprioritaskan guru yang benar-benar professional dan berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Rahadian, Dian. "Peran dan kedudukan guru dalam masyarakat." Jurnal petik 1.1 (2015):
26-37.
Mahmud, H., and Ija Suntana. "Antropologi Pendidikan." CV Pustaka Setia, Bandung (2012).
Pengertian Guru: Definisi, Tugas, dan Peran Guru dalam Pendidikan, https://smamyserang.sch.id/baca/pengertian-guru-definisi-tugas-dan-peran-guru-dalam- pendidikan.
Thoifuri, Menjadi Guru Inisiator, Media Campus Publishing, Semarang, 2013.
Hadi, Anas Mustofa. "Konsep Kedudukan, Fungsi Dan Tujuan Guru Dalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen (Analisis Konsep Pada Pasal 2, 4 dan 6 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen)." (2009).