KERUKUNAN UMAT BERAGAMA
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas terstruktur
Mata Kuliah : Agama
Dosen Pengampu : Anwar Musadad, M.Pd.I
Disusun Oleh : Shiva Putri Elvitriana
NIM : 22CJ30001
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA AL GHAZALI
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang senantiasa kita nanti-nantikan syafaatnya du dunia dan akhirat.
Pembuatan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Agama, dengan adanya makalah ini kami berharap dapat memberikan manfaat dan edukasi kepada kita semua. Tidak lupa kami ucapakan terima kasih kepada bapak Anwar Musadad, M.Pd.I. yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menyusun makalah ini.
Namun tidak dipungkiri dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh sebab itu, kami mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya kami mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari para pembaca. Sehingga dikemudian hari kami dapat memperbaiki menjadi lebih baik lagi
Cilacap, 23 September 2022
Penulis https://repository.bsi.ac.id/index.php/unduh/item/301436/File_9-BAB-I- Pendahuluan.pdf
https://www.academia.edu/31813872/SUHU
http://mirza.staff.ugm.ac.id/termo/TERMODINAMIKA.pdf
http://dewipurnawati1.weebly.com/uploads/7/3/1/6/7316436/bab_9_suhu_
dan_pemuaian.pdf
https://www.academia.edu/37813974/makalah_perubahan_wujud_zat_doc x
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...ii
DAFTAR ISI...iii
BAB I...5
PENDAHULUAN...5
A. LATAR BELAKANG...5
B. RUMUSAN MASALAH...5
C. TUJUAN PEMBAHASAN...6
BAB II...7
PEMBAHASAN...7
A. KERUKUNAN UMAT BERAGAMA...7
1. Pengertian Kerukunan Umat Beragama...7
2. Dasar Etika Kerukunan Umat Beragama...8
B. KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA...9
1. Pengertian Kerukunan Antar Umat Beragama...9
2. Prinsip Pedoman Semua Pemeluk Agama...10
3. Hubungan Kerukunan dan Toleransi Antar Umat Beragama...11
C. KERUKUNAN INTERN UMAT BERAGAMA...12
1. Pengertian Kerukunan Intern Umat Beragama...12
2. Dinamika Hubungan Internumat Islam...12
D. KERUKUNAN BERAGAMA DENGAN PEMERINTAH...13
1. Kerukunan dan Toleransi Antar Umat Beragama dalam Perundang- Undangan Indonesia...13
2. Wadah Musyawarah Antar Umat Beragama...15
3. Hubungan Kerukunan Umat Beragama dengan Pemerintah...16
E. MASALAH JIHAD DALAM ISLAM...17
1. Makna Jihad...17
2. Jihad Dalam Islam...17
3. Jihad Tidak Sama Dengan Terorisme...18
BAB III...20
PENUTUP...20
A. KESIMPULAN...20 B. SARAN...21 DAFTAR PUSTAKA...22
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
Indonesia adalah negara hukum yang memberikan pada warga negara untuk mmeilih agamanya masing-masing. Namun, kerukunan umat beragama yang ada di Indonesia masih seringkali menimbulkan permasalahan. Kasus-kasus yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama ini juga masih belum bisa diusut secara tuntas. Hal ini mengakibatkakan bahwa pemahaman tentang kerukunan umat beragama perlu diperhatikan kembali. Ketidak rukunan antar agama menimbulkan adanya saling permusuhan, saling menjunjung tinggi bahwa agamanya paling baik, saling merasa tidak adil satu sama lain.
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk yang terdiri dari beragam agama dan memiliki identitasnya masing-masing.
Kemajemukan itu juga tidak hanya pada agama, tapi juga suku, ras, budaya, dan bahasa. Namun, kemajemukan itu berpotensi menimbulkan konflik.
Oleh karena itu, untuk mewujudkan kerukunan hidup antar umat beragama harus menciptakan satu kesatuan yang mengikat suatu kelompok sosial yang berbeda agama untuk mengindari konflik yang suatu saat nanti terjadi.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Kerukunan Umat Beragama?
2. Apa pengertian Kerukunan Intern Umat Beragama?
3. Apa pengertian Kerukunan Antar Umat Beragama?
4. Bagaimana Kerukunan Beragama dengan Pemerintah?
5. Bagaimana Masalah Jihad dalam Islam?
C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk mengetahui Kerukunan Umat Beragama 2. Untuk mengetahui Kerukunan Intern Umat Beragama 3. Untuk mengetahui Kerukunan Antar Umat Beragama
4. Untuk mengetahui bagaimana Kerukunan Beragama dengan Pemerintah
5. Untuk mengetahui bagaimana Masalah Jihad dalam Islam
BAB II PEMBAHASAN
A. KERUKUNAN UMAT BERAGAMA 1. Pengertian Kerukunan Umat Beragama
Kata kerukunan terambil dari akar kata rukun yang berarti baik, damai, tidak bertengkar, dan Bersatu hati serta bersepakat. Adapun kerukunan berarti kehidupan dan rasa yang terjalin dengan damai, baik, tidak bertengkar, dan bersatu hati. Kata agama biasa juga disebut dengan din yang berasal dari bahasa Arab atau disebut dengan juga religi yang berasal dari bahasa Eropa. Kata agama berasal dari bahasa dari bahasa Sanskrit. Suatu pendapat mengatakan bahwa kata agama tersusun dari dua kata, yaitu a ( tidak ) dan gam ( pergi ). Jadi, agama adalah tidak pergi, tetap di tempat, diwarisi turun temurun. Ada lagi pendapat yang mengatakan bahwa agama itu berarti teks atau kitab suci. Adapun kata din dalam bahasa Semit berarti undang-undang atau hukum. Dalam bahasa Arab kata ini mnegandung arti menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan, kebiasaan. Agama memang membawa peraturan-peraturan yang merupakan hukum, yang harus dipatuhi orang. Agama selanjutnya memang menguasai diri seseorang dan mmebuat dia tunduk dan oatuh kepada Tuhan dengan menjalankan ajaran-ajaran agama. Adapun kata religi yang berasal dari bahasa latin, berasal dari kata relegere yang artinya mengumpulkan, membaca.
Intisari yang terkandung dalam istilah-istilah di atas adalah ikatan.
Agama mengandung arrti ikatan-ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia.
Maka, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kerukunan umat beragama adalah kehidupan dan rasa dengan damai, baik, tidak bertengkar, dan bersatu hati yang terjalin antar umat beragama.1
2. Dasar Etika Kerukunan Umat Beragama 1) Dasar Hukum
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 28 E, Pasal 281 ayat (1) pasal 28J dan pasal 29.
b. Undang-Undang Nomor I/Pn-Ps/1965 Tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama yo. Undang- undang Nomor 5 Tahun 1969 Tentang Pernyataan Berbagai Penetapan Presiden dan Peraturan Presidensebagai undangundang,
c. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
d. Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No. 9 & 8 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah Wakil Kepala Daerah dalam. Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama dan Pendirian Rumah lbadat.
e. Intruksi Menteri. Agama Nomor 8 Tahun 1979 Tentang Pembinaan, Bimbingan dan Pengawasan terhadap Organisasi dan Aliran dalam Islam. Yang Bertentangan Dengan ajaran Islam.
2) Pertimbangan Filosofis
Kemajemukan atau pluralitas merupakan corak sosiologis masyarakat Indonesia dan perbedaan adalah merupakan realitas kehidupan masyarakat, yang mempunyai nilai-nilai agama dan moral yang berbeda. Untuk itu diperlukan etika kerukunan umat beragama yang
1 Muhammad Fakhri’Wawasan Kerukunan Beragama di Indonesia’,Jurnal Media Ilmiah Komunikasi Umat Beragama, Vol. 1 No. 2 ( Juli – Desember, 2009 ), hal 138 - 139
bisa menjembatani jarak antara nilai-bilai moral yang bersumber dari nilai-nilai keagamaan dengan tindakan sosial aktual di masyarakat.
3) Nilai-Nilai Ajaran Keagamaan
Dalam setiap agama selalu mengajarkan pentingnya berkehidupan bersama dalam masyarakat baik dalam lingkungan sesama agama maupun dengan umat beragama lain. Ajaran tentang kesalehan sosial ini meskipun secara redaksional berbeda dalam setiap agama, tetapi memuat pengertian substansi yang sama yakni selalu mnenganjurkan untuk berbuat baik kepadaorang lain tanpa membedakan latar belakang keagamaannya. 2
D. KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA 1. Pengertian Kerukunan Antar Umat Beragama
Sebagaimana telah dikemukakan oleh Maftuh Basuni dari Journal of Government and Civil Society dengan judul Kerukunan dan Toleransi Umat Beragama dalam Membangun Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia , bahwa kerukunan antar umat beragama merupakan pilar kerukunan nasional adalah sesuatu yang dinamis, karena itu haus dipelihara terus dari waktu ke waktu. Kerukunan hidup antar umat beragama sendiri berarti keadaan hubungan sesama umat beragama yang dilandasi toleransi, saling pengertian, menghargai kesetaraan dalam pengmalan ajaran agmanya dan kerja sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kerukunan dan Toleransi Antar Umat Beragama dalam Membangun 25 Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Dengan demikian, bahwa kerukunan antar umat beragama itu sendiri juga bisa diartikan dengan toleransi antar umat beragama. Dalam toleransiitu sendiri pada dasarnya masyarakat harus bersikap lapang dada dan menerima
2 Solihin Nasrudin, ‘Analisis Etika Kerukunan Umat Beragama’, Jurnal Lentera Kajian Keyakinan, Keilmuan dan Teknologi, Vol. 14 No. 2, (September, 2016), Hal. 293
perbedaan antar umat beragama. Selain itu masyarakat juga harus saling menghormati satu sama lainnya misalnya dalam hal beribadah, antar pemeluk agama yang satu dengan lainnya tidak saling mengganggu.
2. Prinsip Pedoman Semua Pemeluk Agama
Pentingnya dalam membangun toleransi dan kerukunan antar umat beragama, ada lima prinsip yang bisa dijadikan pedoman semua pemeluk agama dalam kehidupan sehari-hari:
a. Tidak satu pun agama yang mengajarkan penganutnya untuk menjadi jahat;
b. Adanya persamaan yang dimiliki agama-agama, misalnya ajaran tentang berbuat baik kepada sesama;
c. Adanya perbedaan mendasar ajaran tentang yang diajaran agama-agama. Di antaranya, perbedaan kitab suci, nabi, dan tata cara ibadah;
d. Adanya bukti kebenaran agama;
e. Tidak boleh memaksa seseorang menganut suatu agama atau suatu kepercayaan
Dari landasan lima prinsip ini, hal yang harus lebih ditunjukkan oleh semua umat beragama adalah untuk melihat persamaan-persmaan dalam agama yang diyakini seperti dalam hal perdamaian, kemanusiaan, membantu program pemerintah dalam mencerdaskan anak bangsa, atau membantu program pemerintah agar rakyat mendukung dan mengawasi program pemerintah dalam memberantas kasus-kasus koupsi di Indonesia.Point-point inilah yang sudah dilakukan oleh tokoh- tokoh lintas agama pada Era Reformasi saat ini3
3 Nazmudin, ‘Kerukunan dan Toleransi Antar Umat Beragama dalam Membangun Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI )’, Jurnal of Government and Civil Society, Vol. 1 No. 1, ( April, 2017 ), Hal 24-25
3. Hubungan Kerukunan dan Toleransi Antar Umat Beragama
Dalam konteks kepentingan negara dan bangsa, kerukunan umat beragama merupakan bagian penting dari kerukunan nasional.
Kerukunan umat beragama adalah keadaan hubungan sesama umat beragama yang dilandasi toleransi, saling pengertian, saling menghormati, menghargai kesetaraan dalam pengalaman ajaran agamanya dan kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Seperti yang dikatakan Mukti Ali dari Jurnal of Government abd Cicil Society engan judul Kerukunan dan Toleransi Antar Umat Beragama, kerukunan hidup antarumat beragama merupakan prakondisi yang harus diciptakan bagipembangunan di Indonesia.
Dalam rangka pembinaan dan pemeliharaan kerukunan hidup umat beragama, sejak beberapa tahun yang lalu Departemen Agama mengembangkan pendekatan tiga kerukunan (Trilogi Kerukunan) yaitu : Kerukunan Intern Umat Beragama, Kerukunan Antarumat Beragama dan Kerukunan Antarumat Beragama dengan Pemerintah.
Pembinaan kerukunan hidup beragama adalah upaya yang dilakukan secara sadar, berencana, terarah, teratur dan bertanggung jawab untuk meningkatkan kerukunan hidup beragama, dengan cara menanamkan pengertian akan nilai dan kehidupan bermasyarakat yang mampu mendukung kerukunan hidup beragama, mengusahakan lingkungan dan keadaan yang mampu menunjang sikap dan tingkah laku yang mengarah kepada kerukunan hidup beragama, dan menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan tingkah laku yang mewujudkan kerukunan hidup beragama.4
4 Nazmudin, ‘Kerukunan dan Toleransi Antar Umat Beragama dalam Membangun Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI )’, Jurnal of Government and Civil Society, Vol. 1 No. 1,
E. KERUKUNAN INTERN UMAT BERAGAMA 1. Pengertian Kerukunan Intern Umat Beragama
Kerukunan intern umat beragama adalah kerukunan atau kedamaian yang terjadi di antara pemeluk agama yang sama.
Dalam hal ini walaupun berasal dari agama yang sama akan tetap ada sebuah perbedaan yang bisa saja memicu adanya konflik.
Perbedaan mazhab, ormas, atau ragam hal lainnya yang menimbulkan masalah-masalah pemeluk agama yang sama.
Namun, konflik yang bisa saja terjadi dapat ditekan dengan adanya tindakan pencegahan dan memahami faktor internal dan eksternal apa saja pemicu konflik yang menyerang sesame agama.
2. Dinamika Hubungan Internumat Islam
Dinamika inten umat Islam juga terkait dengan ormas-ormas keagamaan yang memiliki perbedaan pemahaman keagamaan di masyarakat, seperti ormas Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah.
Hubungan kedua ormas ini secara organisatoris tidak ada persoalan.
Namun, dalam dataran massa, perbedaan-perbedaan pandangan keagamaan menjadi penyekat hubungan antar anggota/simpatisan ormas. Munculnya istilah “kelompok tua” dan “kelompok muda”, menunjukkan adanya batas budaya antara kelompok yang memegang tradisi dengan kelompok yang berpandangan purifikasi. Perbedaan pandangan ini tidak sampai menimbulkan konflik terbuka antar kelompok, sehingga dapat terjaga kerukunan intern umat Islam. Hal ini peran para tokoh agama yang mendorong toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan pandangan keagamaan.5
( April, 2017 ), Hal. 26-28
5 Joko Tri Haryanto, ‘Dinamika Kerukunan Intern Umat Islam Dalam Relasi Etnisitas dan Agama di Kalteng’, Jurnal Analisa, Vol. 20 No. 01, ( Juni, 2013 ), Hal. 18
F. KERUKUNAN BERAGAMA DENGAN PEMERINTAH
1. Kerukunan dan Toleransi Antar Umat Beragama dalam Perundang- Undangan Indonesia
Di Indonesia pada Era Reformasi saat ini ada enamagama yang diakui oleh Pemerintah. Perbandingan pemeluk keenam agama tersebut, Islam 87,01 %, Kristen Protestan 6,96%, Khatolik 2,91%, Hindu 1,69%, Budha 0,72 %, Konghuchu 0,05 %, Aliran lainnya 0,13 %, dan tidak terdeteksi 0,4 %.6
Di Indonesia pada Era Reformasi berdasarkan Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 dan 9 Tahun 2006 dibentuk Forum Kerukunan Umat Beragama ( FKUB ). FKUB adalah forum yang dibentuk oleh masyarakat dan fasilitas oleh Pemerintah dalam rangka membangun, memelihara dan memberdayakan umat beragama untuk kerukunan dan kesejahteraan.
FKUB adalah wadah yang merupakan tempat dimsuyawarahkannya berbagai masalah keagamaan local dan dicarikan jalan keluarnya.
FKUB ini akan bertugas melakukan dialog dengan pemuka agama dan masyarakat, menampung dan menyalurkan aspirasi ormas keagamaan dan masyarakat dan melakukan sosialisasi peraturan perundang- undangan dan kebijakan di bidang keagamaan yang berakitan dengan kerukunan umat beragama dan pemberdayakan masyarakat.7
1) Perundang-Undangan Kerukunan dan Toleransi Antar Umat Beragama
a. Pancasila
Dasar kerukunan hidup antar umat beragama dapat dilihat dalam Pedoman Penghayatan danPengalaman
6 Nazmudin, ‘Kerukunan dan Toleransi Antar Umat Beragama dalam Membangun Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesi ( NKRI )’, Journal of Government and Civil Society, Vol. 1 No.1, ( April, 2017 ), Hal. 31
7 Nazmudin, ‘Kerukunan dan Toleransi Antar Umat Beragama dalam Membangun Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesi ( NKRI )’, Journal of Government and Civil Society, Vol. 1 No.1, ( April, 2017 ), Hal 28-29
Pancasila sebagai tertuang dalam Tap MPR No.II/
MPR/1978 (MUI, 1988 : 33). Selanjutnya dapat dilihat pula dalam butir-butir pengalaman sila pertama Pancasila.
b. Undang-Undang Dasar 1945 Kerukunan dan Toleransi antar umat beragama terdapat dalam pasal 29 ayat 1 dan 2, UUD 1945.
c. Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) Kerukunan dan toleransi antar umat beragama dalam GBHN disebutkan dalam Tap MPR No.II/MPR/1988, Bab IV huruf D, angka 1 ayat b dan ayat f.
d. Undang-Undang dan Peraturan lain Perundang-undangan yang berkaitan dengan kerukunan antar umat beragama adalah:UU No. 1/PNPS/1965 tanggal 15 Januari 1965, tentang Pencegahan Penyalahgunaan atau Penodaan Agama.
a) Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No. 01/BER/ mdn-mag/1969 tentang Pelaksanaan Tugas Aparatur Pemerintahan Dalam Menjamin Ketertiban dan Kelancaran Pelaksanaan Pengembangan dan Ibadat Agama oleh Pemeluk-pemeluknya.
b) Instruksi Menteri Agama No. 4 Tahun 1978 tentang Kebijakan mengenai Aliran Kepercayaan.
c) Instruksi Menteri Agama No. 14 Tahun 1978 tentang Tindak Lanjut
d) Keputusan Menteri Agama No. 70 Tahun Tahun 1978 tentang Pedoman Penyiar Agama.
e) Keputusan Menteri Agama No. 77 Tahun 1978 tentang Bantuan Luar Negeri Kepada Lembaga-Lembaga Keagamaan di Indonesia (MUI, 1978 : 10).
f) Keputusan Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 1979 Tentang Tata Cara Penyiar Agama dan Bantuan Luar Negeri.
g) Instruksi Menteri Agama No. 8 Tahun 1979 tentang Pembinaan, Bimbingan dan Pengawasan terhadap Organisasi dan Aliran Dalam Islam yang bertentangan dengan Ajaran Islam.
h) Surat Edaran Menteri Agama No. MA/432/1981 tentang Penyelenggaraan Peringatan Hari-Hari Besar Keagamaan.
i) Khusus di Jawa Barat ada Instruksi Gubernur No. 28 Tahun 1990 tentang Petunjuk Prlaksanaan Percepatan Target Tahun Kedua Pelita V pada Bab III, Petunjuk Khusus angka 11.8
2. Wadah Musyawarah Antar Umat Beragama
a. Islam : Majlis Ulama Indonesia ( MU ) b. Protestan : Dewan Gereja Indonesia ( DGI )
c. Katolik : Majlis Agung Wali Gereja Indonesia ( MAWI )
d. Hindu : Parisada Hindu Dharma ( WALUBI ) e. Konghucu : Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia ( MATAKIN)9
3. Hubungan Kerukunan Umat Beragama dengan Pemerintah
Banyak upaya yang sudah dilakukan pemerintah untuk menjaga kerukunan beragama di Indonesia dengan kemajemukan
8 Nazmudin, ‘Kerukunan dan Toleransi Antar Umat Beragama dalam Membangun Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesi ( NKRI )’, Journal of Government and Civil Society, Vol. 1 No.1, ( April, 2017 ), Hal 35-36
9 Nazmudin, ‘Kerukunan dan Toleransi Antar Umat Beragama dalam Membangun Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesi ( NKRI )’, Journal of Government and Civil Society, Vol. 1 No.1, ( April, 2017 ), Hal 32-33
penduduk yang dimiliki. Bukan hanya dari agama, tetapi juga dari aspek lainnya.
Pelaksanaan urusan pemerintahan umum menjaga kerukunan hidup beragama, perbedaan dan keberagaman yang berpotensi pada konflik tidak bisa lagi ditangani secara represif tetapi harus dengan cara-cara yang lebih moderat, dan yang bisa diterima atas dasar ukuran nilai-nilai kemanusiaan. Namun demikian, negara sebagai superbody tetap menanamkan bahwa kelompok-kelompok dalam masyarakat adalah kelompok kecil yang bernaung di bawah kelompok besar dengan identitas nasional bernama bangsa Indonesia. Perlu disadari, persatuan dan kerukunan akan senantiasa terjaga bilamana pemerintah dan masyarakat berkomitmen penuh terhadap identitas nasional sebagai bangsa Indonesia yang diperkuat oleh 4 pilar, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika. kerukunan dan persatuan akan menciptakan situasi yang kondusif yang memberikan keuntungan bagi pelaksanaan pembangunan ekonomi agar tercapai kemajuan bangsa dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia10
G. MASALAH JIHAD DALAM ISLAM 1. Makna Jihad
Jihad terambil dari kata al-juhdu artinya kekuatan dan kemampuan.
Ada yang berpendapat kata al juhdu bisa dibaca al jahdu yang berarti kesulitan dan kesukaran Jadi al-juhdu atau al-jahdu Berarti pengerahan kekuatan dan kemampuan untuk sesuatu yang lain dengan segala kesulitan dan kesukarannya. Kata jihad merupakan masdar dari jahada seperti dalam kalimat, “Jahada fulanul aduwwuhu yang artinya, Fulan
10 Novie Indrawati Sagita, ‘Pelaksanaan Urusan Pemerintahan Umum Dalam Membina Kerukunan Beragama Oleh Pemerintah Kota Bandung’, Jurnal Penamas, Vol. 31 No. 1, ( Januari- Juni, 2018 ), Hal. 61-62
melawan musuhnya dengan mengerahkan usaha, atau masing-masing mengeluarkan usaha dan kekuatan untuk menolak lawan-lawannya.
Dari arti-arti yang ditunjukan seperti tersebuat di atas, jihad berarti aksi diantara dua belah pihak, dengan mengerahkan usaha. Usaha yang keras, dan sungguh-sungguh untuk memperoleh kemenangan.11
2. Jihad Dalam Islam
Jihad dalam al-Qur’an mengandung arti yang sangat luas seluas ajaran Islam yang mengatur seluruh aspek kehidupan umat manusia, dari masalah-masalah yang bersifat individual atau privasi sampai kepada masalah kemasyarakatan dan negara. Menurut Andi Aderus dalam Jurnal Pendidikan Agama Islam dengan judul Memahami Jihad Dalam Perspektif Islam ( Upaya Menangkal Tuduhan Terorisme Dalam Islam ), mengatakan bahwa ulama membagi jihad kepada beberapa bagian sesuai dengan objek jihad yang didefinisikan. Sebagian ulama membagi Jihad kepada dua macam, yaitu: jihad mal (jihad dengan harta) dan jihad nafs (jihad dengan diri atau jiwa raga). Pendapat mereka ini didasarkan dari beberapa firman Allah Swt. dalam al- Qur’an yang berulangkali menyebut dua bentuk jihad tersebut. Jihad dengan harta yaitu menafkahkan harta benda dijalan Allah swt. untuk kepentingan agama dan kemanusiaan. Menurut ajaran Islam harta yang dimiliki sebagian kecilnya mesti di salurkan pada fakir miskin dan kepentingan-kepentingan sosial. Harta bagi seorang Muslim menjadi sarana untuk mencapai kebahagian dunia dan akhirat sehingga harta yang dimiliki mesti dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan. Oleh karena itu pemanfaatan harta mesti sesuai dengan nilai-nilai yang diridhai oleh Allah SWT. dan inilah yang dimaksud jihad mal. Yaitu membelanjakan harta benda di jalan Allah SWT. Jihad dengan jiwa raga adalah mewakafkan jiwa raga demi tegaknya keadilan yang dapat
11 Yumni Al-Hilal, ‘Makna Jihad Dalam Perspektif Pendidikan Islam’, Jurnal Istighna, Vol. 1 No. 2, ( Juli, 2018 ), Hal. 144
dirasakan oleh umat manusia sehingga tercipta perasaan aman, bebas tanpa intimidasi. Seorang Muslim dituntut untuk kesatria menegakkan kebenaran, memiliki pendirian yang teguh dalam menghadapi segala bentuk intimidasi.12
3. Jihad Tidak Sama Dengan Terorisme
Terorisme dalam asumsi Barat adalah kegiatan yang melibatkan unsur kekerasan atau yang menimbulkan efek bahaya bagi kehidupan manusia yang melanggar hukum pidana, yang jelas dimaksudkan untuk: a) mengintimidasi penduduk sipil, b) mempengaruhi kebijakan pemerintah dan, c) mempengaruhi penyelenggaraan negara dengan cara penculikan atau pembunuhan.
Istilah jihad sering muncul ketika terjadi aksi-aksi kekerasan sehingga berdampak pada terjadinya kesalahpahaman dalam memahami istilah jihad sebagai perjuangan pisik atau perlawanan dengan bersenjata. Kesalahpahaman ini disuburkan juga oleh terjemahan yang keliru terhadap ayat-ayat al-Quran yang berbicara tentang jihad dengan anfus. Kata anfus sering kali diterjemahkan dengan jiwa. Kalau demikan, tidak meleset jika kata itu dalam konteks jihad dipahami dalam arti totalitas manusia, sehingga kata nafs mencakup nyawa, emosi, pengetahuan, tenaga, pikiran, walhasil totalitas manusia, bahkan waktu dan tempat, karena manusia tidak dapat memisahkan diri dari keduanya.13
Pada dasarnya umat Islam dilarang mencari musuh, memerangi kelompok yang ingin hidup berdampingan dengan umat Islam. Maka suatu persepsi yang keliru jika memerangi orang-orang yang dianggap sebagai musuhnya dengan dalih jihad
12 Amri Rahman, ‘Memahami Jihad Dalam Perspektif Islam ( Upaya Menangkal Tuduhan Terorisme Dalam Islam )’, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. 4 No. 2, ( Januari-Juni, 2018 ), Hal.
146-147
13 Amri Rahman, ‘Memahami Jihad Dalam Perspektif Islam ( Upaya Menangkal Tuduhan Terorisme Dalam Islam )’, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. 4 No. 2, ( Januari-Juni, 2018 ), Hal.
151
dan penuh harapan ingin mendapatkan predikat syahid fi sabilillah, sebagaimana yang terlihat sekarang adanya sekelompok umat Islam yang melakukan hal tersebut. Dengan kata lain bahwa yang berkaitan dengan terorisme, dan dipraktekkan oleh sebahagian kalangan Islam tertentu, dan mengundang kontroversi dalam Islam.
Mereka melakukan tindakan bunuh diri dengan mengharapkan mati syahid, sementara ajaran Islam tidak membenarkan, bahkan mengharamkan tindakan bunuh diri. Hal yang demikian mencerminkan stereotipe jihad dalam persepsi sebagian masyarakat muslim, jihad selalu dididentikkan dengan tindak kekerasan, sehingga jihad dalam benak mereka menjelma teror yang amat mencekam. Padahal, sesungguhnya tidak demikian.
Jihad adalah usaha dengan segala daya upaya untuk mencapai kebaikan, usaha sungguh-sungguh membela agama Islam dengan mengorbankan harta benda, jiwa dan raga.14
14 Amri Rahman, ‘Memahami Jihad Dalam Perspektif Islam ( Upaya Menangkal Tuduhan Terorisme Dalam Islam )’, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. 4 No. 2, ( Januari-Juni, 2018 ), Hal.
153
BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN
Kerukunan umat beragama di Indonesia adalah terciptanya kehidupan yang damai, tidak saling bermusuhan, saling tolong menolong agar menjadi satu kesatuan yang utuh. Adanya Trilogi Kerukunan yang meliputi: Kerukunan Antar Umat Beragama, Kerukunan Intern Umat Beragama, dan Kerukunan Umat Beragama dengan Pemerintah sudah mencakup secara keseluruhan bahwa terciptanya kerukunan umat
beragama di Indonesia merupakan hal yang harus diwujudkan sepanjang masa. Namun, adanya konflik yang muncul dan mengancam kesatuan yang utuh membuat siapa saja merasa cemas, terlebih penggunaan kata jihad yang sering disalahgunakan dan berujung terciptanya ‘terorisme’
sebab penggunaan kata ‘jihad’ yang disalahgunakan oleh beberapa oknum tidak bertanggung jawab.
Oleh karena itu, sebagai warga negara yang baik harus ikut menjaga dan mencegah adanya konflik yang semakin parah dengan cara:
1. Menghindari permusuhan dengan pemeluk agama lain.
2. Tidak menyalahkan atau mengaitkan kesalahan seseorang dengan agama mereka
3. Tidak mengganggu ibadah umat agama lain 4. Tidak mendiskriminasi agama lain
5. Menghindari mengikuti organisas-organisasi yang tidak jelas tujuannya.
6. Saling membantu sesama agama ataupun berbeda agama 7. Bekerja sama dengan pemerintah dalam mewujudkan satu
kesatuan dan cinta tanah air dengan mengikuti aturan pemerintah.
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Al-Hilal, Y. (2018). Makna Jihad Dalam Perspektif Islam. Jurnal Istighna, 144.
Fakhri, M. (2009). Wawasan Kerukunan Umat Beragama . Jurnal Media Ilmiah Komunikasi Umat Beragama, 138-139.
Haryanto, J. T. (2013). Dinamika Kerukunan Intern Umat Islam Dalam Relasi Etnisitas dan Agama di Kalteng. Jurnal Analisa, 18.
Nasrudin, S. (2016). Analisis Etika Kerukunan Umat Beragama. Jurnal Lentera Kajian Keyakinan, Keilmuan, dan Teknologi, 293.
Nazmudin. (2017). Kerukunan dan Toleransi Antar Umat Beragama dalam Membangun Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesi ( NKRI ).
Jurnal of Government abd Civil Society, 28-29.
Nazmudin. (2017). Kerukunan dan Toleransi Antar Umat Beragama dalam Membangun Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesi ( NKRI ).
Jurnal of Government and Civil Society, 31.
Nazmudin. (2017). Kerukunan dan Toleransi Antar Umat Beragama dalam Membangun Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesi ( NKRI ).
Jurnal of Government and Civil Society, 35-36.
Nazmudin. (2017). Kerukunan dan Toleransi Antar Umat Beragama dalam Membangun Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesi ( NKRI ).
Jurnal of Government and Civil Society, 32-33.
Nazmudin. (2017). Kerukunan dan Toleransi Antar Umat Beragama dalam Membangun Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI ).
Jurnal of Government and Civil Society, 24-25.
Nazmudin. (2017). Kerukunan dan Toleransi Antar Umat Beragama dalam Membangun Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI ) . Jurnal of Government and Civil Society, 26-28.
Rahman, A. (2018). Memahami Jihad Dalam Perspektif Islam ( Upaya Menangkal tuduhan Terorisme Dalam Islam ). Jurnal Pendidikan Agama Islam, 153.
Rahman, A. (2018). Memahami Jihad Dalam Perspektif Islam ( Upaya Menangkal Tuduhan Terorisme Dalam Islam ). Jurnal Pendidikan Agama Islam, 146- 147.
Rahman, A. (2018). Memahami Jihad Dalam Perspektif Islam ( Upaya Menangkal Tuduhan Terorisme Dalam Islam ). Jurnal Pendidikan Agama Islam, 151.
Sagita, N. I. (2018). Pelaksanaan Urusan Pemerintahan Umum Dalam Membina Kerukunan Beragama Oleh Pemerintah Kota Bandung. Jurnal Penamas, 61-62.
Phonology essay - Apakah yan dimaksud dengan fonologi? Jelaskan objek kajian fonologi! Fonologi - Studocu
https://www.studocu.com/id/document/institut-pertanian-bogor/bahasa- indonesia/phonology-essay/44599259
https://id.strephonsays.com/what-are-phonemes
http://file.upi.edu/Direktori/KD-SUMEDANG/197212262005011002- PRANA_DWIJA_ISWARA/Tugas%20Kuliah/Kebahasaan/2011/FONOLOGI.pdf
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132318127/pendidikan/4+FONOLOGI+1+2010+UM+fix.
http://eprints.ums.ac.id/61052/1/BAB%20I.pdf http://eprints.ums.ac.id/17152/2/03.BAB_I.pdf