Tujuan kunjungan I antara lain: (1) Mencegah perdarahan nifas akibat atonia uteri; (2) Identifikasi penyebab perdarahan lainnya, rujuk jika perdarahan berlanjut; (3) Memberikan nasehat kepada ibu dan kerabatnya tentang cara mencegah terjadinya perdarahan pada masa nifas akibat atonia uteri; (4) Menjaga kesehatan bayi dengan mencegah hipotermia; (5) Pemberian ASI pertama; (6) Menjalin hubungan antara ibu dan bayi; (7) Apabila seorang tenaga kesehatan melakukan pertolongan persalinan, ia harus tetap mendampingi ibu dan bayi yang baru lahir selama 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil. Tujuan kunjungan III pada masa nifas sama dengan kunjungan II, antara lain: (1) memastikan proses involusi uterus berjalan normal: rahim berkontraksi, tidak terjadi perdarahan abnormal, tinggi fundus uteri. lebih rendah dari pusar, dan tidak berbau; (2) Kaji tanda-tanda demam, perdarahan abnormal, atau infeksi; (3) Memastikan ibu mendapat cukup kebutuhan dasar (makanan, cairan dan istirahat); (4) Memastikan ibu mampu menyusui dengan baik dan tidak menunjukkan tanda-tanda kesulitan; (5) Anjurkan ibu mengenai perawatan bayi baru lahir (menjaga bayi tetap hangat, merawat tali pusat dan perawatan bayi sehari-hari). Lochea dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan warna dan waktu keluarnya yaitu (1) Lochea rubra/merah, Lochea menetas pada hari ke 1 sampai hari ke 4 masa nifas.
Lokus ini berisi darah segar, dinding rahim, sisa jaringan plasenta, lemak bayi, lanugo (rambut bayi) dan mekonium; (2) Lochea sanguinolenta, berlangsung pada hari ke 4 sampai hari ke 7 setelah lahir. Lokia ini berwarna merah kecokelatan dan licin; (3) Lochea serosa, berlangsung pada hari ke 7 sampai hari ke 14. Kandung kemih pada masa nifas menjadi kurang sensitif dan kapasitasnya meningkat, sehingga setiap buang air kecil masih terdapat sisa urin (normalnya kurang lebih 15 cc).
Demikian pula, human kronik gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat dan tetap pada 10% dalam waktu 3 jam hingga hari ke 7 pascapersalinan dan seiring terisinya kelenjar susu pada hari ke 3 pascapersalinan (hormon hipofisis Yusari.
Perubahan psikologis masa nifas a. Perubahan psikologi masa nifas
Dinding perut akan menjadi putih dengan “striae albican” mengkilat (Yusari, 2016).. a) berkembang 1-2 hari setelah lahir.. b) ibu pasif terhadap lingkungan. Penyebab postpartum blues pada ibu nifas antara lain kurangnya dukungan terhadap lingkungan persalinan, perubahan hormonal yang cepat, dan keraguan terhadap peran baru. Ciri-ciri postpartum blues antara lain menangis, merasa lelah akibat persalinan, gelisah, perubahan suasana hati, penarikan diri, dan reaksi negatif terhadap bayi dan keluarga.
Gejala-gejala tersebut terjadi karena pengalaman melahirkan digambarkan sebagai “pengalaman puncak”. Ibu baru mungkin merasa perawatan dirinya tidak sesuai dengan apa yang dialaminya. Kunci keluarga dalam mendampingi ibu yang mengalami postpartum blues adalah dengan memberikan dukungan dan perhatian yang baik, serta meyakinkan ibu bahwa ia adalah sosok yang berarti bagi keluarga dan suaminya.
Kebutuhan dasar ibu nifas
Beberapa hal yang dapat dilakukan ibu nifas untuk menjaga kebersihan diri antara lain: (1) Mandi minimal dua kali sehari; (2) Mengenakan pakaian dan alas tidur; (3) Melakukan perawatan perineum; (4) Pemeliharaan lingkungan sekitar tempat tinggal; (5) Cuci tangan setiap kali membersihkan alat kelamin; (6) Ganti pembalut minimal dua kali sehari. Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, kebutuhan tidur ibu nifas per hari adalah sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari. Ibu wajib melaksanakan program KB setelah persalinan selesai atau 40 hari (6 minggu), dengan tujuan untuk menjaga kesehatan ibu.
Dalam hubungan seksual, pasangan harus memperhatikan waktu, penggunaan alat kontrasepsi, dispareunia, kesenangan atau kepuasan antara suami dan istri. Senam nifas merupakan latihan jasmani yang dapat dilakukan sesegera mungkin setelah melahirkan, dengan tujuan agar otot-otot yang diregangkan selama kehamilan dan persalinan dapat kembali ke keadaan normal seperti sebelum hamil.
Senam Nifas
- Pengertian senam nifas
- Tujuan senam nifas
- Manfaat senam nifas
- Kontraindikasi senam nifas
- Kerugian bila tidak melakukan senam nifas
- Pelaksanaan senam nifas
Manfaat senam nifas secara umum menurut Maryunani dan Sukaryati (2011) yaitu (a) Membantu proses pemulihan otot rahim, perut, dan pinggul yang mengalami trauma serta mempercepat kembalinya bagian-bagian tersebut ke bentuk normalnya, (b ) Membantu dalam menormalkan sendi-sendi yang terkena, menjadi kendur akibat kehamilan dan persalinan, serta mencegah melemahnya dan meregang, (c) Menghasilkan manfaat psikologis yaitu meningkatkan kemampuan mengatasi stres dan rileks, sehingga mengurangi depresi pasca melahirkan. Begitu pula ibu yang menderita anemia dan ibu dengan riwayat penyakit jantung dan paru sebaiknya tidak melakukan senam nifas (Widianti dan Proverawati, 2010). Tujuan dari gerakan ini antara lain memperoleh oksigen yang cukup, memperlancar peredaran darah, memberikan manfaat psikologis dan menghilangkan rasa lelah.
Gerakan ini dilakukan dalam posisi tidur terlentang dengan bantal di kepala dan bantal kecil di bawah lutut, pakaian di dada dan pinggang longgar, tangan di atas tulang rusuk sebagai perangsang. Tujuan dari gerakan ini antara lain untuk memperlancar peredaran darah jantung, melancarkan peredaran darah pada kaki dan mencegah. Jaga agar telapak kaki tetap lurus dan bagian belakang lutut menekan kasur sehingga betis dan bagian belakang lutut terasa sakit.
Caranya dengan melihat telapak kaki kanan dan kiri dengan posisi lutut menghadap ke atas, lalu kembali ke posisi semula. Posisi latihan yang kedua ini adalah tidur telentang dengan lutut lurus dan tangan di samping badan. Posisi latihan ketiga adalah tidur telentang dengan kaki lurus dan satu kaki di atas kaki lainnya.
Posisi latihan perut yang satu ini adalah berbaring telentang dengan lutut ditekuk dan kaki rata di atas kasur. Tujuan dari gerakan ini antara lain untuk mengencangkan payudara agar tidak kendur, dan melancarkan peredaran darah pada payudara agar ASI ibu dapat mengalir dengan lancar. Lakukan gerakan ini dengan cara duduk tegak atau berdiri dengan kedua tangan, saling berpegangan lengan bawah di dekat siku, lalu angkat siku sejajar dengan bahu.
Model gerakan otot dada yang dilakukan dengan cara : Gema Alya Salsabila.. a) Latihan untuk mengembalikan rahim ke bentuk dan posisi semula. Gerakan ini dilakukan dalam posisi tidur tengkurap dengan dua buah bantal menopang perut dan satu bantal menopang bagian belakang kaki, kepala menoleh ke samping kiri/kanan, tangan di samping badan dengan siku agak ditekuk.
Konsep Luka Perineum .1 Pengertian
Bentuk luka perineum
Perbaikan luka dilakukan dengan penjahitan setelah pemberian anestesi lokal, kemudian otot diafragma urogenital pada garis tengah disambung dengan jahitan, kemudian luka pada vagina dan kulit perineum ditutup dengan menyertakan jaringan di bawahnya. Perbaikan robekan derajat 3 harus dilakukan dengan hati-hati, terlebih dahulu penjahitan dinding anterior rektum yang robek, kemudian penjahitan otot sfingter ani eksterna yang robek. Sebab, jalan lahir belum pernah dilewati kepala bayi sehingga otot perineum belum meregang.
Sama halnya dengan kondisi perineum yang mungkin pernah mengalami robekan perineum derajat tiga atau empat pada persalinan sebelumnya, sehingga pemulihannya tidak tuntas dan robekan perineum tersebut bisa saja terjadi kembali. Apabila terjadi edema perineum pada saat persalinan, sebaiknya hindari persalinan pervaginam karena dapat dipastikan akan terjadi robekan perineum. e) Fleksibilitas jalan lahir. Episiotomi adalah sayatan pada perineum yang memotong mukosa vagina, cincin himen, jaringan septum rektovaginal, otot dan fasia perineum, serta kulit bagian depan perineum untuk memperlebar jalan lahir, yang bermanfaat untuk memudahkan persalinan (Wiknjosastro , 2007).
Episiotomi adalah sayatan bedah pada perineum untuk memperbesar bukaan vagina yang dilakukan sesaat sebelum kepala bayi muncul (Episiotomi Tipe Manuaba. Episiotomi adalah sayatan pada perineum ketika kepala terlihat dari luar dan mulai meregang perineum dengan tujuan memperlancar persalinan Namun aksesnya terbatas dan sayatan berisiko meluas hingga ke rektum, sehingga sayatan ini hanya boleh digunakan oleh penolong persalinan yang berpengalaman.
Kerugian dari episiotomi medial ini adalah dapat terjadi ruptur perineum derajat III yang tidak lengkap (robeknya otot sfingter anal) atau lengkap (robeknya dinding rektal). Jenis sayatan ini memiliki keunggulan dibandingkan sayatan medial dan memberikan akses yang lebih baik dibandingkan pendekatan mediolateral. Fungsi episiotomi antara lain: (a) episiotomi membuat luka menjadi lebih teratur, sedangkan ruptur perineum spontan adalah luka robek dengan dinding luka bergerigi sehingga penjahitan memerlukan waktu lebih lama, (b) memperpendek tahap kedua, (c) datar dan luka tajam lebih mudah untuk dijahit, (d) Mengurangi tekanan pada kepala bayi, (e) Mengurangi kemungkinan pecahnya perineum secara menyeluruh.
Konsep Penyembuhan Luka .1 Pengertian
Cara penyembuhan
Jika episiotomi dilakukan terlalu cepat dan tidak berdasarkan kebutuhan, perdarahan dari sayatan mungkin akan banyak terjadi antara episiotomi dan kelahiran. Penyembuhan terjadi tanpa komplikasi dengan pembentukan jaringan granulasi yang sangat minimal, misalnya pada luka sayatan atau luka aseptik yang ditangani dengan penutupan yang akurat.
Fase penyembuhan
Sintesis kolagen dimulai dalam waktu 24 jam setelah cedera dan mencapai puncaknya pada hari ke 5 hingga hari ke 7, kemudian perlahan menurun. Pada fase proliferasi, serat-serat tersebut dibentuk dan dihancurkan untuk beradaptasi dengan ketegangan pada luka yang cenderung berkontraksi sehingga menimbulkan ketegangan pada tepi luka. Fibroblas dan sel endotel vaskular mulai berkembang biak dalam waktu 3-5 hari, membentuk jaringan granulasi, yang merupakan tanda penyembuhan.
Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan kembali jaringan berlebih, penyusutan sesuai gaya gravitasi, dan terakhir pembentukan kembali jaringan yang baru terbentuk. Fase ini dinyatakan berakhir ketika semua tanda peradangan telah hilang dan dapat berlanjut hingga berbulan-bulan. Sel-sel edema dan inflamasi terserap, sel-sel muda menjadi matang, kapiler-kapiler baru menutup dan diserap kembali, kelebihan kolagen diserap dan sisanya menyusut sesuai regangan yang ada.
Selama proses ini, terbentuk jaringan parut yang pucat, tipis, lembek dan mudah copot dari pangkalnya. Maryunani dalam Hapsari (2014) penyembuhan luka merupakan suatu proses kinetik dan metabolisme kompleks yang melibatkan berbagai sel dan jaringan dalam upaya menutup tubuh dengan memulihkan integritas jaringan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka perineum Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka perineum menurut
Manfaat mobilisasi dini antara lain mempercepat proses pengangkatan lokia dan membantu penyembuhan luka. Ramuan nenek moyang untuk perawatan pasca melahirkan masih banyak digunakan bahkan di masyarakat modern. Pengaruh kondisi sosial ekonomi ibu terhadap keadaan fisik dan mental ibu dalam melakukan aktivitas sehari-hari setelah melahirkan.
Jika ibu memiliki tingkat sosial ekonomi yang rendah, kemungkinan proses penyembuhan luka perineum akan memakan waktu yang lama akibat kemalasan dalam merawat dirinya. Menurut Suriadi (2004), proses penyembuhan luka pada usia tua memerlukan waktu lebih lama dibandingkan pada usia muda. Morison (2004) juga menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada struktur dan karakteristik kulit antara orang muda dan orang tua.
Kulit utuh pada orang dewasa muda yang sehat memberikan penghalang yang baik terhadap trauma mekanis dan infeksi, serta sistem kekebalan tubuh yang efisien yang memungkinkan penyembuhan luka lebih cepat. Volume darah yang tidak mencukupi menyebabkan vasokonstriksi (penyempitan pembuluh darah) dan penurunan ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.
Kerangka Konsep
Hipotesis