• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Mineral Deposit PDF

N/A
N/A
Raditya Afif

Academic year: 2024

Membagikan " Konsep Mineral Deposit PDF"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/356326822

KONSEP MINERAL DEPOSIT

Article · September 2021

CITATIONS

0

READS

2,138 1 author:

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Student Creativity ProposalView project

PERHIMAGI Mengabdi Jabagbar RegionView project Aliyuddin Jamil

Universitas Padjadjaran 77PUBLICATIONS   1CITATION   

SEE PROFILE

(2)

TUGAS 1

KONSEP MINERAL DEPOSIT

Disusun Oleh :

Kelompok C1

1. Ahmad Dwi Pandu Ainul Azis 270110190011

2. Aliyuddin Jamil 270110190012

3. Rifky Ahmad Raihan 270110190013

4. Muhamad Ichsan 270110190014

5. Astrina Salsabilla Khumaedi 270110190015 6. Qolbu Naufal Phasaby 270110190036

7. Jiya Ulhaq 270110190037

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN

SUMEDANG

2021

(3)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini sebagaimana mestinya.

Dengan diberikannya tugas ini, sangatlah baik dan berguna bagi setiap mahasiswa/i mendapatkan suatu gambaran tentang konsep mineral deposit.

Dalam penyusunan tugas ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka dari itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Tim Dosen MK Geologi Sumberdaya Mineral selaku pembimbing penulis dalam menyusun tugas,

2. Orang tua yang memberikan dorongan dan perhatian untuk kelancaran penulis, 3. Teman teman seperjuangan dan semua pihak yang membantu dalam penyusunan

tugas ini.

Dengan tersusunnya tugas ini penulis berharap dapat mengetahui bagaimana konsep dasar yang perlu diperhatikan dalam mineral deposit.

Akhir kata penulis meminta maaf apabila penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kemajuan bagi penulis

Bandung, 10 September 2021

Penulis,

(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI... ii

A. Undang Undang Minerba.………...……….…………...….…..….. 1

B. Badan Sertifikasi Nasional Sumberdaya Mineral.……….…... 4

C. Neraca Sumberdaya Mineral (Badan Geologi)...………...…..…..….. 6

D. Komite Cadangan Mineral Indonesia (KCMI-IAGI)...……...………….…... 8

E. Kriteria Utama Pembentukan Sumberdaya Endapan Mineral.…...….…..….. 9

F. Hubungan Tahapan Eksplorasi Dengan Klasifikasi Sumberdaya Mineral.... 11

G. Identifikasi dan Deskripsi Sumberdaya Endapan Mineral…..……....…..….. 13

H. Kriteria Mineral Deposit………...……….…... 14

DAFTAR PUSTAKA... 17

(5)

A. Undang - Undang Minerba

Undang - undang mineral dan batubara yang ditetapkan pemerintah untuk mengatur pengaturan pengelolaan serta pemanfaatannya tercantum pada UU. No. 3 Tahun 2020 jo UU. No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara dengan 174 pasal dan Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral. Kedua aturan ini selengkapnya dapat dilihat pada :

UU No. 3 Thn 2020.pdf PP_Nomor_25_Tahun_2021.pdf Berikut adalah beberapa poin penting yang dimuat dalam UU. No. 3 Tahun 2020

1. Kewenangan Pengelolaan Minerba.Dalam UU Minerba yang baru, pemerintah dan DPR telah menyepakati bahwa Penguasaan Minerba diselenggarakan oleh pemerintah pusat melalui fungsi kebijakan, pengaturan, pengurusan, pengelolaan, dan pengawasan. Selain itu, pemerintah pusat mempunyai kewenangan untuk menetapkan jumlah produksi, penjualan dan harga mineral logam, mineral bukan logam jenis tertentu dan batubara. Kewenangan pemerintah daerah yang diatur dalam UU Minerba ini hanya dalam pemberian izin pertambangan rakyat (IPR) dan surat izin penambangan batuan (SIPB)

2. Pengaturan terkait konsep Wilayah Hukum Pertambangan. Dalam UU Minerba yang baru, pemerintah dan DPR telah menyepakati tentang Wilayah Hukum Pertambangan yang menyatakan bahwa wilayah pertambangan baik didarat, dilaut, dan di tuang bumi sebagai bagian dari wilayah hukum pertambangan. Hal ini menjadi landasan bagi penetapan kegiatan usaha pertambangan. Semua wilayah Indonesia selama ada ketersedian mineral dan batubara yang bernilai ekonomis untuk di tambang maka dapat diusahakan penguasaannya karena masuk dalam wilayah hukum pertambangan. Meskipun semua penguasaan minerba di pegang oleh pemerintah pusat, tetapi pemerintah daerah tetap memiliki kewenangan untuk menentukan wilayah pertambangan sebagai bagian dari tata ruang nasional. Pada pasal 9 UU Minerba yang baru dijelaskan bahwa wilayah pertambangan ditetapkan oleh Pemerintah Pusat “setelah ditentukan” oleh Pemerintah Provinsi.

3. Jaminan Perpanjangan Izin Operasi. Pemerintah melalui UU Minerba yang baru, melebur kata IUP/IUPK eksplorasi dan IUP/IUPK Operasi Produksi menjadi hanya kata IUP atau IUPK. Pemerintah menjamin Pemegang IUP dan IUPK memperoleh perpanjangan izin dan kelanjutan operasi. Tidak hanya itu, pemerintah juga menjamin perpanjangan izin dan kelanjutan Operasi Kontrak Karya (KK)/Perjanjian

(6)

Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) menjadi IUPK sebagai Kelanjutan Operasi dengan mempertimbangkan upaya peningkatan penerimaan negara. Jaminan perpanjangan izin operasi ini pada UU Minerba No. 4 tahun 2009 tercantum dengan klausul “dapat diperpanjang” diganti menjadi “dijamin” pada UU minerba no 3 tahun 2020. Hal tersebut antara lain dapat dilihat pada Pasal 47, Pasal 83 dan Pasal 169, Pasal 169 A dan Pasal 169 B

4. Peningkatan Nilai Tambah (Hilirisasi). Pada UU minerba yang baru, dalam tahapan kegiatan pertambangan ada proses peningkatan nilai tambah yaitu

“pengolahan dan/atau pemurnian atau pengembangan dan/atau pemanfaatan”.

Dalam pasal 102 UU Minerba disebutkan bahwa pemegang IUP dan IUPK pada tahap kegiatan operasi produksi wajib meningkatkan nilai tambah mineral dalam kegiatan usaha pertambangan melalui, pengolahan dan pemurnian untuk komoditas tambang mineral logam; pengolahan untuk komoditas tambang mineral logam;

dan/atau pengolahan untuk komoditas tambang batuan, serta melakukan pengembangan dan/atau pemanfaatan untuk komoditas batubara. Hilirisasi ini harus dilakukan di dalam negeri khususnya untuk pemegang izin di sub sektor mineral.

5. Penguatan BUMN. UU Minerba terbaru juga membahas tentang penguatan BUMN.

Diantaranya pengaturan bahwa eks WIUP dan eks Wilayah WIUPK dapat ditetapkan sebagai WIUPK yang penawarannya diprioritaskan kepada BUMN, serta BUMN mendapatkan prioritas dalam pembelian saham divestasi. Selain itu, UU minerba ini juga mendorong kegiatan eksplorasi untuk penemuan deposit minerba. Yakni melalui penugasan penyelidikan dan penelitian kepada lembaga riset negara, BUMN, BUMD, atau Badan Usaha Swasta serta dengan pengenaan kewajiban penyediaan Dana Ketahanan Cadangan kepada pelaku usaha. Dalam UU Minerba ini, Juga ada peningkatan pendapatan pemerintah daerah dari hasil kegiatan pertambangan. Bila sebelumnya pemerintah provinsi hanya mendapat bagian 1 persen, melalui UU Minerba terbaru meningkat menjadi 1,5 persen.

6. Divestasi Saham.Pengaturan terkait kebijakan tentang divestasi saham, dalam UU Minerba dijelaskan pada Pasal 112 yang menyatakan bahwa pemegang IUP atau IUPK pada tahap kegiatan Operasi Produksi yang sahamnya dimiliki oleh asing wajib melakukan divestasi saham sebesar 51 persen secara berjenjang kepada pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN, BUMD, dan/atau Badan Usaha swasta nasional. Perbedaan tentang divestasi saham ini, pada UU No 4 tahun 2009, divestasi saham dilakukan setelah 5 tahun berproduksi. Pada UU Minerba terbaru

(7)

dinyatakan bahwa divestasi saham dilakukan jika IUP atau IUPK sudah pada tahap kegiatan Operasi Produksi. Pengaturan terkait tata cara pelaksanaan dan jangka waktunya akan diatur lebih lanjut dalam peraturan pelaksanaan RUU Minerba ini.

7. Tentang Pertambangan Rakyat. Dalam UU Minerba terbaru, Pasal 22 tentang Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) diberikan luasan maksimal 100 hektar dan mempunyai cadangan mineral logam dengan kedalaman maksimal 100 meter. Di UU Minerba sebelumnya, WPR hanya diberi luasan maksimal 25 hektar dengan kedalaman 25 meter. Sedangkan untuk kegiatan pertambangan rakyat hanya untuk pertambangan Mineral logam, mineral bukan logam dan pertambangan batuan.

Untuk pertambangan batubara tidak dapat diusahakan dalam pertambangan rakyat.

Pada pasal tentang pertambangan rakyat menambahkan jenis pendapatan daerah berupa iuran pertambangan rakyat.

8. Reklamasi dan Pasca Tambang. Reklamasi dan Pasca tambang juga tidak luput menjadi poin penting dalam UU minerba terbaru. Untuk kegiatan reklamasi dan pasca tambang, dijelaskan pada Pasal 99 dan Pasal 100. Pemegang IUP atau IUPK wajib menyusun dan menyerahkan rencana Reklamasi dan/atau rencana Pascatambang dan wajib menyediakan dan menempatkan dana jaminan Reklamasi dan/atau dana jaminan Pascatambang. Dalam penyusunan rencana reklamasi, rencana pasca tambang dan penempatan dana jaminan reklamasi serta dana jaminan pasca tambang, pemilik IUP atau IUPK bisa memilih salah satu yaitu antara rencana reklamasi dan rencana pasca tambang atau dana jaminan reklamasi dan jaminan pasca tambang dikarenakan dalam UU Minerba terbaru ada Klausa

“Rencana Reklamasi Dan/Atau rencana pasca tambang” serta klausa “dana jaminan reklamasi Dan/Atau dana jaminan pasca tambang”. Pada tambahan pasal yaitu Pasal 123A dijelaskan bahwa pemegang IUP dan IUPK Operasi Produksi sebelum menciutkan atau mengembalikan WIUP dan WIUPK wajib melaksanakan reklamasi dan pasca-tambang hingga mencapai tingkat keberhasilan 100 persen. Begitu juga dengan eks pemegang IUP atau IUPK yang telah berakhir, wajib melaksanakan reklamasi dan pasca tambang hingga mencapai tingkat keberhasilan 100% serta menempatkan dana jaminan pasca tambang

Beberapa poin penting yang dimuat dalam PP. No. 25 Tahun 2021 diantaranya adalahPP ini mengatur terkait relaksasi pengenaan iuran produksi atau royalti hingga nol persen berdasarkan jumlah batu bara yang digunakan di dalam negeri. Dengan PP ini,

(8)

pemerintah memberikan insentif bagi pemegang izin usaha pertambangan (IUP) dan IUP Khusus (IUPK) yang melakukan kegiatan peningkatan nilai tambah batubara berupa pengenaan royalti nol persen.

Sementara kewenangan Pemerintah Daerah baik Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten atau Pemerintah Kota yakni berupa pemberian perizinan berusaha terkait pemanfaatan langsung pada wilayah yang kewenangannya. Disebutkan juga untuk mineral dan batubara materi Peraturan Pemerintah ini memiliki muatan yakni persyaratan dan tata cara iuran produksi/royalti dan tata cara pengenaan tarif iuran produksi/royalti hingga nol persen.

Beberapa ketentuan yang diatur lebih lanjut dalam PP 25/2021 ini adalah pembebasan kewajiban membayar royalti bagi para pengusaha tambang batubara. Pasalnya, royalti 0 persen bagi para perusahaan tambang hanya akan berlaku jika para pelaku usaha tambang tersebut mampu melakukan hilirisasi. Hilirisasi membutuhkan investasi besar.

Karena itu lah pemerintah membebaskan royalti agar para pengusaha yang butuh modal untuk hilirisasi dapat memperolehnya dari kewajiban pembayaran royalti mereka yang dibebaskan.

Itulah ulasan terkait poin penting dari PP No 25 Tahun 2021. Ini adalah sebagai bentuk upaya bagaimana bahan baku bisa kompetitif lalu investasi bisa dilaksanakan, dan sekaligus juga bisa menyerap tenaga kerja dan memiliki nilai kompetitif.

B. Badan Sertifikasi Nasional Sumberdaya Mineral

Sumberdaya mineral adalah suatu konsentrasi atau keterdapatan dari material yang memiliki nilai ekonomi pada atau di atas kerak bumi, dengan bentuk, kualitas dan kuantitas tertentu yang memiliki keprospekan yang beralasan yang pada akhirnya dapat diekstraksi secara ekonomis. Lokasi, kuantitas, kadar, karakteristik geologi dan kemenerusan dari sumberdaya mineral harus diketahui, diestimasi atau diinterpretasikan berdasar bukti-bukti dan pengetahuan geologi yang spesifik. Sumberdaya Mineral dikelompokkan lagi berdasar tingkat keyakinan geologinya, ke dalam kategori tereka, tertunjuk, dan terukur.

Sumberdaya mineral tereka merupakan sumberdaya yang tonase, kadar, dan kandungan mineral dapat diestimasi dengan tingkat keyakinan rendah. Hal ini direka dan diasumsikan dari adanya bukti geologi, tetapi tidak diverifikasi kemenerusan geologi dan/atau kadarnya. Hal ini hanya berdasarkan dari informasi yang diperoleh melalui teknik yang memadai dari lokasi mineralisasi seperti singkapan, paritan uji, sumuran uji dan lubang bor tetapi kualitas dan tingkat keyakinannya terbatas atau tidak jelas. Jarak

(9)

antara titik pengamatan maksimum dua ratus meter. Spasi ini bisa diperlebar dengan justifikasi teknis yang bisa dipertanggung jawabkan seperti analisa geostatistika.

Sumberdaya mineral tereka memiliki tingkat keyakinan lebih rendah dalam penerapannya dibandingkan dengan sumberdaya mineral terunjuk.

Sumberdaya mineral tertunjuk merupakan sumberdaya mineral yang tonase, densitas, bentuk, karakteristik fisik, kadar, dan kandungan mineralnya dapat diestimasi dengan tingkat keyakinan yang wajar. Hal ini didasarkan pada hasil eksplorasi, dan informasi pengambilan dan pengujian percontoh yang didapatkan melalui teknik yang tepat dari lokasi-lokasi mineralisasi seperti singkapan, paritan uji, sumuran uji ”terowongan uji” dan lubang bor. Lokasi pengambilan data masih terlalu jarang atau spasinya belum tepat untuk memastikan kemenerusan geologi dan/atau kadar, tetapi secara spasial cukup untuk mengasumsikan kemenerusannya. Jarak antara titik pengamatan maksimum seratus meter. Spasi ini bisa diperlebar dengan justifikasi teknis yang bisa dipertanggungjawabkan seperti analisa geostatistika. Sumberdaya mineral tertunjuk memiliki tingkat keyakinan yang lebih rendah penerapannya dibanding dengan sumberdaya mineral terukur, tetapi memiliki tingkat keyakinan yang lebih tinggi penerapannya dibanding dengan sumberdaya mineral tereka.

Sumberdaya mineral terukur merupakan sumberdaya mineral yang tonase, densitas, bentuk, karakteristik fisik, kadar, dan kandungan mineralnya dapat diestimasi dengan tingkat keyakinan yang tinggi. Hal ini didasarkan pada hasil eksplorasi rinci dan terpercaya, dan informasi mengenai pengambilan dan pengujian percontoh yang diperoleh dengan teknik yang tepat dari lokasi-lokasi mineralisasi seperti singkapan, paritan uji, sumuran uji ”terowongan uji” dan lubang bor. Lokasi informasi pada kategori ini secara spasial adalah cukup rapat dengan spasi maksimum lima puluh meter untuk memastikan kemenerusan geologi dan kadar. Spasi ini bisa diperlebar dengan justifikasi teknis yang bisa dipertanggungjawabkan seperti analisa geostatistika.

Pemilihan kategori sumberdaya mineral yang tepat tergantung pada kuantitas, distribusi, dan kualitas dari data yang tersedia dan tingkat keyakinan yang melekat pada data tersebut. Kategori sumberdaya mineral yang tepat haruslah ditentukan oleh seorang tenaga kompeten atau tim tenaga kompeten.

Estimasi sumberdaya mineral bukanlah hasil kalkulasi yang presisi, bergantung pada interpretasi atas informasi yang terbatas mengenai lokasi, bentuk dan kemenerusan dari keterdapatan mineral dan hasil analisa percontoh yang tersedia. Pelaporan mengenai gambaran tonase dan kadar harus mencerminkan ketidakpastian relatif atas estimasi dengan cara pembulatan sampai kepada gambaran tonase dan kadar yang tepat, dan

(10)

dalam kasus sumberdaya mineral tereka, adalah dengan menggunakan istilah tertentu seperti ”kira-kira”.

Laporan mengenai sumberdaya mineral harus secara spesifik menyebut satu atau lebih kategori apakah tereka, tertunjuk, atau terukur. Kategori tidak boleh dilaporkan dalam bentuk kombinasi (gabungan) kecuali rincian mengenai masing-masing kategori juga diberikan. Sumberdaya mineral tidak boleh digabungkan dengan cadangan mineral.

C. Neraca Sumberdaya Mineral (Badan Geologi)

Neraca sumber daya mineral adalah alat evaluasi sumber daya mineral dan batubara, yang menyajikan cadangan awal, perubahan atau pemanfaatan, dan tingkat kerusakan lingkungan akibat eksploitasi sebagai faktor degradasi lingkungan dan pembiayaannya serta keadaan akhir dalam bentuk tabel dan peta penyebaran sumber daya mineral dan batubara (SNI 196728.4-2002).

Neraca ini dikeluarkan oleh Badan Geologi setiap tahunnya sebagai bahan evaluasi serta keterbukaan informasi kepada masyarakat luas mengenai pemanfaatan kekayaan alam yang ada di Indonesia. Dalam neraca sumberdaya mineral ada beberapa istilah yang biasanya dipakai agar tidak terjadi kerancuan dalam penjelasannya, berikut beberapa istilah yang dipakai.

Kelompok Mineral Logam dan Mineral Bukan Logam

Mineral logam terdiri dari 4 (empat) kelompok, yaitu kelompok logam dasar, logam mulia, logam besi dan paduan besi serta logam ringan dan logam langka, sedangkan Mineral bukan logam juga terdiri dari 4 (empat) kelompok, yaitu kelompok bahan bangunan, mineral industri, bahan keramik dan batu mulia. (SNI 13-50414-1998)

1. Logam dasar, adalah kelompok komoditas mineral logam yang terdiri dari air raksa, seng, tembaga, timah dan timbal.

2. Logam mulia, adalah kelompok komoditas logam yang terdiri dari logam emas, perak, dan platina.

3. Logam besi dan paduan besi, adalah kelompok komoditas logam yang terdiri dari logam besi, kobalt, kromit, mangan, molibdenum, nikel, titan, wolfram dan vanadium.

4. Logam ringan dan logam langka, adalah kelompok komoditas logam yang terdiri dari logam aluminium, bauksit, berilium, litium, magnesium, kadmium, gallium, indium, tantalum-niobium, yttrium, zirconium, thorium, uranium dan logam tanah jarang.

(11)

Bahan Bangunan, adalah segala bahan yang terdapat di alam, baik yang berbentuk padat, cair dan gas dengan kandungan mineral dan unsur kimia tertentu serta mempunyai nilai ekonomis bila dilakukan penggalian sesuai dengan teknologi yang tersedia (SNI 13 6606 2001). Komoditi yang termasuk pada kelompok bahan bangunan adalah andesit, basal, batuasbak, dasit, diabas, diorit, gabro peridotit, granit, granodiorit, marmer, peridotit, sirtu dan tras. (PP No. 27/1980 dan SNI 19-6728.4-2002)

Mineral Industri, adalah mineral-mineral bukan logam yang langsung digunakan secara utuh oleh berbagai industri tanpa terlebih dahulu dilakukan ekstraksi terhadap unsur-unsur logamnya seperti dilakukan terhadap mineral logam tersedia (SNI 13 6606 2001) Bahan ini dipakai terutama sebagai bahan mentah dalam industri pupuk, kertas, plastik, cat, peternakan, pertanian, kosmetik, farmasi dan kimia. Komoditi yang termasuk pada kelompok mineral industri adalah barit, batuan kalium, batuapung, batugamping, batukuarsa, belerang, bentonit, diatomea, dolomit, fosfat, gipsum, kalsit, gipsum, kalsit, kuarsit, oker, pasirkuarsa, serpentin, talk, travertin, ultrabasa, yodium, zeolit dan zirkon.

(PP No. 27/1980 dan SNI 19-6728.4-2002)

Bahan Keramik, adalah kelompok komoditi mineral bukan logam dan batuan, anorganik yang berbentuk padat. Komoditi yang termasuk pada bahan keramik adalah ball/bond clay, felspar, kaolin, lempung, magnesit, obsidian, perlit, pirofilit, toseki dan trakhit. (PP No. 27/1980 dan SNI 19-6728.4-2002)

Batu Mulia dan Batu Hias, adalah kelompok komoditi mineral bukan logam, komoditi yang termasuk pada kelompok batu mulia adalah ametis, batu hias, intan, jasper, kalsedon, oniks, opal, prehnit, topaz, koral, garnet dan rijang. (UU no 4 tahun 2009) Bahan ini dipakai terutama dalam industri perhiasan dan kerajinan.

Klasifikasi sumber daya mineral berdasarkan tingkat penyelidikannya, terbagi menjadi 4 (empat) kategori, yaitu hipotetik, tereka, tertunjuk dan terukur. Sedangkan klasifikasi cadangan mineral terbagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu terukur dan terkira (SNI 130-5014-1998).

Sumber daya mineral hipotetik (Hypothetical Mineral Resource)adalah sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan perkiraan pada tahap Survei Tinjau.

Sumber daya mineral tereka (Inferred Mineral Resource)adalah sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil tahap Prospeksi.

Sumber daya mineral tertunjuk (Indicated Mineral Resource) adalah sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil tahap Eksplorasi Umum.

(12)

Sumber daya mineral terukur (Measured Mineral Resources) adalah sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil tahap Eksplorasi Rinci.

Cadangan mineral terkira (Probable Reserve) adalah sumber daya mineral terunjuk dan sebagian sumber daya mineral terukur yang tingkat keyakinan geologinya masih lebih rendah, yang berdasarkan studi kelayakan tambang semua faktor yang terkait telah terpenuhi, sehingga penambangan dapat dilakukan secara ekonomi.

Cadangan mineral terbukti (Proven Reserve) adalah sumber daya mineral terukur yang berdasarkan studi kelayakan tambang semua faktor yang terkait telah terpenuhi, sehingga penambangan dapat dilakukan secara ekonomik.

Berikut adalah beberapa pengertian dan istilah yang digunakan dalam penghitungan neraca sumber daya mineral :

Sumber Daya Mineral (Mineral Resource) adalah endapan mineral yang diharapkan dapat dimanfaatkan secara nyata. Sumber daya mineral dengan keyakinan geologi tertentu dapat berubah menjadi cadangan setelah dilakukan pengkajian kelayakan tambang dan memenuhi kriteria layak tambang.

Cadangan (Reserve) adalah endapan mineral yang telah diketahui ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitasnya dan yang secara ekonomis, teknis, hukum, lingkungan dan sosial dapat ditambang pada saat perhitungan dilakukan.

Keterdapatan Mineral (Mineral Occurrence), adalah suatu indikasi pemineralan (mineralization) yang dinilai untuk dieksplorasi lebih jauh. Istilah keterdapatan mineral tidak ada hubungannya dengan ukuran volume/tonase atau kadar/kualitas, dengan demikian bukan bagian dari suatu Sumber Daya Mineral.

D. Komite Cadangan Mineral Indonesia (KCMI)

Komite Cadangan Mineral Indonesia (KCMI) merupakan sebuah komite yang bertanggung jawab atas pengembangan, pembaharuan, dan sosialisasi kode KCMI.

Anggota KCMI terdiri atas perwakilan perwakilan dari PERHAPI (Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia), IAGI (Ikatan Ahli Geologi Indonesia), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik Indonesia (Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara serta Badan Geologi Biro Geologi Indonesia), dan Bursa Efek Indonesia (IDX).

Kode KCMI sendiri merupakan sebuah kode profesional yang digunakan sebagai panduan untuk pembuatan laporan hasil eksplorasi, sumber daya, dan cadangan mineral dan batubara yang bersifat publik. Aktivitas-aktivitas eksplorasi awal yang dilakukan oleh

(13)

KCMI sebelum adanya perkembangan infrastruktur, ekspansi produksi, dan penemuan hasil tambang tentulah membutuhkan dana yang berasal dari berbagai sumber. Salah satu sumber dana yang utama dalam kegiatan eksplorasi ini adalah investor eksternal dan pemegang saham internal dari perusahaan pertambangan. Agar kedua pihak ini mau memberikan dana, tentulah dibutuhkan laporan yang berisi tentang status dari sumber daya dan cadangan yang tersedia. Laporan status sumber daya dan cadangan ini tentulah harus didasarkan pada data yang akurat dan kredibel. Dengan adanya informasi ini, para investor dan pemegang saham tersebut akan dapat menyesuaikan ekspektasi mereka terhadap eksplorasi yang dilakukan dan dapat merasa lebih yakin untuk memberikan dana.

Kode KCMI pertama kali diresmikan pada bulan September tahun 2011 melalui Konvensi Nasional KCMI. Kode KCMI ini kemudian mendapatkan beberapa revisi, kemudian diterbitkan dan diresmikan kembali pada akhir tahun 2017. Penerbitan Kode KCMI yang baru pada tahun 2017 ini bertepatan dengan diterimanya KCMI sebagai anggota kesebelas dari CRIRSCO (Committee for Mineral Reserves International Reporting Standards) pada tanggal 31 Oktober 2017 yang dilakukan dalam acara meeting tahunan CRIRSCO di Yogyakarta.

Sejak publikasi pertamanya pada tahun 2011, Kode KCMI telah dikenal dan diterima secara luas. Bursa Efek Indonesia (IDX), dalam regulasi I-A.1, menyatakan bahwa mulai dari tanggal 1 November 2014, mereka mengakui pernyataan cadangan mineral yang ditandatangani oleh Competent Person Indonesia (CPI) yang bekerja dibawah Kode KCMI. Pernyataan tentang cadangan mineral ini sendiri digunakan sebagai dasar bagi para perusahaan pertambangan yang akan mencatatkan sahamnya di IDX.

Direktur Jenderal Batubara dan Mineral, Kementerian ESDM RI, dalam surat keputusan No. 569DJB/2015 menyatakan bahwa mulai bulan April tahun 2017, seluruh laporan hasil eksplorasi, sumber daya, dan cadangan mineral wajib mengacu pada Kode KCMI yang ditandatangani oleh KPK.

E. Kriteria Utama Pembentukan Sumberdaya Endapan Mineral

Endapan Mineral (Mineral Deposit) adalah longgokan (akumulasi) bahan tambang berupa mineral atau batuan yang terdapat di kerak bumi yang terbentuk oleh proses geologi tertentu, dan dapat bernilai ekonomi.

Sumber Daya Mineral (Mineral Resources) adalah endapan mineral yang diharapkan dapat dimanfaatkan secara nyata. Sumber daya mineral dengan keyakinan geologi

(14)

tertentu dapat berubah menjadi cadangan setelah dilakukan pengkajian kelayakan tambang dan memenuhi kriteria layak tambang.

Pembentukan mineral sangat berkaitan erat dengan proses magmatik. Pada umumnya, lingkungan pembentukan mineral logam dapat dijumpai di dalam batuan vulkanik. Hal itu bisa dipahami lantaran proses magmatik berlangsung simultan dengan kegiatan gunung api.

Sumber daya mineral terbentuk melalui pembentukan pegunungan, aktivitas magma pada gunung api dan proses sedimentasi yang berlangsung secara terus menerus selama periode waktu tertentu, serta diikuti dengan proses evolusi geologi. Kondisi geologi mempengaruhi pola penyebaran endapan sumber daya mineral.

Secara umum, endapan mineral yang berasal dari kegiatan magma atau proses pembentukan endapan mineral diklasifikasikan menjadi dua macam, yakni proses internal atau endogen serta proses eksternal atau eksogen. Endapan mineral primer dipengaruhi oleh faktor endogen, sementara endapan sekunder dipengaruhi faktor eksogen yang membentuk endapan plaser, residual, supergene enrichment, evaporasi/presipitasi, mineral energi (minyak, gas bumi dan batubara).

1. Proses Internal (Endogen Pembentukan Endapan Mineral)

Kristalisasi dan Segregasi Magma, Kristalisasi magma adalah proses utama dari pembentukan batuan vulkanik dan juga plutonik.

Hydrothermal,Larutan hydrothermal sangat dipercaya sebagai salah satu fluida pembawa bijih utama, kemudian terendapkan dalam beberapa fase serta tipe endapan.

Lateral Secretion, Lateral secretion adalah proses dari pembentukan lensa-lensa serta urat kuarsa pada batuan metamorf.

Metamorphic Processes, Metamorphic Processes pada umumnya adalah hasil dari kontak serta regional metamorphism.

Volcanic Exhalative (Sedimentary Exhalative), Volcanic exhalative adalah ekshalasi dari larutan hidrotermal pada permukaan. Hal itu terjadi pada kondisi bawah permukaan air laut yang umumnya menghasilkan tubuh bijih berbentuk stratiform.

(15)

2. Proses Eksternal (Eksogen Pembentukan Endapan Mineral)

Mechanical Accumulation, Mechanical accumulation merupakan konsentrasi dari mineral berat dan lepas menjadi endapan placer(placer deposit).

Sedimentary Precipitates, Sedimentary precipitates merupakan presipitasi elemen-elemen tertentu di lingkungan tertentu, dengan atau tanpa bantuan organisme biologi.

Residual Processes Pelindian (Leaching), Residual processes merupakan elemen-elemen tertentu di batuan yang meninggalkan konsentrasi elemen-elemen yang tidak mobile dalam material sisa.

Secondary or Supergene Enrichment Pelindian (Leaching), Secondary merupakan elemen-elemen tertentu dari bagian atas suatu endapan mineral yang selanjutnya presipitasi di kedalaman yang menghasilkan endapan dengan konsentrasi lebih tinggi.

F. Hubungan Tahapan Eksplorasi Dengan Klasifikasi Sumberdaya Mineral 1. Tahapan Eksplorasi

Pengertian dari tahapan eksplorasi (Exploration Stages) sendiri adalah sebuah urutan tahapan penyelidikan yang pada umumnya dilaksanakan menggunakan 4 tahapan. untuk keempat tahapan tersebut diantaranya yaitu diawali dengan Survei tinjau, lalu dilanjutkan dengan Prospeksi, lalu setelah itu ada tahap Eksplorasi Umum dan yang terakhir merupakan tahapan Eksplorasi Rincian. untuk tujuan dari tahapan eksplorasi ini adalah untuk mengidentifikasi pemineralan (mineralization), menentukan ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitas daripada suatu endapan mineral untuk kemudian dapat dilakukan analisa/kajian kemungkinan dilakukannya investasi

Untuk penjelasan masing-masing tahapan yaitu diawali dari tahapan survei tinjau (Reconnaissance). tahapan ini merupakan tahapan untuk mengidentifikasi daerah - daerah yang berpotensi bagi keterdapatan mineral pada skala regional terutama berdasarkan hasil studi geologi regional, diantaranya pemetaan geologi regional.

tujuan dari tahapan ini adalah untuk mengidentifikasi daerah-daerah anomali atau mineralisasi yang prospektif untuk diselidiki lebih lanjut.

(16)

Lalu yang berikutnya merupakan tahapan Prospeksi (Prospecting). tahapan ini merupakan eksplorasi dengan jalan mempersempit daerah yang mengandung endapan mineral yang potensial. Metoda yang digunakan adalah pemetaan geologi untuk mengidentifikasi singkapan, dan metoda yang tidak langsung seperti studi geokimia dan geofisika. Tujuan dari tahapan ini adalah mengidentifikasi suatu endapan mineral yang akan menjadi target eksplorasi selanjutnya.

Tahap berikutnya yaitu tahapan Eksplorasi Umum. Tahap eksplorasi umum atau yang biasa disebut dengan General Exploration merupakan sebuah tahapan eksplorasi yang merupakan deliniasi awal dari suatu endapan yang teridentifikasi. untuk metoda yang digunakan pada tahapan ini adalah dengan metoda pemetaan geologi, dan metoda lain seperti membuat paritan dan pemboran untuk evaluasi pendahuluan kualitas dan kuantitas dari suatu endapan. Lalu tujuan dari tahapan ini adalah menentukan gambaran geologi suatu endapan mineral berdasarkan indikasi sebaran, perkiraan awal mengenai ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitasnya.

Lalu tahapan terakhir yaitu tahapan Eksplorasi Rinci atau biasa disebut dengan Detailed Exploration. Tahapan ini merupakan tahapan eksplorasi untuk mendeliniasi secara rinci dalam 3-dimensi terhadap endapan mineral yang telah diketahui dari percontohan singkapan, paritan, lubang bor, shafts dan terowongan.

2. Klasifikasi Sumber Daya Mineral

Pengertian dari sumber daya mineral sendiri adalah suatu endapan mineral yang diharapkan dapat dimanfaatkan secara nyata. Endapan mineral sendiri memiliki pengertian berupa akumulasi bahan tambang berupa mineral atau batuan yang terdapat di kerak bumi yang terbentuk oleh proses geologi tertentu, dan dapat bernilai ekonomis. Untuk sumber daya mineral tersebut juga harus dilihat keterdapatannya di suatu daerah. Keterdapatan mineral atau biasa disebut dengan mineral occurrence adalah suatu indikasi pemineralan (Mineralization) yang dinilai untuk dieksplorasi lebih jauh menggunakan tahapan-tahapan yang telah sebelumnya dijelaskan.

Untuk klasifikasi sumber daya mineral sendiri merupakan suatu proses pengumpulan, penyaringan serta pengolahan data dan informasi dari suatu endapan mineral untuk memperoleh gambaran yang ringkas mengenai endapan itu berdasarkan beberapa kriteria, untuk kriteria-kriteria tersebut diantaranya adalah keyakinan geologi dan kelayakan tambang. untuk keyakinan geologi sendiri mengacu

(17)

kepada 4 tahapan yang telah dijelaskan sebelumnya meliputi survei tinjau, prospeksi, eksplorasi, dan eksplorasi rinci. sedangkan kelayakan tambang mengacu pada hal-hal seperti ekonomi, teknologi, peraturan perundang-undangan, dan faktor sosial lingkungan.

G. Identifikasi dan Deskripsi Sumberdaya Endapan Mineral 1. Endapan Mineral (Mineral Deposit)

Endapan mineral adalah timbunan (akumulasi) bahan tambang berupa mineral atau batuan yang terdapat di kerak bumi yang terbentuk oleh proses geologi tertentu, dan dapat bernilai ekonomi. Pada nilai sumber daya mineral terdapat klasifikasi berdasarkan tingkat penyelidikan, klasifikasi ini didasarkan pada tingkat penyelidikan serta dikaitkan dengan tahapan eksplorasi yang telah dilakukan, sehingga dapat diketahui nilai sumber daya yang layak dan tidak layak. Klasifikasi sumber daya mineral dan cadangan mineral adalah suatu proses pengumpulan, penyaringan dan pengolahan data serta informasi dari suatu endapan mineral untuk memperoleh gambaran yang ringkas mengenai endapan mineral yang berdasarkan kriteria keyakinan geologi dan kelayakan tambang.

Secara umum, proses proses pembentukan endapan mineral baik jenis logam maupun non logam dapat terbentuk karena proses mineralisasi yang diakibatkan oleh aktivitas magma. Sedangkan endapan mineral ekonomis selain karena aktivitas magma juga dapat dihasilkan dari proses alterasi yaitu mineral hasil ubahan dari mineral yang telah ada sebelumnya. Adapun menurut M. Bateman proses pembentukan mineral dapat dibagi atas beberapa proses yang menghasilkan jenis mineral tertentu baik yang bernilai ekonomis maupun mineral yang hanya bersifat sebagai gangue mineral. Endapan-endapan mineral yang muncul sesuai dengan bentuk asalnya disebut dengan endapan primer (hypogen). Jika mineral-mineral primer telah terubah melalui pelapukan atau proses-proses luar (superficial processes)disebut dengan endapan sekunder(supergen)

2. Sumber Daya Mineral (Mineral Resource)

Sumberdaya mineral adalah endapan mineral yang diharapkan dapat dimanfaatkan secara nyata. Sumber daya mineral dengan keyakinan geologi tertentu dapat berubah menjadi cadangan setelah dilakukan pengkajian kelayakan tambang dan memenuhi kriteria layak tambang.

(18)

3. Istilah-istilah yang Berkaitan dengan Endapan Mineral

a. Ore, adalah endapan bahan galian yang dapat diekstrak (diambil) mineral berharganya secara ekonomis baik itu logam maupun bukan logam. Bijih diekstraksi melalui penambangan, kemudian hasilnya dimurnikan lagi untuk mendapatkan unsur-unsur yang bernilai ekonomis.

b. Gangue Minerals, adalah mineral non logam yang bisa dimanfaatkan sebagai hasil sampingan misalnya kuarsa, garnet, dll dalam jumlah yang cukup.

c. By product,adalah produk sekunder atau insidentil yang berasal dari proses manufaktur, suatu reaksi kimia atau jalur biokimia, dan bukan produk utama atau jasa yang dihasilkan. By product dapat bermanfaat dan berharga, atau dapat dianggap limbah.

d. Metallic minerals, adalah Mineral yang mengandung satu jenis logam.

Apabila kandungan logamnya relative besar dan terikat secara kimia dengan unsur lain disebut mineral bijih (ore-minerals). Sebagian besar mineral bijih bersifat logam dan sebagian bersifat non logam (bauksit).. Mineral logam dibagi menjadi dua, yaitu logam murni dan logam campuran.

e. Waste minerals,mineral non logam yang tidak ekonomis

f. Mineral bijih, adalah Batu yang mengandung satu atau lebih mineral metalik yang menguntung bila ditambang. Suatu endapan dikatakan bijih sebenarnya dilihat dari nilai ekonomisnya, bila harga pengolahan dan harga pasaran berfluktuasi suatu saat

H. Kriteria Mineral Deposit

Kriteria ini merupakan gejala yang mengendalikan terdapatnya endapan mineral dan pengetahuan ini bertujuan melokalisir daerah yang mempunyai indikasi kuat akan terdapatnya mineral. Untuk mengetahui keterdapatannya, diperlukan untuk melihat kriteria lainnya seperti kriteria stratigrafi, litologi, struktur, magmatogenik, geomorfologi, paleogeografi, paleoklimat, dan historis. Perencanaan eksplorasi hanya bisa dilakukan jika diketahui beberapa hal terlebih dahulu, yaitu :

● Apa yang dicari (formulasi obyektif serta spesifikasinya)

● Dimana harus dicarinya (pada lingkungan geologi yang bagaimana)

● Bagaimana cara mencarinya (strategi pentahapan serta metoda yang dipakai) Dalam pencarian deposit mineral adalah tidak mungkin untuk memeriksa secara detail setiap luas daerah. Di suatu daerah yang terdapat indikasi kuat adanya sumberdaya

(19)

mineral, maka dapat dilakukan pembatasan daerah prospek dengan memanfaatkan kriteria geologi. Menurut Kuzvart and Bohmer (1986), kriteria geologi secara langsung maupun tidak langsung dapat memberikan dugaan adanya keberadaan sumberdaya mineral yang ekonomis. Beberapa kriteria geologi tersebut adalah kriteria stratigrafi, litologi, struktur, magmatogenik, metamorfogenik, geomorfologi, paleogeografi, iklim purba, dan sejarah geologi.

Kriteria stratigrafi digunakan jika suatu endapan mineral ditemukan dalam lapisan stratigrafi. Tugas utama dalam tahap prospeksi yaitu menentukan secara stratigrafi kedudukan endapan mineral, seperti determinasi singkapan dan menentukan luas horison (singkapan horison diikuti sepanjang strike dan dip), kemudian dipetakan secara detail. Kriteria stratigrafi penting artinya untuk mencari endapan sedimen dan endapan hipogen yang berasosiasi dengan lapisan sedimen, seperti batubara, bijih tembaga sedimen, uranium, bauksit, endapan placer, lempung, karbonat dan garam.

Kriteria litologi terbagi menjadi dua, pada endapan primer dan pada endapan sekunder. Pada endapan primer, dilihat secara genetik (dari komposisi endapan mineral yang terbentuk). Pada endapan sekunder, contohnya seperti endapan placer, litologi batuan sangat penting karena variasi litologi awal yang tererosi akan mempengaruhi produk/akumulasi mineral berat yang terbentuk.

Kriteria struktur. Struktur pada kerak bumi sering merupakan faktor pengontrol dalam formasi endapan mineral (seperti perlipatan yang diiringi dengan intrusi). Smirnov (1957) dalam Kuzvart and Bohmer (1986) membagi struktur mineralisasi menjadi 6 grup, yaitu :

● Struktur konkordan dari lapisan batuan

● Endapan mineral yang berasosiasi dengan sesar

● Endapan mineral dalam zona stress akibat tektonik

● Endapan mineral pada kontak dengan batuan beku

● Endapan mineral dalam kombinasi struktur

● Endapan mineral dalam intrusi.

Kriteria magmatogenik. Kriteria magmatogenik terbagi menjadi :

● Hubungan antara deposit dengan komposisi magma

● Hubungan antara deposit dengan diferensiasi magma dan kristalisasi

● Hubungan antara endapan/deposit dengan alterasi batuan

● Hubungan antara deposit dengan ukuran butir batuan.

Kriteria geomorfologi. Kriteria geomorfologi memiliki peranan yang penting pula, sebagai contoh dalam prospeksi endapan placer/letakan.

(20)

Kriteria paleogeografi, paleoklimat, dan sejarah. Kriteria paleogeografi dapat diterapkan pada eksplorasi endapan placer, nikel laterit dan sebagainya. Sebagai contoh untuk mengetahui perkembangan lembah. Kriteria paleoklimat diterapkan pada endapan mineral yang mengalami pengkayaan akibat pelapukan. Contoh, kaolin yang merupakan hasil lapukan batuan feldspatik, dan timah sekunder di P. Bangka. Kriteria sejarah meliputi laporan tambang tua, peta terdahulu, bekas-bekas penambangan, dan nama-nama/sebutan masyarakat lokal untuk endapan mineral tersebut.

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral

Madaniyah. 2020. Poin-Poin Penting RUU Minerba Tahun 2020. Tersedia online pada sampulu.co.id.

Neraca Sumber Daya dan Cadangan Mineral, Batubara, dan Panas Bumi Indonesia Tahun 2020. (2020). Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Badan Geologi.

Idrus, A., dkk. (2007). Diktat Mata Kuliah Eksplorasi Sumberdaya Mineral. Jurusan Teknik Geologi. Fakultas Teknik. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Undang - undang No. 3 Tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.

SNI 7568:2010, Glosarium eksplorasi mineral dan batubara

SNI 4726:201, Pedoman pelaporan, sumberdaya, dan cadangan mineral Istilah Neraca SDG

BADAN GEOLOGI PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI 2015,

(diakses pada 14 September 2021 pukul 21.06 WIB)

KCMI

Sumber Daya Alam Mineral : Pengertian, Macam & Proses 1 (diakses pada 14 September 2021 pukul 21.16 WIB)

http://digilib.unimed.ac.id/26190/10/10.%20NIM%204132240009%20BAB%20I.pdf (diakses pada 14 September 2012 pukul 21.20 WIB)

View publication stats

Referensi

Dokumen terkait

12- Salah satu mineral yang paling umum ditemukan di dalam batuan yang terdapat di kerak bumi adalah kuarsaE. Komposisi kimia kuarsa

Mata kuliah ini memuat tentang Permukaan Bumi yang meliputi : Mineral, Batuan, Pelapukan dan Erosi; Bagian Dalam Bumi yang meliputi: Gerak Kerak Bumi, Tektonik Lempeng, Gempa

Diktat ini berisi pengetahuan-pengetahuan dasar mengenai ekplorasi (terutama untuk endapan mineral bijih) mulai dari pengertian dan konsep ekplorasi, kriteria

Agrogeologi dan mineralogi tanah adalah mata kuliah yang mengajarkan kepada mahasiswa pemahaman terhadap proses dinamis pembentukan bumi, batuan sebagai bagian dari kerak litosfer

Presipitasi mineral bijih sebagai komponen utama atau minor dari batuan beku, seperti endapan intan pada kimberlit, REE pada karbonatit di Zimbabwe Separasi

Presipitasi mineral bijih sebagai komponen utama atau minor dari batuan beku, seperti endapan intan pada kimberlit, REE pada karbonatit di Zimbabwe Separasi

Presipitasi mineral bijih sebagai komponen utama atau minor dari batuan beku, seperti endapan intan pada kimberlit, REE pada karbonatit di Zimbabwe.. Separasi akibat

Batuan Metamorf 1 Proses Pembentukan Batuan metamorf terbentuk melalui transformasi fisik dan kimia batuan yang ada akibat tekanan, suhu, dan reaksi dengan fluida di dalam kerak