KUALITAS BACAAN AL-QUR’AN IMAM MASJID (STUDI LIVING QUR’AN DI KECAMATAN CIPUTAT
TIMUR)
Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Ag)
Oleh:
RIZKI RAMBE NIM. 15210693
PROGRAM STUDI ILMU Al-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA
1440 H/2019 M
TIMUR)
Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Ag)
Oleh:
RIZKI RAMBE NIM. 15210693
Pembimbing:
Hj. Istiqômah, MA
PROGRAM STUDI ILMU Al-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA
1440 H/2019 M
v
الله الرحمن الرحيممسب
KATA PENGANTAR
Tiada untaian kata yang indah selain ucapan rasa syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberkan segala rahmat, karunia dan ridho-Nya serta dianugrahi kesehatan jasmani dan rohani, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kualitas Bacaan Al-Qur’an Imam Masjid (Studi Living Qur’an di Kecamatan Ciputat Timur”.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah limpah kepada baginda alam, sang penyempurna akhlak manusia dan uang selalu diucapkan sebagai bentuk kerinduan yang tak ada hentinya yakni Nabi Muhammad Saw, semoga kita semua mendapatkan syafa’atnya di yaumil akhir kelak Aamiin Yaa Rabbal’alamin.
Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis dengan senang hati menyampaikan terimakasih kepada yang terhormat:
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, MA., selaku rektor Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta.
2. Kepada orang tua, Bapak Kaliamas Rambe dan Ibu Asna Dewi Hasibuan yang selalu sabar dan tiak pernah berhenti memberikan dukungan serta do’anya kepada anaknya. Terimakasih atas segala cinta dan kasih sayang yang tulus, memberikan nasehat-nasehat kebaikan, yang selalu menjadi penyemangat dan motivasi kepada penulis. Jazakumullah Khairan Katsiran atas segala yang telah diberikan oleh kedua orang tua kepada penulis.
3. Bapak Dr. Muhammad Ulinnuha, Lc, MA., selaku dekan Fakultas Ushuluddin Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta.
vi skripsi ini supaya baik dan benar.
5. Kepada seluruh Instruktur Tahfiz Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta yang selalu memotivasi serta sabar dalam membimbing penulis dalam menghafal ayat-ayat Al-Qur’an.
6. Kepada seluruh dosen Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta yang telah banyak memeberikan ilmu-ilmu pengetahuan baik umum maupun Agama kepada penulis.
7. Kepada Staf Fakultas Ushuluddin Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta yang telah melayani penulis dalam segala kebutuhan kuliah dengan baik dan sabar.
8. Kepada Bapak Kepala Sekolah, Waka Kurikulum, Waka Kesiswaan, Ketua Gugus Depan, Pembina Pramuka, Bapak dan Ibu guru di sekolah SMPN 2 Tangerang Selatan atas kerjasama dan bantuan dan kerjasamanya dengan penulis agar dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
9. Untuk saudara-saudara saya Kak Rodiah, Kak Rosidah, Kak Fathanah dan Adik Aulia yang telah mendukung penulis serta memberikan segudang do’a sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
10. Untuk adik saya Agung Saputra yang telah memberikan tumpangan terbaiknya untuk menemani saya dalam menelusuri masjid-masjid.
Semoga limpahan rahmat Allah SWT senantiasa menyertaimu.
11. Untuk keluarga seperantauanku FUMAS (Forum Ukhuwah Mahasiswa Sumatera) tercinta. Terimakasih telah memberikanku peluang untuk dapat menjadi mahasiswa yang cinta akan kebersamaan.
vii
12. Untuk teman-teman seperjuanganku angkatan 2015 terkhusus kelas Ushuluddin 8B, yang dari awal masuk ke Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta. Tanpa semangat, dukungan dan bantuan kalian semua tak akan mungkin penulis sampai disini. Terimakasih untuk cada tawa dan perjuangan yang kita lewati bersama dan terimakasih untuk kenangan manis yang kita ukir.
13. Serta semua pihak yang telah membantu, semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda.
Akhirnya, kritik dan saran yang membangun diharapkan oleh penulis dei kemajuan di masa depan pada bidang pendidikan. tak lupa, permohonan maaf disampaikan kepada semua pihak atas segala kesalahan yang disengaja maupun tidak sengaja oleh penulis.
viii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING i
LEMBAR PENGESAHAN ii
LEMBAR PERNYATAAN iii
MOTTO iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI viii
DAFTAR LAMPIRAN xi
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI xiv
ABSTRAK xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Permasalahan 5
1. Identifikasi Masalah 5
2. Pembatasan Masalah 5
3. Perumusan Masalah 6
C. Tujuan Penelitian 6
D. Manfaat Penelitian 6
E. Kajian Pustaka 7
F. Metodologi Penelitian 14
BAB II BACAAN AL-QUR’AN IMAM SALAT DAN METODE MAISȖRÂ
A. Bacaan Al-Qur’an 23
1. Definisi Al-Qur’an 23
ix
2. Keutamaan-keutamaan Membaca Al-Qur’an 25
3. Adab-adab Membaca Al-Qur’an 28
4. Ilmu Tajwid, Tahsin Tartil 33
B.
Metode Maisȗrâ Sebagai Parameter Penilaian Kualitas Bacaan Al-Qur’an
38
C. Imam Salat 44
1. Pengertian Imam Salat 44
2. Syarat-syarat Menjadi Imam Shalat Berjemaah 45 3. Urgensi Bacaan Tartil Bagi Imam Salat 47 BAB III TINJAUAN TENTANG MASJID DAN PROFIL MASJID-MASJID DI KECAMATAN CIPUTAT TIMUR
A. Pengertian Masjid 49
B. Profil Masjid-masjid di Kecamatan Ciputat Timur 50 BAB IV PROFIL IMAM-IMAM MASJID DAN ANALISIS KUALITAS BACAAN AL-QUR’AN IMAM-IMAM MASJID DI KECAMATAN CIPUTAT TIMUR
A. Profil Imam-imam Masjid 79
B. Analisis Kualitas Bacaan Al-Qur’an 86
BAB V PENUTUP 107
A. Kesimpulan 107
B. Saran 107
DAFTAR PUSTAKA 109
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi Lampiran 1 Surat Pengajuan Skripsi
Lampiran 2 Surat Mohon Kesedian Menjadi Pemimbing Lampiran 3 Surat Permohonan Kesediaan Menjadi Lampiran 4 Surat Kesediaan Penguji Munaqasyah Lampiran 6 Hasil Wawancara
Lampiran 7 Hasil Dokumentasi
xiv 1. Konsonan
Arab Latin Arab Latin
أ
Aط
Thب
Bظ
Zhت
Tع
„ث
Tsغ
Ghج
Jف
Fح
Hق
Qخ
Khك
Kد
Dل
Lذ
Dzم
Mر
Rن
Nز
Zو
Wس
Sه
Hش
Syء
,ص
Shي
Yض
Dh2. Vokal
Vokal Tunggal Vokal Panjang Vokal Rangkap
Fathah A أ a~ ي َ Ai
Kasrah I ي i~ و َ Au
Dhammah U و u~
xv
Kata sandang yang diikuti alif-lam (
لا
) qamariyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya. Contoh:ةرقبلا
: al- Baqarahb. Kata sandang yang diikuti oleh alif-lam (
لا
) syamsiyah.Kata sandang yang diikuti alif-lam (
لا
) syamsiyah ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan bunyinya. Contoh:لجرلا
: ar-Rajulc. Syaddah (Tasydid)
Syaddah (Tasydid) dalam sistem aksara Arab digunakan lambang (
َ
), sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan cara menggandakan huruf yang bertanda tasydid.Aturan in berlaku secara umum, baik tasydid yang berada di tengah kata, di akhir kata ataupun yang terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah. Contoh:
بّن مآ ّللبِب
: Aamanna billaahid. Ta Marbuthah (
ة
)TaMarbuthah(
ة
) apabia berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh kata sifat (na‟af), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf “h”. Contoh: :ةدئفلأ
al-Af’idahSedangkan ta marbuthah (
ة
) yang diikuti atau disambungkan (di- washal) dengan kata benda (ism), maka dialihaksarakan menjadi huruf “t”. Contoh:تبصبن تلمبع
: ‘Amilatun Nashibahe. Huruf Kapital
Sistem penulisan Arab tidak mengenal huruf kapital, akan tetapi apabila telah dialihaksarakan maka berlaku ketentuan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, seperti penulisan awal kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri dan lain- lain. Ketentuan yang berlaku pada EYD berlaku pula pada dalam alih aksara ini, seperti cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold) dan ketentuan lainnya. Adapun untuk nama diri yang diawali dengan kata sandang, maka huruf yang ditulis kapital adalah awal nama diri, bukan kata sandangnya. Contoh: „Ali Hasan al-„Ardh,
xvi
penulisan kata Al-Qur‟an dan nama-nama surahnya menggunakan huruf kapital. Contoh: Al-Qur‟an, Al-Baqarah, Al-Fatihah dan seterusnya.
Rizki Rambe. Judul “Kualitas Bacaan Al-Qur’an Imam Masjid (Studi Living Qur’an di Kecamatan Ciputat Timur).” Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir. Tahun 2019
Al-Qur’an adalah sumber utama Islam, bukanl perkataan manusia, bukan pula perkataan Nabi Muhammad Saw atau Malaikat Jibril a.s.
Al-Qur’an adalah Kalâmullâh atau perkataan Allah SWT yang penuh dengan kesucian. Dengan demikian, umat Islam diperintahkan untuk memperbanyak membaca Al-Qur’an. Allah SWT juga memerintahkan kepada manusia untuk memperhatikan dan menghormati Al-Qur’an, menjaga adab ketika membaca Al-Qur’an, karena salah satu cara menghormati dan memuliakan Al-Qur’an adalah dengan selalu membaca Al-Qur’an dengan baik, tartil dan tidak melupakan nilai-nilai yang telah diajarkan dalam Al-Qur’an.
Membaca Al-Qur’an dengan tartil merupakan salah satu bentuk kepatuhan terhadap perintah Allah Swt, hal ini dapat dilihat pada pesan serius-Nya dalam Al-Qur’an. Firman Allah SWT dalam surah Al-Muzammil ayat 4. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif Studi Living Qur’an, pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penelitian kualitatif adalah proses penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang dapat diamati.
1
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur‟an adalah sumber utama Islam, Al-Qur‟an bukanlah perkataan manusia, bukan pula perkataan Nabi Muhammad Saw atau Malaikat Jibril a.s. Al-Qur‟an adalah Kalâmullâh atau perkataan Allah SWT yang penuh dengan kesucian, sakralitas yang tinggi, Al-Qur‟an berisi pesan-pesan kehidupan untuk umat manusia sebagai refleksi sifat-Nya yang Rahman dan Rahim, cinta kasih-Nya kepada hamba-hambaNya yang tak terhingga.1 Dengan demikian, umat Islam diperintahkan untuk memperbanyak membaca Al-Qur‟an, karena dengan banyak membaca Al-Qur‟an dapat mengangkat derajat, menghapus segala kejelekan, mendidik akhlak, serta mencerahkan jiwa.2 Allah SWT juga memerintahkan kepada manusia untuk memperhatikan dan menghormati Al-Qur‟an, menjaga adab ketika membaca Al-Qur‟an, karena salah satu cara menghormati dan memuliakan Al-Qur‟an adalah dengan selalu membaca Al-Qur‟an dengan baik, tartil dan tidak melupakan nilai-nilai yang telah diajarkan dalam Al-Qur‟an.3 Membaca Al- Qur‟an dengan tartil merupakan salah satu bentuk kepatuhan terhadap perintah Allah Swt, hal ini dapat dilihat pada pesan serius-Nya dalam Al-Qur‟an. Firman Allah SWT:
1 Ahsin Sakho Muhammad, Keberkahan Al-Qur’an, (Jakarta Selatan: PT Qaf Media Kreativa, 2017), Cet. Ke-1, h. 13
2 Muhammad Sayyid Thanthawi, Ulumul Qur’an, (Jogjakarta: IRCiSoD, 2013), Cet. Ke-1, h. 28
3 Umniyyati Sayyidatul, dkk., Terjemah At Tibyannu Fii Adabi Hamalatil Qur’an, (Solo: Al-Qowam, 2014), h. 2
ِتْرَ ت َنآْرُقْلا ِلِّتَرَو ًلي
“...Dan bacalah Al-Qur’an dengan tartil yang unggul”
(QS. Al-Muzammil: [73]:4)
Artinya perintah membaca Al-Qur‟an adalah bukan sekedar dengan cara sekedar “tartil”, akan tetapi dengan tartil yang benar-benar berkualitas. Menurut „Ali bin Abî Thâlib, tartil disini adalah dengan “membaguskan bacaan huruf-huruf Al- Qur’an dan mengetahui hal ihwal waqaf”. Dengan demikian, maksud “tartil yang unggul” adalah melafazkan ayat-ayat Al- Qur‟an sebagus dan semaksimal mungkin, yang populer dengan ungkapan bahwa “membaca Al-Qur‟an haruslah bertajwid”.
Untuk tercapai bacaan yang bagus, haruslah menguasai keilmuannya, yaitu Ilmu Tajwid.4 Ilmu Tajwid itu sendiri adalah ilmu yang menerangkan tentang cara membaca Al-Qur‟an, tempat memulai dan pemberhentiannya (tempat-tempat ibtida’
dan waqaf) dan nilai-nilai yang berhubungan dengan itu.5
Banyak ulama yang telah menyusun kitab terkait serta membahas dengan pokok-pokok pembahasaan tersebut, sebagian dari mereka ada yang menyusun serta membahas secara ringkas, dan sebagian lainnya menguraikan secara rinci serta menyeluruh,6 seperti buku Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al- Qur’an Metode Maisȗrâ yang dikarang oleh Dr. H. Ahmad Fathôni, Lc., MA. yang mana buku tersebut penulis jadikan
4 Ahmad Fathoni, Metode Maisura’, (Bogor: CV Duta Grafika,2017), h.
5-6
5 Alisabanamahrus.blogspot.com diakses pada tanggal 14 Mei 2019 pukul 14:3 WIB
6 Muhammad Sayyid Thanthawi, Ulumul Qur’an, (Jogjakarta: IRCiSoD, 2013), Cet. Ke-1, h. 12
3
sebagai parameter dalam menilai bacaan imam-imam masjid di Kecamatan Ciputat Timur.
Berhubung skripsi ini berjudul “Kualitas Bacaan Al- Qur‟an Imam-imam Masjid di Ciputat Timur”, maka penulis akan menjelaskan apa makna imam secara umum. Imam adalah setiap yang diikuti dan ditaati dalam keadaan baik atau buruknya.
Dalam hal konteks salat, imam adalah pimpinan dalam salat berjemaah yang tampil di depan makmum7 untuk diikuti gerakan-gerakan shalatnya baik dalam kedudukannya yang tetap maupun dalam keadaan yang sementara, sang imam berdiri paling depan dari barisan jemaah salat.8 Jika dalam salat, imam adalah orang yang diikuti dan menunjuk imam adalah sebuah kewajiban Syar’i dan termasuk hal-hal yang wajib menurut kesepakatan Ulama dengan disyaratkan menjadi seorang imam.9 Kalangan fuqaha’ mengambil kata sepakat bahwa imam merupakan penanggung berbagai fardu salat atas makmum, sehingga dikatakan di dalam konsep ajaran Islam, seseorang yang berhak menjadi imam harus memenuhi syarat dan kriteria tertentu, dan salah satu orang yang termasuk dalam syarat kriteria imam salat adalah orang yang paling bagus bacaan Al- Qur‟annya.10
Akan tetapi jika dilihat fenomena pada zaman sekarang, tidak sedikit orang-orang lebih mengutamakan kesempurnaan dan keindahan fisik masjid daripada memikirkan bagaimana
7 Makmum adalah orang yang dipimpin dalam salat berjemaah
8https://www.referensimakalah.com/2012/12/pengertian-imam- shalat.html, diakses tanggal 14 Mei 2019
9 Wahbah Al-Zuhayli, Fiqhul Islam Wa Adillatuhu, terj. bdul Hayyie al- Kattani dkk., jilid II (Jakarta: Gema Insani, 2010), h. 307
10 Ibnu Rusyd, Tarjamah Bidayatul Mujtahid, Jilid I (Semarang: CV. Asy Syifa‟, 1990), Cet. Ke-1, h. 301
cara pengisian dan memakmurkannya, masalah imam seakan- akan tidak masuk lagi dalam kesempurnaan ibadah, padahal inilah yang pokok.11 Logikanya, apalah gunanya piring walaupun terbuat dari emas, jika nasinya tidak ada dan apalah gunanya sangkar walaupun terbuat dari emas, jika burungnya tidak ada.
Dalam hal ini, sering didapati pula masih banyak imam-imam masjid yang kurang tepat dalam membaca Al-Qur‟an dan belum sesuai dengan kaidah-kaidah tajwid, seperti dalam hal tempo panjang bacaan Mad Tabî’i, Mad Wâjib Muttasil, Mad Jâiz Munfasil, Mad ’Ârid lis Sukûn, ikhfa, dan Ghunnah, kesalahan- kesalahan seperti ini sering penulis dapati, terlebih lagi di masjid yang berukuran kecil yang terletak di pedesaan bahkan di Kecamatan sekalipun.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis tertarik ingin melakukan penelitian lebih dalam tentang bacaan Al- Qur‟an imam-imam masjid khususnya di Kecamatan Ciputat Timur. Hal ini dikuatkan pula dari beberapa pengalaman, diantaranya ketika penulis menjadi salah satu makmum di salah satu masjid yang beralamat di jln. Legoso Raya, Pisangan, Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Banten. Disana penulis mendapati bacaan Al-Qur‟an yang kurang tepat dari imam masjid tersebut. Dari pengalaman diatas pula, maka penulis bertambah yakin untuk meneliti kualitas bacaan imam-imam masjid yang berada di Kecamatan Ciputat Timur. Oleh karena itu, penulis mengambil penelitian Studi Living Qur‟an yang
11Zainal Arifin Djamaris, Menyempurnakan Shalat Dengan Menyempurnakan Kaifyat dan Menggali Latar Filosofinya, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1997), cet. Ke-2, h. 189
5
berjudul: Kualitas Bacaan Al-Qur’an Imam-imam Masjid (Studi Living Qur’an di Kecamatan Ciputat Timur)
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan permasalahan yang dijelaskan pada latar belakang diatas, maka permasalahan ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
a. Bagaimanakah kualitas bacan Al-Qur‟an imam-imam masjid di Kecamatan Ciputat Timur.
b. Bagaimanakah pengetahuan imam-imam masjid di Kecamatan Ciputat Timur tentang ilmu tajwid (tahsin) dan tartil?
c. Kesalahan-kesalahan apa saja yang sering ditemui ketika imam membaca Al-Qur‟an?
d. Bagaimanakah pentingnya memilih imam yang berkualitas?
2. Pembatasan Masalah
Dari permasalahan-permasalahan yang telah dipaparkan sebelumnya, penulis melihat perlu adanya pembatasan masalah. Hal ini dilakukan agar permasalahan penelitian tidak menimbulkan kerancuan dan ketidakjelasan tujuan, maka dari itu penulis membatasi penelitian ini hanya sebatas “Kualitas Bacaan Al-Qur‟an Imam-imam Masjid di Kecamatan Ciputat Timur” dengan menggunakan buku Metode Maisȗrâ sebagai tolak ukur dalam penilaian bacaan Al-Qur‟an serta membatasi penilaian pada hukum bacaan Mad Tabî’i, Mad Wâjib Muttasil, Mad Jâiz Munfasil, ikhfa,
Ghunnah dan Iqlab, Idgham bi Ghunnah dan Mad „Ârid lis Sukûn dan Mad „îwad
3. Rumusan Masalah
Rumusan masalah adalah: konteks dari penelitian yang akan memberikan arah dan tujuan terhadap penelitian yang dilakukan.12 Oleh sebab itu, penulis memuat rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu bagaimana kualitas bacaan Al- Qur‟an imam-imam masjid sekitar Ciputat Timur?
C. Tujuan Penelitian
Pada dasarnya bahwa tujuan penelitian adalah jawaban yang ingin dicari dari rumusan masalah. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas bacaan Al- Qur‟an imam-imam masjid di Kecamatan Ciputat Timur.
D. Manfaat Penelitian
Dalam suatu penelitian ilmiah salah satu yang terpenting adalah manfaat penelitian karena lazimnya dijadikan tolak-ukur bagus tidaknya hasil penelitian. Adapun manfaat penelitian ini ada dua yakni manfaat teoritis dan praktis.
1. Manfaat Teoritis
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai khazanah dan pengembangan ilmu pengetahuan serta memperkaya literatur terkait kualitas bacaan imam-imam masjid.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Pengajar
Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dan perhatian bagi pengajar dalam
12 Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial Kuantitatif, (Bandung: PT Refika Aditama, 2015), cet. Ke-4. h. 611
7
upaya meningkatkan bacaan Al-Qur‟an masyarakat Ciputat Timur khususnya imam-imam masjid sekitar Ciputat Timur.
b. Bagi masyarakat
Dengan melihat hasil dari penelitian ini, diharapkan masyarakat umum dan khususnya imam-imam masjid mampu lebih giat lagi dalam memperdalam ilmu tajwid baik dari segi teori maupun dari segi praktiknya.
E. Kajian Pustaka
Tinjauan kepustakaan adalah suatu tinjauan yang menjelaskan dan mengkaji buku-buku, karya-karya, pemikiran-pemikiran ataupun peneliti terdahulu yang terkait dengan pembahasan skripsi, hal ini akan memberikan inspirasi bagi penulis. Adapun tujuan kajian pustaka untuk menghindari terjadinya kesamaan pembahasaan dalam skripsi yang sedang dilakukan dengan skripsi lain, penulis mengamati kajian-kajian yang pernah dilakukan, selanjutnya hasil pengamatan itu akan menjadi acuan penulis untuk memastikan bahwa penulis tidak plagiat dari kajian yang telah ada. Tema mengenai kualitas bacaan Al-Qur‟an bukanlah bahasan baru dalam dunia pengetahuan, tema ini sering menjadi bahan penelitian di dunia akademik, akan tetapi sejauh penelusuran penulis belum mendapatkan pembahasan mengenai kualiatas bacaan Al-Qur‟an imam-imam masjid di Kecamatan Ciputat Timur, baik penelitian di perguruan tinggi lain, maupun di IIQ (Institut Ilmu Al-Qur‟an) Jakarta sendiri.
Akan tetapi terlihat ada beberapa pembahasan yang memiliki kesinambungan dengan permasalahan yang akan penulis bahas. Diantaranya yaitu sebagia berikut:
1. Muhammad Fadhil, 2018 NIM. 21144019 Fakultas Syari‟ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan dengan judul skripsi “Standarisasi Imam Masjid Menurut Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama (BIMAS ISLAM KEMENAG) dan Realisasinya di Masjid-masjid Kec. Batang Kuis, Kab.
Deli Serdang.” Peneliti menggunakan pendekatan Kualitatif. Adapun teknik dan instrumen pengumpulan bahan penelitian dilakukan dengan metode wawancara semiterstruktur dan dokumentasi, selanjutnya melakukan analisis terhadap bahan yang ada dengan menggunakan metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masjid yang dimaksud oleh Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama dalam penetapan standar imam tetap masjid terbagi menjadi tujuh tipe masjid, dan standar imam masjid disesuaikan dengan tipologi masjid karena setiap tipe masjid berbeda standarisasinya. Di Kecamatan Batang Kuis terdapat lima masjid yang termasuk kedalam tipologi masjid Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama dalam penetapan standar imam masjid ada hanya tiga masjid masjid yang memiliki imam tetap yang sesuai dengan standar imam masjid Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama, sedangkan pada dua masjid lainnya belum memiliki imam tetap yang sesuai dengan standar imam masjid Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama. Menurut peneliti terlaksana atau tidaknya ketentuan standarisasi imam Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama
9
disebabkan oleh faktor pendukung dan faktor yang menjadi kendala terlaksananya ketentuan standar imam tersebut di masjid-masjid Kec. Batang Kuis.13
Adapun persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang imam. Sedangkan perbedaannya terletak pada objek permasalahannya. Dalam skripsinya peneliti fokus kepada standarisaisi imam tetap di masjid- masjid Kec. Batang Kuis, sedangkan penulis hanya fokus kepada kualitas bacaan Al-Qur‟an imam-imam masjid yang ada di Kecamatan Ciputat Timur.
2. Ahmad Rifâ‟i, “Implementasi Metode Ummi Untuk Meningkatkan Kualitas Membaca Al-Qur‟an di SDIT Ihsânul Amal Alabio”, dalam Jurnal Ilmiah Al-Madrasah, Vol. 2, No. 2, Januari-Juni 2018. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis, memahami, dan mendeskripsikan tentang Metode Ummi yang dikembangkan di SDIT Ihsanul Amal: (1) Implementasi metode Ummi di SDIT Ihsanul Amal Alabio, (2) Kualitas bacaan Al-Qur‟an setelah diterapkan metode Ummi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan studi kasus (case studies). Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara, dokumentasi partisipatif, dan dokumentasi. Teknis analisis data meliputi reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan, pengecekan keabsahan
13 Muhammad Fadhil, Standarisasi Imam Menurut Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama (BIMAS ISLAM KEMENAG) Dan Realisasinya Di Masjid-masjid Kec. Batang Kuis Kab. Deli serdang, Syari‟ah dan Hukum / Al- Ahwalus Al-Syakhsiyyah, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan, 2018, http://repository.uinsu.ac.id/id/id/eprint/4022 , diakses pada tanggal 29 Mei 2019, pukul 13.00 WIB
temuan dilakukan dengan cara keikutsertaan peneliti, teknik triangulasi dengan menggunakan berbagai sumber, teori dan metode serta ketekunan pengamatan. Informan penelitian yaitu Kepala Sekolah, Waka Bidang Kurikulum, siswa, dan Kordinator Ummi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Implementasi Metode Ummi untuk meningkatkan kualitas membaca Al-Qur‟an di SDTI Ihsanul Amal Alabio yaitu: kurikulum yang diterapkan 2 kurikulum (kurikulum KTSP dan kurikulum dari Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT). Penerapan pembelajaran metode Ummi mendapat antusias yang tinggi dari pihak lembaga SDIT Ihsanul Amal, kepala sekolah dan pihak guru. Buku Ummi yang berkualitas menjadikan pula kualitas bacaan siswa meningkat, dan setiap jilid mempunyai pembahasan yang berbeda-beda, menyesuaikan kemampuan daya tangkap anak. Ditambah lagi metode Ummi mempunyai lagu khas tersendiri, dan pelajaran yang mendukung metode Ummi seperti hafalan Al-Qur‟an. Pelaksanaan evaluasi pembelajaran Al-Qur‟an bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran seperti evaluasi harian, dan nilai harian di totalkan di akhir bulan, juga dilakukan evaluasi tengah semester atau dan juga dilakukan ujian akhir semester. Evaluasi dari pihak guru juga dilakukan guna meningkatkan kualitas pembelajaran Al-Qur‟an.14
14 Ahmad Rifâ‟i, “Implementasi Metode Ummi Untuk Meningkatkan Kualitas Membaca Al-Qur’an di SDIT Ihsânul Amal Alabio”, dalam Jurnal Ilmiah Al-Madrasah, Vol. 2, No. 2, Januari-Juni 2018, https://jurnal.stiq-amuntai.ac.id , diakses pada tanggal 29 Mei 2019, pukul 13.00 WIB
11
Penulis melihat ada kesamaan dalam penelitian ini, yaitu sama-sama meneliti kualitas bacaan Al-Qur‟an.
Sedangkan perbedaannya terletak pada objek penelitiannya. Dalam skripsinya peneliti fokus pada kualitas bacaan Al-Qur‟an siswa/siswi SDIT Ihsanul Amal Alabio, sedangkan penulis fokus pada kualitas bacaan Al- Qur‟an imam-imam masjid di Kecamatan Ciputat Timur.
3. Buku yang ditulis oleh Dr. KH. Ahmad Fathoni, Lc., MA.
dengan judul “Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur‟an Metode Maisȗrâ”. Buku tersebut juga menjadi “muara ilmu tajwid terpadu dan komprehensif” yang mengacu pada referensi atau rujukan kitab Ilmu Tajwid mu’tabarah dengan mengikutsertakan pula sebagian besar terjemahannya.15 Penulis menjadikan buku tersebut bahan penunjang dalam memberikan referensi dalam penelitian skripsi, dan sebagai parameter dalam menilai bacaan Al- Qur‟an imam-imam masjid yang berada di Kecamatan Ciputat Timur.
4. Skripsi yang ditulis oleh Saddam Husein Lubis, mahasiswa Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur‟an (PTIQ) Jakarta, prodi pendidikan agama Islam fakultas Tarbiyah pada tahun 2017 dengan judul “Pengaruh Metode Maisȗrâ Terhadap Kualitas Tartil Pembaca Al- Qur‟an. Kesimpulan dari skripsi ini yaitu peneliti membahas profil Maisȗrâ dan pemilik karyanya, serta ia meneliti sebuah majelis dengan nama “Majelis Sanad
15 Ahmad Fathoni, Lc., MA. dengan judul “Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur’an Metode Maisȗrâ”, (Bogor: CV. Duta Grafika, 2017)
Maisȗrâ” yang dipimpin langsung oleh pemilik karya Metode Maisȗrâ yakni Dr. KH. Ahmad Fathoni, Lc., MA.
Pengajian ini diselenggarakan sekali dalam sepekan, yakni pada hari senin (senin malam). Kemudian peneliti menganalisis bacaan Al-Qur‟an para jemaah majelis ini, sebelum mereka mengikuti pengajian Sanad Maisȗrâ dan sesudah mereka mengikuti pengajian tersebut.16
Persamaan karya peneliti dengan penelitian yang akan dilakukan penulis yaitu sama-sama membahas Metode Maisȗrâ yang merupakan salah satu kitab tajwid yang ada di Nusantara. Adapun perbedaannya yaitu peneliti membahas terkait pengaruh Metode Maisȗrâ terhadap kualitas bacaan Al-Qur‟an para jemaah “Majelis Sanad Maisȗrâ”, sedangkan penulis akan menganalisa dan menilai tentang bacaan Al-Qur‟an imam-imam masjid yang ada di Kecamatan Ciputat Timur dengan menjadikan Metode Maisȗrâ sebagai tolak ukur dalam penilaiannya.
5. Skripsi Edri, 2018 NIM. 14422031 Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia dengan judul skripsi “Upaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran Al-Qur‟an di Taman Pendidikan Al-Qur‟an (TPA) Baiturrahmân Dusun Klidon Desa Sukoharjo Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman Provinsi Yogyakarta”. Jenis penelitiannya Kualitatif, lokasi penelitian di Taman Pendidikan Al-Qur‟an TPA Baiturrahmân, Dusun Klidon, Desa Sukoharjo Kecamatan
16Saddam Husein Lubis, Pengaruh Metode Maisȗrâ Terhadap Kualitas Tartil Pembaca Al-Qur’an, Mahasiswa Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur‟an (PTIQ) Jakarta, prodi pendidikan agama Islam fakultas Tarbiyah, 2017
13
Ngaglik Kabupaten Sleman Provinsi Yogyakarta. Subjek penelitian pengajar TPA Baiturrahmân beserta anak-anak TPA. Penelitiannya menggunakan teknik purposive sampling, observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian upaya peningkatan kualitas pembelajaran Al- Qur‟an dengan berbagai pendekatan dan metode belajar yaitu dengan mengelompokkan anak-anak dalam beberapa kelompok untuk mengindentifikasikan tingkat kemampuan anak. Kemudian dilakukan pengananan khusus untuk menjaga prestasi anak-anak dengan membuatkan buku prestasi siswa. Dalam proses pembelajaran Al-Qur‟an para guru berupaya selalu memberikan motivasi serta mengajak anak-anak rekreasi ketika mereka jenuh belajar di lokasi TPA. Guru juga berusaha menciptakan suasana yang menyenangkan dalam proses pembelajaran melalui metode BCM (Belajar Ceria Menyanyi). Metode-metode belajar Al-Qur‟an tersebut ialah metode simak baca, metode Iqro‟, metode Klasikal, metode Talaqqi.17
Persamaannya adalah sama-sama meneliti kualitas bacaan Al-Qur‟an, sedangkan perbedaannya terletak pada objek penelitiannya.
6. Skripsi Rias Budiarti, 2016 NIM. 2811123194, Mahasiswa Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung dengan judul
17 Edri, Upaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran Al-Qur’an di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) Baiturrahmân Dusun Klidon Desa Sukoharjo Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman Provinsi Yogyakarta, Skripsi, Yogyakarta:
Universitas Islam Indonesia, 2018, https://dspace.uii.ac.id , akses pada tanggal 29 Mei 2019, pukul 14.00 WIB
skripsi “Penerapan Metode Usmani Pada Pembelajaran Al-Qur‟an Dalam Meningkat Kualitas Bacaan Al-Qur‟an Di Pendidikan Guru Pengajar Al-Qur‟an (PGPQ) Garum”.
Dalam skripsinya, peneliti berpendapat belajar Al-Qur‟an merupakan hal yang teramat penting bagi semua umat Islam sebagai modal untuk untuk mendalami agama.
Maka menurutnya, metode Usmani sebagai salah satu metode pembelajaran membaca Al-Qur‟an menjadi pilihan metode pembelajaran membaca Al-Qur‟an bagi santri di PGPQ Nȗrul Îmân, karena tanpa menggunakan metode yang tepat maka hasil pembelajaran kurang maksimal.18
Persamaannya adalah sama-sama meneliti kualitas bacaan Al-Qur‟an, sedangkan perbedaan terletak pada objek penelitiannnya.
F. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian
Penyusunan penelitian ini menggunakan kualitatif Studi Living Qur‟an. Penelitian kualitatif adalah proses penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata- kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang dapat diamati.19 Menurut Tadjoer Ridjal penelitian yang menggunakan penelitian kualitatif bertujuan menggali atau membangun
18 Rias Budiarti, Penerapan Metode Usmani Pada Pembelajaran Al-
Qur’an Dalam Meningkat Kualitas Bacaan Al-Qur’an Di Pendidikan Guru Pengajar Al-Qur’an (PGPQ) Garum, Skripsi, Tulungagung: Institut Agama Islam Negeri, 2016, http://repo.iain-tulungagung.ac.id/id/eprint/3737 , diakses pada tanggal 10 Agustus 2019, pukul 12.36 WIB
19 Juju Saepudin, dkk., Membumikan Peradaban Tahfidz Al-Qur’an, (Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta, 2015), h. 17
15
suatu proposisi atau menjelaskan di balik realita.20 Dimana penelitian ini merupakan gabungan antara penelitian lapangan dan kepustakaan.21
Sedangkan living Qur‟an adalah praktek pemaknaan Al-Qur‟an yang tidak mengacu pada pemahaman atas pesan tekstualnya, tetapi berlandaskan anggapan adanya “fadhilah”
dari unit-unit tertentu teks Al-Qur‟an, bagi kepentingan praktis kehidupan keseharian umat.22 Adapun menurut DR.
H. Abdul Mustaqim, Living Qur‟an adalah berbagai bentuk dan model praktik resepsi dan respon masyarakat dalam memperlakukan dan berinteraksi dengan Al-Qur‟an, sehingga dapat dikatakan Al-Qur‟an hidup ditengah kehidupan masyarakat.23 Living Qur’an juga dapat diartikan sebagai fenomena yang hidup di tengah masyarakat Muslim terkait dengan Al-Qur‟an sebagai objek studinya. Oleh karena itu, kajian tentang Living Qur’an dapat diartikan sebagai kajian tentang berbagai peristiwa sosial terkait dengan kehadiran Al-Qur‟an sebagai sebuah komunitas Muslim tertentu.24
Dalam beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa living Qur’an adalah suatu kajian ilmiah dalam ranah
20 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, Aktualisasi Metodologi Kearah Ragam Varian Kontemporer, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2017), h. 124
21 Sufrotul Hasanah, “Kiat Takrir Hafalan Al-qur‟an Wanita Karier Studi Living Qur‟an Terhadap Alumni Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta”, Skripsi, Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta, 2018, h. 18
22 Didi Junaedi, Living Qur‟an: Sebuah Pendekatan Baru dalam Al- Qur‟an, dalam Journal of Qur’an and Hadis Studies, Vol. 4 No. 2, Cirebon 2015, h. 172
23 Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al-qur’an dan Tafsir, (Yogyakarta:
Idea Press Yogyakarta, 2017), cet. Ke-3, h. 104
24 Heddy Shri Ahimsa Putra, The Living Qur’an: Beberapa Perspektif Antropologi, dalam Jurnal Walisongo, vol. 20, No. 1 Mei 2017, h. 238
studi Al-Qur‟an yang meneliti dialektika antara Al-Qur‟an dengan kondisi realitas sosial di masyarakat.25 Kajian ini juga lebih menekankan pada aspek respon masyarakat terhadap kehadiran Al-Qur‟an yang kemudian disebut living Qur’an.26
Urgensi dalam kajian di bidang living Qur’an adalah memberikan kontribusi yang signifikan bagi pengemban wilayah objek kajian Al-Qur‟an. Disisi lain, kajian living Qur’an juga dapat dimanfaatkan untuk kepentinga dakwah dan pemberdayaan masyarakat, sehingga mereka lebih maksimal dalam mengapresiasikan Al-Qur‟an.27 Urgensi dan arti penting kajian living Qur’an lainnya adalah memberi paradigma baru bagi pengemban kajian Al-Qur‟an di era kontemporer. sehingga studi Qur‟an tidak hanya berkutat pada kajian teks.28
Maka dalam hal ini, penelitian kualitatif mencoba mengerti makna suatu kejadian atau peristiwa dengan berinteraksi dengan orang-orang yang ada dalam situasi atau fenomena tersebut.29 Penelitian ini penulis pun menggunakan Library Research (Peneltian Pustaka) dimaksudkan untuk menggali teori-teori dan konsep-konsep oleh para ahli terdahulu dengan mengikuti perkembangan penelitian di bidang yang akan diteliti.
25 Didi Junaedi, Living Qur’an: Sebuah Pendekatan Baru dalam Kajian Al-Qur’an (Studi Kasus di Pondok Pesantren As-Siroj Al-Hasan Desa Kalimukti Kec. Pabedilan Kab. Cirebon), dalam Journal of Qur’an and Hadith Studies, h.
177
26 Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir, h. 106
27 Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir, h. 108
28 Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir, h. 109
29 Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan, (Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri, 2017), cet. Ke-4, h. 328
17
2. Sumber Data
Untuk mendapatkan data dalam penulisan skripsi ini, maka peneliti mengggukan sumber data yang relevan yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah suatu objek atau dokumen original (material mentah) atau juga disebut data yang dikumpulkan dari situasi aktual di mana peristiwa terjadi. Adapun sumber primer dari penelitian ini adalah data yang diperoleh dari hasil observasi ke masjid- masjid sekitar Ciputat Timur. Sedangkan sumber sekunder adalah merupakan data yang dikumpulkan dari tangan kedua atau dari sumber-sumber lain yang telah tersedia sebelum penelitian.30 Sumber sekunder dalam penelitian ini seperti dalam jurnal, internet atau lain-lain yang berkaitan dengan masalah skripsi ini, data-data yang telah didapatkan selanjutnya akan ditelaah secara mendalam yang kemudian akan dikelompokkan sesuai dengan bab dan sub-bab dari urutan skripsi ini.
3. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi
Observasi yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran.31 Dalam pengumpulan data penelitian Kualitas Bacaan Imam Masjid Sekitar Ciputat Timur ini, penulis menggunakan teknik observasi partisipan (berperan serta). Dalam
30 Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial Kuantitatif, h. 433
31 Juju Saepudin, dkk., Membumikan Peradaban Tahfidz Al-Qur‟an, h. 19
observasi ini, peneliti terlibat atau turut serta dalam kegiatan salat berjemaah di masjid-masjid yang menjadi objek penelitian.32
b. Wawancara
Wawancara adalah merupakan percakapan yang berlangsung secara sistematis dan teorganisi yang dilakukan oleh peneliti sebagai pewancara (interviewer) dengan sejumlah orang sebagai responden atau informan yang diwawancara (interviewe) untuk mendapatkan sejumlah informasi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti dan hasil percakapan tersebut dicatat atau direkam oleh pewawancara.33
Dalam penelitian ini, penulis akan melakukan wawancara dengan teknik wawancara semi terstruktur.
Pada wawancara semi terstruktur ini peneliti hanya menyiapkan beberapa kunci pertanyaan untuk memandu jalannya proses tanya jawab wawancara.34 Adapun narasumber wawancara ini adalah ketua DKM masjid dan salah satu imam masjid.
c. Dokumentasi
Selain teknik pengumpulan data diatas, terdapat pula teknik pengumpulan data yang berkaitan dengan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu teknik dokumentasi. Teknik dokumentasi adalah teknik
32 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011), cet. Ke-13, h. 145
33 Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial Kuantitatif, (Bandung: PT Refika Aditama, 2015), cet. Ke-4, h. 486
34 Ibrahim, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2015), Cet. Ke-1, h. 92
19
mencari data yang mengenai hal-hal yang berupa catatan atau tulisan, foto-foto, gambar-gambar, rekaman dan lain sebagainya yang merupakan alat bukti dalam masalah penelitian yang terkait.35
d. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.36 Populasi dapat juga diartikan “keseluruhan subjek penelitian”.37 Dalam hal ini, populasi masjid di Kecamatan Ciputat Timur sebanyak 19 masjid, melihat populasi terlalu banyak (jangkauan terlalu luas), keterbatasan tenaga, waktu, dan biaya sehingga tidak memungkinan dilakukan pengambilan data pada seluruh populasi, maka penulis melakukan pengambilan sampel.38 Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.39 Dalam penelitian ini penulis mengambil Sampel Acak Sederhana (Simple Random Sampling), penulis mengambil sampel hanya 9 masjid, yaitu masjid An-Nur, masjid Nȗrul Îmân, masjid Al-Muhâjirîn, masjid Jâmi‟ Al-Ikhlâs, masjid Pondok Hijau, masjid Al-Istiqômah, masjid Baiturrahmân, masjid At-Taqwâ dan masjid An-Nȗr, yang mana DKM
35 Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir, h. 129
36 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitataif, dan R&D, h. 80
37 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi V, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 108
38 Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial Kuantitatif, h. 374
39 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitataif, dan R&D, h. 81
dan imam-imam masjid tersebut memiliki latar belakang yang berbeda-beda.
d. Metode Analisis Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode analisis deskriptif, yaitu menggambarkan secara umum tentang masjid-masjid yang akan diteliti, DKM masjid serta imam-imam masjidnya, berdasarkan data yang sudah didapat dari lapangan melalui proses observasi dan dokumentasi.
G. Sistematika dan Teknik Penulisan
Sistematika penulisan dapat diartikan sebagai sebuah usulan yang dibuat secara ringkas yang menggambarkan apa saja aspek yang akan dilakukan dalam sebuah penelitian, kemudian dirancang dan disesuaikan dengan penelitian yang akan dilakukan. Melalui proposal penelitian atau pihak-pihak terkait akan memahami penelitian yang akan dilaksanakan.40 Sistematika penulisan dapat diartikan juga sebagai penjelasan rancangan yang berisi logika struktur bab yang berisi nama judul bab dan sub bab, struktur bab menggambarkan logika penulis dalam menjawab permasalahan penelitian.41 Sedangkan teknis dalam penulisan skripsi ini berpedoman pada pembuatan skripsi yang berjudul: Petunjuk Teknis Penulisan Proposal dan Skripsi Institut Imu A-Qur‟an Jakarta, yang diterbitkan oleh LPPI IIQ Jakarta.
40 Happy Susanto, Panduan Praktis Menyusun Proposal, (Jakarta: Trans Media Pustaka, 2008), cet. Ke-1, h. 57
41 Huzaemah T. Yanggo, Penulis Proposal dan Skripsi, (Jakarta: LPPI IIQ Jakarta, 2017), h. 22
21
Untuk mempermudah penulisan, maka pembahasan skripsi dibagi dalam beberapa bab dengan rincian sebagai berikut:
BAB I: Pendahuluan. Bab ini merupakan pembahasan tentang latar belakang dan gambaran umum tentang tema dan hal yang diteliti oleh penulis. Gambaran umumnya mencakup latar belakang penelitian, bahasan masalah yang akan diteliti, kemudian tata cara penelitian, dan identitas penelitian yang mencakup, jenis, sumber, teknik, dan sistematika, atau lebih dikenal dengan metodologi penelitian.
BAB II: Bab kedua, Penulis akan menjelaskan secara lengkap definisi Al-Qur‟an, keutamaan-keutamaan Al-Qur‟an, adab-adab dalam membaca Al-Qur‟an. Kemudian pengertian imam salat dan pendapat Ulama fuqaha’tentang imam salat.
Dalam hal ini akan membantu pemahaman kita tentang pengertian imam itu sendiri. Selanjutnya menjelaskan makna tajwid, tartil dan tashin serta urgensinya. Selanjutnya, menjelaskan secara singkat tentang metode maisȗrâ, yang mana buku tersebut penulis jadikan sebagai tolak ukur dalam penilaian bacaan imam-imam masjid di Kecamatan Ciputat Timur. Dengan hal ini akan membantu dalam memahami di bab selanjutnya.
BAB III: Pada bab ini penulis akan mendeskripsikan profil objek yang penulis teliti yaitu masjid-masjid yang terletak di Kecamatan Ciputat Timur, yaitu masjid Baiturrahmah, masjid An-Nȗr, masjid Istiqômah, masjid al-Muhâjirin, masjid Pondok Hijau, masjid at-Taqwâ, masjid Jâmi‟ al-Ikhlâs, masjid Nȗrul îman, dan masjid an-Nur. Dengan hal ini agar lebih spesifik terhadap pembatasan objek penelitian.
BAB IV: Pada bab ini merupakan hasil dari sebuah penelitian, yakni saat semua teori sudah disusun rapi berdasarkan analisa data yang ada. Pengumpulan data dilakukan melalui teknik sampling dengan metode wawancara dan dokumentasi.
Setelah data terkumpul, data diolah menjadi bentuk narasi dan disajikan sedemikian rupa sehingga menghasilkan temuan baru atau temuan baru. Sebagai catatan, temuan lapangan harus sejalan dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian.
BAB V: Penutup. Yaitu berisi berisi kesimpulan penelitian saran-saran, dan ucapan penutup.
23
BACAAN AL-QUR’AN IMAM SALAT DAN METODE MAISȖRÂ
A. Bacaan Al-Qur’an 1. Definisi Al-Qur’an
Dilihat dari segi bahasa (etimologi) Al-Qur‟an berasal dari bahasa Arab yang berarti “bacaan” atau sesuatu yang dibaca berulang-ulang. Kata Al-Qur‟an adalah bentuk kata benda atau masdar dari kata kerja
ََأَرَ ق
yang artinya membaca, dan ةَءا َسِق berarti menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang lain dalam suatu ucapan yang tersusun rapih.1 Kemudian, kataَُنَأْرُقْلَا
inidijadikan nama untuk firman Allah SWT dengan mengubahnya menjadi makna maf‟ȗl, yakni maqrȗ‟un (
ٌَءْوُرْقَم
), artinya yang dibaca.2Adapun secara terminologi, disini para ulama mengemukakan berbagai persepsi dalam mendifinisikan makna Al-Qur‟an. Beberapa diantaranya sebagai berikut:
a. Al-Qur‟an adalah firman Allah SWT yang mu‟jiz (dapat melemahkan orang-orang yang menentangnya), diturunkan kepada
1Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), cet. Ke-14, h. 1102
2 Muhammad Sayyid Thanthawi, Ulumul Qur‟an, (Jogjakarta: IRCiSoD, 2013), Cet. Ke-1, h, 23-24
Rasȗlullâh Saw tertulis dalam mushaf, disampaikan secara mutawâtir3 dan membacanya dinilai pahala.4
b. Al-Qur‟an adalah mukjizat yang abadi, yang diturunkan kepada Rasȗlullâh Saw sebagai hidayah bagi manusia dan penjelasan- penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda antara yang hak dan yang batil.5
c. Al-Qur‟an adalah Kalâmullâh yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw dan ditulis pada lembaran-lembaran dan disampaikan secara mutawâtir, yang diawali dengan Surah Al- Fâtihah dan diakhiri dengan Surah An-Nâs.6
d. Al-Qur‟an adalah kitab suci terakhir yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw yang selanjutnya didistribusikan kepada umatnya.7
e. Al-Qur‟an adalah kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Rasulullah Saw sebagai mukjizat terbesar bagi beliau dan dapat dijadikan hujah (argumentasi) untuk memperkuat kebenaran beliau sebagai Rasul-Nya.8
Kesimpulannya, Al-Qur‟an adalah kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw sebagai mukjizat baginya yang diawali dengan surah Al-Fâtihah dan di akhiri
3 Mutawatir adalah periwayatan sejumlah banyak orang yang menurut kebiasaan mereka terhindar dari melakukan dusta mulai dari awal hingga akhir sanad
4 Muhammad Sayyid Thanthawi, Ulumul Qur‟an, h, 23-24
5 Ahmad Fathoni, Kaidah Qira‟at Tujuh 1 & 2, jilid 2 (Tangerang Selatan:
Yayasan Bengkel Metode Maisura, 2016), h. 1
6 Afzahurrahman, Indeks Al-Qur‟an, (Jakarta: AMZAH, 2009), cet. ke-4, h. 335
7 Muh. Kailani Er, dkk., Penulisan dan Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an Dengan Rasm Usmani, (Jakarta: Puslitbang Lektur Agama Badan Litbang Agama Departemen Agama Jakarta, 1999), cet. Ke-1, h. 1
8 M. Ali Hasan, Perbandingan Madzhab, (Jakarta Utara: PT RajaGrafindo Persada,1995), cet. Ke-1, h. 9
25
dengan surah An-Nâs dan merupakan ibadah apabila membacanya.
2. Keutamaan-keutamaan Membaca Al-Qur’an
Al-Qur‟an memiliki banyak keutamaan dan tidak sedikit ayat- ayat Al-Qur‟an, hadits Nabi Saw serta atsar sahabat9 yang menerangkan keutamaan-keutamaan Al-Qur‟an. Sejumlah ulama secara spesifik telah menulis karya tentang keutamaan-keutamaan membaca Al-Qur‟an. Berikut di antara keutamaan membaca Al- Qur‟an:
a. Membaca Al-Qur‟an membuat hati tenang
Allah SWT menurunkan kitab-Nya yang kekal agar dibaca oleh lidah manusia, didengarkan oleh telinga, ditadabburi oleh akal, dan menjadi ketenangan bagi hati manusia, sebab salah satu cara dalam Islam agar mendapatkan ketenangan hati adalah dengan membaca Al-Qur‟an, karena membaca Al-Qur‟an termasuk salah satu dzikrullâh (mengingat Allah SWT)10, sebagaimana firman Allah SWT sebagai berikut:
َييِرَّلٱ ِس ۡكِرِب نُهُبىُلُق ُّيِئَو ۡطَت َو ْاىُنَهاَء هَِّللٱ
ِس ۡكِرِب َلََأ َِّللٱ
ُّيِئَو ۡطَت ُةىُلُق ۡلٱ
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah SWT. Ingatlah, hanya mengingat Allah SWT hati menjadi tenang.” (Q.S Ar-Ra‟du [13]: 28)
b. Membaca Al-Qur‟an dapat mendatangkan pahala dan balasan yang besar
9Pengertian atsar sahabat adalah apa yang disandarkan kepada Sahabat dan Tâbi‟in, baik berupa perkataan dan perbuatan mereka
10 Yȗsuf al-Qaradhâwi, Berinteraksi dengan Al-Qur‟an, terj. Abdul Hayyie al-Kattâni, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), cet. Ke-3, h. 225
Seseorang yang membaca Al-Qur‟an akan mendatapatkan pahala dan balasan dari apa yang ia baca, walaupun membacanya dengan terbata-bata.11 Sebagaimana sabda Rasȗlullâh Saw sebagai berikut:
َ ِبَِأَْنَعَاًعيَِجََ،ُّيَِبَُغْلاٍَدْيَ بُعَُنْبَُدَّمَُمَُوَ،ٍديِعَسَُنْبَُةَبْ يَ تُ قَاَنَ ثَّدَح َ
َِنْبََةَراَرُزَْنَعَ،َةَداَتَ قَْنَعَ،َةَناَوَعَوُبَأَاَنَ ثَّدَحَ:ٍدْيَ بُعَُنْباََلاَقَ،َةَناَوَع
ََقَ: ْتَلاَقَ،َةَشِئاَعَْنَعَ،ٍماَشِىَِنْبَِدْعَسَْنَعَ،َفَْوَأ
َىَّلَصَِاللهَُلوُسَرََلا
َ:َمَّلَسَوَِوْيَلَعَُالله
َيِذَّلاَوَ،ِةَرَرَ بْلاَِماَرِكْلاَِةَرَفَّسلاََعَمَِنآْرُقْلِبَُِرِىاَمْلا «
َِناَرْجَأَُوَلَ،ٌّقاَشَِوْيَلَعََوُىَوَ،ِويِفَُعَتْعَ تَ تَ يَوََنآْرُقْلاَُأَرْقَ ي .»
“Qutaibah bin Sa‟îd dan Muhammad bin Ubaîd al-Ghubari menyampaikan kepada kami dai Abȗ Awanah, Ibnu „Ubaid mengatakan, Abu „Awamah menyampaikan kepada kami dari Qatâdah, dari Zurârah bin Aufa, dari Sa‟ad bin Hisyâm bahwa
„Aisyah r.a berkata, “bahwa Rasȗlullâh Saw bersabda: “orang yang lancar membaca Al Quran akan bersama para malaikat yang diutus membawa risâlah yang mulia dan senantiasa selalu taat kepada Allah SWT, adapun yang membaca Al Quran dan terbata-bata di dalamnya dan sulit atasnya bacaan tersebut maka baginya dua pahala”.12 (HR. Muslim)
c. Membaca Al-Qur‟an memberikan pengaruh positif.
Al-Qur‟an mempunyai pengaruh yang mengagumkan bagi fisik dan jiwa manusia, hal ini diakui oleh semua orang yang mendengarkannya, baik ia Muslim maupun Kafir.13 Al-Qur‟an
11Yȗsuf al-Qaradhâwi, Berinteraksi dengan Al-Qur‟an, terj. Abdul Hayyie al-Kattâni, h. 227
12Abû al-Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyair al-Naisaburi, Shahih Muslim, (Beirut: Dâr al-Kutub al-„Alamiah, 1991), Juz 1, h. 549
13Yȗsuf al-Qaradhâwi, Berinteraksi dengan Al-Qur‟an, terj. Abdul Hayyie al-Kattâni, h. 230
27
juga merupakan obat bagi manusia.14 Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al-Qur‟an:
ينِنِمْؤُمْلِلٌَةَْحَْرَوٌَءاَفِشََوُىَاَمَِنآْرُقْلاََنِمَُلِّزَ نُ نَو
َ
“Dan Kami turunkan dari Al-Qur‟an suatu yang menjadi obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman....” (QS. Al-Isrâ‟
[17]: 82)
Contohnya, berdasarkan penelitian ketika seseorang yang mengalami gangguan makhluk gaib (kerasukan jin, santet dan sihir) dibacakan ayat-ayat Al-Qur‟an kepadanya, maka dengan izin Allah SWT seseorang itu akan sembuh dari gangguan tersebut.
d. Al-Qur‟an mengangkat derajat bagi orang yang membaca dan mengamalkannya.
Seseorang yang senantiasa membaca Al-Qur‟an, maka Allah SWT akan mengangkat derajatnya, sebagaimana Rasûlullâh bersabda:
َِوْيَلَعَُاللهَىَّلَصَْمُكَّيِبَنََّنِإَاَمَأَ:ُرَمُعََلاَق
َ: َلاَقَْدَقََمَّلَسَو
َ ِباَتِكْلاَاَذَِبَُِعَفْرَ يََاللهََّنِإ «
ََنيِرَخآَِوِبَُعَضَيَوَ،اًماَوْ قَأ
»
“...Berkata „Umar, sesungguhnya Nabi Saw bersabda
“Sesungguhnya Allah SWT mengangkat derajat beberapa kaum dengan Al-Qur‟an ini dan merendahkann yang lain dengannya pula....”15 (HR. Muslim)
e. Al-Qur‟an akan menjadi syafaat di hari kiamat bagi para pembacanya.16
14 Muna Said Ulaiwah, Kisahku dalam Menghafal Al-Qur‟an, (Jakarta Timur: Pustaka al-Kautsar, 2011), cet. Ke-1, h. 21-23
15 Abû al-Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyair al-Naisaburi, Shahih Muslim, h. 559
16 Abu Zakaria Yahya bin Syaraf An-Nawawi, At-Tibyan (Adab Penghafal
Al-Qur‟an), terj. Umniyyati Hauro‟, dkk., (Solo: Al-Qowam, 2014), h. 5-13
Seseorang yang membaca Al-Qur‟an di dunia maka Al- Qur‟an akan menjadi syafaat bagi pembacanya. Sebagaimana sabda Rasȗlullâh Saw sebagai berikut:
َُنْبَُعيِبَّرلاََوُىَوََةَبْوَ تَوُبَأَاَنَ ثَّدَحَ،ُّ ِنِاَوْلُْلْاٍَّيِلَعَُنْبَُنَسَْلْاَ ِنَِثَّدَح
َ،ٍم َّلََّسََبَِأََعَِسََُوَّنَأَ،ٍدْيَزَْنَعَ،ٍم َّلََّسََنْباَ ِنِْعَ يَُةَيِواَعُمَاَنَ ثَّدَحَ،ٍعِفَنَ
ََلاَقَ،ُّيِلِىاَبْلاََةَماَمُأَوُبَأَ ِنَِثَّدَحَ:ُلوُقَ ي
َُاللهَىَّلَصَِاللهََلوُسَرَُتْعَِسََ:
َ:ُلوُقَ يَ،َمَّلَسَوَِوْيَلَع
َاًعيِفَشَِةَماَيِقْلاََمْوَ يَ ِتَِْيََُوَّنِإَفََنآْرُقْلاَاوُءَرْ قا «
َِوِباَحْصَِلِ
“Mu‟âwiyah Ya‟nî bin Sallâm menyampaikan kepada kami dari Zaid sesungguhnya ia mendengar Abâ Sallâm ia berkata: Abȗ Umânah al-Bâhilî menyampaikan kepadaku, ia berkata saya mendengar Rasȗlullâh Saw bersabda, “Bacalah Al-Qur‟an karena Al-Quran akan datang pada hari kiamat nanti sebagai pemberi syafaat bagi yang membacanya....”17 (HR. Muslim)
Dari uraian diatas, dapat dipahami bahwa semua keutamaan ini jelas mengesankan bahwa Al-Qur‟an amatlah istimewa. Isinya bukanlah bacaan biasa melainkan petunjuk dengan berbagai fungsi kehidupan hingga akhir zaman.
3. Adab-adab Membaca Al-Qur’an
Al-Qur‟an adalah kitab yang mulia, maka sebaiknya bagi orang muslim untuk menjaga kesucian dan kemurniannya.
Membaca Al-Qur‟an adalah ibadah maka menjaga adab dalam membacanya juga termasuk ibadah. Di antara adab-adab membaca Al-Qur‟an sebagai berikut:
a. Berwudu
Seseorang yang hendak membaca Al-Qur‟an disunahkan untuk berwudu, sebab membaca Al-Qur‟an itu merupakan zikir yang paling baik. Rasȗlullâh Saw tidak menyukai jika ada
17 Abû al-Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyair al-Naisaburi, Shahih Muslim, h. 553
29
seseorang yang berzikir kepada Allah SWT dalam keadaan tidak suci. Di dalam Syarah Al Muhadzab disebutkan: “Jika sedang membaca Al-Qur‟an, kemudian merasa akan keluar angin (kentut), maka dia menahan bacaannya sehingga keluar anginnya dengan sempurna.18
b. Membaca Al-Qur‟an di tempat yang suci
Al-Qur‟an merupakan kitab suci yang mulia bagi umat Islam,19 maka disunahkan membaca Al-Qur‟an di tempat yang suci, dan yang paling utama adalah di masjid.20
c. Ber-siwak
Ber-siwak adalah membersihkan atau menggosok-gosok gigi dengan menggunakan jenis kayu-kayuan seperti ranting pohon zaitun, ranting pohon kurma atau dengan sobekan kain kasar, akan tetapi paling utama dan lebih banyak digunakan dengan ranting pohon al-Arok (kayu siwak).21 Mengingat Al-Qur‟an adalah Kalam Allah SWT yang suci dan mulia, maka disunahkan bagi seseorang membersihkan mulutnya dengan cara ber-siwak terlebih dahulu ketika hendak membaca Al-Qur‟an, karena hal itu adalah sebagai bentuk penghormatan dan pengagungan terhadap Al- Qur‟an.22
18 Jalâluddin as-Suyȗthi, Samudera Ulumul Qur‟an (Al-Itqan, fî „ Ulȗmil Qur‟ân), terj. Farikh Marzuki Ammar, dkk., jilid. 1 , (Surabaya: PT Bina Ilmu, 2009), h. 457
19 Manna‟ Khalil al-Qaththan, Studi Ilmu-ilmu Al-Qur‟an, terj. Mudzakir AS, (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2009), h. 1
20 Jalâluddin as-Suyȗthi, Samudera Ulumul Qur‟an (Al-Itqan, fî „ Ulȗmil Qur‟ân), terj. Farikh Marzuki Ammar, dkk., h. 457
21 Abu Zakaria Yahya bin Syaraf An-Nawâwi, At-Tibyan (Adab
Penghafal Al-Qur‟an), terj. Umniyyati Hauro‟, dkk., h. 72
22 Jalâluddin as-Suyȗthi, Samudera Ulumul Qur‟an (Al-Itqan, fî „ Ulȗmil Qur‟ân), terj. Farikh Marzuki Ammar, dkk. h. 457
d. Membaca Ta‟âwudz
Ta‟âwudz adalah memohon perlindungan kepada Allah SWT dari segala bentuk godaan setan. Allah SWT menganjurkan membaca Ta‟âwudz sebelum membaca Al-Qur‟an23. Sebagaimana firman Allah SWT:
اَذِإَف َتۡأ َسَق َىاَء ۡسُقۡلٱ ۡرِعَت ۡسٱ َف
ِب َِّللٱ َي ِه ِي ََٰطۡيَّشلٱ ِني ِج َّسلٱ
“Maka apabila kamu membaca Al-Qur‟an, maka mintahlah perlindungan kepada Allah SWT dari godaan setan yang terkutuk” (QS. an-Nahl [16]: 98)
e. Membaca Basmalah
Segala perbuatan yang berbentuk kebaikan hendaknya dimulai dengan membaca basmalah,24 begitu juga halnya ketika hendak membaca Al-Qur‟an. Akan tetapi dalam membaca basmalah ada aturannya, misalnya disunahkan membaca basmalah di awal setiap surah selain surah At-Taubah, mayoritas ulama berpendapat itu termasuk ayat lanjutan bukan awal surah sebagaimana dalam mushaf, setiap awal surah selalu diawali dengan tulisan lafal basmalah kecuali surah at-Taubah. Pendapat jumhur ulama, jika membaca basmalah pada awal surah berarti ia telah mengkatamkan Al-Qur‟an, atau mengkhatamkan surah tersebut, dan jika sebaliknya maka sama dengan meninggalkan sebagian Al-Qur‟an.25
23Jalâluddin as-Suyȗthi, Samudera Ulumul Qur‟an (Al-Itqan, fî „ Ulȗmil Qur‟ân), terj. Farikh Marzuki Ammar, dkk., h. 458
24 Lafaz Basmalah yaitu نيِح َّسلا ِيَوْح َّسلا ِ َّاللَّ ِنْسِب
25 Abu Zakaria Yahya bin Syaraf An-Nawawi, At-Tibyan (Adab Penghafal
Al-Qur‟an), terj. Umniyyati Sayyidatul Hauro‟, dkk., h. 76
31
f. Membaca Al-Qur‟an dengan Tartil
Disunahkan untuk membaca Al-Qur‟an dengan tartil.
Sebagaimana Allah SWT:
ِلِّت َز َو َىاَء ۡسُقۡلٱ ليِت ۡسَت
“Dan Bacalah Al-Qur‟an itu dengan tartil yang unggul” (QS.
Al-Muzammil: [73]:4)
Kesempurnaan tartil adalah dengan membaca secara jelas pada huruf-huruf Al-Qur‟an, setiap huruf diucapkan sesuai dengan makhrajnya. Ada yang mengatakan paling sempurna adalah dengan membacanya sebagaimana kedudukannya, yakni jika membaca ayat-ayat ancaman, maka dibaca sesuai seperti itu, dan jika sedang membaca ayat-ayat tentang pengagungan, maka mengucapkannya sedemikian rupa.26
g. Membaca Al-Qur‟an dengan Tadabur
Disunahkan membaca Al-Qur‟an dengan merenungi atau mentadaburi dan memahaminya. Mentadaburi Al-Qur‟an dengan membuat hati sibuk memikirkan makna dari apa yang diucapkan, dengan memusatkan pikiran pada ayat yang sedang dibaca, tidak linglung, menghadirikan kekhusyukan, melibatkan kepekaan dan perasaan, mencoba memahami ayat dem