• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN MINGGUAN ACARA 1

N/A
N/A
Oskar S Meliala (Oskar)

Academic year: 2025

Membagikan "LAPORAN MINGGUAN ACARA 1"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN MINGGUAN

PRAKTIKUM MINEROLOGI PETROLOGI

ACARA 1

“PENGENALAN MINERAL PADA BATUAN”

NAMA : OSKAR S.MELIALA

NIM : 2409056036

KELOMPOK : 6 (ENAM)

ASISTEN : AFDAL JAMIL TANJUNG

NIM : 2209056033

LABORATORIUM GEOLOGI DAN SURVEI FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA

2025

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mineralogi merupakan salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan, dalam ilmu geologi, minerologi mempelajari tentang sifat-sifat fisik, sifat-sifat kimia, cara terdapatnya, cara terjadinya dan kegunaan dari suatu mineral. Mineral ialah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam, yang terbentuk secara anorganik, dengan komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan mempunyai atom yang tersusun secara teratur. Sedangkan kata petrologi berasal dari bahasa Yunani, petra yang berarti (batu), dan kata logos yang berarti ilmu, jadi kata Petrologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang berfokus dan mempelajari studi mengenai batuan dan kondisi pembentuk batuan tersebut.

Mineral merupakan bahan anorganik yang terbentuk secara alamiah, seragam dengan komposisi kimia yang tetap pada batas volumenya, dan mempunyai struktur kristal karakterisk yang tercermin dalam bentuk dan sifat fisiknya. Saat ini telah dikenal lebih dari 2000 mineral. Sebagian merupakan mineral-mineral utama yang dikelompokkan sebagai Mineral Pembentuk Batuan. Mineral- mineral tersebut terutama mengandung unsur-unsur yang menempa bagian terbesar di bumi, seperti unsur Oksigen, Silikon, Aluminium, Besi, Kalsium, Sodium, Potasium dan Magnesium. Mineral dapat dikenal dengan menguji sifat fisik umum yang dimilikinya. Sifat fisik mineral terdiri dari bentuk kristal (crystal form), warna (colour), Cerat (streak), kilap (luster), belahan (cleavage), pecahan (fracture), kekerasan (Hardness), keliatan (Tenacity), Berat jenis (Specifik Gravity), Transparansi (Transparency), dan sifat kemagnetan (magnetisme).

Oleh karena itu, dilakukannya praktikum ini untuk membantu dan melatih mahasiswa teknik pertambangan dalam mengenali dan mengidentifikasi mineral terutama dari sifat-sifat fisik mineral seperti bentuk kristal, kekerasan, belahan, warna, cerat, pecahan, transparansi, sifat kemagnetan, kilap, berat jenis, dan sifat fisik lainnya. Sehingga diharapkan mahasiswa dapat memahami, mengenali dan mengidentifikasi mineral-mineral melalui sifat-sifat fisiknya.

(3)

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:

a. Untuk mengetahui sifat fisik yaitu transparansi mineral galena b.Untuk mengetahui sifat fisik yaitu pecahan dari mineral pyrith

c. Untuk mengetahui cara pengujian kekerasan mineral berdasarkan skala Mohs.

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Mineral

Mineralogi merupakan cabang ilmu geologi yang berfokus pada kajian mineral, baik secara individu maupun dalam suatu kesatuan. Ilmu ini mencakup studi mengenai sifat fisik dan kimia mineral, keberadaannya di alam, proses pembentukannya, serta manfaatnya. Istilah mineralogi berasal dari kata mineral dan logos. Dalam pemahaman umum, makna mineral sering disalahartikan atau disamakan dengan bahan anorganik (Zikri, 2018).

Mineral adalah zat padat yang terdiri dari unsur atau senyawa kimia yang terbentuk secara alami dan dari material anorganik. Mineral memiliki sifat kimia dan fisika tertentu serta struktur kristal yang teratur, yang berarti atom-atomnya tersusun dengan cara yang teratur.

Definisi mineral dapat bervariasi tergantung pada perspektifnya; dalam konteks farmasi, pengertian mineral berbeda dibandingkan dengan dalam geologi. Dalam geologi, mineral adalah substansi yang terbentuk oleh proses alami, umumnya berupa zat padat dengan komposisi kimia spesifik dan sifat fisik tertentu. Mineral terdiri dari atom-atom dan molekul- molekul dari berbagai unsur kimia, yang tersusun dalam pola teratur. Keteraturan susunan atom tersebut menghasilkan sifat-sifat mineral yang khas. Sebagian besar mineral merupakan zat anorganik. Untuk membedakan berbagai jenis mineral, identifikasi dilakukan dengan memanfaatkan sifat fisik mereka yang khas, yang memungkinkan kita mengenali tiap jenis mineral secara lebih spesifik (Balfas, 2015).

Mineral merupakan zat padat anorganik yang terbentuk secara alami dan terdiri dari unsur-unsur kimia dengan perbandingan tertentu, di mana atom-atomnya tersusun dalam pola yang sistematis. Mineral dapat ditemukan di berbagai tempat dalam bentuk batuan, tanah, atau pasir yang mengendap di dasar sungai. Beberapa jenis mineral memiliki nilai ekonomi karena keberadaannya dalam jumlah besar sehingga dapat ditambang. Mineral memiliki karakteristik dan bentuk khas dalam keadaan padat sebagai hasil dari susunan internal yang

(5)

teratur. Jika terbentuk dalam kondisi yang tepat, mineral akan memiliki bidang-bidang rata yang membentuk struktur teratur yang disebut "kristal." Secara umum, kristal dapat diartikan sebagai bahan padat homogen dengan susunan internal tiga dimensi yang teratur (Winarno, 2020).

Mineral merupakan zat padat yang bersifat anorganik dan terbentuk secara alami dengan kandungan unsur-unsur kimia dalam perbandingan tertentu. Susunan atom dalam mineral memiliki pola yang teratur. Keberadaan mineral dapat ditemukan di berbagai tempat di sekitar kita, baik dalam bentuk batuan, tanah, maupun pasir yang mengendap di dasar sungai (Noor, 2012).

Mineral secara umum dapat diartikan sebagai zat padat anorganik yang terbentuk secara alami di alam. Mineral memiliki sifat kristalin, yaitu bersifat kimiawi homogen dengan bentuk geometris tetap, yang mencerminkan susunan atom yang teratur. Struktur ini dibatasi oleh bidang-bidang banyak (polyhedron), dengan jumlah dan posisi bidang kristalnya yang teratur serta spesifik. Berdasarkan definisi tersebut, mineral memiliki sifat alami, yang berarti bahwa setiap benda yang terbentuk secara alami, baik di bumi maupun di planet lain atau di kedalaman bumi, dapat dikategorikan sebagai mineral. Sebaliknya, benda yang tersusun dari senyawa sintetis yang tidak ditemukan secara alami di alam tidak dapat digolongkan sebagai mineral (Mulyaningsih, 2018).

Untuk mengenali suatu mineral ada dua cara yang umum, yang pertama adalah dengan mengenal sifat fisiknya. Yang termasuk dalam sifat fisik mineral adalah, bentuk kristalnya, berat jenis, bidang belah, warna, kekerasan, goresan, dan kilap. Sedangkan cara yang kedua yakni melalui analisa kimiawi atau analisa difraksi sinar X, cara ini pada umumnya sangat mahal dan memakan waktu yang lama. Berikut ini adalah sifat-sifat fisik mineral yang dapat dipakai untuk mengenal mineral secara cepat dan ekonomis, yaitu;

1. Bentuk kristal, terbentuk berdasarkan susunan atom-atom penyusunnya. Jika suatu mineral memiliki ruang bebas untuk berkembang tanpa hambatan, maka bentuk kristalnya akan terbentuk sempurna sesuai strukturnya. Namun, jika terdapat gangguan selama proses pertumbuhan, bentuk kristal tersebut akan mengalami perubahan atau penyimpangan. Contohnya, dalam cairan panas yang mengandung

(6)

unsur Natrium dan Klorida, ion-ion di dalamnya bergerak bebas pada suhu tinggi.

Ketika suhu mulai menurun, ion-ion tersebut kehilangan kebebasannya dan saling berikatan membentuk senyawa Natrium Klorida.

Gambar 2.1 Bentuk-bentuk kristal isometrik

Gambar 2.2 Bentuk-bentuk kristal Non-isometrik

(7)

2. Berat jenis (specific gravity), setiap mineral memiliki berat jenis tertentu, besarnya ditentukan oleh unsur-unsur pembentuknya serta kepadatan dari ikatan unsur-unsur tersebut dalam susunan kristalnya. Umumnya “mineral-mineral pembentuk batuan”, mempunyai berat jenis sekitar 2.7, meskipun berat jenis rata-rata unsur metal didalamnya berkisar antara 5. Emas murni umpamanya, mempunyai berat jenis 19.3 3. Bidang belah (fracture), Mineral mempunyai kecenderungan untuk pecah melalui suatu bidang yang mempunyai arah tertentu (bidang lemahnya). Arah tersebut ditentukan oleh susunan dalam dari atom-atomnya. Dapat dikatakan bahwa bidang tersebut merupakan bidang “lemah” yang dimiliki oleh suatu mineral.

4. Warna (color), Warna mineral memang bukan merupakan penciri utama untuk dapat membedakan antara mineral yang satu dengan lainnya. Namun paling tidak ada warnawarna yang khas yang dapat digunakan untuk mengenali adanya unsur tertentu didalamnya. Sebagai contoh warna gelap dipunyai mineral, mengindikasikan terdapatnya unsur besi. Disisi lain mineral dengan warna terang, diindikasikan banyak mengandung aluminium.

5. Kekerasan (hardnes), Kekerasan adalah sifat resistensi dari suatu mineral terhadap kemudahan mengalami abrasi (abrasive) atau mudah tergores (scratching).

Kekerasan suatu mineral bersifat relatif, artinya apabila dua mineral saling digoreskan satu dengan lainnya, maka mineral yang tergores adalah mineral yang relatif lebih lunak dibandingkan dengan mineral lawannya. Skala kekerasan mineral mulai dari yang terlunak (skala 1) hingga yang terkeras (skala 10) diajukan oleh Mohs dan dikenal sebagai Skala Kekerasan Mohs.

Tabel 2.1 Skala Kekerasan Relatif Mineral (Mohs) Kekerasan

(Hardness)

Mineral Rumus Kimia

1 Talc Mg3Si4O10(OH)2

2 Gypsum CaSO4·2H2O

3 Calcite CaCO3

4 Fluorite CaF2

5 Apatit Ca5(PO4)3(OH,Cl,F)

6 Orthoclase KAlSi3O8

7 Quartz SiO2

8 Topaz Al2SiO4(OH,F)2

(8)

9 Corondum Al2O2

10 Diamond C

6. Goresan pada bidang (streak): Beberapa jenis mineral mempunyai goresan pada bidangnya, seperti pada mineral kuarsa dan pyrit, yang sangat jelas dan khas.

7. Kilap (luster): Kilap adalah kenampakan atau kualitas pantulan cahaya dari permukaan suatu mineral. Kilap pada mineral ada 2 (dua) jenis, yaitu Kilap Logam dan Kilap NonLogam. Kilap Non-logam antara lain, yaitu: kilap mutiara, kilap gelas, kilap sutera, kelap resin, dan kilap tanah

(Noor, 2012).

Galena merupakan mineral timbal sulfida dengan rumus kimia PbS, yang menjadi bijih utama dalam produksi timbal (timah hitam). Mineral ini banyak ditemukan pada batuan beku, metamorf, dan sedimen. Dalam batuan sedimen, galena terbentuk sebagai urat, butiran terisolasi, semen breksi, atau mineral pengganti pada batu kapur dan dolostone. Galena mudah dikenali karena memiliki belahan sempurna pada tiga arah tegak lurus, warna perak, kilap logam, serta berat jenis tinggi (7,4–7,6). Kekerasannya sekitar 2,5 pada skala Mohs, dengan cerat abu-abu hingga hitam. Bentuk kristalnya biasanya kubus atau oktahedron.

Mineral ini terdiri dari 86,6% timbal dan 13,4% sulfur, namun terkadang mengandung perak dalam jumlah kecil, yang dikenal sebagai argentiferous galena. Selain perak, galena juga dapat mengandung antimon, arsenik, tembaga, seng, dan bismuth. Galena mudah mengalami pelapukan, berubah warna menjadi abu-abu kusam, dan menghasilkan mineral sekunder seperti anglesite, cerusite, dan pyromorphite, yang menjadi penanda adanya galena di bawah permukaan tanah (Sukandarrumidi, 2007).

Pirit adalah mineral berwarna kuning keemasan dengan kilap logam yang terang. Mineral ini memiliki rumus kimia FeS₂ (disulfida besi) dan termasuk jenis mineral sulfida yang paling sering ditemukan. Pirit dapat terbentuk pada suhu tinggi maupun rendah dan biasanya ditemukan dalam jumlah kecil pada batuan beku, metamorf, serta sedimen. Istilah "pirit"

berasal dari bahasa Yunani pyr, yang berarti "api." Nama ini diberikan karena pirit mampu menghasilkan percikan api saat dipukul dengan logam atau benda keras lainnya. Dalam kehidupan masyarakat, pirit sering dijuluki sebagai "penghantar emas," "emas muda," atau

"emas palsu" karena warnanya yang menyerupai emas. Kilap logam dan berat jenis yang

(9)

tinggi pada pirit sering membuat orang salah mengira bahwa pirit adalah emas, bahkan penambang emas berpengalaman sekalipun bisa tertipu. Meskipun demikian, kedua mineral ini sering ditemukan bersama dalam satu deposit (Sukandarrumidi, 2015).

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

(10)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Hasil Pengamatan

Table 4.1 Tabel hasil pengamatan

No Sampel Foto Deskripsi

1

Warna : Kuning Kilap : Tanah Kekerasan : 3,5-4,5

Cerat : Kuning kecoklatan Belahan : Tidak Jelas Pecahan : Uneven Tenacity : Brittel Kemagnetan : Diamagnetis Transparansi : Opaque

Nama Mineral : Limonite (Fe2O3)

2

Warna : Kekuningan Kilap : Logam Kekerasan : > 5,5

Cerat : Hitam Kehijauan Belahan : Jelas

Pecahan : Uneven Tenacity : Ductile Kemagnetan : Paramagnetis Transparansi : Opaque Nama Mineral : Pyrite ( FeS2)

(11)

3

Warna : Abu-abu Keunguan Kilap : Logam

Kekerasan : 3,5-4,5 Cerat : Abu-abu

Belahan : Sempurna (Perfect) Pecahan : Even

Tenacity : Brittle Kemagnetan : Paramagnetis Transparansi : Opaque Nama Mineral : Galena (PbS)

4.2 Pembahasan Mineral 4.2.1 Mineral Limonite

Gambar 4.1 Mineral Limonite Mineralsdbsbksbjdksbdc

(12)

4.2.2 Mineral Pyrite

Gambar 4.2 Mineral Pyrite Mineralsdsg

(13)

4.2.3 Mineral Pyrite

Gambar 4.3 Mineral Galena Mineral jjhdgh

(14)

4.3 Pembahasan Mineral Secara Umum 4.3.1 Proses Terbentuknya Mineral

Proses pembentukan mineral terjadi melalui beberapa tahap geologi yang dipengaruhi oleh suhu, tekanan, dan zat kimia tertentu. Tahap pertama adalah proses magmatis, yaitu proses pembentukan mineral dari magma di dalam perut bumi. Proses ini terbagi menjadi dua, yaitu early magmatis dan late magmatis. Early magmatis terjadi saat magma mendingin dan mulai membentuk kristal mineral, seperti mineral bijih yang sering ditemukan pada batuan beku ultrabasa dan basa. Sedangkan late magmatis terjadi setelah magma hampir membeku seluruhnya, menghasilkan sisa cairan magma yang membentuk mineral dengan banyak variasi. Proses ini sering menghasilkan jebakan ore melalui reaksi kimia antara magma dengan batuan di sekitarnya. Setelah itu, larutan sisa magma akan membentuk batuan granit melalui proses pegmatisme, dengan suhu sekitar 450–600°C. Pada tahap selanjutnya, proses pneumatolisis terjadi saat gas yang terkandung dalam magma menyusup ke celah batuan dan membentuk mineral pneumatolitis pada suhu 450–550°C.

Proses pembentukan mineral juga dapat terjadi akibat pengaruh suhu rendah dan tekanan rendah melalui proses hidrotermal, di mana larutan panas mengisi rongga-rongga dalam batuan dan membentuk endapan mineral. Selain itu, ada juga proses replacement atau metasomatic replacement, yaitu proses penggantian mineral lama dengan mineral baru melalui reaksi kimia. Proses ini menghasilkan endapan mineral sulfida yang sering ditemukan pada endapan epitermal. Proses lainnya adalah proses sedimenter, yaitu pembentukan endapan mineral dari hasil pelapukan batuan yang terbawa oleh air atau angin dan mengendap di tempat tertentu. Sementara itu, di daerah panas dan kering, terbentuk mineral melalui proses evaporasi, di mana air yang mengandung mineral menguap dan meninggalkan endapan mineral di permukaan.

(15)

Juga ada konsentrasi residu mekanik, yakni endapan mineral yang terbentuk dari proses pelapukan tanpa perpindahan, sehingga mineral tetap berada di lokasi aslinya. Proses lain yang terjadi di permukaan bumi adalah proses oksidasi dan supergen enrichment, di mana mineral bijih mengalami pelapukan akibat udara dan air, membentuk mineral sekunder seperti limonit. Terakhir, proses metamorfisme, yang terjadi ketika batuan mengalami tekanan dan suhu tinggi, sehingga mineral yang ada berubah menjadi mineral baru atau tetap sama tetapi dengan sifat berbeda. Seperti perubahan mineral homblende menjadi serpentine, atau calcite menjadi calcite dengan struktur yang lebih padat. Proses ini menunjukkan mineral terbentuk secara alami melalui mekanisme geologi yang beragam dan kompleks.

4.3.2 Sifat Fisik Mineral

(16)

4.3.3 Seri reaksi bowen

(17)
(18)

PEMBAHASAN

BAB V

(19)

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah melakuan praktikum dapat disimpulkan bahwa ; a.

b.

c.

5.2 Saran

Sebaiknya pada praktikum selanjutnya ...

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Balfas, D. 2015. Geologi Untuk Pertambangan Umum. Yogyakarta:

Graha Ilmu

Mulyaningsih, Sri. 2018. Kristalografi & Mineral Edisi Satu. Yogyakarta: Akprind Press

Noor, D. 2012. Pengantar Geologi Edisi Kedua. Bogor: Universitas Pakuan Press

Suhandono, Agus Dkk. 2021. Sumberdaya, Cadangan, Produksi Mineral, Dan Batuan Provinsi Jawa Timur Tahun 2018. Jurnal Universitas Islam Blitar Vol (11)0 No (1).

Sukandarrumidi. (2007). Geologi Mineral Logam. Yogyakarta: UGM Press.

Sukandarrumidi, dkk. (2015). Mengenal Mineral Secara Megaskopis:

Petunjuk Praktis untuk Geolog Pemula dan Ilmuwan Ilmu Kebumian. Yogyakarta: UGM Press.

Winarno, Tri, dkk. 2020. Buku Ajar Mineralogi. Semarang: Universitas Diponegoro.

Zikri Khairul. 2018. Geologi Umum. Universitas Negeri Padang air Tawar Padang Indonesia.

(21)

LAMPIRAN

Referensi

Dokumen terkait

Setelah mengikuti kuliah ini diharapkan mahasiswa memiliki kompetensi dalam materi kimia anorganik, khususnya bidang padatan kristal dan mineral, dari teori

Setelah volumenya sepertiga saja maka saringlah kristal kemudian cuci dengan akuades dan setelah itu dengan alkohol, terbentuk endapan yang berwarna coklat yang merupakan isomer

Mineral adalah suatu bahan atau zat yang homogen mempunyai komposisi kimia tertentu atau dalam batas dan mempunyai sifat tetap,dibentuk dialam dan bukan hasil suatu

Kristal adalah satu jenis zat padat yang memiliki struktur kimia dengan tingkat keteraturan dan kesetangkupan yang tinggi (long range order) pada seluruh

Ada beberapa mineral yang terbentuk oleh unsur-unsur kimia, sifat fisik mineral dapat meliputi kekerasannya, bidang belah, warna, bentuk kristal, berat jenisnya. Dan mineral

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA ANORGANIK 1 ANORGANIK 1 ALUMINUIM DAN SENYAWANYA. ALUMINUIM

Suatu mineral kristalin terbentuk secara kristalografi yang dimulai dari struktur internal yaitu ikatan kimia unsur-unsur membentuk unit sel dan titik kisi kristal kemudian

Mineral adalah suatu benda padat yang anorganik yang terbentuk secara alami, homogen (tidak dapat diuraikan lagi menjadi ukuran terkecil) yang mempunyai bentuk kristal dan