1
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN ORGANIK
Dibuat Oleh :
Nama : Nayla Himami Hasanati NIM / No. Absen : 1122241764/28
Kelas : Pembibitan 2
Tanggal Praktikum : 10 Desember 2024
AKADEMI KOMUNITAS PERKEBUNAN YOGYAKARTA
2024
2
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN ORGANIK
Program Diploma 1
Akademi Komunitas Perkebunan Yogyakarta TA. 2024/2025
Disusun Oleh : Nayla Himami Hasanati
1122241764
Laporan ini dipersiapkan guna melengkapi sebagian persyaratan untuk Mengikuti Perkuliahan Blok 3
Yogyakarta, 10 Desember 2024 Dosen Pengampu
(Subakho Aryo Saloko, S.P., MBA)
Praktikan
(Nayla Himami Hasanati) (1122241764)
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur, kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas ridho dan rahmatnya kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan sebaik-baiknya. Adapun dasar dalam penyusunan laporan ini, untuk salah satu syarat pada Blok 2.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu sejak masa pelaksanaan praktikum hingga penyusunan laporan ini. Dengan segala rendah hati dan ketulusan, ucapan terima kasih ini penulis sampaikan kepada:
1. Kedua orang tua yang senantiasa mendo’akan kesuksesan penulis.
2. Bapak Dr. Sri Gunawan, S.P., M.P, IPU dan Ibu Idum Satia Santi S.P., M.P., selaku Direktur dan Wakil Direktur Akademi Komunitas Perkebunan Yogyakarta.
3. Bapak Subakho Aryo Saloko, S.P., M.B.A, M.Si Selaku dosen pengampu praktikum Bahan Organik.
4. Semua rekan praktikan yang telah banyak membantu dari masa pelaksanaan praktikum hingga penyusunan laporan.
Akhirnya penulis telah berusaha mencurahkan segala kemampuan dengan optimal dalam penyusunan laporan ini, namun tentunya tak ada gading yang tak retak. Dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan baik dalam penyajian data maupun tata bahasa yang digunakan, penulis sangat berharap segala masukan baik kritik dan saran yang bersifat membangun, untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam penulisan laporan. Penulis berharap semoga laporan ini dapat berguna menambah ilmu yang bermanfaat bagi kita semua.
Yogyakarta, 10 Desember 2024
Penulis.
4
DAFTAR ISI
LAPORAN PRAKTIKUM ... 1
LEMBAR PENGESAHAN ... 2
KATA PENGANTAR ... 3
DAFTAR ISI ... 4
DAFTAR TABEL ... 5
DAFTAR GAMBAR ... 6
BAB 1 PENDAHULUAN ... 7
A. Latar Belakang Praktikum ... 7
B. Tujuan Praktikum ... 8
C. Tinjauan Pustaka ... 8
BAB 2 ALAT DAN BAHAN ... 9
A. Alat ... 9
B. Bahan ... 10
BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 11
A. Hasil dan Pembahasan ... 11
BAB 4 KESIMPULAN ... 18
DAFTAR PUSTAKA ... 19
5
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1 Takaran POME untuk tiap botol... 14 Tabel 3. 2 Takaran EM-4 dan Molase ... 15
6
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 (a) Compost Bag, (b) Mesin Pencacah, dan (c) Termogun ... 9
Gambar 2. 2 Alat-alat untuk POC ... 10
Gambar 2. 3 Molase, POME dan EM-4 ... 10
Gambar 3. 1 Pencacahan pelepah sawit... 11
Gambar 3. 2 Pengecekan temperature compost bag ... 12
Gambar 3. 3 Pencampuran dekomposser ... 12
Gambar 3. 4 Penambahan air kedalam botol ... 13
Gambar 3. 5 Penambahan POME ... 13
Gambar 3. 6 Pemasangan selang ... 14
Gambar 3. 7 Pemasukan air ... 15
Gambar 3. 8 (a) Pemasukan molase dan (b) pemasukan EM-4... 15
Gambar 3. 9 Pemasangan selang bening ... 16
Gambar 3. 10 Pemberian air kedalam selang bening ... 16
Gambar 3. 11 POC setelah 2 hari pembuatan ... 17
7
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktikum
Bahan organik merupakan elemen crucial dalam budidaya perkebunan kelapa sawit, karena berperan signifikan dalam meningkatkan kesuburan dan kualitas tanah. Di perkebunan kelapa sawit, sumber bahan organik melimpah, utamanya dari tandan kosong sawit (TKS) dan Palm Oil Mill Effluent (POME), yang merupakan produk samping dari pengolahan TBS di pabrik kelapa sawit. Meskipun demikian, perhatian pekebun kelapa sawit terhadap pemanfaatan bahan organik masih terbatas pada pengaruh langsung terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman, yakni melalui kandungan hara yang ada pada bahan organik tersebut. Namun, bahan organik memiliki peranan yang lebih kompleks, yaitu peranannya terhadap perbaikan kualitas tanah agar tanah memiliki kapasitas yang tinggi untuk menyediakan hara bagi tanaman, sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemupukan.
Selain itu, sistem integrasi sawit-sapi merupakan contoh yang relevan dalam menggunakan bahan organik. Sistem ini melibatkan limbah ternak sapi, limbah tanaman kelapa sawit, dan limbah industri kelapa sawit sebagai sumber bahan organik. Limbah ternak sapi, misalnya, dapat memperbaiki kondisi fisik, biologis, dan kimia tanah, sehingga tanah menjadi lebih subur dan meningkatkan produksi kelapa sawit. Dengan mengetahui dan memahami peranan bahan organik serta berbagai sumber yang melimpah dari sistem pertanian sawit-sapi, pelaksanaan program peningkatan swasembada pangan dan implementasi sistem pertanian ramah lingkungan dapat didukung dalam pelaksanaannya.
Penggunaan bahan organik dalam perkebunan kelapa sawit juga memiliki implikasi positif terhadap lingkungan. Contohnya, aplikasi TKS dan kompos TKS dapat mengurangi pengaruh keracunan logam berat pada lahan marjinal. Logam-logam berat seperti Cd dan Ni dapat merugikan pertumbuhan bibit kelapa sawit, tapi dengan penambahan bahan organik, keracunan logam berat dapat diminimumkan, sehingga pertumbuhan bibit meningkat3. Oleh karena itu, praktikum bahan organik dalam perkebunan kelapa sawit tidak hanya meningkatkan kesuburan tanah tetapi juga berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan dan peningkatan produksi kelapa sawit secara berkelanjutan.
8 B. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum bahan organic adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa bisa membuat kompos organic
2. Mahasiswa dapat memanfaatkan bahan organik yang tersedia di sekeliling lingkungannya dan bisa memperbanyak biang bakteri sebagai pupuk organik cair 3. Mahasiswa mengetahui peluang usaha dalam pembuatan kompos organik padat dan
pupuk organik cair C. Tinjauan Pustaka
1. Pupuk Kompos Organik
Pupuk kompos adalah pupuk yang berasal dari penguraian bahan-bahan organik oleh mikororganisme (Warjoto, dkk., 2018). Pupuk kompos organik merupakan pupuk ramah lingkungan yang memiliki ragam manfaat seperti: meningkatkan kesuburan tanah, sebagai pemantap agregat tanah, sumber hara untuk tanah dan tanaman serta dapat meningkatkan produktivitas lahan dalam jangka panjang (Puspadewi, dkk., 2016). Pupuk kompos dapat dibuat pada kondisi lingkungan aerob dan anaerob.
Kompos aerob dihasilkan dari penguraian bahanbahan organik dengan adanya oksigen (udara) yang menghasilkan produk utama yaitu karbon dioksida, air dan panas (Nur, dkk., 2016). Sedangkan, kompos anaerob adalah penguraian bahan organik tanpa adanya oksigen yang dilakukan dalam wadah tertutup dengan memanfaatkan mikroorganisme untuk membantu proses dekomposisi bahan organik. Produk dari kompos anaerob adalah metana, karbon dioksida dan asam organik (Siboro, dkk., 2013). Pupuk kompos terdiri dari pupuk kompos padat dan pupuk kompos cair (pupuk organik cair). (Shitophyta et al., 2021)
2. Pupuk Cair
Pupuk organik cair merupakan salah satu jenis pupuk buatan saat ini banyak beredar di pasaran. Umumnya pupuk organik cair merupakan ekstrak bahan organik yang sudah dilarutkan. Munaswar (2003) memaparkan pupuk organik cair dapat diaplikasikan melalui daun atau disebut sebagai pupuk cair foliar, yang pemberiannya langsung ke daun tanaman, sehingga penyerapan hara melalui stomata berjalan cepat dan hara dapat langsung terserap. Namun ada pula pupuk organik cair yang digunakan langsung pada tanah. Pupuk ini akan diserap oleh akar dan nutrisinya dapat digunakan oleh tanah. (Anastasia et al., 2014)
9
BAB 2
ALAT DAN BAHAN
A. Alat
Adapun alat-alat yang diperlukan dalam kegiatan praktikum pembuatan pupuk organic adalah sebagai berikut;
1. Pupuk Organik Padat
• Compost Bag
• Mesin pencacah
• Parang
• Termogun
(a) (b) (c)
Gambar 2. 1 (a) Compost Bag, (b) Mesin Pencacah, dan (c) Termogun 2. Pupuk Organik Cair
• Botol bekas
• Gelas ukur
• Selang bening
• Lem tembak atau alat perekat lainnya
10
Gambar 2. 2 Alat-alat untuk POC B. Bahan
Adapun bahan-bahan yang diperlukan untuk kegiatan praktikum ini adalah;
a Bio-aktivator atau decomposer
b Limbah organic (hasil pencacahan pelepah kelapa sawit) c POME (Palm Oil Mill Effluent)
d EM-4
e Molase/tetes tebu/larutan gula aren f Air
Gambar 2. 3 Molase, POME dan EM-4
11
BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil dan Pembahasan
Dalam kegiatan praktikum ini, mahasiswa diminta untuk membuat pupuk organic dengan limbah sampah dari produk sampingan kelapa sawit seperti pelepah sawit. Dimana pupuk organic itu sendiri ada dua macam yaitu pupuk organic padat dan pupuk organic cair.
Berikut adalah langkah-langkah pembuatan pupuk-pupuk organic;
1. Pupuk Organik Padat
Pupuk organic padat adalah sisa-sisa sampah seperti pelepah sawit yang kemudian dilakukan pengomposan atau penguraian oleh mikroorganisme, yang dimana pengomposan tersebut bertujuan untuk menghindari ketergantungan pada pupuk kima sekaligus membantu untuk melestarikan lingkungan dengan mengurangi sampah- sampah. Pupuk organic ini memiliki manfaat untuk menyuburkan tanah. Berikut adalah langkah-langkah pembuatan pupuk organic;
a Pertama-tama yang perlu dilakukan adalah memilah bahan organic atau sampah- sampah yang perlu digunakan seperti pelepah sawit. Pisahkan bagian tulang pelepahnya dengan daun-daunnya. Agar memudahkan saat akan dicacah menggunakan mesin cacah.
b Kedua, lakukan pencacahan dengan menggunakan mesin cacah.
Gambar 3. 1 Pencacahan pelepah sawit
c Setelah selesai melakukan pencacahan, hal yang harus dilakukan selanjutnya adalah mengumpulkan hasil cacahan tersebut kedalam compost bag yang dimana compost bag tersebut sudah terisi oleh compost starter atau tanah.
12
d Sebelum memasukkan hasil pencacahan tadi, hal yang haris dilakukan terlebih dahulu adalah pengecekan suhu atau temperature yang ada di compost bag.
Dengan cara mengeceknya pada 3 titik dengan pola segitiga.
Gambar 3. 2 Pengecekan temperature compost bag
e Kemudian masukkan decomposer atau bio-aktivator kedalam compost bag. Lalu diaduk hingga hasil pencacahan sebelumnya terasa lembab.
Gambar 3. 3 Pencampuran dekomposser
f Terakhir tutup compost bag dan tunggulah selama sebulan, hingga menjadi compost matang.
Untuk mengetahui tingkat kematangan suatu kompos, ada beberapa ciri-ciri yang perlu diperhatikan yaitu sebagai berikut;
a Warna dari hasil pencacahan tadi menjadi lebih pekat atau hitam pekat b Struktur dari bahan organic sudah tidak utuh
c Tidak panas d Tidak basah e Tidak bau
13 2. Pupuk Organik Cair
Untuk pembuatan pupuk organic cair memiliki cara pembuatan yang berbeda tergantung dengan takaran bahan-bahannya. Berikut adalah cara pembuatan pupuk organic tergantung dengan bahan-bahannya;
a POME (Palm Oil Mill Effluent)
POME atau Palm Oil Mill Effluent adalah limbah cair yang dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit, yang dimana bisa menjadi bio-aktivator pembuatan pupuk organic cair. Berikut adalah langkah-langkah pembuatan pupuk cair menggunakan POME;
• Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan botol bekas dan sudah terisi oleh air. Jika botol bekas yang digunakan adalah botol bekas kecil maka air yang diperlukan hanyalan 500 ml, namun jika botol bekas yang digunakan besar maka air yang dibutuhkan adalah 1000 ml atau 1 liter air.
Gambar 3. 4 Penambahan air kedalam botol
• Setelah itu, mahasiswa memasukan bahan atau cairan-cairan yang dibutuhkan yaitu POME (Palm Oil Mill Effluent). Dengan takaran masing- masing botol;
Gambar 3. 5 Penambahan POME
14
Tabel 3. 1 Takaran POME untuk tiap botol
POME
BOTOL KECIL 8 ml
BOTOL BESAR 10 ml
• Kemudian campurkan bahan-bahan tersebut hingga tercampur dengan rata dengan cara mengocok botol bekas tersebut.
• Langkah berikutnya adalah membuat lubang pada tutup botol bekas yang kemudian akan dimasukkan selang bening kedalamnya dengan tujuan supaya bakteri-bakteri selain dari bakteri baik didalam bahan-bahan tadi tidak masuk kedalam botol bekas. Jika sampai bakteri lainnya masuk, maka pembuatan pupuk organic cair akan gagal.
Gambar 3. 6 Pemasangan selang
• Langkah terakhir setelah pemasangan selang adalah memberikan air ke dalam selang tersebut, maka POC dari POME telah selesai dibuat.
b EM-4
Salah satu bio-aktivator yang sering digunakan dalam pembuatan pupuk cair adalah EM-4. Yang dimana EM-4 ini merupakan campuran dari mikroorganisme yang menguntungkan. Mikroorganisme tersebut dapat bekerja dengan efektif dalam mengfermentasikan atau mengdekomposisi bahan organic (Putra &
Retnawati, 2019). Untuk membuat pupuk organic cair dari EM-4, mahasiswa membutuhkan molase sebagai bahan pelengkapnya. Berikut adalah tata cara dalam pembuatan pupuk cair menggunakan EM-4;
15
• Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan botol bekas dan sudah terisi oleh air. Jika botol bekas yang digunakan adalah botol bekas kecil maka air yang diperlukan hanyalan 500 ml, namun jika botol bekas yang digunakan besar maka air yang dibutuhkan adalah 1000 ml atau 1 liter air.
Gambar 3. 7 Pemasukan air
• Setelah itu, mahasiswa memasukan bahan atau cairan-cairan yang dibutuhkan yaitu EM-4 dan molase. Dengan takaran masing-masing botol;
Tabel 3. 2 Takaran EM-4 dan Molase
EM-4 MOLASE
BOTOL KECIL 8 ml 15 ml
BOTOL BESAR 10 ml 20 ml
(a) (b)
Gambar 3. 8 (a) Pemasukan molase dan (b) pemasukan EM-4
• Kemudian campurkan bahan-bahan tersebut hingga tercampur dengan rata dengan cara mngocok botol bekas tersebut.
16
• Langkah berikutnya adalah membuat lubang pada tutup botol bekas yang kemudian akan dimasukkan selang bening kedalamnya dengan tujuan supaya bakteri-bakteri selain dari bakteri baik didalam bahan-bahan tadi tidak masuk kedalam botol bekas. Jika sampai bakteri lainnya masuk, maka pembuatan pupuk organic cair akan gagal.
Gambar 3. 9 Pemasangan selang bening
• Langkah terakhir adalah menambahkan air ke dalam selang yang telah dipasang tadi, hal tersebut dilakukan supaya tidak ada udara dari dalam botol keluar.
Gambar 3. 10 Pemberian air kedalam selang bening
17
Kemudian setelah mahasiswa mengerjakan atau membuat pupuk organic cair ini, langkah selanjutnya hanyalah menunggu hingga pupuk organic cair tersebut jadi. Untuk mengetahuinya mahasiswa disarankan untuk mengecek perkembangan pupuk tersebut, dan juga membuang gas-gas yang ada didalamnya.
Berikut adalah gambar pupuk organic cair setelah 2 hari pembuatan.
Gambar 3. 11 POC setelah 2 hari pembuatan
18
BAB 4 KESIMPULAN
Kegiatan praktikum pembuatan pupuk organik padat dan cair merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengelolaan limbah organik serta penerapan pertanian berkelanjutan. Dalam praktikum ini, mahasiswa diajarkan cara mengolah bahan-bahan organik seperti sisa sayuran, limbah pertanian atau perkebunan, dan kotoran hewan menjadi pupuk yang kaya nutrisi. Proses pembuatan pupuk organik padat melibatkan pengomposan, di mana bahan-bahan tersebut dicampur dan dibiarkan dalam kondisi tertentu hingga terurai menjadi kompos yang siap digunakan. Sementara itu, pembuatan pupuk cair dilakukan dengan cara merendam bahan organik dalam air selama beberapa waktu, sehingga nutrisi yang terkandung dapat larut dan siap diaplikasikan pada tanaman.
Selama praktikum, mahasiswa juga diberikan pengetahuan tentang manfaat penggunaan pupuk organik, seperti meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki struktur tanah, dan mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia. Selain itu, kegiatan ini juga mendorong kreativitas mahasiswa dalam memanfaatkan limbah yang ada di sekitar mereka. Dengan melakukan praktikum ini, diharapkan mahasiswa tidak hanya memperoleh keterampilan praktis, tetapi juga memahami pentingnya menjaga lingkungan dan menerapkan prinsip-prinsip pertanian yang ramah lingkungan.
19
DAFTAR PUSTAKA
Anastasia, I., Izatti, M., & Suedy, S. W. A. (2014). Pengaruh Pemberian Kombinasi Pupuk Organik Padat dan Organik Cair Terhadap Porositas Tanah dan Pertumbuhan Tanaman Bayam ( Amarantus tricolor L .). Jurnal Biologi, 3(2), 1–10.
Putra, B. W. R. I. H., & Retnawati, R. (2019). Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Limbah Buah dengan Penambahan Bioattivator em4. Jurnal Sains Dan Teknologi Lingkungan, 11(261), 44–56.
Shitophyta, L. M., Amelia, S., & Jamilatun, S. (2021). Pelatihan Pembuatan Pupuk Kompos Dari Sampah Organik Di Ranting Muhammadiyah Tirtonirmolo, Kasihan, Yogyakarta.
Community Development Journal : Jurnal Pengabdian Masyarakat, 2(1), 136–140.
https://doi.org/10.31004/cdj.v2i1.1405