LAPORAN PRAKTIKUM
GENETIKA dan PEMULIAAN IKAN SELEKSI INDUK
Disusun Oleh:
Nama : Bartholomeus Adam Putra Brahmantya
NPM : 2120801077
PJ Asisten Praktikum : Syafira Adzjani Putri Pribadi
PROGRAM STUDI AKUAKULTUR FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR 2023
DAFTAR ISI
Cover... i
DAFTAR ISI ...ii
BAB I...1
PENDAHULUAN...1
1.1 Latar Belakang...1
1.2 Tujuan... 2
1.3 Manfaat... 2
BAB II ... 3
2.1 Ikan Guppy... 3
2.2 Ikan Cupang...4
2.3 Ikan Koi ... 6
2.4 Seleksi Induk...7
BAB III ...9
METODE... 9
3.1 Waktu dan Tempat ...9
3.2 Alat dan Bahan...9
3.3 Langkah Kerja ...11
BAB IV ...12
HASIL DAN PEMBAHASAN... 12
4.1 Hasil...12
4.2 Pembahasan... 13
BAB V...16
KESIMPULAN... 16
5.1 Kesimpulan... 16
5.2 Saran... 16 DAFTAR PUSTAKA...17 LAMPIRAN... 19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Benih ikan adalah unsur penting dalam proses budidaya perikanan, diperlukan baik dalam hal jumlah maupun kualitasnya. Meskipun permintaan akan benih ikan dalam jumlah sudah terpenuhi, permasalahan yang perlu diatasi adalah tingkat kualitas benih yang masih jauh dari harapan. Oleh karena itu, perlu dikembangkan teknik reproduksi ikan yang dapat memenuhi kebutuhan akan benih, baik dalam hal kuantitas maupun kualitas. Untuk memenuhi permintaan konsumen dan menghasilkan benih yang berkualitas, langkah penting dalam kegiatan pembenihan adalah pemilihan induk yang memiliki kualitas yang baik dan unggul, yang pada akhirnya akan menghasilkan benih yang berkualitas.
Ketersediaan stok induk yang berkualitas memiliki peran krusial dalam produksi benih ikan, dengan harapan bahwa benih yang dihasilkan akan tumbuh dengan baik, memiliki nilai ekonomis yang tinggi, dan diminati oleh konsumen.
Seleksi induk ikan adalah salah satu tahap penting dalam budidaya ikan, yang bertujuan untuk menghasilkan keturunan dengan kualitas yang unggul.
Selain memperbaiki kualitas genetik, seleksi induk juga berperan dalam pengembangan varietas ikan yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi budidaya yang beragam. Seleksi induk bertujuan untuk menghasilkan keturunan ikan yang memiliki karakteristik yang diinginkan, seperti pertumbuhan cepat, daya tahan terhadap penyakit, dan efisiensi konversi pakan ( Nguyen et al, 2019). Dalam beberapa dekade terakhir, populasi ikan telah mengalami penurunan kualitas genetik karena faktor-faktor seperti overfishing dan lingkungan yang tercemar.
Oleh karena itu, seleksi induk menjadi instrumen penting untuk mengembalikan dan meningkatkan kualitas genetik pada stok ikan yang dibudidayakan.
Salah satu alternatif metode untuk memperoleh benih ikan berkualitas adalah dengan mengimplementasikan ginogenesis. Metode ginogenesis akan memiliki nilai lebih karena ikan dapat tumbuh lebih cepat sehingga meningkatkan hasil produksi, pertumbuhan ikan yang efisien ditandai dengan biaya pakan yang
digunakan lebih murah dan semua ikan yang dihasilkan memiliki warna sesuai yang diharapkan. Dari nilai lebih hasil program pemuliaan secara seleksi ini, maka keuntungan bagi pembudidaya akan meningkat. Apabila dalam seleksi ini berhasil didapatkan calon induk superior, maka benih yang dihasilkan kelak merupakan benih unggul yang dapat digunakan dalam proses budidaya ( Rahayu et al, 2013)
1.2 Tujuan
Praktikum seleksi induk pada genetika dan pemuliaan ikan bertujuan supaya mahasiswa mampu mengetahui dan memahami ciri seksual atau jenis kelamin pada ikan dan mengetahui ciri-ciri indukan yang telah matang gonad.
1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum seleksi induk pada genetika dan pemuliaan ikan adalah mahasiswa memiliki kemampuan dalam mengetahui seksualitas kelamin pada ikan serta ciri-ciri induk yang telah matang gonad melalui proses penerapan seleksi induk di lapangan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Guppy
Klasifikasi ikan guppy (Poecilia reticulata) menurut Rismayani (2017) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animal
Filum : Chordata
Kelas : Osteichthyes
Ordo : Cyprinodontoidei Family : Poecilidae
Genus :Poecilia
Spesies :Poecilia reticulate
Gambar 2.1 Ikan Guppy Jantan Sumber: Habibi (2022)
Gambar 2.2 Ikan Guppy Betina Sumber: Habibi (2022)
Ikan guppy berasal dari daerah kepulauan Kalibria dan Amerika Selatan.
Secara umum, bentuk tubuh guppy pipih samping (compressed) dan bentuk mulut runcing. Jumlah jari – jari sirip punggung sekitar 7 – 8, sirip dubur 8 – 9, sirip dada 13 – 14, dan sirip perut 5. Secara morfologis, ikan guppy (Poecilia reticulata) jantan mempunyai ciri morfologis dengan bentuk tubuh yang ramping dan corak yang indah sedangkan ikan guppy betina memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan ikan guppy jantan (Hamonangan et al., 2018). Bentuk ekor
ikan guppy juga bervariasi, berdasarkan bentuk ekornya ikan guppy terbagi menjadi : ikan guppy ekor lebar (Wide tail), ikan guppy ekor panjang (Sword tail), dan ikan guppy ekor pendek (Short tail), setiap varietas memiliki 4 macam bentuk ekor (Musanni, 2013).
Ikan guppy memiliki bentuk sirip ekor dan pola warna tubuh terkait dengan jenis kelamin. Herawati et al., (2013) menyatakan bahwa ikan guppy jantan lebih diminati masyarakat karena memiliki morfologi yang lebih menarik. Masa pertumbuhan maksimum ikan guppy dicapai pada saat ikan berumur lebih dari 6 bulan, pada masa ini keindahan warna yang tampak pada ikan guppy akan menurun dan gerakan ikan menjadi semakin lambat serta sirip ekor menjadi sobek.
Ikan guppy berkembangbiak pada area aliran deras seperti sungai dan memakan pakan alami berupa artemia, daphnia, moina serta larva jentik nyamuk.
Ikan guppy merupakan ikan yang bersifat ovovivipar atau ikan yang bertelur dan melahirkan. Hal ini terjadi karena proses pembuahan guppy secara internal yaitu perkawinan terjadi pada saat organ gonopodium yang terletak pada sirip anal dimasukkan ke dalam organ telur ikan guppy betina. Setelah menetas, perkembangan gonopodium pada ikan guppy jantan akan terlihat dalam waktu 3 minggu dalam satu kali kawin ikan guppy melahirkan secara parsial sampai 3 kali dengan interval waktu 1 bulan (Rismayani, 2017).
2.2 Ikan Cupang
Klasifikasi ikan Cupang (Betta sp.) menurut Syafitri (2019) sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinoterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Osphronemidae
Genus :Betta
Species :Betta sp.
A B
Gambar 2.3 Ciri Sekunder Ikan Cupang (A = Jantan, B = Betina) Sumber: Herjayanto, (2023)
Tubuh ikan Cupang (Betta sp.) secara umum memiliki panjang yang berkisar antara 50-120 mm dengan bentuk tubuh memanjang. Menurut Nurul (2022), ciri khas lainnya dari ikan cupang, antara lain memiliki sirip ekor berbentuk membulat (rounded) atau meruncing (pointed). Ikan Cupang memiliki sirip dorsal terletak lebih ke belakang, memiliki jari-jari keras dan delapan sampai sembilan jari-jari lunak. Sirip anal panjang dan lebar, dimulai dari belakang anus dan berakhir di belakang dekat pangkal sirip kaudal, memiliki satu sampai empat jari-jari keras dan 21-24 jari-jari lunak. Ujung sirip anal berbentuk lancip. Sirip perut berukuran kecil, terletak di bawah sirip dada, memiliki 1 jari-jari keras dan 5 jari-jari lunak.
Satu dari jari-jari lunak berukuran lebih panjang dari yang lainnya. Sirip dada bentuknya membulat, memiliki 12-13 jari-jari lunak. Betta sp. memiliki karakteristik respons agresif. Ikan Cupang dapat beradaptasi pada suhu 24-29°C yang merupakan suhu optimal bagi pemeliharaan ikan Cupang (Djuhanda, 1981 dalam Syafitri, 2019).
Menurut Artika dkk (2020) ikan cupang jantan dan betina dapat dibedakan berdasarkan beberapa faktor, termasuk ukuran tubuh, warna, dan sirip. Ikan cupang jantan cenderung memiliki sirip punggung dan ekor yang lebih panjang, dengan warna yang mencolok. Di sisi lain, ikan cupang betina memiliki warna yang kurang menarik, perut yang lebih gemuk, serta sirip ekor dan anal yang lebih pendek. Variasi dalam warna tubuh ikan cupang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kematangan gonad, faktor genetik, jenis kelamin, dan faktor geografis.
Selain itu, ikan cupang dapat dibagi menjadi dua jenis utama, yaitu ikan cupang hias dan ikan cupang adu. Perbedaan antara keduanya dapat dilihat dari lebar sirip, warna, dan ketebalan mulutnya. Ikan cupang jantan yang digunakan sebagai ikan hias memiliki sirip yang lebar dan panjang, dengan ukuran tubuh sekitar 6-7 cm.
Mulutnya juga cenderung tipis, dan warna tubuhnya lebih cerah. Sementara ikan cupang adu memiliki sirip yang lebih pendek, warna tubuh yang lebih gelap, ukuran tubuh sekitar 4-6 cm, dan mulut yang lebih tebal (Lucas, 1968 dalam Artikaet al., 2020).
2.3 Ikan Koi
Menurut Susanto (2007) dalam Ramadhan (2022) ikan Koi memiliki klasifikasi yang sama dengan ikan mas sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Osteichtyes
Ordo : Cypriniforme
Family : Cyprinidae
Genus :Cyprinus
Species :Cyprinus carpio
Gambar 2.4 Ikan koi Sumber : Ramadhan (2022)
Menurut Susanto (2000) dalam Ramadhan (2022), ikan koi memiliki tubuh berbentuk bulat lonjong memanjang dan agak sedikit pipih ke samping (compressed) dengan alat gerak berupa sirip. Sirip-sirip yang melengkapi morfologi ikan Koi adalah sirip punggung, sepasang sirip dada, sepasang sirip perut, sirip anus, dan sirip ekor. Sirip pada ikan Koi terdiri atas jari-jari keras, jari- jari lunak, dan selaput sirip yang 5 berfungsi sebagai alat gerak. Sirip punggung memiliki 3 jari-jari keras dan 20 jari-jari lunak. Sirip perut hanya memiliki jari- jari lunak sebanyak 9 buah. Sirip anus memiliki 3 jari-jari keras dan 5 jari-jari lunak. Di bagian kepala terdapat mulut yang ukurannya cukup besar terletak di ujung tengan (terminal).
Menurut Yurayama (2018), Bagian depan dan kepala tidak bersisik, sedangkan sekujur tubuhnya bersisik. Sisik koi berukuran cukup besar dengan tipe lingkaran (cycloid). Badan koi tertutup oleh selaput yang terdiri dari dua lapisan.
Lapisan pertama berada di luar tubuh disebut lapisan epidermis. Sementara lapisan kedua berada dilapisan dalam tubuh, disebut lapisan endodermis.
Epidermis terdiri dari sel-sel getah yang menghasilkan lendir (mucus) pada permukaan badan ikan. Cairan ini berfungsi melindungi permukaan badan atau menahan parasit yang menyerang koi. Lapisan endodermis terdiri dari serat-serat yang penuh dengan sel, pangkal sisik, urat-urat darah, dan sel warna.
2.4 Seleksi Induk
Menurut Nurhayati dkk., (2022) seleksi induk dilakukan dengan memilih calon induk yang telah mencapai kematangan gonad. Tanda-tanda kematangan ini dapat diamati melalui gerakan lincah, operkulum yang kasar, tubuh yang tampak ramping, dan, pada induk jantan, dengan kemampuan mengeluarkan cairan berwarna putih (sperma) saat dilakukan stripping. Sementara pada induk betina, tanda kematangan gonad dapat terlihat dari perut yang besar atau buncit, operkulum yang halus, dan kemampuan mengeluarkan cairan berwarna kuning saat dilakukan stripping. Selain itu, seleksi juga memperhatikan usia dan berat badan minimal sebagai persyaratan, yaitu 2 tahun dan berat badan 1-2 kg untuk jantan, serta 3 tahun dan berat badan 4-5 kg untuk betina. Induk yang terpilih
harus bebas dari cacat, dalam kondisi fisik yang prima, memiliki gerakan lincah, seluruh anggota tubuh lengkap, serta warna dan corak yang jelas.
Seleksi induk matang gonad dilakukan melalui pengamatan visual terhadap stok induk untuk memastikan bahwa benih yang dihasilkan memiliki kualitas yang tinggi. Menurut Bastian (2018) dalam Hendriana et al., (2021) umur ideal untuk pemijahan adalah sekitar 2 tahun untuk induk betina dengan bobot 2 kg per ekor, sementara untuk induk jantan adalah 1 tahun dengan bobot 1 kg per ekor.
Tujuan dari seleksi induk adalah untuk memilih calon induk yang sehat dan berkualitas, serta untuk memastikan bahwa mereka telah mencapai kematangan gonad akhir dan tidak memiliki cacat atau luka pada anggota tubuh.
BAB III METODE 3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Genetika dan Pemuliaan Ikan mengenai Seleksi Induk ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 04 Oktober 2023, di Laboratorium Terpadu (Fisiologi, Reproduksi dan Genetika Hewan) (Lantai 2) Universitas Tidar pukul 14.20 - 15.20 WIB.
3.2 Alat dan Bahan
Table 1. Alat yang digunakan
No Nama Alat Fungsi Gambar
1 Akuarium Untuk tempat pemeliharaan ikan
2 Seser Untuk menangkap ikan
3 Aerator Untuk mensuplai oksigen terlarut
4 Baskom Untuk tempat menstripping ikan
Table 2. Bahan yang digunakan
No Nama Bahan Fungsi Gambar
1 Ikan Koi Untuk sampel pengamatan
2 Ikan Guppy Untuk sampel pengamatan 5 Lap/Serbet Untuk menutup bagian kepala
ikan
6 Alat tulis Untuk mencatat hasil pengamatan
7 Kamera Untuk mendokumentasi kegiatan
3 Ikan Cupang Untuk sampel pengamatan
4 Tissu Untuk membersihkan
peralatan
3.3 Langkah Kerja
1. Mengamati induk jantan dan betina pada ikan cupang, guppy dan koi 2. Melakukan dokumentasi
3. Mengidentifikasi morfologi ikan cupang, guppy dan koi 4. Mengambil induk ikan koi menggunakan serbet
5. Menyiapkan baskom untuk tempat stripping 6. Menutup bagian kepala ikan menggunakan lap
7. Melakukan stripping ikan dengan mengurut bagian perut sampai lubang genital dengan searah.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Table 3. Hasil Pengamatan
Hasil Pengamatan Keterangan
Ikan cupang jantan menampilkan warna tubuh yang mencolok serta ekor yang melebar, sementara ikan cupang betina memiliki warna tubuh yang lebih demikian, dengan ekor yang tidak melebar, dan ciri-ciri khusus seperti adanya bintik putih saat mencapai kematangan gonad.
Ikan guppy jantan memiliki tubuh yang lebih ramping, sirip yang lebih panjang, pipih, dan perut yang datar.
Sementara itu, ikan guppy betina memiliki tubuh yang lebih berbentuk bulat, sirip yang lebih pendek, dan perut yang membulat.
Melalui stripping dengan memencet bagian lubang genitalnya sampai keluar cairan, apabila jantan mengeluarkan cairan putih (sperma) sedangkan betina mengeluarkan cairan kuning (telur).
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan secara morfologi yang telah dilakukan pada ikan cupang, terdapat perbedaan antara ikan jantan dan ikan betina yang dapat dikenali melalui ciri-ciri sekunder. Ikan cupang jantan cenderung memiliki tubuh yang langsing, gerakan yang sangat agresif, sirip ekor lebar dan panjang, serta warna yang cerah dan mencolok. Sebaliknya, ikan cupang betina cenderung memiliki tubuh yang gempal (berisi), gerakan yang lambat, sirip ekor yang pendek, dan warna yang kurang cerah atau bahkan pucat. Menurut Priyadi et al., (2021), menjelaskan bahwa perbedaan antara ikan jantan dan betina bisa terlihat secara kasat mata berdasarkan bentuk dan warna tubuh. Induk jantan memiliki mulut yang agak melebar dengan lebar mulut sekitar 0,5 cm, sementara pada induk betina, mulutnya lebih kecil dengan lebar mulut sekitar 0,3 cm.
Pada tubuh ikan cupang juga terdapat perbedaan kecerahan warna tubuh yang tampak jelas saat induk jantan mencapai kematangan gonad, dengan warnanya yang lebih cerah dan menarik dibandingkan dengan induk betina. Selain ciri-ciri morfologi, kualitas induk juga dapat diidentifikasi berdasarkan karakteristik seperti pangkal ekor yang tebal dan lebar, gerakan yang lincah, serta ketiadaan cacat. Pada ikan cupang jantan yang sudah matang gonad, terdapat bintik-bintik hitam di daerah sirip punggungnya, dan garis vertikal merah pada tutup insang.
Sementara itu, induk betina yang sudah matang gonad memiliki perut yang membuncit dan terdapat 2-3 garis vertikal berwarna kelabu di sisi tubuhnya (Wahjudy, 2016 dalam Syafitri 2019). Selain itu, ikan cupang jantan biasanya melakukan pemijahan pertama pada usia 3-4 bulan dengan panjang tubuh sekitar 3,5 cm. Selama proses pemijahan, ikan jantan membuat sarang busa yang ditempatkan di permukaan air sebagai tempat pemijahan telur yang nantinya akan dikeluarkan oleh ikan betina. Selama masa penetasan telur, ikan jantan akan menjaga dan merawat telur hingga menetas menjadi anak ikan cupang yang mandiri (Yuniar, 2017).
Selanjutnya hasil pengamatan secara morfologi yang telah dilakukan pada ikan guppy dengan ciri-ciri morfologi ikan guppy jantan dapat diidentifikasi berupa memiliki tubuh yang lebih ramping, sirip yang lebih panjang, dan perut yang rata.
Di sisi lain, ikan guppy betina memiliki tubuh yang lebih bulat, sirip yang lebih pendek, dan perut yang berbentuk bulat. Chairunnisa dan Efizon (2020) juga menyatakan bahwa perbedaan jenis kelamin pada ikan guppy bisa dilihat melalui karakteristik ciri seksual sekunder dan primer. Ciri-ciri ini mencakup bentuk tubuh, ukuran tubuh, warna, bentuk kepala, dan lain sebagainya. Di samping itu, karakteristik seksual primer bisa diamati dengan memeriksa gonad dalam tubuh ikan.
Ciri-ciri seksual sekunder pada ikan guppy terlihat melalui modifikasi sirip anal pada ikan jantan, yang berubah menjadi gonopodium yang panjang.
Sementara itu, ikan guppy betina memiliki sirip anal yang tidak mengalami modifikasi dan tetap berbentuk halus. Terdapat juga perbedaan pada papilla genital antara ikan guppy jantan dan betina, ikan jantan memiliki papilla genital yang meruncing dan menonjol, sementara papilla genital ikan guppy betina berbentuk bulat dengan lubang yang sedikit lebih besar. Papilla genital ini terletak di belakang anus dan di depan andropodium pada ikan guppy (Huwoyon, 2008 dalamChairunnisa dan Efizon, 2020).
Selanjutnya hasil pengamatan secara morfologi yang telah dilakukan pada ikan koi yaitu dengan melakukan pengamatan stripping pada ikan koi untuk menghasilkan perbedaan yang jelas berupa ikan jantan mengeluarkan cairan putih (sperma), sementara ikan betina mengeluarkan cairan kuning (telur). Seleksi induk dilakukan dengan memperhatikan berbagai karakteristik fisik, seperti keberadaan cairan sperma atau telur saat stripping, operkulum yang kasar atau halus, serta perubahan fisik pada perut dan lubang genital. Menurut Ishaqi dan Sari (2019) menjelaskan bahwa induk jantan koi memiliki operkulum yang terasa kasar dan akan mengeluarkan sperma saat perutnya distripping, sedangkan induk betina memiliki operkulum yang terasa halus dan akan mengeluarkan telur saat perutnya distripping. Induk betina juga memiliki perut yang membuncit, dan lubang genitalnya berwarna merah.
Selain itu, Wahjudy (2016) dalam Syafitri (2019) menekankan bahwa induk ikan yang berkualitas harus memiliki pangkal ekor yang tebal dan lebar, gerakan yang lincah, serta tidak memiliki cacat. Dalam pengamatan morfologi ikan guppy,
ciri-ciri seperti bentuk mulut hingga sirip ekor yang sehat, serta keberadaan sisik yang tersusun dengan rapi, juga menjadi indikator penting dalam seleksi induk yang baik. Semua ini bertujuan untuk memastikan bahwa induk yang dipilih memiliki kualitas yang baik dan siap untuk pemijahan.
BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari kegiatan praktikum seleksi induk ikan koi, cupang, dan guppy adalah bahwa ikan jantan umumnya memiliki ciri-ciri seperti tubuh yang ramping, warna tubuh yang mencolok, dan tingkat agresivitas yang lebih tinggi secara umum. Di sisi lain, ikan betina cenderung memiliki tubuh yang lebih bulat (berisi) dan warna tubuh yang lebih pucat.
Tahap seleksi dilakukan untuk memilih induk yang berkualitas dan siap untuk pemijahan.
Dalam konteks ikan koi, hasil stripping menunjukkan bahwa ikan jantan mengeluarkan cairan putih (sperma), sementara ikan betina mengeluarkan telur, dan ini sering terlihat dengan perut betina yang membuncit. Seleksi induk yang baik adalah langkah penting dalam memastikan kesuksesan pemijahan dan perolehan benih yang berkualitas.
5.2 Saran
Pada saat kegiatan praktikum sebaiknya perlu dipersiapkan langkah dan metode yang efektif dalam pengampilan sampel ikan untuk yang digunakan sebagai objek pengamatan sehingga dapat mengurangi dampak yang menyebabkan stress pada ikan uji.
DAFTAR PUSTAKA
Artika, D. N., Ayundari, S., & Ramadhani, F. (2022). Pengaruh Daun Ketepeng dan Daun Sirih Terhadap Proses Fertilisasi Ikan Cupang (BettasplendensR.). Jurnal Riset Rumpun Ilmu Hewani (JURRIH), 1(2), 76-90.
Chairunnisa, R. A., & Efizon, D. (2020). Biologi Reproduksi Ikan Guppy (Poecilia reticulata) dari Bendungan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik,1(2), 103-113.
Hamonangan, A.M., Basuki, F., dan Ristiawan, A.N. 2018. Pengaruh Lama Perendaman Induk Betina dalam Ekstrak Purwoceng (Pimpinela alpina)Terhadap Jantanisasi Ikan Guppy (Poecilia reticulata). Jurnal Perikanan Universitas Diponegoro. Semarang. Vol 7(1):10-17
Ishaqi, A. M., & Sari, P. D. W. (2019). Pemijahan Ikan Koi (Cyprinus carpio) dengan Metode Semi Buatan: Pengamatan Nilai Fekunditas, Derajat Pembuahan Telur dan Daya Tetas Telur (The Spawning of Koi (Cyprinus carpio) using Semi-Artificial Method: The Observation of Fecundity, Fertilization Rate and Hatching Rate). Jurnal Perikanan dan Kelautan p–
ISSN,2089, 3469.
Musanni. 2013. Budidaya Ikan Guppy (Poecilia reticulata). Laporan Praktikum Budidaya Ikan Hias Universitas Lampung. Bandar Lampung
Nguyen, N. H., Ponzoni, R. W., Abu Bakar, Y., & Yniguez, T. (2019). Selection response and genetic parameters for harvest weight in GIFT strain of Nile tilapia (Oreochromis niloticus) in different environments. Journal Aquaculture Research, 3(1), 27-41.
Nurhayati, D., Hastuti, S., & Dwiastuti, S. A. (2022). Performa Reproduksi Ikan Koi (Cyprinus carpio) dengan Strain Berbeda. Sains Akuakultur Tropis:
Indonesian Journal of Tropical Aquaculture, 6(1), 96-106.
Nurul, H. (2022). Maskulinisasi Ikan Cupang (Betta splendens) Menggunakan Buah Rujak Polo (Tribulus terrestris) Melalui Metode Perendaman (Doctoral dissertation, UIN RADEN INTAN LAMPUNG).
Priyadi, A., Permana, A., Musa, A., Nur, B., Cindelaras, S., Rohmy, S., &
Musthofa, S. Z. (2021). Seleksi Induk Jantan Cupang Alam B Channoides Dan Penentuan Umur Panen Larva Metode Pengocokan Serta Efektifitasnya.Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia,9(2), 118-129.
Rahayu, Y. S., Triyatmo, B., Murwantoko, M., & Kuswoyo, T. (2013). Genetic Gain And Differentsial Selection Calon Induk Nila Putih (Oreochromis sp.) Janti Strain Singapura F5 Umur 5 Bulan Yang Dipelihara Di Kolam Air Deras.Jurnal Perikanan Universitas Gadjah Mada, 15(1), 10-19.
RAMADHAN, B. (2022). TA: Pembenihan Ikan Koi Alami dan Buatan (Disertasi DoktorPoliteknik Negeri Lampung).
Rismayani, A, Putri. (2017). Pengaruh Pemberian Pakan Cacing Tanah (Lumbricus rubellus) terhadap Warna Pada Ikan Guppy. Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hassanudin. Makassar.
Syafitri, R. Z. (2019). Karakteristik Suara Ikan Cupang (Betta Sp.) Saat Proses Pemijahan Dengan Pendekatan Bioakustik (Doctoral dissertation, Universitas Jenderal Soedirman).
Wahjudy, G. A. D. (2016).Pengaruh Perbedaan Umur Induk Betina Ikan Cupang (Betta splendens) Terhadap Tingkat Fekunditas Dan Produksi Larva(Doctoral dissertation, Universitas Airlangga).
Yuniar, I. (2017). Biologi Reproduksi Ikan.
Yurayama, M. I. (2018). Pengaruh Warna Wadah Yang Berbeda Terhadap Kecerahan Warna Benih Ikan Koi (Doctoral dissertation).
LAMPIRAN
Gambar 1. Mengamati ikan
cupang Gambar 2. Mengamati ikan
guppy Gambar 3. Mengamati
ikan koi
Gambar 4. Menangkap induk ikan koi untuk stripping
Gambar 5. Menutup kepala
ikan menggunakan serbet Gambar 6. Melakukan stripping ikan koi
Gambar 7. Ikan koi jantan Gambar 8. Ikan koi betina Gambar 9. Ikan cupang jantan (biru),sedangkan betina (putih/pucat)
Gambar 10. Ikan guppy
jantan Gambar 11. Ikan guppy
betina