• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Resmi KIMIA ORGANIK Modul 6

N/A
N/A
Kaylla Destya

Academic year: 2024

Membagikan " Laporan Resmi KIMIA ORGANIK Modul 6"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

MODUL 6

ANALISIS GULA REDUKSI

KELOMPOK 1 / KIMIA ORGANIK KELAS E ROUDLOTUS SALWA AULIA / 5008221110

ASISTEN

ELIA RANDY EFRAIM / 5008201081

TGL PRAKTIKUM : 30 November 2023

TGL PENGUMPULAN LAPORAN : 2 Desember 2023

LABORATORIUM KIMIA ANALISA DAN KIMIA ORGANIK DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI DAN REKAYASA SISTEM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA 2023

(2)

Analisis Gula Reduksi

a. Teori

Fessenden, Ralph. J. 1982. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta: Erlangga Khopkar, S. M. 2010. “Konsep Dasar Kimia Analitik”. Jakarta : UI-PRESS.

Kulkarni, Rohan. 2016. “Conjugation of Dextan with Antibiotic Drugs and Release Studies”.

India: Indian Institute of Technology

Pratiwi, Ratnayani, Wirajana. 2016. Perbandingan Metode Uji Gula Pereduksi dalam Penentuan Aktivitas -L-Arabinofuranosidase dengan Substrat Janur Kelapa (Cocos nucifera. Bali : Universitas Udayana.

Pratiwi, Ratnayani, Wirajana. 2016. Perbandingan Metode Uji Gula Pereduksi dalam Penentuan Aktivitas -L-Arabinofuranosidase dengan Substrat Janur Kelapa (Cocos nucifera. Bali : Universitas Udayana.

Uday, Kulkarni Rohan. 2016. “Conjugation of Dextan with Antibiotic Drugs and Release Studies”. India: Indian Institute of Technology

Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga

Wertheim, E. 1956. Introductory Organic Chemistry Third Edition. New York: Mc Graw Hill Book Company

b. Tujuan

1. Membuat kurva larutan standar antara absorbansi terhadap konsentrasi gula pereduksi.

2. Menganalisis kandungan gula pereduksi pada sampel menggunakan spektrofotometri dengan reagen DNS.

c. Alat

No. Alat Jumlah

1. Labu ukur berukuran 10 dan 50 mL 2

2. Gelas beker berukuran 50 - 500 mL 3

3. Gelas ukur 50 atau 100 mL 1

4. Erlenmeyer berukuran 250 mL 1

5. Pipet ukur 1 dan 5 mL 2

6. Ball filler / ball pipet / karet penghisap 1

7. Pipet tetes 1

8. Hot plate atau waterbath 1

9. Klem 1

10. Penjepit kayu 5

11. Spatula atau batang pengaduk 1

12. Aluminium foil Secukupnya

13. Spektrofotometer UV/Vis 1

14. Kuvet spektro 2

15. Tabung reaksi 10

16. Rak tabung reaksi 1

17. Botol pencuci 1

18. Kaca arloji 1

19. Neraca analitik 1

20. Software microsoft excel 1

d. Bahan

No. Bahan Jumlah

(3)

1. Es batu Secukupnya

2. DNS (asam 3,5-Dinitrosalisilat) bubuk 1 gr

3. Glukosa (C6H12O6) 50 mg

4. Natrium hidroksida (NaOH) 1,6 gr

5. Aquades (H2O) Secukupnya

6. Sodium potassium tartrate atau natrium kalium tartarat

(C4H4O6KNa.4H2O) 30 gr

7. Larutan supernatant atau larutan tugas 2 jenis

e. Prosedur

1. Langkah pertama, serbuk DNS sebanyak 1 gram diambil menggunakan neraca analitik untuk pembuatan larutan DNS dengan konsentrasi 2% w/v

2. Aquades sebanyak 50 mL disiapkan pada gelas ukur

3. Gelas beker yang menjadi wadah pelarutan larutan DNS dan erlenmeyer yang nantinya menjadi wadah pencampuran reagen DNS dibungkus menggunakan aluminium foil

4. Serbuk DNS 1 gram dilarutkan dengan aquadest 50 mL pada gelas beker, setelah dilarutkan tutup juga bagian atas gelas beker dengan aluminium foil

5. NaOH kristal sebanyak 1,6 gram dimasukkan ke dalam gelas beker dan ditutup dengan aluminium foil karena sifatnya yang volatil

6. Aquades sebanyak 15 mL disiapkan pada gelas ukur

7. Aquades yang sudah diambil dituangkan pada gelas beker yang berisi NaOH, sehingga larutan NaOH dengan konsentrasi 10,667% w/v terbentuk

8. Larutan DNS dan larutan NaOH dicampurkan pada erlenmeyer serta diaduk perlahan hingga homogen

9. Erlenmeyer dijepit menggunakan klem dan dimasukkan ke dalam waterbath bersuhu 45°C selama

±5 menit

10. 30 gram natrium kalium tartarat diambil pada neraca analitik

11. Aquades sebanyak 100 mL disiapkan, dapat menggunakan gelas ukur 50 mL 2 kali

12. Serbuk natrium kalium tartarat dan aquades yang telah disiapkan dicampur pada gelas beker, sehingga terbentuk larutan natrium kalium tartarat dengan konsentrasi 30% w/v

13. Erlenmeyer yang sudah dipanaskan pada waterbath diambil

14. Campuran larutan DNS dan larutan NaOH yang sudah dipanaskan ditambah dengan larutan natrium kalium tartarat

(Jika langkah 1 – 14 sudah selesai, maka reagen DNS telah berhasil dibuat)

15. Glukosa sebanyak 50 mg diambil menggunakan neraca analitik ke kaca arloji 16. ±50 mL aquades disiapkan pada gelas beker

17. Glukosa dimasukkan dengan bantuan sendok atau batang pengaduk serta aquades dimasukkan dengan bantuan corong ke dalam labu ukur 50 mL, langkah ini bertujuan untuk membuat larutan induk glukosa dengan konsentrasi 1% w/v

18. labu ukur berukuran 10 mL disiapkan, lalu larutan induk sebanyak 1 mL dan aquades 9 mL dicampurkan

19. Begitu juga untuk konsentrasi lainnya, 2 mL larutan induk dengan 8 mL aqudes, 3 mL larutan induk dengan 7 mL aqudes, 4 mL larutan induk dengan 6 mL aqudes, serta 5 mL larutan induk dengan 5 mL aquades

20. Ketika larutan induk sudah diencerkan pada labu ukur, maka dapat dipindahkan pada gelas beker atau tabung reaksi, untuk meminimalisir penggunaan jumlah labu ukur

(Jika langkah 15 – 20 sudah selesai, maka larutan standar glukosa dengan 5 jenis konsentrasi sudah selesai dibuat)

21. Rak tabung reaksi dan 5 tabung reaksi lainnya disiapkan serta dibungkus dengan aluminium foil, karena nantinya akan dicampur bersama reagen DNS

22. Larutan blanko atau larutan tanpa sampel disiapkan, 1 mL aquades dipipet ke masing-masing tabung

(4)

reaksi

23. Setelah setiap tabung reaksi diisi dengan 1 mL aquades, larutan standar glukosa dengan konsentrasi yang berbeda-beda juga dimasukkan menggunakan pipet ukur atau pipet volume sebanyak 1 mL 24. Selanjutnya reagen DNS yang berada dalam erlenmeyer berlapis aluminium foil diambil sebanyak 3

mL menggunakan pipet

25. Tabung reaksi yang sudah berisi aquades, larutan standar glukosa dengan konsentrasi yang berbeda, serta reagen DNS dipanaskan menggunakan waterbath atau hot plate bersuhu 100°C selama 10 menit

26. Spektrofotometer UV/Vis dinyalakan

27. Setelah 10 menit, tabung reaksi langsung diangkat dan segera dimasukkan dalam air es secara mendadak untuk menghentikan reaksi selama ±5 menit

28. 5 tabung reaksi ditempatkan pada rak tabung reaksi

29. Setiap tabung reaksi ditambahkan aquades sebanyak 2 mL menggunakan pipet ukur

30. Terdapat 2 kuvet yang digunakan pada percobaan ini, satunya berisi aquades untuk kalibrasi serta satunya lagi akan diisi larutan standar glukosa dan larutan sampel secara bergantian untuk diukur panjang gelombangnya

31. Tabung reaksi yang pertama diambil menggunakan pipet tetes hingga hampir penuh, sekitar ⅞ volumenya dan kuvet ditutup dengan penutupnya

32. Lalu penutup sample room dibuka, kuvet berisi aquades dikeluarkan, kemudian kuvet yang berisi larutan standar glukosa dimasukkan, penutup sample room ditutup kembali, selanjutnya tekan tombol start atau tombol yang berwarna hijau, lalu catat hasil absorbansinya

33. Larutan standar glukosa pertama yang sudah dihitung lalu dibuang dan wadah kuvet tersebut dibilas menggunakan aquades hingga bersih

34. Lalu kuvet aquades dimasukkan ke dalam sample room untuk kalibrasi, agar pembacaan absorbansinya kembali menjadi nol

35. Prosedur 31 - 34 dilakukan untuk tabung reaksi ke-2 hingga ke-5, hasil absorbansinya akan dimasukkan pada microsoft excel untuk pembuatan kurva larutan standar

(Jika langkah 21 - 35 sudah selesai, maka kurva kalibrasi telah selesai dilaksanakan)

36. Prosedur berikutnya adalah penentuan kadar gula pereduksi yang menggunakan 2 larutan

supernatant atau 2 larutan tugas, pertama larutan tugas dapat dituang pada gelas beker secukupnya 37. 2 tabung reaksi dilapisi dengan aluminium foil, karena nantinya akan ada pencampuran dengan

reagen DNS

38. Larutan tugas pertama sebanyak 0,2 mL diambil menggunakan pipet ukur ke dalam tabung reaksi 39. Aquadest sebanyak 0,8 mL ditambahkan dengan tujuan untuk pengenceran, hingga volume totalnya

sekarang adalah 1 mL

40. Reagen DNS yang terdapat pada erlenmeyer ditambahkan pada masing-masing tabung reaksi sebanyak 3 mL

41. Tabung reaksi dipanaskan pada suhu 100°C menggunakan waterbath dengan bantuan penjepit kayu selama 10 menit

42. Setelah dipanaskan maka tabung reaksi diangkat dan segera dimasukkan ke dalam air es selama ±5 menit dengan tujuan untuk menghentikan reaksi dan menstabilkan warna larutannya

43. Tabung reaksi yang sudah didinginkan disimpan pada rak tabung reaksi, kemudian ditambah dengan 2 mL aquades

44. Spektrofotometer UV/Vis yang sudah dikalibrasi dengan aquades, kemudian dimasukkan kuvet berisi larutan tugas pertama (dari tabung reaksi 1) dan dilihat absorbansi panjang gelonmbangnya 45. Kalibrasi dilaksanakan kembali dengan mengeluarkan kuvet larutan tugas dan memasukkan kuvet

aquades

46. Kuvet yang berisi larutan tugas lalu dicuci kembali dengan aquades & diisi kembali larutan tugas pertama (dari tabung reaksi 2)

47. Selanjutnya kuvet aquades ditukar dengan kuvet larutan tugas dan dicatat hasil absorbansinya

(5)

48. Langkah ke-36 sanpai langkah ke-47 juga diterapkan pada larutan tugas kedua (sehingga dalam percobaan ini melakukan pengamatan absorbansi gula pereduksi sebanyak 4× menggunakan 2 jenis larutan yang masing-masing dilaksanakan 2×)

(Jika langkah 36 - 48 sudah selesai, maka kadar gula pereduksi sudah selesai dikerjakan) f. Hasil dan Pembahasan

Analisis gula reduksi adalah analisa yang dilakukan untuk mengetahui kadar gula reduksi dari suatu sampel. Gula reduksi sendiri adalah gula yang mempunyai kemampuan untuk mereduksi dikarenakan adanya gugus aldehid atau keton bebas didalamnya, termasuk semua jenis monosakarida (kecuali fruktosa) dan beberapa disakarida lainnya seperti laktosa dan maltose. Pada percobaan ini, gula reduksi yang digunakan pada campuran larutan standar adalah glukosa. Sedangkan sampel tugas yang digunakan adalah isoplus cocopandan dan teh pucuk harum dengan masing-masing variasi volume 0,2 mL dan 0,4 mL. Metode yang dapat digunakan pada analisa gula reduksi sendiri ada banyak, seperti luff schoolr, Anthrone, nelson, dan sebagainya. Namun, pada percobaan kali ini metode yang digunakan merupakan pengembangan dari teori Nelson. Teori Nelson sendiri secara garis besar ditinjau berdasarkan reaksi antara gula reduksi dengan reagen Nelson-Somogyi yang menghasilkan senyawa berwarna yang dapat diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometri. Pada percobaan kali ini, hal itu ditunjukan dengan adanya reaksi antara gula reduksi berupa glukosa pada larutan standar maupun kandungan gula pada larutan tugas dengan reagen DNS yang nantinya akan menghasilkan senyawa berwarna jingga yang dapat diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometri. Secara garis besar, prinsip dasar percobaan yang dilakukan sama, hanya saja yang membedakan adalah reagen yang digunakan, yaitu berupa DNS. Percobaan ini sendiri dilakukan dengan tujuan untuk membuat kurva larutan standar antara absorbansi terhadap konsentrasi gula pereduksi serta untuk menganalisa kandungan gula pereduksi pada sampel menggunakan spektrofotometri dengan reagen DNS.

Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah membuat reagen DNS dengan cara mencampurkan larutan DNS 2% w/v dan larutan NaOH 10,667% w/v kemudian dipanaskan untuk mempercepat reaksi lalu dilanjutkan mencampurkan larutan natrium kalium tartarat 30%

w/v kedalam campuran larutan DNS dan NaOH yang sudah dipanaskan sebelumnya. Reagen DNS atau asam dinitrosalicylic berfungsi untuk menentukan gula pereduksi. Reagen DNS terdiri atas fenol, garam rochelle atau natrium kalium tartarat, natrium bisulfit, dan natrium hidroksida. Fenol digunakan untuk meningkatkan warna yang dihasilkan. Garam Rochelle atau natrium kalium tartarat digunakan untuk mencegah reagen melarutkan. Bisulfit digunakan

(6)

untuk menjaga kestabilan warna yang didapat dari keberadaan fenol. Natrium hidroksida atau NaOH diperlukan untuk membuat suasana basa agar dapat mereduksi glukosa pada asam dinitrosalicylic. Langkah kedua, yaitu membuat larutan induk glukosa 1% w/v dengan melarutkan 0,05g glukosa kedalam 50 mL aquades dengan menggunakan labu takar. Labu takar digunakan untuk mencampurkan larutan karena memiliki keakuratan dan ketelitian yang tinggi dimana tingkat kesalahan yang dimiliki kecil sekitar 0,02% dari kapasitas volume labu takar tersebut. Selain itu, labu takar memiliki garis batas pada leher tabung yang kecil sehingga meningkatkan ketelitian pembacaan pada meniskus. Pada percobaan ini, semua tabung reaksi maupun alat yang digunakan untuk menyimpan larutan yang mengandung DNS perlu dilapisi dengan aluminium foil karena sifat dari DNS sendiri adalah volatil dan sensitive terhadap cahaya maupun panas. Langkah ketiga, yaitu mengencerkan larutan induk. Pengenceran dilakukan hingga tercapai 10 mL larutan dengan variasi konsentrasi sebanyak 5, yaitu 0,1 mg/mL dengan mengencerkan 1 mL larutan induk, 0,2 mg/mL dengan mengencerkan 2 mL larutan induk, 0,3 mg/mL dengan mengencerkan 3 mL larutan induk, 0,4 mg/mL dengan mengencerkan 4 mL larutan induk, dan 0,5 mg/mL dengan mengencerkan 5 mL larutan induk.

Alasan dari dilakukannya pengenceran untuk memperkecil konsentrasi agar memudahkan pembacaan spektrofotometri karena jarak antar partikel larutan menjadi lebih besar sehingga cahaya dapat melalui larutan tersebut. Jika larutan terlalu pekat, maka cahaya akan terhalang oleh partikel larutan alhasil nilai A dan %T tidak terbaca. Sedangkan tujuan penggunaan variasi variabel konsentrasi adalah sebagai bahan perbandingan untuk menentukan hubungan antara konsentrasi dengan absorbansi maupun transmittan yang nantinya ditunjukan berupa kurva.

Setelah dilakukan pengenceran, selanjutnya dilakukan pembuatan larutan blanko dengan mencampurkan 1 mL aquades dengan 3 mL reagen DNS. Kemudian menyiapkan 5 tabung reaksi dan mengisinya dengan 1 mL aquades dan 1 mL larutan standar dari masing-masing konsentrasi. Penggunaan 1 mL larutan standar tiap variable agar penggunaan dari DNS juga tidak terlalu banya lalu tiap tabung reaksi diisi dengan 3 mL reagen DNS. Reagen DNS disini digunakan sebagai reagen pendeteksi adanya kandungan gula reduksi pada larutan tersebut dimana ditamdai dengan adanya perubaha warna dari bening menjadi kuning kejinggan. Selain itu, reagen DNS dapat bereaksi dengan gula pereduksi yang menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi sehingga gugus aldehid dapat berubah menjadi gugus karboksil dan DNS akan tereduksi menjadi asam glukonat sesuai dengan persamaan berikut :

(7)

Setelah itu, dilakukan pemanasan dengan suhu 90°C selama 10 menit dengan tujuan untuk mempercepat reaksi antara gula reduksi dan DNS dimana reaksi yang terjadi bersifat eksoterm dengan nilai ΔH negative sehingga ketika suhu dinaikan, maka reaksi akan bergeser ke kanan sehingga produk dapat terbentuk lebih cepat. Kemudian dilakukan pendinginan secara mendadak dengan memasukan tabung reaksi kedalam air es agar reaksi yang terjadi dapat terhenti sehingga pengukuran absorbansi larutan dapat lebih akurat lalu ditambahkan 2 mL aquades agar larutan tidak terlalu pekat sehingga cahaya dari spektrofotometri dapat lebih mudah untuk melewati larutan. Selanjutnya setiap larutan standar maupun blanko dimasukan kedalam kuvet hingga mencapai garis pembatas tersebut agar berkas cahaya dapat menembus larutan secara maksimal dan hasil percobaan menjadi akurat. Penggunaan spektrofotometri ini sendiri diawali dengan menyalakannya dan masuk ke mode live display dengan setting panjang gelombang 540 nm kemudian memasukan larutan blanko untuk kalibrasi sampai absorbansinya 0 dan transmittannya 100%. Penggunaan panjang gelombang 540 nm karena pada panjang gelombang tersebut larutan campuran DNS dan glukosa akan berwarna merah bata sehingga membutuhkan warna komplementernya, yaitu ungu dan menyebabkan penyerapan cahaya menjadi maksimal. Kemudian barulah dilakukan Analisa terhadap tiap sampel dan diselingi dengan kalibrasi ulang setiap mengganti sampel ataupun melakukan analisa ulang terhadap sampel yang sama. Tujuan kalibrasi sendiri agar serapan pelarut berupa aquades dan reagen DNS tidak ikut diperhitungkan oleh spektrofotometri sehingga hanya zat terlarut yang diperhitungkan. Dari percobaan yang telah dilakukan, maka didapatkan data dan kurva hubungan sebagai berikut :

Tabel 1. Analisa Data Larutan Standar

Konsentrasi Larutan Standar (w/v) Absorbansi (λ) Transmittan (%T)

0,1 0,004 98,9

0,006 98,8

Rata-rata 0,005 98,85

0,2 0,178 66,3

0,178 66,4

(8)

Rata-rata 0,178 66,35

0,3 0,278 52,7

0,28 52,4

Rata-rata 0,279 52,55

0,4 0,338 45,9

0,34 45,7

Rata-rata 0,339 45,8

0,5 0,375 42,2

0,376 42,1

Rata-rata 0,376 42,15

Grafik 1. Absorbansi terhadap Konsentrasi

Dari grafik 1, dapat dilihat bahwa grafik yang terbentuk cenderung naik atau dapat dikatakan bahwa absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi, seperti yang tertera pada literatur. Jika konsentrasi larutan tinggi maka nilai absorbansi dari larutan tersebut juga tinggi dan begitupun sebaliknya. Berdasarkan grafik diatas, diperoleh persamaan garis y = 0,0903x + 0,0355 dan nilai R2 sebesar 0,9184, dimana y merupakan nilai absorbansi yang nantinya digunakan sebagai variabel yang diketahui dalam perhitungan konsentrasi dari larutan tugas.

Selain itu, dari tabel 1 juga akan didapatkan grafik hubungan antara transmittan dan konsentrasi sebagai berikut :

y = 0,0903x - 0,0355 R² = 0,9184

0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4 0,45

0,1 0,2 0,3 0,4 0,5

Absorbansi (λ)

Konsentrasi (mg/mL)

Absorbansi vs Konsentrasi

(9)

Grafik 2. Transmittan terhadap Konsentrasi

Dari grafik 2, dapat dilihat bahwa grafik yang terbentuk cenderung turun atau dapat dikatakan bahwa absorbansi berbanding terbalik dengan konsentrasi, seperti yang tertera pada literatur. Pada grafik diatas, didapatkan nilai regresi dibawah 90% yang mana dapat diartikan bahwa data transmittan yang didapat kurang valid. Regresi sendiri menunjukan hubungan keterkaitan antara 2 variabel, dimana pada grafik diatas merupakan nilai keterkaitan antara transmittan dan konsentrasi. Regresi seharusnya berada pada range angka 90%-100% agar dapat dikatakan bahwa analisis data yang dilakukan telah valid. Kesalahan pada nilai regresi yang didapat, berkemungkinan karena adanya ketidaktelitian praktikan dalam menggunakan alat spektrofotometri dimana seharusnya harus menunggu nilai yang ditunjukan stabil tetapi praktikan langsung menggunakan data yang tertera diawal dan tidak menunggu hingga nilainya stabil ataupun konstan. Setelah kurva dari larutan standar terbentuk, maka langkah selanjutnya yang dapat dilakukan yaitu membuat larutan tugas dengan memasukan isoplus cocopandan ataupun teh pucuk dengan masing-masing 0,2 mL dan 0,4 mL ke dalam tabung reaksi.

Kemudian encerkan hingga mencapai 10 mL dengan menambahkan 0,8 mL aquades pada larutan 0,2 mL dan menambahkan 0,6 mL aquades pada larutan 0,4 mL lalu tambahkan 3 mL pada masing-masing tabung reaksi. Setelah itu, dilakukan analisa absorbansi dan transmittan tiap variabel dengan menggunakan spektrofotometri dan didapatkan hasil data dan perhitungan sebagai berikut :

Tabel 2. Analisa Data Larutan Tugas

Larutan Tugas Absorbansi (λ) Transmitan (%T) Jumlah Gula (mg) Takaran Saji (mL) Isoplus Cocopandan

0,4 mL

>3 <0,01

24.000 350

>3 <0,01

y = -13,395x + 101,33 R² = 0,8468

0 20 40 60 80 100 120

0,1 0,2 0,3 0,4 0,5

Transmittan (%T)

Konsentrasi (mg/mL)

Transmittan vs Konsentrasi

(10)

Rata-rata >3 <0,01 Isoplus Cocopandan

0,2 mL

2,629 0,23

2,65 0,22

Rata-rata 2,6395 0,225

Teh Pucuk 0,4 mL

0,74 18,8

18.000 240

0,427 37,3

Rata-rata 0,5835 37,3

The Pucuk 0,2 mL

0,16 69

0,161 69,1

Rata-rata 0,1605 69,05

Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwasanya semua larutan tugas sudah diketahui nilai pasti dari absorbansi dan transmittannya kecuali pada isoplus dengan variasi volume 0,4 mL dimana tidak terbaca dan hanya tertera range nilainya oleh spektrofotometri. Hal itu dikarenakan spektrofotometri tidak dapat mendeteksi larutan dengan konsentrasi tinggi atau larutan pekat karena kurangnya rea penembusan Cahaya yang disebabkan jarak antarpartikelnya terlalu dekat. Oleh karena itu, spektrofotometri hanya dapat mendeteksi absorbansi dengan nilai maksimal 3 dan persen transmittan dengan nilai maksimal 0,01 sehingga jika ada larutan yang terlalu pekat, maka spektrofotometri hanya memberikan hasil berupa keterangan bahwa absorbansinya lebih dari batas maksimum yang terdeteksi, yaitu 3 dan nilai transmitannya kurang dari batas maksimum yang tercdeteksi, yaitu 0,01. Dari data diatas, maka dapat dilanjutkan untuk perhitungan konsentrasi dari tiap variabel dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

y = mx + c ………..………(1)

dimana variabel persamaan tersebut dapat diketahui dari nilai persamaan linier yang ada pada kurva perbandingan antara konsentrasi dan absorbansi, yaitu y = 0,0903x + 0,0355 dengan nilai y adalah nilai absorbansi yang sudah didapatkan dan x adalah nilai konsentrasi akhir setelah pengenceran yang perlu dicari dari tiap variabel. Setelah dilakukan perhitungan diatas selesai, maka dapat dilanjutkan perhitungan untuk mencari konsentrasi awal dari tiap variabel dengan menggunakan persamaan pengenceran hingga didapatkan hasil perhitungan akhir sebagai berikut :

Tabel 3. Analisa Perhitungan Data Larutan Tugas

Variabel Data Praktikum Data Sebenarnya Error (%)

(11)

Isoplus Cocopandan 0,4 mL 2,19 mg/mL 68,57 mg/mL 52,12

Isoplus Cocopandan 0,2 mL 0,93 mg/mL 59,17

Teh Pucuk 0,4 mL 0,39 mg/mL 75 mg/mL 92,13

Teh Pucuk 0,2 mL 0,05 mg/mL 98,3

Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa persen error yang didapat cukup tinggi pada larutan tugas isoplus cocopandan baik dari variasi volume 0,4 mL maupun 0,2 mL. Sedangkan persen error dari larutan tugas teh pucuk sangat tinggi baik dari variasi volume 0,4 mL maupun 0,2 mL. Error yang ditinggi dapat disebabkan karena adanya kesalahan pada beberapa hal, seperti adanya ketidaktelitian praktikan dalam mengambil kuantitas volume larutan, reagen DNS yang digunakan rusak karena terlalu lama terpapar cahaya, ataupun karena kuvet yang digunakan untuk pengukuran spektrofotometri merupakan kuvet plastic yang seharusnya digunakan 1x saja sehingga hasil yang didapat juga dapay dibilang kurang akurat.

g. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Percobaan ini telah menjawab tujuan nomer 1, dimana kurva larutan standar antara absorbansi terhadap konsentrasi gula pereduksi telah berhasil dibuat dengan hasil analisa berupa adanya hubungan perbandingan lurus antara absorbansi dan kosentrasi. Dari kurva tersebut juga telah didapatkan persamaan linier y = 0,0903x + 0,0355 dan nilai R2 = 0,9184.

2. Percobaan ini telah menjawab tujuan nomer 2, yaitu menganalisis kandungan gula pereduksi pada sampel menggunakan spektrofotometri dengan reagen DNS. Berdasarkan hasil analisa, didapatkan bahwa kandungan gula reduksi pada sampel isoplus cocopandan dengan variasi volume akhir 0,4 mL dan 0,2 mL secara berurutan adalah 2,19 mg/mL dan 0,93 mg/mL.

Sedangkan kandungan gula reduksi pada sampel teh pucuk dengan variasi volume akhir 0,4 mL dan 0,2 mL secara berurutan adalah 0,39 mg/mL dan 0,05 mg/mL.

(12)

LAMPIRAN

APPENDIKS

1. Perhitungan Konsentrasi a. Konsentrasi Larutan Induk

Diket :

Massa glukosa = 0,05 g = 50 mg Volume larutan = 50 mL

Konsentrasi larutan induk =w

𝑣 =50 mg

50 mL= 1𝑚𝑔

mL

b. Konsentrasi Larutan Standar

1 mL lar. induk 2 mL lar. induk 3 mL lar. induk M1 . V1 = M2 . V2 M1 . V1 = M2 . V2 M1 . V1 = M2 . V2 1 . 1 = M2 . 10 1 . 2 = M2 . 10 1 . 3 = M2 . 10 0,1 𝑚𝑔

mL = M2 0,2 𝑚𝑔

mL = M2 0,3 𝑚𝑔

mL = M2 4 mL lar. induk 5 mL lar. induk

M1 . V1 = M2 . V2 M1 . V1 = M2 . V2 1 . 4 = M2 . 10 1 . 5 = M2 . 10

0,4 𝑚𝑔

mL = M2 0,5 𝑚𝑔

mL = M2 c. Konsentrasi Larutan Tugas Sebenarnya

Isoplus Cocopandan

Diket :

Kadar gula dalam kemasan : 24.000 mg Takaran saji : 350 mL

Serving : 1

Massa glukosa total = Kadar gula dalam kemasan x Serving = 24.000 x 1

= 24.000 mg Konsentrasi sebenarnya =w

𝑣 = 24.000 mg

350 mL = 68,57𝑚𝑔

mL

The Pucuk

Diket :

Kadar gula dalam kemasan : 18.000 mg Takaran saji : 240 mL

(13)

Serving : 1

Massa glukosa total = Kadar gula dalam kemasan x Serving = 18.000 x 1

= 18.000 mg Konsentrasi sebenarnya =w

𝑣 = 18.000 mg

240 mL = 75𝑚𝑔

mL

d. Konsentrasi Larutan Tugas sesuai Data Praktikum

y = 0,0903x – 0,0355

y = nilai absorbansi ; x = nilai konsentrasi akhir Isoplus Cocopandan 0,4 mL Isoplus Cocopandan 0,2 mL y = 0,0903x + 0,0355 y = 0,0903x + 0,0355 3 = 0,0903x + 0,0355 2,6395 = 0,0903x + 0,0355 x = 32,83 𝑚𝑔

mL x = 28 𝑚𝑔

mL

M1 . V1 = M2 . V2 M1 . V1 = M2 . V2 M1 . 6 = 32,83. 0,4 M1 . 6 = 28 . 0,2

M1= 0,22 mg/mL M1= 0,93 mg/mL

Teh Pucuk 0,4 mL Teh Pucuk 0,2 mL y = 0,0903x + 0,0355 y = 0,0903x + 0,0355 0,5835 = 0,0903x + 0,0355 0,161 = 0,0903x + 0,0355 x = 5,9 𝑚𝑔

mL x = 1,35 𝑚𝑔

mL

M1 . V1 = M2 . V2 M1 . V1 = M2 . V2 M1 . 6 = 5,9 . 0,4 M1 . 6 = 1,35. 0,2

M1= 0,39 mg/mL M1= 0,05 mg/mL

y = 0,0903x - 0,0355 R² = 0,9184

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5

0,1 0,2 0,3 0,4 0,5

Absorbansi (λ)

Konsentrasi (mg/mL)

Absorbansi vs Konsentrasi

(14)

2. Perhitungan %Error

%𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 = |𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛−𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎

𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎 | x 100%

a. Isoplus Cocopandan 0,4 mL b. Isoplus Cocopandan 0,2 mL

%𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 = |32,83−68,57

68,57 | x 100% %𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 = |28−68,57

68,57 | x 100%

= 52,12 % = 59,17%

c. The Pucuk 0,4 mL c. Isoplus Cocopandan 0,2 mL

%𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 = |5,9−75

75 | x 100% %𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 = |1,35−75

75 | x 100%

= 92,13 % = 98,3 %

(15)

MSDS MODUL 6 Kelas KO E

Kelompok 11 Nama :

1. Roudlotus Salwa (5008221110) 2. Ferina Putri M. A. (5008221120) Modul Analisis Gula Reduksi

No Nama

(Formula)

Physical and Chemical Properties

Toxicological Information

First Aid Measures

1. DNS Bentuk: padat

Warna: light yellow Bau: —

BM: 228.12 gr/mol Titik didih: —

Titik lebur: 336.2-341.6

°F

Korosif dan berbahaya.

Menyebabkan luka bakar parah.

Berisiko menyebabkan kerusakan serius pada mata.

Dapat menyebabkan SENSITISASI melalui kontak dengan kulit.

Berbahaya jika dihirup, kontak dengan kulit, dan jika tertelan.

Berbahaya bagi organisme perairan, dapat menyebabkan efek buruk jangka panjang pada lingkungan perairan.

Setelah terhirup: hirup udara segar. Panggil dokter.

Bila terjadi kontak kulit: Tanggalkan segera semua pakaian yang terkontaminasi.

Bilaslah kulit dengan air/ pancuran air.

Periksakan ke dokter.

Setelah kontak pada mata: Bilaslah mata dengan air yang

banyak. Lepaskan lensa kontak.Hubungi dokter mata.

Setelah tertelan: beri air minum kepada korban (paling banyak dua gelas), hindari muntah (resiko perforasi!). Segera panggil dokter. Jangan mencoba menetralisir.

Perhatikan jika korban muntah.

Bahaya penghirupan 2. Glukosa

(C6H12O6)

Bentuk: padat

Warna: tidak berwarna Bau: tidak berbau BM: —

Densitas: — Titik didih: — Titik lebur: 146 °C Kelarutan: kira-kira 470 g/L pada 20°C

Setelah menghirup:

hirup udara segar.

Jika kontak dengan kulit

Bila terjadi kontak kulit: Tanggalkan segera semua pakaian yang terkontaminasi.

Bilaslahbkulit dengan air/ pancuran air.

Setelah kontak pada

(16)

mata: bilaslah dengan air yang banyak.

Lepaskan lensa kontak.

Setelah tertelan: beri air minum kepada korban (paling banyak dua gelas). Konsultasi kepada dokter jika merasa tidak sehat.

3. NaOH Bentuk: padat

Warna: putih Bau: tidak berbau BM: 40 gr/mol Densitas: 2.13 gr/cm³ Titik didih: 1390 °C Titik lebur: 319-322 °C

Dapat korosif terhadap logam.

Menyebabkan kulit terbakar yang parah dan kerusakan mata

Setelah terhirup:hirup udara segar. Panggil dokter.

Bila terjadi kontak kulit:Tanggalkan segera semua pakaian yang terkontaminasi.

Bilaslah kulit dengan air/ pancuran air.

Periksakan ke dokter.

Setelah kontak pada mata:Bilaslah mata dengan air yang

banyak. Lepaskan lensa kontak.Hubungi dokter mata.

Setelah tertelan:beri air minum kepada korban (paling banyak dua gelas), Segera cari anjuran pengobatan.

Hanya di dalam kasus khusus, jika

pertolongan tidak tersedia dalam satu jam, rangsang untuk muntah (hanya jika korban tidak sadarkan diri), telan karbon aktif dan konsultasikan kepada dokter secepatnya.

4. Natrium Kalium Tartrat

Bentuk: padat

Warna: keputih-putihan Bau: tidak berbau Titik didih: — Titik lebur: 70-80 °C Kelarutan: 630 g/L pada suhu 20°C

Bukan bahan atau campuran berbahaya menurut Peraturan (EC) No 1272/2008.

Setelah terhirup: hirup udara segar. Panggil dokter.

Bila terjadi kontak kulit: Tanggalkan segera semua pakaian yang terkontaminasi.

Bilaslah kulit dengan air/ pancuran air.

Periksakan ke dokter.

Setelah kontak pada mata: Bilaslah mata

(17)

dengan air yang

banyak. Lepaskan lensa kontak.Hubungi dokter mata.

Setelah tertelan:beri air minum kepada korban (paling banyak dua gelas), periksakan ke dokter

5. Aquades (H2O)

Bentuk: cairan

Warna: tidak berwarna Bau: tidak berbau BM: 18 gr/mol Densitas: 1.00 gr/cm³ Titik didih: 100 °C Titik lebur: 0 °C

Bukan bahan atau campuran berbahaya menurut Peraturan (EC) No 1272/2008.

Bukan bahan atau campuran berbahaya menurut Peraturan (EC) No 1272/2008.

Referensi

Dokumen terkait

Kurva standar berfungsi untuk mengetahui hubungan antara konsentrasi larutan dengan nilai absorbansi sehingga dapat diketahui kadar logam dalam sampel (Underwood

Fungsi pengenceran dalam percobaan adalah membuat ragam konsentrasi dari larutan standar sehingga konsentrasi dapat ditentukan ketika dilakukan perbandingan warna

Tujuan percobaan Pengubahan Anhidrida Maleat menjadi Asam Maleat untuk mengubah anhidrida maleat yang tersedia menjadi asam maleat dengan metode refluks yang mempunyai prinsip

Konsentrasi larutan sampel dapat dicari setelah absorbansi larutan sampel diukur dan diintrapolasi ke dalam kurva kalibrasi atau dimasukkan ke

Kurva larutan standar N diperoleh dengan mengukur absorbansi dari larutan standar N, pada berbagai konsentrasi pada panjang gelombang maksimum yang telah ditentukan

Konsentrasi Fe dalam sampel dapat diketahui dari adsorbansinya, dengan menghitung x dari persamaan linear kurva standar dengan y adalah adsorbansi larutan

Konsentrasi larutan yang akan diukur ditentukan dari pengukuran absorbansi atau transmitansi pada panjang gelombang tertentu (tetap) beberapa larutan yang telah

Konsentrasi larutan sampel dapat dicari setelah absorbansi lantan sampel diukur dan diintrapolasi ke dalam kurva kalibrasi atau dimasukkan ke dalam persamaan garis