• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN RINGKAS PRAKTIKUM ANALISIS BAHAN H Rizki

N/A
N/A
POLIURETAN@M. RIZKI KHOERUL FADILAH

Academic year: 2025

Membagikan "LAPORAN RINGKAS PRAKTIKUM ANALISIS BAHAN H Rizki"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN RINGKAS PRAKTIKUM ANALISIS BAHAN

(H)

NAMA : M. RIZKI KHOERUL FADILAH

NIM : 22/496851/TK/54449 HARI/TGL : SELASA 21 MARET 2023 ASISTEN : NECTARASTRA CESAR NARATAMA

LABORATORIUM ANALISIS BAHAN DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA

SPEKTROFOTOMETRI

Kode hari

B

Kumpul Ambil Revisi Maks Revisi Kembali

(2)

202

(3)

SPEKTROFOTOMETRI (H)

I. TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan percobaan ini adalah:

1. Menentukan panjang gelombang optimum pada larutan CuSO4 dan Rhodamin B menggunakan spektrofotometri visible.

2. Membuat kurva standar konsentrasi larutan encer CuSO4 dan Rhodamin B terhadap absorbansi pada panjang gelombang optimum.

3. Menentukan konsentrasi larutan CuSO4 dan Rhodamin B yang tidak diketahui dengan menentukan nilai absorbansi kemudian digunakan persamaan hasil kurva standar.

II. METODOLOGI PERCOBAAN

A. Bahan

 Padatan CuSO4 : Sangat korosif dan bisa merusak kulit, mata, dan saluran pernapasan jika terjadi kontak langsung. CuSO4 Dapat menyebabkan iritasi kulit, ruam, dan gatal-gatal pada kulit. CuSO4

tergolong dalam kategori jenis limbah B3.

 Larutan Rhodamin B : Rhodamin B dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan saluran pernapasan serta kulit. Rhodamin B yang terbuang ke lingkungan dapat mencemari air dan tanah. Rhodamin B termasuk dalam kategori limbah halogen.

Aquadest : Tidak ada hazard yang membahayakan. Aquadest termasuk kategori limbah westafel

B. Alat

1 Keterangan :

1. Spektrofotometer Vernier Spectrovis Plus

2. Tempat Cuvet

(4)

C. Cara Kerja

1. Pembuatan Larutan

a) Pembuatan Larutan CuSO4 10002 ppm

Kristal tembaga (II) sulfat sebanyak 2,5005 gram ditimbang menggunakan neraca analisis digital. Aquadest sebanyak 50 mL dimasukkan ke dalam gelas beker 250 mL. Kristal tembaga (II) sulfat yang sudah ditimbang kemudian dilarutkan dalam gelas beker 250 mL yang sudah terisi aquadest dan gelas arloji dibilas dengan aquadest agar tidak ada yang tertinggal, kemudian diaduk menggunakan gelas pengaduk hingga kristal larut sempurna. Larutan dituang ke dalam labu ukur 250 mL dengan corong gelas dan labu ukur diisi dengan aquadest hingga tanda batas. Labu ukur ditutup lalu digojog hingga larutan homogen.

b) Pembuatan Larutan Rhodamin B ± 10 ppm

Larutan Rhodamin B ± 100 ppm diambil sebanyak 10 mL untuk diencerkan menjadi ± 10 ppm. Larutan tersebut dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan ditambahkan aquadest hingga tanda batas, lalu labu ditutup dan digojog hingga larutan homogen.

c) Pembuatan Larutan Encer CuSO4 dan Rhodamin B

Larutan encer CuSO4 dan Rhodamin B dengan berbagai konsentrasi yang ingin diperoleh adalah sebagai berikut.

Gambar 1. Rangkaian Alat Percobaan Spektrofotometri

(5)

Larutan encer CuSO4 dan Rhodamin B dibuat dari larutan induk 10002 ppm dan± 10 ppm dan digunakan labu ukur 100 mL untuk pengencerannya. Larutan induk yang dibutuhkan untuk mendapat setiap konsentrasi pada tabel I dapat dihitung menggunakan persamaan (2) dan diambil menggunakan pipet volume yang sesuai untuk setiap konsentrasi larutan.

2. Pembuatan Kurva Kalibrasi

Pada tahap ini, kabel USB spektrofotometer visible dihubungkan ke laptop dan software Logger Lite dibuka. Aquadest diisi ke cuvet yang sudah dalam keadaan bersih sebanyak ¾ bagian. Bagian luar cuvet dilap menggunakan tisu dan ditaruh pada tempat cuvet yang ada di spektrofotometer. Proses kalibrasi dilakukan dengan dikliknya tombol Experiment lalu Calibrate dan Spectrometer I pada bagian toolbar. Proses kalibrasi ditunggu hingga selesai dan tombol skip jangan diklik. Ketika kalibrasi selesai , diklik Finish Callibration dan Ok. Cuvet dikeluarkan dan aquadest dibuang ke westafel. Cuvet dicuci dengan larutan CuSO4 10002 ppm, dimasukkan larutanCuSO4 10002 ppm ke dalam cuvet, dan cuvet diletakkan di tempatnya pada spektrofotometer. Tombol collect diklik kemudian tombol stop diklik, maka akan muncul tabel pada sebelah kiri windows. Panjang gelombang optimum dengan nilai absorbansi maksimum dipilih.

Tombol wave diklik dan dipilih opsi Absorbance vs Concentration serta panjang gelombang optimum dipilih. Nilai absorbansi pada bagian kiri bawah dicatat. Larutan CuSO4 10002 ppm dibuang dari cuvet dan cuvet dicuci menggunakan larutan yang akan diuji serta diisi dengan larutan yang ingin diuji tersebut. Pengujian dilakukan dari

Tabel I. Daftar Konsentrasi Larutan Encer

CuSO4 Rhodamin B

6001,2000 ppm 4 ppm

4000,8000 ppm 2 ppm

2500,5000 ppm 1,5 ppm

2000,4000 ppm 1 ppm

1500,3000 ppm 0,5 ppm

(6)

larutan dengan konstrasi terkecil. Larutan CuSO4 dimulai dengan konsentrasi 1500,3000 ppm terlebih dahulu dan larutan Rhodamin B diawali dengan kosentrasi 0,5 ppm. Cuvet yang berisi larutan yang akan diuji diletakkan pada spektrofotometer visible. Ditunggu lima detik dan nilai absorbansi yang muncul dicatat. Pengujian dilakukan sebanyak tiga kali pada masing-masing konsentrasi (triplo). Kurva kalibrasi absorbansi terhadap konsentrasi dibuat di Microsoft Excel dengan absorbansi sebagai sumbu y (ordinat) dan konsentrasi sebagai sumbu x (absis), serta dimasukkannya koordinat (0,0). Trendline Linier Equation dan R-Square ditampilkan dengan set intercept = 0.

Langkah yang sama dilakukan untuk larutan Rhodamin B.

3. Penentuan Konsentrasi Larutan CuSO4 X ppm dan Rhodamin B Y ppm Cuvet diisi dengan aquadest dan dimasukkan ke dalam tempat cuvet pada spektrofotometer. Nilai absorbansi diamati hingga nilainya sama dengan nol. Cuvet dikeluarkan dan aquadest dibuang ke westafel.

Cuvet dicuci menggunakan larutan CuSO4 X ppm dan diisikan larutan CuSO4 X ppm setelah dicuci. Cuvet dimasukkan ke dalam tempat cuvet pada spektrofotometer. Nilai absorbansi yang ditunjukkan kemudian dicatat. Larutan Rhodamin B Y ppm diencerkan sebanyak empat kali dengan diambilnya larutan induk Rhodamin B 10 ppm sebanyak 25 mL berdasarkan perhitungan dengan persamaan (2) dan langkah percobaan yang sama dilakukan.

III. ANALISIS DATA

1. Perhitungan Konsentrasi Larutan CuSO4 Aktual

Konsentrasi aktual larutan CuSO4 dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut.

[CuSO4]awal = mCuSO4 Vlarutan

Dengan, [CuSO4]awal = konsentrasi larutan CuSO4, mg/L mCuSO4 = massa padatan CuSO4, mg

(1)

(7)

Vlarutan = volume larutan akhir setelah ditambah aquadest, L

maka dengan persamaan (1) ddapat dihitung konsentrasi aktual dari 2,50000 gram CuSO4 sebagai berikut.

[CuSO4]awal =

2,5005gram 250mL x 1L

1000mL

x 1000mg

1gram = 10002 2. Penentuan Panjang Gelombang Optimum

Panjang gelombang optimum dengan nilai absorbansi maksimum untuk larutan CuSO4 10002 ppm adalah 820,1 nm dan panjang gelombang optimum untuk larutan Rhodamin B 10 ppm adalah 551,6 nm.

3. Perhitungan Konsentrasi Larutan Encer

Larutan CuSO4 dan Rhodamin B berbagai konsentrasi dapat diperoleh menggunakan persamaan berikut.

𝑉1 × 𝑀1 = 𝑉2 × 𝑀2

Dengan, V1 = volume larutan CuSO4 atau Rhodamin B sebelum pengenceran, mL

M1 = konsentrasi larutan CuSO4 atau Rhodamin B sebelum pengenceran, ppm

V2 = volume larutan CuSO4 atau Rhodamin B setelah pengenceran, mL

M2 = konsentrasi larutan CuSO4 atau Rhodamin B setelah pengenceran, ppm

Berdasarkan persamaan (2) dapat menghitung pengenceran CuSO4 10002 ppm diinginkan konsentrasi sebesar 6001,2000 ppm dan digunakan labu ukur 100 mL untuk pengenceran, maka perhitungan volume awal sebagai berikut.

V1 = V2x M2 M1

V1 = 100mL x6001,2000ppm

10002ppm = 60 mL

Langkah perhitungan yang sama dilakukan untuk setiap larutan masing- masing konsentrasi.

(2)

(8)

Hal yang sama dapat dilakukan untuk pengenceran larutan Rhodamin B V1 = 100mL x4ppm

10ppm = 40 mL

Langkah

perhitungan yang sama dilakukan untuk setiap larutan masing- masing konsentrasi.

4. Perhitungan Absorbansi Rata-Rata Masing-Masing Larutan Encer

Masing-masing larutan encer yang telah diuji sebanyak tiga kali, dapat dihitung absorbansi rata-ratanya dengan persamaan berikut.

Arata-rata = ΣinAi

n (3)

Tabel II. Daftar Konsentrasi dan Volume Larutan Induk dan larutan pengenceran CuSO4

Tabel III. Daftar Konsentrasi dan Volume Larutan Induk dan Larutan Pengenceran Rhodamin B

M1, ppm V1, mL M2, ppm V2, mL

10002 60 6001,2 100

10002 40 4000,8 100

10002 25 2500,5 100

10002 20 2000,4 100

10002 15 1500,3 100

M1, ppm V1, mL M2, ppm V2, mL

10 40 4 100

10 20 2 100

10 15 1,5 100

10 10 1 100

10 5 0,5 100

(9)

Dengan, Arata-rata = absorbansi rata-rata masing-masing larutan encer Ai = data absorbansi ke-I yang diperoleh dari percobaan n = banyaknya pengambilan data

Sebagai contoh, percobaan absorbansi pada larutan CuSO4 dengan kosentrasi 6001,2 ppm diperoleh absorbansi sebesar 0,3240; 0,3230; dan 0,3220. Maka absorbansi rata-ratanya menggunakan persamaan (3) adalah:

Arata-rata = 0,3240+0,3230+0,3220

3 = 0,3230

Langkah yang sama digunakan untuk setiap larutan dengan masing-masing konsentrasinya

Menggunakan Langkah yang sama dapat digunakan dalam menghitung nilai absorbansi rata-rata untuk larutan pengenceran Rhodamin B, sebagai berikut.

5. Perhitungan Standar Deviasi Masing-Masing Larutan Encer

Standar deviasi masing-masing larutan encer dilakukan menggunakan persamaan berikut.

Tabel IV. Daftar Nilai Absorbansi Rata-Rata Larutan Pengenceran CuSO4

Tabel V. Daftar Nilai Absorbansi Rata-Rata Larutan Pengenceran Rhodamin B

No Konsentrasi, ppm Absorbansi avg.

Absorbansi Data 1 Data 2 Data 3

1 1500,3000 0,0800 0,0790 0,0790 0,0793

2 2000,4000 0,1080 0,1090 0,1080 0,1083

3 2500,5000 0,1320 0,1320 0,1320 0,1320

4 4000,8000 0,2150 0,2160 0,2150 0,2153

5 6001,2000 0,3240 0,3230 0,3220 0,3230

No Konsentrasi, ppm Absorbansi avg.

Absorbansi Data 1 Data 2 Data 3

1 0,5000 0,1050 0,1050 0,1060 0,1053

2 1,0000 0,2110 0,2120 0,2110 0,2113

3 1,5000 0,3070 0,3070 0,3080 0,3073

4 2,0000 0,4120 0,4130 0,4140 0,4130

5 4,0000 0,7810 0,7870 0,7830 0,7836

(10)

SD =

1nΣin(AiAratarata)2

Dengan, SD = standar deviasi

Menggunakan persamaan (4) dapat diketahui standar deviasi larutan CuSO

4 konsentrasi 6001,2000 ppm sebagai berikut.

SD =

13((0,3240−¿ 0,3230)2 + (0,3230 – 0,3230)2 + (0,3220 – 0,3230)2) SD = 8,1650x10-4

Langkah perhitungan yang sama dilakukan untuk setiap larutan pada berbagai konsentrasi

Menggunakan Langkah yang sama dapat digunakan dalam menghitung nilai standar deviasi untuk larutan pengenceran Rhodamin B, sebagai berikut.

6. Pembuatan Kurva Hubungan Antara Absorbansi dan Konsentrasi

Hubungan antara absorbansi dan konsentrasi ditunjukkan oleh persamaan berikut.

y = Ax Dengan, y = absorbansi

X = konsentrasi larutan CuSO4 atau Rhodamin B, ppm A = koefisien nilai konsentrasi gradien, ppm-1

(4)

(5) Tabel VI. Daftar Nilai Standar Deviasi Larutan Pengenceran CuSO4

Tabel VII. Daftar Nilai Standar Deviasi Larutan Pengenceran Rhodamin B Konsentrasi, ppm Standar Deviasi

1500,3 4,7140x10-4 2000,4 4,7140x10-4

2500,5 0

4000,8 4,7140x10-4 6001,2 8,1650x10-4

Konsentrasi, ppm Standar Deviasi 0,5000 4,7140x10-4 1,0000 4,7140x10-4 1,5000 4,7140x10-4 2,0000 8,1650x10-4 4,0000 2,4944x10-3

(11)

Persamaan (5) dan hasil R-square dapat diperoleh menggunakan Trendline Linear Equation pada Microsoft Excel dengan set-intercept sama dengan nol.

Berdasarkan grafik yang didapat untuk larutan CuSO4 diketahui persamaan yang diperoleh adalah

y = 5,3721 x 10-5X R2 = 0,9999

Langkah yang sama digunakan untuk larutan Rhodamin B dan diperoleh persamaan

y = 1,9939 x 10-1X R2 = 0,9993

7. Penentuan Konsentrasi CuSO4 X ppm dan Rhodamin B Y ppm

Absorbansi kedua larutan yang sudah didapat kemudian disubstitusikan menggunakan persamaan (5).

Sebagai contoh, pada larutan CuSO4 X ppm diperoleh nilai absorbansi sebesar 0,2660 dan persamaan larutan CuSO4 adalah y = 5,3721 x 10-5X.

Maka nilai konsentrasi larutan CuSO4 X ppm dengan memodifikasi persamaan (5) adalah.

X = y

A = 0,2660 5,3721x10−5 X = 4951,5087 ppm

Langkah yang sama dilakukan juga untuk larutan Rhodamin B Y ppm dan diperoleh konsentrasinya sebesar 1,2438 ppm. Larutan Rhodamin B Y ppm mengalami pengenceran sebanyak empat kali. Maka konsentrasi sebenarnya adalah

V1 x M1 = 4V1 x 1,2438 ppm M1 = 4,9752 ppm

IV. HASIL dan PEMBAHASAN

(6)

(7)

(12)

Pada percobaan spektofotmetri diperoleh panjang gelombang optimum untuk larutan CuSO4 sebesar 820,1 nm dan larutan Rhodamin B sebesar 551,6 nm. Pada spektrum ultraviolet visible terdapat suatu cahaya yang mengenai suatu sampel senyawa dan hanya sebagian cahaya saja yang terabsorbsi. Maka warna dari sampel dapat ditentukan oleh cahaya yang dipantulkan. Nilai referensi panjang gelombang optimum CuSO4 sebesar 810 nm (Muwarni, 2018) sehingga panjang gelombang optimum hasil percobaan memiliki selisih sebesar 10,1 nm. Panjang tersebut sudah mendekati nilai panjang gelombang optimum referensinya. Sedangkan nilai referensi panjang gelombang optimum untuk Rhodamin B adalah 550 nm (Wihyarti, 2018) sehingga terdapat selisih antara panjang gelombang optimum percobaan dan referensi sebesar 1,6 nm. Nilai selisih tersebut sudah sangat mendekati panjang referensinya. Berdasarkan nilai panjang gelombang optimum setiap larutan, sebagai berikut.

Pada gambar 2 dan gambar 3 terlihat perbedaan gelombang optimum dari CuSO4 dan Rhodamin B. Hal tersebut dapat terjadi karena perbedaan sifat fisikokimia dari kedua senyawa tersebut. CuSO4 adalah senyawa anorganik berupa garam tembaga (II) sulfat, sedangkan Rhodamin B adalah senyawa organik berupa pewarna rhodamin. Kedua senyawa tersebut memiliki struktur dan sifat kimia yang berbeda, sehingga masing-masing memiliki pola serapan

Gambar 2. Grafik Panjang Gelombang Optimum vs Absorbansi Larutan CuSO4

Gambar 3. Grafik Panjang Gelombang Optimum vs Absorbansi Larutan Rhodamin B

(13)

cahaya yang berbeda pula. CuSO4 memiliki gelombang optimum pada sekitar 620-625 nm, sedangkan Rhodamin B memiliki gelombang optimum pada

sekitar 550-555 nm. Selain itu, perbedaan konsentrasi dan pH larutan juga dapat mempengaruhi serapan cahaya pada suatu senyawa.

Nilai absorbansi rata-rata larutan CuSO4 dan larutan Rhodamin B, serta

hasil perhitungan nilai standar deviasi untuk setiap larutan pada berbagai konsentrasi adalah sebagai berikut,

Berdasarkan hasil perhitungan standar deviasi, terlihat bahwa nilai standar deviasi terkecil tedapat pada larutan CuSO4 berkonsentrasi 2500,5 ppm yakni dengan nilai sebesar 0. Sedangkan nilai standar deviasi tertinggi terdapat pada larutan Rhodamin B dengan kosentrasi 4 ppm yakni sebesar 2,4944x10-3.

Tabel VIII. Data Hasil Peritungan Absorbansi Rata-Rata dan Standar Deviasi Setiap Larutan pada Berbagai Konsentrasi CuSO4

Tabel IX. Data Hasil Peritungan Absorbansi Rata-Rata dan Standar Deviasi Setiap Larutan pada Berbagai Konsentrasi Rhodamin B

N O

Larutan CuSO4

Konsentrasi, ppm Absorbansi Rata-Rata Standar Deviasi

1 1500,3 0,0793 4,7140x10-4

2 2000,4 0,1083 4,7140x10-4

3 2500,5 0,1320 0

4 4000,8 0,2153 4,7140x10-4

5 6001,2 0,3230 8,1650x10-4

N

O Larutan Rhodamin B

Konsentrasi, ppm Absorbansi Rata-Rata Standar Deviasi

1 0,5000 0,1053 4,7140x10-4

2 1,0000 0,2113 4,7140x10-4

3 1,5000 0,3073 4,7140x10-4

4 2,0000 0,4130 8,1650x10-4

5 4,0000 0,7836 2,4944x10-3

(14)

Semakin nilai standar deviasi mendekati nol menunjukkan bahwa percobaan yang dilakukan mendekati presisi dengan nilai rata-rata percobaan. Pada data percobaan ini terdapat nilai standar deviasi yang sebesar nol, yakni pada larutan CuSO4 berkonsentrasi 2500,5 ppm. Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap pengukuran (dalam percobaan ini dilakukan tiga kali pengulangan pengukuran pada sampel yang sama) yang dilakukan memberikan hasil yang sama persis serta konsisten dan dapat diandalkan. Hal tersebut juga menunjukkan ketidak sensitifan terhadap perubahan kecil dalam konsentrasi atau intensitas cahaya yang diukur. Namun, nilai standar deviasi yang sangat rendah dapat menjadi indikasi bahwa metode pengukuran sudah sangat stabil dan konsisten.

Hasil pengukuran nilai rata-rata absorbansi pada berbagai larutan dapat disajikan dalam grafik dengan nilai absorbansi pada sumbu-y dan nilai konsentrasi pada sumbu-x. berikut merupakan grafik berdasarkan nilai absorbansi pada larutan CuSO4.

(15)

Berdasarkan grafik, diperoleh persamaan hubungan konsentrasi dan absorbansi yaitu y = 5,3721 x 10-5x dan nilai R-square sebesar 0,9999. Nilai R- square yang diperoleh sudah mendekati satu sehingga data percobaan yang diperoleh sudah mendekati akurat. Dengan persamaan pada grafik diperoleh nilai absorbansi sebesar 0,2660 dan diolah menggunakan persamaan (6) diperoleh konsentrasi larutan CuSO4 X ppm sebesar 4951,50872 ppm.

Diperoleh grafik hubungan konsentrasi dan absorbansi pada larutan Rhodamin B sebagai berikut.

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000

0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35

f(x) = 5.37209302325581E-05 x R² = 0.999955358485107

CuSO4 A vs [C]

Larutan Standar CuSO4 Linear (Larutan Standar CuSO4) CuSO4 X ppm

Gambar 4. Grafik Hubungn Konsentrasi dan Absorbansi Pada Larutan CuSO4

(16)

Berdasarkan grafik, diperoleh persamaan hubungan konsentrasi dan absorbansi yaitu y = 0,1993X dan nilai R-square sebesar 0,9932. Nilai R-square yang diperoleh sudah mendekati satu, sehingga data percobaan yang diperoleh sudah mendekati akurat. Dengan persamaan pada grafik diperoleh nilai absorbansi sebesar 0,248 dan diolah menggunakan persamaan (7) diperoleh konsentrasi larutan Rhodamin BY ppm awal sebesar 4,9752 ppm setelah pengenceran sebanyak empat kali.

Pengenceran sampel Rhodamin B sebanyak empat kali dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh konsentrasi sampel yang sesuai dengan rentang konsentrasi yang dapat diukur oleh spektrofotometer. Hal ini bertujuan untuk memperoleh hasil pengukuran spektrofotometri yang akurat dan terhindar dari kesalahan pembacaan akibat konsentrasi sampel yang terlalu tinggi.

Kedua grafik hubungan konsentrasi dan absorbansi baik larutan CuSO4

maupun larutan Rhodamin B menunjukkan kenaikan nilai yang linear. Hal tersebut sesuai dengan Hukum Lambert-Beer yang menyatakan nilai absorbansi sebanding dengan konsentrasi larutan. Jika konsentrasi suatu larutan semakin tinggi, maka

Gambar 5. Grafik Hubungn Konsentrasi dan Absorbansi Pada Larutan Rhodamin B

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9

f(x) = 0.199390070921986 x R² = 0.999317902252005

Rhodamin A vs [C]

Larutan Standar Rhodamin B Linear (Laru- tan Standar Rhodamin B) Rhodamin Y ppm, pen- genceran 4x

(17)

nilai absorbansi juga semakin meningkat. Hal tersebut dikarenakan ketika konsentrasi suatu larutan semakin tinggi, maka jumlah molekul atau partikel penyusun larutan di dalam suatu volume tertentu semakin banyak. Semakin banyak molekul atau partikel yang tersedia di dalam larutan, semakin banyak pula cahaya yang terserap oleh larutan tersebut. Sehingga nilai absorbansi pada panjang gelombang tertentu akan semakin besar seiring dengan meningkatnya konsentrasi larutan. Nilai R-square yang diperoleh oleh larutan CuSO4 dan larutan Rhodamin B tidak dapat mencapai nilai satu terjadi karena terdapatnya larutan induk atau larutan konsentrasi sebelumnya yang menempel pada dinding cuvet pada saat pengujian absorbansi larutan, sehingga diperoleh konsentrasi yang tidak akurat. Selain itu, dapat terjadi juga karena pembuatan konsentrasi larutan yang 100% akurat sesuai dengan nilai konsentrasi yang diinginkan, sehingga terjadi selisih dengan nilai konsentrasi sebenarnya walau hanya sedikit sekali. Instrumen spektrofotometer dapat menghasilkan kebisingan. Kebisingan ini dapat berasal dari sumber eksternal seperti lingkungan atau sumber internal seperti elektronik dalam instrumen.

Kebisingan ini dapat menyebabkan variasi dalam hasil pengukuran dan dapat menurunkan nilai R-square.

V. KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh sebagai berikut.

1. Panjang gelombang optimum yang diperoleh kedua larutan sebagai berikut.

 Larutan CuSO4 memiliki panjang gelombang optimum pada 820,1 nm

 Larutan Rhodamin B memiliki panjang gelombang optimum pada 551,6 nm

2. Persamaan hubungan konsentrasi dan absorbansi yang diperoleh adalah sebagai berikut.

 Persamaan hubungan konsentrasi dan absorbansi larutan CuSO4

adalah y = 5,3721 x 10-5X dengan nilai R-square sebesar 0,9999.

 Persamaan hubungan konsentrasi dan absorbansi larutan Rhodamin B adalah y = 0,1993X dengan nilai R-square sebesar 0,9932.

(18)

3. Konsentrasi Larutan

 Konsentrasi larutan CuSO4 X ppm adalah 4951,50872 ppm

 Konsentrasi larutan Rhodamin B Y ppm adalah 4,9752 ppm

16 Asisten,

Yogyakarta, 21 Maret 2023 Praktikan,

Nectarastra Cesar Naratama

(19)
(20)
(21)

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil perhitungan pada langkah 2 dan 3, dan dengan persamaan hubungan seri untuk kapasitor, hitung nilai kpasitansi totalnya dan catat pada

pada praktikum pembuatan aspirin, langkah pertama adalah melarutkan 3 gram asam salisilat pada 8 ml asam asetat anhidrida, larutan yang di dapat berwarna putih

dengan menggunakan metode titrasi iodometri ini didasarkan bahwa amoxicillin memiliki sifat oksidator yang direduksi dengan KI berlebih dan akan menghasilkan

Menghitung konsentrasi sampel glukosa dengan grafik kalibrasi menggunakan panjang gelombang maksimal larutan 100mg/dl yaitu λ = 479,0 nm diperoleh persamaan regresi

Dari grafik diperoleh persamaan regresi linear yang dapat digunakan untuk mengukur konsentrasi larutan yang didapat, tetapi tidak dapat dijadikan acuan karena dari

Asidimetri adalah metode titrasi dengan menggunakan larutan asam yang sudah diketahui sebelumnya (titran) digunakan untuk mencari kadar suatu larutan basa.. Larutan asam yang

Waktu reaksi ini digunakan untuk menghitung nilai K dan ln K, serta suhu campuran yang terbentuk akan digunakan untuk menghitung 1/T dengan menggunakan persamaan

Metode mohr yaitu metode yang digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromide dalam suasana netral dengan larutan baku perak nitrat dengan