NAMA : FITRI KARTIKANINGTYAS NO UKG : 201503237954
PRODI : BIMBINGAN DAN KONSELING UNIVERSITAS : UKSW
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah N
o
Masalah Yang Telah
Diidentifikasi Hasil Eksplorasi Penyebab Masalah Analisis Eksplorasi Penyebab Masalah
1 1. Berdasarkan hasil dari data AKPD, sebanyak 22,6% peserta didik belum mendapatkan layanan konseling
Hasil Kajian Literatur :
1.1
Jalil (2021) Pengembangan Aplikasi E-Counseling Sebagai Upaya Meningkatkan Pemberian Layanan Bimbingan dan Konseling. Jurnal Indonesia : Teori, Aplikasi dan PengembanganVol 1 No 1 .
https://ojs.unm.ac.id/ijosc/article/view/19317/1 0214
Menurut Jalil (2021) mengemukakan dalam wawancara dengan guru BK, bahwa permasalahan yang dihadapi guru BK saat ini adalah banyak siswa yang tidak terbuka dalam menyampaikan permasalahan karena faktor komunikasi, siswa masih takut berhadapan dengan guru BK secara face to face, masalah yang sangat pribadi (privacy) yang sulit untuk disampaikan, juga kurang efektifnya pemberian layanan bimbingan dan konseling membuat siswa tidak dapat menyelesaikan permasalahannya secara mandiri sehingga menurut guru BK diperlukan upaya pemberian layanan bimbingan dan konseling yang efektif agar dapat membantu siswa dalam mengentaskan masalah yang dihadapinya.
1.2
Hairi (2017) Minat Siswa Memanfaatkan Bimbingan dan Konseling di SMA N 2 Panca Rijang Kabupaten Sidrap. Skripsi Fakutas Ilmu Pendidikkan Universitas Makasar.http://eprints.unm.ac.id/24694/
Mualimah dalam Hairi (2017) mengemukakan bahwa siswa enggan memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling yang disediakan oleh sekolah. Masalah keengganan siswa untuk berkonsultasi atau memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling yang disediakan oleh sekolah merupakan suatu
Dari hasil kajian literatur dan hasil wawancara maka dapat kita analisis eksplorasi penyebab masalah adalah :
1. Faktor Internal
a. Peserta didik kurang memiliki minat untuk melakukan konseling b. Peserta didik memiliki
ketakutan, karena layanan bimbingan konseling biasanya hanya untuk siswa yang bermasalah saja
c. Peserta didik memiliki masalah yang sangat pribadi yang sulit untuk disampaikan
d. Peserta didik merasa
enggan untuk
memanfatkan layanan bimbingn dan konseling yang disediakan oleh sekolah
2. Faktor Eksternal
a. Tidak adanya jam masuk kelas bagi guru BK mengakibatkan kurang efektifnya pemberian layanan bimbingan dan konseling
b. Guru BK belum mampu memaksimalkan
penggunaan teknologi dan informasi yang efektif agar dapat membantu peserta didik mengentaskan masalah yang dihadapinya c. Terlalu banyak peserta
didik (siswa asuh) yang diampu
2. Berdasarkan hasil dari data AKPD, sebanyak 52,1% peserta didik
tidak memahami
pengetahuan
mengenai literasi digital
indikasi kurangnya minat siswa berkonsultasi. Timbul paradigma bahwa memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling adalah konselor dianggap sebagai guru yang hanya menangani siswa yang bermasalah mendapat hukuman.
Hasil Wawancara :
1.1 Budi Raharjo, S.Pd.,M.Pd. (Pengawas SMA Kabupaten Tegal – Praktisi BK)
a. Guru BK harus memiliki daftar konseli asuhnya
b. Guru BK harus berkordinasi dengan semua stakeholder sekolah dalam membantu mengentaskan semua permasalahan peserta didik
c. Guru BK harus memiliki kedekatan dengan peserta didik agar dapat mengetahui kondisi sehingga memudahkan dalam proses pendampingan
1.2 Himawan Susanto, S.Psi. (Koordinator BK sekaligus Ketua MGBK SMA Kab Tegal)
a. Tidak adanya alokasi waktu bagi Guru BK untuk masuk kelas guna memberikan bimbingan klasikal
b. Guru BK belum memaksimalkan penggunaan teknologi informasi dalam penyelenggaraan layanan
1.3 Durotun Mahfudzoh, S.Pd. (Guru BK) a. Terlalu banyak siswa asuh yang diampu b. Tidak ada jam masuk kelas sehingga Guru BK
kesulitan dalam melihat perkembangan siswa
2.1
Ginting et all (2021) Literasi Digital Sebagai Wujud Pemberdayaan Masyarakat Di EraGlobalisasi. Jurnal Pasopati.
http://ejournal2.undip.ac.id/index.php/pasopa ti
Ginting et all (2021) mengatakan bahwa faktor penyebab dari banyak peserta didik tidak memahami pengetahuan mengenai literasi digital adalah faktor sarana prasana dan akses internet yang kurang memadai, penyediaan informasi melalui media
Dari hasil kajian literatur dan hasil wawancara maka dapat kita analisis eksplorasi penyebab masalah adalah :
1. Faktor Internal
a. Ketidaktahuan peserta didik mengenai informasi dan pengertian literasi digital
b. Kemampuan literasi
digital, dan banyaknya masyarakat yang belum dapat mendapat mengakses dan menggunakan teknologi terlebih banyak masyarakat yang belum memahami tentang penggunaan digital yang tepat sasaran dan berdaya guna di era globalisasi ini.
2.2 Setyowati et all (2022) Analisis Literasi Digital untuk Meningkatkan Kompetensi Digital Siswa SMA
Wijaya Putra Surabaya.
http://ejurnal.budiutomomalang.ac.id/index.php/sal inga/article/view/2208/1252
Setyowati, et all (2022) mengatakan bahwa adanya keterbatasan dari pendidik dalam hal ini guru dalam memberikan informasi mengenai literasi digital dan pemanfaatan literasi digital hanya sebatas digunakan pada era pandemi Covid-19 dimana proses pembelajaran dilakukan secara daring.
Hasil Wawancara :
2.1 Himawan Susanto, S.Psi. ((Koordinator BK sekaligus Ketua MGBK SMA Kab Tegal))
a. Kemampuan literasi peserta didik masih rendah, minat baca tinggi namun daya bacanya rendah. Hal ini dibuktikan setiap peserta didik memiliki minimal dua grup Whatsapp, namun ketika mendapatkan sebuah informasi yang panjang tidak dibaca secara tuntas.
b. Kurangnya informasi mengenai pengertian apa itu literasi digital
2.2 Durotun Mahfudzoh, S.Pd. (Guru BK)
a. Perangkat (HP) yang dimiliki peserta didik kurang mendukung
b. Ketidaktahuan peserta didik mengenai informasi literasi digital, walaupun terdapat program literasi di sekolah akan tetapi tidak dimaksimalkan sehingga peserta didik kurang informasi.
peserta didik yang masih rendah dikarenakan masih banyak yang belum
memahami tentang
penggunaan digital yang tepat sasaran dan berdaya guna
2. Faktor Eksternal
a. Dari faktor sarana prasarana masih terdapat peserta didik yang memiliki gawai (HP) yang kurang mendukung serta akses internet yang kurang memadai
b. Keterbatasan guru dalam memberikan pemahaman dan informasi mengenai literasi digital yang hanya digunakan sebatas pembelajaran daring sewaktu pandemi Covid-19
2 1. Berdasarkan hasil dari data AKPD, sebanyak 77,7% peserta didik merasa malas belajar
Hasil Kajian Literatur :
1.1
Kurnia, et all (2021). Konseling Behaviorisme dengan Teknik Self Management dalam Mengatasi Masalah Malas Belajar Siswa MA Unggulan Amanatul Ummah Majalengka. JurnalDari hasil kajian literatur dan hasil wawancara maka dapat kita analisis eksplorasi penyebab masalah adalah :
a. 1. Faktor internal yang berasal dari peserta didik yaitu :
Pendidikan IAIN Bimbingan Konseling Islam.
https://web.archive.org/web/20220119130303i d_/https://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.
php/tarbiyah/article/download/9353/pdf_40 Fitri et all dalam Kurnia (2021) mengatakan bahwa faktor penyebab malas belajar pada peserta didik adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal peserta didik belum mampu mengatur waktu hidupnya dalam aktivitas sehari-hari dengan baik yang menyebabkan peserta didik merasa bosan dan kurang tertarik atau kurangnya adanya motivasi.
Sedangkan faktor eksternalnya menurut Warif dalam Fitri et all (2021) adalah pengaruh lingkungan sekitar baik dari keluarga, teman sebaya, lingkungan, maupun masyarakat
1.2
Nurdiana (2021). Eksperimentasi Layanan Konseling Individu Teknik Live Modeling untuk Mengurangi Perilaku Malas Belajar Siswa Kelas VIII di SMP N 3 Terusan Nunyai. Skripsi Fakultas Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islam UINRaden Intan Lampung.
http://repository.radenintan.ac.id/id/eprint/161 69
Maulidia et all dalam Nurdiana (2021) mengemukakan bahwa malas belajar pada peserta didik adalah tidak adanya keinginan untuk belajar secara teratur, tidak adanya keingingan untuk mencatat saat dilaksanakannya pelajaran di kelas, kurangnya keinginan dalam mengerjakan tugas dan PR, sering membolos saat di sekolah, kurangnya keinginan untuk mengerjakan tugas yang bersifat individu dan mengandalkan jawaban dari teman, kurangnya rasa keinginan untuk berlomba mendapatkan nilai yang baik
Hasil Wawancara :
1.1 Himawan Susanto, S.Psi. (Koordinator BK sekaligus Ketua MGBK SMA Kab Tegal))
a. Efek dari adanya pandemi Covid 19, dimana pada saat itu pembelajaran dilakukan secara daring dengan menggunakan HP mengakibatkan hilangnya pembiasaan belajar
b. Penggunaan HP yang berlebihan berdampak nyata pada melemahnya motivsi belajar
a. Motivasi belajar yang masih rendah
b. Peserta belum mampu mengatur waktu belajar dengan baik
c. Kurangnya rasa ingin tahu dan berlomba untuk mendapatkan nilai yang baik
d. Penggunaan HP yang berlebihan
mengakibatkan hilangnya
pembiasaan dalam
belajar
e. Peserta didik sering membolos di sekolah 2. Faktor eksternal yang berasal dari luar peserta didik yaitu :
a. Kurangnya dukungan dari orang tua
b. Efek dari pandemi Covid- 19 yang berkepanjangan c. Peserta didik lebih
menyukai berada di luar rumah untuk bermain bersama teman sebaya d. Dukungan orang tua yang
kurang memberikan perhatian terkait pendidikan
2. Berdasarkan hasil dari data AKPD, sebanyak 45,7% peserta didik tidak memiliki motivasi belajar yang tinggi
peserta didik
c. Dukungan orang tua yang kurang memberikan perhatian terkait pendidikan 1.2 Durotun Mahfudzoh (Guru BK)
a. Kurangnya dukungan dari orang tua b. Motivasi belajar yang masih rendah
c. Faktor lingkungan, dimana peserta didik lebih senang untuk bermain, kongkow dan bergaul dengan anak-anak yang putus sekolah
2.1Lukita et all (2021). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Siswa di Era Pandemi Covid-19. Jurnal Teknologi Pendidikan.
http://journal.ipts.ac.id/index.php/MathEdu Ari dalam Lukita (2021) mengemukakan bahwa peserta didik tidak memiliki motivasi belajar adalah adanya faktor eksternal seperti dukungan orang tua, pemberian materi yang tidak disusun secara kreatif, dan faktor internal berupa minat belajar yang rendah. Dampak dari adanya pandemi Covid-19 juga berpengaruh pada dunia pendidikan.
2.2Febrianti (2020). Motivasi Belajar Menurun Imbas dari Covid-19. Prodi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat.
https://edarxiv.org/k2tgz/
Febrianti (2020) mengatakan bahwa salah satu penyebab siswa tidak memiliki motivasi belajar yang tinggi adalah dampak dari adanya pandemi Covid 19 yang membawa dampak sangat besar, motivasi belajar menurun drastis akibat terbatasnya ruang gerak yang dilakukan oleh siswa dari rumah sehingga hanya bermalas-malasan, lingkungan sosial dan kurangnya dukungan dari orang tua.
Hasil Wawancara :
2.1 Himawan Susanto, S.Psi. (Koordinator BK sekaligus Ketua MGBK SMA Kab Tegal)
a. Motivasi dapat dimiliki secara baik manakala peserta didik memiliki kesadaran akan tujuan yang bermakna dalam hidupnya
b. Guru perlu membangun need kenapa peserta
Dari hasil kajian literatur dan hasil wawancara maka dapat kita analisis eksplorasi penyebab masalah adalah :
1. Faktor internal yang berasal dari peserta didik yaitu : a. Minat belajar yang rendah
pada peserta didik
b. Peserta didik tidak memiliki motivasi belajar c. Peserta didik tidak
memiliki tujuan atau orientasi dalam belajar 2. Faktor eksternal yang berasal
dari peserta didik yaitu : a. Memiliki pergaulan yang
salah karena berada pada lingkungan yang kurang mendukung, seperti teman sebaya yang putus sekolah
b. Kurangnya dukungan dari orang tua
c. Guru perlu membangun need kenapa peserta didik harus belajar dan pemberian materinya pun harus kreatif, sehingga penyampaian materi kepada peserta didik akan berpengaruh terhadap motivasi mereka
d. Efek dari pandemi Covid- 19 yang membawa dampak sangat besar,
terutama dalam
pendidikan
didik harus belajar, sehingga penyampaian materi kepada peserta didik pun akan berpengaruh besar terhadap motivasi mereka c. Peserta didik tidak memiliki orientasi dalam
belajar
d. Kurangnya daya dukung dari orang tua peserta didik
2.2 Budi Leksono, S.Pd (Guru BK)
a. Tidak memiliki tujuan belajar yang kuat sehingga cita-cita ataupun rencana masa depan tidak jelas
b. Memiliki pergaulan yang salah karena berada pada lingkungan yang kurang mendukung, baik dari orang tua maupun teman bergaul (banyak yang putus sekolah)
c. Peserta didik belum mengetahui tujuan dari belajar itu sendiri
3 1. Berdasarkan hasil dari data AKPD, sebanyak 24,5% peserta didik kurang menjalin komunikasi yang baik antara orang tua dengan peserta didik
Hasil Kajian Literatur :
1.1
Rinti, et all (2022) Hubungan Komunikasi Orang Tua dengan Sikap Sopa Santun Anak dalam Pergaula pada Peserta Didik. Jurnal IlmuPendidikan Vol 6 No 2.
https://ojs.untika.ac.id/index.php/linear/article/
view/371
Rinti (2022) mengemukakan bahwa komunikasi orang tua dengan anak yang tidak baik akan mengakibatkan anak menjadi tertutup, takut, tidak dihargai, kurang mendapatkan perhatian dari kedua orangtuanya dan komunikasi pun tidak akan menjadi proses belajar yang positif bagi keduanya
1.2
Silaban et all. (2022). Pengaruh Komunikasi Orang Tua terhadap Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan dan Konseling Vol 4 No 3.https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.
php/jpdk/article/view/4557/3119
Silaban (2022) mengemukakan dalam jurnalnya bahwa komunikasi akan berhasil apabila semua unsur seperti adanya rasa percaya, menerima, empati, terbuka dapat terpenuhi dengan baik.
Tetapi, manakala unsur-unsur tersebut tidak terpenuhi maka komunikasi akan mengalami kendala. Harus ada hubungan yang timbal balik diantara keduanya.
Hasil Wawancara :
Dari hasil kajian literatur dan hasil wawancara maka dapat kita analisis eksplorasi penyebab masalah adalah :
1. Faktor Internal
a. Peserta didik lebih menyukai sharing ke teman sebaya, karena
orang tua kurang
memposisikan diri sebagai sahabat anak
b. Peserta didik selalu merasa disalahkan ketika berkomunikasi dengan orang tua
c. Peserta didik merasa tidak diperhatikan karena kesibukan orang tua 2. Faktor Eksternal
a. Adanya kesenjangan antara orang tua dengan anak akibat dari perasaan superior yang dimiliki orang tua sehingga anak merasa tidak didengarkan
keluh kesahnya,
disalahkan dan dicela cenderung anak menjadi tertutup, takut dan tidak dihargai
b. Kesibukan orang tua karena pekerjaan yang seringkali menghabiskan
2. Berdasarkan hasil dari data AKPD sebanyak 33,7% peserta didik kurang mendapat perhatian dari keluarga
1.1 Ardiani Wahyuningrum, S.Psi.,M.Psi.Psi.
a. Orang tua kurang memahami karakteristik peserta didik (anak), dimana anak berada pada fase tahap perkembangan remaja b. Peserta didik lebih menyukai sharing kepada
teman sebaya
c. Orang tua kurang memposisikan diri sebagai
“sahabat” untuk peserta didik (anak)
d. Terjadi sebuah kesenjangan karena orang tua memposisikan diri sebagai superior, sehingga timbul sikap mencela dan menyalahkan.
Padahal anak membutuhkan ruang untuk diterima dan didengarkan keluh kesahnya.
1.2 Himawan Susanto, S.Psi. (Koordinator BK sekaligus Ketua MGBK SMA Kab Tegal)
a. Kesibukan orang tua karena pekerjaan seringkali menghabiskan waktu dan energi mereka menjadi salah satu penyebab komunikasi menjadi tidak lancar
b. Kehadiran gawai, menjadi sumbangsih pada tidak intensnya komunikasi antara orang tua dengan anak
c. Peserta didik selalu merasa disalahkan ketika berkomunikasi dengan orang tua
d. Ada perasaan diabaikan dan tidak diperhatikan, karena kesibukan orang tua
2.1
Astuti et all (2022). Pola Komunikasi Jarak Jauh Antara Orang Tua dan Anak Melalui Whatsapp dalam Menjaga Keharmonisan Keluarga Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Ratu Samban. Jurnal Saitifik. http://jurnal.faperta- unras.ac.id/index.php/JS/article/view/63Menciptakan keharmonisan keluarga antara orang tua dan anak merupakan salah satu langkah dalam mewujudkan tujuan memberi kenyamanan dan kesejahteraan dalam keluarga khususnya bagi anak.
Kesejahteraan bertujuan untuk mencegah terjadinya dan berulang kembalinya perlakuan salah, misalnya kekerasaan, penelantaran, dan eksploitasi, sehingga terwujud keharmonisan keluarga antara orang tua dan anak , Devito dalam Astuti (2022).
2.2 Suaidi. (2022). Hubungan Perhatian Orang Tua dan Kemandirian Anak dalam Membangun Karakter Kejujuran. Jurnal Inovasi Universitas Sultan Agung
Tirtayasa Vol 1 No 12.
https://www.bajangjournal.com/index.php/JIRK/arti
waktu dan energi
c. Kehadiran gawai (HP) menjadi sumbangsih pada
tidak intensnya
komunikasi orang tua dengan anak
Dari hasil kajian literatur dan hasil wawancara maka dapat kita analisis eksplorasi penyebab masalah adalah :
1. Faktor internal yaitu :
a. Peserta didik kurang menjalin komunikasi dengan orang tua
sehingga timbul
ketidakharmonisan b. Peserta didik merasa
kesepian berada di tengah keluarga karena kesibukan orang tua c. Peserta didik berada
dalam pergaulan yang salah karena kurangnya kontrol dari orang tua 2. Faktor eksternal yaitu :
a. Lingkungan yang kurang mendukung,
mengakibatkan anak berada dalam pergaulan yang salah
cle/view/2222
Suaidi (2022) mengemukakan bahwa perhatian orang tua akan menyatu dengan perkembangan jiwa anak, sehingga anak dengan sendirinya akan menyadari bahwa bentuk perhatian orang tua terhadap anak sesungguhnya orang tua memiliki keinginan agar anaknya tumbuh dan berkembang dengan hal –hal yang positif, perhatian orang tua terhadap anak sebagai penyebab tumbuhnya kemandirian bagi anak. Akan tetapi jika perhatian itu hilang maka, mereka hidup dalam kesepian, tidak terdengar suara canda-tawa, komunikasi antar orang tua dan anak tidak terbangun secara harmonis, hidup terpisah dengan kesibukan masing- masing walau tinggal dalam satu rumah.
Hasil Wawancara :
2.1 Himawan Susnto, S.Psi. (Koordinator BK sekaligus Ketua MGBK SMA Kabupaten Tegal)
a. Faktor pendidikan orang tua, sebagian besar orang tua berpendapat bahwa tugas mereka dalam mendidik sudah diserahkan ke sekolah
b. Faktor pekerjaan, terutama untuk orang tua yang bekerja di luar kota
c. Kurang atau tidak harmonisnya keluarga akibat perceraian orang tua, sehingga perhatian orang tua menjadi terpecah 2.2 Yuyum Rumiah, S.Pd. (Guru BK)
a. Faktor ekonomi, yaitu kesibukan orang tua karena tuntutan pekerjaan mengharuskan orang tua harus meluangkan waktu lebih banyak untuk pekerjaannya
b. Dari kesibukan orang tua karena pekerjaan (ayah, ibu, atau keduanya bekerja) mengakibatkan anak mencari perhatian dari luar, mencari kesibukan sendiri.
c. Anak berada dalam pergaulan yang salah, karena kurang kontrol dari kedua orang tuanya
b. Kurang kesadaran orang tua terhadap pendidikan, orang tua berpendapat bahwa tugas mereka dalam mendidik menjadi urusan sekolah
c. Berasal dari orang tua yang memiliki kesibukan dalam hal bekerja, terutama orang tua yang bekerja di luar kota d. Kurang atau tidak
harmonisnya keluarga dikarenakan perceraian orang tua
4 1. Guru BK belum sepenuhnya
menggunakan model-
model layanan
bimbingan dan
konseling sesuai dengan karakteristik peserta didik dalam proses layanan
Hasil Kajian Literatur :
1.1 Marisa et all (2022). Pengaplikasian Diksi dan Metode Pembelajaran dalam Layanan Bimbingan Konseling Format Klasikal secara Daring. Absyara : Jurnal Pengabdian pada Masyarakat. http://e- journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/ab/article/view /5752/2677
Dari hasil kajian literatur dan hasil wawancara maka dapat kita analisis eksplorasi penyebab masalah adalah :
1. Banyak guru belum
menerapkan model
pembelajaran/layanan baik dalam proses pembelajaran
maupun konseling
Metode pembelajaran merupakan aspek yang tidak kalah penting untuk dipertimbangkan sehingga pelayanan yang diberikan menjadi lebih menyenangkan dan berhasil sesuai yang diharapkan (Marisa, et all : 2022) Tanpa adanya strategi yang matang dalam pemberian layanan, maka hasil perilaku yang diharapkan tidak tercapai dengan maksimal.
1.2 Widiyanti, et all. (2022). Konseling Model Kipas Menjawab Permasalahan Santri dan Guru Bimbingan dan Konseling di Pondok Pesantren. UNM.
http://conference.um.ac.id/index.php/bk/article/vie w/2901
Untuk dapat meningkatkan kemampuan aspek kepribadian, membutuhkan bidang program pemberian layanan bantuan kepada peserta didik (siswa) dalam upaya mencapai perkembangannya yang optimal, baik menyangkut aspek sosial, akademik, pribadi, maupun karier. Guru bimbingan dan konseling merupakan personil yang bertanggung jawab langsung terhadap pelaksanaan bidang ini ,Yusuf dalam Marisa et all (2022)
Hasil Wawancara :
1.1 Lukman Hakim S.Ag.,M.Pd (Guru BK)
a. Yang mendasari kenapa banyak guru belum menerapkan model pembelajaran/layanan baik dalam proses pembelajaran maupun konseling diantaranya adalah kemampuan atau kompetensi yang dimiliki oleh guru itu sendiri
b. Instansi dalam hal ini sekolah, belum secara ketat mendorong/mengharuskan para guru menggunakan model pembelajaran/layanan yang sesuai
c. Adanya kesenjangan yang melatarbelakangi guru dengan peserta didik, baik dari segi usia, pergaulan dan minat. Jadi, bukan hanya sekedar ceramah atau nasihat saja tetapi
mampu membantu mengentaskan
permasalahan siswa
1.2 Inggit Dwi Lestari, S.Pd.,M.Pd. (Rekan Sejawat) a. Belum maksimalnya keterampilan yang dimiliki oleh guru mengenai model pembelajaran terkini supaya proses pembelajaran maupun layanan tidak monoton dan lebih bervariasi
b. Fasilitas penunjang proses
pembelajaran/layanan masih kurang lengkap
diantaranya adalah
kemampuan atau kompetensi yang dimiliki oleh guru itu sendiri
2. Belum maksimalnya
keterampilan yang dimiliki oleh guru mengenai model pembelajaran terkini supaya proses pembelajaran maupun layanan tidak monoton dan lebih bervariasi
3. Terjadi kesenjangan antara guru dengan peserta didik dari segi usia, minat dan pergaulan
5 1. Guru BK kurang memiliki
keterampilan dalam
pembuatan RPL
berbasis HOTS
Hasil Kajian Literatur :
1.1Tim Penyusun (2018) Buku Pegangan Pembelajaran Berorientasi pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi. Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Keterampilan berpikir tingkat tinggi salah satunya adalah proses berpikir kompleks dalam menguraikan materi, membuat kesimpulan, membangun representasi, menganalisis, dan membangun hubungan dengan melibatkan aktivitas mental yang paling dasar
.
1.2 Tim Penyusun (2019) Perencanaan Pembelajaran Berbasis HOTS. Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Rancangan pembelajaran adalah penyiapan kondisi eksternal peserta didik secara sistematis yang menggunakan pendekatan sistem guna meningkatkan mutu kinerjanya. Sejalan dengan itu, Reiser (2022) menambahkan mengatakan bahwa desain pembelajaran berbentuk rangkaian prosedur sebagai suatu sistem untuk pengembangan program pendidikan dan pelatihan secara konsisten dan teruji.
Hasil Wawancara :
1.1 Budi Raharjo, S.Pd.,M.Pd. (Pengawas SMA Kabupaten Tegal – Praktisi BK)
a. Sebelum membuat RPL BK, guru BK diharuskan sudah membuat need assesment nya dan rata-rat guru BK kurang memiliki keterampilan dalam pembuatan RPL BK HOTS (C4, C5, C6 yaitu ranah kognitif) sedangkan untuk bimbingan konseling lebih banyak ranah sikap.
1.2 Imam Sujarwanto, S.Pd.,M.Pd (Kepala Sekolah) a. Latar belakang dari guru berbeda dengan
mata pelajaran yang diampu
b. Kebanyakan guru hanya menyalin RPP/RPL dari sebuah forum (MGMP/MGBK)
1.2 Fasi Mafaida Apriliyanto, S.Pd. (Kurikulum) a. Guru tidak memahami dengan benar apa
sesungguhnya hakikat RPP/RPL, bagaimana prinsip penyusunannya dan pentingnya RPP/RPL itu disusun
b. Kurangnya kemampuan guru dalam hal
Dari hasil kajian literatur dan hasil wawancara maka dapat kita analisis eksplorasi penyebab masalah adalah :
1. Kurangnya kemampuan guru dalam hal menyusun RPP/RPL sehingga perlu diadakan pelatihan khusus dalam hal pembuatan RPP/RPL
2. Guru tidak memahami dengan benar apa sesungguhnya hakikat RPP/RPL, bagaimana prinsip penyusunannya dan pentingnya RPP/RPL itu disusun
3. Masih banyak guru yang hanya menyalin RPP/RPL dari sebuah forum (MGMP/MGBK
menyusun RPP/RPL sehingga perlu diadakan pelatihan khusus dalam hal pembuatan RPP/RPL
6 1. Guru BK belum mampu
mengoptimalkan teknologi dengan baik
Hasil Kajian Literatur :
1.1
Isro’I et all (2022) Optimalisasi Penggunaan Media dan Teknologi dalam Layanan Bimbingan dan Konseling Online. Jurnal Pendidikan KonselingIndonesia Vol 3 No 1.
https://lp2msasbabel.ac.id/jurnal/index.php/IJoCE /article/download/2572/1029/
Penulis mengemukakan bahwa kendala terbesar dalam pemanfaatan tekonologi adalah kendala akses atau jaringan internet dan masih banyaknya guru yang merasa kebingungan dalam penggunaan teknologi serta terbatasnya kemampuan guru dalam pemanfaatan teknologi untuk media ajar atau layanan.
1.2
Ayub et all. (2022). Peran Konselor Profesional dalam Memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi Abad 21. JPDK : Vol 4 No 2.https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.ph p/jpdk/article/view/3852/2527
Triyono dalam Ayub (2022) mengatakan bahwa konselor yang belum beradaptasi dengan perkembangan teknologi informasi tentunya dapat menjadi hambatan dalam pencapaian tujuan dari jasa bimbingan dan konseling tersebut, karena teknologi informasi sangat penting bagi konselor untuk mahir
1.3
Styaningrum (2022). Analisis Hambatan Guru dalam Pengintegrasian Teknologi Di SMPNGrabag. Skripsi FKIP UKSW.
https://repository.uksw.edu/bitstream/12345678 9/10781/2/T1_702011130_Full%20text.pdf Penulis mengatakan bahwa Secara keseluruhan kendala yang ada yaitu fasilitas pribadi guru, kemampuan guru menggunakan teknologi, umur, dan waktu. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kendala mengintegrasikan teknologi merupakan hambatan dari guru sendiri yaitu tidak memiliki motivasi untuk mencoba dan mempelajari teknologi
.
Hasil Wawancara :
1.1 Budi Raharjo S.Pd.,M.Pd. (Pengawas SMA
Dari hasil kajian literatur dan hasil wawancara maka dapat kita analisis eksplorasi penyebab masalah adalah :
1. Guru tidak memiliki kemauan untuk belajar menggunakan teknologi dan nyaman dengan pembelajaran konvensional (ceramah)
2. Masih terdapat guru yang belum memahami bagaimana cara mengoperasikan teknologi dalam proses pembelajaran atau layanan 3. Terjadi kesenjangan antara
guru dengan peserta didik, dimana peserta didik berada pada generasi milenial sedangkan guru berada pada zaman kolonial sehingga pembelajaran cenderung monoton dan peserta didik menjadi tidak antusias
Kabupaten Tegal – Praktisi BK)
a. Masih terdapat guru yang belum menguasai platform belajar dengan basic IT
b. Kurangnya pemahaman dan keterampilan guru dalam menggunakan teknologi
c. Guru belum memiliki kemauan untuk belajar menggunakan teknologi dalam proses pembelajaran
1.2 Imam Sujarwanto, S.Pd.,M.Pd (Kepala Sekolah) a. Tidak adanya kemauan untuk meningkatkan kompetensi keprofesian, padahal guru dituntut untuk selalu update
b. Kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh guru
c. Sarana prasarana sekolah sudah memadai, akan tetapi sarana prasarana guru dirumah belum memadai
1.3 Ahmad Subhan S.Pd (Rekan Sejawat)
a. Guru merasa nyaman dengan pembelajaran yang sudah biasa dilakukan, sehingga belum mampu mengoptimalkan teknologi terkini b. Banyaknya guru yang belum mengikuti
pelatihan atau pengembangan diri
c. Terjadi kesenjangan antara guru dengan peserta didik, dimana peserta didik berada pada generasi milenial sedangkan guru berada pada zaman kolonial sehingga pembelajaran cenderung monoton dan peserta didik menjadi tidak antusias
7 1. Berdasarkan hasil dari data AKPD sebanyak 64,9% peserta didik belum memiliki perencanaan karir studi lanjut
Hasil Kajian Literatur :
1.1
Syarif, et all (2021) Kesulitan Perencanaan Karir pada Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 1 Siantan. Universitas tanjungpura.https://jurnal.untan.c.id/index.php/jpdpb/article /download/48457/75676590123
Dalam hasil penelitiannya, Syarif et all menjabarkan faktor penyebab peserta didik belum memiliki perencanaan karir, ada dari faktor internal berupa peserta didik tidak yakin dengan kemampuan yang ia miliki, peserta didik masih bingung dan takut salah memilih karir kedepannya. Sedangkan faktor eksternal nya adalah, adanya keinginan pilihan orang tua yang berbeda dengan pilihan peserta didik serta kurangnya informasi yang diterima oleh peserta didik.
Dari hasil kajian literatur dan hasil wawancara maka dapat kita analisis eksplorasi penyebab masalah adalah :
1. Faktor internal :
a. Peserta didik masih merasa kebingungan akan pilihan karir di masa yang akan datang
b. Peserta didik memiliki rasa takut jika pilihan karir yang diambilnya salah c. Peserta didik belum
memiliki minat yang tinggi karena merasa tidak yakin dengan kemampuan yang dimiliki
d. Peserta didik belum
1.2
Arjanggi (2017). Identifikasi Permasalahan Pengambilan Keputusan Karir Remaja. Fakultas Psikologi Universitas Islam Sultan Agung.https://journal.uii.ac.id/Psikologika/article/view/
10687/8306
Leung, et all dalam Arjanggi (2011) mengemukakan bahwa kesulitan pengambilan keputusan karir remaja dipengaruhi pengharapan orang tua dan orientasi nilai budaya
1.3
Mentari et all (2022). Membuka Wawasan Siswa dalam Perencanaan Orientasi Karir : Memasuki Dunia Kerja, Berwirausaha dan Studi Lanjut. COMSEP : Jurnal Pengabdian KepadaMasyarakat Vol 3 No 3.
https://journal.adaindonesia.or.id/index.php/co msep/article/view/370/275
Faktor internal berasal dari dalam diri siswa, meliputi kematangan fisik dan mental, tekanan, kreativitas, minat, bakat, intelegensi, kemandirian, penguasaan ilmu pengetahuan dan motivasi. Faktor lingkungan berasal dari luar diri siswa, meliputi peran masyarakat, keluarga, sarana dan prasarana sekolah, informasi dunia kerja dan pengalaman kerja. Kemudian, menurut Kharisma & Latifah dalam Mentari (2022) minat siswa untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dipengaruhi oleh motivasi, prestasi belajar, status sosial ekonomi orang tua dan lingkungan teman sebaya.
.
Hasil Wawancara :
1.1 Budi Raharjo S.Pd.,M.Pd. (Pengawas SMA Kabupaten Tegal – Praktisi BK)
a. Diperlukan pemahaman yang lebih terhadap siswa mengenai persiapan karir setelah lulus, apalagi jenjang SMA memang diarahkan supaya peserta didik dapat melanjutkan ke pendidikan lebih lanjut b. Faktor internal, peserta didik masih merasa
kebingungan
c. Faktor eksternal, mudah terpengaruh dari teman sebaya
d. Orang tua memiliki pilihan studi lanjut yang berbeda dengan peserta didik
1.2 Imam Sujarwanto, S.Pd.,M.Pd. (Kepala Sekolah)
a. Faktor internal, karakter dan pribadi peserta
memiliki tujuan yang jelas
e. Tidak adanya minat dari peserta didik sendiri untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi 2. Faktor eksternal :
a. Faktor ekonomi, daya dukung finansial orang tua
b. Faktor informasi yang masih kurang dan minim mengenai layann karir c. Pengaruh teman sebaya
terhadap pilihan studi yang akan diambil
d. Adanya campur tangan orang tua mengenai pengharapan di masa yang akan datang, pilihan orang tua berbeda dengan pilihan peserta didik
didik itu sendiri yaitu rasa malas dan tidak adanya keinginan untuk melajutkan ke jenjang yang lebih tinggi
b. Faktor ekonomi, belum adanya daya dukung finansial dari orang tua
c. Peserta didik belum memiliki tujuan yang pasti atau cita-cita
d. Kurangnya informasi mengenai perencanaan karir
1.3 Himawan Susanto, S.Psi. (Koordinator BK sekaligus Ketua MGBK SMA Kabupaten Tegal) a. Masih minimnya informasi mengenai
layanan karir yang diberikan ke peserta didik
b. Peserta didik masih merasa bingung dan ada perasaan takut jika salah memilih karir ke depannya
c. Peserta didik belum memiliki persiapan yang matang