LEMBAR KERJA MANDIRI
(LK 1.2 EKSPLORASI PENYEBAB MASALAH) PPG DALAM JABATAN GURU SEKOLAH DASAR
TAHUN 2023
Nama : Khaeruddin
No UKG : 201501899668
UNIVERSITAS HAMZANWADI
Jl. Cut Nyak Dien No.85, Pancor, Kec. Selong, Kabupaten Lombok Timur Nusa Tenggara Barat. 83611
Diidentifikasi 1 Rendahnya
Motivasi belajar siswa secara mandiri.
(PEDAGOGIK)
KAJIAN LITERATUR:
1. Rendahnya motivasi belajar siswa karena rendahnya disiplin belajar, sikap belajar siswa yang tidak terlibat aktif dalam pembelajaran di kelas, tingkat aktivitas siswa yang kurang, dan tingkat kepuasan belajar yang rendah. (Rike Kurnia Sari/2021)
2. Tinggi rendahnya motivasi belajar siswa disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar adalah: cita-cita atau aspirasi siswa, kondisi jasmani dan rohani siswa, kondisi lingkungan siswa, unsur-unsur dinamis belajar, dan upaya guru membelajarkan siswa (Sudaryono, 2012).
WAWANCARA :
Kepala Sekolah (Usman, S.Pd.SD)
Dilaksanakan pada hari Senin tanggal 20 Nopember 2023 pada pukul 20.00 wita
Penyebab motivasi belajar rendah:
1. Kurangnya sarpras pendukung yang berhubungan dengan IT untuk mendukung media pembelajaran bebasis TPACK
2. Guru kurang variatif saat mengajar 3. kurang perhatian dari orang tua Pakar/Ahli:
Prof. H. Iwan Jazadi, Ph.D
Dilaksanakan pda hari Senin tanggal 20 Nopember 2023 pada pukul 09.00 wita.
Peserta didik masih memiliki motivasi belajar rendah disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah materi yang dipelajari susah, siswa tidak menyukai cara pengajaran guru, siswa tidak menyukai mata pelajaran tertentu bahkan kondisi lingkungan keluarga yang kurang mendukung
Setelah dilakukan analisis terhadap kajian literatur dan wawancara,
penyebab rendahnya motivasi belajar siswa yang rendah adalah :
1. Rendahnya disiplin Belajar 2. Materi yang
dipelajari susah 3. Siswa tidak
menyukai cara pengajaran guru, siswa tidak menyukai mata pelajaran
tertentu 4. Kondisi
lingkungan keluarga yang kurang
mendukung
2 Komunikasi guru danorang tua siswa kurang terjalin dengan baik
KAJIAN LITERASI
Kepala Sekolah (Usman, S.Pd.SD)
1. Menjadi kreatif dapat diperoleh melalui proses belajar.
Munculnya kreativitas dapat dipengaruhi dari berbagai faktor diantaranya adalah faktor komunikasi antara keluarga, dalam hal ini adalah orang tua, dan sekolah terutama guru. Adanya sikap saling mempercayai, saling membantu dalam membimbing anak dan berkomunikasi antara orang tua dan guru, akan membuat anak merasa memiliki kebebasan berkreativitas guna
pengembanganpotensi dirinya, sehingga bisa
meningkatkan kreativitas dan mencapai keberhasilan dalam belajar. (Anis Pusitaningtyas: 2016)
2. Hambatan-hambatan yang terjadi dalam proses komunikasi yang dilakukan antara orang tua dan guru
Setelah dilakukan analisis terhadap kajian literatur dan wawancara,
penyebab hubungan komunikasi antar guru dan orang tua peserta didik terkait pembelajaran masih kurang adalah :
1. Perbedaan pola pikir yang dianut orang tua dengan guru 2. Tidak semua
Diidentifikasi
antara lain yaitu kurangnya kemampuan orang tua dalam menggunakan media sosial, signal yang kurang memadai dan waktu yang kurang dalam berkomunikasi .(Nadha Luthfiyah Firdaus : 2022) https://digilib.uinsby.ac.id /51809/2/Nadha%20Luthfiyah%20Firdaus_D97217063.
pdf.
Wawancara
Kepala Sekolah (Usman, S.Pd.SD)
Dilaksanakan pada hari Senin tanggal 20 Nopember 2023 pada pukul 20.00 wita.
Penyebab Kurangnya hubungan komunikasi guru dan wali murid dikarenakan kurang maksimalnyha pemanfaatan buku penghubung
Rekan Sejawat (Abdul Latif, S.Pd.Gr)
Dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 21 Nopember 2023 pada pukul 20.00 wita.
1. Perbedaan pola pikir yang dianut orang tua dengan guru 2. Tidak semua orang tua "standby" di rumah, seperti
contohnya di lingkunga SD, banyak orang tua yang merantau, sehingga anak ditinggal dirumah hanya dengan kakek/ nenek yang sudah "sepuh"
orang tua
"standby" di rumah, seperti contohnya di lingkunga SD, banyak orang
tua yang
merantau, sehingga anak ditinggal
dirumah hanya dengan kakek/
nenek yang sudah "sepuh"
3. Kurang Optimalnya penggunaan Buku
Penghubung sebagai sarana komunikasi dengan wali murid
3 Guru melaksanakan pembelajaran dan memberikan
evaluasi
pembelajaran tidak berbasis
literasinumerasi serta konsep pembelajaran tipe HOTS
Kajian Literatur
Berdasarkan analisis hasil penelitian mengenai pengetahuan guru Sekolah Dasar tentang higher order thinking skill dalam pembelajaran matematika dapat disimpulkan bahwa pengetahuan guru tentang makna higher order thinking skill masih rendah. Tidak semua guru mengetahui level kognitif HOTS sesuai Taksonomi Bloom serta memaknai HOTSsecara beragam yakni sebagai keterampilan, instrumen penilaian dan proses pembelajaran. Selain itu, pengetahuan guru tentang implementasi pembelajaran matematika yang berorientasi higher order thinking skill juga masih rendah. Pada tahap perencanaan pembelajaran, guru belum dapat merumuskan tujuan pembelajaran yang memuat HOTS, walau telah mengetahui model atau metode pembelajaran yang relevan untuk diterapkan dalam mendorong pengembangan HOTS siswa. Pada tahap pelaksanaan pembelajaran, guru masih minim dalam melakukan hal-hal yang memfasiltasi peningkatan HOTS
Setelah dilakukan analisis terhadap kajian literatur dan wawancara,
penyebab
Pembelajaran di kelas masih belum berbasis HOTS (Higher Order Thinking Skill) : 1. Paradikma lama
siswa hanya di suruh menghafal bukan berlatih untuk
kemampuan menalar.
2. Kemampuan
Diidentifikasi
siswa. Pada tahap evaluasi, kemampuan guru dalam menyusun instrumen penilaian HOTS masih rendah. (Rafiq Badjeber,Nursupiamin, Agung Wicaksono, Mufidah: 2020) https://www.researchgate.net/publication/347821490_
Wawancara
Kepala Sekolah (Usman, S.Pd.SD)
Dilaksanakan pada hari Senin tanggal 20 Nopember 2023 pada pukul 20.00 wita.
Pembelajaran di kelas masih belum berbasis HOTS (Higher Order Thinking Skill) karena guru masih mengajar dengan paradikma lama siswa hanya di suruh menghafal bukan berlatih untuk kemampuan menalar. Selain itu dikarenakan pengetahuan guru dan murid yang kurang.
Rekan Sejawat (Haeruman, S.Pd).
Dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 21 Nopember 2023 pada pukul 09.00 wita.
Anak belum begitu memahami materi dan belum siap mengerjakan Soal -soal yang HOTS.
Pakar/Ahli (M. Arfandi, M.Pd.).
Dilaksanakan pda hari Senin tanggal 20 Nopember 2023 pada pukul 10.00 wita.
Penerapan kurikulum kita oleh guru diakui atau tidak, masih selalu mengedepankan kemampuan kognitif. anak dikatakan cerdas apabila matematika 100, IPA 100, dan nilai pelajaran eksak lainnya sempurna. Maka tak jarang guru di sekolah berlomba-lomba mencetak generasi yang mampu menghasilkan nilai sempurna untuk mapel-mapel yang sering dilombakan, dengan mengabaikan KBM yang mengedepankan kemampuan berpikir kreatif, berpikir kritis, kemampuan berargumen, dan kemampuan mengambil keputusan bagi siswa. Banyak masih berfokus pada hafalan saja atau menggunakan pola Low Order Thinking Skill (LOTS) yang membuat siswa selalu berada zona nyaman tanpa adanya tantangan
Guru sdalam menyususn pembelajaran berbasis HOTS masih rendah
Diidentifikasi 4 Guru masih belum
mengoptimalkan pemanfaatan
teknologi informasi (TIK) dalam pembelajaran
Sumber Kajian Literatur:
Kurangnya penggunaan TIK dalam proses pembelajaran dapat disebabkan dari tiga aspek, yaitu kurangnya dukungan (lack of support), kurangnya kepercayaan (lack of confidence), dan kurangnya perlengkapan (lack of equipment)
(Suyanto. (2017). Hambatan Utama Penggunaan TIK dalam Pembelajaran dan Strategi Mengatasinya. Dikutip dari https://suyanto.id/hambatan-utama-penggunaan-tik-dalam- pembelajaran-dan-strategi-mengatasinya/)
Sumber Wawancara
Kepala Sekolah (Usman, S.Pd.SD)
Dilaksanakan pada hari Senin tanggal 20 Nopember 2023 pada pukul 20.00 wita
1. Tidak adanya fasilitas pendukung bagi guru untuk menggunakan atau memanfaatkan teknologi informasi (TIK) seperti LCD proyektor atau semisalnya
2. Tidak adanya sumber listrik disekolah karena didesa tempat sekolah berlokasi menggunakan PLTA milik desa dan selama ini sudah rusak. Demikian juga dengan sinyal internet sangat susah.
3. Guru tidak pernah menggunkan IT dalam proses pembelajaran
Setelah dilakukan analisis lebih lanjut diperoleh:
1. Pemahaman guru terhadap
penerapan TIK
di dalam
pembelajaran masih terbatas.
2. Kurangnya pelatihan TIK yang didapat guru.
3. Tidak
mendukungnya sumber daya penunjang dalam penggunaan IT atau TIK dalam proses
pembelajaran seperti tidaka adanya sumber listrik di sekolah, begitu juga dengan sinyal internet yang kurang kuat atau baik.