Nama : Liawati Nugraha No. UKG : 201699594188 Kelas : 001
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah
No.
Masalah yang telah
diidentifi kasi
Hasil eksplorasi penyebab masalah
Analisis eksplorasi
penyebab masalah 1 Penyusuna
n
Perangkat Pembelajar an
Guru belum menguasai pembuatan perangkat pembelajara n yang sesuai dengan karakter peserta didik
Hasil kajian literatur :
1. Mulyasa (2011: 21) guru harus menyusun suatu perencanaan untuk proses
pembelajarannya, sehingga tidak ada
alasan guru ketika mengajar di kelas tanpa perencanaan pembelajaran. Adapun
kendala guru dalam pembuatan perangkat pembelajaran :
a. Guru mengambil jalan pintas dengan tidak membuat persiapan ketika mau melakukan pembelajaran, sehingga guru mengajar tanpa persiapan.
b. Guru kesulitan menentukan alokasi waktu pembelajaran, perumusan indikator pencapaian kompetensi dan menentukan metode pembelajaran pada RPP.
2. Ilham (2010: 17) dalam hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kendala yang dihadapi guru adalah :
a. kesulitan dalam merumuskan indikator,
b. kesulitan dalam merumuskan tujuan pembelajaran,
c. kesulitan dalam memadukan tujuan pembelajaran.
Sumber :
http://eprints.ums.ac.id/50853/1/ARTIK EL%20PUBLIKASI.pdf
3. https://naikpangkat.com/permasalahan- yang-sering-dialami-guru-dalam-
menyusun-rpp/
Rahma Tanisa (2021)
Terdapat beberapa alasan mengapa guru mengalami permasalahan dalam
pembuatan perangkat ajar diantaranya : 1. pengalaman mengajar guru
2. perbedaan karakter peserta didik
Hasil analisis :
1. Guru kesulitan dalam menentuk an alokasi watu, indikator pencapaia n
kompeten si dan menentuk an metode pembelaja ran dalam pembuata n RPP atau modul ajar 2. Manajem
an waktu yang kurang optimal dalam pembuata n
perangkat pembelaja ran
3. terbatasnya fasilitas yang tersedia di sekolah
4. waktu yang terbatas Hasil wawancara :
1. Inayah, S.Kom (Wakasek Kurikulum) menurut beliau permasalah guru belum menguasai pembuatan perangkat
pembelajaran di karenakan : a. Kurang seriusnya guru dalam
mengikuti IHT sehingga mengalami kesulitan dalam pembuatan perangkat pembelajaran.
b. Manajemen waktu yang kurang optimal
Penyusuna n
Perangkat Pembelajar an
Guru kurang beradaptasi pada saat kurikulum terbaru di terapkan
Hasil kajian literatur :
1. Fauzan dan Arifin (2022), Kurikulum bersifat dinamis dan terus berubah menyesuaikan dengan lingkungan dan karakteristik siswa, maka dimungkinkan untuk mengembangkan kemampuan sesuai dengan kebutuhan siswa sekarang dan masa depan. Pentingnya mengubah kurikulum untuk mengakomodasi kebutuhan saat ini dan kemajuan.
Beberapa hal yang menjadi kendala guru beradaptasi dari kurikulum 2013 ke kurikulum merdeka, diantaranya :
a. Kurikulum Merdeka masih merupakan konsep yang relatif baru, dan guru merasa terbatas dalam mengadopsi.
b. Guru masih terkendala dalam penerapan Kurikulum Merdeka Belajar karena banyaknya perubahan- perubahan yang menjadi aspek yang ditekankan, nyatanya banyak yang tidak berjalan dengan baik di ruang-ruang kelas.
c. Efektivitas atau kemampuan guru juga didasarkan pada kurangnya pengalaman sebelumnya dengan belajar mandiri d. Guru kesulitan mencari referensi
penerapan belajar mandiri.
Sumber :
https://jim.usk.ac.id/pgsd/article/dow nload/23528/11210
2. (Insani Miftahul Janah : 2022) Program Merdeka Belajar menurut Mendikbud akan menjadi arah pembelajaran ke depan yang fokus pada meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Akibat dari program
Hasil analisis : 1. Guru
belum memiliki pengalam an
dengan merdeka mengajar 2. Guru
kesulitan mencari referensi penerapa n belajar secara mandiri 3. Guru
dituntut belajar secara mandiri supaya bisa beradapta si dengan kurikulu m
merdeka.
Bisa dengan mengikuti workshop , IHT, PMM dan yang lainnya.
Merdeka Belajar, siswa didorong untuk lebih merdeka dalam belajar ialah mengubah perspektif pembelajaran Ada 5 kendala guru hadapi program merdeka belajar :
a. Tidak memiliki pengalaman dengan kemerdekaan belajar
b. Keterbatasan referensi
c. Akses yang dimiliki dalam pembelajaran d. Manajemen waktu
e. Kompetensi (skill) yang memadai Sumber :
https://blog.kejarcita.id/5-kendala- guru-dalam-menghadapi-program- merdeka-belajar/
3. (Putri Rahmadhani1, Dina Widya, Merika Setiawati3 : 2022) Dampak transisi kurikulum 2013 ke kurikulum merdeka adalah belajar terhadap minat belajar siswa masih dalam tahap perkembangan pembelajaran dan masih dalam proses penyesuaian. Kondisi zaman dan teknologi akan berubah harus ada peningkatan cara belajar dan berfikir siswa yang harus menyesuaikan dengan keadaan kodrat alam dan kodrat zaman. Strategi yang perlu disiapkan sekolah dalam perubahan transisi kurikulum 2013 ke kurikulum merdeka belajar yaitu:
a. Guru harus membuat perangkat yaitu berupa atp (alur tujuan pembelajaran)
b. modul
c. Menyiapkan tes diagnostik yang digunakan untuk melihat kemampuan awal peserta didik d. Tes formatik dan submatif
Sumber :
https://jurnal.jomparnd.com/index.
php/jp/article/download/321/347 Hasil wawancara :
Dede Kuswanda, S.Pd.,M.Si ( Wakil Kepala Sekolah Bidang Penjaminan Mutu ) menurut beliau yang membedakan perubahan
kurikulum 2013 ke kurikulum merdeka terletak pada profile pelajar pancasila.
hambatan guru beradaptasi dari kurikulum
2013 ke kurikulum merdeka adalah sebagai berikut :
a. Guru dituntut belajar secara mandiri
supaya bisa beradaptasi dengan kurikulum merdeka. Bisa dengan mengikuti
workshop, IHT, PMM dan yang lainnya.
b. Guru dituntut untuk aktif dalam komunitas praktisi seperti MGMP Penyusuna
n
Perangkat Pembelajar an
Guru kurang optimal dalam penyusuna n langkah- langkah perangkat pembelajara n
Hasil kajian literatur :
1. Nazarudin (2007 : 111) perangkat pembelajaran adalah persiapan yang disusun oleh guru baik secara individu maupun kelompok (MGMP) agar pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran dapat dilakukan secara sistematis dan memperoleh hasil yang diinginkan.
Perangkat pembelajaran berfungsi untuk mempermudah guru dalam melaksanakan atau mengelola kegiatan pembelajaran yang ada di kelas. Kendala guru dalam penyusunan langkah-langkah perangkat pembelajaran adalah sebagai berikut : a. Guru memiliki keterbatasan waktu
sehingga dalam penyusunan perangkat pembelajaran kurang optimal.
b. Guru kesulitan menentukan alokasi waktu pembelajaran, perumusan indikator pencapaian kompetensi dan menentukan metode pembelajaran pada RPP.
Sumber :
http://eprints.ums.ac.id/50853/1/ART IKEL%20PUBLIKASI.pdf
2. (Miftahul Jannah, Nurul kemala Dewi, Itsna Oktaviyanti : 2021) Guru masih mengalami kesulitan dan kendala dalam menyusun perangkat pembelajaran.
Adapun kendala yang dihadapi guru adalah sebagai berikut :
a. Kurang maksimalnya pelatihan dalam menyusun perangkat pembelajaran yang didapat guru.
b. Guru kesulitan merumuskan beberapa komponen dalam menyusun proses pembelajaran
c. Kesulitan guru dalam menentukan Model dan Metode pembelajaran
Hasil Analisi :
1. Guru memiliki keterbata san waktu sehingga dalam penyusun an
perangkat pembelaja ran kurang optimal.
2. Guru kesulitan menentuk an alokasi waktu pembelaja ran, perumusa n
indikator pencapaia n
kompeten si dan menentuk an metode pembelaja ran pada RPP.
d. kesulitan guru dalam menentukan media pembelajaran
e. Kesulitan guru dalam menentukan media pembelajaran
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan guru dalam menyusun proses pembelajaran antara lain :
a. Kemampuan guru menyusun perangkat pembelajaran
b. Kemampuan guru dalam kemampuan IT
c. Ketersedian waktu Sumber :
https://www.researchgate.net/publication /353201259_ANALISIS_FAKTOR_KESULIT AN_GURU_DALAM_MENYUSUN_RENCANA _PELAKSANAAN_PEMBELAJARAN_RPP_DI _SDN_05_AMPENAN/link/6381a8ab554def 619371362f/download
Hasil wawancara :
Inayah, S.Kom (Wakasek Kurikulum).
Menurut beliau kendala kurang oftimalnya guru dalam menyusun langkah-langkah pembelajaran disebabkan oleh :
1. Tidak adanya standarisasi dari pemerintah tentang perangkat pembelajaran sehingga dalam penyusunannya sesuai dengan persepsi oleh masing-masing guru 2. Keterbatasan waktu yang dimiliki oleh
guru.
3. Keterbatasan pengalaman dan kemauan belajar mandiri.
2 Penerapan Model Pembelajar an
Guru kurang tepat dalam pemilihan model
Hasil kajian literatur :
1. (Aunurrahman, 2011:89) Penggunanan model pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya rasa senang siswa terhadap pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas, memberikan kemudahan untuk memahami pelajaran sehingga memungkinkan peserta didik mencapai
Hasil Analisis : 1. Guru
menggun akan satu metode pembelaja ran sehingga
pembelajara n yang tepat untuk karakter peserta didik yang beragam
hasil belajar yang lebih baik, yang sebagaimana diketahui bahwa ukuran keberhasilan mengajar guru utamanya adalah terletak pada terjadi tidaknya peningkatan hasil belajar siswa. Proses belajar mengajar pada hakekatnya merupakan proses komunikasi yang melibatkan dua pihak utama. Guru menyampaikan materi pelajaran kepada siswa, yang tentu berdasarkan tujuan yang ingin dicapai. Dalam proses belajar mengajar diharapkan dapat tercipta interaksi edukatif yang tepat antara guru dan siswa, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Kendala guru kurang tepat memilih model pembelajaran yang tepat adalah sebhai berikut :
a. Guru yang hanya menggunakan satu metode biasanya sukar menciptakan suasana kelas yang kondusif dalam waktu yang relatif lama. Bila terjadi perubahan suasana kelas, sulit menormalkannya kembali. Akibatnya, jalannya proses belajar mengajar menjadi kurang efektif. Efesiensi dan efektivitas pencapaian tujuan pengajaranpun terganggu, siswa kurang mampu berkonsentrasi.
b. Adanya perbedaan berkaitan dengan berbagai karakteristik siswa. Peserta didik mempunyai perbedaan dalam belajar, di antara mereka ada yang senang membaca, ada yang senang berdiskusi, dan ada yang senang praktik langsung
Sumber :
https://jurnal.iain-
bone.ac.id/index.php/didaktika/article/do wnload/168/97
2. (Rose Winda1, Febrina Dafit : 2021) Menggunakan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan efektivitas serta kualitas dari proses pembelajaran yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hasil belajar peserta didik. Media yang dipilih hendaknya yang benar-benar efektif dan efisien. Penggunaan media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran,materi, minat, kebutuhan, dan kondisi peserta didik dengan
membuat peserta didik merasa jenuh dan bosan.
2. Guru belum bisa memaha mi karakter peserta didik.
memperhatikan hal-hal tersebut, media pembelajaran dapat menumbuhkan motivasi dan meningkatkan aktivitas pembelajaran.
Sumber :
https://repository.stkippacitan.ac.id/id/ep rint/627/4/WIDIYANTI%20SEPDIANA%20 SAPUTRI_PGSD_AR2021.pdf
Hasil wawancara :
Nur Al-Purkon, S.Pd.,M.Si (Kepala Sekolah SMKN 6 Garut). Menurut beliau kurang tepat guru dalam pemilihan model pembelajaran yang tepat untuk karakter peserta didik yang beragam adalah :
a. Kurangnya motivasi guru untuk berinovasi terhadap penyajian dan pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan karakter peserta didik karena sudah terbiasa menggunakan model konvensional.
b. keterbatasan kemampuan guru mengembangkan model-model pembelajaran.
c. Guru belum bisa menyesuaikan model pembelajaran dengan karakteristik peserta didik.
Penerapan Model Pembelajar an
Guru hanya mengetahui teori model pembelajara n, tetapi tidak di implementa sikan dalam proses pembelajara n
Hasil kajian literatur :
1. Muslich (2007), pembelajaran inovatif yaitu:
a. belajar dari kenyataan yang biasa diamati, dipraktikan, dan dialami dalam kehidupan siswa (real world learning), b. belajar melalui pengalaman nyata yang
dilakukan secara empiris,
c. menghasilkan pengetahuan yang bermakna pada diri siswa (meaningful), d. menggunakan berbagai teknik penilaian
(tidak hanya tes).
Sumber :
http://eprints.unm.ac.id/15115/1/Artike l%20Rasma_1351042026_PBSI.pdf
2. (Amarylis Gita Isnawati : 2021) Model pembelajaran Problem Based Learning memiliki sifat tidak terstruktur dan terbuka sehingga dapat menjadi wadah bagi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah sosial yang terjadi di lingkungannya.
Meskipun model pembelajaran Problem Based Learning dinilai cukup efektif oleh
Hasil Analisis : 1. Guru
kurang minat untuk pembelajar an secara mandiri dikarenaka n sudah merasa nyaman dengan model konvension al
2. Kurangnya kreatifitas guru untuk mengguna kan model pembelajar an yang inovatif
guru, namun dalam penerapannya diperlukan adanya pemahaman mengenai sintak model pembelajaran ini dengan benar. Kesulitan guru dalam mengimplementasikan model pembelajaran PBL adalah :
a. kurang kreatifitas guru dalam membuat sintak PBL
b. terdapatnya materi pembelajaran yang di anggap sulit oleh guru sehingga sulit untuk mengaitkan materi dengan kehidupan sehari- hari.
Sumber :
https://ejournal.unesa.ac.id/index.php /jurnal-penelitian
pgsd/article/view/38987 Hasil wawancara :
Dede Kuswanda, S.Pd.,M.Si (Bidang Pengembang Kompetensi Guru SMKN 6 GARUT dan pendamping guru penggerak).
Menurut beliau tentang kendala pemilihan model pembelajaran yang digunakan guru tidak pariatif di karenakan “ Rasa nyaman guru menggunakan model pembelajaran konvensional sehingga membuat guru sukar untuk mencoba menggunakan model-model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik”.
Penerapan Model Pembelajar an
Guru terbiasa menggunak an model pembelajara n
konvesional
Hasil literatur :
1. Martanto dkk (2008: 10) model pembelajaran konvensional adalah :
a. model pembelajaran yang bersifat satu arah dimana guru menjadi sumber pengetahuan utama menjadi sangat sulit untuk dirubah. Pembelajaran saat ini mengakibatkan peran siswa sebagai pelaku sejarah pada zamannya menjadi terabaikan.
b. Model pembelajaran konvensional dapat merusak motivasi siswa untuk belajar.
Kemungkinan yang timbul adalah keterpaksaan para siswa untuk belajar, bukan dorongan untuk mengikuti pembelajaran dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh pengetahuan serta hasil belajar yang memuaskan.
2. Setidaknya ada 6 komponen yang saling terkait dan menjadi kendala dalam
Hasil Analisis : 1. Guru
meyakini bahwa model konvensio nal paling efektif untuk membuat siswa menguasa i materi pelajaran, membuat guru tidak mencoba menggun
penggunaan model pembelajaran inovatif di sekolah, yaitu:
a. Kurangnya kreatifitas tenaga pendidik dalam pelaksanaan pembelajaran, khususnya dalam memilih model pembelajaran yang tepat
b. Terbatasnya waktu dan tenaga untuk menyiapkan media yang dapat mendukung penggunaan model pembelajaran inovatif, membuat guru lebih memilih model pembelajaran yang umum digunakan
c. Keyakinan guru bahwa model konvensional paling efektif untuk membuat siswa menguasai materi pelajaran, membuat guru tidak mencoba menggunakan model pembelajaran yang lebih inovatif
d. Guru cenderung menggunakan satu model dalam membelajarkan keseluruhan materi, tanpa mempertimbangkan karakteristik dari setiap topik materi yang disampaikan.
Sumber :
https://123dok.com/article/kendala- dalam-penerapan-model-pembelajaran- inovatif.dzxowjnz
Hasil wawacara :
Dede Kuswanda, S.Pd.,M.Si (Bidang Pengembang Kompetensi Guru SMKN 6 GARUT dan pendamping guru penggerak).
Menurut beliau tentang terbiasanya guru dalam menggunakan model pembelajaran konvensional dikarenakan :
a. Guru merasa nyaman dan efektif menggunakan model konvensional, sehingga membuat guru enggan untuk mencoba menggunakan model pembelajaran yang inovatif
b. Manajeman waktu yang kurang oftimal sehingga membuat guru lebih memilih model pembelajaran konvensional.
c. Kurangnya kreatifitas guru dalam memilih model pembelajaran yang tepat.
akan model pembelaja ran yang lebih inovatif 2. Terbatasn
ya waktu untuk menyiapk an media yang dapat menduku ng
pengguna an model pembelaja ran inovatif, membuat guru lebih memilih model pembelaja ran konvensio nal 3. Kurangny
a
kreatifitas guru dalam memilih model pembelaja ran yang tepat
3 Penerapan Media Pembelajar an
Hasil kajian literatur :
1. (Mahnun, 2020) Media Pembelajaran adalah perangkat untuk mendidik dan mengembangkan pendidikan.
Hasil Analisis : 1. guru
kurang mampu
Guru belum mengoftima lkan
penggunaka n media pembelajara n yang sesuai dengan konten materi yang akan di ajarkan.
2. (Sanjaya, 2009:172) media pembelajaran dilihat dari sifatnya yaitu :
a. Media auditif, yaitu media yang dapat didengar saja, atau media yang memilki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara.
b. Media visual, yaitu media yang haya dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur suara, seperti film slide, gambar, dan sebagainya.
c. Media audiovisual, yaitu jenis media yang mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat, seperti rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara, dan sebagainya.
Klasifikasi media pembelajaran dilihat dari kemampuan jangkauan :
a. Media yang memiliki daya input yang luas sehingga siswa dapat mempelajari kejadian-kejadian yang aktual tanpa menggunakan ruang khusus, seperti radio dan televisi.
b. Media yang mempunyai daya input yang terbatas oleh ruang dan waktu, seperti film slide, film, video, dan lainlain.
Klasifikasi media pembelajaran dilihat dari cara atau teknik pemakainannya :
a. Media yang diproyeksikan, seperti film.Media sperti ini memerlukan alat khusus seperti overhead projector (OHP).
b. Media yang tidak diproyeksikan seperti gambar, foto, lukisan, radio, dan lain- lain.
Sumber :
https://primary.ejournal.unri.ac.id/index.
php/JPFKIP/article/view/8977
3. kendala guru memanfaatkan media pembelajaran berbasis ICT dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut :
a. Kendala guru dalam memanfaatkan komputer sebagai media pembelajaran b. Kendala guru menggunakan powerpoint
sebagai media pembelajaran
c. Kendala guru memanfaatkan internet d. Kendala guru dalam mengkondisikan
media pembelajaran berbasis ICT (tingkat kejelasan visual dan audio) dengan keadaan kelas dan keadaan siswa
menguasai media pembelajar an yang sesuai dengan materi yang akan disampaika n
2. Kurangnya minat guru untuk memanfaat kan media pembelajar an
3. Guru kurang mengoftim alkan sarana dan prasarana yang
tersedia di sekolah
e. Kendala guru dalam menyesuaikan media pembelajaran berbasis ICT dengan materi pembelajaran
Sumber
https://journal.mahesacenter.org/inde x.php/ppd/article/view/197
Hasil wawancara :
Dede Kuswanda, S.Pd.,M.Si (Bidang Pengembang Kompetensi Guru SMKN 6 GARUT dan pendamping guru penggerak), menurut beliau kendala guru kurang mengoftimalkan penggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan konten materi yang akan di ajarkan dikarenakan :
1. tidak semua guru memiliki kemampuan dalam menguasai media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan.
2. Kurangnya minat guru untuk memanfaatkan media pembelajaran 3. Guru kurang mengoftimalkan sarana
dan prasarana yang tersedia di sekolah Penerapan
Media Pembelajar an
Kurang kreatifitas guru dalam membuat media pembelajara n
Hasil kajian litaratur :
1. (Hamalik, 2001) Pemilihan media pembelajaran yang benar-benar disesuaikan dengan karakteristik umum siswa akan memudahkan siswa untuk memahami materi pelajaran yang akan disajikan guru.
Kriteria yang harus diperhatikan dalam memilih media pembelajaran adalah :
a. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, b. Tepat untuk mendukung isi pelajaran
yang sifatnya fakta, konsep, prinsip atau generalisasi,
c. Praktis, luwes, dan bertahan, jika tidak tersedia waktu, dana atau sumber daya lainnya untuk memproduksi tidak perlu dipaksakan,
d. Guru harus trampil di dalam menggunakan media selama proses pembelajaran,
e. Pengelompokkan sasaran (kelompok besar, kelompok kecil atau perorangan), f. Mutu teknisnya (misalnya visual pada slide harus jelas dan informasi yang disampiakan tidak terganggu oleh elemen lain
Sumber:
Hasil analisis : 1. Guru kurang mampu mengemb angkan dalam membuat media pembelaja ran.
2. Guru kurang mengopti malkan manajeme n waktu pembuata n media pembelaja ran 3. Guru
kurang memaha mi fungsi media pembelaja ran
https://media.neliti.com/media/publications /287726-efektivitas-media-pembelajaran- terhadap-0086e735.pdf
2. (Pustika Sari dan Mohammad Isa Gautama : 2022 )
a. media pembelajaran merupakan sarana pembelajaran yang digunakan sebagai perantara dalam proses pembelajaran untuk mempertinggi efektivitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pembelajaran.
b. Adapun kendala dari pengembangan kreatifitas dalam penggunaan media pembelajaran adalah guru kurang mampu mengembangkan dalam membuat media pembelajaran, sehingga membuat guru masih menggunakan cara pembelajaran konvensiaonal sebagai penyampai pembelajaran.
Sumber :
https://naradidik.ppj.unp.ac.id/index.php /nara/issue/view/1
3. (Aristo : 2008), ada beberapa kendala guru tidak menggunakan media pembelajaran adalah :
a. Kurang kreatifitas guru dalam menggunakan media pembelajaran sehingga guru menganggap bahwa meenggunakan media itu menambah repot.
b. Kurangnys efektifitas dan efisiensi dalam penggunaan media pembelajaran
c. Kurangnya pemahaman guru terhadap perkembangan teknologi Sumber :
https://aristorahadi.wordpress.com/20 08/01/18/mengapa-guru-enggan- menggunakan-media-pembelajaran/
Hasil wawancara :
Ai Khodijah, ST.,M.Kom (Kepala Program Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan) menurut beliau kurangnya kreatifitas guru dalam membuat media pembelajaran dikarenakan :
1. Guru kurang mengoptimalkan manajemen waktu pembuatan media pembelajaran
2. Guru kurang memahami fungsi media pembelajaran
4 Penggunaa n LKPD Pengetahua n guru dalam membuat LKPD masih kurang
Hasil kajian literatur :
1. (Andi Prastowo, 2011: 204) LKPD dapat didefenisikan sebagai bahan ajar cetak berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik, yang mengacu pada kompetensi dasar yang dicapai.
Sumber :
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/p engabdian/laila-katriani-ssi-
msi/pengembangan-lembar-kerja-peserta- didik-lkpd-ppm-dipa-fakultas-20141.pdf 2. (Prastowo Khairunisa, dkk, 2016:285)
terdapat komponen penting yang menjadi tujuan penyusunan Lembar kerja peserta didik yaitu:
a. Menyajikan LKPD yang memudahkan peserta didik untuk berinteraksi dengan materi yang diberikan.
b. Menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan terhadap materi.
c. Melatih kemandirian belajar peserta didik.
d. Memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada peserta didik.
Sumber :
https://wartaguru.id/cara-mudah- membuat-dan-mengelola-lkpd/
Hasil wawancara :
Dede Kuswanda, S.Pd.,M.Si (Bidang Pengembang Kompetensi Guru SMKN 6 GARUT dan pendamping guru penggerak), menurut beliau tentang kurangnya pengetahuan guru dalam pembuatan LKPD di sebabkan oleh :
1. Guru mengalami kesulitan dengan ketersediaan bahan materi untuk membuat LKPD.
2. Rendahnya motivasi guru untuk membuat LKPD yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran di kelas
Hasil Analisis : 1. Guru
mengalami kesulitan dengan ketersediaa n bahan materi untuk membuat LKPD.
2. Rendahnya motivasi guru untuk membuat LKPD yang dapat digunakan dalam proses pembelajar an di kelas
Penggunaa
n LKPD Hasil kajian literatur :
1. Trianto (2010: 111), Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) merupakan panduan peserta didik yang digunakan untuk melakukan
Hasil analisis :
1. Guru belum
Guru tidak memberika n
penjelasan perihal pengisian LKPD sehingga membuat peserta didik kebingunga n dalam pengerjaan LKPD
pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah sesuai indikator pencapaian hasil belajar yang harus dicapai.
Sumber :
https://ejurnal.universitaskarimun.ac.id/i ndex.php/mindafkip/article/download/46 2/412#:~:text=Lembar%20Kerja%20Pesert a%20Didik%20(LKPD)%20merupakan%20p anduan%20peserta%20didik%20yang,Tria nto%2C%202010%3A%20111).
2. Wulandari (2013: 8-9) menyatakan bahwa peran LKPD sangat besar dalam proses pembelajaran karena dapat meningkatkan aktivitas peserta didik dalam belajar dan penggunaannya dalam pembelajaran dapat membantu guru untuk mengarahkan peserta didiknya menemukan konsep- konsep melalui aktivitasnya sendiri.
3. Manfaat LKPD antara lain :
a. membantu guru dalam menyusun rencana pembelajaran,
b. mengaktifkan peserta didik dalam proses belajar mengajar,
c. membantu peserta didik memperoleh catatan tentang materi yang akan dipelajari melalui kegiatan belajar mengajar,
d. membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis,
e. melatih peserta didik untuk menemukan dan mengembangkan keterampilan proses,
f. mengaktifkan peserta didik dalam mengembangkan konsep.
Sumber:
https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jis d/article/download/11621/5456#:~:text=K endala%20yang%20dimaksud%20di%20an taranya,dalam%20proses%20pembelajaran
%20di%20kelas.
Hasil wawancara :
Dede Kuswanda, S.Pd.,M.Si (Bidang Pengembang Kompetensi Guru SMKN 6 GARUT dan pendamping guru penggerak),
memaha mi cara penggun aan LKPD pada proses pembelaj aran.
2. Guru miskons epsi antara LKPD dengan latihan soal
menurut beliau guru tidak memberikan penjelasan tentang pengerjaan LKPD pada proses pembelajaran adalah :
1. Guru belum memahami cara penggunaan LKPD pada proses pembelajaran.
2. Guru miskonsepsi antara LKPD dengan latihan soal
5 Teknik dan Strategi Asesmen Berdasarka n
Karakterist ik Peserta Didik Guru belum terbiasa menggunak an
assesmen berdasarka n karakter peserta didik
Hasil kajian literatur :
1. (Lenny Kurniati dan Ratih Kusumawati : 2023)
a. Asesmen diagnostic adalah asesmen yang dilakukan secara spesifik untuk mengidentifikasi kompetensi, kekuatan, kelemahan siswa, sehingga pembelajaran dapat dirancang sesuai dengan kompetensidan kondisi peserta didik.
b. Asesmen diagnostic dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
a) Asesmen diagnostik kognitif adalah asesmen yang dilakukan diawal dan akhir pembelajaran untuk memantau sejauh mana siswa bisa memahami materi pembelajaran.
Kegiatan asesmen ini harus dilakukan secara rutin sebelum pembelajaran dimulai atau diakhiri atau biasa disebut asesmen formatif.
Tidak hanya itu, asesmen kognitif juga bisa dilakukan di pertengahan atau akhir semester dalam bentuk ujian atau biasa disebut asesmen sumatif.
b) Asesmen diagnostik non-kognitif adalah asesmen yang dilakukan untuk mengetahui kondisi psikologi, emosi, dan sosial siswa. Artinya, asesmen ini lebih mengarah pada kondisi personal siswa. Kondisi personal siswa akan mempengaruhi pencapaiannya di sekolah.
Sumber :
https://bajangjournal.com/index.php/JCI/ar ticle/view/5031/3736
2. (Septyna Feby Nurmala : 2021) Pembelajaran dan asesmen adalah bagian terpadu dari proses pembelajaran, fasilitasi pembelajaran, dan penyediaan informasi yang holistik. Salah satu yang bisa dilakukan oleh pendidik adalah melakukan asesmen di awal sebagai bahan
Hasil analisis :
1. Guru belum memaha mi cara penerapa n
asesmen diagnosti k.
2. Guru mengala mi
kesulitan dalam mengiden tifikasi kebutuha n siswa
pertimbangan dalam pembuatan rancangan pembelajaran. Peserta didik pun dapat dilibatkan dalam proses asesmen seperti penilaian diri, penilaian antarteman, refleksi diri, dan pemberian umpan balik antar teman sejawat.
Sumber :
https://www.quena.id/pendidikan/pr- 6656172561/contoh-penerapan-asesmen- dalam-kurikulum-merdeka-yang-tepat- adalah
Hasil wawancara :
Inayah, S.Kom (Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum) menurut beliau tentang guru yang belum terbiasa menggunakan asesmen yang sesuai dengan karakter peserta didik bisa disebabkan karena :
a. Guru belum memahami cara penerapan asesmen diagnostik.
b. Guru mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi kebutuhan siswa Teknik dan
Strategi Asesmen Berdasarka n
Karakterist ik Peserta Didik Guru belum mampu memberika n asesmen sesuai dengan karakteristi k peserta didik
Hasil kajian literatur :
1. (SMAN 9 Batam : 2022) Prinsip-Prinsip Asesmen :
a. Asesmen merupakan bagian terpadu dari proses pembelajaran, memfasilitasi pembelajaran, dan menyediakan informasi yang holistik sebagai umpan balik untuk pendidik, peserta didik, dan orang tua, agar dapat memandu mereka dalam menentukan strategi pembelajaran selanjutnya.
b. Asesmen dirancang dan dilakukan sesuai dengan fungsi asesmen tersebut, dengan keleluasaan untuk menentukan teknik dan waktu pelaksanaan asesmen agar efektif mencapai tujuan pembelajaran.
c. Asesmen dirancang secara adil, proporsional, valid, dan dapat dipercaya (reliable) untuk menjelaskan kemajuan belajar dan menentukan keputusan tentang langkah selanjutnya.
d. Laporan kemajuan belajar dan pencapaian peserta didik bersifat sederhana dan informatif, memberikan informasi yang bermanfaat tentang karakter dan kompetensi yang dicapai serta strategi tindak lanjutnya.
e. Hasil asesmen digunakan oleh peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan,
Hasil Analisi :
1. Guru belum memaha mi cara pembuata n
asesmen yang sesuai dengan karakter peserta didik 2. Guru tidak menggun akan hasil umpan balik dari asesmen untuk memaha mi
karakteris tik
peserta didik
dan orang tua sebagai bahan refleksi untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
Sumber :
https://www.sman9batam.sch.id/berita/deta il/424797/cara-merancang-pembelajaran- dan-asesmen-kurikulum-merdeka-sebelum- menyusun-modul-ajar/
2. (Yunandra : 2022) Umpan Balik Hasil Asesmen merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh pendidik. Semua Hasil asesmen baik formatif maupun sumatif.
Umpan balik atau feedback menjadi alat untuk membangunkan kesadaran bahwa proses pencapaian tujuan pembelajaran lebih diutamakan dibandingkan dengan hasil akhir. Umpan balik tidak hanya memberikan pujian/apresiasi: “Bagus, Nak”, “Keren, Nak”, “Kamu anak pintar”, tetapi mendeskripsikan: klarifikasi, kekuatan, kelemahan, saran, dan apresiasi.
Feedback dilaksanakan dengan menggunakan tangga umpan balik atau ladder of feedback yang terdiri dari 5 tangga.
a) Klarifikasi b) Nilai c) Saran d) Perhatian e) Apresiasi Sumber :
https://yunandra.com/umpan-balik- hasil-asesmen-di-kurikulum-merdeka/
Hasil wawancara :
Inayah, S.Kom (Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum) menurut beliau perihal belum mampunya guru memberikan asesmen sesuai dengan karakter peserta didik di karenakan :
1. Guru belum memahami cara pembuatan asesmen yang sesuai dengan karakter peserta didik
2. Guru tidak menggunakan hasil umpan balik dari asesmen untuk memahami karakteristik peserta didik
Teknik dan Strategi Asesmen Berdasarka n
Hasil kajian literatur : Jenis-jenis asesmen :
1. Asesmen formatif, yaitu asesmen yang bertujuan untuk memberikan informasi
Hasil Analisi :
1. Guru mengala mi
Karakterist ik Peserta Didik Guru membuat asesmen tidak sesuai dengan indikator
atau umpan balik bagi pendidik dan peserta didik untuk memperbaiki proses belajar.
2. Asesmen sumatif, yaitu asesmen yang dilakukan untuk memastikan ketercapaian keseluruhan tujuan pembelajaran.
Asesmen ini dilakukan pada akhir proses pembelajaran atau dapat juga dilakukan sekaligus untuk dua atau lebih tujuan pembelajaran, sesuai dengan pertimbangan pendidik dan kebijakan satuan pendidikan.
Sumber :
https://www.sman9batam.sch.id/berita/d etail/425233/jenis-teknik-dan-contoh- instrumen-asesmen-pada-kurikulum- merdeka/
Inayah, S.Kom (Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum) menurut beliau perihal belum mampunya guru memberikan asesmen sesuai dengan karakter peserta didik di karenakan :
1. kesulitan guru dalam menyusun soal/pertanyaan hingga mendapat jawaban yang cukup untuk bahan pertimbangan pelaksanaan pembelajaran
2. Guru belum memahami pembuatan indikator soal asesmen
kesulitan dalam pembuata n soal asesmen.
2. Guru belum memaha mi
pembuata n
indikator soal asesmen
6 Pembelajar an dan penggunaa n HOTS Guru kurang memahami pembelajara n dan penggunaa n HOTS pada saat proses pembelajara n
Hasil kajian literatur :
1. (Subroto Rapih dan Sutaryadi : 2018) a. HOTS adalah cara berpikir yang lebih
tinggi dari menghafalkan fakta, mengemukakan fakta, atau menerapkan peraturan, rumus, dan prosedur.
b. Tujuan pembelajaran abad 21 memiliki 4cs, yaitu communication, collaboration, critical thinking, problem solving, creativity and innovation.
c. Pembelajaran berbasis HOTS adalah sebuah interaksi belajar antara peserta didik dan guru. Ada tiga tahapan yang harus dilaksanakan oleh guru untuk menerapkan pembelajaran HOTS yaitu : a) tahap persiapan,
b) pelaksanaan,
c) evaluasi pembelajaran.
d. Pembelajaran berbasis HOTS didesain dengan pembelajaran yang aktif, berpusat pada peserta didik, pembentukan rasa ingin tahu, dan penilaian berbasis HOTS.
Sumber ;
Hasil Analisis : 1. Kurangny
a motivasi guru dalam pengemba ngan diri untuk menerapk an
pembelaja ran berorienta si HOTS 2. kesulitan
guru dalam menghad api
kemampu an siswa yang berbeda- beda,
http://e-
journal.unipma.ac.id/index.php/PE/arti cle/view/2560
2. (Hidayati, 2018) permasalaha utama dalam penerapan pembelajaran berbasis HOTS yaitu guru belum mengetahui bagaimana cara mengajarkan pembelajaran yang menuju HOTS .
Sumber :
https://www.researchgate.net/publicat ion/326022030_Perpektif_guru_sekola h_dasar_terhadap_Higher_Order_Tinkin g_Skills_HOTS_pemahaman_penerapan _dan_hambatan
Hasil wawancara :
Imas Sarinah, S.Pd (teman sejawat, guru bahasa indonesia sebagai duta literasi SMKN 6 GARUT) menurut beliau kendala dalam penerapan pembelajaran HOTS dalam proses pembelajara adalah :
a. Guru terbiasa menggunakan pembelajaran LOTS
b. Kurangnya motivasi guru dalam pengembangan diri untuk menggunakan pembelajaran berorientasi HOTS
c. kesulitan guru dalam menghadapi kemampuan siswa yang berbeda-beda, materi pelajaran yang selalu berubah dan keterampilan guru yang masih kurang sehingga guru masih bingung dalam menerapkan pembelajaran berbasis HOTS
d. guru belum mampu menguasai konsep dan strategi pembelajaran berorientasi HOTS
materi pelajaran yang selalu berubah dan keterampi lan guru yang masih kurang sehingga guru masih bingung dalam menerapk an
pembelaja ran berbasis HOTS
7 Intelegensi Literasi dan
Numerisasi Guru kurang memahami penerapan literasi dan numerasi dalam proses pembelajara n
Hasil kajian literatur :
1. Mulianah Khaironi ( 2018) Literasi numerasi merupakan kemampuan konsep bilangan dan keterampilan operasi hitung di dalam kehidupan sehari-hari. Literasi numerasi diperlukan agar peserta didik mampu berinteraksi pada era digital yang menguasai dasar-dasar matematis seperti penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian yang mutlak dibutuhkan oleh generasi mendatang.
Sumber :
Hasil analisis : 1. Kurangny
a
pemaham an guru dalam penerapa n literasi dan
numerasi pada proses
https://proceedings.ums.ac.id/index.php/
matematika/article/download/297/296 2. Kompetensi pembelajaran berbasis literasi
dan numerasi merupakan kompetensi yang berkaitan dengan kemampuan berpikir tentang, dan dengan, bahasa serta matematika diperlukan dalam berbagai konteks, baik personal, sosial, maupun profesional.
3. Prinsip dasar dalam penerapan literasi dan numerasi :
a. Bersifat kontekstual, sesuai dengan kondisi geografis, sosial budaya, dan sebagainya.
b. Selaras dengan cakupan matematika dalam Kurikulum 2013.
c. Saling bergantung dan memperkaya unsur literasi lainnya.
Sumber :
https://gurubelajar.id/penerapan-literasi- dan-numerasi-untuk-mewujudkan-karakter- pelajar-pancasila/
Hasil wawancara :
Inayah, S.Kom (Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum) menurut beliau perihal guru kurang memahami penerapan literasi dan numerasi pada proses pembelajaran dikarenakan :
a. Kurangnya pemahaman guru dalam penerapan literasi dan numerasi pada proses pembelajaran
b. Kurangnya motivasi guru dalam penerapan literasi dan numerasi pada proses pembelajaran
pembelaja ran 2. Kurangny
a motivasi guru dalam penerapa n literasi dan
numerasi pada proses pembelaja ran
8 Keterlibata n siswa dalam proses pembelajar an
Guru kurang mendalami karakter peserta didik
Hasil kajian literatur :
1. (Resminingsih, Purwanto, & Suharjad, 2017) Guru harus dapat merancang pembelajaran yang tidak hanya menyentuh aspek kognitif saja, akan tetapi juga dapat mengembangkan keterampilan dan sikap siswa. pemahaman karakteristik peserta didik di kelas :
a. Guru dapat mengidentifikasi ragam karakteristik belajar setiap peserta didik di kelasnya.
b. Guru membantu mengembangkan potensi serta mengatasi kekurangan peserta didik.
c. Guru juga berupaya untuk mengembangkan bakat dan minat
Hasil analisis ;
1. Guru belum melaksan akan asesmen diagnosti k
sehingga guru belum bisa mendala mi karakter
peserta didik melalui kegiatan ekstra kurikuler di sekolah.
d. Guru mencoba mengetahui penyebab penyimpangan perilaku dari setiap peserta didik untuk mencegah agar perilaku tersebut tidak merugikan peserta didik lainnya.
Sumber :
https://journal.unimma.ac.id/index.php/b ier/article/download/6162/2984/
2. (Aan Withi Lestari : 2020) Ada tiga kelompok karakteristik siswa yang perlu diperhatikan, yaitu:
a. Karakteristik yang berkaitan dengan fisiologis. Karakteristik ini meliputi:
jenis kelamin, kondisi fisik, usia kronologis, panca indera, tingkat kematangan, dan sebagainya.
b. Karakteristik yang berkaitan dengan psikologis. Karakteristik ini meliputi:
bakat, minat, motivasi, intelegensi, gaya belajar, emosi, dan sebagainya.
c. Karakteristik yang berkaitan dengan lingkungan. Karakteristik ini meliputi etnis, kondisi sosial ekonomi, kebudayaan, dan sebagainya.
Sumber :
https://jurnal.uns.ac.id/SHES/article/vie w/56953/33595
Hasil wawancara :
Fitrie Megianti, S.Pd (Teman Sejawat, Guru Bimbingan Konseling). Menurut beliau hambatan komunikasi antara guru dalam mendalami karakter peserta didik dikarenakan guru belum bisa memahami karakter peserta didik adalah :
”Guru harus bisa mendalami karakter peserta didik dengan cara mengenali tempramen siswa, observasi siswa pada saat proses pembelajaran, komunikasi efektif, menjadi sahabat siswa, mengenali lingkungan sosial siswa, berdiskusi dengan orang tua siswa, dan mengajak siswa mengikuti program pengenalan diri”
peserta didik 2. Guru tidak melakuka n umpan balik hasil asesmen sehingga kesulitan dalam menggali karakter peserta didik
Keterlibata n siswa dalam proses pembelajar an
Hasil kajian literatur :
1. (Yudha Febrianta dan Ahmad Fauzan : 2019) ada beberapa faktor hambatan guru dalam melakukan komunikasi pada saat proses pembelajaran adalah :
Hasil analisis : 1. Guru
jarang memberik an umpan
Guru belum sepenuhnya melakukan komunikasi dengan peserta didik
a. Hambatan internal adalah terdiri dari faktorpsikologis, sematis dan fisik. Faktor psikologis merupakan faktor kejiwaan yang dimiliki oleh guru yang berpengaruh terhadap kelancaran dalam menyampaikan materi ajar kepada peserta didik, faktor sematis menyangkut bahasa yang digunakan oleh guru sebagai alat untuk melancarkan komunikasi.
Sedangkan faktor fisik merupakan kecakapan fisik yang dimiliki oleh guru.
b. Hambatan eksternal merupakan segala sesuatu di luar diri komunikator yang menghambat kelancaran proses komunikasi selama proses pembelajaran pendidikan jasmani.
Faktor penghambat komunikasi
tersebut diatas dapat dijadikan dua faktor
pokok yaitu :
a. Faktor fisik adalah faktor diluar diri individu yang dapat mempengaruhi komunikasi seperti lingkungan dan media pendidikan
b. Faktor psikologis adalah pengaruh dari dalam diri individu sehingga menyebabkan kurang memahami atau menerima pesan dengan jelas seperti kesiapan belajar siswa serta motivasi belajar dari siswa.
Sumber :
https://jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/
Dinamika/article/download/5982/2831 2. Adapun beberapa hambatan komunikasi
dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut :
a. Penggunaan bahasa b. Kesalahpahaman
c. Sifat keras kepala dan mudah emosi d. Media komunikasi yang buruk e. Citra guru yang buruk
f. Lingkungan yang kurang mendukung g. Tekanan dari pengajar
Sumber :
https://almasoem.sch.id/hambatan- komunikasi-antara-guru-dan-siswa-dalam- proses-pembelajaran/
Hasil wawancara :
balik (feedback) kepada siswa pada saat proses pembelaja ran.
2. Lemahny a
komunika si yang dilakukan oleh guru pada saat proses pembelaja ran.
Fitrie Megianti, S.Pd (Teman Sejawat, Guru Bimbingan Konseling). Menurut beliau hambatan komunikasi antara guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran di karenakan :
1. Guru jarang memberikan umpan balik (feedback) kepada siswa pada saat proses pembelajaran.
2. Lemahnya komunikasi yang dilakukan oleh guru pada saat proses pembelajaran.