• Tidak ada hasil yang ditemukan

LK 1.2 Eksplorasi penyebab Masalah-1

N/A
N/A
Renny Panjaitan

Academic year: 2023

Membagikan "LK 1.2 Eksplorasi penyebab Masalah-1"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

LK 1. 2 Eksplorasi Penyebab Masalah Nama Mahasiswa : Karolina Panjaitan

Asal Institusi : SMA Swasta Dharma Patra Sei Lepan

Tabel Hasil Eksplorasi Penyebab Masalah No Masalah yang telah

diidentifikasi Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi

penyebab masalah 1 Rendahnya

kreativitas

kemampuan peserta didik dalam

pembelajaran

Kajian Literatur – 1

Menurut Yusliana Husniati, dkk (2021: 7) Pembelajaran lebih bermakna apabila peserta didik mampu memperoleh suatu pengetahuan secara utuh dengan menghubungkan konsep - konsep yang dipelajari, sehingga konsep yang diperoleh saat pembelajaran dapat diterima dengan baik dan tidak mudah dilupakan. Untuk itu, diperlukan suatu pengembangan media pembelajaran interaktif yang dapat diterapkan dalam pembelajaran guna mengatasi rendahnya kemampuan berpikir kreatif fisika peserta didik.

Salah satunya yaitu pengembangan media pembelajaran interaktif berbasis model PBL (problem based learning). Problem based learning merupakan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang berpikir kreatif dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari mata pelajaran

http://journal.ummat.ac.id/index.php/orbita/article/view/3832/2775

Kajian Literatur- 2

Menurut Siti Masysyaroh (2021) Tantangan di bidang pendidikan pada abad ke -21 yaitu menyiapkan generasi penerus bangsa yang dapat memecahkan suatu masalah, dapat membuat keputusan dengan bijak, berpikir kreatif, dapat menyampaikan ide - ide secara efektif dan dapat bekerja secara individu maupun kelompok. Menghadapi tantangan tersebut, salah satu keterampilan yang dapat dilatihkan kepada peserta didik yaitu keterampilan berpikir kreatif (Creativity), sesuai dengan keterampilan abad 21 yang dibutuhkan oleh peserta didik yaitu keterampilan 4C (Critical Thinking, Creativity, Collaboration, Communication). Keterampilan berpikir kreatif (Creativity) merupakan kemapuan menemukan ide - ide baru yang bersifat orisinil dan unik dalam pemecahan suatu masalah melibatkan imajinasi, intuisi, bakat serta kemampuan berpikir secara keseluruhan. Dalam dunia pendidikan keterampilan berpikir kreatif peserta didik berada pada kategori rendah. Hal tersebut dikarenakan kurangnya dalam penggunaan model pembelajaran yang variatif yang dapat melatih peserta didik untuk lebih aktif dan kreatif.

http://journal.ummat.ac.id/index.php/orbita/article/view/4433/2768 Wawancara dengan Guru Pengerak (Ibu Helda Ramadhani, S.Pd)

Setelah dilakukan analisis terhadap hasil kajian literatur dan hasil

wawancara dapat

diketahui bahwa penyebab Rendahnya kreativitas kemampuan peserta didik dalam pembelajaran:

1. Guru belum merancang

pemebelajaran yang aktif dan

menyenangkan

2. Peserta didik tidak mendapatkan perhatian dari kedua orangtua yang sibuk bekerja 3. Peserta didik perlu mendapat perhatian yang cukup dari orang tuanya agar semangat belajarnya meningkat

(2)

Guru melakukan diagnosis awal dan mengidentifikasi akar masalah yang membuat peserta didik kesulitan, apakah itu kurang pemahaman konsep, kurangnya motivasi, atau masalah lainnya. Kemudian guru menggunakan pembelajaran berdiferensiasi untuk mengakomodasi gaya belajar dan tingkat pemahaman peserta didik .Selain itu kolaborasi bersama orang tua dalam mendukung anak belajar di rumah, serta kolaborasi rekan sejawat sesama guru dalam mendapatkan ide dan strategi pembelajaran yg baru. Dan paling penting adalah umpan balik kepda peserta didik utk mengetahui kemajuan mereka, sehingga guru dapat memberikan dukungan yang tepat waktu.

Wawancara dengan teman sejawat Ibu Mbak Hartati, M.Pd (Guru Penggerak)

Beberapa peserta didik kesulitan meraih nilai yang baik dalam pembelajaran. menurut saya hal ini terjadi dikarenakan beberapa sebab diantaranya adalah faktor internal yang berasal dari diri siswa itu sendiri dan juga faktor eksternal . Faktor internal ini bisa disebabkan karena motivasi belajas siswa yang rendah, kondisi siswa yang sedang tidak fit( lagi sakit), minat dan keinginan untuk belajar itu kurang, dan Kemampuan daya tangkap siswa yang tidak sama.

Faktor eksternal yang saya maksudkan diatas adalah bisa berasal dari lingkungan belajar yang kurang nyaman baik disekolah maupun dirumah, komunikasi yang kurang harmonis dengan guru, teman maupun saat berada dirumah sehingga siswa tersebut tidak mendapatkan dukungan dan motivasi untuk belajar

Wawancara dengan Wakasek Bid. Kesiswaan (Bapak Wagino, S.Pd)

yang pertama dari siswanya sendiri yang memang belum memahami matari yang di berikan oleh guru dan siswa tersebut enggan untuk bertanya atau siswa tersebut tidak mau mengulang/menghafalnya atau siswa tersebut kurang sehat sehingga sulit untuk berkonsentrasi yang kedua siswa sedang mengalami mssalah keluarga (beoken home)sehingga sulit untuk belajar karena kurangnya dukungan orang tua

2 Peserta didik masih belum memahami/

terbiasa dengan materi HOTS sehingga

memperoleh nilai yang rendah

Kajian Literatur – 1

Menurut Indri Kusdianti, dkk ( 2019) Guru harus menjadi mentor menggiring peserta didik dari berpikir mengingat sampai memahami serta memecahkan permasalahan yang rumit. Kemampuan berpikir komplek akan menjadikan peserta didik terbiasa menghadapi sesuatu yang sulit. Menghadapi sesuatu yang sulit membutuhkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS). Untuk mengetahui kemampuan berpikir tingkat tinggi seseorang, maka diperlukan indikator-indikator yang mampu mengukur kemampuan tersebut. Indikator untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi meliputi menganalisis, mengevaluasi, mencipta suatu masalah atau soal.

https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/33569/75676581752

Setelah dilakukan analisis terhadap hasil kajian literatur dan hasil

wawancara dapat

diketahui bahwa penyebab Peserta didik masih belum memahami atau terbiasa dengan materi HOTS sehingga memperoleh nilai

(3)

Kajian Literatur – 2

Menurut A. Mafaza Kanzul Fikri, Sudarti, Rif’Ati Dina Handayani (2022), Beberapa upaya telah dilakukan untuk dapat mencapai tujuan pendidikan nasional yang dicanangkan salah satunya adalah dengan integrasi Higher Order Thinking Skills.

Peserta didik dituntut tidak hanya memiliki keterampilan berfikir tingkat rendah, tetapi sampai pada keterampilan berfikir tinggi. Karena kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah kemapuan berfikir untuk memeriksa, menghubungkan, dan mengevaluasi semua aspek situasi dan masalah, termasuk didalamnya mengumpulkan, mengorganisir, mengingat, dan menganalisa informasi. Serta kesimpulan dalam penelitian jurnal yaitu siswa membutuhkan instrument keterampilan berfikir kritis untuk melatih siswa dalam menjawab soal pada level HOTS, sehingga dapat menganalisis pelaksanaan pembelajaran dan kesulitan belajar fisika siswa.

https://www.ejournal.tsb.ac.id/index.php/jpm/article/view/581/349

Wawancara dengan Ibu Helda Ramadhani, S.Pd (Guru Penggerak)

Dengan cara memberikan dukungan yang intensif, menggali berbagai pendekatan pembelajaran, dan melibatkan peserta didik secara aktif, mereka dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang materi HOTS dan meningkatkan nilai mereka dalam pembelajaran tersebut. Seperti memberi penjelasan yg mendalam, latihan yg berulang2, pembelajaran kolaboratif, kreatif berbasis proyek dan pembelajaran beragam.

Wawancara dengan teman sejawat Ibu Mbak Hartati, M.Pd (Guru Penggerak)

Peserta didik belum terbiasa dengan materi soal HOTS sehingga memperoleh nilai yang rendah, menurut saya hal ini relevan. Pembelajaran berbasis “High Order Thinking Skills” atau ketrampilan berpikir tingkat tinggi hingga saat ini belum konsisten diterapkan oleh para guru di kelas. Sebagian guru masih mengajar dengan paradigma lama antara lain menekankan siswa untuk menghafal rumus-rumus atau teori, bukan melatih kemampuan bernalar pada siswa

Wawancara dengan Wakasek Bid. Kesiswaan (Bapak Wagino, S.Pd) 1. guru tidak memberikan bentuk2 pembelajaran yang berbentuk hots

2. siswa sudah terbiasa dengan model pembelajaran yang bukan hots sehingga siswa sulit memahaminya

3. Materi/soal yang berbentuk hots lebih sulit karena harus menganalisa lebih dalam dan mengelompokan serta harus membuat laporan ini membuat suswa harus banyak meluangkan waktu sementara disisi lain siswa harus membantu orang tua jadi dalam hal ini siswa kurang maksimal sehingga hasil kurang memuaskan

4. Kurangnya fasilitas baik dari siswanya atau dari sekolah sehingga kurang mendukung dalam pembelajar model hots sehingga membuat siswa kyrang informasi

rendah:

1. Peserta didik belum memahami konsep- konsep dasar yang diperlukan untuk mengerjakan soal-soal HOTS.

2. Peserta didik belum terbiasa dengan soal- soal yang berbentuk HOTS.

3. Peserta didik kurang mendapatkan latihan soal-soal HOTS

3 Guru kurang Kajian Literatur – 1 Setelah dilakukan analisis

(4)

mengembangkan teknologi/ inovasi dalam pembelajaran

Romualdus Paulus Sogen (2021) berpendapat Kemampuan masyarakat Indonesia sudah cukup baik dalam menggunakan teknologi digital. Namun pemanfaatannya masih bersifat hiburan (entertainment). Berdasarkan fenomena tersebut, guru sebagai pendidik dituntut memanfaatkan teknologi digital untuk memfasilitasi pembelajaran sehingga tidak lagi bersifat konvensional. Guru dapat menuangkan ide kreatif untuk mengembangkan teknologi digital yang diadaptasi untuk pembelajaran dan edukasi. Hadirnya media digital ini memberikan beragam inovasi pedidikan, dimana pembelajaran kovensional yang kaku dan monoton akan digantikan dengan pembelajaran mengunakan media digital yang dianggap lebih praktis, fleksibel, tidak dibatasi oleh ruang dan waktu

https://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/semnasmp/article/view/10824 Kajian Literatur – 2

Ade Hadiati Nuzuliana, Fauzi Bakri, Esmar Budi (20185) mengatakan Video pembelajaran merupakan media audio - visual yang mengandung pesan - pesan pembelajaran dimana pesan tersebut berisi suatu topik pembelajaran yang dipergunakan untuk mencapai kompetensi pembelajaran yang telah ditentukan. Di dalam video pembelajaran peserta didik dapat mengetahui contoh penerapan dari materi yang sedang diajarkan pada kegiatan dalam kehidupan sehari - hari. Hal ini menambah daya tarik tersendiri bagi video pembelajaran. Penggunaan video juga membantu guru untuk memotivasi siswa dan menjelaskan materi pelajaran sehingga guru tidak perlu menjelaskan materi yang diajarkan secara berulang - ulang sehingga efisiensi dan efektivitas pembelajaran dapat mencapai hasil yang optimal.

https://journal.unj.ac.id/unj/index.php/prosidingsnf/article/view/4802/3583

Wawancara dengan Ibu Helda Ramadhani, S.Pd (Guru Penggerak)

Penting bagi guru untuk terus mengembangkan diri. pengembangan teknologi dengan pemahaman yang baik tentang bagaimana teknologi dapat meningkatkan pembelajaran di kelas. Dengan demikian guru dapat memilih teknologi yang sesuai dan mengintegrasikannya dengan metode pengajaran yang efektif untuk memberikan pengalaman pembelajaran terbaik bagi peserta didik.

Wawancara dengan teman sejawat Ibu Mbak Hartati, M.Pd (Guru Penggerak)

Factor-faktor yang menjadi penghambat belum maksimalnya pemanfaatan kemajuan teknologi didalam pembelajaran, yaitu: Kurangnya fasilitas sekolah dalam menunjang kegiatan pembelajaran yang berbasis digital, Ketidaksiapan SDM dalam pemanfaatan teknologi didalam pembelajaran, Kurangnya kompetensi guru dalam penerapan peintegrasian teknologi dalam pembelajaran, Kurangnya percaya diri dalam menggunakan teknologi dalam proses kegiatan pembelajaran dikelas,

Metode pembelajaran ini memanfaatkan teknologi untuk memulai sebuah pembelajaran yang diharapkan berjalan dengan baik. Akan tetapi, tidak seperti yang di harapkan. Kebanyakan siswa yang menyalahgunakan teknologi tersebut untuk

terhadap hasil kajian literatur dan hasil

wawancara dapat

diketahui bahwa penyebab

Guru kurang

mengembangkan

teknologi/ inovasi dalam pembelajaran:

1. Guru belum tahu tata cara menggunakan dan membuat media pembelajaran yang berbasis teknologi dan inovasi.

2. Guru masih belum banyak mengenali pembelajaran berbasis teknologi dan inovasi.

3. Sarana-prasarana yang belum memadai 4. Kurangnya kreativitas

guru dalam mendesain pembelajaran yang menarik dan sesuai dengan keinginan siswa

(5)

kesenangan pribadi yang tidak ada sangkutannya dengan pembelajaran.

Wawancara dengan Wakasek Bid. Kurikulum (Bapak Ricky Wahyu, S.Pd)

apabila guru kurang memahami teknolagi ini akan sangat berdampak bagi siswa karena siswa akan kesulitan memahami penjelasan dari guru

Kedua,apabila guru tidak cakap dan kurang berinovasi pembelajaran kurang menarik dan cenderung membosankan bagi siswa karena sifatnya monoton dan kurang menantang sehingga siswa cepat bosan dan malas karena kurang menarik perhatian siswa

Peserta didik menyalahgunakan teknologi dalam pembelajaran

Kajian Literatur – 1

Ratio Julianci Simarmata, dkk mengatakan bahwa Kemajuan teknologi berasis dunia maya menjadi salah satu penunjang hasil belajar siswa, banyak siswa yang mencari sumber dari internet untuk sarana belajar dalam menyelesaikan tugas sekolah. Tidak sedikit pula yang menyalahgunakan teknologi tersebut menjadi tempat bermain. Untuk itu guru sebagai pendidik di minta mampu mengimbangi kemajuan teknologi sebagai media pembelajaran agar sumber dan fasilitas yang tersedia dapat digunakan siswa sebagai tempat belajar yang benar.

Penggunaan media sosial dapat membantu guru maupun kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas dan krestivitas pendidik dalam mengajar khususnya sebagai media pembelajaran. Untuk itu dalam meningkatkan implementasi media sosial tersebut sebaiknya pendidik memilki fasilitas mengajar yang lengkap seperti laptop,jaringan internet yang baik yang dapat digunakan dalam di tiap pelajaran setiap harinya

https://ummaspul.e-journal.id/maspuljr/article/view/3054 Kajian Literatur – 2

Menurut Sulistyarini, Perkembangan teknologi memang akan selalu pesat dalam era globalisasi seperti sekarang ini.

Keadaan demikian tidak bisa kita hindari sebagai seorang pendidik. Dengan keadaan ini guru harus kreatif dan inovatif dalam menggunakan teknologi agar pembelajaran pun tidak lagi monoton dan konservatif.

Dalam proses pembelajaran abad 21, teknologi informasi dan komunikasi merupakan alat bantu dalam upaya mencapai proses pembelajaran yang mengutamakan kemampuan keterampilan kecakapan abad 21 yang harus dimiliki oleh peserta didik. Banyak perangkat-perangkat teknologi atau aplikasi-aplikasi berbasis teknologi informasi yang menunjang aktivitas siswa dalam proses pembelajaran untuk mencapai kemampuan kecakapan abad 21 seperti kecakapan kreativitas, inovasi, komunikasi, kolaborasi, literasi informasi dan media, dan sebagainya.

Teknologi sudah ada sejak jaman dahulu, yaitu jaman romawi kuno. Perkembangan teknologi berkembang secara drastis dan terus berevolusi hingga sekarang yang semakin canggih dan mendunia. Meningkatnya teknologi di era globalisasi yang serba modern ini bisa diterapkan sebagai fasilitas untuk membantu pekerjaan, selain itu fungsi lain di dunia pendidikan sebagai fasilitas yang lebih memandai dan serba canggih untuk memperlancar proses pembelajaran yang disampaikan http://journal.upy.ac.id/index.php/pkn/article/view/4833

analisis terhadap hasil kajian literatur dan hasil

wawancara dapat

diketahui bahwa penyebab Peserta didik menyalah gunakan teknologi dalam pembelajaran :

1. Penyalahgunaan teknologi

mengakibatkan peserta

didik menjadi

kecanduan dan

ketergantungan

terhadap teknologi,

sehingga dapat

mengganggu

konsentrasi Siswa terhadap pelajaran 2. Peserta didik cendrung

bergantung pada teknologi sehingga siswa kurang kreatif 3. Peserta didik dapat

berbuat curang ketika

(6)

Wawancara dengan Ibu Helda Ramadhani, S.Pd (Guru Penggerak)

Memberikan edukasi pendidikan dan kesadaran kepada peserta didik tentang penggunaan yang etis dan bertanggung jawab terhadap teknologi.

Aturan dan kebijakan serta kolaborasi orang tua yang bersinergi agar mereka perlu menyadari konsekuensi dari penyalahgunaan teknologi.

Wawancara dengan teman sejawat Ibu Mbak Hartati, M.Pd (Guru Penggerak)

Dampak dari penyalahgunaan teknologi tersebut mengakibatkan Siswa menjadi kecanduan dan ketergantungan terhadap teknologi tersebut, sehingga dapat mengganggu konsentrasi Siswa terhadap pelajaran. Teknologi juga dapat mengubah cara pandang berpikir siswa baik secara positif maupun negatif. Jika teknologi disalahgunakan maka akan timbul dampak negatif terhadap penggunanya.

Salah satu dampak negatifnya yaitu tidak ada pendidikan karakter yang tumbuh dalam diri siswa.

Selain hilangnya pendidikan karakter dalam penggunaan teknologi, juga dapat menyebabkan hilangnya pendidikan karakter di lingkungan dan sekolah, dengan tidak menghormati orang tua, guru, dan orang lain. Hilangnya rasa sopan santun, tidak disiplin, hilangnya rasa saling perduli dan tolong menolong antar sesama.

Jadi, pendidikan karakter sangat diperlukan dalam penggunaan teknologi atau dalam lingkungan sekitar. Karena pendidikan tersebut sangat penting untuk membentuk moral dan akhlak siswa. Dengan menerapkan nilai Pancasila oleh guru dan bimbingan dari orangtua terhadap siswa tersebut dapat menumbuhkan pendidikan karakter dalam diri siswa supaya menjadi siswa yang taat, disiplin, sopan santun, dan perduli terhadap sesama

Wawancara dengan Wakasek Bid. Kurikulum (Bapak Ricky Wahyu, S.Pd)

Penyalahan gunaan teknologi bagi siswa dalam pembelajaran akan berdampak sangat buruk sebab siswa cendrung bergantung pada teknologi sehingga siswa kurang kreatif

Siswa dapat berbuat curang ketika mengerjakan test ujian mereka akan berusaha mencotek jawaban yang bisa mereka peroleh dari teknologi belum lagi dengan teknologi yang serba modern saat ini kejahatan juga bisa dilakukan melalui media sosial misalnya cyber builling,perundungan,dan kejahatan lain yang sifatnya menghina atau berkata yang kurang sopan melalui mecia sosial

mengerjakan test ujian mereka

Referensi

Dokumen terkait

https://ojs.unm.ac.id/ijosc/article/view/19317/1 0214 Menurut Jalil 2021 mengemukakan dalam wawancara dengan guru BK, bahwa permasalahan yang dihadapi guru BK saat ini adalah banyak

Setelah Anda mengumpulkan informasi dari langkah-langkah di atas, Anda dapat menggunakan data yang terkumpul sebagai dasar untuk menganalisis dan mengidentifikasi penyebab masalah yang

Banyak masih berfokus pada hafalan saja atau menggunakan pola Low Order Thinking Skill LOTS yang membuat siswa selalu berada zona nyaman tanpa adanya tantangan 4 Guru masih belum

Guru belum menggunakan model dan metode pembelajaran yang tepat Jurnal artikel Pentingnya Media dalam Pembelajaran Guna Meningkatkan Hasil Belajar di Sekolah Dasar

Guru belum menggunakan model dan metode pembelajaran yang tepat Jurnal artikel Pentingnya Media dalam Pembelajaran Guna Meningkatkan Hasil Belajar di Sekolah Dasar

Guru belum menggunakan model dan metode pembelajaran yang tepat Jurnal artikel Pentingnya Media dalam Pembelajaran Guna Meningkatkan Hasil Belajar di Sekolah Dasar

guru belum mampu menguasai konsep dan strategi pembelajaran berorientasi HOTS materi pelajaran yang selalu berubah dan keterampi lan guru yang masih kurang sehingga guru masih bingung

Masalah Yang diidentifikasi Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah 1 Pedagogik, literasi, dan numerasi Kemampuan literasi dalam pelajaran