• Tidak ada hasil yang ditemukan

LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah Sulsilawati

N/A
N/A
Syafruddin Hs

Academic year: 2023

Membagikan "LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah Sulsilawati"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

(LK 1.2 EKSPLORASI PENYEBAB MASALAH) PPG DALAM JABATAN GURU SEKOLAH DASAR

TAHUN 2023

Nama : Sulsilawati No UKG : 201500676044

UNIVERSITAS HAMZANWADI

Jl. Cut Nyak Dien No.85, Pancor, Kec. Selong, Kabupaten Lombok Timur

Nusa Tenggara Barat. 83611

(2)

1 Rendahnya

motivasi siswa untuk belajar secara mandiri (Pedagogik)

Sumber Kajian Literatur :

1. Menurut Setiawan, A. (2016) Beberapa faktor yang menyebabkan motivasi belajar siswa rendah adalah kurang dukungan dari orang tua, guru atau lingkungan sekitar.

2. Artikel Kompas (2019) mengatakan motivasi belajar siswa tergolong rendah disebabkan beberapa faktor internal atau eksternal.

Sumber Wawancara

Kepala Sekolah (Usman, S.Pd.SD)

Ternyata peserta didik tidak mendapat perhatian dari orang tua oleh karena orang tua sibuk bekerja

Pakar/Ahli:

Prof. H. Iwan Jazadi, Ph.D (Ketua STKIP Paracendikia NW Sumbawa)

Jawaban beliau terhadap kurangnya motivasi belajar siswa lebih mengarah ke gurunya:

1. Kebanyakan guru hanya memahami dirinya sebagai pengajar. Padahal guru itu, disamping sebagai pengajar juga sebagai motivator bagi siswanya. Maka dari itu, sangatlah penting sebelum memulai pelajaran, siswa harus diberi motivasi terlebih dahulu

2. Kurangnya motivasi siswa dalam belajar di dalam kelas juga bisa disebabkan karena gaya dan cara penyampaian materi oleh guru

Lebih lanjut setelah dilakukan analisis terhadap rendahnya

semangat/motivasi siswa, disebabkan:

1. Pembelajaran di dalam kelas masih

monoton 2. Guru belum

merancang pembelajaran yang aktif dan menyenangka n.

3. Peserta didik kurang

mendapat perhatian dan motivasi yang kuat dalam hal pendidikan dari kedua orang tuanya karena latar belakang pendidikan orang tua dan sibukan

bekerja.

2 Guru kesulitan mengeksplor pembelajaran inovatif

KAJIAN LITERATUR

1. Kendala yang dihadapi guru dalam menerapkan model pembelajaran diantaranya adalah dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP ) guru kurang memahami langkah- langkah pembelajaran sesuai sintak yang ada pada model pembelajaran.

(Indah Fajar Friani, Sulaiman, Mislinawati: 2018) 2. Menurut pengamatan, dalam pelaksanaan

pembelajaran di kelas guru yang menggunakan model pembelajaran yang bervariatif masih sangat rendah dan guru cenderung menggunakan model konvensional pada setiap pembelajaran yang dilakukannya. Hal ini disebabkan kurangnya penguasaan tenaga pendidik terhadap model-model pembelajaran yang ada padahal penguasaan

Setelah dilakukan analisis terhadap kajian literatur dan wawancara, penyebab Penggunaan model pembelajaran inovatif yang masih belum maksimal adalah : 1. Kurangnya

penguasaan tenaga pendidik terhadap model- model

pembelajaran yang ada.

2. Guru yang telah merasa di zona nyaman dan enggan untuk

(3)

terhadap model-model pembelajaran sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan profesionalguru. (AD WIDYATAMA : 2014) http://eprints.ums.ac.id/32621/2/04.%20BAB%20I.pdf WAWANCARA :

Kepala Sekolah (Usman, S.Pd.SD)

Penyebab penggunaan model pembelajaran inovatif yakni pengetahuan guru masih kurang, guru malas untuk merubah diriny dan enggan keluar dari zona nyaman.

Rekan sejawat (Aminah, S.Pd.)

Penyebab penggunaan model pembelajaran inovatif yang masih belum maksimal dikarenakan Guru belum paham serta belum menemukan model strategi dan metode pembelajaran yg sesuai di kelas

Pengawas (H.M. Yasin, S.Pd.)

Kebanyakan guru yang sudah sepuh telah merasa di zona nyaman dan enggan untuk melakukan perubahan- perubahan untuk melakukan pembaharuan dalam model, strategi

dan metode pembelajaran. Sedangkan guru yang muda terkadang terkendala waktu dan jaringan jika hendak mengoptimalkan pembelajaran yang berbasis model, strategi dan metode pembelajaran kekinian menurut perkembangan zaman.

melakukan perubahanperuba han.

3. Terkendala waktu dan jaringan.

3 Guru

melaksanakan pembelajaran dan memberikan evaluasi

Kajian Literatur

Berdasarkan analisis hasil penelitian mengenai pengetahuan guru Sekolah Dasar tentang higher order thinking skill dalam pembelajaran matematika dapat disimpulkan bahwa pengetahuan guru tentang makna

Setelah dilakukan analisis terhadap kajian literatur dan wawancara, penyebab

(4)

pembelajaran tidak berbasis literasinumerasi serta konsep pembelajaran tipe HOTS

higher order thinking skill masih rendah. Tidak semua guru mengetahui level kognitif HOTS sesuai Taksonomi Bloom serta memaknai HOTSsecara beragam yakni sebagai keterampilan, instrumen penilaian dan proses pembelajaran. Selain itu, pengetahuan guru tentang implementasi pembelajaran matematika yang berorientasi higher order thinking skill juga masih rendah. Pada tahap perencanaan pembelajaran, guru belum dapat merumuskan tujuan pembelajaran yang memuat HOTS, walau telah mengetahui model atau metode pembelajaran yang relevan untuk diterapkan dalam mendorong pengembangan HOTS siswa. Pada tahap pelaksanaan pembelajaran, guru masih minim dalam melakukan hal-hal yang memfasiltasi peningkatan HOTS siswa.

Pada tahap evaluasi, kemampuan guru dalam menyusun instrumen penilaian HOTS masih rendah.

(Rafiq Badjeber,Nursupiamin, Agung Wicaksono, Mufidah: 2020)

https://www.researchgate.net/publication/347821490_

Wawancara

Kepala Sekolah (Usman, S.Pd.SD)

Dilaksanakan pada hari Senin tanggal 20 Nopember 2023 pada pukul 20.00 wita.

Pembelajaran di kelas masih belum berbasis HOTS (Higher Order Thinking Skill) karena guru masih mengajar dengan paradikma lama siswa hanya di suruh menghafal bukan berlatih untuk kemampuan menalar.

Selain itu dikarenakan pengetahuan guru dan murid yang kurang.

Rekan Sejawat (Haeruman, S.Pd).

Dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 21 Nopember 2023 pada pukul 09.00 wita.

Anak belum begitu memahami materi dan belum siap mengerjakan Soal -soal yang HOTS.

Pakar/Ahli (M. Arfandi, M.Pd.).

Dilaksanakan pda hari Senin tanggal 20 Nopember 2023 pada pukul 10.00 wita.

Penerapan kurikulum kita oleh guru diakui atau tidak, masih selalu mengedepankan kemampuan kognitif.

anak dikatakan cerdas apabila matematika 100, IPA 100, dan nilai pelajaran eksak lainnya sempurna. Maka tak jarang guru di sekolah berlomba-lomba mencetak generasi yang mampu menghasilkan nilai sempurna

Pembelajaran di kelas masih belum berbasis HOTS (Higher Order Thinking Skill) :

1. Paradikma lama siswa hanya di suruh menghafal bukan berlatih untuk

kemampuan menalar.

2. Kemampuan Guru sdalam menyususn pembelajaran berbasis HOTS masih rendah

(5)

untuk mapel-mapel yang sering dilombakan, dengan mengabaikan KBM yang mengedepankan kemampuan berpikir kreatif, berpikir kritis, kemampuan berargumen, dan kemampuan mengambil keputusan bagi siswa. Banyak masih berfokus pada hafalan saja atau menggunakan pola Low Order Thinking Skill (LOTS) yang membuat siswa selalu berada zona nyaman tanpa adanya tantangan

4 Guru masih belum

mengoptimalkan pemanfaatan teknologi

informasi (TIK) dalam

pembelajaran

Sumber Kajian Literatur:

Kurangnya penggunaan TIK dalam proses pembelajaran dapat disebabkan dari tiga aspek, yaitu kurangnya dukungan (lack of support), kurangnya kepercayaan (lack of confidence), dan kurangnya perlengkapan (lack of equipment)

(Suyanto. (2017). Hambatan Utama Penggunaan TIK dalam Pembelajaran dan Strategi Mengatasinya.

Dikutip dari https://suyanto.id/hambatan-utama- penggunaan-tik-dalam-pembelajaran-dan-strategi- mengatasinya/)

Sumber Wawancara

Kepala Sekolah (Usman, S.Pd.SD)

Dilaksanakan pada hari Senin tanggal 20 Nopember 2023 pada pukul 20.00 wita

1. Tidak adanya fasilitas pendukung bagi guru untuk menggunakan atau memanfaatkan teknologi informasi (TIK) seperti LCD proyektor atau semisalnya

2. Tidak adanya sumber listrik disekolah karena didesa tempat sekolah berlokasi menggunakan PLTA milik desa dan selama ini sudah rusak.

Demikian juga dengan sinyal internet sangat susah.

3. Guru tidak pernah menggunkan IT dalam proses pembelajaran

Setelah dilakukan analisis lebih lanjut diperoleh:

1. Pemahaman guru terhadap penerapan TIK di dalam pembelajaran masih terbatas.

2. Kurangnya pelatihan TIK yang didapat guru.

3. Tidak

mendukungny a sumber daya penunjang dalam penggunaan IT atau TIK dalam proses pembelajaran seperti tidaka adanya

sumber listrik di sekolah, begitu juga dengan sinyal internet yang kurang kuat atau baik.

Referensi

Dokumen terkait

Wilayah yang berada pada zona periode dominan yang sama dengan Kota Liwa, namun nilai faktor penguatan yang berbeda, yaitu Negeriratu (Kecamatan Batubrak), Batukebayan

Peserta didik dalam hal ini siswa diharapkan memperoleh keterampilan literasi melalui proses pembelajaran di sekolah, sehingga dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan

Kesiswaan Bapak Wagino, S.Pd yang pertama dari siswanya sendiri yang memang belum memahami matari yang di berikan oleh guru dan siswa tersebut enggan untuk bertanya atau siswa tersebut

Teman Sejawat : minimnya usaha guru dalam mengulang pembelajaran yang sudah diajarkan Dari hasil kajian literatur dan hasil wawancara yang didapat serta dikonfirmasi melalui observasi

Tugas-tugas mengikuti PPG Daljab tahun

lembar kerja dalam jabatan ppg