• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH AKMAN KEL 2

N/A
N/A
Nihayatus Sya'adah

Academic year: 2024

Membagikan "MAKALAH AKMAN KEL 2"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP COST VOLUME AND PROFIT DAN PERENCANAAN LABA

Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Akuntansi Manajemen Dosen Pengampu : Dr. Sri Rokhlinasari, SE, M.Si

Disusun Oleh : Kelompok 2

Sari Artika Devi : 2108205098 Winda Novianah : 2108205110 Rizal Nurdin : 2108205127 Nisa Choerunisa : 2108205132

PRODI AKUNTANSI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON TAHUN AKADEMIK 2023/2023

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah segala puji serta syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat iman dan nikmat IslamNya, sehingga penulis dapat mengerjakan dan menyelesaikan salah satu tugas dari mata kuliah “Akuntansi Manajemen” yang berupa sebuah karya tulisan makalah yang membahas tentang “Konsep Cost Volume and Profit dan Perencanaan Laba”.

Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada sang panutan alam semesta, yakni baginda Nabi Muhammad SAW. Kepada keluarganya, sahabat-sahabatnya, tabi’in- tabi’atnya, serta mudah-mudahan kepada umatnya yang menantikan syafa’at di hari kiamat nanti. Aamiin.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi para pembaca semuanya. Kemudian dengan hati yang lapang, penulis menerima kritik ataupun saran jika ada kesalahan dan kekeliruan dalam makalah ini, guna melengkapi dan membenarkan karya tulisan makalah penulis.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Cirebon, 12 Maret 2023

Penulis

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... 2

DAFTAR ISI ... 3

BAB I ... 4

PENDAHULUAN ... 4

Latar Belakang ... 4

Rumusan Masalah ... 4

Tujuan Penulisan ... 4

BAB II ... 5

PEMBAHASAN ... 5

Pengertian Cost Volume and Profit ... 5

Pengertian Perencanaan Laba... 6

Perencanaan Multi Product Entity... 9

BAB II ... 17

PENUTUP... 17

Kesimpulan... 17

DAFTAR PUSTAKA ... 18

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perusahaan memiliki tujuan untuk mencapai keuntungan dari setiap penjualan barang ataupun jasa. Hal ini dilakukan untuk kelangsungan hidup perusahaan tersebut.

Karena itu dibutuhkan manajemen yang baik dalam mengatur perusahaan dalam menghadapi berbagai macam persaingan yang ketat. Manajemen yang baik dapat membantu perusahaan mencapai tujuan yang diharapkan dengan cara yang efektif dan efisien. Manajemen harus memperkirakan hal-hal yang akan dilakukan untuk kemajuan perusahaan tersebut dalam penjualan produk yang dilakukan dengan menganalisis biaya, produk yang dijual, dan laba yang akan didapatkan nantinya.

Manajemen juga harus bisa mengambil keputusan bisnis agar dapat bertahan dalam persaingan yang ada dan untuk memperkecil kegagalan.

Analisis cost volume profit (CVP) merupakan alat analisis bagi manajemen tentang hubungan antara biaya, volume penjualan, dan laba. Dengan melakukan analisis CVP dapat diketahui hubungan antara perubahan volume penjualan dan perubahan terhadap harga jual dan jumlah biaya (biaya tetap dan variabel).Analisis CVP membantu manajer memahami perilaku biaya total produk, serta laba operasi kerika terjadi perubahan tingkat output, harga jual, biaya variable, atau biaya tetap.

Jadi, manajemen dapat menentukan volume penjualan dan bauran produk yang dibutuhkan untuk mencapai tingkat laba yang diharapkan dengan sumber daya yang dimiliki.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang terdapat rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apa pengertian cost volume and profit

2. Apa pengertian perencanaan laba

3. Bagaimana perencanaan multi product entity C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penyusunan makalah ini sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengertian cost volume profit 2. Untuk mengetahui pengertian perencanaan laba 3. Untuk mengetahui perencanaan multi product entity

(5)

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Cost Volume and Profit

Analisis Cost Volume Profit (CVP) merupakan metode untuk menganalisis bagaimana keputusan operasi dan keputusan pemasaran mempengaruhi laba bersih, berdasarkan pemahaman tentang hubungan antara biaya variabel, biaya tetap, harga jual per unit, dan tingkat output. Analisis CVP juga merupakan suatu alat yang sangat berguna dalam perencanaan dan pengambilan keputusan, karena analisis CVP sangat menekankan keterkaitan antara biaya, kuantitas yang terjual, harga jual dan semua informasi keuangan yang ada didalam perusahaan.

Analisis Cost Volume Profit (CVP) merupakan teknik untuk menghitung dampak perubahan harga jual, volume penjualan, dan biaya terhadap laba untuk membantu manajemen dalam perencanaa laba jangka pendek. Analisis CVP dapat menjadi alat yang berharga untuk mengidentifikasi luas dan besarnya masalah ekonomi yang dihadapi oleh perusahaan dan membantu menunjukkan secara tepat jawaban yang diperlukan. Analisis CVP juga dapat ditujukan pada banyak isu lainnya, seperti: jumlah unit yang harus dijual agar mencapai titik impas yaitu titik dimana pendapatan dan biaya setara atau dengan kata lain perusahaan tidak mendapatkan laba/rugi; dampak pengurangan biaya tetap pada titik impas; dan dampak peningkatan harga pada laba.

Sebagai tambahan, analisis CVP memungkinkan manajer untuk melakukan analisis sensitivitas dengan menguji pengaruh berbagai tingkat harga atau biaya pada laba. Adapun asumsi-asumsi itu muncul atas dasar :

a. Konsep tentang variabilitas cost dapat diterima, karena itu biaya harus realistis diklasifikasikan sebagai variabel dan tetap

b. Range yang relevan pada semua tahap analisis harus ditentukan c. Harga jual per unit tidak berubah jika terjadi perubahan volume d. Hanya dijual satu jenis produk

e. Jika analisis digunakan untuk berbagai produk atau kombinasi produk, salesmix- nya harus tetap atau konstan

f. Kebijaksanaan manajemen terhadap operasi perusahaan tidak berubah secara material dalam jangka pendek

g. Tingkat harga umum stabil dalam jangka pendek

(6)

h. Singkronisasi antara penjualan dan produksi, yang berarti tingkat inventori harus konstan atau nol

i. Efisiensi dan produktifitas tidak mengalami perubahan-perubahan, khususnya dalam jangka pendek.

Karakteristik CVP

1. Digunakan untuk menentukan volume penjualan dan bauran produk untuk mencapai tingkat laba yang dikehendaki

2. Semua biaya harus dapat dipisahkan menjadi fixed cost dan variabel cost.

3. Rumus :

Laba = Total Pendapatan – Biaya Variable – Biaya Tetap Atau

TR = FC + VC + Profit Dimana : TR = total revenue

FC = Fixed Cost VC = Variable Cost 2. Pengertian Perencanaan Laba

Menurut (Budiwibowo, 2012) perencanaan laba (profit planning) merupakan suatu perencanaan yang digambarkan secara kuantitatif dalam keuangan dan ukuran kuantitatif lainnya, yang di dalamnya ditentukan tujuan laba yang ingin dicapai perusahaan. Pada dasarnya perencanaan laba merupakan suatu perencanaan yang di dalamnya memuat langkah – langkah yang harus di tempuh perusahaan dalam mencapai tujuannya yaitu target laba yang ingin dicapai.

1. Beberapa manfaat dan keunggulan dari perencanaan laba adalah sebagai berikut : a. Perencanaan laba menyediakan suatu pendekatan yang disiplin terhadap

identifikasi dan penyelesaian masalah.

b. Perencanaan laba menyediakan arahan ke semua tingkat manajemen.

c. Perencanaan laba meningkatkan koordinasi.

d. Perencanaan laba merupakan suatu cara untuk memperoleh ide dan kerja sama dari semua tingkatan manajemen.

e. Perencanaan laba merupakan suatu tolok ukur untuk mengevaluasi kinerja aktual dan meningkatkan kemampuan dari setiap individu. Hal ini mendorong untuk merencanakan bekerja secara efisien.

2. Keterbatasan Perencanaan Laba Keterbatasan perencanaan laba adalah sebagai berikut :

a. Perkiraan bukanlah ilmu pasti.

b. Perencanaan laba dapat memfokuskan perhatian manajemen pada tujuan yang tidak selalu sesuai dengan tujuan keseluruhan organisasi.

(7)

c. Perencanaan laba harus memperoleh komitmen dari manajemen puncak dan kerja dari semua anggota manajemen.

d. Penggunaan perencanaan laba secara berlebih sebagai alat evaluasi dapat menyebabkan perilaku disfungsional.

e. Perencanaan laba tidak menghilangkan atau menggantikan peran administrasi.

f. Penyusunan perencanaan laba memakan waktu.

3. Penyajian Laporan Berdasarkan Hasil Perencanaan Laba 1. Laba Rugi

Laporan ini mengenai kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba atau keuntungan didalam laporan ini akan disajikan seluruh pendapatan dan beban-beban atau pengeluaran suatu perusahaan dalam satu periode akuntansi. Apabila pendapatan lebih besar dari pengeluaran perusahaan maka dapat dikatakan perusahaan mengalami laba dan sebaliknya apabila pengeluaran lebih besar dari pendapatan maka perusahaan mengalami rugi. Contoh :

(8)

2. Neraca

Neraca berisi tentang harta. utang dan modal perusahaan yang disusun dengan sistematis dalam suatu periode akuntansi. Berikut contoh neraca

CV. ADITIYA PRATAMA LAPORAN LABA RUGI PER 31 DESEMBER 2016 Pendapatan

Penjualan Rp11.947.053.880

Pembelian Rp10.323.498.434

Laba Kotor Rp 1.623.555.446

Beban

Beban Angkutan Pembelian Rp 4.935.000

Beban Pengiriman Rp 145.343.365

Beban Perlengkapan Rp 3.545.000 Bebabn Penyusutan Kendaraan Rp 1.445.000 Bbeban Gaji Karyawan Rp 151.200.000 Beban Tunjangan Hari Raya Rp 12.600.000 Beban Listrik, Telkom Rp 16.948.036 Beban Lain-Lain Rp 8.217.631

Total Beban Rp 344.234.032

Laba Bersih Rp 1.279.321.414

(9)

3. Perencanaan Multi Product Entity

Perencanaan multi product entity adalah perencanaan untuk beberapa produk yang diproduksi suatu perusahaan untuk mengetahui berapa unit yang perlu dijual untuk masing masing produk. Tidak semua perusahaan dalam kegiatan produksinya hanya memproduksi satu jenis produk saja. Bagi perusahaan yang memiliki lebih dari satu jenis produk maka dalam menghitung titik impasnya harus terlebih dahulu

NERACA CV. ADITIYA PRATAMA

31 DESEMBER 2016

Aktiva

Aktiva Lancar

Kas Rp 1.605.901.414

Perlengkapan Rp 96.545.000

Jumlah Aktiva Lancar Rp 1.702.446.414

Aktiva Tetap

Kendaraan Rp 138.720.000

Akumulasi Kendaraan Rp (1.445.000)

Jumlah Aktiva Tetap Rp 137.275.000

Total Aktiva Rp 1.839 .721.414

Passiva

Utang Usaha Rp -

Modal Akhir Rp 1.839.721.414

Total Passiva Rp 1.839.721.414

(10)

dihitung bauran penjualannya. Dalam pencatatan ini menggunakan analisi BEP Multi Produk.

1. Break Even Point (Analisis Titik Impas)

Break Even Point merupakan suatu teknik yang digunakan oleh perusahaan untuk mengetahui volume penjualan minimum yang harus dicapai agar perusahaan tidak mengalami kerugian akan tetapi belum mendapatkan laba. Cost volume profit analysis seringkali diartikan sebagai analisis break even point. Hal ini sangat disayangkan karena analisis break even point hanyalah satu elemen dalam cost volume profit analysis, walaupun merupakan elemen yang penting.

Saat suatu perusahaan memiliki keingintahuan mengenai pendapatan, beban dan laba yang berpengaruh ketika volume penjualan berubah dapat dimulai dari penentuan titik impas perusahaan dalam jumah unit produk yang dijualnya. Titik impas menurut Hansen dan Mowen (2009:4) merupakan titik dimana total pendapatan yag diterima sama dengan total biaya yang dikeluarkan, dimana laba perusahaan sama dengan nol. Perusaahaan yang mengalami BEP sudah pasti tidak dalam keadaan rugi atau mendapatkan keuntungan. adapun beberapa tujuan yang ingin dicapai dari penggunaan analisis titik impas, yaitu:

a) Mendesain spesifikasi produk. Analisis titik impas memberikan perbandingan antara biaya dengan harga untuk berbagai desain sebelum spesifikasi produk ditetapkan

b) Menentukan harga jual per satuan. Di samping pertimbangan biaya yang akan dikeluarkan, harga jual juga terkait dengan pihak pesaing yang memiliki produk yang sejenis

c) Menentukan jumlah produksi atau penjualan minimal agar tidak mengalami kerugian. Maksudnya adalah agar perusahaan mampu menentukan batas jumlah produksi dalam kondisi tidak rugi dan tidak laba dari kapasitas produksi yang dimilikinya

d) Memaksimalkan jumlah produksi. Maksudnya adalah agar jangan sampai ada kapasitas produksi yang menganggur. Kemudian perusahaan juga mampu menjaga agar berproduksi secara efisien

e) Merencanakan laba yang diinginkan. Besarnya laba dapat kita ukur dari batas minimal produk atau dari total rupiah yang diproduksi. Kemudian mampu merencanakan atau menentukan jumlah keuntungan setiap unit produksi yang dijual

(11)

Analisis titik impas juga memiliki beberap kelemahan yang pasti ada dan tidak dapat dihindari. Berikut beberapa kelemahan analisisi titik impas :

a) Perlu asumsi Analisis titik impas membutuhkan banyak asumsi, terutama mengenai hubungan antara biaya dengan pendapatan. Padahal terkadang asumsi yang digunakan sudah tidak sesuai dengan realita yang terjadi ke depan

b) Bersifat statis Analisis ini hanya digunakan pada titik tertentu, bukan pada suatu periode tertentu.

c) Tidak digunakan untuk mengambil keputusan akhir. Analisis titik impas hanya baik digunakan jika ada penentuan kegiatan lanjutan yang dapat dilakukan

d) Tidak menyediakan pengujian aliran kas yang baik Jika aliran kas telah ditentukan melebihi aliran kas yang harus dikeluarkan, proyek dapat diterima dan hal-hal lainnya dianggap sama

e) Hubungan penjualan dan biaya Hubungan penjualan dan biaya adalah dalam hal biaya, jika penjualan dilakukan dalam kapasitas penuh, tetapi memerlukan tambahan penjualan, akan ada tambahan biaya tenaga kerja atau upah yang mengakibatkan naiknya biaya variabel dan jika diperlukan tambahan peralatan atau pabrik. Maka, biaya tetap juga akan meningkat f) Kurang mempertimbangkan risikorisiko yang terjadi selama masa penjualan

Selama masa penjualan begitu banyak risiko yang mungkin dihadapi, misalnya kenaikan harga bahan baku, yang akan berpengaruh terhadap harga jual dan pada akhirnya akan berpengaruh kepada jumlah penjualan secara keseluruhan, baik unit maupun rupiah.

g) Pengukuran kemungkinan penjualan Jika hendak membuat grafik pulang pokok yang didasarkan kepada harga penjualan yang konstan, untuk melihat kemungkinan laba pada berbagai tingkat harga harus dibuatkan semua seri grafik untuk tiap tingkat harga

BEP akan membantu manajer dalam mengatur tujuan penjualan yang dapat menghasilkan laba yang diharapkan dari operasi yang berlangsung. Dalam penentuan BEP manajer harus memiliki pemahaman mengenai pendapatan dan biaya yang dikeluarkan perusahaan. BEP dapat disimpulkan bahwa dimana keadaan perusahaan tidak dalam kerugian atau keuntungan yaitu biaya yang sudah dikeluarkan perusahaan sama besarnya dengan pendapatan yang

(12)

diterimanya. BEP dapat dihitung dengan menggunakan persamaan atau menggunakan metode margin kontribusi.

a) Metode persamaan (equation method) dalam penghitungan BEP

Metode Persamaan (equation method) adalah metode yang berdasarkan pada pendekatan laporan laba rugi. Penentuan break even atau impas dengan teknik persamaan dilakukan dengan mendasarkan pada persamaan pendapatan sama dengan biaya ditambah laba.

Titik impas dalam penjualan (Rp) b)

c) d) e) f)

Contoh : Emma menjual barang seharga $200, dengan variabel cost $120, dan fixed cost $2000. Berapa unit barang yang dijual Emma pada saat BEP? Dan berapa pendapatan yang diterima Emma ketika BEP?

(p x Q) – (VC X Q) – FC = Operating Income Keterangan : P = Selling Price

Q = Quantity of units sold VC = Variable cost per unit FC = Fixed Cost

Jawab = (p x Q) – (VC x Q) – FC = Operating Income ($200 x Q) – ($120 x Q) - $2000 = 0

$80 x Q = $2000 Q = 25 units

Berarti, jika Emma menjual kurang dari 25 unit, ia akan mengalami rugi, jika ia menjual 25 unit ia akan mengalami impas, dan jika ia menjual lebih dari 25 unit ia akan mendapatkan laba. Breakeven Revenue = 25 units x $200 = $5000

Laba Operasi = Pendapatan- Biaya Variabel-Biaya Tetap

Laba Operasi = (harga jual x jumlah unit output terjual)- (biaya variabel per unitx jumlah unit output terjual)-Biaya Tetap

Atau

(13)

b) Metode margin kontribusi titik impas dalam penjualan (Rp)

Metode Kontribusi Unit merupakan variasi metode persamaan. Setiap unit atau satuan produk yang terjual akan menghasilkan jumlah margin kontribusi tertentu yang akan menutup biaya tetap. Metode kontribusi unit adalah metode jalan pintas dimana harus diketahui nilai margin kontribusi

2. Contribution Margin

CM adalah kelebihan pendapatan penjualan di atas biaya variabel. CM adalah jumlah yang tersisa dari pendapatan penjualan dikurangi dengan beban variabel (Garrison et all,2014:209).

Rumus yang digunakan dalam menghitung CM, margin rasio merupakan perbandingan CM dengan total penjualan (Winarko et al., 2017). Contribution margin rasio mengidentifikasi jumlah kenaikan atau penurunan laba yang disebabkan kenaikan atau penurunan penjualan tertentu dalam Rupiah. Menurut Winarko et al., (2017) dan Murthosiyah et al., (2015) contribution margin rasio dapat dihitung menggunakan :

Margin Kontribusi = Penjualan – Biaya Variabel CM Rasio = Total CM / Total Penjualan

CM yang rendah akan mengakibatkan BEP yang tinggi sedangkan CM yang tinggi akan mengakibatkan BEP yang rendah. Tinggi rendahnya BEP yang dicapaiakan berpengaruh pada laba yang diterima oleh perusahaan yaitu sampai padatingkat batas keselamatan.

Cara 2 :

CM per unit x Q – FC = Operating

(14)

Dimana CM atau Contribution Margin didapat melalui price selling dikurangi dengan variable cost (p-vc).

Ada tiga kemungkinan penghitungan contribution margin 1. CM = FC Atau dalam kondisi impas (BEP)

2. CM > FC CM dapat menutup fixed cost dan masih ada sisa, sehingga perusahaan mendapatkan laba

3. CM < FC CM tidak dapat menutup biaya tetap, sehinga perusahaan mengalami rugi

Jawab :

CM per unit x Q – FC = Operating Income CM per unit x Q – FC = 0

CM per unit x = Fixed Cost

Q = fixed cost/CM per unit = $2000/$80 per unit = 25 units

Breakeven Revenue= 25 x $200= $5000

3. Margin of Safety (Analisis Margin Keamanan)

MOS merupakan jumlah penjualan yang direncanakan di atas titik impas.

Kelebihan dari penjualan dalam dollar yang telah dianggarakan di atas titik impas nilai penjualan dalam dalam rupiah adalah MOS.

Hasil perhitungan titik keamanan menunjukkan jumlah sampai seberapa besar penjualan dapat turun sehingga sampai pada titik impas. MOS yang memiliki nilai yang tinggi akan menunjukan rendahnya resiko perusahaan untuk tidak mencapai titik impas. Perhitungannya dapat dinyatakan dalam unit, satuan uang, dan persentase. MOS yang besar menunjukkan bahwa kondisi perusahaan tidak dalam bahaya, dan sebaliknya jika MOS kecil mendekati nol persen menunjukkan bahwa perusahaan dalam kondisi bahaya yaitu akan mengalami titik impas. Jika MOS negatif berarti perusahaan dalam kondisi bahaya, yaitu mengalami kerugian. Menghitung MOS :

MOS = penjualan aktual – BEP

MOS (%) = MOS / total penjualan yang dianggarkan (actual)

(15)

MOS dapat juga dinyatakan dalam rupiah atau dalam bentuk persentase.

Persentase ini dicari dengan membagi margin pengamanan penjualan dengan jumlah rupiah penjualan, seperti dalam rumus berikut :

MOS (Rp) = MOS (Rp) / TOTAL penjualan actual ( di anggarkan) * 100%

Biaya tetap yang digunakan untuk mengurangi biaya variabel dengan sedemikian rupa akan berdampak pada peningkatan CM dan penurunan laba, maka tingkat OL naik yang menunjukan bahwa adanya peningkatan risiko.

4. Degree of Operating Leverage

Pada manajemen keuangan perusahaan pada umumnya dikenal dua macam leverage, yaitu operating leverage dan financial leverage. Operating leverage dapat digambarkan secara mudah dengan menggunakan laporan rugi laba.

Leverage ini membandingkan pengaruh pedapatan (penjualan) terhadap perubahan keuntungan operasional (operating income).

Operating leverage menurut Hanafi (2004:329) bisa diartikan sebagai seberapa besar perusahaan menggunakan beban tetap operasional. Beban tetap operasional biasanya berasal dari biaya depresiasi, biaya produksi dan pemasaran yang bersifat tetap (misalnya gaji karyawan). Sebagai kebalikannya adalah beban (biaya) variabel operasional. Contoh biaya variabel operasional adalah biaya tenaga kerja yang dibayar berdasarkan produk yang dihasilkan (misalnya karyawan harian perusahaan tembakau, dibayar Rp.1000,00 untuk setiap kilogram tembakau yang dikeringkannya). Komposisi biaya tetap/variabel yang berbeda mempunyai implikasi yang berbeda terhadap risiko dan keuntungan yang diharapkan oleh perusahaan.

Perusahaan yang menggunakan biaya tetap dalam proporsi yang tinggi (relatif terhadap biaya variabel) dikatakan menggunakan operating leverage yang tinggi. Dengan kata lain, degree of operating leverage (DOL) untuk perusahaan tersebut tinggi. Perubahan penjualan yang kecil akan mengakibatkan perubahan pendapatan yang tinggi (lebih sensitive). Jika perusahaan mempunyai degree of operating leverage (DOL) yang tinggi, tingkat penjualan yang tinggi akan menghasilkan pendapatan yang tinggi. Tetapi sebaliknya, jika tingkat penjualan turun secara signifikan, perusahaan tersebut akan mengalami kerugian. Dengan demikian DOL diibaratkan seperti pisau dengan dua mata bisa membawa manfaat, sebaliknya bisa juga merugikan.

(16)

Adapun kegunaan dari operating leverage adalah leverage operasi dapat mengukur perubahan pendapatan atau penjualan terhadap keuntungan operasi perusahaan. Dilihat dari kegunaan operating leverage, dapat disimpulkan bahwa perusahaan dapat mengetahui perubahan laba operasi sebagai akibat perubahan penjualan, sehingga perusahaan dapat mengetahui keuntungan operasi perusahaan.

Rumus Degree of Operating Leverage : DOL = CM / Penghasilan Bersih

5. Shut Down Point

Shut Down Point memberikan informasi pada tingkat penjualan berapa suatu usaha secara ekonomis sebaiknya ditutup karena pendapatan penjualannya hanya dapat digunakan untuk menutup biaya tunai saja. Apabila ditinjau dari sudut biaya, pengambilan keputusan untuk menutup usaha dilakukan dengan mempertimbangkan pendapatan penjualan dengan biaya tunai (cash cost out atau out of pocket cost atau biaya keluar dari saku). Suatu usaha harus dihentikan apabila pendapatan yang diperoleh tidak dapat menutup biaya tunainya.

(17)

BAB II PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Analisis biaya volume laba (cost-volume-profit analysis) adalah analisis pola-pola prilaku biaya yang mendsari hubungan-hubungan antara biaya,volume, dan laba. Analisi biaya-volume-laba kerap pula disebut analisis impas (break-even analysis) karena signifikansisme mengacu pada sebuah pemicu biaya aktivitas, seperti unit penjualan, yang diasumsikan berkorelasi dengan perubahan-perubahan pendapatan, biaya, dan laba. Analisis biaya- volume-laba merupakan persoalan yang kompleks karena hubungan-hubungan tersebut kerap dipengaruhi oleh faktor-faktor yang seluruhnya atau sebagian diluar kendali manajemen.

Untuk menanalisis cost-volume-profit dapat menggunakan analisa break even point, analisa contribution margin dan contribution margin ratio, analisa margin of safety, dan total operating laverage serta analisa perencanaan laba. Dengan analisa diatas kita dapat menghitung jumlah biaya, produk, dan laba yang dicapai.

Break Even Point (BEP) merupakan suatu kondisi di mana suatu perusahaan tidak mendapatkan keuantungan dan juga tidak mendapat kerugian. Analisa Break Even Point (BEP) merupakan sebuah analisa untuk menentukan pada produksi atau tingkat penjualan berapa sehingga suatu perusahaan berada pada posisi tidak untung dan tidak rugi, atau dengan kata lain berada pada titik impas.

Analisis Break Even Point (BEP) mempunyai manfaat sebagai dasar perencanaan produksi dan penjualan bagi manajemen.Akan tetapi di balik kegunaannya, analisa ini juga menyimpan kekurangan-kekurangan berkaitan dengan linierity, klasifikasi biaya, dan jangka waktu penggunaan. Metode

menghitung Break Even Point (BEP) ada beberapa cara, yaitu metode persamaan, metode kontribusi unit, dan metode grafis. Ketiga metode apabila

diterapkan akan menghasilkan angka yang sama.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Maruta, H. (2018). Analisis Break Even Point (BEP) sebagai dasar perencanaan laba bagi manajemen. JAS (Jurnal Akuntansi Syariah), 2(1), 9-28.

Hassanah, A., & Daud, R. M. (2019). Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba (Studi Kasus Pada Umkm Dendeng Sapi Di Banda Aceh). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi, 4(2), 190-214.

Pelawiten, A., & Ilat, V. (2014). Analisis Cost Volume Profit Untuk Perencanaan Laba Pada UD Gladys Bakery. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, 2(2).

Yanto, M. (2020). Penerapan Cost–Volume–Profit (CVP) sebagai Dasar Perencanaan Laba pada CV. Usaha Bersama Tanjungpinang. Jurnal Dimensi, 9(2), 369-386.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penentuan tarif sewa kamar di Hotel Santika Premiere Jogja pada saat low season menggunakan metode analisis titik

Break even point atau analisis titik impas (BEP) umumnya berhubungan dengan suatu proses penentuan tingkat produksi suatu usaha agar kegiatan yang dilakukan dapat membiayai

&#34;# Prinsip %valuasi kadar sianida d%ngan m%t'd% d%stilasi adalah m%misahkan dua atau l%&amp;ih k'mp'n%n ang m%miliki p%r&amp;%daan titik  didih ang jauh# S%dangkan

Dalam penelitian ini dianalisis semua biaya yang dibutuhkan dalam menentukan harga pokok produksi unit rumah dengan menggunakan metode analisis titik impas (Break Even Point

Break even point atau analisis titik impas (BEP) umumnya berhubungan dengan proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang dilakukan dapat

Analisis struktur hasil sintesis ditentukan dengan bantuan FTIR dan 1 H-NMR, sedangkan untuk karakterisasinya dilakukan dengan penentuan titik leleh, penentuan berat

Break even point atau analisis titik impas (BEP) umumnya berhubungan dengan proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang dilakukan dapat

Laporan Akhir ini berjudul “Analisis Perhitungan Break Even Point dalam Membantu Perencanaan Laba Pada Toko Rudi Palembang” membahas tentang penentuan titik impas atas penjualan pada