MAKALAH ILMU FIQIH
Disusun oleh:
Nadya Nabilah Khairunnisa 241211133
PRODI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH UNIVERSITAS RADEN MAS SAID SURAKARTA
2024
PENDAHULUAN
Pernikahan adalah kesepakatan antara seorang pria dan seorang wanita yang diikat oleh ijab qabul, disaksikan oleh dua orang saksi, melibatkan mahar, dan memerlukan wali nikah.
Allah SWT menciptakan manusia sejak zaman Nabi Adam A.S agar mereka dapat hidup berpasangan. Manusia diciptakan dengan tujuan untuk saling mengenal dan melindungi satu sama lain. Karena tidaklah mungkin bahwa setiap manusia tidak menginginkan kebahagiaan, dan salah satu cara untuk mencapainya adalah melalui perkawinan. Setelah menikah, kebahagiaan pasangan terasa lebih sempurna karena dengan demikian mereka telah melengkapi separuh agama mereka Pernikahan dalam Islam adalah ikatan yang menghubungkan laki-laki dan perempuan melalui akad untuk mehalalkan hubungan intim dengan penuh kerelaan, disertai dengan kasih sayang dan ketentraman yang diridhoi oleh Allah SWT sebagaimana halnya dalam keluarga para Nabi dan Rasul.
Tujuan dari pernikahan telah diatur oleh Allah SWT, hingga akhirnya setiap pasangan memiliki keturunan. Allah SWT tidak menganggap manusia sama dengan makhluk lain yang memiliki hubungan tanpa aturan dan hidup secara bebas, tetapi Allah SWT memberikan tata cara, yaitu antara laki-laki dan perempuan, dan jika aturan ini dilanggar, maka akan ada konsekuensi sesuai dengan perbuatan yang dilakukan. Dalam ajaran Islam setiap individu yang berumah tangga disarankan untuk dapat Mencapai dan merasakan bahwa rumah tangganya merupakan tempat peristirahatan yang damai dan nyaman bagi seluruh anggota keluarganya.
Namun pada kenyataannya tidak semua keluarga sakinah dapat berjalan lancar dan seringkali muncul masalah bahkan ada beberapa keluarga yang harus berpisah dalam perjalanan kehidupan pernikahannya.Sebuah keluarga dapat menjadi keluarga sakinah jika semua anggota keluarga memenuhi hak dan kewajibannya dengan baik, termasuk kewajiban terhadap lingkungan sekitar, masyarakat, keluarga, diri sendiri, dan Allah SWT.
Di era modern seperti sekarang, perkembangan teknologi yang terus meningkat setiap tahun, serta masalah yang semakin kompleks, memiliki dampak signifikan pada kehidupan berumah tangga. Karena kebutuhan ekonomi terus meningkat, mungkin saja nafkah suami dengan penghasilan yang kurang memadai tidak akan cukup. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman dan kerjasama antara suami dan istri untuk menjaga kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga, sehingga kehidupan rumah tangga tetap harmonis meskipun menghadapi tantangan ekonomi.
Itu sebabnya disekolah-sekolah di tingkat Madrasah Aliya (SMU) sudah diajarkan materi munakahat ini sebagai bahan persiapan sebelum berumah tangga. Di tingkat perguruaan tinggi agama Islam juga dimasukkan salah satu mata kuliah yang membahas secara mendalam agar semua mahasiswa memiliki ilmu seputar urusan rumah tangga.
BAB I
LATAR BELAKANG
Pernikahan merupakan fenomena sosial yang kompleks dan multifaset, tidak hanya mereduksi sebagai ikatan antara dua individu, tetapi juga sebagai institusi sosial yang signifikan dalam struktur masyarakat. Dalam konteks global, pernikahan telah menjadi tradisi yang universal, tapi dalam konteks budaya dan agama, pernikahan memiliki interpretasi dan regulasi yang berbeda-beda.
1. Struktur Keluarga: Pernikahan merupakan fondamen pembangunan keluarga yang stabil dan harmonis. Keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah (tenang, penuh kasih sayang, dan rahmat) adalah idaman banyak orang, karena ia mencerminkan nilai- nilai moral dan spiritual yang kuat dalam masyarakat.
2. Dampak Sosial-Ekonomi: Pernikahan tidak hanya mempengaruhi individu saja, tapi juga memiliki dampak signifikan pada struktur sosio-ekonomi masyarakat. Ia membantu dalam pewarisan warisan, penyelesaian masalah reproduktif, serta mempromosikan stabilitas ekonomi melalui partisipasi aktif anggota keluarga dalam produksi dan konsumsi.
3. Agama Islam dan Fiqih Munakahat: Di Indonesia, mayoritas penduduknya beragama Islam, sehingga pemahaman tentang fiqih munakahat sangat penting. Fiqh munakahat adalah cabang ilmu fiqih yang mengatur tentang pernikahan dan segala hal yang berkaitan dengannya. Aturan-aturan ini tidak hanya bertujuan untuk menjaga kesucian pernikahan, tetapi juga untuk mencapai tujuan utama pernikahan, yakni membangun keluarga yang harmonis dan beriman.
4. Masalah Kurangnya Pemahaman: Namun, masih banyak masyarakat yang kurang memahami ketentuan dan hukum yang berlaku dalam fiqih munakahat. Hal ini dapat menyebabkan kesalahpahaman dan pelanggaran syariat, yang pada gilirannya dapat mengganggu stabilitas keluarga dan masyarakat.
5. Perlunya Penjelasan Komprehensif: Oleh karena itu, perlunya adanya penjelasan yang komprehensif tentang fiqih munakahat. Penjelasan ini harus meliputi definisi, tujuan, rukun nikah, hak dan kewajiban suami istri, serta implikasi-implikasinya dalam praktik sehari-hari. Dengan demikian, masyarakat dapat memahami betapa pentingnya
mempraktikkan hukum-hukum perkawinan Islam demi menjaga kesucian dan tujuan pernikahan.
BAB II PEMBAHASAN
1.
Definisi dan Tujuan Fiqih MunakahatFiqih munakahat adalah cabang ilmu fiqih yang secara khusus mengatur tentang pernikahan dan segala hal yang berkaitan dengannya. Istilah "munakahat" berasal dari kata Arab "nakaha," yang berarti menikah atau berhubungan. Dalam konteks ini, fiqih munakahat mencakup berbagai aspek hukum dan etika yang berkaitan dengan proses pernikahan, mulai dari persiapan hingga pelaksanaan dan konsekuensi setelahnya.
Ruang Lingkup Fiqih Munakahat
Fiqih munakahat meliputi beberapa ketentuan penting, antara lain:
1. Syarat dan Rukun Nikah: Ini mencakup syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh kedua calon pengantin, seperti keabsahan wali, adanya dua saksi, dan ijab kabul yang sah.
2. Perjanjian Nikah: Dalam fiqih munakahat, pernikahan dianggap sebagai perjanjian yang kuat (اظًيلِغَ اقًاثَيمِ) antara suami dan istri. Ini mencerminkan komitmen untuk hidup bersama dalam harmoni dan saling menghormati.
3. Hak dan Kewajiban Suami Istri: Fiqqih munakahat juga mengatur hak-hak dan kewajiban masing-masing pihak dalam pernikahan, termasuk tanggung jawab finansial, emosional, dan sosial.
4. Putusnya Perkawinan: Ketentuan tentang talak atau perceraian juga menjadi bagian dari fiqih munakahat. Meskipun perceraian diperbolehkan dalam Islam, hal ini sangat tidak dianjurkan dan harus dihindari sebisa mungkin.
Tujuan Fiqih Munakahat
Tujuan utama dari fiqih munakahat adalah untuk membangun keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai tujuan tersebut:
1. Keluarga Sakinah: Keluarga sakinah merujuk pada keluarga yang tenang dan stabil secara emosional. Fiqih munakahat bertujuan untuk menciptakan lingkungan rumah tangga yang damai, di mana setiap anggota merasa aman dan nyaman.
2. Mawaddah: Mawaddah berarti cinta kasih yang tulus antara suami istri. Fiqih munakahat mengatur hubungan suami istri agar saling mencintai dan menghormati satu sama lain, sehingga tercipta hubungan yang harmonis.
3. Rahmah: Rahmah menggambarkan kasih sayang yang mendalam dalam keluarga.
Tujuan ini menekankan pentingnya empati dan perhatian antar anggota keluarga, sehingga mereka dapat saling mendukung dalam suka maupun duka.
4. Pelaksanaan Ibadah: Selain aspek sosial dan emosional, fiqih munakahat juga bertujuan untuk memperlancar pelaksanaan ibadah dalam kehidupan sehari-hari.
Pernikahan dianggap sebagai salah satu bentuk ibadah kepada Allah SWT, di mana pasangan diharapkan dapat saling membantu dalam menjalankan kewajiban agama.
5. Mengurangi Angka Perceraian: Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip fiqih munakahat secara benar, diharapkan angka perceraian dapat diminimalisir. Hal ini penting mengingat tingginya angka perceraian saat ini sering kali disebabkan oleh kurangnya pemahaman tentang hukum-hukum pernikahan dalam Islam.
2. Rukun dan Syarat Nikah Rukun nikah terdiri dari:
Calon Suami: Harus memenuhi syarat sebagai suami.
Calon Istri: Harus memenuhi syarat sebagai istri.
Wali: Wali nikah harus ada untuk melangsungkan akad.
Dua Saksi: Harus ada dua saksi laki-laki yang adil.
Akad Nikah: Pernyataan ijab kabul antara kedua belah pihak.
Syarat nikah meliputi:
Kedua calon harus beragama Islam.
Tidak ada halangan syar'i untuk menikah (misalnya, mahram) 3. Maslahat Nikah Perspektif Keindonesiaan
Pernikahan di Indonesia membawa banyak maslahat, seperti:
Membangun keluarga yang harmonis.
Menjaga keturunan dan generasi penerus.
Memperkuat ikatan sosial antar keluarga.
Mendorong tanggung jawab sosial dan ekonomi 4. Hukum Nikah Perspektif Fiqih
Dalam perspektif fiqih, hukum nikah dibagi menjadi:
Wajib: Jika seseorang takut terjerumus ke dalam zina.
Sunnah: Bagi orang yang mampu tetapi tidak menikah.
Makruh: Jika menikah tanpa niat yang baik
5. Hukum Nikah Perspektif Aturan Perundang-undangan Negara
Di Indonesia, hukum pernikahan diatur dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, yang menegaskan bahwa:
Pernikahan adalah sah jika dilakukan menurut ketentuan agama masing-masing.
Terdapat perlindungan terhadap hak-hak suami istri serta anak-anak
6. Esensi dan Hikmah di Balik Syariat Pernikahan
Syariat pernikahan tidak hanya mengatur hubungan antara suami dan istri tetapi juga menciptakan stabilitas sosial. Hikmah dari pernikahan termasuk:
Meningkatkan kualitas kehidupan spiritual.
Menjaga kehormatan diri dan keluarga.
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
Fiqih munakahat memberikan panduan jelas mengenai pernikahan dalam Islam, dengan tujuan untuk mencapai kehidupan keluarga yang harmonis dan berkualitas. Pemahaman tentang rukun, syarat, serta maslahat pernikahan sangat penting bagi masyarakat Indonesia agar dapat menjalani kehidupan berkeluarga dengan baik.
SARAN
Disarankan agar masyarakat lebih memahami fiqih munakahat melalui pendidikan agama yang lebih intensif serta sosialisasi mengenai hukum-hukum perkawinan agar dapat mengurangi kesalahpahaman mengenai pernikahan.
DAFTAR PUSTAKA
Mega Utami Imyansah, Indah Mutia, Deta Rehulina, Naura Azifa, Putri Adillah, &
Wismanto Wismanto. (2024). Fiqih Munakahat Dalam Pendidikan Islam.
ALFIHRIS : Jurnal Inspirasi Pendidikan, 2(2), 119–132.
https://doi.org/10.59246/alfihris.v2i2.776
Nur, Syamsiah, D. (2022). Fikih Munakahat Hukum Perkawinan dalam Islam. Ii.
Basri, R. (2019). FIQH MUNAKAHAT 4 Mazhab dan Kebijakan Pemerintah.
Abidin, A. S. (1999). Fiqh Munakahat.
Supriadi, D. (2009). Fiqih Munakahat Perbandingan. IAIN Surakarta, 32.
Amin, H. M. M. (2002). Seri B : Fiqh Munakahat, 40.