ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN LUKA BAKAR
Dosen Pengampu : Dafid Arifiyanto, M. Kep.,Ns.,Sp.Kep.M.B
Mata Kuliah : Keperawatan Dewasa Sistem Muskuloskeletal, Integumen, Persepsi Sensori, dan Pernapasan
Disusun Oleh:
1. Lahfa Kamila 202102030039
2. Devita Rachmawati 202102030108
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN TAHUN AJARAN 2023/2024
ii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Keperawatan Dewasa Sistem Muskuloskeletal, Integumen, Persepsi Sensori, dan Pernapasan dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Luka Bakar”. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.
Pekalongan, 3 Oktober 2023
Penyusun
iii DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan ... 2
C. Manfaat ... 2
BAB II TINJAUAN TEORI ... 3
A. Definisi ... 3
B. Etiologi ... 3
C. Patofisiologi dan Pathway ... 4
D. Klasifikasi ... 6
E. Manifestasi Klinis ... 8
F. Komplikasi ... 10
G. Pemeriksaan Diagnostik ... 10
H. Program Terapi... 11
I. Proses Keperawatan ... 14
BAB III TINJAUAN KASUS ... 19
A. Pengkajian ... 19
B. Diagnosa ... 22
C. Intervensi ... 22
D. Implementasi ... 27
E. Evaluasi ... 29
BAB IV PEMBAHASAN ... 31
A. Pengkajian ... 31
B. Diagnosa Keperawatan... 31
C. Intervensi ... 32
iv
D. Implementasi ... 32
E. Evaluasi ... 32
BAB V PENUTUP ... 34
A. Kesimpulan ... 34
B. Saran ... 34
DAFTAR PUSTAKA ... 35
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Luka bakar merupakan masalah kesehatan masyarakat global. Hal ini disebabkan karena tingginya angka mortalitas dan morbiditas luka bakar, khusus pada negara dengan pendapatan rendah-menengah, dimana lebih dari 90% angka kejadian Juka bakar menyebabkan kematian (mortalitas) bagaimana juga, kematian bukanlah satu-satunya akibat dari luka bakar.
Banyak penderita luka bakar yang akhirnya mengalami kecacatan (morbiditas), hal ini tak jarang menimbulkan stigma dan penolakan masyarakat.
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringanyang disebabkan kontak dengan sumber yang memiliki suhu yang sangat tinggi (misalnya api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi) atau suhu yang sangat rendah. Luka bakar adalah luka yang paling sering di alami oleh manusia di bandingkan dengan luka lain. Luka bakar dapat terjadi karena adanya kontak dengan sumber panas ataupun suhu yang sangat rendah, zat kimia, listrik, radiasi dan cahaya. Berbagai aktifitas sehari-hari yang dilakukanpun dapat menjadi penyebab terjadinya luka bakar misalnya kecelakaan yang menyebabkan meledaknya kendaraan, memegang peralatan dalam keadaan panas sewaktu memasak, tersengat arus listrik ataupun karena sebab lainnya (Azhari, 2012).
Permasalahan yang dialami oleh penderita luka bakar, selain komplikasi, adalah proses penyembuhan luka bakar yang lama. Epitelisasi merupakan proses yang penting pada saat penyembuhan luka bakar karena epitel melindungi tubuh dari paparan lingkungan. Selain itu, epitel juga berguna dalam melindungi tubuh dari invasi bakteri, trauma, dan kehilangan cairan.
Semakin cepat proses repitelisasi epidermis, maka semakin cepat proses penyembuhan luka. Oleh karena itu diperlukan suatu terapi yang dapat digunakan untuk mempercepat proses repitelisasi epidermis pada luka bakar.
2 B. Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui tentang definisi luka bakar 2. Mahasiswa mampu mengetahui tentang etiologi luka bakar
3. Mahasiswa mampu mengetahui tentang patofisiologi dan pathways luka bakar
4. Mahasiswa mampu mengetahui tentang klasifikasi dan tanda gejala luka bakar
5. Mahasiswa mampu mengetahui tentang komplikasi luka bakar
6. Mahasiswa mampu mengetahui tentang pemeriksaan diagnostik luka bakar 7. Mahasiswa mampu mengetahui tentang program terapi luka bakar
8. Mahasiswa mampu mengetahui tentang proses keperawatan 9. Mahasiswa mampu mengetahui tentang tinjauan kasus luka bakar 10. Mahasiswa mampu mengetahui tentang pembahasan kasus luka bakar C. Manfaat
Menambah wawasan kasus tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan luka bakar.
3 BAB II TINJAUAN TEORI A. Definisi
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringanyang disebabkan kontak dengan sumber yang memiliki suhu yang sangat tinggi (misalnya api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi) atau suhu yang sangat rendah. Luka bakar adalah luka yang paling sering di alami oleh manusia di bandingkan dengan luka lain. Luka bakar dapat terjadi karena adanya kontak dengan sumber panas ataupun suhu yang sangat rendah, zat kimia, listrik, radiasi dan cahaya. Berbagai aktifitas sehari-hari yang dilakukanpun dapat menjadi penyebab terjadinya luka bakar misalnya kecelakaan yang menyebabkan meledaknya kendaraan, memegang peralatan dalam keadaan panas sewaktu memasak, tersengat arus listrik ataupun karena sebab lainnya (Azhari, 2012).
Luka bakar juga merupakan kerusakan kulit tubuh yang di sebabkan oleh trauma panas atau trauma dingin (frost bite). Pasien luka bakar berat adalah pasien dengan luka bakar derajat II- III > 20% pada pasien <10 tahun atau >50 tahun: atau luka bakar derajat II-III >25% pada kelompok usia lain atau luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum; atau terdapat trauma inhalasi; atau luka bakar listrik tegangan tinggi, atau luka bakar disertai trauma lain; atau pasien dengan risiko tinggi.
B. Etiologi
Luka bakar dapat disebabkan oleh berbagai hal diantaranya adalah 1. Suhu tinggi (Thermal Burn)
Luka bakar karena panas (suhu tinggi) merupakan luka bakar yang disebabkan karena terpapar atau kontak dengan api, cairan panas atau objek-objek panas lainnya seperti gas dan bahan padat (solid).
2. Bahan kimia (Chemical Burn)
Luka bakar kimia disebabkan oleh adanya kontak jaringan kulit dengan asam atau basa kuat (zat kimia). Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya cidera karena zat kimia ini. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena kontak
4
dengan zat-zat pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang industri, pertanian dan militer. Lebih dari 25.000 produk zat kimia diketahui dapat menyebabkan luka bakar kimia.
3. Sengatan listrik (Electrical Burn)
Luka bakar yang disebabkan oleh karena adanya kontak antara tubuh manusia dengan energi listrik. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang elektrik its sampai mengenal tubuh.
4. Radiasi (Radiation Injury)
Luka bakar radiasi disebabkan oleh karena tubuh manusia terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe cidera ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industri atau dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Contoh lain adalah terpaparnya tubuh manusia yang terlalu lama oleh sinar matahari juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi.
C. Patofisiologi dan Pathway 1. Patofisiologi
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh. Panas tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik, derajat luka bakar yang berhubungan dengan beberapa faktor penyebab, konduksi jaringan yang terkena dan lamanya kulit kotak dengan sumber panas. Cidera luka bakar mempengaruhi semua system organ. Besarnya respon patofisiologis berkaitan dengan luasnya luka bakar dan mencapai masa stabil ketika terjadi luka bakar kira-kira 60% seluruh luas permukaan tubuh. Tingkat keperawatan perubahan tergantung pada luas dan kedalaman luka bakar yang akan menimbulkan kerusakan dimulai dari terjadinya luka bakar dan akan berlangsung sampai 48- 72 jam pertama.
Kondisi ditandai dengan pergerseran cairan dari komponen vaskuler ke ruang intertestitium. Bila jaringan terbakar, vasodilatasi meningkatkan permeabilitas kapiler, dan timbul perubahan permeabilitas sel pada yang luka bakar dan sekitarnya. Dampaknya jumlah cairan yang banyak berada
5
pada ekstra sel, sodium chloride dan protein lewat melalui darah byang terbakar dan akan membentuk gelembung-gelembung dan odema atau keluar melalui luka terbuka. Akibat adanya odema luka bakar pada lingkungan kulit akan mengalami kerusakan. Kulit sebagai barier mekanik berfungsi sebagai mekanisme pertahanan diri yang sangat penting, dari organisme yang mungkin masuk. Terjadinya kerusakan lingkungan kulit akan memungkinkan mikro organisme masuk dalam tubuh dan akan menyebabkan infeksi pada luka yang dapat memperlambat proses penyembuhan luka.
2. Pathway
6 D. Klasifikasi
1. Dalamnya luka bakar
Kedalaman Penyebab Penampilan Warna Perasaan
Ketebalan partial superfisial (tingkat I)
- Jilitan api - sinar
ultraviolet (terbakar oleh matahari)
Kering tidak ada
gelembung, oedem
menimal atau tidak ada.
Pucat bila ditekan dengan ujung jari, berisi kembali bila tekanan dilepas.
Bertambah merah.
Nyeri
Lebih dalam dari ketebalan partial
(tingkat II)
- Kontak dengan bahan air atau bahan padat.
- Jilatan api ke pakaian - Jilatan
langsung kimiawi - Sinar
ultraviolet
Blister besar dan lembab yang ukurannya bertambah besar.
Pucat bial ditekan dengan ujung ujung jari, bila tekanan dilepas berisi kembali.
Berbintik- bintik yang kurang jelas, putih, coklat, pink, daerah merah coklat.
Sangat nyeri
Ketebalan sepenuhnya (tingkat III)
- Kontak dengan
Kering disertai kulit
mengelupas.
Putih, kering,
o Tidak sakit, sedikit sakit.
7 bahan cair atau padat - Nyala api - Kimia - Kontak
dengan arus listrik
Pembuluh darah seperti arang terlihat kulit yang mengelupas.
Gelembung jarang.
Dindingnya sangat tipis.
Tidak membesar.
Tidak pucat bila ditekan.
hitam, coklat tua.
Hitam.
Merah.
o Rambut mudah lepas bila dicabut
2. Luas luka bakar
Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule of nine atau rule of Wallace yaitu
a) Kepala dan leher : 9%
b) Lengan masing-masing : 9%
c) Badan depan 18%. Badan belakang 18% : 36%
d) Tungkai masing-masing 18% : 36%
e) Genetalia/perineum : 1%
Total 100 % 3. Berat ringannya luka bakar
Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa faktor antara lain :
a) Persentasi area (luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh.
b) Kedalaman luka bakar.
c) Anatomi lokasi luka bakar.
d) Umur klien.
e) Riwayat pengobatan yang lalu.
f) Trauma yang menyertai atau bersamaan.
8
American college of surgeon membagi dalam:
a) Parah-critical:
1) Tingkat II: 30% atau lebih. b) Tingkat III: 10% atau lebih.
2) Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah.
3) Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung, fractura, soft tissue yang luas.
b) Sedang moderate:
1) Tingkat II: 15-30%
2) Tingkat III: 1-10%
c) Ringan-minor:
1) Tingkat II: kurang 15%
2) Tingkat III: kurang 1%
E. Manifestasi Klinis
1. Berdasarkan kedalaman luka bakar (Nurarif & Kusuma, 2015: 208) : a. Luka bakar derajat I
1) Kerusakan terjadi pada pada lapisan epidermis 2) Kulit kering, hiperemi berupa eritema
3) Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi 4) Penyambungan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari b. Luka bakar derajat II
1) Bagian Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupareaksi inflamasi disertai proses eksudasi
2) Dijumpai bullae
3) Nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi
4) Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal
5) Kerusakan mengenai superfisial dari dermis
6) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, klenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh
7) Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari.
8) Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis.
9
9) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh.
10) Penyembuhan terjadi lebih lama, tergntung epitel yang tersisa.
c. Luka bakar derajat III
1) Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih dalam
2) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea mengalami kerusakan.
3) Tidak dijumpai bullae
4) Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Karena kering letaknya lebih rendah dibanding kulit sekitar
5) Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai eksar.
6) Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensai, oleh karena ujung- ujung saraf sensorik mengalami kerusakan/kematian
7) Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses epitelisasi spontan dari dasar luka.
2. Berdasarkan tingkat keseriusan luka
American Burn Association Dalam (Nurarif & Kusuma, 2015: 208) menggolongkan luka bakar menjadi tiga kategori :
a. Luka bakar mayor
1) Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan lebih dari 20% pada anak-anak
2) Luka bakar fullthickness lebih dari 20%
3) Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki dan perineum
4) Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa memperhitungkan derajat dan luasnya luka.
5) Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi b. Luka bakar moderat
1) Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10- 20%pada anak-anak
10
2) Luka bakar fullthickness kurang dari 10%
3) Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki dan perinium.
c. Luka bakar minor
1) Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan kurang dari 10% untuk anak-anak
2) Luka bakar fullthickness kurang dari 2%
3) Tidak terdapat luka bakar didaerah wajah, tangan dan kaki 4) Luka tidak sirkumfer
5) Tidak dapat trauma inhalasi, elektrik, dan fraktur F. Komplikasi
1. Curting Ulcer/Dekubitus 2. Sepsis
3. Pneumonia
4. Gagal Ginjal Akut 5. Deformitas
6. Kontraktur dan Hipertrofi Jaringan parut
Komplikasi yang lebih jarang terjadi adalah edema paru akibat sindrom gawat panas akut (ARDS, acute respiratory disters syndrome) yang menyerang sepsis gram negatif. Sindrom ini diakibatkan oleh kerusakan kapiler paru dan kebocoran cairan kedalam ruang interstisial paru.
Kehilangan kemampuan mengembang dan gangguan oksigen merupakan akibat dari insufisiensi paru dalam hubungannya dengan siepsis sistemik.
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Hitung darah lengkap: Peningkatan hematokrit menunjukkan hemokonsentrasi sehubungan dengan perpindahan cairan. Menurutnya hematokrit dan sel darah merah terjadi sehubungan dengan kerusakan oleh panas terhadap pembuluh darah.
2. Leukosit akan meningkat sebagai respons inflamasi
3. Analisa Gas Darah (AGD): Untuk kecurigaan cedera inhalasi
4. Elektrolit Serum. Kalium meningkat sehubungan dengan cedera jaringan, hipokalemia terjadi bila diuresis.
11
5. Albumin serum meningkat akibat kehilangan protein pada edema jaringan 6. Kreatinin meningkat menunjukkan perfusi jaringan
7. EKG: Tanda iskemik miokardia dapat terjadi pada luka bakar
8. Fotografi luka bakar: Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar selanjutnya.
H. Program Terapi
Penatalaksanan 24 Jam Pertama. Prinsip-Prinsip Primary Survey Dan Secondary Survey Pada Trauma (Atls) Dan Resusitasi Secara Simultan Harus Diterapkan, sebelum melakukan pertolongan pertama, petugas medik diharuskan menggunakan alat pelindung diri (sarung tangan, goggle glass, dan baju pelindung khusus) sebelum menangani pasien.
1. Primary Survey Segera identifikasi kondisi-kondisi mengancam jiwa dan lakukan manajemen emergensi.
A (Airway) : Penalataksanaan jalan nafas dan manajemen tulang cervical
B (Breathing) : Pernafasan dan ventilasi
C (Circulation) : Sirkulasi dengan kontrol perdarahan
D (Disability) : Status neurogenik
E (Exposure) : Paparan dan Pengendalian lingkungan a. Airway Maintenance with C-spine control
1) Cek patensi jalan napas dengan cara berbicara dengan pasien 2) Bersihkan jalan nafas dari benda asing
3) Lakukan Chin lift, Jaw thrust
4) Hindari melakukan hiperfleksi atau hiperekstensi kepala dan leher
5) Kontrol tulang cervical dengan rigid collar
6) Awasi tanda-tanda trauma inhalasi – laringoskopi – trauma inhalasi confirm – intubasi – gagal intubasi – trakeostomi.
Tanda trauma inhalasi:
a) Look: luka bakar pada wajah, bulu hidung terbakar, sputum berjelaga, cuping hidung membesar, sesak napas, retraksi trakea, retraksi supraclavicular, retraksi intercostals
12
b) Listen: suara serak, batuk kasar, stridor inspiratoir, batuk produktif
b. Breathing and ventilation
1) Periksa tanda - tanda hipoksia dan hiperventilasi atau hipoventilasi
2) Hati-hati pasien dengan intoksikasi carbon monoksida, tampak cherry pink dan tidak bernafas.
3) Pastikan ekspansi dada adekuat dan simetris.
4) Berikan oksigen 100% high flow 10-15 liter per menit melalui non-rebreathing mask - jika tetap sesak – bagging – ventilasi mekanik.
5) Hati-hati luka bakar sirkumferensial pada dada, jika ada pertimbangkan eskarotomi.
c. Circulation with haemorrhage control
1) Lakukan penekanan luka jika terdapat perdarahan aktif 2) Cek nadi sentral
3) Cek tekanan darah
4) Cek capillary refill jika capillary refill memanjang, mengindikasikan terjadi hypovolemia atau terdapat luka bakar sirkumferensial pada ektremitas (pertimbangkan eskarotomi) 5) Cari tanda-tanda syok: akral dingin, nadi lemah, hipotermia,
takikardia, CRT > 2 detik. Jika terdapat tanda – tanda syok, pasang infus 2 jalur (2 perifer atau 1 perifer 1 sentral atau 2 sentral) menggunakan abbocath no.18 dengan cairan RL 20 ml/kg berat badan
6) Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah perifer lengkap, Analisa gas darah, PT, APTT, Albumin.
d. Disability: Neurological status 1) Cek derajat kesadaran :
a) AVPU b) GCS
13 2) Cek refleks pupil
3) Hati – hati pada pasien dengan hipoksemia dan syok karena dapat terjadi penurunan kesadaran dan gelisah.
e. Exposure with Environmental Control
1) Melepas semua pakaian dan aksesoris yang melekat pada tubuh pasien
2) Lakukan log roll untuk melihat permukaan posterior pasien 3) Jaga pasien tetap dalam keadaan hangat
4) Menghitung luas luka bakar dengan metode Rules of Nine 5) Mengetahui derajat kedalaman luka bakar (derajat I, IIA, IIB,
III) f. Fluid
Pemberian cairan dengan Formula Modifikasi Parkland 1. Dewasa : 3-4 ml x kg berat badan x % TBS
2. Anak : 3-4 ml x kg berat badan x %TBSA + maintenance dengan D5½NS (maintenance: 100 ml/kg sampai 10 kg + 50 ml/kg dari 11-20 kg + 20 ml/kg >20 kg)
3. Setengah dari jumlah cairan diberikan pada 8 jam pertama dan setengah cairan sisanya diberikan dalam 18 jam selanjutnya.
4. Gunakan cairan Kristaloid (Hartmann solution) seperti Ringer Lactat
5. Monitor keadekuatan resusitasi dengan cara :
a) Memasang urine catheter dan menghitung urin output tiap jam
b) Cek EKG, nadi, tekanan darah, frekuensi nafas, saturasi oksigen, Analisa gas darah, ureum, creatinine, elektrolit, lactat, CK, CKMB.
6. Target resusitasi:
a) Tanda vital stabil: HR< 140, MAP >60
b) Urine output: dewasa : 0,5-1 ml/kgBB/jam, khusus luka bakar listrik 2 ml/kgBB/jam anak : 1-2 ml/kgBB/jam dengan warna urin kuning jernih
14 c) Akral hangat.
7. Analgesia
Manajemen nyeri dengan pemberian Morfin 0,05-0,1 mg/kg berat badan.
8. Tests
Lakukan pemeriksaan X-Ray:
a) Lateral cervical b) Thorax – Pelvis
c) Pemeriksaan lainnya sesuai indikasi 9. Tubes
Pasang NGT (nasogastric tube) untuk dekompresi lambung dan mencegah gastroparesis.
I. Proses Keperawatan 1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Resiko luka bakar setiap umur berbeda anak dibawah 2 tahun dan diatas 60 tahun mempunyai angka kematian lebih tinggi, pada umur 2 tahun lebuh rentan terkena infeksi.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Sumber kecelakaan
Sumber panas atau penyebab yang berbahaya
Gambaran yang mendalam bagaimana luka bakar terjadi
Faktor yang mungkin berpengaruh seperti alkohol, obat-obatan
Keadaan fisik disekitar luka bakar
Peristiwa yang terjadi saat luka sampai masuk ke RS.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Penting untuk menentukan apakah pasien mempunyai penyakit yang merubah kemampuan untuk memenuhi keseimbangan cairan dan daya pertahanan terhadap infeksi (seperti DM, gagal jantung, sirosis hepatis, gangguan pernafasan) Pemeriksaan Fisik dan psikososial :
Aktifitas/istirahat
15
Tanda penurunan kekuatan, tahanan, keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit: gangguan masa otot, perubahan tonus.
d. Sirkulasi
Apakah ada tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20 % APTT):
hipotensi (syok): penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar) e. Eliminasi
Apaah ada tanda: haluaran urine menurun; warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengidentifikasikan kerusakan otot dalam; diuresis, penurunan bising usus
f. Makanan/cairan:
Apakah ada oedema jaringan umum, anoreksia, mual/muntah g. Neurosensori:
Apakah ada area batas, kesemutan, dan tanda perubahan orientasi, afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan integritas kulit b.d bahan kimia iritatif b. Gangguan rasa nyaman b.d luka bakar
c. Nyeri akut b.d kerusakan kulit/jaringan d. Risiko infeksi b.d kerusakan integritas kulit 3. Fokus Intervensi
a. Gangguan integritas kulit b.d bahan kimia iritatif Intervensi : Perawatan Integritas kulit
- Identifikasi penyebab luka bakar.
- Identifikasi durasi terkena luka bakar dan riwayat penanganan luka sebelumnya.
- Gunakan teknik aseptik selama merawat luka.
- Lepaskan balutan lama dengan menghindari nyeri dan perdarahan.
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
16
- Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein - Kolaborasi prosedur debridement, jika perlu
- Kolaborasi pemberian antibiotic b. Gangguan rasa nyaman b.d luka bakar
Intervensi : Manajemen Nyeri
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respons nyeri nonverbal
- Identifikasi faktor yang memperberat rasa nyeri - Identifikasi pengetahuan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan - Monitor efek samping penggunaan analgetik
- Berikan terapi komplementer untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pemijatan, aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin)
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri - Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
- Ajarkan terapi komplmenter untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
Relaksasi, pijat, distraksi, terapi bermain) - Informasikan penggunaan analgetik - Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu c. Nyeri akut b.d kerusakan kulit atau jaringan
Intervensi : Manajemen Nyeri
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respons nyeri nonverbal
17
- Identifikasi faktor yang memperberat rasa nyeri - Identifikasi pengetahuan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan - Monitor efek samping penggunaan analgetik
- Berikan terapi komplementer untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pemijatan, aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin)
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri - Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
- Ajarkan terapi komplmenter untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
Relaksasi, pijat, distraksi, terapi bermain) - Informasikan penggunaan analgetik - Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu d. Resiko Infeksi b.d kerusakan integritas kulit
Intervensi : Pencegahan Infeksi
- Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik - Terapeutik
- Berikan perawatan kulit pada area edema
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien
- Pertahankan tehnik aseptik pada pasien beresiko tinggi - Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar - Ajarkan etika batuk
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi - Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan - Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
18 4. Implementasi
Implementasi pada pasien luka bakar adalah disesuaikan intervensi keperawatan.
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi disesuaikan dengan kriteria hasil.
19 BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Ny.D
TTL : Painan/2-3-1976
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Salido
Tanggal Masuk : 5-7-2018 Status Perkawinan : Kawin
Suku : Minang/Indonesia
Diagnosa Medis : Luka Bakar
Keluarga terdekat yang dapat dihubungi
Nama : Ny.S
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Salido
Hubungan dengan klien : Anak 2. Alasan Masuk
Klien masuk IGD Puskesmas Salido dengan keluhan luka bakar pada tangan kiri klien akibat sengatan listrik, luka bakar sekitar 19 % termasuk luka bakar derajat 1 / penanganan pertama diberikan cairan NaCl yang dibasahi dengan kasa steril. Keadaan umum klien lemah, jalan nafas klien tidak terganggu.
3. Primary Survey a. Airway
Jalan nafas paten dan tidak ada sumbatan jalan nafas b. Breathing
Pernafasan klien 20 x/I dan tidak ada suara nafas tambahan
20 c. Circulation
Perdarahan tidak ada dan suhu tubuh 36,90C d. Disability
Keadaan umum lemah dan tingkat, kesadaran compos mentis 4. Secondary Survey
a. Kepala
1) Rambut klien berwarna hitam 2) Rambut klien bersih
3) Kepala tidak ada pembengkakan b. Mata
1) Simetris kiri dan kanan 2) Pupil isokhor
3) Konjungtiva tidak anemis 4) Reflek pupil terhadap cahaya (+) c. Hidung
1) Simetris kiri dan kanan 2) Penciuman tidak terganggu 3) Tidak ada kelainan
4) Mukosa hidung tidak meradang d. Mulut
1) Tonsil tidak meradang 2) Mukosa bibir kering 3) Tidak ada masa e. Leher
1) Tidak ada pembengkakan 2) Tidak ada kelainan f. Thorak
1) I : ictus cordis tidak ada terlihat 2) P : ictus cordis tidak teraba 3) P : nyeri tekan tidak ada 4) A : irama reguler g. Abdomen
21 1) I : tidak ada kelainan 2) P : tidak ada bising usus 3) P : nyeri tekan tidak ada 4) A : bising usus 14x/i h. Ekstremitas
1) Tangan kiri klien ada luka bakar 2) Tangan kiri klien memerah
3) Tangan kiri klien meradang & terasa nyeri i. Neurologis
1) Keadaan umum klien lemah 2) Tangan kiri klien terasa sakit 3) Tangan kiri klien memerah 5. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan tangan kiri klien tersengat listrik, Klien mengatakan tangan kiri klien luka, Klien mengatakan tangan kiri klien terasa nyeri dan perih, Klien mengatakan skala nyeri sedang, Klien mengatakan tangan kiri memerah. Hasil observasi menunjukkan bahwa Klien tampak meringis sambil memegang daerah tangan yang terkena sengatan listrik, Tangan kiri klien terdapat luka bakar, Luka bakar pada tangan kiri terlihat memerah, Skala nyeri 4.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan tidak atau belum pernah mengalami luka bakar, klien mengatakan belum pernah dirawat, klien juga mengatakan tidak memiliki alergi terhadap obat.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan kalau keluarga klien tidak ada menderita penyebab yang sama, klien mengatakan tidak ada memiliki riwayat penyakit keturunan seperti DM dan hipertensi
6. Data Fokus a. Data Subjektif
1) Klien mengatakan tangan kiri klien tersengat listrik
22
2) Klien mengatakan tangan kiri klien luka
3) Klien mengatakan tangan kiri klien terasa nyeri dan perih 4) Klien mengatakan skala nyeri sedang
5) Klien mengatakan tangan kiri memerah b. Data Objektif
1) Klien tampak meringis sambil memegang daerah tangan yang terkena sengatan listrik
2) Tangan kiri klien terdapat luka bakar
3) Luka bakar pada tangan kiri terlihat memerah 4) Skala nyeri 4
5) Persentasi luka bakar sekitar 19 % 6) Suhu=36,90C
7) Nadi =78x/i 8) Pernafasan =20x/i
9) Tekanan Darah=110/70 mmHg 10) BB=54 Kg TB=158 cm
B. Diagnosa
1. Nyeri akut b/d kerusakan kulit/jaringan
2. Gangguan integritas kulit b/d bahan kimia iritatif 3. Resiko infeksi b/d kerusasakan integritas kulit C. Intervensi
No Tgl/Jam Diagnosis Keperawatan
Rencana Tujuan Intervensi
1 5/7/2018 Nyeri akut b/d kerusakan kulit/jaringan
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x24 jam maka diharapkan tingkat nyeri menurun, dengan kriteria hasil :
1. Keluahan nyeri menurun
2. Meringis menurun
Manajemen Nyeri Observasi
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi kualitas, intensitas nyeri 2. Identifikasi skala
nyeri
23
3. Sikap protektif menurun
4. Gelisah menurun 5. Kesulitan tidur
menurun
6. Perasaan depresi (tertekan) menurun 7. Ketegangan otot
menurun
3. Identifikasi respons nyeri nonverbal 4. Identifikasi faktor
yang memperberat rasa nyeri
5. Identifikasi
pengetahuan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
7. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan 8. Monitor efek samping penggunaan analgetik Terapeutik
1. Berikan terapi komplementer untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pemijatan, aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin) 2. Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa nyeri
24
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
1. Ajarkan terapi komplmenter untuk mengurangi rasa nyeri (mis. Relaksasi, pijat, distraksi, terapi bermain) 2. Informasikan
penggunaan analgetik Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu 2 5/7/2018 Gangguan
integritas kulit b/d bahan kimia iritatif
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x24 jam maka diharapkan perfusi jaringan meningkat, dengan kriteria hasil:
Kulit pasien dapat kembali normal dengan kriteria hasil:
1. Elastisitas meningkat 2. Kerusakan jaringan
menurun
Perawatan Integritas kulit
Observasi
1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
Terapeutik
1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring 2. Lakukan pemijatan
pada area penonjolan tulang
25
3. Kerusakan lapisan kulit menurun 4. Kemerahan menurun 5. Nyeri menurun
3. Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode diare 4. Gunakan produk
berbahan petrollum atau minyak pada kulit kering 5. Gunakan produk
berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit sensitive 6. Hindari produk
berbahan dasar alcohol pada kulit kering
Edukasi 1. Anjurkan
menggunakan pelembab
2. Anjurkan minum air yang cukup
3. Anjurkan
meningkatkan asupan nutrisi
4. Anjurkan
meningkatkan asupan buah dan sayur 5. Anjurkan
menghindari terpapar suhu ekstrem
26
6. Anjurkan
menggunakan takbir surya SPF minimal 30 saat berada di luar rumah
7. Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya
3 5/7/2018 Resiko infeksi b/d
kerusasakan integritas kulit
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x24 jam maka diharapkan kemerahan menurun, dengan kriteria hasil : 1. Kemerahan tidak ada 2. Rasa panas menurun 3. Eksudat tidak ada 4. Pus tidak ada 5. Edema tidak ada
Pencegahan Infeksi Observasi
1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik Terapeutik
1. Berikan perawatan kulit pada area edema 2. Cuci tangan sebelum
dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien 3. Pertahankan tehnik
aseptik pada pasien beresiko tinggi
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar 3. Ajarkan etika batuk 4. Ajarkan cara
memeriksa kondisi luka atau luka operasi
27
5. Anjurkan
meningkatkan asupan nutrisi
6. Anjurkan
meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
D. Implementasi
TGL/JAM No.
Diagnosa
Tindakan Keperawatan Evaluasi pasien
5-7-2018 Jam 09.00 WIB
D.0077 1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi 2. Mengobservasi reaksi nonverbal
dari ketidaknyamanan
3. Mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
4. Membantu mengurangi faktor presipitasi nyeri
5. Mengajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dalam, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin 6. Melakukan kolaborasi dalam
memberikan analgetik untuk mengurangi nyeri
DS
- Klien mengatakan tangan kiri klien tersengat listrik - Klien mengatakan
tangan kiri klien luka
- Klien mengatakan tangan kiri klien terasa nyeri dan perih
- Klien mengatakan skala nyeri 4 - Klien mengatakan
skala nyeri sedang - Klien mengatakan
tangan kiri memerah DO
28
7. Membantu pasien meningkatkan istirahat
8. Memberikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur 9. Memonitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik pertama kali
- Klien tampak meringis
- Skala nyeri sedang - Klien tampak
gelisah - Suhu = 36,90C - Nadi = 78x/i - Pernafasan = 20x/i - Tekanan Darah =
110/70 mmHg 5-7-2018 Jam
09.00 WIB
D.0129 1. Menganjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
2. Menghindari kerutan pada tempat tidur
3. Menganjurkan pasien untuk
menjaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
4. Memonitor kulit akan adanya kemerahan
5. Mengoleskan lotion atau
minyak/baby oil pada derah yang tertekan
6. Memonitor aktivitas dan mobilisasi pasien
7. Memonitor status nutrisi pasien
DS
- Klien mengatakan luka bakar pada tangan kirinya tampak memerah DO
- Luka bakar tampak memerah
- Klien tampak gelisah
5-7-2018 Jam 09.00 WIB
D.0142 1. Memonitor perawatan kulit pada area edema atau luka
2. Memonitor sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
DS
- Klien mengatakan tangan kiri klien luka
29
3. Menganjurkan pasien untuk
menjaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
4. Memonitor kulit akan adanya kemerahan
5. Memonitor kondisi luka
6. Memonitor status nutrisi pasien
- Klien mengatakan tangan kiri memerah DO
- Luka bakar tampak memerah
- Klien tampak meringis
E. Evaluasi
Hari/Tanggal/Jam Diagnosa Keperawatan Evaluasi Respon 5-7-2018 Jam
09.00 WIB
Nyeri akut b/d kerusakan kulit/jaringan
S
- Klien mengatakan tangan kiri klien tersengat listrik
- Klien mengatakan tangan kiri klien luka
- Klien mengatakan tangan kiri terasa nyeri dan perih
- Klien mengatakan skala nyeri 4 - Klien mengatakan skala nyeri
sedang
- Klien mengatakan tangan kiri memerah
O
- Klien tampak meringis - Skala nyeri sedang - Klien tampak gelisah - Suhu=36,90C
- Nadi =78x/i - Pernafasan =20x/i
- Tekanan Darah=110/70 mmHg A
- Masalah nyeri akut belum teratasi
30
P
- Lanjutkan intervensi 5-7-2018 Jam
09.00 WIB
Gangguan integritas kulit b/d bahan kimia iritatif
S
- Klien mengatakan luka bakar pada tangan kirinya tampak memerah O
- Luka bakar tampak memerah - Klien tampak gelisah
A
- Masalah gangguan integritas kulit belum teratasi
P
- Lanjutkan intervensi 5-7-2018 Jam
09.00 WIB
Resiko infeksi b/d kerusakkan integritas kulit
S
- Klien mengatakan tangan kiri klien luka
- Klien mengatakan tangan kiri memerah
O
- Luka bakar tampak memerah - Klien tampak meringis
A
- Masalah risiko infeksi belum teratasi
P
- Lanjutkan intervensi
31 BAB IV PEMBAHASAN A. Pengkajian
1. Identitas Diri
Dalam melakukan pengkajian kasus pada klien, data bisa didapatkan dari klien, keluarga dan juga perawat di Puskesmas.
2. Keluhan utama
Pada keluhan utama dalam tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus tidak ada terdapat kesenjangan data pada saat dilakukan pengkajian.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pada tinjauan teoritis dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan data, karena pada kasus yang di temui klien tidak pernah mengalami luka bakar sebelumnya.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Pada pengkajian riwayat kesehatan keluarga dari genogram keluarga tidak ada mengalami penyakit keturunan seperti hiertensi, DM dan asma.
5. Pemeriksaan fisik
Dalam pengkajian pemeriksaan fisik pada teoritis dan tinjauan kasus tidak terdapat adanya kesenjangan data karena pemeriksaan sangat penting dilakukan untuk menggali sejauh mana perkembangan penyakit dan kondisi klien.
B. Diagnosa Keperawatan
Pada tinjauan teoritis dan tinjuan kasus ditemukan 4 Diagnosa Keperawatan yaitu sebagai berikut :
1. Gangguan integritas kulit b.d bahan kimia iritatif 2. Gangguan rasa nyaman b.d luka bakar
3. Nyeri akut b.d kerusakan kulit/jaringan 4. Risiko infeksi b.d kerusakan integritas kuli
Sedangkan pada kasus ditemukan 3 diagnosa Keperawatan yaitu : 1. Nyeri akut b/d kerusakan kulit/jaringan
2. Gangguan integritas kulit b/d luka bakar 3. Resiko infeksi b/d kerusakan integritas kulit
32
Diagnosa pada kasus yang tidak ditemukan di teori adalah : 1. Gangguan rasa nyaman b.d luka bakar
C. Intervensi
Dalam menyusun rencana tindakan Keperawatan kepada klien berdasarkan prioritas masalah yang ditemukan tidak semua rencana tindakan pada teori dapat ditegakkan pada tinjauan kasus karena rencana tindakan pada tinjauan kasus disesuaikan dengan keluhan dan keadaan klien.
D. Implementasi
Setelah rencana tindakan ditetapkan, maka dilanjutkan dengan melakukan rencana tersebut dalam bentuk nyata, sebelum diterapkan pada klien terlebih dahulu melakukan pendekatan pada klien dan keluarga klien agar tindakan yang akan diberikan dapat disetujui klien dan keluarga klien, sehingga seluruh rencana tindakan asuhan keperawatan sesuai dengan masalah yang dihadapi klien. Dalam melakukan rencana tindakan, penulis tidak menemukan kesulitan yang berarti, hal ini disebabkan karena :
1. Adanya faktor perencanaan yang baik dan keaktifan keluarga dalam perawatan sehingga memudahkan untuk melakukan asuhan pada tindakan Keperawatan.
2. Pendekatan yang dilakukan dengan baik sehingga keluarga merasa percaya sehingga memudahkan dalam pemberian serta pelaksanaan tindakan Keperawatan.
3. Adanya kerja sama yang baik antara penulis dengan petugas ruangan sehingga penulis mendapatkan bantuan dalam melaukakan tindakan asuhan keperewatan.
E. Evaluasi
Dari 3 diagnosa Keperawatan yang penulis tegakkan sesuai dengan apa yang penulis temukan dalam melakukan studi kasus dan melakukan asuhan keperawatan kurang lebih sudah mencapai perkembangan yang lebih baik dan optimal, maka dari itu dalam melakukan asuhan keperawatan untuk mencapai hasil yang maksimal memerlukan adanya keja sama antara penulis dengan klien, perawat, dokter, dan tim kesehatan lainnya.
33
1. Pada diagnosa 1 yaitu Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan kulit/jaringan sudah teratasi sebagian, karena Klien mengatakan nyeri pada tangan kirinya sedikit berkurang, Klien mengatakan skala nyeri sedang.
2. Pada Diagnosa 2 yaitu gangguan integritas kulit b/d adanya luka bakar sudah teratasi sebagian karena dari hasil evaluasi klien mulai tenang dan tangan yang memerah sudah mulai berkurang.
3. Pada diagnosa 3 yaitu resiko infeksi berhubungan dengan kerusasakan integritas kulit sudah teratasi sebagian karena dari hasil evaluasi tangan klien yang terkena luka bakar sudah mendapat perawatan.
34 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan
Luka bakar merupakan masalah kesehatan masyarakat global. Hal ini disebabkan karena tingginya angka mortalitas dan morbiditas luka bakar, khusus pada negara dengan pendapatan rendah-menengah, dimana lebih dari 90% angka kejadian Juka bakar menyebabkan kematian (mortalitas) bagaimana juga, kematian bukanlah satu-satunya akibat dari luka bakar.
Banyak penderita luka bakar yang akhirnya mengalami kecacatan (morbiditas), hal ini tak jarang menimbulkan stigma dan penolakan masyarakat.
B. Saran
Saran untuk bidang keilmuan agar dapat memperkaya teori mengenai asuhan keperawatan pada klien dengan luka bakar sehingga dapat dijadikan referensi bagi penelitian tentang pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan luka bakar.
Saran bagi mahasiswa, diharapkan dalam melaksanakan praktek mampu menguasai konsep dasar penyakit dan melaksanakan asuhaan keperawatan yang tepat dan berkesinambungan untuk pemenuhan kebutuhan pasien.
Kami juga menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari sisi referensi maupun cara penulisan atau penyusunan, maka dari itu kami berharap masukan (saran) untuk perbaikan pada makalah-makalah selanjutnya baik dari dosen pengampu mata kuliah ataupun dari rekan-rekan pembaca. Kami akan terima dengan lapang dada setiap ktitikan dan saran yang sifatnya membangun untuk perubahan kearah yang lebih baik.
35
DAFTAR PUSTAKA
Rendi Clevo, M., & TH, M. (2015). Asuhan KeperawataN Medikal Bedah dan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.
Tholib Maghfuri , A. (2021). Tatalaksana Luka Bakar. Jakarta Timur: CV. Trans Info Media.