• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN tentang “PERANAN INTELEGENSI DALAM BELAJAR”

N/A
N/A
Reza Firdaus

Academic year: 2024

Membagikan "MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN tentang “PERANAN INTELEGENSI DALAM BELAJAR”"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PSIKOLOGI PENDIDIKAN tentang

“PERANAN INTELEGENSI DALAM BELAJAR”

Oleh Kelompok 3:

1. Adek Permata Sari (1204912) 2. Cindy Nurarafa Yohanes (1204966)

3. Nisa Aulia (1204925) 4. Nur Hamidah (1204975)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2014

(2)

PERANAN INTELEGENSI DALAM BELAJAR

A. Konsep Intelegensi/ Kecerdasan

1. Pengertian Intelegensi Secara Etimologis

Intelegensi berasal dari bahasa Inggris “Intelligence” yang juga berasal dari bahasa Latin yaitu “Intellectus dan Intelligentia atau Intellegere”. Teori tentang intelegensi pertama kali dikemukakan oleh Spearman dan Wynn Jones Pol pada tahun 1951. Spearman dan Wynn mengemukakan adanya konsep lama mengenai suatu kekuatan (power) yang dapat melengkapi akal pikiran manusia tunggal pengetahuan sejati. Kekuatan tersebut dalam bahasa Yunani disebut dengan “Nous”, sedangkan penggunaan kekuatannya disebut

“Noeseis”. Intelegensi berasal dari kata Latin, yang berarti memahami. Jadi intelegensi adalah aktivitas atau perilaku yang merupakan perwujudan dari daya atau potensi untuk memahami sesuatu.

2. Definisi Intelegensi Menurut Para Ahli

a. Alfred Binet (1857-1911) & Theodore Simon

Inteligensi terdiri dari tiga komponen, yaitu kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau tindakan, kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan itu telah dilaksanakan, dan kemampuan untuk mengritik diri sendiri (autocriticism).

b. Lewis Madison Terman (1916)

Mendefinisikan intelegensi sebagai kemampuan seseorang untuk berpikir secara abstrak.

c. H. H. Goddard (1946)

Mendefinisikan intelegensi sebagai tingkat kemampuan pengalaman seseorang untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dan untuk mengantisipasi masalah-masalah yang akan datang.

d. V.A.C. Henmon

Mengatakan bahwa intelegensi terdiri atas dua faktor, yaitu kemampuan untuk memperoleh pengetahuan dan pengetahuan yang telah diperoleh.

e. Baldwin(1901)

(3)

Mendefinisikan intelegensi sebagai daya atau kemampuan untuk memahami.

f. Edward Lee Thorndike (1913)

Mendefinisikan intelegensi sebagai kemampuan dalam memberikan respon yang baik dari pandangan kebenaran atau fakta.

g. Walters dan Gardber (1986)

Mendefinisikan intelegensi sebagai suatu kemampuan atau serangkaian kemampuan-kemampuan yang memungkinkan individu memecahkan masalah, atau produk sebagai konsekuensi eksistensi suatu budaya tertentu.

B. Klasifikasi IQ

Dalam proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan peran Intelectual Question (IQ), namun persoalannya justru karena seringkali IQ hanya digunakan sebagai peran tunggal dalam sekolah. IQ hanya digunakan dalam proses penyeleksian masuk siswa baru atau sebagai bantuan untuk satu program tertentu yang seringkali tidak bersentuhan dengan kebijakan-kebijakan sekolah lainnya. Disinilah porsi IQ yang kurang berfungsi dalam memberikan kontribusi pendidikan. Peran IQ yang semestinya dalam proses pendidikan adalah:

1. Membantu penyeleksian siswa yang diharapkan oleh suatu lembaga pendidikan.

2. Membantu pengklasifikasian siswa agar memudahkan guru mengontrol keragaman siswa dalam satu kelas, dan tujuannya dapat mengatur kompetisi belajar, tutoring peer education dsb.

3. Membantu guru memberikan porsi tugas tambahan sesuai tingkat kesulitan yang berbeda antara IQ rata-rata dan tinggi.

4. Membantu guru dalam menentukan metode belajar yang tepat bagi siswa.

5. Membantu guru memahami setiap perilaku siswa dan memberikan intervensi yang tepat sesuai potensi yang sebenarnya ada pada diri mereka. Misal anak slowlearner (lamban belajar) sehingga ia sering tertinggal pelajaran, tidak naik kelas dan terkadang berkompensasi yang salah dengan melakukan perilaku nakal di kelas yang mereka anggap kelebihan mereka, bagi seorang guru yang tahu peran IQ maka yang akan dilakukannya adalah terus melibatkan siswa ini

(4)

dalam kegiatan belajarnya dan tidak membuatnya semakin terjauhkan dari teman-teman sejajarnya.

6. Membantu sekolah membuat kebijakan terkait kegiatan-kegiatan ekstra apa yang sesuai dengan siswa-siswanya.

7. Membantu guru untk memberi pemahaman pada siswa gaya belajar mana yang sesuai dengan diri mereka.

Hal-hal inilah yang seharusnya dilakukan sesuai Intelectual Question (IQ) yang dimiliki siswa, sehingga segala upaya sekolah yang dilakukan justru semakin mendekatkan siswa untuk mengenal diri mereka sendiri bukan sebaliknya menjauhkan siswa untuk tidak mengenal diri mereka.

Salah satu konsep intelligensi yang dipaparkan oleh para ahli menyatakan bahwa keberhasilan siswa dalam belajar dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersumber dari dalam diri siswa (intern) maupun dari luar diri siswa (ekstern).

Internal Fisik Panca indera, kondisi fisik

umum

Psikologis Var. Non kognitif : minat, motivasi, kepribadian

Kemampuan kognitif : bakat, IQ

Eksternal Fisik Kondisi tempat belajar,

fasilitas, lingkungan

Sosial Dukungan Sosial, budaya

Melalui konsep ini juga dapat dilihat bahwa IQ hanya merupakan salah satu faktor untuk mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar sehingga bukan berarti segala-galanya dalam menentukan keberhasilan siswa tapi harus ditempatkan secara proporsional guna menunjang proses belajar yang optimal bagi siswa.

(5)

Wechsler salah seorang ahli yang memperkenalkan klasifikasi inteligensi (IQ) manusia dalam rentangan skala yang dimulai dari 0 (nol) sampai dengan 200, di mana bilangan 100 merupakan titik tengah dinyatakan untuk kelompok average (rata-rata).

Menurutnya kalau semua orang di dunia diukur inteIigensinya, maka akan terdapat orang-orang yang sangat pandai sama banyaknya dengan orang-orang yang sangat bodoh. Bila test inteligensi yang telah dibakukan dipakai, maka ternyata separuh dari jumlah anggota masyarakat (populasi) termasuk antara IQ 90 - 100. Sekitar 2/3 dari kelompok dengan IQ antara 85 dan 115. Diperkirakan ada sekitar 95 % mempunyai IQ antara 130 dan 70.

Perhatikan tabel berikut ini:

Diatas 140 Genius

130 – 140 Sangat Superior (Gifted) 120 – 130 Superior (Rapid Learniing) 110 – 120 Cerdas ( diatas rata-rata)

90 – 110 Normal (Average)

80 – 90 Dull Normal (kurang Cerdas) 70 – 80 Borderline (Slow Learning)

50 – 70 Debil (Educable)

25 – 50 Imbisil (Trainable) Di bawah 25 Idiot (Dependent)

Berdasarkan klasifikasi inteligensi di atas tadi kita dapat mengetahui inteligensi (IQ) seseorang dengan melalui tes, yang disebut dengan tes inteligensi. Tes inteligensi ini banyak jenisnya yang dikembangkan oleh para ahli psikologi. Di antaranya, Wechsler mengembangkan tes inteligensi individual seperti:

1. Wechsler Bellevue Intelligence Scale (WIBS) 2. Wechsler Intelligence Scale For Children (WISC) 3. Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS)

4. Wechsler Preschool And Primary Scale Of Intelligence (WPPSI) Rumus kecerdasan umum, atau IQ yang ditetapkan oleh para ilmuwan adalah:

Usia Mental Anak x 100 = IQ

(6)

Usia Sesungguhnya

Contoh: Misalnya anak pada usia 3 tahun telah punya kecerdasan anak-anak yang rata-rata baru bisa berbicara seperti itu pada usia 4 tahun. Inilah yang disebut dengan Usia Mental. Berarti IQ si anak adalah 4/3 x 100 = 133.

C. Konsep Multiple Intelligences (Kemajemukan Intelegensi)

Teori tentang multiple intelligences ini berdasarkan pakar psikologi Harvard Howard Gardner. Gardner mengemukakan bahwa pandangan klasik percaya bahwa intelegensi merupakan kapasitas kesatuan dari penalaran logis, dimana kemampuan abstraksi sangat bernilai. Pandangan ini berdasar pada teori general ”g” intelligence dari Spearman yang menganggap inteligensi sebagai kekuatan mental yang timbul selama aktifitas intelektual dan dapat digambarkan dalam berbagai tingkatan. Sama dengan Thurstone dan beberapa ahli psikometri lain Gardner melihat bahwa inteligensi merupakan meliputi beberapa kemampuan mental. Namun demikian psikolog Universitas Harvard tersebut tidak terlalu peduli dengan bagaimana menjelaskan dan menuangkannya dalam skor tes psikometri yang bersifat lintas budaya.

Inteligensi, menurut Gardner, merupakan kemampuan untuk memecahkan masalah dalam situasi budaya atau komunitas tertentu, yang terdiri dari tujuh macam inteligensi. Meskipun demikian, Gardner menyatakan bahwa jumlah tersebut bisa lebih atau kurang, tapi jelas bukan hanya satu kapasitas metal. Pertanyaan tentang kenapa individu memilih berada dalan peran-peran yang berbeda (ahli fisika,petani, penari), memerlukan kerja berbagai kecerdasan sebagai suatu kombinasi, dalam penjelasannya.

Kecerdasan menurutnya, merupakan kemampuan untuk menangkap situasi baru serta kemampuan untuk belajar dari pengalaman masa lalu seseorang. Kecerdasan bergantung pada konteks, tugas serta tuntutan yang diajukan oleh kehidupan kita, dan bukan tergantung pada nilai IQ, gelar perguruan tinggi atau reputasi bergengsi.

Teori Gardner berdasar pada sintesa berbagai macam bukti dari sumber-sumber yang berbeda:

(7)

1. Studi terhadap orang normal yang mengalami kerusakan otak karena trauma atau stroke, yang mendukung pendapat tentang inteligensi terpisah yang mengatur pemikiran spasial dan bahasa.

2. Dukungan profil intelektual dari populasi-populasi khusus, seperti prodigies dan idiot savants, yang mengindikasikan bahwa inteligensi merupakan kemampuan-kemampuan yang terpisah.

3. Bukti dari mekanisme pemprosesan informasi.

4. Dukungan dari psikologi eksperimental dan psikologi kognitif.

5. Penemuan-penemuan psikometris.

6. Arah perkembangan karakteristik dari manifestasi umum dan mendasar, menuju kondisi akhir berupa keahlian yang memungkinkan.

7. Penemuan dalam bidang biologi evolusioner.

8. Dukungan dari konsep-konsep yang ada pada sistem simbol.

Gardner menekankan dalam jenis inteligensinya bahwa inteligensi hanya merupakan konstrak ilmiah yang secara potensial berguna. Multiple intelligences menurut Gardner, meliputi:

1. Kecerdasan Spasial

Kecerdasan merupakan kecerdasan seseorang yang berdasar pada kemampuan menangkap informasi visual atau spasial, mentransformasidan meodifikasinya, dan membentuk kembali gambaran visual tanpa stimulus fisik yang asli.

Kecerdasan ini tidak tergantung sensasi visual. Kemampuan pokoknya adalah kemampuan untuk membentuk gambaran tiga dimensi dan untuk menggerakkan atau memutar gambaran tersebut. Individu yang dominan memiliki kecerdasan tersebut cenderung berpikir dalam pola-pola yang berbentuk gambar. Mereka sangat menyukai bentuk-bentuk peta, bagan, gambar, video ataupun film sebagai media yang efektif dalam berbagai kegiatan hidup sehari-hari.

2. Kecerdasan Bahasa

Kecerdasan merupakan kecerdasan individu dengan dasar penggunaan kata- kata dan atau bahasa. Meliputi mekanisme yang berkaitan dengan fonologi, sintaksis, semantik dan pragmatik. Mereka yang memiliki kecerdasan tersebut, mempunyai kecakapan tinggi dalam merespon dan belajar dengan suara dan makna dari bahasa yang digunakan. Pada umumnya merupakan ahli yang berbicara di depan public. Mereka lebih bisa berpikir dalam bentuk kata-kata

(8)

daripada gambar. Kecerdasan ini merupakan aset berharga bagi jurnalis, pengacara, pencipta iklan.

3. Kecerdasan Logis Matematis

Kecerdasan tersebut mendasarkan diri pada kemampuan penggunaan penalaran, logika dan angka-angka matematis. Pola pikir yang berkembang melalui kecerdasan ini adalah kemampuan konseptual dalam kerangka logika dan angka yang digunakan untuk membuat hubungan antara berbagai informasi, secara bermakna. Kecerdasan ini diperlukan oleh ahli matematika, pemrogram komputer, analis keuangan, akuntan, insinyur danilmuwan.

4. Kecerdasan Jasmani Kinestetik

Kemampuan untuk mengendalikan gerakan tubuh dan memainkan benda- benda secara canggih, merupakan bentuk nyata dari kecerdasan tersebut.

Individu akan cenderung mengekspresikan diri melalui gerak-gerakan tubuh, memiliki keseimbangan yang baik dan mampu melakukan berbagai maneuver fisik dengan cerdik. Melaui gerakan tubuh pula individu dapat berinteraksi dengan lingkungan sekelilingnya, mengingat dan memproses setiap informasi yang diterimanya. Kecerdasan ini dapat terlihat pada koreografer, penari, pemanjat tebing.

5. Kecerdasan Musikal

Kememungkinkan individu menciptakan, mengkomunikasikan dan memahami makna yang dihasilkan oleh suara. Komponen inti dalam pemprosesan informasi meliputi pitch, ritme dan timbre. Terlihat pada komposer, konduktor, teknisi audio, mereka yang kompeten pada musik instrumentalia dan akustik.

6. Kecerdasan Interpersonal

Kecerdasan interpersonal merupakan kecerdasan dalam berhubungan dan memahami orang lain di luar dirinya. Kecerdasan tersebut menuntun individu untuk melihat berbagai fenomena dari sudut pandang orang lain, agar dapat memahami bagaimana mereka melihat dan merasakan. Sehingga terbentuk kemampuan yang bagus dalam mengorganisasikan orang, menjalin kerjasama dengan orang lain ataupun menjaga kesatuan suatu kelompok. Kemampuan tersebut ditunjang dengan bahasa verbal dan non-verbal untuk membuka saluran komunikasi dengan orang lain.

7. Kecerdasan Intrapersonal

(9)

Kecerdasan intrapersonal tergantung pada proses dasar yang memungkinkan individu untuk mengklasifikasikan dengan tepat perasaan-perasaan mereka, misalnya membedakan sakit dan senang dan bertingkah laku tepat sesuai pembedaan tersebut. Kecerdasan ini memungkinkan individu untuk membangun model mental mereka yang akurat, dan menggambarkan beberapa model untuk membuat keputusan yang baik dalam hidup mereka.

D. Usaha Guru Membantu Siswa Dalam Belajar Sesuai Dalam Belajar Sesuai Dengan Potensinya

Guru berusaha membimbing siswa agar dapat menemukan berbagai potensi yang dimilikinya, membimbing siswa agar dapat mencapai dan melaksanakan tugas- tugas perkembangan mereka, sehingga dengan ketercapaian itu siswa akan tumbuh dan berkembang menjadi seseorang sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya.

Siswa adalah individu yang unik. Artinya, tidak ada dua individu yang sama.

Walaupun secara fisik mungkin individu memiliki kemiripan, akan tetapi pada hakikatnya mereka tidaklah sama, baik dalam bakat, minat, kemampuan dan sebagainya. Di samping itu setiap individu juga adalah makhluk yang sedang berkembang. Irama perkembangan mereka tentu tidaklah sama juga. Perbedaan itulah yang menuntut guru harus berperan sebagai pembimbing.Seorang guru tidak dapat memaksa agar siswanya menjadi ”itu” atau menjadi ”ini”. Tugas guru adalah menjaga, mengarahkan dan membimbing agar siswa tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi, minat dan bakatnya.

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Soemanto, Wasty. 1998. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta

http://jimmyandrio.blogspot.com/2013/09/makalah-psikologipendidikan.html#sthash.

EwGZKJS0.dpuf

http://indahnovitasari2233.wordpress.com/tugas-kuliah/bahasa-indonesia/peran-guru-dalam- membimbing-belajar-siswa/

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan pada hekekatnya diarahkan untuk membantu siswa menemukan potensinya selanjutnya dikembangkan pada tahap optimal dengan landasan moral sebagai bekal

Kelebihan komputer yang lainnya yang dapat membantu siswa belajar yaitu. dapat menyanyakan kembali informasi belajar yang tertinggal yang

Tujuan pembelajaran diskusi kelas adalah untuk meningkatkan cara berpikir siswa dengan jalan membantu siswa membangkitkan pemahaman isi pelajaran.. Keuntungan pembelajaran

Peningkatkan peranan orang tua dalam membantu proses belajar siswa, membimbing dan mengawasi kondisi belajar siswa, sehingga tanggung jawab dari orang tua dan guru akan

Siswa lebih aktif dalam proses belajar karena fokus belajar mereka pada. proses pengintegrasian pengetahuan baru yang diperoleh

Dari berbagai pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa manfaat media pembelajaran adalah untuk membantu siswa maupun guru dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga

Dalam upaya guru mengoptimalkan potensi siswa selama masa pandemi COVID-19, guru melakukan berbagai cara untuk mengimbangi kepentingan belajar siswa, salah satunya dengan mengembangkan

Kontribusi psikologi dalam pembelajaran memiliki tujuan untuk membantu para guru agar menjadi lebih bijaksana dalam usahanya membimbing murid dalam proses perkembangan belajar; guru