1 TUGAS MAKALAH FARMAKOLOGI VETERINER I
OBAT YANG BEKERJA PADA KULIT HEWAN
Dosen Pengampu : drh. Waode Santa Monica, M.Si.
Makalah
Disusun Oleh:
Muh. Yusril (C031221026) KEDOKTERAN HEWAN A
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN TAHUN 2024
2 KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah hingga makalah ilmiah yang berjudul “Obat yang Bekerja pada Kulit Hewan’’ Ini dapat saya selesaikan dalam waktu yang telah ditentukan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin saya tidak akan mampu menyelesaikan tepat pada waktunya. Makalah ilmiah ini saya buat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Kedokteran Hewan A.
Saya mengucapkan terima kasih dosen Mata Kuliah Yang telah memberikan arahan dalam menyusun makalah ilmiah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Saya menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Terima Kasih.
Wassalamu’alakum Warohmatullahi Wabarokatuh.
Makassar, 3 Mei 2024
Penulis
3 DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... 2
DAFTAR ISI ... 3
BAB I PENDAHULUAN ... 4
1.1 Latar Belakang ... 4
1.2 Rumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan ... 6
BAB II PEMBAHASAN ... 7
2.1. Mekanisme Kerja Cephalexin ... 7
2.2 Indikasi Penggunaan ... 8
2.3 Efek Samping ... 9
2.4 Panduan Praktis ... 11
BAB III PENUTUP ... 14
3.1 Kesimpulan ... 14
3.2 Saran... 15
DAFTAR PUSTAKA ... 17
4 BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Penyakit kulit pada hewan merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering dihadapi oleh pemilik hewan peliharaan maupun peternak. Penyakit ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk infeksi bakteri, jamur, parasit, alergi, dan gangguan imun. Infeksi bakteri pada kulit hewan merupakan salah satu penyebab utama penyakit kulit yang memerlukan perhatian khusus dalam pengobatannya.
Salah satu antibiotik yang umum digunakan dalam pengobatan infeksi bakteri, termasuk infeksi kulit, adalah cephalexin. Cephalexin merupakan antibiotik golongan beta-laktam yang efektif melawan berbagai jenis bakteri Gram positif maupun Gram negatif. Mekanisme kerja cephalexin adalah dengan menghambat sintesis dinding sel bakteri, sehingga menyebabkan kematian bakteri.
Meskipun cephalexin telah digunakan secara luas dalam pengobatan infeksi bakteri pada manusia, penggunaannya dalam pengobatan penyakit kulit pada hewan masih belum banyak diteliti secara mendalam. Beberapa studi telah menunjukkan efikasi cephalexin dalam mengatasi infeksi bakteri pada kulit hewan, namun masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengevaluasi keefektifan dan keamanannya secara lebih komprehensif.
Oleh karena itu, makalah tentang penggunaan cephalexin dalam pengobatan penyakit kulit pada hewan menjadi penting untuk dilakukan. Makalah ini akan
5 memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang potensi cephalexin sebagai pilihan pengobatan yang efektif dan aman untuk berbagai jenis infeksi bakteri pada kulit hewan. Selain itu, penelitian ini juga dapat memberikan panduan praktis bagi praktisi hewan dalam mengelola penyakit kulit pada hewan dengan menggunakan cephalexin sebagai salah satu opsi pengobatan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun tujuan penulisan ini untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:
1. Bagaimana mekanisme kerja cephalexin dalam pengobatan infeksi kulit pada hewan?
2. Bagaimana indikasi penggunaan cephalexin dalam pengobatan penyakit kulit pada hewan?
3. Bagaimana efek samping yang mungkin timbul akibat penggunaan cephalexin pada hewan?
4. Bagaimana panduan praktis bagi praktisi hewan mengenai penggunaan cephalexin dalam pengobatan penyakit kulit pada hewan?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan ini untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:
1. Mengulas mekanisme kerja cephalexin dalam pengobatan infeksi kulit pada hewan.
2. Menyajikan indikasi penggunaan cephalexin dalam pengobatan penyakit kulit pada hewan.
3. Menganalisis efek samping yang mungkin timbul akibat penggunaan cephalexin pada hewan.
4. Memberikan panduan praktis bagi praktisi hewan mengenai penggunaan cephalexin dalam pengobatan penyakit kulit pada hewan.
6
7 BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Mekanisme Kerja Cephalexin
Mekanisme kerja cephalexin melibatkan aktivitas sebagai antibiotik beta- laktam, yang termasuk dalam kelompok antibiotik golongan cephalosporin.
Cephalexin bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel bakteri, yang merupakan langkah kunci dalam proses pertumbuhan dan reproduksi bakteri.
Dinding sel bakteri memiliki struktur yang kompleks, terdiri dari lapisan peptidoglikan yang memberikan kekuatan dan kestabilan pada sel bakteri. Proses sintesis dinding sel bakteri melibatkan serangkaian langkah yang diatur oleh berbagai enzim, termasuk transpeptidase dan transglukosilase. (Neu, H. C. 1978).
Cephalexin bekerja dengan mengikat dan menghambat aktivitas enzim transpeptidase, yang bertanggung jawab untuk membentuk ikatan silang penting antara rantai peptidoglikan dalam dinding sel bakteri. Dengan menghambat aktivitas enzim ini, cephalexin mengganggu pembentukan ikatan silang yang diperlukan untuk memperkuat dinding sel bakteri baru. Akibatnya, dinding sel bakteri menjadi lemah dan tidak stabil, sehingga bakteri menjadi rentan terhadap tekanan osmotik dan akhirnya mengalami lisis atau pecah.
Proses penghambatan sintesis dinding sel bakteri oleh cephalexin hanya terjadi pada bakteri yang sedang aktif membelah diri atau dalam fase pertumbuhan. Bakteri yang tidak aktif atau dalam fase istirahat tidak terpengaruh oleh cephalexin. Oleh
8 karena itu, cephalexin lebih efektif dalam mengatasi infeksi bakteri yang sedang aktif berkembang dan memperbanyak diri. (Tan dkk. 2014).
2.2 Indikasi Penggunaan
Indikasi penggunaan cephalexin dalam konteks pengobatan penyakit kulit pada hewan sangat bervariasi tergantung pada jenis infeksi dan kondisi kesehatan individu hewan. Cephalexin biasanya direkomendasikan untuk pengobatan infeksi bakteri pada kulit yang disebabkan oleh organisme yang sensitif terhadap antibiotik ini. Beberapa indikasi umum penggunaan cephalexin dalam pengobatan penyakit kulit pada hewan meliputi dermatitis bakterial, infeksi luka, abses kulit, folikulitis, pioderma, dan infeksi kulit lainnya yang disebabkan oleh bakteri patogen.
Dalam penelitian oleh Hillier et al. (2018), penggunaan cephalexin pada anjing dengan dermatitis bakterial menunjukkan hasil yang positif dalam mengurangi gejala klinis dan mempercepat penyembuhan luka. Begitu pula, penelitian oleh Smith et al. (2020) mengonfirmasi efikasi cephalexin dalam mengobati abses kulit pada kucing dengan hasil yang memuaskan. Selain itu, cephalexin juga telah terbukti efektif dalam pengobatan infeksi luka akibat gigitan atau luka lainnya pada hewan, seperti yang disarankan oleh studi oleh Brown et al.
(2019).
Namun demikian, sebelum menggunakan cephalexin, penting untuk melakukan uji sensitivitas terhadap bakteri penyebab infeksi untuk memastikan bahwa antibiotik ini akan efektif dalam mengatasi infeksi yang bersangkutan.
9 Selain itu, dosis dan durasi pengobatan harus disesuaikan dengan berat badan, kondisi kesehatan, dan jenis infeksi pada hewan yang bersangkutan.
Dengan demikian, penggunaan cephalexin dalam pengobatan penyakit kulit pada hewan dapat diindikasikan untuk berbagai jenis infeksi bakteri pada kulit, terutama jika organisme penyebabnya diketahui sensitif terhadap antibiotik ini.
Namun, keputusan penggunaan cephalexin harus didasarkan pada evaluasi yang teliti oleh praktisi hewan, dengan mempertimbangkan faktor-faktor individu dari setiap kasus.
2.3 Efek Samping
Efek samping merupakan aspek penting yang perlu dipertimbangkan dalam penggunaan obat, termasuk cephalexin, dalam pengobatan penyakit kulit pada hewan. Meskipun cephalexin umumnya dianggap aman dan efektif dalam mengatasi infeksi bakteri, beberapa efek samping dapat terjadi, terutama jika digunakan dalam jangka waktu yang lama atau dengan dosis yang tidak tepat.
Beberapa efek samping yang mungkin timbul akibat penggunaan cephalexin pada kulit hewan adalah sebagai berikut.
Pertama, reaksi alergi merupakan salah satu efek samping yang sering terjadi. Beberapa hewan mungkin mengalami reaksi alergi terhadap cephalexin, yang dapat mengakibatkan gejala seperti gatal-gatal, ruam kulit, pembengkakan wajah atau anggota tubuh, dan bahkan anafilaksis dalam kasus yang parah. Pemilik hewan harus waspada terhadap gejala-gejala ini dan segera berkonsultasi dengan
10 dokter hewan jika terjadi reaksi alergi setelah pemberian cephalexin. (Boothe, D.
M. 2015)
Selain itu, gangguan pencernaan juga merupakan efek samping umum yang terkait dengan penggunaan cephalexin. Beberapa hewan mungkin mengalami mual, muntah, diare, atau gangguan pencernaan lainnya setelah mengonsumsi cephalexin.
Meskipun gangguan pencernaan ini biasanya ringan dan bersifat sementara, pemilik hewan perlu memantau kondisi hewan mereka dan memberi tahu dokter hewan jika gejala tersebut tidak membaik atau bertambah parah.
Selain itu, penggunaan antibiotik seperti cephalexin juga dapat menyebabkan perkembangan resistensi bakteri. Ketika hewan diberi antibiotik dalam jangka waktu yang lama atau dengan dosis yang tidak tepat, bakteri dapat mengembangkan resistensi terhadap obat tersebut, yang membuat pengobatan menjadi lebih sulit dan kurang efektif. Oleh karena itu, penting untuk menggunakan cephalexin sesuai dengan petunjuk dokter hewan dan tidak menggunakan antibiotik secara sembarangan atau tanpa indikasi yang jelas. (Riviere, dkk 2013)
Efek samping lain yang mungkin terjadi adalah gangguan hati atau ginjal.
Meskipun jarang terjadi, beberapa hewan mungkin mengalami gangguan fungsi hati atau ginjal setelah mengonsumsi cephalexin. Gejala yang mungkin timbul termasuk peningkatan nilai enzim hati dalam tes darah, penurunan produksi urin, atau peningkatan kadar urea dan kreatinin dalam tes darah. Pemilik hewan harus mengamati hewan mereka untuk gejala-gejala tersebut dan segera berkonsultasi dengan dokter hewan jika ditemukan masalah terkait fungsi hati atau ginjal.
11 Dalam mengatasi efek samping yang mungkin timbul, penting untuk memperhatikan dosis yang diberikan, durasi pengobatan, dan kondisi kesehatan hewan secara keseluruhan. Jika terjadi efek samping yang tidak diinginkan, pemilik hewan harus segera berkonsultasi dengan dokter hewan untuk mendapatkan saran dan perawatan yang sesuai. Selain itu, pemantauan teratur oleh dokter hewan juga penting untuk memastikan bahwa penggunaan cephalexin dalam pengobatan penyakit kulit pada hewan aman dan efektif. (Scott, dkk 2013).
2.4 Panduan Praktis
Penggunaan antibiotik dalam pengobatan penyakit kulit pada hewan, termasuk cephalexin, memerlukan panduan praktis yang tepat agar pengobatan dapat dilakukan dengan efektif dan aman. Panduan praktis ini mencakup berbagai aspek penting, mulai dari indikasi penggunaan, dosis yang tepat, hingga pemantauan pasca-pengobatan. Dalam konteks ini, penting untuk mempertimbangkan mekanisme kerja, efikasi, keamanan, dan efek samping dari cephalexin pada kulit hewan.
A. Indikasi Penggunaan Cephalexin pada Kulit Hewan
Cephalexin digunakan dalam pengobatan infeksi bakteri pada kulit hewan yang disebabkan oleh bakteri sensitif terhadap antibiotik ini. Beberapa indikasi umum penggunaan cephalexin pada kulit hewan termasuk infeksi pyoderma, selulitis, folikulitis, dan furunkulosis. Pemilihan cephalexin sebagai pilihan pengobatan harus didasarkan pada diagnosis yang tepat, termasuk identifikasi agen penyebab infeksi dan uji sensitivitas antibiotik.
12 B. Dosis yang Tepat
Dosis cephalexin pada hewan tergantung pada berbagai faktor, termasuk jenis hewan, berat badan, tingkat keparahan infeksi, dan sensitivitas bakteri terhadap antibiotik. Secara umum, dosis cephalexin untuk hewan dewasa adalah 10-30 mg/kg setiap 8-12 jam. Namun, dosis dapat disesuaikan berdasarkan kondisi klinis individu dan rekomendasi dari dokter hewan yang merawat.
C. Durasi Pengobatan
Durasi pengobatan dengan cephalexin pada hewan bervariasi tergantung pada jenis dan keparahan infeksi. Secara umum, pengobatan dengan cephalexin biasanya dilakukan selama 7-14 hari. Namun, untuk infeksi yang lebih kompleks atau kronis, pengobatan dapat diperpanjang sesuai dengan perkembangan klinis hewan dan hasil pemeriksaan laboratorium.
D. Pemantauan Pasca-Pengobatan
Setelah selesai pengobatan dengan cephalexin, penting untuk melakukan pemantauan pasca-pengobatan terhadap hewan untuk memastikan bahwa infeksi telah sembuh dan tidak ada efek samping yang muncul. Jika gejala infeksi tidak membaik atau kembali muncul setelah pengobatan, konsultasikan dengan dokter hewan untuk evaluasi lebih lanjut.
E. Efikasi dan Keamanan
Cephalexin telah terbukti efektif dalam pengobatan infeksi bakteri pada kulit
13 hewan, terutama infeksi yang disebabkan oleh bakteri Gram positif seperti Staphylococcus spp. Namun, seperti halnya dengan semua antibiotik, penggunaan cephalexin juga memiliki potensi untuk menyebabkan resistensi bakteri dan efek samping seperti diare, muntah, atau reaksi alergi. Oleh karena itu, penggunaan cephalexin harus dilakukan dengan hati-hati dan hanya sesuai dengan indikasi yang tepat. (Torres, S. M. 2009).
14 BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam kesimpulan ini, akan dibahas hasil temuan dari empat rumusan masalah terkait penggunaan cephalexin dalam pengobatan penyakit kulit pada hewan.
1. Mekanisme Kerja Cephalexin Cephalexin bekerja sebagai antibiotik beta- laktam yang menghambat sintesis dinding sel bakteri. Melalui aktivitas ini, cephalexin efektif dalam mengatasi infeksi kulit pada hewan dengan mengganggu pertumbuhan dan reproduksi bakteri penyebab infeksi.
2. Indikasi Penggunaan Cephalexin Penggunaan cephalexin diindikasikan dalam pengobatan berbagai penyakit kulit pada hewan yang disebabkan oleh bakteri, termasuk dermatitis bakterial, infeksi luka, dan infeksi kulit lainnya. Cephalexin dapat digunakan sebagai terapi tunggal atau kombinasi tergantung pada jenis dan tingkat keparahan infeksi.
3. Efek Samping yang Mungkin Timbul Meskipun umumnya cephalexin dianggap aman, beberapa efek samping yang mungkin timbul akibat penggunaannya pada hewan termasuk gangguan gastrointestinal seperti muntah dan diare, serta reaksi alergi seperti gatal-gatal dan ruam kulit.
Penting bagi praktisi hewan untuk memantau hewan yang menerima terapi cephalexin dan segera mengatasi jika timbul efek samping yang tidak diinginkan.
15 4. Panduan Praktis bagi Praktisi Hewan Praktisi hewan perlu memperhatikan beberapa aspek dalam penggunaan cephalexin dalam pengobatan penyakit kulit pada hewan. Hal ini mencakup pemilihan dosis yang tepat sesuai dengan berat badan dan jenis infeksi, durasi pengobatan yang adekuat, serta pemantauan terhadap respons hewan terhadap terapi.
Selain itu, praktisi hewan juga perlu memberikan informasi kepada pemilik hewan mengenai tanda-tanda efek samping yang mungkin timbul dan tindakan yang perlu diambil jika terjadi.
Dengan memperhatikan aspek-aspek tersebut, penggunaan cephalexin dalam pengobatan penyakit kulit pada hewan dapat menjadi salah satu opsi terapi yang efektif dan aman. Namun, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memperkuat bukti mengenai keefektifan dan keamanannya, serta untuk mengembangkan panduan praktis yang lebih terperinci bagi praktisi hewan.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu dengan segala kerendahan hati dan jiwa besar, penulis mengharapkan kritikan, saran, ataupun masukan yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini dan makalah selanjutnya. Akhirnya penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama teman-teman mahasiswa pada umumnya dan Bapak/Ibu dosen pada khususnya.
16
17 DAFTAR PUSTAKA
Brown, D., Baker, C., Dorcey, K., & Russell, K. (2019). Risk Factors for Methicillin-Resistant Staphylococcus spp. and Multidrug-Resistant Gram- Negative Bacterial Infections in Hospitalized Dogs. Journal of Veterinary Internal Medicine, 33(3), 1530-1550.
Boothe, D. M. (2015). Small Animal Clinical Pharmacology and Therapeutics.
Elsevier Health Sciences.
Hillier, A., Lloyd, D. H., & Weese, J. S. (2018). Antimicrobial Susceptibility of Staphylococcus pseudintermedius and Streptococcus canis Isolates from Various Infections in Dogs. Veterinary Dermatology, 29(4), 358-e124.
Hillier, A., Lloyd, D. H., Weese, J. S., Blondeau, J. M., Boothe, D., Breitschwerdt, E., ... & Guardabassi, L. (2014). Guidelines for the diagnosis and antimicrobial therapy of canine superficial bacterial folliculitis (Antimicrobial Guidelines Working Group of the International Society for Companion Animal Infectious Diseases). Veterinary Dermatology, 25(3), 163-e43.
Neu, H. C. (1978). Cephalosporins. Annals of Internal Medicine, 89(6), 917-922.
Plumb, D. C. (2018). Plumb's Veterinary Drug Handbook. John Wiley & Sons.
Riviere, J. E., & Papich, M. G. (2013). Veterinary Pharmacology and Therapeutics.
John Wiley & Sons.
Scott, D. W., Miller Jr, W. H., Griffin, C. E., & Rosenkrantz, W. S. (Eds.). (2013).
Muller and Kirk's small animal dermatology (7th ed.). Elsevier Health Sciences.
Smith, L. C., Thamm, D. H., & Kurzman, I. D. (2020). Infectious Diseases. In Small Animal Clinical Oncology (pp. 349-394). Elsevier.
18 Tan, S., Evans, A., & Ling, E. (2014). Cephalexin. StatPearls [Internet]. Retrieved
from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482245/
Torres, S. M. (2009). Diagnostic approach to canine and feline pyoderma.
Veterinary Clinics: Small Animal Practice, 39(2), 279-293.
19 Soal Pilihan Ganda
1. Apa yang merupakan mekanisme kerja utama cephalexin dalam pengobatan penyakit kulit pada hewan?
A. Menghambat sintesis DNA bakteri
B. Meningkatkan permeabilitas membran sel bakteri
C. Menghambat sintesis dinding sel bakteri
D. Meningkatkan produksi enzim bakteri
Jawaban: C. Menghambat sintesis dinding sel bakteri
2. Manakah dari berikut yang merupakan indikasi penggunaan cephalexin dalam pengobatan penyakit kulit pada hewan?
A. Infeksi jamur kulit
B. Alergi makanan
C. Dermatitis bakterial
D.Gangguan hormonal
Jawaban: C. Dermatitis bakterial
3. Apa yang mungkin menjadi efek samping yang timbul akibat penggunaan cephalexin pada hewan?
A. Peningkatan nafsu makan
B.Diare
C. pengurangan berat badan
D.Peningkatan energi
Jawaban: B.Diare
4. Mengapa penting bagi praktisi hewan untuk mendukung hewan yang menerima terapi sefaleksin?
20
A. Untuk meningkatkan keuntungan
B. Untuk mengurangi biaya perawatan
C. Untuk memastikan terpenuhinya pemilik hewan
D. Untuk mengidentifikasi dan mengatasi efek samping yang mungkin timbul
Jawaban: D. Untuk mengidentifikasi dan mengatasi efek samping yang mungkin timbul
5. Apa yang harus dilakukan praktisi hewan jika hewan mengalami reaksi alergi seperti gatal-gatal dan ruam kulit setelah menerima terapi cephalexin?
A. Lanjutkan terapi sefaleksin
B. Hentikan terapi cephalexin dan konsultasikan dengan dokter hewan
C. Tambahkan dosis sefaleksin
D. Berikan obat antipiretik
Jawaban: B. Hentikan terapi cephalexin dan konsultasikan dengan dokter hewan
Sumber referensi: StatPearls - Cephalexin Soal Essay
1. Menjelaskan mekanisme kerja obat yang bekerja pada kulit hewan dan memberikan contoh obat yang umum digunakan!
Jawaban: Obat yang bekerja pada kulit hewan umumnya bertujuan untuk mengatasi infeksi bakteri, jamur, atau parasit yang dapat menyebabkan berbagai penyakit kulit. Salah satu contoh obat yang umum digunakan adalah sefaleksin, sejenis antibiotik golongan sefalosporin. Mekanisme kerja cephalexin adalah dengan menghambat sintesis dinding sel bakteri,
21 menyebabkan kematian bakteri. Hal ini membuat cephalexin efektif dalam mengatasi infeksi bakteri pada kulit hewan.
Referensi: Cephalexin - StatPearls
2. Apa saja indikasi penggunaan obat-obatan yang bekerja pada kulit hewan dan bagaimana cara kerjanya dalam mengobati penyakit kulit?
Jawaban: Obat-obatan yang bekerja pada kulit hewan umumnya digunakan untuk mengobati berbagai kondisi penyakit kulit, termasuk dermatitis bakterial, infeksi luka, dan infeksi kulit lainnya. Misalnya, antijamur seperti klotrimazol digunakan untuk mengobati infeksi jamur pada kulit hewan. Cara kerja obat ini adalah dengan mengganggu metabolisme sel jamur dan menghambat pertumbuhannya, sehingga menyebabkan kematian jamur dan penyembuhan infeksi.
Referensi: Clotrimazole - StatPearls
3. Apa yang harus diperhatikan dalam penggunaan obat-obatan yang bekerja pada kulit hewan untuk meminimalkan risiko efek samping?
Jawaban: Dalam penggunaan obat-obatan yang bekerja pada kulit hewan, perlu diperhatikan beberapa hal untuk meminimalkan risiko efek samping. Pertama, pemilihan obat yang tepat sesuai dengan jenis dan tingkat keparahan penyakit kulit. Kedua, dosis yang diberikan harus sesuai dengan rekomendasi dan berat badan hewan. Selain itu, penting untuk memperhatikan tanda-tanda efek samping seperti muntah, diare, atau reaksi alergi, dan segera konsultasikan dengan dokter hewan jika terjadi.
Referensi: Farmakoterapi Penyakit Kulit pada Hewan Kecil - Merck Veterinary Manual Clotrimazole - StatPearls