52
Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan
Lampiran 2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan
DIREKTUR
RSUD Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN KEPALA INSTALASI FARMASI Dra. Erlina, Apt
KOMITE FARMASI &
TERAPI PIO
Dik & Lit Konseling Obat Pel. Farmasi IBS
Nurhikmah A P, SSi, Apt Pel. Farmasi IGD Naomi Basaria Siagian,
S.Si, Apt Jhonson L Tobing,
S.Si, Apt KOORDINATOR DISTRIBUSI
Dra. Peri, Apt
SEKRETARIS Dra. Singgar NR, Apt DIREKTUR DAYA MANUSIA DAN
PENDIDIKAN PERENCANAAN DAN
PENGEMBANGAN REKAM MEDIK SEKSI
PENGOLAHAN DATA RAWAT JALAN DAN
SEKSI REKAM MEDIK
Instalasi Rehabilitasi Medis Instalasi Farmasi Instalasi Gizi
Instalasi Pemulasaran Jenazah dan Kedokteran Instalasi Kemotoran
Instalasi Loundry dan Sandang Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) Instalasi Gas Medis
Instalasi CSSD
Instalasi Rawat Jalan Instalasi Rawat Inap Instalasi Diagnostik
Instalasi Bedah Sentral Instalasi Pelayanan Instalasi Hemodialisis Instalasi Radiologi Instalasi Patologi Instalasi Gawat Darurat
53
Lampiran 3. Daftar Permintaan Dan Pengeluaran Farmasi (Form B-2)
Pemilihan
Perencanaan
Pengadaan
Penyimpanan
Produksi
Pel. Farmasi Pasien Umum Jhonson L. Tobing S, SSi, Apt
Pel. Farmasi Pasien Jaminan
Kesehatan Rawat Jalan/Rawat Inap
Pel. Farmasi Umum Rawat Inap/Jalan
Pel. Farmasi BMHP Ruangan & Poliklinik
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
Lampiran 15. Form Pemakaian Obat-Obatan Dan Alat Kesehatan Untuk Pasien
66
67
68
69
70
Lampiran 20. Formulir Protokol Terapi dari IGD
SURAT KETERANGAN
Yang bertanda tangan di bawah ini menegaskan bahwa pasien Nama :... Umur : ... Jenis Kelamin :... No. KP Askes :... No.MR :... Diagnosa :...
Memerlukan obat khusus yang menggunakan protokol terapi dan digunakan di IGD antara lain :
1. 2. 3.
Alasan pemberian : ... ... ...
Medan , ... Dokter Jaga IGD
(...) Petugas Yang Menyerahkan Tim Legalisasi
71
Lampiran 21. Formulir Protokol Terapi dari Ruangan
SURAT KETERANGAN PERMINTAAN OBAT KHUSUS
Dengan Hormat,
Dengan ini kami mohon diberikan untuk penderita:
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin : No. KP Askes :
No. MR :
Alamat : Ruangan :
Diagnosa :
Memerlukan obat khusus yang menggunakan Protokol Terapi, antara lain: 1.
2. 3.
Alasan pemberian: ... ... ...
Disetujui oleh:
Petugas PT. Askes Dokter Yang Merawat
( )
Tim legalisasi
( )
72
Lampiran 22. Form PIO (Pelayanan Informasi Obat)
PELAYANAN INFORMASI OBAT (PIO) INSTALASI RSU Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN
No :
Tanggal :
Status : Pasien / Perawat / Dokter / ……….
Asal : Ruangan / Umum / Poliklinik……….
Nama Obat / Isi : 1. ………..
2. ……….. 3. ……….. 4. ………..
Indikasi : ………..
……….. ………..
Efek Samping : ………..
……….. ………..
Kontra indikasi : ………..
……….. Informasi Tambahan : ……….. ……….. ………..
Penerima Informasi Pemberi Informasi
73
74
LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT
di
RSUD dr. Pirngadi
Studi Kasus
Hernia Inguinal Lateral Stragulata
Disusun oleh:
Nyna Desbora Situmeang, S.Farm. NIM 133202228
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
75
RINGKASAN
Telah dilakukan studi kasus pada Praktik Kerja Profesi (PKP) Farmasi Rumah Sakit di Rawat inap lantai 5 Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan. Studi kasus dilaksanakan pada tanggal 14 April sampai 20 April 2015 mengenai Hernia Inguinalis lateralis Rumah Sakit Umum Pirngadi .
76
DAFTAR ISI
Halaman
77
78
4.1.7 Rekomendasi Untuk Perawat ... 23 4.2 Pembahasan Tanggal 15 dan 16 April 2015 ... 23 4.2.1 Pengkajian Tepat Pasien ... 24 4.2.2 Pengkajian Tepat Indikasi ... 24 4.2.3 Pengkajian Tepat Obat ... 25 4.2.4 Pengkajian Tepat Dosis ... 27 4.2.5 Pengkajian Waspada Efek Samping ... 28 4.2.6 Rekomendasi Untuk Dokter ... 29 4.2.7 Rekomendasi Untuk Perawat ... 30 4.3 Pembahasan Tanggal 17 April 2015 ... 30
4.3.1 Pengkajian Tepat Pasien ... 31 4.3.2 Pengkajian Tepat Indikasi ... 31 4.3.3 Pengkajian Tepat Obat ... 32 4.3.4 Pengkajian Tepat Dosis ... 33 4.3.5 Pengkajian Waspada Efek Samping ... 34 4.3.6 Rekomendasi Untuk Dokter ... 35 4.3.7 Rekomendasi Untuk Perawat ... 35 4.4 Pembahasan Tanggal 18-19 April 2015 ... 35
79
4.4.7 Rekomendasi Untuk Perawat ... 41 4.5 Pembahasan Tanggal 20 April 2015 ... 30
80
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Hasil Diagnosa dan Terapi ... 50 2. Lembaran Penilaian PPOSR ... 51
81
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Hasil pemeriksaan fisik ... 13 Tabel 3.2 Hasil Pemeriksaan Patologi Klinik ... 14 Tabel 3.3 Pemeriksaan Patologi Klinik ... 15 Tabel 3.4 Daftar Obat-Obatan yang Digunakan Pasien ... 16 Tabel 4.1 Daftar Obat-Obat yang Digunakan Tanggal 14 April
2015 ... 19
Tabel 4.2 Pengkajian Tepat Dosis pada tanggal 14 April 2015 ... 21
Tabel 4.3 Pengkajian Efek Samping dan interaksi obat pada tanggal 14 April 2014 ... 22
Tabel 4.4 Daftar Obat-Obat yang Digunakan Tanggal 15dan 16 April 2014 ... 23
Tabel 4.5 Pengkajian Tepat Dosis pada tanggal 15 April 2015 dan 16 April 2015 ... 27
Tabel.4.6 Pengkajian Efek Samping dan interaksi Obat pada tanggal 15 dan 16 April 2015 ... 28
Tabel 4.7 Daftar Obat-obat yang Digunakan Tanggal 17 April 2015 30
Tabel 4.8 Pengkajian Tepat Dosi pada tanggal 17 April 2015 ... 33
Tabel 4.9 Pengkajian Efek Samping dan Interaksi obat pada tanggal 17 April 2015 ... 34
82
Tabel 4.11 Pengkajian Tepat Dosis pada Tanggal 18 April 2015 dan 19 April 2015 ... 39 Tabel 4.12 Pengkajian Efek Samping dan interaksi obat pada
Tanggal 18 April 2015 dan 19 April 2015 ... 40 Tabel 4.13 Daftar Obat-obat yang Digunakan Tanggal 20 April
2015 ... 41 Tabel 4.14 Pengkajian tepat Dosis pada Tanggal 20 April
2015 ... 44 Tabel 4.15 Pengkajian Efek Samping dan Interaksi obat pada tanggal
83
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan (Siregar dan Amalia, 2004). Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit
(kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Konsep kesatuan upaya kesehatan ini menjadi pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas kesehatan di Indonesia termasuk rumah sakit. Rumah sakit merupakan salah satu dari sarana kesehatan, merupakan rujukan pelayanan kesehatan dengan fungsi utama menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi pasien (Depkes RI, 2004).
Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinikyang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat (Depkes RI, 2004).
84
(berorientasi produk) dengan filosofi pharmaceuticalcare (pelayanan kefarmasian). Praktek pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan (Depkes RI, 2004).
Pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan adalah pendekatan profesional yang bertanggung jawab dalam menjamin penggunaan obat dan alat kesehatan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien melalui penerapan pengetahuan, keahlian, keterampilan dan perilaku apoteker serta bekerja sama dengan pasien dan profesi kesehatan lainnya. Kegiatan pelayanan kefarmasian di rumah sakit meliputi pengkajian resep, dispensing, pemantauan dan pelaporan efek samping obat, pelayanan informasi obat, konseling, pemantauan kadar obat dalam darah, ronde/visite pasien dan pengkajian penggunaan obat (Depkes RI, 2004).
85
Peresepan yang tidak rasional berkembang menjadi Drug Related Problem yaitu untreated indication(pasien memerlukan obat tetapi indikasinya kurang tepat), drug therapy used when not indicated (pasien memerlukan terapi obat tetapi mendapat obat yang indikasi tidak ada), improper drug selection (pasien memerlukan terapi obat tetapi mendapat obat yang salah), subtherapeutic
dose(pasien memerlukan terapi obat tetapi dosis obat kurang), failure to receive
drug (pasien tidak menggunakan obat karena alasan kepatuhan, ekonomi dan
avaibilitas), overdose or toxic dose(pasien memerlukan terapi obat tetapi mendapat dosis yang berlebihan sehingga takut terjadi keracunan), adverse drug
reaction(pasien mendapat terapi obat tetapi mengalami efek samping obat/alergi)
dan interaction(pasien mendapat obat tetapi kemungkinan ada interaksi obat-obat, obat-hasil tes laboratorium, obat-makanan, obat-obat tradisional).
Masalah-masalah tersebut mengharuskan apoteker melakukan pengkajian penggunaan obat secara rasional sehingga meningkatkan kerasionalan penggunaan obat yang memenuhi persyaratan tepat pasien, tepat obat, tepat indikasi, tepat dosis dan waspada efek samping, dikenal dengan sebutan 4T + 1W.
Dalam rangka menerapkan pelayanan kefarmasian di rumah sakit dan meningkatkan penggunaan obat yang rasional untuk mengatasi Drug Related
Problem maka mahasiswa apoteker perlu diberi perbekalan dan pengalaman
86
apoteker untuk memberikan pemahaman kepada pasien dan keluarganya dalam rangka meningkatkan kepatuhan pasien untuk mematuhi pengobatan demi tercapainya tujuan pengobatan berupa kesembuhan yang sempurna dan juga untuk berdiskusi dengan tenaga kesehatan lain dalam hal pemilihan obat untuk memaksimalkan pengobatan pada pasien.
1.2Tujuan
Tujuan dilakukan studi kasus ini adalah:
a. Memantau rasionalitas penggunaan obat pada pasien dengan diagnosa Hernia
Inguinal Lateral Stragulata.
b. Memberi Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada pasien dan keluarga pasien
87
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi hernia
Lapisan dinding kulit abdomen terdiri dari, lemak subkutan, scarpa’s
fascia, peritoneum hesselbach’s triangle, external oblique, internal oblique,
transversus abdominis, transversalis fascia(Schwartz, 2000).
2.2 Pengertian
Hernia merupakanpenonjolan isi suatu rongga melalui bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong dan isi hernia (Karnadihardja, 2005).
Hernia inguinal lateral adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk melalui sebuah lubang pada dinding perut ke dalam kanalis inguinalis. Terjadi penekanan pada cincin hernia akibatnya makin usus yang masuk, cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkan gangguan penyaluran isi usus, keadaan ini disebut hernia ingunalis lateral incarcerate. Bila incarcerate dibiarkan maka akan timbul adema sehingga terjadi nekrosis, keadaan ini disebut hernia inguinalis lateral stragulata.
Hernia merupakanpenonjolan isi suatu rongga melalui bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui bagian lemah dari lapisan muskolo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia(Jong, 2004).
88
dengan pembedahan elektif untuk menghindari penyulit yang terpenting dari hernia stragulata.Tanpa penanganan bedah, stragulasi dapat menyebabkan kematian (Jong, 2004).
2.3 Klasifikasi
Hernia inguinalis indirek, disebut juga hernia inguinalis lateralis, karena keluar dari rongga peritoneum melalui annulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk kedalam kanalis inguinalis, dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari annulus inguinalis ekternus. Apabila hernia inguinalis lateralis berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum, ini disebut hernia skrotalis. Kantong hernia berada dalam muskulus kremaster terletak anteromedial terhadap vas deferen dan struktur lain dalam funikulus spermatikus. Pada anak hernia inguinalis lateralis disebabkan oleh kelainan bawaan berupa tidak menutupnya prosesus vaginalis peritoneum sebagai akibat proses penurunan testis ke skrotum (Karnadihardja, 2005).
2.4 Etiologi
Biasanya tidak ditemukan sebab yang pasti, meskipun kadang sering di hubungkan dengan angkat berat. Hernia inguinalis lateralis dapat terjadi karena
anomaly congenital atau sebab yang didapat, hernia inguinalis lateralis dapat di
89
vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan dalam rongga perut dan kelemahan otot dinding perut karena usia (Karnadihardja, 2005).
2.5 Patofisiologi
lemah pada dinding otot mungkin kongenital karena melemahkan jaringan atau ruang luas pada inguinal atau dapat disebabkan oleh trauma. Tekanan intra abdominal paling umum meningkat sebagai akibat dari kehamilan atau kegemukan. Mengangkat berat juga menyebabkan peningkatan tekanan, seperti pada batuk dan cidera traumatik karena tekanan tumpul. Bila dua dari faktor ini ada bersama dengan kelemahan otot, individu akan mengalami hernia. hernia ini terjadi melalui cincin inguinal dan melewati korda spermatikus melalui kanalis inguinalis. Ini umumya terjadi pada pria dari pada wanita. Hernia ini dapat menjadi sangat besar dan sering turun ke skrotum (Karnadihardja, 2005).
Gambar 1. hernia inguinalis lateralis
90 1. Hernia diafragma
2. Hernia inguinal 3. Hernia umbilical 4. Hernia femoral
2.6 Manifestasi Klinik
Hernia inguinalis lateralis biasanya terlihat sebagai benjolan pada daerah inguinal dan meluas ke depan atau ke dalam skrotum. Kadang anak akan datang dengan bengkak skrotum tanpa benjolan sebelumnya pada daerah inguinal. Orang tuanya biasanya sebagai orang pertama yang melihat benjolan ini, yang mungkin muncul hanya saat menangis atau mengejan. Selama tidur atau apabila pada keadaan istirahat atau santai, hernia menghilang spontan tanpa adanya benjolan. Riwayat bengkak pada pangkal paha berulang-ulang yang hilang secara spontan adalah tanda klasik untuk hernia inguinalis lateralis (Schwartz, 2000).
2.7 Diagnosis
Diagnosis Hernia Inguinal Lateral Stragulata ditegakkan berdasarkan gambaran klinis, riwayat pasien pernah mengalami penyakit Hernia Inguinal
Lateral Stragulata,terlihat/raba benjolan pada daerah inguinal abdomen, benjolan
dapat hilang timbul, kadang terasa nyeri dan pemeriksaan laboratorium darah.
2.8 Terapi
2.8.1 Ceftriaxone
91
terhadap β-laktamase baik penisilase maupun sefalosporinase yang dihasilkan bakteri gram positif dan gram negatif.Cefriaxon diindikasikan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang sensitif terhadap cefriaxon antara lain: infeksi saluran pernafasan bawah (pneumonia), infeksi kulit dan struktur kulit, infeksi tulang dan sendi, infeksi intraabdomen, infeksi saluran kemih.
Ceftriaxon memiliki waktu paruh 7-8 jam dapat diinjeksikan sekali tiap 24 jam pada dosis 15-50 mg/kg/hari. Dosis harian tunggal 1 g ceftriaxone cukup untuk mengatasi infeksi yang serius, dengan dosis 4 g sekali perhari dianjurkan untuk pengobatan infeksi usus besar. Ceftriaxon yang terikat pada protein plasma umunya sekitar 83-96%, waktu paruhnya sekitar 5.8–8.7 jam, diekskresikan sebesar 33–67% melalui ginjal dan sebesar 35–45% melalui feses. Pemberian ceftriaxon bersamaan dengan aminoglikosida dapat meningkatkan efek nefrotoksik. Pemberian bersama diuretik kuat seperti furosemida dapat mempengaruhi fungsi ginjal (Mc Evoy, 2011).
Serbuk steril cefriaxone dalam vial dapat disimpan pada suhu tidak kurang 300C dan larutan cefriaxone disimpan pada suhu -200 C. Serbuk steril untuk injeksi dan larutan cefriaxone harus dikemas dalam wadah yang gelap dan terhindar dari cahaya matahari. Larutan dapat tahan selama 24 jam jika disimpan pada temperatur ruang dan 5 hari jika disimpan di lemari es suhu 50C dan 13 minggu jika dibekukan (Mc Evoy, 2011).
2.8.2 Ketorolak
92
analgetik yang sama dengan morfin dan petidin, sehingga sangat efektif untuk mengurangi rasa nyeri paska operasi (Katzung, 2004).
Ketorolak dikontraindikasikan terhadap pasien angioedema atau bronkospasme, pasien yang menderita tukak peptik aktif, perdarahan gastrointestinal, dan pasien yang menggunakan NSAID yang lain, pasien yang menderita gangguan ginjal.
Ketorolak diserap dengan cepat dan lengkap.Bioavaibilitasnya mencapai 100 %. Ketorolak dimetabolisme di hati dengan waktu paruh plasma 3.5-9.2 jam pada dewasa muda dan 4.7-8.6 jam pada orang lanjut usia (usia 72 tahun). Kadar steady state plasma dicapai setelah diberikan dosis tiap 6 jam dalam sehari. Ketorolak diekskresikan melalui ginjal rata-rata sebesar 91.4% dan sisanya rata-rata sebesar 6.1% diekskresikan melalui feses.
2.8.3 Ranitidin
Ranitidin merupakan antagonis histamin reseptor H2 (antagonis H2)
menghambat kerja histamin pada semua reseptor H2 yang penggunaan klinisnya
ialah menghambat sekresi asam lambung, dengan menghambat secara kompetitif ikatan histamin dengan reseptor H2, zat ini mengurangi konsentrasi cAMP
intraseluler sehingga sekresi asam lambung juga dihambat (Mycek, 2001).
93
diberikan iv dan 30% yang diberikan secara oral diekskresi dalam urin dalam bentuk asal (Mc Evoy, 2011).
2.8.4 Gentamycin
Gentamisin adalah aminoglikosida yang diisolasi dari Micromonospora
purpurea, berbentuk serbuk putih kekuningan, mudah larut dalam air, praktis
tidak larut dalam etanol 95% (Mc Evoy, 2011).
Aktivitasnya adalah bakterisid. Berdasarkan dayanya penetrasi dinding bakteri dan mengikat diri pada ribosom didalam sel dan gentamycin spectrum luas kerjanya luas dan gentamycin sering dikombinasi bersama penisilin atau sefalosporin pada infeksi pseudomonas (Tjay dan Kirana, 2002).
2.8.5 Metronidazol
94
BAB III
PENATALAKSANAAN UMUM
3.1 Identitas Pasien
Nama : R. H
RM : 00.95.85.12
Umur : 26 Tahun 9 bulan, 14 hari Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 30januari 1989 Agama : Islam
Alamat : Medan
Status : Non PBI- JKN Kelas I Tanggal Masuk : 14 April 2015
Tanggal Keluar : 21 April 2015
3.2 Riwayat Penyakit dan Pengobatan
Tidak ada.
3.2.1 Riwayat Penyakit Terdahulu
Pasien sering tidak bisa buang air besar.
3.2.2 Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ditemukan adanya penyakit keluarga.
3.2.3 Riwayat Sosial
Baik
3.2.4 Riwayat Penggunaan Obat Terdahulu
Tidak ada.
95
Pasien masuk ke IGD RSUD dr. Pirngadi Medanmelalui instalasi gawat darurat (IGD) pada tanggal 14 April 2015 pukul 17.59 WIB dengan kondisi sadar, heart rate (HR): 100x/menit, respiratory rate (RR): 24x /menit, temperatur: 37,2oCdengan keluhan dialami pasien 6 hari ini dan memberat 2 hari ini, awalnya pasien mempunyai riwayat benjolan dilipat paha kanan hilang timbul dari 1 tahun ini dan sekarang benjolan tidak hilang lagi.
3.4 Pemeriksaan
Selama dirawat diRSUD dr. Pirngadi Medan, pasien telah menjalani Pemeriksaan Fisik dan pemeriksaaan penunjang.
3.4.1 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan berupa pemeriksaan suhu tubuh, kesadaran dan kondisi fisik pasien.
Tabel 3.1 Hasil pemeriksaan fisik
No Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
1. Kesadaran Compos Mentis -
2. Heart Rate (HR) 100 Kali / menit 90-140 kali / menit 3. Respiratory Rate (RR) 24 Kali / menit 20-40 kali / menit
4. Temperatur 37,2oC 37 ± 2oC
3.4.2 Pemeriksaan Penunjang
96
3.4.2.1 Pemeriksaan Patologi Klinik
Pemeriksaan patologi klinik merupakan pemeriksaan yang penting dalam mendiagnosis penyakit pasien.Telah dilakukan pemeriksaan pasien di laboratorium Patologi Klinik pada tanggal 14 April 2015 . Hasil pemeriksaan yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 3.2 Hasil Pemeriksaan Patologi Klinik
97
3.4.2.2 Pemeriksaan Patologi Klinik
Pemeriksaan patologi klinik merupakan pemeriksaan yang penting dalam mendiagnosis penyakit pasien.Telah dilakukan pemeriksaan pasien di laboratorium Patologi Klinik pada tanggal 19 April 2015. Hasil pemeriksaan yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel.
Tabel 3.3 Pemeriksaan Patologi Klinik
98
3.4.2.3 Pemeriksaan Radiologi Thorax
Tidak dilakukan radiologi throrax pada Pasien.
3.4.2.4 Pemeriksaan Kultur
Tidak dilakukan kultur pada Pasien.
3.5 Terapi
Selama dirawat di RSUD dr. Pirngadi Medan, pasien menerima obat-obatan sesuai dengan daftar obat yang tercantum dalam Standar Pelayanan Medik (SPM) yang dikeluarkan olehRSUD dr. Pirngadi Medan. Adapun obat-obat yang digunakan pasien selama terapi dapat dilihat pada Tabel 3.5
Tabel 3.4 Daftar Obat-Obatan yang Digunakan Pasien.
Tanggal Jenis Obat
Paten/Generik
Sediaan
Dosis Sehari Rute
Bentuk Kekuatan
99
Gentamisin Injeksi 80 mg/Ampul 80 mg/12 Jam i.v Metronidazol Injeksi 500mg/Botol 500 mg/8 jam i.v
17 April Metronidazol Injeksi 500mg/Botol 500 mg/8 jam i.v
18April Metronidazol Injeksi 500mg/Botol 500 mg/8 jam i.v
19April Metronidazol Injeksi 500mg/Botol 500 mg/8 jam i.v
100
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien masuk RSUD dr. Pirngadi Medan Tanggal 14 April 2015 melalui Instalasi Gawat Darurat, keluhan dialami pasien 6 hari ini dan memberat 2 hari ini, awal nya pasien mempunyai riwayat benjolan dilipat paha kanan yang hilang timbul dari 1 tahun ini dan sekarang benjolan tidak hilang lagi. Selanjutnya pasien menjalani rawat inap pada tanggal 14 Mei 2015 di Ruang 503 lantai V. Selama dirawat pasien mendapatkan pemeriksaan patologi klinik mendapat terapi obat-obatan. Pasien didiagnosa Hernia Inguinal Lateral Stragulata.
Penulis melakukan pemantauan terapi obat, konseling pasien untuk meningkatkan kepatuhan pasien terhadap penggunaan obat dan komunikasi dengan tenaga kesehatan lainnya untuk kualitas pengobatan yang terbaik mulai dari tanggal 14 April sampai dengan 21 April 2015. Pemantauan terapi obat dilakukan untuk melihat apakah penggunaan obat untuk terapi pasien diberikan secara rasional. Rasionalitas penggunaan obat meliputi 4 T + 1 W yaitu Tepat pasien, Tepat Indikasi, Tepat obat, Tepat dosis dan Waspada Efek samping. Pemantauan terapi obat dilakukan setiap hari sesuai dengan obat yang diberikan.
4.1 Pembahasan Tanggal 14April 2015
Keadaan pasien dengan kondisi kesadaran penuh. Pemeriksaan objektif yang dilakukan adalah toC = 36,0oC; respiratory rate (RR) = 22 x/i; heart rate (HR) = 85 x/i; BB = 60 kg, pasien di assement Hernia Inguinal Lateral
Stragulata, Pasien diberikan terapi berupa obat-obat yang dapat dilihat pada Tabel
101
Tabel 4.1 Daftar Obat-Obat yang Digunakan Tanggal 14 April 2015
Tanggal Jenis Obat
Paten/Generik
Sediaan
Dosis Sehari Rute
Bentuk Kekuatan
14April
4.1.1 Pengkajian Tepat Pasien
Terapi diberikan kepada pasien, RH dengan nomor MR : 00.95.85.12. Pengobatan yang diberikan telah sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan dokter, dalam hal ini sudah tepat pasien.
4.1.2 Pengkajian Tepat Indikasi
Infus ringer laktat dinyatakan tepat indikasi, karena infus ringer laktat diindikasikan untuk mengembalikan keseimbangan elektrolit pada kondisi dehidrasi, mengatasi kehilangan cairan ekstraseluler abnormal yang akut, dan mengembalikan volume cairan tubuh yang hilang. Tetapi ringer laktat digunakan juga untuk membantu jalannya / pemberian obat, sudah tepat indikasi.
Ceftriaxone adalah antibiotik spectrum luas yang diindikasikan untuk mengobati infeksi struktur kulit, infeksi intraabdomen (Depkes RI, 2007).Pemberian antibiotik Ceftriaxone dalam hal ini sudah tepat indikasi karena berdasarkan hasil pemeriksaan patologi klinik menunjukkan adanya peningkatan kadar leukosit.
102
dan petidin (Katzung, 2004). Injeksi Ketorolak tepat indikasi dengan keadaan pasien yang mengalami nyeri skala 4.
Injeksi Ranitidin diindikasikan untuk pengobatan dan pemeliharaan terhadap ulkus duodenal, penanganan refluks esofagitis, pengobatan jangka pendek ulkus gaster benign, pengobatan pada kondisi hipersekretori patologik dan hipersekresi pasca bedah (Depkes RI, 2007).Injeksi Ranitidin tepat indikasi, yaitu untuk pemeliharaan terhadap ulkus duodenal.
4.1.3 Pengkajian Tepat Obat
Pemberian ringer laktat sudah tepat obat karena kondisi pasien yang lemah. Cairan infus tersebut mengandung elektrolit yang merupakan bahan utama untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, sudah tepat obat.
Pemberian Ceftriaxone tidak tepat obat karena tidak ada dilakukan uji sensitivitas kultur kuman terlebih dahulu. Uji kultur harus dilakukan sebelum suatu antibiotik diberikan, sebelum uji kultur dilakukan boleh diberikan antibiotik empirik, tetapi selanjutnya harus mengikuti hasil uji kultur. Kelompok bakteri, meskipun berasal dari jenis yang sama, dapat bervariasi sensitifitasnya terhadap antibiotik. Informasi tentang antibiotik terhadap mikroorganisme penginfeksi menjadi sangat penting untuk seleksi obat yang tepat (Brunton,et al., 2006).
Injeksi Ketorolak telah diberikan kepada pasien dari tanggal 14 April 2015 semenjak pasien masuk RSUD dr. Pirngadi Medan Pemberian Ketorolak tepat obat karena ketorolak dianjurkan untuk penggunaan pada pasien dengan skala nyeri 4.
Ranitidin adalah suatu histamin antagonis reseptor H2 yang menghambat
103
lambung (Dewoto, 2007).Kondisi pasien dalam keadaan sedikit mendapat asupan makanan, maka untuk mencegah adanya jumlah asam lambung yang berlebih, dokter memberikan Ranitidin sebagai pencegahan.Dengan demikian pemberian Ranitidin sudah tepat.
4.1.4 Pengkajian Tepat Dosis
Sesuai dengan tanggung jawabnya untuk menjamin tercapainya penggunaan dan pengelolaan obat secara rasional maka seorang farmasis perlu melakukan pengkajian obat dalam hal ketepatan dosis. Ketepatan dosis meliputi ketepatan cara pemberian, lama pemberian, saat pemberian dan interval dosis, kajian ketepatan dosis dapat dilihat pada tabel 4.2
Tabel 4.2 Pengkajian Tepat Dosis pada tanggal 14 April 2015
Tanggal Jenis Obat
Paten/Generik
Sediaan
Dosis Sehari Rute
Bentuk Kekuatan
14 April
Ketorolac berbentuk injeksi dengan kekuatan sediaan 30 mg/ampul. Dosis lazim untuk dewasa 10-30 mg setiap 4-6 jam maksimum 120 mg per hari. Lama pemberian 2 hari dengan interval setiap 4-6 jam sesuai kebutuhan(Mc Evoy, 2011). Berdasarkan literatur pemberian injeksi Ketorolac seharusnya 30 mg/6 jam, Dosis pemberian pada pasien injeksi Ketorolac adalah 30 mg/8 jam. Dalam hal ini pemberian Ketorolak tidak tepat dosis.
104
Ranitidin berbentuk injeksi dengan kekuatan sediaan 50 mg/ampul. Dosis lazim untuk dewasa 50 mg setiap 6-8 jam. Lama pemberian 2 minggu dengan interval setiap 6-8 jam(Mc Evoy, 2011).Dosis pemberian pada pasien 100 mg/24 jam atau 50 mg/12 jam.Jadi dosis yang diberikan sudah tidak tepat.
4.1.5 Pengkajian Waspada Efek Samping
Setiap obat memiliki efek samping dan interaksi obat yang tidak diinginkan dalam terapi sehingga pengkajian terhadap efek samping dan interaksi obat oleh apoteker menjadi sangat penting untuk membantu dalam mengoptimalkan terapi pasien. Efek samping dan interaksi obat dari obat yang digunakan dalam terapi dapat dilihat pada tabel 4.3
Tabel 4.3 Pengkajian Efek Samping dan interaksi obat pada tanggal 14 April
2014.
Jenis Obat
Paten/Generik Efek Samping Interaksi Obat
Ketorolac Diare, Nyeri gastrointestinal, Sakit
kepala, Pusing, ngantuk. •obat-hasil laboratorium:
1. Pemakaian Ceftriaxone dapat meningkatkan kreatinin.
2. Ranitidin dapat
meningkatkan kreatinin (McEvoy,2011)
Ceftriaxone Diare, mual dan muntah, sakit
kepala, alergi berupa ruam, demam, gangguan fungsi hati, anemia hemolitik, pusing. (Depkes RI, 2000)
Ranitidin Sakit kepala, insomnia, vertigo,
105
4.1.6 Rekomendasi untuk Dokter
Rekomendasi untuk dokter mengenai terapi pasien yang dipantau meliputi pengkajian dan perencanaan dan penggunaan obat oleh apoteker
− Pemberian antibiotik tidak tepat karena pemberian antibiotik harus diikutin
uji kultur untuk mengikuti sensitivitas bakteri.
− Pemberian ketorolak dan ranitidine tidak tepat dosis.
4.1.7 Rekomendasi untuk Perawat
Rekomendasi untuk perawat oleh apoteker dimaksudkan untuk menjaga kestabilan obat-obat yang digunakan dalam terapi dan menjaga kebersihan lingkungan ruangan pasien dari wadah/sisa obat-obatan. Saran yang diberikan pada perawat yaitu:
a. Memberikan antibiotik tepat waktu sesuai jam yang ditentukan. b. Pembuangan sampah infeksi pada tempat yang sesuai.
4.2 Pembahasan Tanggal 15 April 2015 dan 16 April2015
Keadaan pasien dengan kondisi kesadaran penuh. Pemeriksaan objektif yang dilakukan adalah toC = 36,0oC; respiratory rate (RR) = 22 x/i; heart rate (HR) = 85 x/i; BB = 60 kg, pasien di assement Hernia Inguinal Lateral Stragulata, Pasien diberikan terapi berupa obat-obat yang dapat dilihat pada Tabel 4.4
Tabel 4.4 Daftar Obat-Obat yang Digunakan Tanggal 15dan 16 April 2014
Tanggal Jenis Obat
Paten/Generik
Sediaan
Dosis Sehari Rute
Bentuk Kekuatan
106
Metronidazol Injeksi 500mg/ml 500 mg/8 jam i.v
Obat-obatan yang digunakan pada tanggal 15 dan 16 April 2014 sebagian besar sama dengan obat yang digunakan tanggal 14, Tetapi ada penambahan obat pada tanggal 15 April 2015-16 April 2015, tetapi belum juga dibuat hasil kultur.
4.2.1 Pengkajian Tepat Pasien
Terapi diberikan kepada pasien, RH dengan nomor MR : 00.95.85.12. Pengobatan yang diberikan telah sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan dokter, dalam hal ini sudah tepat pasien.
4.2.2 Pengkajian Tepat Indikasi
Infus ringer laktat dinyatakan tepat indikasi, karena infus ringer laktat diindikasikan untuk mengembalikan keseimbangan elektrolit pada kondisi dehidrasi, mengatasi kehilangan cairan ekstraseluler abnormal yang akut, dan mengembalikan volume cairan tubuh yang hilang. Tetapi ringer laktat digunakan juga untuk membantu jalannya / pemberian obat, sudah tepat indikasi.
Ceftriaxone adalah antibiotik spectrum luas yang diindikasikan untuk mengobati infeksi saluran (Depkes RI, 2007).Pemberian antibiotik Ceftriaxone dalam hal ini sudah tepat indikasi karena berdasarkan hasil pemeriksaan patologi klinik menunjukkan adanya peningkatan kadar leukosit.
107
Injeksi Ranitidin diindikasikan sudah tepat indikasi, bekerja dengan menghambat reseptor H2 yang merangsang sekresi asam lambung. Ranitidin bekerja cepat spesifik dan reversible melalui pengurangan kadar ion hydrogen cairan lambung (hardjosaputra, 2008).
Injeksi Gentamisin diberikan dengan indikasi untuk infeksi gram positif dan negatif, infeksi saluran kemih, infeksi saluran nafas, infeksi kulit dan jaringan lunak (Depkes RI, 2007). Pemberian gentamisin sudah tepat karena ada luka pada bekas operasi belum sembuh, jadi penggunaan injeksi gentamisin sudah tepat indikasi. .
Injeksi metronidazole diindikasikan untuk pengobatan infeksi anaerobik, infeksi protozoa, infeksi kulit eradikasi Helicobacter pylori.Pengobatan untuk infeksi anaerobik digunakan selama 7 sampai 10 hari (Depkes RI, 2007).Penggunaan metronidazole sebagai terapi kombinasi dengan ceftriaxone dan gentamisin sudah tepat indikasi karena terapi antibiotik kombinasi digunakan untuk mencegah resistensi dari mikroba patogen.
4.2.3 Pengkajian Tepat Obat
Pemberian ringer laktat sudah tepat obat karena kondisi pasien yang lemah. Cairan infus tersebut mengandung elektrolit yang merupakan bahan utama untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, sudah tepat obat.
108
antibiotik. Informasi tentang antibiotik terhadap mikroorganisme penginfeksi menjadi sangat penting untuk seleksi obat yang tepat (Brunton,et al., 2006).
Injeksi Ketorolak telah diberikan kepada pasien dari tanggal 15 dan 16 April 2015 semenjak pasien masuk Pemberian Ketorolak tepat obat karena ketorolak dianjurkan untuk penggunaan pada pasien dengan skala nyeri sedang sampai berat, sedangkan pasein masih skala 3.
Ranitidin adalah suatu histamin antagonis reseptor H2 yang menghambat
kerja histamin secara kompetitif pada reseptor H2 dan mengurangi sekresi asam lambung (Dewoto, 2007).Kondisi pasien dalam keadaan sedikit mendapat asupan makanan, maka untuk mencegah adanya jumlah asam lambung yang berlebih, dokter memberikan Ranitidin sebagai pencegahan.Dengan demikian pemberian Ranitidin sudah tepat obat.
Pemberian injeksi Gentamisin yang bersifat bakterisida dapat sebagai antibiotik. Gentamisin termasuk golongan aminoglikosida yang bekerja dengan cara mengikat secara reversibel subunit ribosom 30S bakteri, yaitu dengan menghambat sinstesis protein dan menyebabkan kesalahan translokasi kode genetik (Hardjosaputra, dkk., 2008). Pemberian Gentamisin tidak tepat karena pasien menjadi mendapatkan antibiotika ganda,karena sudah diberikan antibiotika ceftriaxone.
109
tidak tepat obat karena pasien tidak melakukan uji kultur dan pasien sudah mendapatkan antibiotika ceftriaxone.
4.2.4 Pengkajian Tepat Dosis
Pengkajian ketepatan dosis dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.5 Pengkajian Tepat Dosis pada tanggal 15April 2015 dan 16 April 2015
Tanggal Jenis Obat
Paten/Generik
Sediaan
Dosis Sehari Rute
Bentuk Kekuatan
15 dan Metronidazol Injeksi 500mg/ml 500 mg/8 jam i.v
Ketorolac berbentuk injeksi dengan kekuatan sediaan 30 mg/ampul. Dosis lazim untuk dewasa 10-30 mg setiap 4-6 jam maksimum 120 mg per hari. Lama pemberian 2 hari dengan interval setiap 4-6 jam sesuai kebutuhan(Mc Evoy, 2011). Berdasarkan literatur pemberian injeksi Ketorolak seharusnya 30 mg/6 jam, Dosis pemberian pada pasien injeksi Ketorolac adalah 30 mg/8 jam. Dalam hal ini pemberian Ketorolak tidak tepat dosis.
Ceftriaxone berbentuk injeksi dengan kekuatan sediaan 1 g/vial. Dosis lazim untuk dewasa = 1-2 g setiap 12 jam (Mc Evoy, 2011).Dosis pemberian pada pasien 1 g/12 jam. Jadi dosis yang diberikan sudah tepat.
110
Dosis lazim gentamisin yaitu 1-2,5 mg/kgBB tiap 8-12 jam berdasarkan dosis lazim 1-2 mg/kgBB, 60 kg(60-150), dosis 1 kali dipakai 60-150 mg sekali pakai, dosis 1 hari 3 (60-150 mg) = 180 – 450 mg. dosis 1 kali pakai yang diberikan 80 mg. dosis 1 hari yang diberikan 80 kali 3 = 240 mg tepat dosis.
Dosis dewasa metronidazol 7,5 mg/kgBB, setiap 6-8 jam 2000 mg/hari (Mc Evoy, 2011).Dosis yang diberikan 500 mg kali 3 = 1500 mg/24 jam.
4.2.5 Pengkajian Waspada Efek Samping
Setiap obat memiliki efek samping dan interaksi obat yang tidak diinginkan dalam terapi sehingga pengkajian terhadap efek samping dan interaksi obat oleh apoteker menjadi sangat penting untuk membantu dalam mengoptimalkan terapi pasien. Efek samping dan interaksi obat dari obat yang digunakan dalam terapi dapat dilihat pada tabel 4.6
Tabel 4.6 Pengkajian Efek Samping dan interaksi obat pada tanggal 15 dan 16
April 2015
Jenis Obat
Paten/Generik Efek Samping Interaksi Obat
•Obat-Makanan:
•Obat-Obat:
1.Penggunaan
Ceftriaxone dengan gentamisin dapat miningkatkan resiko gagal
ginjal
111
3.Ranitidin dapat meningkatkan kreatinin (McEvoy,2005)
Ceftriaxone Diare, mual dan
muntah, sakit kepala, alergi berupa ruam, demam, gangguanfungsi hati, anemia hemolitik (Depkes RI, 2007).
Gentamisin ototoksisitas,
nefrotoksisitas, blokade neuromuskular,
superinfeksi(Pramudianto dan Evaria, 2009).
Ranitidin Sakit kepala,
insomnia, vertigo, konstipasi, mual, muntah
dan rasa tidak nyaman atau nyeri abdomen.
Reaksi hipersensitif dapat terjadi diantaranya bronkospasme dan demam (Depkes RI, 2007).
Ketorolac Diare, Nyeri
gastrointestinal, Sakit kepala, Pusing, ngantuk.
4.2.6 Rekomendasi untuk Dokter
Rekomendasi untuk dokter mengenai terapi pasien yang dipantau meliputi pengkajian dan perencanaan dan penggunaan obat oleh apoteker.
− Pemberian antibiotik tidak tepat karena pemberian antibiotik harus diikutin
uji kultur untuk mengikuti sensitivitas bakteri.
112
− Pantau ginjal pasien.
4.2.7 Rekomendasi untuk Perawat
Rekomendasi untuk perawat oleh apoteker dimaksudkan untuk menjaga kestabilan obat-obat yang digunakan dalam terapi dan menjaga kebersihan lingkungan ruangan pasien dari wadah/sisa obat-obatan. Saran yang diberikan pada perawat yaitu:
− Pemberian antibiotik harus sesuai jadwalnya untuk menghindari terjadinya
resistensi.
− Pembuangan sampah setelah penyuntikan harus dibuang pada tempat sampah
infeksi yaitu warna kuning.
4.3 Pembahasan Tanggal 17 April 2015
Keadaan pasien dengan kondisi subjektif mengalami gangguan rasa nyaman dan nyeri dan pasien mengalami mual. Pemeriksaan objektif yang dilakukan adalah toC = 36oC; respiratory rate (RR) = 22 x/i; heart rate (HR)= 82 x/i; BB =60 kg, pasien di assement mengalamihernia inguinal lateral stragulata. Pasien diberikan terapi berupa obat-obat yang dapat dilihat pada Tabel 4.7
Tabel 4.7 Daftar Obat-Obat yang Digunakan Tanggal 17 April 2015
Tanggal Jenis Obat
Paten/Generik
Sediaan
Dosis Sehari Rute
Bentuk Kekuatan
17 April Metronidazol Injeksi 500mg/ml 500 mg/8jam i.v
113
kelihatan lemah dan nyeri, dokter gizi memberikan penambahan obataminofusin dan keterolak diberhentikan.
4.3.1 Pengkajian Tepat Pasien
Terapi diberikan kepada pasien, RH dengan nomor MR : 00.95.85.12. Pengobatan yang diberikan telah sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan dokter, dalam hal ini sudah tepat pasien.
4.3.2 Pengkajian Tepat Indikasi
Aminofusin diindikasikan untuk penambahan nutrisi, perbaikan dan regenerasi sel - sel. pemberian aminofusin tepat indikasi karena pasien lemah.
Ceftriaxone adalah antibiotik spectrum luas yang diindikasikan untuk mengobati infeksi besar.Pemberian antibiotik Ceftriaxone dalam hal ini sudah tepat indikasi karena berdasarkan hasil pemeriksaan patologi klinik menunjukkan adanya peningkatan kadar leukosit (Depkes, 2007).
Injeksi Ranitidin diindikasikan sudah tepat indikasi, bekerja dengan menghambat reseptor H2 yang merangsang sekresi asam lambung. Ranitidin bekerja cepat spesifik dan reversible melalui pengurangan kadar ion hydrogen cairan lambung (hardjosaputra, 2008).
114
Injeksi metronidazole diindikasikan untuk pengobatan infeksi anaerob, infeksi protozoa, infeksi kulit eradikasi Helicobacter pylori.Pengobatan untuk infeksi anaerobik digunakan selama 7 sampai 10 hari (Depkes RI, 2007).Penggunaan metronidazole sebagai terapi kombinasi dengan ceftriaxone dan gentamisin sudah tepat indikasi karena terapi antibiotik kombinasi digunakan untuk mencegah resistensi dari mikroba patogen.
4.3.3 Pengkajian Tepat Obat
Pemberian Aminofusin untuk penambahan nutrisi, perbaikan dan regenerasi sel – sel karena pasien mengalami lemah dan lemas sehingga pemberian aminofusin tepat obat.
Pemberian Ceftriaxone tidak tepat obat karena tidak ada dilakukan uji sensitivitas kultur kuman terlebih dahulu. Uji kultur harus dilakukan sebelum suatu antibiotik diberikan, sebelum uji kultur dilakukan boleh diberikan antibiotik empirik, tetapi selanjutnya harus mengikuti hasil uji kultur. Kelompok bakteri, meskipun berasal dari jenis yang sama, dapat bervariasi sensitifitasnya terhadap antibiotik. Informasi tentang antibiotik terhadap mikroorganisme penginfeksi menjadi sangat penting untuk seleksi obat yang tepat (Brunton,et al., 2006).
Ranitidin adalah suatu histamin antagonis reseptor H2 yang menghambat
115
Pemberian injeksi Gentamisin yang bersifat bakterisida dapat sebagai antibiotik. Gentamisin termasuk golongan aminoglikosida yang bekerja dengan cara mengikat secara reversibel subunit ribosom 30S bakteri, yaitu dengan menghambat sinstesis protein dan menyebabkan kesalahan translokasi kode genetik (Hardjosaputra, dkk., 2008). Pemberian Gentamisin tidak tepat karena pasien tidak melakukan uji kultur.
Pemberian injeksi metronidazol memiliki spektrum anti protozoa dan antibakterial yang lebar.Berkhasiat kuat terhadap semua amoeba, juga terhadap protozoa patogen anaerob lainnya, seperti Trichomonas dan Giardia.Obat ini juga aktif terhadap semua cocci dan basil anaerob gram positif dan negatif, tetapi tidak aktif terhadap kuman aerob (Tjay dan Kirana, 2002).
4.3.4 Pengkajian Tepat Dosis
Pengkajian ketepatan dosis dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.8 Pengkajian Tepat Dosis pada tanggal 17 April 2015
Tanggal Jenis Obat
Paten/Generik
Sediaan
Dosis Sehari Rute
Bentuk Kekuatan
17April
Ceftriaxone berbentuk injeksi dengan kekuatan sediaan 1 g/vial. Dosis lazim untuk dewasa = 1-2 g setiap 12 jam (Mc Evoy, 2011).Dosis pemberian pada pasien 1 g/12 jam. Jadi dosis yang diberikan sudah tepat.
116
interval setiap 6-8 jam(Mc Evoy, 2011).Dosis pemberian pada pasien 100 mg/24 jam atau 50 mg/12 jam.Jadi dosis yang diberikan sudah tidak tepat.
Dosis lazim gentamisin yaitu 1-2,5 mg/kgBB tiap 8-12 jam berdasarkan dosis lazim 1-2 mg/kgBB, 60 kg(60-150), dosis 1 kali dipakai 60-150 mg sekali pakai, dosis 1 hari 3 (60-150 mg) = 180 – 450 mg. dosis 1 kali pakai yang diberikan 80 mg. dosis 1 hari yang diberikan 80 kali 3 = 240 mg tepat dosis.
Dosis dewasa metronidazol 7,5 mg/kgBB, setiap 6-8 jam 2000 mg/hari (Mc Evoy, 2011).Dosis yang diberikan 500 mg kali 3 = 1500 mg/24 jam.
4.3.5 Pengkajian Waspada Efek Samping
Setiap obat memiliki efek samping dan interaksi obat yang tidak diinginkan dalam terapi sehingga pengkajian terhadap efek samping dan interaksi obat oleh apoteker menjadi sangat penting untuk membantu dalam mengoptimalkan terapi pasien. Efek samping dan interaksi obat dari obat yang digunakan dalam terapi dapat dilihat pada Tabel 4.9
Tabel 4.9 Pengkajian Efek Samping dan interaksi obat pada tanggal 17 April
2015.
Jenis Obat
Paten/Generik Efek Samping Interaksi Obat
Aminofusin Hiperkalemia
•Obat-Obat:
1. Penggunaan Ceftriaxone dengan gentamisin dapat miningkatkan resiko gagal ginjal
•obat-hasil laboratorium:
2. Pemakaian Ceftriaxone dapat meningkatkan kreatinin.
3. Ranitidin dapat
meningkatkan kreatinin (McEvoy,2005)
Ceftriaxone Diare, mual dan muntah, sakit
kepala, alergi berupa ruam, demam, gangguan fungsi hati, anemia hemolitik (Depkes RI, 2007)
Gentamisin Ototoksisitas, nefrotoksisitas,
blokade neuromuskular, superinfeksi(Pramudianto dan Evaria, 2009).
Metronidazole Sakit kepala, pusing, urin
117
4.3.6 Rekomendasi untuk Dokter
Rekomendasi untuk dokter mengenai terapi pasien yang dipantau meliputi pengkajian dan perencanaan dan penggunaan obat oleh apoteker.
− Pemberian antibiotik tidak tepat karena pemberian antibiotik harus diikutin
uji kultur untuk mengikuti sensitivitas bakteri.
− Pemberian ketorolak dan ranitidine tidak tepat dosis.
− Pantau ginjal pasien.
4.3.7 Rekomendasi untuk Perawat
Rekomendasi untuk perawat oleh apoteker dimaksudkan untuk menjaga kestabilan obat-obat yang digunakan dalam terapi dan menjaga kebersihan lingkungan ruangan pasien dari wadah/sisa obat-obatan. Saran yang diberikan pada perawat yaitu:
− Pemberian antibiotik harus sesuai jadwalnya untuk menghindari terjadinya
resistensi.
− Pembuangan sampah setelah penyuntikan harus dibuang pada tempat sampah
infeksi yaitu warna kuning.
− Penyimpanan obat sesuai dengan suhunya.
4.4 Pembahasan Tanggal 18 April 2015 -19 April 2015
Keadaan pasien dengan kondisi subjektif: Compos Mentis, nyeri, kembung. Pemeriksaan objektif yang dilakukan adalah toC = 36,1oC; respiratory rate (RR) =
Ranitidin Sakit kepala, insomnia, vertigo,
konstipasi, mual, muntah dan rasa tidak nyaman atau nyeri abdomen.
Reaksi hipersensitif dapat terjadidiantaranya
118
20 x/i; heart rate (HR)= 94 x/i; BB = 60 kg, tapi pada tanggal 19 April 2015 dilakukan test patologi klinik
Tabel 4.10 Daftar Obat-Obat yang Digunakan Tanggal 18 April 2015 – 19 April
2015
Dosis Sehari Rute
Bentuk Kekuatan
IVFD RL Injeksi 500 ml 20 tetes/menit i.v Ceftriaxone Injeksi 1000 mg/ml 1 g/ 12 jam i.v Ranitidine Injeksi 50 mg/ml 50 mg/12 jam i.v Gentamisin Injeksi 80 mg/Ampul 80 mg/12 Jam i.v Metronidazol Injeksi 500mg/ml 500 mg/8 jam i.v
Obat-obatan yang digunakan pada tanggal 18 April 2015-19April 2015 sebagian besar sama dengan obat yang digunakan tanggal 17 April 2015. Tetapi karena pasien tidak terlalu lemah lagi, sehingga pemberian aminofusin dihentikan.
4.4.1 Pengkajian Tepat Pasien
Terapi diberikan kepada pasien, RH dengan nomor MR : 00.95.85.12. Pengobatan yang diberikan telah sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan dokter, dalam hal ini sudah tepat pasien.
4.4.2 Pengkajian Tepat Indikasi
119
Ceftriaxone adalah antibiotik spectrum luas yang diindikasikan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang sensitif terhadap cefriaxon antara lain: infeksi saluran pernafasan bawah (pneumonia), infeksi kulit dan struktur kulit, infeksi tulang dan sendi, infeksi intraabdomen, infeksi saluran kemih. (Depkes RI, 2007).Pemberian antibiotik Ceftriaxone dalam hal ini sudah tepat indikasi karena berdasarkan hasil pemeriksaan patologi klinik menunjukkan adanya peningkatan kadar leukosit.
Injeksi Ranitidin diindikasikan sudah tepat indikasi, bekerja dengan menghambat reseptor H2 yang merangsang sekresi asam lambung. Ranitidin bekerja cepat spesifik dan reversible melalui pengurangan kadar ion hydrogen cairan lambung (hardjosaputra, 2008) .
Injeksi Gentamisin diberikan dengan indikasi untuk infeksi gram positif dan negatif, infeksi saluran kemih, infeksi saluran nafas, infeksi kulit dan jaringan lunak (Depkes RI, 2007). Pemberian gentamisin sudah tepat karena ada luka pada bekas operasi belum sembuh, jadi penggunaan injeksi gentamisin sudah tepat indikasi. .
120
4.4.3 Pengkajian Tepat Obat
Pemberian ringer laktat sudah tepat obat karena kondisi pasien yang lemah. Cairan infus tersebut mengandung elektrolit yang merupakan bahan utama untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, sudah tepat obat.
Pemberian Ceftriaxone tidak tepat obat karena tidak ada dilakukan uji sensitivitas kultur kuman terlebih dahulu. Uji kultur harus dilakukan sebelum suatu antibiotik diberikan, sebelum uji kultur dilakukan boleh diberikan antibiotik empirik, tetapi selanjutnya harus mengikuti hasil uji kultur. Kelompok bakteri, meskipun berasal dari jenis yang sama, dapat bervariasi sensitifitasnya terhadap antibiotik. Informasi tentang antibiotik terhadap mikroorganisme penginfeksi menjadi sangat penting untuk seleksi obat yang tepat (Brunton,et al., 2006).
Ranitidin adalah suatu histamin antagonis reseptor H2 yang menghambat
kerja histamin secara kompetitif pada reseptor H2 dan mengurangi sekresi asam lambung (Dewoto, 2007).Kondisi pasien dalam keadaan sedikit mendapat asupan makanan, maka untuk mencegah adanya jumlah asam lambung yang berlebih, dokter memberikan Ranitidin sebagai pencegahan.Dengan demikian pemberian Ranitidin sudah tepat.
121
Pemberian injeksi metronidazol memiliki spektrum anti protozoa dan antibakterial yang lebar.Berkhasiat kuat terhadap semua entamoeba, juga terhadap protozoa patogen anaerob lainnya, seperti Trichomonas dan Giardia.Obat ini juga aktif terhadap semua cocci dan basil anaerob gram positif dan negatif, tetapi tidak aktif terhadap kuman aerob (Tjay dan Kirana, 2002). Pemberian metronidazol tidak tepat obat karena pasien tidak melakukan uji kultur.
4.4.4 Pengkajian Tepat Dosis
Pengkajian ketepatan dosis dapat dilihat pda tabel di bawah ini:
Tabel 4.11 Pengkajian Tepat Dosis pada tanggal 18 April 2015 dan 19 April 2015
Tanggal
Dosis Sehari Rute
Bentuk Kekuatan
IVFD RL Injeksi 500 ml 20 tetes/menit i.v Ceftriaxone Injeksi 1000 mg/ml 1 g/ 12 jam i.v Ranitidine Injeksi 50 mg/ml 50 mg/12 jam i.v Gentamisin Injeksi 80 mg/Ampul 80 mg/12 Jam i.v Metronidazol Injeksi 500mg/ml 500 mg/8 jam i.v
Ceftriaxone berbentuk injeksi dengan kekuatan sediaan 1 g/vial. Dosis lazim untuk dewasa = 1-2 g setiap 12 jam (Mc Evoy, 2011). Dosis pemberian pada pasien 1 g/12 jam. Jadi dosis yang diberikan sudah tepat.
Ranitidin berbentuk injeksi dengan kekuatan sediaan 50 mg/ampul. Dosis lazim untuk dewasa 50 mg setiap 6-8 jam.Lama pemberian 2 minggu dengan interval setiap 6-8 jam(Mc Evoy, 2011). Dosis pemberian pada pasien 100 mg/24 jam atau 50 mg/12 jam. Jadi dosis yang diberikan sudah tidak tepat.
122
diberikan 80 mg. dosis 1 hari yang diberikan 80 kali 3 = 240 mg tepat dosis (Mc Evoy, 2011).
Dosis dewasa metronidazol 7,5 mg/kgBB, setiap 6-8 jam 2000 mg/hari (Mc Evoy, 2011).Dosis yang diberikan 500 mg kali 3 = 1500 mg/24 jam. Tepat dosis (Mc Evoy, 2011).
4.4.5 Pengkajian Waspada Efek Samping
Setiap obat memiliki efek samping dan interaksi obat yang tidak diinginkan dalam terapi sehingga pengkajian terhadap efek samping dan interaksi obat oleh apoteker menjadi sangat penting untuk membantu dalam mengoptimalkan terapi pasien. Efek samping dan interaksi obat dari obat yang digunakan dalam terapi dapat dilihat pada Tabel 4.12
Tabel 4.12 Pengkajian Efek Samping dan interaksi obat pada tanggal 18 April
2015-19 April 2015.
Jenis Obat
Paten/Generik Efek Samping Interaksi Obat
•Obat-Obat:
1.Penggunaan Ceftriaxone dengan gentamisin dapat miningkatkan resiko gagal ginjal
Ceftriaxone Diare, mual dan muntah, sakit
kepala, alergi berupa ruam, demam, gangguan fungsi hati, anemia hemolitik, pusing (Depkes RI, 2007)
Gentamisin Ototoksisitas, nefrotoksisitas,
blokade neuromuskular, superinfeksi(Pramudianto dan Evaria, 2009).
Metronidazole Sakit kepala, pusing, urin berwarna
gelap.
Ranitidin Sakit kepala, insomnia, vertigo,
123
4.4.6 Rekomendasi untuk Dokter
Rekomendasi untuk dokter mengenai terapi pasien yang dipantau meliputi pengkajian dan perencanaan dan penggunaan obat oleh apoteker.
− Pemberian antibiotik tidak tepat karena pemberian antibiotik harus diikutin
uji kultur untuk mengikuti sensitivitas bakteri.
− Pemberian ketorolak dan ranitidine tidak tepat dosis.
− Pantau ginjal pasien.
4.4.7 Rekomendasi untuk Perawat
Rekomendasi untuk perawat oleh apoteker dimaksudkan untuk menjaga kestabilan obat-obat yang digunakan dalam terapi dan menjaga kebersihan lingkungan ruangan pasien dari wadah/sisa obat-obatan. Saran yang diberikan pada perawat yaitu:
− Pemberian antibiotik harus sesuai jadwalnya untuk menghindari terjadinya
resistensi.
− Pembuangan sampah setelah penyuntikan harus dibuang pada tempat sampah
infeksi yaitu warna kuning.
4.5 Pembahasan Tanggal 20 April 2015
Keadaan pasien dengan kondisi subjektif Compos mentis. Pemeriksaan objektif yang dilakukan adalah toC = 36,5oC; respiratory rate (RR) = 18 x/i; heart
rate (HR)= 88 x/i; BB = 60 kg, pasien di assement menagalami hernia inguinal
lateral stragulata. Pasien diberikan terapi berupa obat-obat yang dapat dilihat
124
Tabel 4.13 Daftar Obat-Obat yang Digunakan Tanggal 20 April 2015
Tanggal Jenis Obat
Paten/Generik
Sediaan
Dosis Sehari Rute
Bentuk Kekuatan
20 April
Obat-obatan yang digunakan pada tanggal 20 April 2015 sebagian besar sama dengan obat yang digunakan tanggal 18-19 April 2015. Tetapi obat-obat pada tanggal 20 dikurangi karena pasien sudah mulai sehat tetapi pasien masih merasa nyeri pada skala 3 dan obat yang ditambah ketorolak.
4.5.1 Pengkajian Tepat Pasien
Terapi diberikan kepada pasien, R.H dengan nomor MR : 00.95.85.12. Pengobatan yang diberikan telah sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan dokter, dalam hal ini sudah tepat pasien.
4.5.2 Pengkajian Tepat Indikasi
Infus ringer laktat dinyatakan tepat indikasi, karena infus ringer laktat diindikasikan untuk mengembalikan keseimbangan elektrolit pada kondisi dehidrasi, mengatasi kehilangan cairan ekstraseluler abnormal yang akut, dan mengembalikan volume cairan tubuh yang hilang. Tetapi ringer laktat digunakan juga untuk membantu jalannya / pemberian obat, sudah tepat indikasi.
125
tepat indikasi karena berdasarkan hasil pemeriksaan patologi klinik menunjukkan adanya peningkatan kadar leukosit.
Injeksi Ketorolak merupakan golongan AINS yang memiliki efek analgetik yang kuat dan diindikasikan untuk pengobatan nyeri sedang sampai berat paska operasi. Ketorolak memilki efek analgetik yang sama dengan morfin dan petidin (Katzung, 2004). Injeksi Ketorolak tepat indikasi dengan keadaan pasien yang mengalami nyeri skala 3.
Injeksi Ranitidin diindikasikan untuk pengobatan dan pemeliharaan terhadap ulkus duodenal, penanganan refluks esofagitis, pengobatan jangka pendek ulkus gaster benign, pengobatan pada kondisi hipersekretori patologik dan hipersekresi pasca bedah (Depkes RI, 2007).Injeksi Ranitidin tepat indikasi, yaitu untuk pemeliharaan terhadap ulkus duodenal.
4.5.3 Pengkajian Tepat Obat
Pemberian ringer laktat sudah tepat obat karena kondisi pasien yang lemah. Cairan infus tersebut mengandung elektrolit yang merupakan bahan utama untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, sudah tepat obat.
126
Injeksi Ketorolak telah diberikan kepada pasien dari tanggal 20 Mei 2014 semenjak pasien masuk RSUD dr. Pirngadi Medan Pemberian Ketorolak tepat obat karena ketorolak dianjurkan untuk penggunaan pada pasien dengan skala nyeri ringan sampai berat.
Ranitidin adalah suatu histamin antagonis reseptor H2 yang menghambat
kerja histamin secara kompetitif pada reseptor H2 dan mengurangi sekresi asam lambung (Dewoto, 2007).Kondisi pasien dalam keadaan sedikit mendapat asupan makanan, maka untuk mencegah adanya jumlah asam lambung yang berlebih, dokter memberikan Ranitidin sebagai pencegahan.Dengan demikian pemberian Ranitidin sudah tepat.
4.5.4 Pengkajian Tepat Dosis
Sesuai dengan tanggung jawabnya untuk menjamin tercapainya penggunaan dan pengelolaan obat secara rasional maka seorang farmasis perlu melakukan pengkajian obat dalam hal ketepatan dosis. Ketepatan dosis meliputi ketepatan cara pemberian, lama pemberian, saat pemberian dan interval dosis, kajian ketepatan dosis dapat dilihat pada tabel 4.13
Tabel 4.13 Pengkajian Tepat Dosis pada tanggal 20 April 2015
Tanggal
Jenis Obat Paten/Generik
Sediaan
Dosis Sehari Rute
Bentuk Kekuatan
20 April
127
pemberian 2 hari dengan interval setiap 4-6 jam sesuai kebutuhan(Mc Evoy, 2011). Berdasarkan literatur pemberian injeksi Ketorolac seharusnya 30 mg/6 jam, Dosis pemberian pada pasien injeksi Ketorolac adalah 30 mg/8 jam. Dalam hal ini pemberian Ketorolak tidak tepat dosis.
Ceftriaxone berbentuk injeksi dengan kekuatan sediaan 1 g/vial. Dosis lazim untuk dewasa = 1-2 g setiap 12 jam(Mc Evoy, 2011). Dosis pemberian pada pasien 1 g/12 jam. Jadi dosis yang diberikan sudah tepat.
Ranitidin berbentuk injeksi dengan kekuatan sediaan 50 mg/ampul. Dosis lazim untuk dewasa 50 mg setiap 6-8 jam. Lama pemberian 2 minggu dengan interval setiap 6-8 jam(Mc Evoy, 2011). Dosis pemberian pada pasien 100 mg/24 jam atau 50 mg/12 jam. Jadi dosis yang diberikan sudah tidak tepat.
4.5.5 Pengkajian Waspada Efek Samping
Setiap obat memiliki efek samping dan interaksi obat yang tidak diinginkan dalam terapi sehingga pengkajian terhadap efek samping dan interaksi obat oleh apoteker menjadi sangat penting untuk membantu dalam mengoptimalkan terapi pasien. Efek samping dan interaksi obat dari obat yang digunakan dalam terapi dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.14 Pengkajian Efek Samping dan interaksi obat pada tanggal 20 April
2015.
Jenis Obat
Paten/Generik Efek Samping Interaksi Obat
Ketorolac Diare, Nyeri gastrointestinal, Sakit
kepala, Pusing, ngantuk.
•Obat-hasil
Ceftriaxone Diare, mual dan muntah, sakit
128
4.5.6 Rekomendasi untuk Dokter
Rekomendasi untuk dokter mengenai terapi pasien yang dipantau meliputi pengkajian dan perencanaan dan penggunaan obat oleh apoteker
− Pemberian antibiotik tidak tepat karena pemberian antibiotik harus diikutin
uji kultur untuk mengikuti sensitivitas bakteri.
− Pemberian keterolak dan ranitidin tidak tepat dosis, jadi nya ditingkatkan.
− Pantau fungsi ginjal.
4.5.7 Rekomendasi untuk Perawat
Rekomendasi untuk perawat oleh apoteker dimaksudkan untuk menjaga kestabilan obat-obat yang digunakan dalam terapi dan menjaga kebersihan lingkungan ruangan pasien dari wadah/sisa obat-obatan. Saran yang diberikan pada perawat yaitu:
a. Memberikan antibiotik tepat waktu sesuai jam yang ditentukan. b. Pembuangan sampah infeksi pada tempat yang sesuai
c. Penyimpanan obat sesuai dengan suhu obatnya.
4.6 Pelayanan Konseling, Informasi dan Edukasi Pasien
Pemahaman dan kepatuhan dalam menggunakan obat menjadi hal yang penting dalam mengoptimalkan terapi pasien.Seorang apoteker secara sistieatik mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah pasien yang berkaitan dengan
Ranitidin Sakit kepala, insomnia, vertigo,
129
penggunaan obat melalui konseling, informasi obat dan edukasi kepada pasien. Beberapa informasi yang disampaikan kepada pasien:
1. Perlunya seorang anggota keluarga sebagai pengawas menelan obat (PMO) untuk menjamin kepatuhan pasien dalam menggunakan obat, kepatuhan pasien menelan obat merupakan kunci keberhasilan pengobatan penyakit pasien.
2. Memberikan informasi mengenai kegunaan obat-obat yang diterima pasien. 3. Memberikan informasi tentang efek samping dan informasi lain mengenai
130
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan
1. Pemberian terapi pada kasus yang tidak rasional.
a. Ketorolak yang diberikan kepada pasien untuk mengatasi nyeri tidak tepat. Ketorolac adalah salah satu dari obat anti inflamasi non steroid (AINS), yang biasa digunakan untuk analgetik pada pengobatan nyeri sedang hingga berat paska operasi termasuk pada nyeri paska bedah (Katzung, 2004). Adapun setelah pemberitahuan kepada Dokter bahwa tidak dianjurkan pemberian ketorolak dan tidak boleh lebih dari dua hari, maka pemberian ketorolac dihentikan pada hari ketiga.
b. Pemberian antibiotik ceftriaxon, gentamisin dan metronidazol kepada pasien tidak tepat karena tidak didukung oleh uji kultur,dan dengan demikian pasien mendapat antibiotik ganda.
5.2 Saran
a. Sebaiknya penggunaan ketorolak untuk menangani nyeri pada bekas operasipada hari ke tiga dan selanjutnya yang dialami oleh pasien diganti dengan obat yang sesuai misalnya tramadol.
b. Sebaiknya pemantauan fungsi ginjal harus rutin dilakukan, dalam pemberian dosis obat.
131
DAFTAR PUSTAKA
Brunton, L.L., Lazo, J.S., dan Parker, K.L. (2006). Goodman and Gilman’s The
Pharmacological Basis of Therapeutics.11th Edition. New York: Mc Graw
Hill.
Depkes RIa. (2004). Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 1, 2, 37-45.
Depkes RIb. (2007). Pelayanan Informasi Obat. Jakarta: Depkes RI.
Dewoto, H. R. (2007). Histamin dan Antialergi dalam
Farmakologi dan Terapi.Edisi kelima. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Halaman 273.
Hardjosaputra, S.L Purwanto. (2008). Data Obat di Indonesia Edisi 11. Muliapurna Jaya. Hal : 430.
Jong, w.w., Hayward, A.R., Levin, M.Y., Sondhheimer, J.M. (2003). Current Pediatric Diagnosis and treatment.Singapore: MC.GRAW-HILL: 627-628.
Karnadihardja, W. (2004).Dinding Perut Hernia Retroperitoneum dan Omentum. Dalam buku ajar Ilmu bedah edisi 2: Jakarta: Hal: 529
Katzung, R. Bertram.(2004).Farmakologi Dasar dan Klinik.Edisi 8.Jakarta: Salemba Medika. Hal.91-99.
McEvoy, Gerald K. et all. (2011) .AHFS DRUG INFORMATION ESSENTIALS. USA: American Society of Health-System Pharmacists. Page 103-106, 141-143.
MIMS. (2014). MIMS Petunjuk Konsultasi. Jakarta: PT. Medidata. Halaman 288, 397.
Mycek, Mary J dkk. (2002). Farmakologi Ulasan Bergambar. Yogyakarta: Widya medika. Halaman 147, 247.
Komite Medis RSUP. H. Adam Malik. Standar Pelayanan MedisRSUP H. Adam
132
Siregar, J.P.C, dan Amalia, L. (2004). Farmasi Rumah Sakit Teori dan
Penerapan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 7, 13-15, 17-19.
Schwart, S.I. (2000). Hernia Dnding Abdomen. Dalam: Chandranata, Linda., ed. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah. Jakarta: EGC, 509.
Snell, R.S. (2006). Abdomen : Bagian 1 Dinding Abdomen. Dalam: Hartato Huriawati, ed. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC, 147.
133
Lampiran 1. Hasil Diagnosa dan Terapi
N o.
Pengama tan
Tanggal (14 April s.d 20April 2015) Keterang
an
Hernia inguinal lateral stragulata
134
Lampiran 2. Lembar Penilaian PPOSR
Tanggal
Terapi Obat Rasionalitas
Nama obat Kekuata
n Dosis
Rut e
Pasien Indikasi Obat
136 jam
Gentamyci
n 80 mg
80 mg/ 12
jam i.v
√ √ √ √ √ √ √ √
Metronidaz
ol 500 mg
500 mg/8
jam i.v
√ √ √ √ √ √ √ √
20 Mei 2014
IVFD RL 500 ml/ botol
20 tetes/
menit i.v √ √ √ √ √ √ √ √
Ketorolak 30 mg 30 mg/8 jam i.v √ √ √ √ √ √ √ √
Ranitidin 50 ml 50 mg/12
jam i.v √ √ √ √ √ √ √ √
Ceftriaxon
1000 mg/amp ul