• Tidak ada hasil yang ditemukan

manajemen kepala sekolah dalam - etheses UIN Mataram

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "manajemen kepala sekolah dalam - etheses UIN Mataram"

Copied!
161
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN KEPALA SEKOLAH DALAM

MENGEMBANGKAN BUDAYA LITERASI DI SMAN

2

WAWO

KABUPATEN BIMA

Pembimbing/promotor

PEMBIMBING I : Dr. Ahmad Sulhan, S.Ag, M.Pd.I PEMBIMBING II : Dr. Subki, M.Pd

Oleh:

Haryati Indrasari Nim: 190403016

Tesis ini ditulis untuk memenuhi sebagai persyaratan untuk mendapat gelar Magister

PROGRAM STUDI MENEJEMEN PENDIDIKAN ISLAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2021

(2)

MANAJEMEN KEPALA SEKOLAH DALAM

MENGEMBANGKAN BUDAYA LITERASI DI SMAN

2

WAWO

KABUPATEN BIMA

Pembimbing/promotor

PEMBIMBING I : Dr. Ahmad Sulhan, S.Ag, M.Pd.I PEMBIMBING II : Dr. Subki, M.Pd

Oleh:

Haryati Indrasari Nim: 190403016

Tesis ini ditulis untuk memenuhi sebagai persyaratan untuk mendapat gelar Magister

PROGRAM STUDI MENEJEMEN PENDIDIKAN ISLAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2021

(3)
(4)

Persetuan Pembimbing

(5)
(6)

(7)

Manajemen Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Budaya Literasi (Studi Kasus Di SMAN 2 Wawo) Tahun Pelajaran 2021.

Oleh

Haryati Indrasari 190403016 ABSTRAK

Menejemen Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Budaya Literasi Baca Tulis di SMAN 2 Wawo tahun pelajaran 2021. Tujuan penelitian ini:

1) untuk mengetahui menejemen kepala sekolah daloam merencanakan, mengorganisir, melaksanakan serta pengonrolan pengembangan Budaya Literasi Di SMAN 2 Wawo. 2) untuk mengetahui implikasi pengembangan budayaliterasi terhadap minat baca danmenulis siswa di SMAN 2 Wawo. 3) untuk mengetahi hambatan apa saja yang dihadapi dalam mengembangkan Budaya literasi di SMAN 2 Wawo. Menejemen kepala sekolah dalam mengembangkan Budaya Literasi Di sekolah dilakukan dengan cara: (1) membuat rencana jangka pendek dan jangka panjang atau program tahunan. (2) membuat rencana operasional sebagai tindak lanjut dari tahap pertama. Adapun faktor penghambatnya adalah:

(1) faktor internal yaitu minimnya dukungan atau motivasi dari wali kelas dan guru lintas Bidang Study, kurangnya Minat sebagian Siswa Untuk Membaca dan menulis dikarenakan tidak memilki bakat dibidang tersebut.

(2) faktor eksternal yaitu kurangnya sarana dan prasarana, arus globalisasi dan kecanggihan tekhnologi, pengaruh minimnya perhatian keluarga dan lingkungan di masyarakat terhadap aktifitas membaca buku.

Kata kunci, Manajemen Kepala Sekolah, pengembangan Budaya literasi(

Baca Tulis)

(8)

(9)
(10)

Motto

penguatan Budaya Literasi adalah Kunci memajukan Dunia, karena setiap penulis, secara otomatis akan melewati tahapan membaca, berpikir, dan tentu saja menulis serta berkreasi

“Lenang Manggala”

(11)

Persembahan

Keberhasilan tidaklah lepas dari dukungan dan motivasi orang- orang terdekat kita, iyalah mereka orang yang paling istimewa dalam hidupku.

Tesis ini aku persembahkan untuk mereka yang paling aku sayangi yaitu sosok terbaik dalam hidupku. Mereka adalah

Suamiku tercinta: Abdurrahman, yang begitu sabar membantuku sehingga aku sampai dititik ini.

Anakku tersayang: M. Aryan Ramadhan, kamu adalah malaikat penjaga mamah yang membuat mamah aman dari kesedihan dan kegagalan.

Ibu dan ayahku : ibu Raf‟ah dan bapak abdul Hamid mereka orang tua kandungku yang selalu memberikan suporth dan motivasi sehingga kesulitanku dalam menyelesaiakan tulisan ini bisa teratasi.

Serta tidak terlepas dari dukungan dan motivasi dari Ayah dan ibu Mertuaku ibu Asmah dan bapak Hamzah.

Terimakasi juga untuk adek-adekku dan rekan-rekan seperjuangan yang sudah membantu serta almamaterku tercinta.

(12)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, Shalawat serta salam

semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW serta kepada keluarga, sahabat, dan semua pengikutnya.

Tesis yang berjudul Manajemen Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Budaya Literasi Di SMAN 2 Wawo Kabupaten Bima, akhirnya dapat penulis selesaikan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian Tesis guna memperoleh gelar strata dua (S.2) pada Prodi Manajemen Pendidikan Islam Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Mataram.

Penulis menyadari dalam proses penyelesaian tesis ini tidak akan sukses tanpa bantuan dan keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis memberikan penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu, yaitu antara lain:

1. Bapak Dr. Ahmad Sulhan,SAg.,M.Pd.I., selaku dosen pembimbing I dan motivator yang dengan sabar telah membimbing penulis.

2. Bapak Dr. Subki, M.Pd., selaku dosen pembimbing II dan motivator yang sejak awal dengan sabar telah membimbing dan mengarahkan penulis.

3. Bapak Dr. Muhammad Thohri, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan Islam Pascasarjana Universitas Islam

(13)

Negeri Mataram atas motivasi, koreksi dan kemudahan pelayanan selama studi.

4. Bapak Dr. Yudin Citriadin, M.Pd., selaku Sekertaris Program Studi Manajemen Pendidikan Islam Pascasarjana Universitas Islam Negeri Mataram atas motivasi, koreksi dan kemudahan pelayanan selama studi.

5. Bapak Prof. Dr. H. Masnun, M.Ag., selaku Rektor Universitas Islam Negeri Mataram dan para pembantu Rektor atas pengarahan dan bimbingan serta pelayanan yang luar biasa penulis dapatkan selama menenpuh studi di UIN Mataram.

6. Seluruh dosen dan karyawan Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Mataram yang telah banyak membantu dan memberikan wawasan keilmuan dan kemudahan dalam menyelesaikan tesis ini.

7. Kepada Bapak Muhtar S.Pd., Selaku Kepala Sekolah SMAN 2 Wawo serta keluarga besar SMAN 2 Wawo Kec. Wawo Kab.Bima, yang telah banyak membantu memberikan support dan semangat kepada penulis.

Kepada semua pihak tersebut, semoga amal baik yang telah diberikan dapat diterima di sisi Allah SWT, dan mendapat limpahan rahmat dari-Nya, Aamiin Yaa Rabbal ‘Alamii

Mataram, 08 Desember 2021 Penulis Haryati Indrasari

(14)

DAFTAR ISI

COVER LUAR ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat... 6

1. Tujuan Penelitian ... 6

2. Manfaat Penelitian ... 6

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ... 7

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 7

F. Kajian Teori ... 16

G. Metode penelitian ... 53

1. Pendekatan Penelitian ... 53

2. Waktu dan Tempat penelitian ... 53

3. Definisi Oprasional ... 54

4. Subjek Penelitian ... 54

5. Tekhnik Pengumpulan Data ... 54

H. Tekhnik Analisis Data ... 58

I. Keabsahan Data ... 59

BAB II MANAJEMEN KEPALA SEKOLAH DALA MENGEMBANGKAN BUDAYA LISTERASI ... 61

A. Paparan Data ... 61

1. Gambaran Umum SMAN 2 Wawo ... 61

(15)

a. Sejarah Singkat SMAN 2 Wawo ... 61

b. Letak Geogtafis SMAN 2 Wowo ... 62

c. Tenaga pendidik dan Kependidikan ... 63

d. Peserta Didik ... 63

e. Sarana dan Prasarana ... 63

f. Visi Dan Misi Sekolah ... 67

2. Manajemen Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan BudayaLiteras...68

B. Temuan Penelitian ... 82

C. Pembahasan ... 83

BAB III IMPLIKASI PENINGKATAN PENGEMBANGAN MINAT BACA DAN MENULIS ... 97

A. Penerapan Budaya Listerasi Membaca ... 97

B. Temuan.Penelitian ... 109

C. Pembahasan ... 110

BAB IV HAMBATAN YANG DIHADAPPI DALAM MENGEMBANGKAN BUDAYA LITERASI (BACA TULIS) ... 118

A. Faktor Ekternal ... 118

B. Faktor internal ... 121

C. Temuan Penelitian ... 124

D. Pembahasan ... 125

BAB IV PENUTUP ... 127

A. Kesimpulan ... 127

B. Saran-Saran ... 127 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIR

(16)

DAFTAR TABEL Tabel 1.1 penelitian terdahulu.

Tabel 1.2 Tahap pembiasaan budaya literasi Tabel 1.3 Tahap pengembangan busaya literasi.

Tabel 1.4 tahap pembelajaran Budaya Literasi Tabel 2.1 tenaga pendidik SMAN 2 Wawo.

Tabel 2.2 Jumlah Peerta Didik SMAN 2 Wawo.

Tabel 2.3 Sarana dan Peasaeana SMAN 2 Wawo.

Tabel 3.1 Struktur organisasi geraan Literasi DMAN 2 Wawo.

Tabel 3.2 Pengelompokan tema pembiasaan Budaya literasi SMAN 2 wawo.

Tabel 3.2 Kegiatan tema pengembangan Budaya Literasi SMAN 2 Wawo.

Tabel 3.3 Pengelompokan Tahap Pembelajaran Budaya Literasi SMAN 2 Wawo.

(17)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Pedoman Observasi.

Lampiran 2 Pedoman Dokumentasi.

Lampiran 3 Pedoman Wawancara.

Lampiran 4 foto guru dan siswa pada saat aktivitas di sekolah.

(18)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan.

Pembangunan diarahkan dan bertujuan untuk mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003, Dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, Masyarakat, Bangsa dan Negara. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan suatu perencanaan dalam proses pembelajaran yang dilakukan secara aktif guna mengembangkan potensi siswa serta menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.1

Kemajuan suatu bangsa bisa dinilai dari indikator. sebuah indikator kemajuan bangsa dapat dilihat dari minat masyarakat bangsa itu sendiri terhadap literasi. Pada konteks Indonesia, Minat literasi kita masih tergolong rendah diantaranya dikalangan pelajar.

Sedangkan iklim penerbitan tulisan ilmiah juga tak bergairah. Pada kondisi ini tentu perlu dipertanyakan, sebab pada dasarnya semua anak Indonesia juga dilahirkan dengan potensi yang sama dengan anak-anak bangsa lain. Akan tetapi dari gambaran Di Atas tersebut dapat disimpulkan bahwa pembiasaan dan model pembelajaran serta mata ajar yang diterapkan di Indonesia berbeda dengan standar internasional.2

Pendidikan literasi yang mencakup pembudayaan baca-tulis iyalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Sebagian besar proses

1 Hajar, S. 2020. Pengaruh Model Pembelajaran Penemuan dan Motivasi Belajar terhadap Hasil Pembelajaran Fisika pada Peserta Didik SMA Negeri 9 Makassar. h. 1

2 Evi, F. R. 2017. Peran Kepala Sekolah/Madrasah Perempuan dalam mengembangkan Budaya Literasi.Volume 4 Nomor 1. UIN Sunan Ampel Surabaya. h. 147

(19)

pendidikan yang bergantung pada kemampuan serta kesadaran literasi. Budaya literasi yang tertanam pada diri peserta didik dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan di sekolah maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Tidak berlebihan sepertinya Baynhan (1995) menjelaskan bahwa “Reading is the heart of education”.

Literasi salah satu budaya bermakna sebagai suatu aktivitas yang kontinyu pada rangka pengembangan kemampuan membaca serta menulis. Budaya literasi di sekolah/madrasah bisa dilihat dari sekolah/madrasah memiliki kepedulian terhadap desain tulisan dalam kelas, tabel interaktif, tulisan yang digunakan sebagai alat komunikasi kelas, tulisan guru serta siswa, pajangan karya siswa, perpustakaan kelas, sikap guru, partisipasi orang tua dalam menumbuhkan budaya literasi.

Pada tingkat sekolah menengah (usia 15 tahun) pemahaman membaca peserta didik Indonesia (selain matematika dan sains) diuji oleh Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD—Organization for Economic Cooperation and Development) dalam Programme for International Student Assessment (PISA). PISA 2009 menunjukkan peserta didik Indonesia berada pada peringkat ke- 57 dengan skor 396 (skor rata-rata OECD 493), sedangkan PISA 2012 menunjukkan peserta didik Indonesia berada pada peringkat ke-64 dengan skor 396 (skor ratarata OECD 496) (OECD, 2013). Sebanyak 65 negara berpartisipasi dalam PISA 2009 dan 2012. Dari kedua hasil ini dapat dikat akan bahwa praktik pendidikan yang dilaksanakan di sekolah belum memperlihatkan fungsi sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang berupaya menjadikan semua warganya menjadi terampil membaca untuk mendukung mereka sebagai pembelajar sepanjang hayat.3

Kepala sekolah pada konteks tersebut iyalah sosok yang paling berperan sehingga bisa disebut sebagai agen perubahan.

Menjadi agen perubahan artinya menjadi orang yang bermisikan

3Sutrianto Dkk, Panduan Gerakan Literasi Sekolahdi Sekolah Menengah Atas, (Jakarta : Kemendikbud, 2016),h.1

(20)

mempermudah perubahan atau inovasi terencana. Dengan adanya agen perubahan di sekolah iyalah untuk efisiensi dan efektivitas proses perubahan organisasi. Pada perspektif kebijakan pendidikan nasional terdapat tujuh peran kepala sekolah yaitu, (1) pendidik;

(2) manajer; (3) administrator; (4) supervior; (5) leader; (6) innovator; dan (7) motivator.

Di Keluarkannya Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 162 Tahun 2003 tentang Pedoman Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah disebutkan bahwa tugas Kepala Sekolah sebagai edukator, manager, administrator, supervisor, leader,entrepreneur, climate creator. Tugas-tugas tersebut sering disingkat dengan EMASLEC. Kepala Sekolah menjalankan tugas sebagai pemimpin suatu sekolah harus mampu mengelola semua sumber daya pendidikan yang dimiliki.4

Wahjosumidjo mengemukakan fungsi kepemimpinan sebagai manajer tidak lepas dari kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, serta mengendalikan usaha anggota organisasi dan memberdayakan sumber daya pendidikan yang tersedia secara optimal guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kepala Sekolah memiliki tanggung jawab yang besar dalam merencanakan, mengorganisasikan, membina, melaksanakan serta mengendalikan sekolah dan sumberdaya manusia yang ada didalamnya, termasuk fungsi guru disekolah.5

”Berdasarkan hasil pertemuan teknis Stek holder pendidikandi kantor Bupati Bima sejak Agustus 2018, Pemerintah membangun mitra dalam peningkatan mutu pendidikan yang dikenal dengan Inovasi dan berfokus pada pengembangan kapasitas guru, yang bertujuan untuk meningkatkan proses pembelajaran di kelas terutama dalam peningkatkan hasil belajar siswa. Kabupaten Bima merupakan Kabupaten yang masih berada diurutan bawah dari 10 Propinsi di Nusa Tenggara Barat dalam hal penigkatan Budaya

4Danim Sudarwan & Khairil. Profesi Kependidikan(Bandung: Alfabeta, 2010), h.79

5Wahjosumidjo,Kepemimpinan Kepala Sekolah.Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya(Jakarta: Rajawaali Pers, 2008),h.96

(21)

Literasi, terkhusus Kecamatan Wawo. Kecamatan Wawo merupakan salah satu dari 19 Kecamatan yang sangat merespon perkembangan literasi sebagai wahana peningkatan prestasi dan wawasan belajar, hal ini ditandai dengan terbentuknya kelompok- kelompok literasi di luar Sekolah yang membantu Siswa untuk membiasakan Budaya literasi. Gerakan literasi Kabupaten Bima di tuangkan dalam peraturan Bupati (PERBUP) Kabupaten Bima nomor 11 tahun 2019.”6

“Membaca bagi siswa SMA ini sangat penting sekali dikarenakan mereka lulus dari SMA diharapkan melanjutkan pada jenjang berikutnya yaitu perguruan tinggi. Pelaksanaan litersai di SMAN 2 Wawo adalah rutinitas yang dilaksanakan sebagai ciri khas SMAN 2 Wawo. Rutinitas wajib membaca dan menulis untuk menambah kecakapan untuk mencari, menelusuri, mengelola, memahami informasi agar siswa dapat menganalisis dan menanggapi menggunakan teks tertulis untuk mengembangkan pemahaman dan potensi.

Aktivitas literasi di SMAN 2 Wawo ini awalnya sekedar memanfaatkan perpustakaan Sekolah untuk memperkenalkan proses membaca, mengembangkan kemampuan membaca secara efektif dan meningkatkan kemampuan pemahaman bahan bacaan yang efektif.”7

Melihat keaktifan siswa untuk membaca dan menulis Kepala sekolah akhirnya menyediakan berbagai tempat untuk mendukung program literasi sekolah seperti menyediakan mading untuk menempel hasil-hasil karya siswa seperti puisi, cerpen, dan karangan-karangan lainnya, serta penyediaan Sudut Bacaan di masing-masing kelas dan

6 KUPT dikbudpora kecamatan wawo, Wawancara , tanggal 07 2021

7 Kepala Sekolah SMAN 2 Wawo, wawancara, tanggal 04 Januari 2021

(22)

disertai Poster-Poster yang berisi kata-kata Motivasi agar siswa terbiasa untuk membaca.8

“Pelaksanaan literasi mencakup literasi Baca Tulis seperti pelaksanaan kegiatan wajib Membaca dan penulisan karya ilmiyah dan juga kegiatan literasi lainnya seperti literasi digital yaitu memahami alat-alat kuminikasi serta aplikasi-aplikasi penunjang digital seperti Ruang Guru, Geogle Class Room serta keaktifan dalam pelaksanaan sarana digital lainnya Pada tahap pembiasaan ini saya selaku kepala Sekolah memiliki tugas yang sangat penting untuk meningkatkan Minat Baca dan Menulis Siswa SMAN 2 Wawo , dalam hal ini saya membangun kerja sama guru-guru bidang stady untuk membimbing siswa sesuai keahliannya dibidang masing-masing seperti latihan menulis Puisi, Cerpen dan Pembinaan Olimpiade sains. “9

Didukung oleh Hasil Observasi Peneliti di Sekolah SMAN 2 Wawo sudah memiliki fasiltas-fasilitas yang mendukung Program Literasi Sekolah Serta Penyediaan Sarana dan Prasarana seperti perpustakaan Sekolah, Mading di masing-masing Kelas, Sudut Baca Serta ditempelnya poster-poster pendidikan.10

Hasil pengamatan Peneliti bahwa di SMAN 2 Wawo ini Masih Kurang Stabil Dalam melaksanakan Program Literasi Baca Tulis, Karena dilihat Dari Kurangnya Siswa Mengunjungi Perpustakaan dan Hanya Sebagian Siswa Saja yang memiliki Kesadaran untuk Membuat Karya-karya Tulis Seperti Puasi, Cerpen dan Karangan-karangan lainnya untuk ditempelkan di Mading Sekolah. Meskipun Kepala Sekolah tersubut sudah berusaha untuk mengarahkan kepada para guru Bidang Stady untuk membimbing siswa dalam meningkatkan kebiasaan Membaca dan Menulis tetapi hasilnya masih kurang maksimal, Hal ini terlihat pada saat Kepala Sekolah melakukan Evaluasi pada tiap-tiap kelas, dan memberikan Penilaian Terhadap Karya-karya Tulis Siswa Hanya Sebagian Siswa Yang Memiliki

8Observasi di SMAN 2 WAwo, tanggal 04 Januari 2021

9 Kepala Sekolah SMAN 2 Wawo, wawancara, tanggal 05 Januari 2021

10Observasi,SMAN 2 Wawo, Tanggal 05 Januari 2021

(23)

Kesadaran Untuk Mengumpulkan Hasil karyanya. Oleh Karena Itu Untuk Mendukung Dengan Diadakannya Program Literasi Dalam Membiasakan Siswa Untuk Membaca Dan Menulis Menejemen Dari Seorang Kepala Sekolah lebih di butuhkan, karena pengawasan dan bimbingan sangat dibutuhkan dalam menunjang perkembangan Sumber Daya Pendidik dan Peseta Didik.11

Dari pemaparan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul” Manajemen Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Budaya Literasi Di SMAN 2 Wawo”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Menejemen Kepala Sekolah dalam merencanakan, mengorganisir, melaksanakan dan pengonrolan terhadap pengembangan Budaya Literasi di SMAN 2 Wawo?

2. Bagaimana implikasi peningkatan Budaya Literasi dalam mengembangkan Minat Baca dan Menulis Siswa SMAN 2 Wawo?

3. Apa Saja Hambatan yang dihadapi dalam mengembangkan Budaya Literasi Di SMAN 2 Wawo?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian

a. Untuk mengetahui Menejemen Kepala Sekolah dalam merencanakan, mengorganisir, melaksanakan dan pengonrolan terhadap pengembangan Budaya Literasi di SMAN 2 Wawo.

b. Untuk mengetahui Implikasi pengembangan Budaya Literasi terhadap Minat Baca dan Menulis Siswa di SMAN 2 Wawo.

c. Untuk Mengetahui Hambatan Apa Saja Yang di Hadapi dalam Mengembangkan Budaya Litersai Di SMAN 2 Wawo.

2. Manfaat Penelitian

Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

11Wawancara Kepala SMAN 2 Wawo, tanggal 05 2021

(24)

a. Bagi peserta didik, dengan penerapan budaya literasi ini diharapkan dapat mengembangkan kualitas proses pembelajaran di SMAN 2 Wawo serta memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam menguasai konsep dan materi yang dipelajari.

b. Bagi guru, dijadikan sebagai bahan pembelajaran untuk kedepannya sehingga dapat menerapkan budaya literasi dan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik di kelas.

c. Bagi peneliti, dapat memperoleh pengalaman langsung, dimana dapat menganalisis peran kepala sekolah dan guru dalam mengembangkan budaya literasi.

d. Bagi sekolah, sebagai pertimbangan oleh sekolah untuk dapat dipergunakan pendidik-pendidik lain dengan menerapkan literasi di sekolah.

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian

Adapun ruang lingkup penelitian ini meliputi masalah Manajemen Kepala sekolah dalam mengembangkan Budaya literasi di SMAN 2 Wawo, dengan fokus penelitian meliputi budaya literasi baca tulis. Sedangkan setting penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu 3 bulan mulai bulan september sampai November 2021 dengan lokasi penelitian di SMAN 2 Wawo di Kabupaten Bima. Penelitian juga akan dilakukan sesuai dengan waktu atau jadwal penelitian yang ditentukan sebelumnya.

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelusuran penelitian terdahulu sangat penting dilakukan guna untuk melihat dan mengkaji perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian yang terdahulu. Adapun usaha penelusuran yang peneliti lakukan yaitu:

(25)

Tabel 1.1 N

o

Deskripsi Penelitian

Perbedaan Persamaan Keaslian penelitian 1. Muhammad

Sadli:

pengembangan Budaya Literasi

dalam meningkatkan minat membaca

di Sekolah Dasar Negeri Kaumani Kota Malang 201812

Peneliti ini dilakukan di sekolah dasar Negeri Kauman 1 Kota Malang.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian studi kasus sigle case, Pendekatan penelitian kualitatif deskriptif . adapun

kesimpulan dari penelitian ini adalah.1) Strategi Guru dalam mengembangkan Budaya literasi di sekolah dasar Negeri Kauaman 1 Kota Malang:

Strategi yang digunakan guru

Sama menelaah kemampuan literasi siswa

melalui penyediaan

sarana penunjang

litarasi

Tesis dengan judul Menejemen Kepala

Sekolah Dalam Mengembangk an Budaya Literasi Di SMAN 2 Wawo Kabupaten Bima.

Penelitian ini dilakukan Di SMAN 2 Wawo Kabupaten Bima, dengan Jenis

Penelitian Deskriptif pendekatan kualitatif dengan tehnik pengambilan data dilakukan dengan cara

12 Muhamad Sadli, Pengembangan Budaya literasi dalam pengembangan Minat

Membaca Siswa di SDN Kauman 1 Kota Malang

(26)

dalam

pengembangan budya literasi adalah Strategi SQ3R (Supervisi, Question, Read, Recite, Review).

Strategi Guede Reading (SR), Strategi StoryTelling, Strategi

membaca Tanya jawab atau Request. 2) Model

pengembangan budaya literasi di sekolah adalah:

a. pembiasaan.

b.pengembangan, c. pengajaran. 3) Implikasi

pengembangan budaya literasi di sekolah.

Sedangkan Peneliti Sekarang

Adalah Meneliti tentang Menejemen Kepala sekolah

Dalam Mengembangaka n Budaya Literasi

Di SMAN 2 Wawo. Peneliti

sekarang

Observasi, dokumentasi dan

Wawancara.

Penelitian dalam peneliti ini

mendeskripsik an fakta menejemen kepala sekolah dalam

mengembangk an budaya literasi di SMAN 2 Wawo. Subjek penelitian ini adalah SMAN 2 Wawo, Sumber Penelitian ini meliputi Kepala

Sekolah, Guru, Siswa dan Orang tua siswa. Adapun hasil penelitian sekarang adalah berdasarkan rumusn masalah

penelitian yaitu Menjemen Kepala

Sekolah dalam

(27)

menggunakan pendekatan

Kualitatif deskriptif, dimana peneliti

hadir langsung dilokasi penelitian untuk

mendapatkan Data.

Perbedaannya di sini terdapat di lokasi penelitian,

dan penelitian terdahulu meneliti tentang

strategi kepala sekolah sedangkan peneliti sekarang

meneliti tentang menejemen kepala sekolah.

Mengembangk an Budaya Litersi di Sekolah iyalah:

1) dengan membuat rencana jangka pendek dan rencana jangka panjang.

a)merumuskan secara jelas dan tertulis dengan acuan, b)

menganalisis situasi dan kondisi,c) mengintifikasi masalah dan solusinya, dan d) menentukan alat ukur evaluasi.

Adapun hambatan yang terdapat pada penelitian ini adalah.: 1) faktor internal:

a) kurangnya dukungan dari wali kelas dan guru lintas bidang studi kepada siswa untuk

melakukan

(28)

kebiasan membaca dan menulis, b) kurangnya minat sebagian siswa untuk melalkukan kebiasaan membaca dan menulis dikarenakan mereka tidak berbakat dibidang tersebut. 2) faktor eksternal: a) masih kurangnya Sapras untuk menjang pembelajaran, b) pengaruh arus

Globalisasi dan kecanggihan tekhnologi, pengaruh keluarga dan lingkungan masyarakat.

2. Apridhona Tito Minayugie

Anaisis implementasi

kebijakan gerakan literasi

sekolah (GLS)

Perbedaan penelitian

sekarang dengan penelitian

terdahulu trletak

di Lokasi

penelitiannya dan

Sama-sama mene;iti

tentang Gerakan

Literasi Sekolah(GL

S), sama-

(29)

pada jenjang Sekolah Dasar

di Kabupaten Malang.13

terletak di judulnya dimana peneliti terdahulu meneliti tentang implementasi kebijakan GLS pada jenjang SD Sekabupaten malang sedangkan

peneliti sekarang meneliti tentang menejemen kepala sekolah dalam

mengembangkan budaya literasi di SMAN 2 Wawo, selain dari itu juga terletak perbedaan di hasil

penelitiannya dimana hasil peneliti terdahulu iyalah dapat disimpulkan kebijakan

pelaksanaan GLS telah

dilaksanakan oleh SD 2 dan 3 pandasari.1) pelaksanaan GLS dengan penataan,

sama menggunaka

n jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan

kualitatif.

13 Apridhona Tito Minayugie, Analisis IMplementasi Kebijakan GLS pada jenjang sekolah dasar di Kabupaten Malang 2019

(30)

penggunaan, dan pemanfaatan fasilitas gedung perpustakaan untuk menunjang implimentasi. 2) warga sekolah, Kepala sekolah dan guru sudah mengikuti

sosialisasi GLS(memberika n pemahaman tentang tekhnis pelaksanaan dan implementasi), 3) memiliki guru dengan prestasi di bidang literasi

di bidang

nasional.

3. Evi Fatimatur Rusidiyah, tesis

dengan judul : Peran kepala sekolah/madras ah Perempuan

dalam mengembangka

n Budaya literasi.

Penelitian ini dilakukan di

UIN Sunan

Perbedaan dalam penelitian ini adalah analisis data dan lokasi yang digunakan oleh peneliti.

Jenis penelitian ini adalah desain penelitian

deskriptif.

Berdasarkan hasil

penelitiannya

Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-

sama meneliti kepemimpin

an kepala sekolah.

(31)

Ampel Surabaya14

peran kepala Sekolah/madrasa h dalam

pengembangan budaya literasi disimpulkan sebagai berikut:

1) penerapan budaya literasi disekolah/madras ah yang memiliki kepala sekolah perempuan lebih baik daripada sekolah/madrasa h yang kepala sekolahnya laki- laki. 2) program khusus yang dirancang pihak sekolah

/madrasah guna menggunakan program khusus literasi tidak banyak

perbedaan. Hal yang berbeda adalah kegiatan perpustakaan mini. Kegiatan ini bersifat non formal.

Sedangkan kegiatan

14Evi Fatimatur Rusidiyah, tesis: Peran kepala sekolah/madrasah Perempuan dalam mengembangkan Budaya literasi. Penelitian ini dilakukan di UIN

(32)

kurikulum baca dan karya tulis ilmiyah tidak menunjukkan hal yang berbeda.

Kegiatan terahir merupakan kegiatan

terstruktur masuk dalam proses pembelajaran.

Sedangkan penelitian sekarang yang jenis penelitian Kualitatif Deskriptif dengan Tehnik Pengambilan Data dilakukan dengan

Observasi, Dokumentasi, dan Wawancara Bebas.

Peneliti

dilakukan Di

SMAN Se-

Kecamatan

Wawo Kab.

Bima. Perbedaan peneliti sekarang dan terdahulu terdapat di lokasi penelitian , dan peneliti sekarang meneliti tentang menejemen

(33)

kepala sekolah sengakna peneliti terdahulu

meneliti peran kepala sekolah perempuan

Penelitian diatas menunjukan adanya kesamaan dengan masalah yang diteliti yaitu sama-sama mengkaji masalah Literasi.Sedangkan perbedaanya yaitu terletak pada” Menejemen Kepalan Sekolah Dalam Mengembangkan Budaya Litersai. Selain itu juga adanya perbedaan pada lokasi penelitian, metode penelitian, prosedur penelitian, proses penelitian, analisis penelitian, dan hasil penrlitian yang dicapai berbeda. Perbedaan ini tentu tidak memungkinkan menunjukkan tujuan dan hasil yang sama dalam penelitian.

F. Kajian Teori

1. Konsep manajemn a. Pengertian manajemen

Pengertian ilmu manajemen berasal dari bahasa Italia (1561) maneggiare yang berarti “mengendalikan” terutama dalam konteks mengendalikan kuda, yang berasal dari bahasa latin manus yang berarti “tangan” bahasa prancis lalu mengadopsi kata ini dari bahasa ingris menjadi management yang memiliki arti “seni melaksanakan dan mengatur”. Mary parker follet, misalnya mendevinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.Devinisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi.15

Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, danpengawasan terhadap usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumberdaya organisasi lainnya agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan.16

15 Rheza pratama .pengantar manajemen, (cv. Budi utama.yogyakarta,2020),h.7

16Dian Wijayanto,Pengantar Manajemen,(Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama.2012)h..1

(34)

Manajemen suatu istilah baru yang lebih populis dari istilah administrasi yang digunakan dalam setiap lini aktifitas kehidupan sehari-hari manusia. Awalnya administrasi atau manajemen telah di ketahui atau dipraktekkan oleh manusia sejak 5.000 ribu tahun sebelum masehi (S.M) di negeri pyramid mesir. Pada masa itu masyarakat menumpukan perekonomian mereka pada perdagangan dan menjadi asset utama pemerintahan untuk menjalankan, orang menggunakan menggunakan catatan tertulis diperdagangan dan pemerintah.Pada tahun 300 S.M masyarakat roma memanfaatkan komunikasi dan pengendalian terpusat untuk efektifitas dan efisien.

Pada tahun 1500, machiaveli sebagaimana yang dikutib dari nanang (2003), membuat pedoman pemanfaatan kekuasaan. Kemudian pada tahun 1776 adam smith menyatakan pembagian kerja menjadi titik kunci badan usaha.

Pada tahun 1841-1925 henry fayol, mengemukakan pentingnya administrasi (manajemen) seperti follet dengan perilaku dinamikanya, mac weber dengan birokrasinya, Elton moyo, maslow, gregor dan chris argyis dengan studi perilakunya.

Semenjak kelahirannya sebagai salah satu ilmu dan profesi, manajemen yang merupakan kumpulan konsep-konsep sistematis dapat menjelaskan dan meramalkan apa yang akan terjadi dan membuktikan ramalan itu berdasarkan penelitian.

Hal itu memunculkan beberapa teori manajemen.17

Ada tiga teori tentang manajemen iyalah, teori klasik yang berasumsi bahwa para pekerja atau manusia itu bersifat rasional, berpikir logis, dan kerja merupakan suatu yang diharapkan. Dengan demikian, teori klasik berangkat dari premis bahwa organisasi bekerja dalam proses yang logis serta rasional dengan pendekatan ilmiah dan berlangsung menurut struktur organisasi. Teori klasik ini di usung oleh beberapa

17 Lukman Hakim, manajemen pendidikan, cetakan 1 (genta press, 2008).h.3

(35)

tokoh seperti Frederick W tailor (1856-1915) dengan manajemen ilmiahnya, lalu muncullah teori neo-klasik sebagai sebuah terobosan terhadap ketidak puasan terhadap teori klasik.

Teori ini berasumsi bahwa manusia itu makhluk sosial dengan mengaktualisasikan dirinya. Pada teori ini mengedepankan kerja sama, komunikasi, keseimbangan serta interaksi individu pada pencapaian tujuan bersama (organisasi).terakhir teori modern yang berasumsi bahwa manusia itu berlainan dan berubah baik kebutuhannya, reaksinya, tindakannya yang semuanya bergantung dalam lingkungan.18

Dalam konteks pendidikan, memang masih ditemukan kontroversi daninkonsistensi dalam penggunaan istilah manajemen.Di satu pihak ada yangtetapcenderung menggunakan istilah manajemen, sehingga dikenal dengan istilah manejemen pendidikan. Dilain pihak, tidak sedikit pula yang menggunakan istilah administrasi sehingga dikenal istilah administrasi pendidikan.19

b. Pendekatan manajemen sekolah

Menurut robbin (1983) dalam (denim, 2008: 42-47) ada tiga pendekatan sekolah yang baik, yaitu: (1) Pendekatan pencapaian tujuan, (2) Pendekatan proses atau system, dan (3) Pendekatan respons terhadap lingkungan.

1) Pendekatan pencapaian tujuan.

Adapun pendekatan pencapaian tujuan yaitu kemampuan dari segi pengelolaan maupun dari proses pendidikan yang diarahkan secara efektif untuk meningkatkan nilai akademik yang berkaitan langsung dengan faktor input agar menghasilkan ouput yang berkualitas.

2) Pendekatan proses.

18Ibid,h.4

19Daryanto & Mohammad Farid, Konsep dasar manajemen pendidikan di sekolah.(Yogyakarta : Penerbit GavaMedia, 2013 ).159

(36)

Pendekatan proses atau pendekatan multi dimensional adalah pendekatan sekolah dilihat dari konsistensi internal, sumber daya yang ada, keberhasilan kerja. dimana sekolah mengembangkan kemampuan membentuk watak sebagai peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, berkembangnya potensi peserta didik sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawabatas ketercapaiannya secara terukur.

3) Pendekatan respon terhadap lingkungan.

Pendekatan respon terhadap lingkungan yaitu sekolah yang teratur, terkontrol, memiliki struktur/prosedur yang dapat dipertanggung jawabkan baik secara internal maupun eksternal serta dapat meyakinkan masyarakat tentang kelangsungan hidup sekolah dan stakeholder lainnya.Untuk menyusaikan dengan tuntutan kebutuhan masyarakat saat ini maka setiap jenjang pendidikan perlu mempertimbangkan tuntutan perubahan yang ada yang lebih dikenal dengan era global, setiap tindakan harus di lakukan secara kontekstual (thinks globally, but act locally).20

c. Tujuan manajemen.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, pada umumnya para ahli memiliki kesamaan dalam mendefinisikan Manajemen Pendidikan yang secara umum memiliki dasar dan tujuan. Manajemen akan tercapai dengan baik apabila didasarkan atas asas atau landasan yang tepat.

Adapun pelaksanaan administrasi (manajemen) pendidikan di Indonesia ada dua macam azas atau dasar yaitu:

1) Azas idiil

20Abdul majir, paradigma baru manajemen pendidikan abad 21, (cv. Budi utama , yogjakarta, 2020)h.4

(37)

a) Pelaksanaan sistem Manajemen Pendidikan yang dianut oleh negara Indonesia yaitu sistem pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan pancasila dan UUD 45 karena pada hakekatnya adalah Manajemen Pendidikan subtansi dari sistem pendidikan secara luas.21

b) Sebagai tinjak lanjut dari dasar tersebut sistem pendidikan perlu diwadahi melalui sistem pendidikan nasional sebagai satu keseluruhan yang terpadu dari semua kegiatan pendidikan yang berkaitan dengan lainnya untuk mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan nasional.22

2) Asas operasional

Sebagaimana yang diketahui pada rangka pencapaian tujuan pendidikan nasional sudah tercantum dalam UUSPN No. 20 Tahun 2003, sehingga pada saat ini telah mengalami pembaharuan, upaya pembaharuan itu dilakukan agar meningkatnya mutu pendidikan pada tingkat sekolah. Untuk merealisasikan tujuan tersebut pemerintah memerlukan empat strategi pokok sebagai dasar serta tujuan Manajemen Pendidikan yaitu:

pemerataan kesempatan pendidikan, relevansi pendidikan, kualitas pendidikan, serta efesiensi pengelolaan/

Manajemen Pendidikan. 23Secara rinci tujuan Manajemen Pendidikan antara lain:

a) Terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM)

21 Tim Pengembangan MKDK, Administrasi Pendidikan (Semarang: IKIP Semarang Press, 1991), h. 5

22 Muwardi Sutedjo, et.al.., Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Direktorat jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1996), h. 8

23 Tim Pengembangan MKDK, Administrasi Pendidikan, h.5 lihat juga Undang-undang No, 20 Th. 2003, tentang sistem pendidikan Nasional dan Penjelasanannya (Bandung: Citra Umbara,2010), h. 64.

(38)

b) Terciptanya peserta didik yang aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

c) Tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.

d) Terbekalinya tenaga kependidikan dengan teori tentang proses dan tugas administrasi pendidikan.

e) Teratasinya masalah mutu pendidikan.24 a. Fungsi manajemen.

Fungsi manajemen yaitu Untuk mengarahkan kelompok manusia yang memiliki latar belakang pendidikan dan karakter yang berbeda-beda seorang manejer harus menerapkan fungsi- fungsi manajemen untuk dapat mewujudkan tujuan yang telah di tetapkannya, fungsi-fungsi manajemen disusun dan di arahkan sedemikian rupa sehingga terdapat kesatuan irama, gerak, dan cara pandang yang sama untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan.25

Manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan.

Kegiatan yang dimaksud tidak lain adalah tindakan-tindakan yang mengacu kepada fungsi-fungsi manajemen berkenaan dengan fungsi-fungsi manajemen ini, hanafi mengungkapkan pandangan dari beberapa ahli sebagai berikut:

Menurut G.R. terry terdapat empat fungsi manajemen yaitu:

1) Planning (perencanaan).

2) Organizing (pengorganisasian).

3) Actuating (pelaksanaan). dan

24 Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktik, Dan Riset Pendidikan (Jakarta : Bumi Aksara, 2006), h. 8. 32 Keith and G

25 Alam S, ekonomi untuk SMA dan MA Kelas XII jilid 3 ,(Jakarta: erlangga,2020) h.132

(39)

4) Controlling (pengawasan).26

Manajemen pendidikan memiliki fungsi yang sama dengan fungsi manajem umun yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. Tetapi dalam manajemen pendidikan, tetapi dalam manjemen pendidikan fungsi manajemen lebih spesifik dalam bidang pendidikan berikut penjelasan manajemen pendidikan:27

a) Perencanaan

Eksekusi perencanaan diatur dan disesuaikan dengan sumberdaya yang dimilikinya.Dalam dunia perencanaan pendidikan dirancang untuk fokus pada tujuan pendidikan secara keseluruhan dan menggunakan metode terbaik untuk mencapainya. Hasil dari perencanaan dapat berupa rencana kerja dalam proses seperti rencana strategis lembaga pendidikan dalam pencapaian Visi dan Misi, rencana pembelajaran jangka panjang (RPS), kurikulum , kursus dan masih banyak lagi.

Dalam proses perencanaan terhadap program pendidikan yang akan dilaksanakan, khususnya dalam lembaga pendidikan islam, maka prinsip perencanaan harus mencerminkan terhadap nilai-nilai islami yang bersumber pada Al-Qur‟an mengajarkan kepadamanusia: dalam surah (Al-Hajj :77).

























26 Daryono, menuju manajemen berbasis sekolah,(pasuruan: lembaga academi dan research institute, 2020)h.10

27 Arman paramansyah, manajemen pendidikan dalam menghadapi era digital, ( medan :fakultas ekonomi universitas pembangunan panca budi medan, 2020) h.14

(40)

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan. (al-hajj: 77) b) Pengorganisasian.

Fungsi organisasi dalam manajemen pendidikan bertujuan untuk memecah tugas-tugas besar menjdi kegiatan yang lebih sederhana. Fungsi ini memfasilitasi pelaksanaan pengawasan dan dalam menentekan jumlah dan kualifikasi sumber daya pendidikan yang di butuhkan. Pengorganisasian dalam manajemen pendidikan misalnya, memilih apa yang di butuh lembaga pendidikan, beberapa banyak fakultas dan staf yang dibutuhkan, fakultas apa yang dibutuhkan dan masih banyak lagi.

Wujud dari pelaksanaan organizing adalah tampaknya kesatuan yang utuh, kekompakkan, kesetiakawaan dan terciptanya mekanisme yang sehat, sehinnga kegiatan lancar, stabil dan mudah mencapai tujuan yang ditetapkan. Proses organizing yang menekankan pentingnya tercipta kesatuan dalam segala tindakan, dalam hal ini Al-Qur‟an telah menyebutkan berapa pentingnya tindakan kesatuan yang utuh, murni dan bulat dalam suatu organisasi. Firman Allah dalam:

(Q.S Al-Anfal: 46)





























Artinya: “Dan taatilah allah dan Rasulnya, janganlah kamu berbantah-bantahan yang menyebabkan kamu menjadi gentar, hilang kekuatannmu, dan bersabarlah, sesungguhnya allah beserta orang-orang yang sabar (Al-Anfal: 46)”.

c) Pelaksanaan (Actualing).

(41)

Setelah itu organisasi kemudian diarahkan ke berbagai sumber daya manusia untuk melakukan tanggung jawab yang sesuai dengan tujuannya. Pada dasarnya, pendampingan adalah proses motivasi orang untuk terlibat dalam kegiatan untuk mencapai tujuan mereka dan untuk menciptakan efisiensi dan efektifitas.

Al-Qur‟an dalam hal ini telah menjadi pedoman dasar terhadap proses pembimbingan, pengarahan ataupun memberikan peringatan dalam bentuk actuating ini. Allah berfirman dalam (Q.S. al-Kahfi:2)

































Artinya: “sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan siksaan yang sangat pedih dari sisi allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal soleh, bahwa mereka akan mendapatkan pembalasan yang baik”.

d) Pengawasan.

Kegiatan penilaian kinerja yang mengacu pada perencanaan yang telah di atur sebelumnya. Tujuan dari pengawasan ini adalah untuk memastikan bahwa kegiatan tersebut dilakukan untuk memenuhi tujuan tersebut.

Contoh evaluasi dalam manajemen pendidikan adalah evaluasi siswa , memberikan gambaran umum tentang system pendidikan dimana ada lembaga pendidikan.28

28Ibid, h.16

(42)

Sesuai dengan sifat rencana strategis, pengawasan yang akan kita lakukan juga bersifat strategis. Ada tiga hal yang secara garis besar diawasi dalam pengawasan strategi, yaitu:

1) Pengawasan perilaku, manajemen bisa melakukan pengawasan seperti ini dengan dukungan berbagai perangkat, seperti kebijakan, prosedur, Aturan hingga prosedur operasional standar (standard operating prosedure-SOP). Aspek total Qualitymanagement, atau ISO juga merupakan bagian dari pengukuran. Misalnya sop yang dibuat oleh perusahaan asuransi, itu membantu perusahaan tersebut menjamin semua urutan-urutan pekerjaan yang perlu dijalankan dengan baik. Dengan seperti ini, sama artinya dengan perusahaan mengatur perilaku dari karyawan.

2) Pengawasan output, Yakni apa-apa yang harus dihasilkan atau dicapai. Fokusnya disini adalah pada sasaran- sasaran atau target- target yang ingin dicapai.

Target-target ini bisa dinyatakan secara kuantitatif bisa juga secara kualitatif. Yang jelas perusahaan harus merancang target yang cukup menantang bagi manajer yang akan menjalankan. targret yang menantang akan merangsang potensi maksimal dari yang menjalankan sekaligus juga memberi dorongan semangat.

3) Pengawasan input, Dari Sisi penggunaan sumber daya mulai dari keterampilan, nilai-nilai, maupun motivasi pihak-pihak terlibat.29

2. Konsep Kepala sekolah

a. Kepemimpinan Kepala sekolah

kepemimpinan kepala sekolah menunjukan pada gaya dan strategi seorang kepala sekolah melaksanakan tugas kepemimpinan kepala sekolah. Kepemimpinan merupakan

29 M. taufiq Amir, manajemen strategik konsep dan aplikasi, (jakarta:pt.raja grafindo persada, 2012) h,206

(43)

suatu hal yang sangat penting dalam manajemen berbasis sekolah. Sebagai pemimpin di sekolah, kepala sekolah harus mampu menggerakan seluruh sumber daya manusia untuk dapat bekerja secara maksimal uuntuk dapat mencapai tujuan sekolah secara efisien

Dalam bahasa inggris kepemimpinan sering di sebut leader dari akar kata to lead dan kegiatannya disebut kepemimpinan atau leadership. Dalam kata kerja to lead tersebut terkandung dalam beberapa makna yang saling berhubungan erat yaitu, bergerak lebih cepat, berjalan ke depan mengambil langkah pertama, berbuat paling dulu, mempelopori, mengarahkan pikiran atau pendapat orang lain, membimbing, menuntun menggerakan orang lain lebih awal, berjalan lebih depan, mengambil langkah pertama, berbuat paling dulu, mempelopori suatu tindakan, mengarahkan pikiran atau pendapat, menuntun dan menggerakan orang lain melalui pengaruhnya.30

Secara etimologi, Kepala Sekolah merupakan padanan dari school principal yang bertugas menjalankan principalship atau kekepala sekolahan. Istilah kekepala sekolahan, artinya segala sesuatu yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi sebagai Kepala Sekolah.31

Dalam konteks keberagaman, bahwa kepala sekolah adalah seorang pemimpin. Dan setiap apa yang dilakukan akan dipertanggungjawab manusia bersifat individual. Setiap orang bertanggung jawab atas semua yangdilakukannya.

Sebagai mana yang disebut dalam Al-Qur‟an dalam surah At Thur, ayat 21:

30 Imam suprayono, revormasi visi pendidikan islam, (malang: stain press, cet 1,1999) h.161

31 Hasan Basri, Kepemimpinan Kepala Sekolah(Bandung:Pustaka Setia,2014),h.39

(44)









































Artinya:

“dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka dan kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap- tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakananya.

Orang hanya akan memetik dengan apa yang dilakuakannya sendiri, sebagaimana yang disebut dalam Al- Qur‟an surah An Najm, ayat 39:















Artinya:

“Dan bahwasannya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang diusahakannya.”

Prinsip ini juga dikemukakan dalam sebuah hadis sebagai berikut: “sesungguhnya Abdullah Bin Umar berkata:

saya mendengar rasulullah Bersabda: setiap dan kalian adalah pemimpin.setiap dan kalian akan diminta pertanggung jawaban tentang orang yang dipimpinnya. Imam adalah pemimpin dan dia akan diminta pertanggungjawaban tentang orang-orang yang dipimpinnya. Seorang laki-laki (Suami) adalah pemimpin dalam keluarganya dan dia diminta pertanggungjawaban tentang orang-orang yang dipimpinnya.

Seorang perempuan (istri) adalah pemimpin dalam rumah tangga suaminya dan dia diminta pertanggungjawaban tentang orang-orang yangdipimpinnya. Seorang pelayan

(45)

(pembantu) adalah pemimpin dalam harta milik tuannya dan dia diminta pertanggungjawaban tentang barang-barang yang diurusinya” )HR: Bukhari).32

Kompetensi dalam implementasi peran kepala sekolah dalam perspektif kebijakan Pendidikan Nasional (mulyasa, 2006) terdapat tujuh peran utama kepala sekolah, yaitu sebagai: 1 edukator (pendidik), 2 Manager 3. administrator 4.

supervisor 5. leader pemimpin 6 pencipta iklim kerja dan 7 wirausahawan merujuk kepada tujuh peran kepala sekolah sebagaimana disampaikan oleh Depdiknas di atas di bawah ini akan diuraikan secara ringkas hubungan antara peran kepala sekolah dengan peningkatan kompetensi guru.33

1) kepala sekolah sebagai educator (pendidik)

kegiatan pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan dan guru merupakan pelaksana dan pengembang utama kurikulum di sekolah. Kepala Sekolah yang menunjukkan komitmen tinggi dan fokus terhadap pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran di sekolahnya tentu saja akan sangat memperhatikan tingkat kompetensi yang dimiliki gurunya sekaligus juga akan senantiasa berusaha memfasilitasi dan mendorong agar para guru dapat secara terus-menerus meningkatkan kompetensinya.

2) kepala sekolah sebagai manajer

dalam mengelola tenaga kependidikan Salah satu tugas yang harus dilakukan kepala sekolah adalah melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan pengembangan profesi para guru. dalam hal ini kepala sekolah dapat memfasilitasi dan memberikan kesempatan yang luas

32Shopia Azhar, Pemimpin kepala sekolah efektif, universitas islam negeri alaudin Makasar, volume V nomor 1 januari-Juni 2016

33 Kompri, standarisasi kompetensi kepala sekolah : pendekatan teori untuk praktik profesoonal, (jakarta : kencana, 2017)h.61

(46)

kepada para guru untuk dapat melaksanakan kegiatan pengembangan profesi melalui berbagai kegiatan diklat.

baik yang dilaksanakan di sekolah seperti MGMP (musyawarah guru mata pelajaran) , diskusi profesional dan sebagainya atau melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan di luar sekolah seperti kesempatan melanjutkan pendidikan atau mengikuti berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan di luar sekolah seperti : kesempatan melanjutkan pendidikan atau mengikuti barbagai kegiatan pelatihan yang diselenggarakan pihak lain . 3) Kepala sekolah sebagai administrator

Berkenaan dengan pengelolaan keuangan , tercapainya peningkatan kompetensi guru tidak lepas dari faktor biaya. Seberapa besar sekolah dapat mengalokasikan anggaran peningkatan kompetensi guru tentunya akan mempengaruhi terhadap tingkat kompetensi pada guru.34 4) Kepala sekolah sebagai supervisor

Secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervisi yang dapat dilakukan melalui kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses belajar secara langsung terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode media yang digunakan dan ketertiban siswa dalam proses pembelajaran. Dari hasil supervisi ini, dapat diketahui kelemahan sekaligus keunggulan guru dalam melaksanakan pembelajaran tingkat penguasaan kompetensi guru yang bersangkutan selanjutnya diupayakan solusi. Pembinaan dan tindak lanjut tertentu sehingga guru dapat memperbaiki kekurangan yang ada.

Kepala sekolah sebagai leader (pimpinan).

Dalam teori kepemimpinan setidaknya mengenal dua gaya kepemimpinan yaitu kepemimpinan yang

34Ibid,h. 62

(47)

berorientasi pada tugas dan kepemimpinan yang berorientasi pada manusia.

meningkatkan kompetensi guru kepala sekolah dapat menerapkan kedua gaya kepemimpinan tersebut secara tepat dan fleksibel disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan yang ada. Kepemimpinan seseorang sangat berkaitan dengan kepribadian dan kepribadian kepala sekolah sebagai pemimpin akan tercermin dalam sifat- sifat sebagai berikut:

(a) Jujur. Sebagaimana dijelaskan dalam (Q.S.

Azzumar : 33).



















artinya: “dan orang-orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”

(b) Amanah, (Q.S. Annisa: 58):





















































Artinya: “Sesungguhnya allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkannya dengan adil. Sesungguhnya allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya

(48)

kepadamu. Sesungguhnya allah adalah mahan mendengar lagi maha melihat.

(c) Tanggung jawab: (Q.S. Al-Bakarah: 286).

 )



































































































Artinya: “Allah tidak membebani seseorang melainkan dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dania mendapat siksa (dari kejahatan). Yang dikerjakannya”.

(a) Dinamis: )Q.S. Ra‟du: 10):

 )





























Artinya: “ Sama saja (bagi tuhan), siapa diantaramu yang merahasiakan ucapannya, dan siapa yang berterus-terang dengan ucapan itu, dan siapa yang bersembunyi di malam hari dan berjalan (menapakkan diri) disiang hari”.

(49)

(a) Adil: (Q.S. Al-Maidah: 8):

 )





















































Artinya: “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-sekali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada allah, sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

(a) Praktis, (Q.S. Al-ashr : 1-3):

         



Artinya: “Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar ada dalam kerugian, kecuali orang- orang yang beriman dan mengejarkan amal soleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya mentati kesabaran”.

(b) Fleksibel: (Q.S. Al-Anbiyah: 107):

(50)

7

 )











Artinya:”dan tidaklah kami mengutus kamu,melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”.

5) Kepala sekolah sebagai pencipta iklim kerja

Budaya dan iklim kerja yang kondusif akan memungkinkan setiap guru lebih termotivasi untuk menunjukkan kinerja secara unggul yang disertai usaha untuk meningkatkan kompetensinya. Oleh karena itu, dalam upaya menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif kepala sekolah hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: para guru akan bekerja lebih giat apabila kegiatan yang dilaksanakannya menarik dan menyenangkan. Tujuan kegiatan perlu disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada para guru sehingga mereka mengetahui tujuan dan bekerja para guru juga dapat dilibatkan dalam penyusunan tujuan tersebut.

a) Para guru harus selalu diberi tahu tentang dari setiap pekerjaannya.

b) Pemberian hadiah lebih baik dari hukuman

c) Usahakan untuk memenuhi kebutuhan sosio psiko fisik guru sehingga memperoleh kepuasan.

6) Kepala sekolah sebagai wirausahawan

Dalam menerapkan prinsip-prinsip kewirausahaan dihubungkan dengan peningkatan kompetensi guru maka kepala sekolah dapat menciptakan pembaharuan, keunggulan komparatif, serta memanfaatkan berbagai peluang.

b. Tugas dan fungsi Kepala Sekolah

(51)

1) Adapun tugas utama Kepala Sekolah adalah sebagai berikut:

a) Memimpin dan mengatur situasi,mengendalikan kegiatan kelompok, organisasi atau lembaga, sertamenjadi juru bicara kelompok

b) Bisa meyakinkan orang lain tentang perlunya perubahan menuju kondisi yang lebih baik.

c) Mengingatkan tujuan akhir dari perubahan.

d) Membantu kelancaran proses perubahan, khususnya menyelesaikan masalah serta membina hubungan antar pihak yang berkaitan.Menghubungkan orang dengan sumber dana yang diperlukan.35

2) Aswarni Sujud, Moh. Saleh dan Tatang M Amirin dalam Daryanto bukunya “Administrasi Pendidikan”

menyatakan bahwa fungsi Kepala Sekolah iyalah sebagai berikut:

a) Perumusan tujuan kerja serta pembuat kebijakan sekolah.

b) Pengatur tata kerja sekolah, yang mengatur pembagian tugas pelaksana, menyelenggaran kegiatan.

c) Menjadi supervisi kegiatan sekolah, antara lain:

mengatur kegiatan, mengarahkan pelaksanaan kegiatan, mengevaluasi pelaksanaan kegiatan, membimbing serta meningkatkan kemampuan pelaksana.

c. Kompetensi kepala sekolah.

Kompetensi adalah terminilogi yang sering di dengar dan ucapkan banyak orang, kitapun sering mendengar dan mengucapkan terminology itu dalam berbagai penggunaan, khususnya terkait dengan perkembangan sumber daya manusia. Akan tetapi, sering

35 Daryanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), h.8.

Gambar

Tabel 1. 3  No   Indikator
Tabel 3.1 : Pengelompokan tema tahap Pembiasaan.
Table kegiatan tema Pengembangan. 3.2  K
Table 3.3 pengelompokan tahap pembelajaran. 126
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari salah satu guru matematika kelas VIII di sekolah SMP Negeri 7 Kota Tasikmalaya, peneliti menemukan bahwa

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan kepala sekolah SMAN I Tarik Sidoarjo, adapun tujuan supervisi dalam bidang sarana-prasarana maka dapat di jelakskan sebagai berikut; “Peran