• Tidak ada hasil yang ditemukan

MIKI YUMTA - STKIP PGRI Sumatera Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "MIKI YUMTA - STKIP PGRI Sumatera Barat"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN MENONTON SIANAN TELDVISI DDNGAN CARA BERPIKIRKRrc,ATIF DISD N30 KUBU DALAMPADANG

JT]RNAL

Oleh:

MIKI YUMTA I{PM: l1MW52

PROGRAM STUI}I BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGI]RUAN DAN ILMU PENI}MIKAN

($TrilP) PGRr SUMATE*,A BARAT PAI'ATtG

2016

i t

;ir1

i{.

I

(2)

Hubungan Menonton Siaran Televisi dengan Cara Berpikir Kreatif di SD N 30 Kubu Dalam Padang

By:

Miki Yunita *

Ahmad Zaini, S. Ag., M. Pd **

Zulfikar, S. Pdi. I., M. Pd **

*Student

** Lecturers

Student Guidance and Counseling, STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

This research is motivated by a phenomenon that occurs in the field, namely the existence of child neglect learning time for watching television. The purpose of this research is: 1. An overview of watching television in SD N 30 Kubu Dalam Padang, 2. Description of creative thinking in SD N 30 Kubu Dalam Padang, 3. Relationship watching television with creative thinking in SD N 30 Kubu Dalam Padang.

This research is quantitative descriptive correlational data analysis. Samples were taken with total sampling as many as 55 children from the entire population of students grades 4, 5, and 6 in the SD N 30 Kubu Dalam Padang.

Based on research that has been done of the obtained results that watching television is quite high imaged looks: 1. Overview watching television in SD N 30 Kubu Dalam Padang, 2. Description of creative thinking in SD N 30 Kubu Dalam Padang, 3. Relationship watch television broadcasts by way of creative thinking in SD N 30 Kubu Dalam Padang, watching television with creative thinking in SD N 30 Kubu Dalam Padang significant relationship exists because rhitung> rtabel (0.833> 0.248), with the closeness of the correlation is very strong. So it can be concluded that there is a strong relationship between watching television and thinking creatively. Based on the results of this study recommended to the headmaster and teacher guidance and counseling in SD N 30 Kubu Dalam Padang and to further research in order to improve watching television with creative thinking.

Keyword: Sex Edication Needs

PENDAHULUAN

Pemerintah telah mengatur Undang-Undang Republik Indonesia nomor: 24 tahun 1997 tentang Penyiaran. Sebagai dasar pengaturan dan penyelengaraan penyiaran dimana penyiaran merupakan bagian integral dari pembangunan nasional sebagai pengalaman. Pancasila dalam upaya mewujudkan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berdasarkan Undang- Undang Dasar 1945.

Menurut Edwin T. Vane (2014:57) televisi merupakan salah satu media informasi dan sarana komunikasi umum yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Televisi adalah media yang paling akrab dengan umat manusia. “kotak ajaib”

ini dapat ditemukan di setiap rumah. Sebagai media audio visual, daya jangkauannya mampu menembus ruang-ruang paling pribadi setiap rumah. Cara kerjanya yang mudah yakni memadukan antara gambar dan suara membuat penyampaian info lebih mudah dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat, tak terkecuali anak- anak. Disisi lain dengan perkembangan ilmu pengetahuan juga teknologi dalam bidang komunikasi dan informasi, menonton televisi merupakan kegiatan dimana sebagian orang menghabiskan waktunya baik setelah

menyelesaikan tugasnya maupun ketika tidak mempunyai kegiatan lainnya.

Menurut Heriyanto (2007:48), semakin sedikit seorang anak melewatkan waktu luangnya untuk menonton siaran televisi, semakin tinggi tingkat kemampuan membaca si anak, sementara semakin sedikit jam menonton televisi seorang anak, semakin berprestasi ia dalam melakukan tugas- tugasnya. Kecanduan menonton siaran televisi ini akan menjadi bila anak sampai tidak mau bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.

Dampak lain yang ditimbulkan oleh televisi adalah anak-anak kurang berkomunikasi di antara anggota keluarga, egois, tidak kreatif, dan konsumtif.

Waktu belajar pun akan ikut terpotong oleh jam- jam tertentu dimana acara televisi sedang diputar.

Seiring dengan kemajuan jaman dan perkembangan arus globalisasi, maka sangatlah besar peran media televisi untuk mempengaruhi perkembangan pendidikan anak dalam mendampingi anak menikmati tontonan televisi, peran orang tua sangatlah penting. Karena bila tidak didampingi orang tua, tontonan yang seharusnya belum memenuhi usia anak, anak melihat langsung akan berpengaruh pada kejiwaan anak itu. Misalnya tontonan film horor, jika disaksikan oleh anak dibawah umur 6 tahun, anak tersebut menjadi penakut. Tontonan yang bersifat

(3)

pornoaksi, jika ditonton oleh anak usia remaja, jika tidak diarahkan orang tua akan sangat berbahaya.

Anak itu cenderung meniru atau mencoba apa yang dilihatnya. Tetapi jika orang tua mendampingi, orang tua bisa menjelaskan yang mana boleh ditiru dan mana yang tidak boleh diikuti. Namun demikian media televisi sangatlah besar perannya dalam mendidik dan mempengaruhi perkembangan jiwa anak.

Menurut Supratro (2011:74) televisi adalah sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel atau ruang. Sistem ini menggunakan peralatan yang mengubah cahaya dan suara ke dalam gelombang elektrik dan mengkonversinya kembali ke dalam cahaya yang dapat dilihat dan suara dapat didengar.

Dewasa ini televisi yang dimanfaatkan untuk keperluan pendidikan dengan mudah dapat dijangkau melalui siaran dari udara ke udara dan dapat dihubungkan melalui satelit. Dengan demikian, ada dua jenis pengiriman (penyiaran) gambar dan suara yaitu penyiaran langsung kejadian atau peristiwa yang kita saksikan sementara ia terjadi dan penyiaran program yang telah direkam diatas pita film atau pita video.

Ketika kita menyaksikan siaran peristiwa di suatu tempat, kita seakan-akan mengamati dan menjalani pengalaman kehidupan nyata. Kita dapat mendengar dan melihat bahkan merasakannya.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang dipilih adalah penelitian deskriptif dengan analisis statistik korelasional.

Menurut Yusuf (2007:83) “Penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, dan sifat populasi tertentu atau mencoba menggambarkan fenomena seacara detail”. Yusuf (2007:84) menjelaskan

“Penelitian korelasional merupakan suatu tipe penelitian yang melihat hubungan antara satu atau beberapa ubahan satu dengan ubahan yang lain”.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian korelasional melihat variabel satu dan variabel lainnya.

Penelitian ini akan melihat hubungan menonton siaran televisi dengan cara berpikir kreatif pada anak SD N 30 Kubu Dalam Padang.

Penelitian ini telah dilaksanakan di SD N 30 Kubu Dalam Padang yan pada bulan Desember 2015, peneliti ingin melihat bagaimana cara berpikir pada anak setelah menonton siaran televisi maka peneliti berminat melakukan penelitian terhadap anak SD N 30 Kubu Dalam Padang.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data interval. Arikunto ( 2010: 159) variabel interval adalah variabel yang mempunyai jarak, jika dibanding dengan variabel yang lain, sedangkan jarak itu sendiri dapat diketahui dengan

pasti misalnya suhu udara di luar. Menurut Yusuf (2007:133) bahwa “Variabel interval yaitu antar kategori dalam variabel ini dapat diketahui selisih atau jumlahnya”.

Dalam penelitian yang akan penulis lakukan nantinya memakai jenis data interval ini sehubungan dengan pendapat-pendapat para ahli diatas, juga disesuaikan dengan judul penulis yaitu hubungan menonton siaran televisi dengan cara berpikir kreatif jika dipahami terdapat dua variabel yang harus memiliki bobot yang sama agar bisa dikorelasikan antara satu variabel ke variabel lainnya.

Sumber data adalah orang atau subjek yang dimampu untuk memberikan informasi yang berhubungan dengan masalah yang diungkap oleh peneliti. Menurut Bungin (2006:132) data dibedakan atas dua macam sebagai berikut:

1) Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber data pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian

2) Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber data sekunder dari data yang kita butuhkan. Dari pendapat Bungin di atas, maka penulis akan memakai sumber data primer yaitu data yang diperoleh langsung di lapangan dari sumber asli. Hal ini sesuai dengan judul penelitian yaitu hubungan menonton siaran televisi dengan cara berpikir kreatif dimana informasi yang penulis butuhkan adalah langsung dari peserta didik itu sendiri karena terkait dengan apa yang dialami dan dirasakannya sendiri. Untuk data sekunder itu peroleh dari Unit Tata Usaha di sekolah tempat penulis melakukan penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan hubungan menonton siaran televisi dengan cara berpikir kreatif di SD N 30 Kubu Dalam Padang berada pada kategori cukup tinggi dengan frekuensi 21 dari 55 anak yang menonton siaran televisi dengan presentasi 38,18%.

Menurut Supratro (2011:74) Televisi adalah sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel atau ruang. Sistem ini menggunakan peralatan yang mengubah cahaya dan suara ke dalam gelombang elektrik dan mengkonversinya kembali ke dalam cahaya yang dapat dilihat dan suara dapat didengar. Dewasa ini televisi yang dimanfaatkan untuk keperluan pendidikan dengan mudah dapat dijangkau melalui siaran dari udara ke udara dan dapat dihubungkan melalui satelit.

Dengan demikian, ada dua jenis pengiriman (penyiaran) gambar dan suara yaitu penyiaran langsung kejadian atau peristiwa yang kita saksikan sementara ia terjadi dan penyiaran program yang

(4)

telah direkam diatas pita film atau pita video.

Ketika kita menyaksikan siaran peristiwa di suatu tempat, kita seakan-akan mengamati dan menjalani pengalaman kehidupan nyata. Kita dapat mendengar dan melihat bahkan merasakannya.

1. Menonton siaran televisi

Menonton siaran televisi pada anak berada pada kategori cukup tinggi dengan frekuensi 21 dari 55 anak dengan presentase 38,18%.

Dari berbagai jenis tayangan film di televisi menurut Sumarno (1996), (Nando dan Nurmala, 2013:19-21) adalah sebagai berikut:

a. Film Cerita

Film cerita memiliki berbagai jenis atau genre. Dalam hal ini genre diartikan sebagai jenis film yang ditandai sebagai gaya. Bentuk atau isi tertentu. Jadi, cerita adalah bungkus atau kemasan yang memungkinkan pembuat film melahirkan realitas rekaan yang merupakan suatu alternatif dari realitas nyata bagi penikmatnya. Contohnya film film horor, film laga.

b. Film Noncerita

Pada mulanya film noncerita hanya dua tipe film yaitu yang termasuk dalam film dokumenter dan film faktual. Film faktual umumnya hanya menampilkan fakta dan kamera sekedar merekam peristiwa. Film berita mnitikberatkan pada segi pemberitaan suatu kejadian aktual, misalnya berita dan talk show yang terdapat dalam siaran televisi.

c. Film Animasi

Film animasi memanfaatkan gambar maupun benda-benda mati yang lain seperti, boneka, meja, dan kursi yang bisa dihidupkan dengan teknik animasi.

Contohnya film kartun.

Heriyanto (2007:73) televisi pendidikan adalah penggunaan program video yang direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu tanpa melihat siapa yang meyiarkannya. Televisi pendidikan tidak sekedar menghibur tetapi yang lebih penting adalah mendidik. Oleh karena itu televisi pendidikan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Dituntun oleh instruktur, maksudnya didampingi oleh seorang instruktur atau guru yang menuntun siswa melalui pengalaman- pengalaman visual.

b. Sistematis, maksudnya siaran berkaitan dengan mata pelajaran dan silabus dengan tujuan dan pengalaman belajar yang terencana.

c. Teratur dan berurutan, maksudnya siaran disajikan dengan selang waktu yang beraturan

secara berurutan dimana satu siaran dibangun atau mendasari siaran lainnya.

d. Terpadu, maksudnya siaran berkaitan dengan pengalaman belajar lainnya seperti latihan, membaca, diskusi, laboratorium, percobaan, menulis, dan pemecahan masalah.

2. Cara berpikir kreatif

Cara berpikir kreatif berada pada kategori rendah dengan frekuensi 22 dari 55 anak dengan presentase 40,00%. Marzano (1988) mengatakan bahwa untuk menjadi kreatif seseorang harus: (1) melakukan sesuatu karena dorongan internel dan bukan karena dorongan eksternal, (2) pola pikir divergen/ menyebar, (3) pola pikir lateral/imajinatif.

Rawlinson (1997:34) berfikir kreatif adalah menghubungkan ide atau hal-hal yang sebelumnya tidak berhubungan. Dalam kenyataan teknik modern timbul semboyan yang menarik (jargon) atau istilah khas yang menjadi bahasa golongan tertentu. Begitu pula tak terkecuali berfikir kreatif yang memiliki empat kata khas yaitu imajinatif tidak dapat diramalkan, divergen dan lateral.

3. Hubungan menonton siaran televisi dengan cara berpikir kreatif

Responden sebanyak 55 orang dengan menggunakan ketetapan (Sujianto) r tabel 0,248 jika rhitung > dari rtabel maka terdapat hubungan yang signifikan anatara dua variabel, jika rhitung < dari rtabel maka tidak terdapat hubungan yang signifikan anatara dua variabel.

Dari hasil korelasi menonton siaran televisi (variabel X) dengan berpikir kreatif (variabel Y) terdapa hubungan yang signifikan karena rhitung

>rtabel(0,833 > 0,248), dengan keeratan korelasi

sangat kuat.

Menurut Heriyanto (2007:48), semakin sedikit seorang anak melewatkan waktu luangnya untuk menonton siaran televisi, semakin tinggi tingkat kemampuan membaca sianak, sementara semakin sedikit jam menonton televisi seorang anak, semakin berprestasi ia dalam melakukan tugas-tugasnya.

Kecanduan menonton siaran televisi ini akan menjadi bila anak sampai tidak mau bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.

Dampak lain yang ditimbulkan oleh televisi adalah anak-anak kurang berkomunikasi di antara anggota keluarga, egois, tidak kreatif, dan konsumtif. Waktu belajar pun akan ikut terpotong oleh jam-jam tertentu dimana acara televisi sedang diputar.

(5)

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan analisis data dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan mengenai hubungan menonton siaran televisi dengan cara berpikir kreatif di SD N 30 Kubu Dalam Padang.

Temuan peneliti ini dapat disimpulkan sebagai berikut: Hubungan menonton siaran televisi dengan cara berpikir kreatif cukup tinggi, sedangkan cara berpikir kreatif berada pada kategori rendah.

1. Menonton siaran televisi

Banyak anak yang mengahabiskan waktu untuk menonton siaran televisi di rumah menjadikan anak tersebut kurang peduli terhadap pekerjaan sekolah.

2. Berpikir Kreatif

Anak yang menonton siaran televisi cenderung menirukan apa yang mereka lihat dan mereka berimajinasi dalam kehidupan sehari-hari yang membuat anak menjadi kreatif dan mengembangkan pola pikir yang imajinatif dan menyebar.

3. Hubungan menonton siaran televisi dengan cara berpikir kreatif

Hubungan menonton siaran televisi dengan cara berpikir kreatif cukup tinggi, sedangkan cara berpikir kreatif berada pada kategori rendah.

Adapun saran-saran yang diberikan kepada beberapa pihak terkait untuk kesempurnaan penulisan skripsi peneliti:

1. Peserta Didik

Peserta didik diharapkan untuk dapat mengembangkan ide-ide kreatifnya dalam menonton siaran televisi yang mengandung unsur positif.

2. Guru BK

Guru BK diharapkan dapat meningkatkan pola pikir imajinatif pada anak melalui pelaksanaan berbagai layanan Bimbingan dan Konseling

3. Kepala Sekolah

Kepala sekolah bersama personil sekolah lainnya diharapkan dapat lebih melanjutkan metode belajar yang mengarahkan kepada aspek berpikir kreatif pada anak.

4. Orang Tua

Orangtua sangat diharapkan membantu serta menfasilitasi anak dalam menonton siaran televisi di rumah dan mengontrol anak dalam menonton siaran televisi agar anak tidak salah dalam memilih siaran yang pantas mereka tonton.

5. Bagi Penelitian Selanjutnya

Peneliti merekomendasikan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti tentang hubungan menonton siaran televisi dengan cara berpikir kreatif.

KEPUSTAKAAN

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Bungin Burhan. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana.

Darwanto. 2007. Televisi sebagai Media Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka pelajar.

Hamalik, Oemar. Media Pendidikan. Yogyakarta:

Rineka Cipta.

Priyatna, H. Soeganda dan Ardianto. 2009.

Komunikasi Bisnis. Bandung: Widya Padjajaran.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan.

Bandung:Alfabeta.

Suprato, Tommy. 2011. Pengantar Komunikasi dan Peran Manajemen dalam Komunikasi.

Yogyakarta: CAPS.

Sutisna. 2008. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Bandung; Remaja Rosda Karya.

Widyatama, Rendra. 2007. Pengantar Periklanan.

Yogyakarta: Pustaka Book Publisher Yusuf A. Muri. (2007). Dasar-dasar Metodologi

Penelitian. Padang: UNP Press.

Referensi

Dokumen terkait

SARAN Berdasarkan hasil temuan peneliti di lapangan dan kesimpulan diatas maka dapat disarankan kepada mahasiswa program studi pendidikan sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat yang sedang

, , 1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP-PGRI Sumatera Barat 2Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP-PGRI Sumatera Barat Email :[email protected] ABSTRAK