• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL - MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF

N/A
N/A
Dena yaya

Academic year: 2024

Membagikan "MODEL - MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF "

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL - MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF

Makalah

Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran Yang Diampu oleh Bapak Slamet M.Si

Oleh:

1. Antania Hanjani Febriyanti (200731638087) 2. Nadia Putri Rahmatika (200731638055) 3. Sya’fa Nabila Kurnia Wahyuda (200731638089)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU SOSIAL PRODI S1 PENDIDIKAN SEJARAH

NOVEMBER 2021

(2)

KATA PENGANTAR

Terima kasih kepada Allah karena telah memberikan kami kekuatan dan kemudahan dalam menyusun makalah ini agar memenuhi tugas dari Bapak Slamet, M.Si pada mata kuliah Belajar dan Pembelajaran. Selain itu, kami membuat makalah ini juga untuk menambah ilmu pengetahuan pembaca. Dalam makalah ini, kami membahas mengenai maksud dari model pembelajaran inovatif dan beberapa macam modelnya seperti seperti problem based learning, mind mapping, dan flipped classroom. Diharapkan pembaca mampu memahami, mengetahui, dan menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran.

Saya mengucapkan terima kasih juga kepada Bapak Slamet, M.Si selaku dosen pengajar matakuliah Belajar dan Pembelajaran karena telah memberikan kami tugas ini, sehingga kami mendapatkan wawasan baru mengenai macam-macam model pembelajaran inovatif.

Dengan segala kemurahan hati, kami memohon maaf jika dalam makalah ini terdapat kesalahan kata maupun maksud yang kami tuliskan ada kekeliruan. Kami menerima kritik maupun saran. Semoga ilmu yang ada dalam makalah ini membawa manfaat bagi pembaca.

Malang, 15 November 2021

Penulis

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...2

DAFTAR ISI...3

BAB I...4

1.1 Latar Belakang...4

1.2 Rumusan Masalah...5

1.3 Tujuan... 5

BAB II...6

PEMBAHASAN...6

2.1 Pengertian Model Pembelajaran Inovatif...6

2.2 Model Pembelajaran Problem Based Learning...7

2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)...7

2.2.2 Karakteristik Model Pembelajaran Problem Based Learning...8

2.2.3 Tujuan dan Manfaat Model Problem Based Learning...9

2.2.4 Langkah-Langkah Pembelajaran Problem Based Learning...9

2.2.5 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Problem Based Learning...11

2.3 Model Pembelajaran Mind Mapping...12

2.3.1 Pengertian Model Pembelajaran Mind Mapping...12

2.3.2 Karakteristik Mind Mapping...13

2.3.3 Tahapan Pelaksanaan Pembelajaran Mind Mapping...14

2.3.4 Langkah Langkah Pembelajaran Mind Mapping...15

2.3.5 Manfaat Mind Mapping...15

2.3.6 Kekurangan dan Kelebihan Model Pembelajaran Mind Mapping...16

2.4 Model Pembelajaran Flipped Classroom...16

2.4.1 Pengertian Model Pembelajaran Flipped Classroom...16

2.4.2 Tujuan dan Manfaat Model Pembelajaran Flipped Classroom...17

2.4.3 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Flipped Classroom...18

2.4.4 Peranan Model Pembelajaran Flipped Classroom Terhadap Pembelajaran...19

2.4.5 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Flipped Classroom...20

BAB III...21

PENUTUP...21

3.1 Kesimpulan...21

3.2 Saran... 21

DAFTAR RUJUKAN...22

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam perkembangan dunia yang semakin canggih berupa revolusi industri 4.0 maka menuntut hampir seluruh aspek kehidupan pasti tak akan lepas dengan teknologi. Revolusi industri 4.0 sendiri mengusungkan teknologi siber dan otomatisasi (Mursid & Yulia, 2016).

Teknologi membuat peranan manusia dalam kehidupan sehari-hari menjadi lebih berkurang dan dialihkan pada kinerja mesin atau digitalisasi. Perkembangan teknologi yang terus pesat ini tentunya membawa arus positif dan negatif dalam dinamika kehidupan manusia, salah satunya dalam bidang pendidikan.

Pendidikan merupakan kebutuhan penting bagi setiap manusia. Melalui pendidikan, manusia akan mampu mengembangkan kemampuan dalam diri yang nantinya akan berguna dalam kehidupan sehari-hari. Melihat pentingnya pendidikan bagi manusia, maka pemerintah perlu untuk memberikan perhatian lebih dalam bidang pendidikan. Banyak negara di dunia yang telah mengunci bidang ini sebagai kunci untuk proses pembaharuan negara nya.

Melalui pengalaman empiris bangsa, pendidikan menjadi tumpuan bagi suatu negara untuk mendapatkan kenyamanan dan kemakmuran bersama.

Indonesia sebagai negara yang memiliki wilayah luas diperlukan regulasi yang matang agar sistem pendidikan mampu mencapai tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Maka dari itu, pemerintah harus mengikuti arus zaman agar pendidikan di Indonesia bisa sezaman dan terus berinovasi. Namun, nampaknya di Indonesia sendiri regulasi mengenai sistem pendidikan terdapat kendala yang cukup signifikan seperti pelaksanaan pembelajaran yang kurang inovatif. Permasalahan ini menjadi bentuk ketertinggalan bangsa kita dalam bidang pendidikan, yang salah satunya disebabkan oleh masih rendahnya keberpihakan pemerintah sebagai penggagas dan pengayom masyarakat terhadap bidang pendidikan, sehingga untuk mencapai tujuan pendidikan nasional menjadi kurang kuat (Muhardi, 2004)

Model pembelajaran inovatif adalah model pembelajaran suatu proses pembelajaran yang dirancang dengan sedemikian rupa sehingga memunculkan perubahan baru dalam pembelajaran yang berbeda dengan pembelajaran pada umumnya yang dilakukan oleh guru.

Maka dari itu, tim pemakalah akan membahas model pembelajaran inovatif sebagai langkah

(5)

kami memberikan sedikit informasi bagi pembaca untuk bisa memahami dan mengaplikasikannya dalam pembelajaran di kelas. Perlu diketahui juga, dalam pembelajaran di kelas, pendidik yang memiliki kuasa penuh terhadap lingkungan kelas tersebut.

Maksudnya disini adalah segala aktivitas di kelas tentunya berasal dari pengarahan guru, terlepas dari kegiatan inti yang nantinya akan terpisah lebih rinci lagi. Intinya, guru menjadi penggerak diperlukan inovasi yang sesuai dengan perkembangan zaman, salah satunya teknologi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran inovatif ?

2. Apa yang dimaksud mengenai model pembelajaran problem based learning, mind mapping dan flipped classroom?

3. Bagaimana komponen yang terdapat dalam masing-masing model pembelajaran inovatif (problem based learning, mind mapping dan flipped classroom) ?

4. Bagaimana tujuan dan manfaat serta langkah-langkah pembelajaran dalam model pembelajaran inovatif tersebut?

1.3 Tujuan

1. Untuk mampu menentukan pengertian yang dimaksud dengan model pembelajaran inovatif

2. Untuk mampu menentukan pengertian dari model pembelajaran problem based learning, mind mapping dan flipped classroom

3. Untuk menelaah komponen (karakteristik, kelebihan, kekurangan, tahapan) yang terdapat di setiap model pembelajaran inovatif

4. Untuk menelaah tujuan dan manfaat serta langkah-langkah pembelajaran dalam model pembelajaran inovatif (problem based learning, mind mapping dan flipped classroom).

(6)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Model Pembelajaran Inovatif

Pembelajaran inovatif merupakan suatu proses pembelajaran yang dirancang dengan sedemikian rupa sehingga memunculkan perubahan baru dalam pembelajaran yang berbeda dengan pembelajaran pada umumnya yang dilakukan oleh guru. Pembelajaran inovatif lebih mengarah pada pembelajaran yang berpusat pada siswa bukan lagi berpusat pada guru. Proses pembelajaran dirancang, disusun, dan dikondisikan untuk siswa agar belajar. Dalam suatu pembelajaran yang lebih memusatkan pembelajaran pada siswa, yang menjadi bagian penting dalam pembelajaran adalah pemahaman siswa pada konteks karena dari sinilah seluruh rancangan proses pembelajaran dimulai (Tibahary, 2018).

Berdasarkan asal katanya, inovatif berasal dari bahasa latin yaitu innovation yang berarti perubahan atau perubahan. Definisi dari inovasi yaitu suatu perubahan baru yang menuju ke arah perbaikan yang lain atau berbeda dari sebelumnya yang dilakukan dengan sengaja dan terencana. Dalam dunia pendidikan, sebuah inovasi juga diperlukan guna membuat sebuah pembelajaran menjadi semakin baik. Inovasi pendidikan merupakan sebuah ide yang disarankan atau diamati sebagai hal baru bagi hasil seseorang atau kelompok, baik berupa hasil penemuan baru (discovery) yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau untuk memecahkan masalah pendidikan. Inovasi/inovatif yang dimaksudkan yaitu menciptakan kegiatan-kegiatan atau program pembelajaran baru oleh guru yang belum biasa dilakukan sebelumnya untuk mencari suatu pemecahan masalah pendidikan.

Pembelajaran inovatif dapat mencakup modifikasi pembelajaran baik dari segi sarana, prasarana dan model pembelajaran yang diterapkan. Pembelajaran inovatif ini memiliki sifat yang menyenangkan (rekreatif) dan membutuhkan kreativitas guru dalam proses pembelajaran agar dapat membantu siswa menjadi aktif selama proses pembelajaran berlangsung sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif dalam mencapai sebuah tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa model pembelajaran inovatif yang dapat diterapkan guru dalam proses pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran. Model-model pembelajaran inovatif tersebut seperti model pembelajaran Problem Based Learning (PBL), model pembelajaran mind mapping, model pembelajaran flipped classroom, model pembelajaran picture and picture, dan lain sebagainya.

(7)

2.2 Model Pembelajaran Problem Based Learning

2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Model pembelajaran berbasis masalah atau sering disebut dengan Model Problem Based Learning (PBL), didasarkan pada hasil penelitian Barrow and Tamblyn dan diimplementasikan pertama kali pada sekolah kedokteran di McMaster University Kanada pada tahun 60-an. Alasan PBL ini diimplementasikan pada sekolah kedokteran karena dirasa sangat efektif, dimana mahasiswa kedokteran dihadapkan pada permasalahan kemudian dituntut untuk memecahkan permasalahan tersebut. Mulai dari sekolah kedokteran inilah model pembelajaran ini mulai dikembangkan dan pada perkembangan selanjutnya mulai diterapkan dalam pembelajaran umum (Lidinillah, 2013).

Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa atau dengan menggunakan model pembelajaran dapat membuat siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran. Problem Based Learning merupakan suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah autentik sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari suatu materi pelajaran (Maryati, 2018). Teori belajar yang mendasari pembelajaran yang berbasis masalah adalah teori konstruktivistik. Dimana sebuah pengetahuan perlu digali, ditemukan, dan dibangun sehingga diperlukan sebuah iklim pembelajaran yang dapat membelajarkan siswa terlibat secara aktif dalam melakukan aktivitas belajar seperti berpikir kritis dan kreatif dalam menemukan, menggali dan membangun konsep serta materi yang dipelajari termasuk dalam menyelesaikan masalah. Dalam proses pembelajaran sudah tidak lagi berpusat kepada guru melainkan berpusat pada siswa. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator dalam pembelajaran (Erawanto & Santoso, 2016).

Ciri dari pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning yaitu dengan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang dipelajari siswa untuk melatih dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah serta mendapatkan konsep-konsep penting dan guru bertugas membantu siswa dalam mencapai keterampilan dalam memecahkan masalah. Menurut Arends pertanyaan dan masalah yang diajukan haruslah memenuhi kriteria sebagai berikut.

1. Autentik, merupakan masalah yang diberikan harus lebih berakar pada kehidupan nyata siswa daripada berakar pada prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu

(8)

2. Jelas, yaitu masalah yang dirumuskan harus jelas satu dan tidak menimbulkan masalah baru bagi siswa yang pada akhirnya menyulitkan penyelesaian masalah oleh siswa

3. Mudah dipahami oleh siswa serta masalah disusun dan dibuat berdasarkan tingkat perkembangan siswa

4. Luas dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Luas maksudnya masalah tersebut mencakup seluruh materi pelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan ruang, waktu dan sumber yang tersedia. Selain itu, masalah tersebut harus disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah ada.

5. Bermanfaat, maksudnya masalah yang dibuat adalah masalah yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa dalam memecahkan masalah dan membangkitkan motivasi belajar siswa.

2.2.2 Karakteristik Model Pembelajaran Problem Based Learning

Karakteristik proses pembelajaran dengan model PBL berdasarkan teori yang dikembangkan Barrow, Min Liu (Lidinillah, 2013) sebagai berikut.

1. Learning is student-centered

Dimana proses pembelajaran dengan model PBL ini lebih menitikberatkan pada siswa sebagai pembelajar. Dalam model ini, siswa didorong untuk dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri.

2. Authentic problems from the organizing focus for learning

Masalah yang disajikan kepada siswa adalah masalah yang autentik (sesuai dengan kehidupan nyata) sehingga siswa mampu dengan mudah memahami masalah tersebut serta dapat menerapkannya dalam kehidupan profesionalnya nanti.

3. New information is acquired through self-directed learning

Dalam proses pemecahan masalah mungkin siswa belum mengetahui dan memahami semua pengetahuan yang diperlukan untuk memecahkan masalah tersebut sehingga siswa dapat berusaha untuk mencari sendiri informasi-informasi mengenai pemecahan masalah tersebut dalam berbagai sumber baik buku maupun informasi lainnya.

4. Learning occurs in small groups

Problem Base Learning dilaksanakan dalam kelompok kecil sehingga terjadi interaksi dan tukar pendapat guna membangun pengetahuan secara kolaboratif. Kelompok yang telah dibuat menurut pembagian kerja dan penetapan tujuan yang jelas.

(9)

5. Teachers act as facilitator

Dalam pelaksanaan PBL ini, guru hanya berperan sebagai seorang fasilitator saja.

Akan tetapi, guru juga harus selalu memantau pengembangan aktivitas siswa dan mendorong siswa agar mencapai target yang ingin dicapai

2.2.3 Tujuan dan Manfaat Model Problem Based Learning

Tujuan utama pembelajaran model Problem Based Learning (PBL) yaitu untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam berpikir kritis dan kemampuan untuk memecahkan suatu masalah serta mengembangkan kemampuan siswa untuk aktif membangun pengetahuan mereka sendiri bukan guru menyampaikan sejumlah pengetahuan kepada siswa. Selain itu, tujuan dari model pembelajaran ini adalah untuk mengembangkan kemandirian belajar siswa dan keterampilan sosial siswa. Kemandirian siswa artinya siswa dapat memilih strategi yang sesuai, terampil dalam menggunakan strategi tersebut untuk belajar dan dapat mengontrol proses belajarnya serta dapat memotivasi siswa untuk menyelesaikan belajarnya itu. Hal ini bisa juga dikatakan bahwa PBL bertujuan untuk menggali daya kreativitas siswa dalam berpikir dan memotivasi siswa untuk terus belajar (Maryati, 2018). Kemandirian dan keterampilan ini dapat dibentuk ketika siswa berkolaborasi.

Menuru (Woa, dkk, 2018) dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning ini akan memberikan manfaat yang positif bagi siswa. Adapun manfaat penerapan model pembelajaran Problem Based Learning yaitu untuk melatih siswa agar terampil dalam memecahkan masalah dan terampil dalam berpikir mulai dari pengumpulan informasi mengenai masalah tersebut sampai pada tahap analisis dan pemecahan masalah, membina pengembangan kerja sama dalam kelompok untuk memecahkan masalah, dan membuat siswa berusaha semaksimal mungkin untuk melatih kemampuannya untuk menemukan solusi dari masalah yang telah diberikan. Selain itu, manfaat dalam penerapan model pembelajaran ini dapat membuat siswa menjadi lebih paham dengan materi yang diajarkan dan dapat memotivasi siswa dalam belajar.

2.2.4 Langkah-Langkah Pembelajaran Problem Based Learning

(10)

Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning terdiri dari lima langkah utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa pada situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian serta analisis dari hasil kerja siswa mengenai masalah yang telah disajikan.

Adapun lima langkah utama dalam penerapan model pembelajaran Problem Based Learning yaitu sebagai berikut.

1. Orientasi masalah pada siswa

Dalam tahap ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik (bahan dan alat) yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran, memberikan motivasi pada siswa agar terlihat pada aktivitas pemecahan masalah yang telah dipilih.

2. Mengorganisasi siswa untuk belajar

Dalam tahap ini, aktivitas yang dilakukan guru yaitu membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang telah ditentukan. Menurut Barret (Sutirman, 2013) pengorganisasian tugas belajar oleh guru dapat diarahkan dengan membentuk siswa menjadi beberapa kelompok untuk mendiskusikan beberapa hal seperti mengklasifikasikan masalah atau kasus yang diberikan, mengidentifikasi masalah, saling bertukar pendapat berdasarkan pengalaman yang dimiliki, menetapkan hal-hal yang diperlukan dan yang harus dilakukan untuk menyelesaikan masalah.

3. Membimbing penyelidikan individu dan kelompok

Dalam tahap ini, aktivitas yang dilakukan guru yaitu memberikan dorongan pada siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai melalui berbagai sumber baik buku, internet, dan sumber-sumber lainnya. Selain itu, guru juga mendorong siswa melakukan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalahnya.

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Dalam tahap ini guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu siswa dalam berbagi tugas dengan temannya.

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Dalam tahap ini guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang mereka gunakan selama kegiatan pembelajaran. Tahapan ini dilakukan untuk melihat sejauh mana pengetahuan yang telah diperoleh siswa dan bagaimana peran masing-masing siswa dalam kelompok.

(11)

2.2.5 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Problem Based Learning Menurut (Lidinillah, 2013) model pembelajaran Problem Based Learning, dalam penerapannya tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dari model pembelajaran ini yaitu sebagai berikut.

1. Mendorong siswa untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam situasi yang nyata

2. Membuat siswa memiliki kemampuan untuk membangun pengetahuannya sendiri melalui aktivitas belajar

3. Pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang yang dipelajari bisa lebih fokus karena materi yang tidak ada kaitannya dengan masalah tidak perlu dipelajari pada saat itu. Hal ini dapat mengurangi beban siswa dalam menghafal atau menyimpan informasi.

4. Terjadi aktivitas ilmiah pada siswa melalui kerja kelompok

5. Siswa menjadi terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan baik dari perpustakaan, internet, wawancara dan observasi.

6. Siswa memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya sendiri

7. Siswa memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah dalam kegiatan diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka

8. Kesulitan siswa dalam belajar secara individu dapat diatasi melalui kerja kelompok Adapun kekurangan dari penerapan model pembelajaran Problem Based Learning yaitu sebagai berikut.

1. Model pembelajaran ini tidak dapat diterapkan dalam setiap materi pelajaran karena terdapat bagian dimana guru yang berperan aktif dalam menyajikan materi. Model PBL ini lebih cocok digunakan untuk pembelajaran yang menuntut kemampuan tertentu yang berkaitan dengan pemecahan masalah

2. Kesulitan dalam pembagian tugas pada kelas yang memiliki tingkat keragaman siswa yang tinggi

(12)

3. PBL tidak cocok diterapkan pada semua jenjang pendidikan minimal model pembelajaran ini dapat diterapkan pada jenjang pendidikan menengah dan perguruan tinggi. Hal ini disebabkan karena masalah kemampuan bekerja dalam kelompok 4. Membutuhkan waktu yang lama sehingga dikhawatirkan tidak bisa menjangkau

seluruh konten materi yang diharapkan meskipun PBL ini berfokus pada konten masalah bukan konten materi

5. Membutuhkan kemampuan guru yang dapat mendorong kerja siswa dalam kelompok secara efektif, maksudnya yaitu guru harus mampu memberi motivasi pada siswa 6. Adakalanya sumber yang dicari terbatas

2.3 Model Pembelajaran Mind Mapping

2.3.1 Pengertian Model Pembelajaran Mind Mapping

Menurut Tony Buzan, seorang psikolog dari Inggris yang pertama kali mengembangkan mind mapping, model ini merupakan sebuah teknik yang digunakan dengan tujuan mengembangkan aktivitas berpikir pada tiap individu yang pada awalnya hanya mengarah pada satu arah, lalu dikembangkan menjadi berbagai arah serta menerima berbagai macam ide ke dalam berbagai macam sudut pandang. Mind mapping juga dapat diartikan sebagai proses memetakan pikiran untuk menghubungkan konsep konsep permasalahan tertentu dari cabang-cabang sel saraf membentuk korelasi konsep menuju pada suatu pemahaman dan hasilnya dituangkan langsung di atas kertas dengan animasi yang disukai dan gampang dimengerti oleh pembuatnya. Sehingga tulisan yang dihasilkan merupakan gambaran langsung dari cara kerja koneksi koneksi di dalam otak.

Mind mapping juga disebut pemetaan pikiran atau peta pikiran yang berarti salah satu cara mencatat materi pelajaran yang memudahkan siswa belajar. Mind mapping bisa juga dikategorikan sebagai teknik mencatat kreatif. Dikategorikan ke dalam teknik kreatif karena pembuatan mind mapping ini membutuhkan pemanfaatan imajinasi dari si pembuatnya.

Siswa yang kreatif akan lebih mudah membuat mind mapping ini. Begitu pula, dengan semakin seringnya siswa membuat mind mapping, dia akan semakin kreatif. Dengan mind mapping daftar informasi yang panjang bisa dialihkan menjadi diagram warna-warni, sangat teratur dan mudah diingat yang bekerja selaras dengan cara kerja otak dalam melakukan berbagai hal.

Mind mapping merupakan cara untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambilnya kembali ke luar otak. Bentuk mind mapping seperti peta sebuah jalan di kota

(13)

yang mempunyai banyak cabang. Seperti halnya peta jalan kita bisa membuat pandangan secara menyeluruh tentang pokok masalah dalam suatu area yang sangat luas. Dengan sebuah peta kita bisa merencanakan sebuah rute yang tercepat dan tepat dan mengetahui kemana kita akan pergi dan dimana kita berada. Mind mapping bisa disebut sebuah peta rute yang digunakan ingatan, membuat kita bisa menyusun fakta dan pikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja otak kita yang alami akan dilibatkan sejak awal sehingga mengingat informasi akan lebih mudah dan bisa diandalkan daripada menggunakan teknik mencatat biasa.

2.3.2 Karakteristik Mind Mapping

Mind mapping akan mengembangkan konsep berpikir yang bercabang dan lebih kreatif. Metode ini juga memiliki istilah peta map yang didalamnya berisi seperangkat alat berpikir yang berguna untuk kehidupan sehari hari, khususnya dalam hal pembelajaran.

Menurut Tony Buzan, mind mapping dapat membantu kita untuk banyak hal seperti merencanakan, berkomunikasi, menjadi lebih kreatif, memusatkan perhatian, mengingat dengan baik, menyelesaikan masalah, menyusun dan menjelaskan pikiran pikiran, belajar lebih cepat dan efisien serta melatih gambar keseluruhan. Dalam hal ini, siswa juga dituntut berperan aktif untuk menggambarkan suatu pola dari ide-ide dalam konsep yang berbentuk proposisi-proposisi dan dihubungkan oleh kata-kata penghubung dalam pelajaran untuk memahami suatu konsep yang dipelajarinya (Evayanti & Sumantri, 2017)

Dengan model pembelajaran peta pikiran (mind mapping), kita dapat melihat hubungan antara satu ide dengan ide yang lain dengan tetap memahami konteks. Hal ini akan mempermudah otak untuk memahami dan menyerap informasi karena cara kerja mirip dengan cara kerja otak koneksi di dalam otak. Dengan mind mapping daftar informasi yang panjang bisa dialihkan menjadi diagram warna-warni, sangat teratur dan mudah diingat yang bekerja selaras dengan cara kerja otak dalam melakukan berbagai hal (Aprinawati, 2018).

Selain itu, proses menuangkan pikiran menjadi tidak beraturan atau bahkan tidak terstruktur ketika anak-anak terjebak dalam model menuangkan pikiran dengan cara yang kurang efektif, sehingga kreatifitas tidak muncul.

Model dikte atau mencatat semua yang dibacakan dan mengingat isi bacaan, menghafal kata-kata penting dan arti kata terjadi dalam proses belajar mengajar di sekolah atau dimana saja menjadi kurang efektif ketika tidak didukung oleh kreativitas pendidik atau siswa itu sendiri. Masalah lain yang muncul ketika siswa berusaha mengingat kembali apa yang sudah didapatkan, dipelajari, direkam, dicatat atau yang dulu pernah diingat. Beberapa siswa mengalami kesulitan berkonsentrasi ketika mengerjakan tugas. Ini terjadi dikarenakan

(14)

catatan ataupun ingatan belum teratur. Untuk itu, dibutuhkan suatu alat untuk membantu otak berpikir secara teratur. Peta pikiran (mind mapping) merupakan cara termudah untuk menyimpan informasi dalam bentuk catatan yang kreatif dan efektif sehingga mudah dipahami.

2.3.3 Tahapan Pelaksanaan Pembelajaran Mind Mapping

Mind Mapping (peta pikiran) merupakan suatu metode pembelajaran yang dirancang untuk membantu siswa dalam menentukan dan menyusun inti-inti yang penting dari sebuah materi pelajaran, serta metode yang dapat membantu siswa untuk meningkatkan pengetahuan siswa dalam penguasaan konsep dari suatu pokok materi pelajaran. Adapun tahapan dalam pelaksanaan pembelajaran dengan metode ini adalah sebagai berikut :

1. Mempelajari konsep suatu materi pelajaran

Sebelum menentukan ide ide pokok, peserta didik harus mengetahui materi apa yang akan digunakan atau materi apa yang sedang dipelajari. Setelah mengetahui dan memahami materi yang dipelajari, peserta didik harus memiliki konsep yang akan digunakan untuk membuat mind mapping.

2. Menentukan ide-ide pokok

Setelah menemukan konsep yang sesuai, peserta didik diharuskan menentukan ide ide pokok materi pembelajaran yang dipelajari. Dengan menentukan ide pokok materi, diharapkan peserta didik akan mampu dengan mudah mengingat dan mengaplikasikan dalam pembuatan mind mapping.

3. Membuat peta pikiran

Setelah point pertama dan kedua terpenuhi, kini saatnya peserta didik membuat materi pembelajaran berdasarkan model pembelajaran mind mapping. Dengan membuat mind mapping ini, diharapkan peserta didik mampu dengan mudah mengingat dan memahami materi pembelajaran dengan lebih mudah dan kreatif. Pada tahapan ini, peserta didik akan diupayakan membuat peta pembelajaran yang kreatif dan inovatif sesuai dengan kreativitas peserta didik.

4. Mempresentasikan didepan kelas.

Setelah membuat mind mapping sesuai dengan kreativitas masing-masing, peserta didik diharuskan untuk menjelaskan atau mempresentasikan hasil pekerjaannya kepada teman-temannya di depan kelas. hal ini dilakukan agar peserta didik lainnya juga memahami materi yang sedang dipelajari dengan menggunakan mind mapping yang juga dibuat oleh peserta didik lainnya.

(15)

Peta pikiran (mind mapping) merupakan garis besar dari kategori utama dan pikiran- pikiran kecil yang digambarkan sebagai cabang dari cabang pikiran yang lebih besar. Dengan peta pikiran daftar informasi yang panjang dapat dialihkan menjadi diagram warna-warni, sangat teratur, dan mudah diingat yang bekerja selaras dengan cara kerja alami otak dalam melakukan berbagai hal. Bagi anak-anak, peta pikiran memiliki manfaat dalam membantu anak untuk mengingat, mendapatkan ide sebagai media bermain serta menuangkan imajinasi dan tentunya memunculkan kreativitas.

2.3.4 Langkah Langkah Pembelajaran Mind Mapping

Langkah-langkah membuat metode pembelajaran mind mapping menuru (Hidayat, dkk, 2020) yaitu:

1. Sediakan selembar kertas ukuran A4 (ukuran folio atau A3 juga boleh) yang polos (tidak bergaris-garis), dan letakkan dalam posisi yang mendatar (landscape).

2. Buatlah pusat mind map atau yang biasa disebut dengan central image, karena harus diusahakan berupa gambar. Serta gambarkanlah pada bagian tengah tengah kertas tersebut. Selain gambar dituliskan pula tulisan atau judul besar mind map yang ingin dibuat, namun perlu diperhatikan yaitu antara gambar dengan tulisan haruslah ada ketersambungannya

3. Selanjutnya, buatlah cabang utama beserta kata untuk mengisi cabang utama. Setelah usai membuat cabang utama lalu dari cabang utama dilanjutkan dengan meneruskan cabang utama menjadi beberapa cabang sesuai dengan kata kunci yang ingin dibuat.

4. Setelah selesai membuat cabang utama beserta cabang-cabangnya, lalu dapat membuat cabang utama yang kedua, ketiga, keempat dan seterusnya yang lengkap beserta cabang-cabangnya.

5. Setiap cabang memiliki warna yang berbeda dari mulai cabang utama ke cabang kedua, ketiga, keempat dan lainnya. Namun, dari satu cabang utama hingga anak cabangnya harus satu warna.

2.3.5 Manfaat Mind Mapping

Beberapa siswa pastinya pernah mengalami kesulitan berkonsentrasi ketika sedang mengerjakan tugas. Hal ini terjadi dikarenakan catatan ataupun ingatan mereka belum teratur.

Oleh karena itu, dibutuhkan suatu alat yang dapat digunakan untuk membantu otak berpikir secara teratur. Peta pikiran (mind mapping) merupakan cara termudah untuk menyimpan informasi dalam bentuk catatan yang kreatif dan efektif sehingga mudah dipahami. Menurut (Aprinawati, 2018) beberapa manfaat memiliki peta pikiran (mind mapping) antara lain :

(16)

2. Berkomunikasi 3. Menjadi kreatif 4. Menghemat waktu 5. Menyelesaikan masalah 6. Memusatkan perhatian

7. Menyusun dan menjelaskan pikiran-pikiran 8. Mengingat dengan lebih baik

9. Belajar lebih cepat dan efisien 10. Melihat gambar keseluruhan.

2.3.6 Kekurangan dan Kelebihan Model Pembelajaran Mind Mapping

Menurut (Aprinawati, 2018) kelebihan dan kekurangan model pembelajaran mind mapping adalah sebagai berikut :

1. Cara mudah menggali informasi dari dalam dan dari luar otak.

2. Dapat digunakan sebagai jembatan diskusi, artinya kita dapat mengembangkan mind mapping yang telah kita buat dengan mind mapping anggota kelompok lain untuk didiskusikan atau dibahas bersama.

3. Cara baru untuk belajar dan berlatih dengan cepat dan efisien.

4. Cara membuat catatan agar tidak membosankan.

5. Cara terbaik untuk mendapatkan ide baru dan melatih kemampuan merencana.

6. Alat berpikir yang menyenangkan karena mampu membantu berpikir dua kali lebih baik, dua kali lebih cepat, dua kali lebih jernih dan lebih menyenangkan.

Sedangkan kekurangan model pembelajaran mind mapping adalah sebagai berikut : 1. Hanya siswa yang terlibat aktif.

2. Tidak sepenuhnya murid belajar.

Berdasarkan kelebihan dan kekurangan model pembelajaran mind mapping di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar dan berlatih dengan model pembelajaran mind mapping yang dirasakan oleh siswa sangat menyenangkan, cara pencatatan materi yang berupa peta, simbol dan juga gambar yang berwarna-warni mampu membuat otak secara mudah mampu untuk menyerap informasi yang diterima. Dengan model pembelajaran mind mapping dapat menghubungkan ide baru dengan ide yang sudah lama ada, sehingga menimbulkan adanya tindakan yang dilakukan siswa dan juga dengan penggunaan warna dan simbol yang menarik dan membuat siswa semangat dalam belajar.

2.4 Model Pembelajaran Flipped Classroom

(17)

2.4.1 Pengertian Model Pembelajaran Flipped Classroom

Flipped Classroom merupakan salah satu bentuk dari model pembelajaran inovatif yang baru saja digemakan oleh Jonathan Bergmann dan Aaron Sams setelah mereka mengajar mata pelajaran Kimia pada suatu desa yang ada di Colorado, Amerika Serikat tahun 2007 (Bergmann & Sams A, 2011). Latar belakang terciptanya model pembelajaran ini bermula dari permasalahan sekitar yang dialami anak-anak disana bahwa mereka mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran. Kesulitan yang dialami siswa seperti materi yang terlalu cepat dijelaskan di dalam kelas dan banyaknya kegiatan di luar sekolah yang dilaksanakan. Maka dari itu, Bergmann dan Sams menciptakan model pembelajaran ini yang dikolaborasikan dengan perkembangan teknologi saat itu, yakni video pembelajaran diunggah pada Youtube. Dari latar belakang permasalahan tersebut timbul lah model ini setelah dilaksanakan serta diuji coba selama satu tahun. Hasil yang diperoleh adalah siswa lebih memahami materi kimia disebabkan materi dapat diakses secara fleksibel. Dari latar belakang permasalahan tersebut akhirnya muncul model flipped classroom.

Dalam perkembangan dunia yang semakin canggih berupa revolusi industri 4.0 maka menuntut hampir seluruh aspek kehidupan pasti tak akan lepas dengan teknologi. Poin penting dalam model pembelajaran flipped classroom adalah memutar balik kebiasaan lingkungan pendidikan di kelas yang tradisional (Mariyana, 2020). Maksud dari kebiasaan tradisional ini adalah kondisi dimana guru cenderung menggunakan kelas sebagai tempat untuk memberikan materi (ceramah) dan melakukan tindak kegiatan inti seperti penugasan.

Melalui hasil penelitian dari Bergmann dan Sams, mereka memberikan inovasi baru dalam kebiasaan tersebut dengan memberikan ruang pada teknologi sebagai penyegaran baru di kelas. Hal tersebut menjadi bentuk positif dari keberadaan teknologi. Maka, pengertian dari flipped classroom itu adalah kegiatan dimana pembelajaran yang biasanya dilaksanakan oleh guru dan siswa di dalam kelas menjadi terbalik dengan kegiatan siswa yang melakukan kegiatan pembelajaran secara jarak jauh menggunakan video dan kegiatan kelas akan dilaksanakan setelahnya (Purwitha, 2020). Dengan kata lain, aktivitas dalam model pembelajaran ini adalah bersifat campuran atau blended learning. Perlu diingat juga, bahwa pembelajaran Flipped classroom ini bisa digunakan dalam segala bidang studi (Zainuddin &

Halili, 2016).

2.4.2 Tujuan dan Manfaat Model Pembelajaran Flipped Classroom

Diketahui pengertian model pembelajaran flipped classroom adalah suatu model yang menitikberatkan penggunaan teknologi dalam pembelajaran tentunya terdapat tujuan

(18)

mempelajari materi pembelajaran dimanapun dan kapanpun. Dengan hal tersebut, tentunya siswa bisa secara mandiri mengembangkan ilmu pengetahuan dan rasa ingin tahu mereka.

Maksudnya adalah dengan mempelajari materi secara fleksibel maka mereka mampu terangsang untuk belajar mandiri dan mengeksplorasi informasi terkait materi.

Manfaat pembelajaran ini di antara lain adalah

1. Peserta didik menjadi lebih percaya diri dan berperan secara aktif dalam pembelajaran. Maksud dari poin adalah dengan peserta didik mengakses materi pembelajaran secara mandiri, maka mereka akan mengolah materi tersebut sesuai gaya pemahaman dan gaya belajar mereka. Sehingga akan timbul keterampilan memecahkan masalah secara mandiri dan menimbulkan rasa percaya diri untuk aktif di kelas.

2. Peranan antara guru dan siswa saling melengkapi

Peranan guru disini hanya sebagai fasilitator untuk memotivasi, membimbing, dan memberikan umpan balik pada kinerja siswa (Bergmann & Sams A, 2011). Dengan pelaksanaan model ini akan membawa dampak berupa siswa akan mengenal teknologi dari pembelajaran secara mandiri dan dosen akan semakin terasah untuk mempelajari inovasi teknologi yang berkembang (Zainuddin & Halili, 2016).

2.4.3 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Flipped Classroom

Adapun kelebihan dari model pembelajaran ini sebagai pembelajaran inovatif saat ini antara lain:

a) Siswa dapat mengulang-ulang video tersebut hingga ia benar-benar paham materi, tidak seperti pada pembelajaran biasa, apabila murid kurang mengerti maka guru harus menjelaskan lagi sehingga siswa dapat mengerti sehingga kurang efisien,

b) Siswa dapat mengakses video tersebut dari manapun asalkan memiliki koneksi internet yang cukup, bahkan bisa di download dan lebih puas untuk menontonnya berulang-ulang

c) Efisiensi waktu, karena siswa diminta untuk mempelajari materi di rumah dan pada saat di kelas, siswa dapat lebih memfokuskan kepada kesulitannya dalam memahami materi maupun kemampuannya dalam menyelesaikan soal-soal berhubungan dengan materi tersebut.

d) Membantu siswa yang mau berusaha untuk memahami materi belajar secara lebih leluasa di rumah.

(19)

e) Sangat sesuai dengan gaya belajar peserta didik masa kini, dimana siswa dekat dengan teknologi.

Namun, dibalik kelebihannya terdapat kekurangan dalam model pembelajaran flipped classroom atau blended learning ini menurut Schiller dalam (Kara, 2015) yaitu:

a) Siswa yang baru mengenal model ini dibutuhkan adaptasi karena belajar mandiri di rumah, konsekuensinya mereka tidak siap dengan pembelajaran aktif di dalam kelas. Solusi masalah ini dengan cara memberikan kuis secara singkat untuk pemanasan atau pengenalan secara daring, atau di kelas memberikan penugasan untuk mencari referensi informasi.

b) Membuat bahan ajar berkualitas yang bagus sangat sulit sehingga perlu adanya kreativitas dari guru tersebut yang dirasa mampu menghilangkan kebosanan siswa. Video pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran haruslah c) Pekerjaan rumah (bacaan dan video) harus disesuaikan dengan hati-hati untuk

mempersiapkan mereka pada kegiatan di kelas.

d) Kurang dapat diterapkan di wilayah 3T yang kurang akan sarana seperti lemah internet, karena pemanfaatan teknologi tidak dapat dilaksanakan dengan baik.

2.4.4 Peranan Model Pembelajaran Flipped Classroom Terhadap Pembelajaran Jika menarik pada taksonomi bloom yang digunakan sebagai acuan level kognitif pada kata kerja pencapaian hasil pembelajaran, maka model pembelajaran ini akan membagi C1-C2 (mengingat dan memahami) sebagai bagian dari pembelajaran asinkron yang menggunakan video pembelajaran. Sedangkan pada C3-C6 (mengaplikasikan-mencipta) akan dilaksanakan dalam pembelajaran tatap muka di kelas. Maksud dari penjelasan tersebut adalah dalam video pembelajaran yang diberikan guru hanya akan menjadi tumpuan materi sekaligus pemantik pola pikir siswa terhadap materi pembelajaran. Lalu, di dalam kelas tatap muka akan mengolah sumber-sumber yang ada dan mendiskusikan materi bersama-sama, bisa berkelompok kecil.

(20)

Gambar 1. Taksonomi Bloom pada Flipped Classroom Sumber : (Zainuddin & Halili, 2016)

2.4.5 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Flipped Classroom

Sintak Pembelajaran Kegiatan

A.Satu minggu sebelum

pembelajaran (melalui grup kelas di Whatsapp/platform online lainnya)

1. Siswa melihat video pembelajaran dari guru (diberikan link nya)

2. Melalui tayangan video pembelajaran interaktif di rumah, siswa dapat memahami materi serta konsep yang perlu dipahami.

3. Peserta mempelajari materi dengan membaca buku teks pelajaran kelas X.

4. Guru memberitahukan kepada siswa untuk mempersiapkan hal-hal yang belum dipahami guna untuk ditanyakan saat tatap muka

B. Saat tatap muka pembelajaran di kelas

Pendahuluan

1. Berdoa dan mengucapkan salam.

2. Guru mengecek kehadiran siswa melalui daftar presensi.

3. Guru mengaitkan materi dengan lingkungan sekitar siswa

4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

Kegiatan inti

1. Menerapkan kemampuan siswa dalam proyek dan simulasi lain di dalam kelas dengan guru atau teman sebaya.

2. Siswa berdiskusi secara kelompok kecil terkait materi.

3. Siswa menyampaikan hasil pembahasan sesuai konsep.

4. Siswa mendapat bimbingan bisa berupa masukan dari guru selama kegiatan berlangsung.

Penutup

1. Evaluasi pembelajaran berupa soal pilihan ganda.

2. Refleksi pembelajaran.

3. Penyampaian rencana pembelajaran berikutnya.

(21)

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Pembelajaran inovatif merupakan suatu proses pembelajaran yang dirancang dengan sedemikian rupa sehingga memunculkan perubahan baru dalam pembelajaran yang berbeda dengan pembelajaran pada umumnya yang dilakukan oleh guru.

2. Pembelajaran inovatif memiliki sifat yang menyenangkan (rekreatif) dan membutuhkan kreativitas guru dalam proses pembelajaran agar dapat membantu siswa menjadi aktif selama proses pembelajaran berlangsung sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif dalam mencapai sebuah tujuan pembelajaran.

3. Problem Based Learning merupakan suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah autentik sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari suatu materi pelajaran

4. Mind mapping juga dapat diartikan sebagai proses memetakan pikiran untuk menghubungkan konsep konsep permasalahan tertentu dari cabang-cabang sel saraf membentuk korelasi konsep menuju pada suatu pemahaman dan hasilnya dituangkan langsung di atas kertas dengan animasi yang disukai dan gampang dimengerti oleh pembuatnya.

5. Flipped classroom itu adalah kegiatan dimana pembelajaran yang biasanya dilaksanakan oleh guru dan siswa di dalam kelas menjadi terbalik dengan kegiatan siswa yang melakukan kegiatan pembelajaran secara jarak jauh menggunakan video dan kegiatan kelas akan dilaksanakan setelahnya.

3.2 Saran

Penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca mengenai “Model - Model Pembelajaran Inovatif”. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kesalahan maupun kekurangan dan sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang makalah ini untuk perbaikan pada makalah yang selanjutnya.

(22)
(23)

DAFTAR RUJUKAN

Aprinawati, I. (2018). Penggunaan Model Peta Pikiran (Mind Mapping) Untuk Meningkatkan Pemahaman Membaca Wacana Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 2(1), 140–147. h Bergmann, J., & Sams A. (2011). Flipped Your Classroom. In Journal of Physics A:

Mathematical and Theoretical (Vol. 44, Issue 8).

Dindin Abdul Muiz Lidinillah. (2013). Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning). Jurnal Pendidikan Inovatif, 5(1), 1–7.

Erawanto, U., & Santoso, E. (2016). Pengembangan Modul Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Membantu Meningkatkan Berfikir Kreatif Mahasiswa. JINoP (Jurnal Inovasi Pembelajaran), 2(2), 427.

Evayanti, D., & Sumantri, M. (2017). Penerapan Metode Mind Mapping Untuk Meningkatkan. Journal of Education Action Research, 1(2), 83–93.

Iyam Maryati. (2018). P Enerapan M Odel P Embelajaran B Erbasis M Asalah Pada. Jurnal Mosharafa, 7(1), 63–74.

Kara, C. O. (2015). Flipped Classroom. Toraks Cerrahisi Bulteni, 9(3), 224–228.

Mariyana, R. (2020). Pengembangan Desain Model Pembelajaran Virtual Flipped Classroom.

Jurnal Pembelajaran Inovatif, 3(2), 150–156. https://doi.org/10.21009/jpi.032.10 Muhardi. (2004). Kontribusi Pendidikan Dalam Meningkatkan Kualitas Bangsa Indonesia.

Ejournal Unisba, XX(4), 15.

Mursid, R., & Yulia, E. (2016). Pengembangan pembelajaran dalam teknologi pendidikan di era ri 4.0. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia, 1(3), 35–42.

Purwitha, D. G. (2020). Model Pembelajaran Flipped Calssroom sebagai Pembelajaran Inovatif Abad 21. Jurnal Pendidikan Dasar, 5(1), 49–55.

Sutirman. (2013). Pembelajaran Inovatif Media Dan Model-Model Pembelajaran Inofatif.

Yogyakarta: Graha Ilmu, 1–90.

Tinggi, S., Pendidikan, I., & Dampal, S. (2018). MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF Muliana. 1(03), 54–64.

Woa, K. M., Utaya, S., & Susilo, S. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning terhadap Kemampuan Memecahkan Masalah Geografi pada Siswa SMA.

Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian …, 406–411.

Zainuddin, Z., & Halili, S. H. (2016). Flipped classroom research and trends from different fields of study. International Review of Research in Open and Distance Learning, 17(3),

(24)

313–340.

Zulfia Latifah, A., Hidayat, H., Mulyani, H., Siti Fatimah, A., & Sholihat, A. (2020).

Penerapan Metode Mind Mapping Untuk Meningkatkan Kreativitas Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Jurnal Pendidikan, 21(1), 38–50.

(25)

Notulensi Belajar dan Pembelajaran Kelompok 9 Moderator : Retno Selvi Lidyastika (200341617251)

Notulensi : Nur Istiqomah (200351615624)

Feren Aisya (200351615654)

Syaifitri Ramadhani (200351615702) A. Kelompok Pembanding (Kel 10)

1. Nama penanya : Resi Ramadhanti (200331618803)

Pertanyaan : Pada keadaan seperti apa model pembelajaran problem based learning, mind mapping, dan flipped classroom cocok digunakan? berikan contoh. terima kasih

Jawab

 pembelajaran problem based learning bisa digunakan di semua pembelajaran tatap muka atau daring karena pembelajaran problem based learning yang menggunakan pemecahan masalah jadi guru memberikan suatu masalah dalam daring ataupun luring sehingga siswa daring maupun luring bisa memecahkan masalahnya. Contoh masalahnya yaitu apa pengaruh manusia purba dalam kehidupan hingga saat ini?

 pembelajaran mind mapping, membuat peta konsep yang cocok digunakan dalam pembelajaran daring maupun luring contohnya dipembelajaran online jika siswa diberikan mind mapping siswa akan mudah memahami karena jika disuruh membaca makalah, ppt maupun jurnal-jurnal yang bacaannya banyak dan belum tentu siswa dapat memahaminya.

 Pembelajaran flipped classroom cocok digunakan di pembelajaran daring karena sistem pembelajaran flipped classroom dimana guru memberikan video pembelajaran melalui grup wa ataupun yang lainnya dengan begitu siswa dapat memutar berulang ulang video yang dibagikan oleh guru.

2. Nama penanya : Putri Nanda Fauziah (200331618824)

Pertanyaan : Dari ketiga model pembelajaran inovatif yang sudah dipaparkan, kekurangannya adalah karena keragaman siswa, seperti pemahaman siswa yang berbeda- beda. Nah, itu bagaimana cara guru agar pembelajaran tetap berjalan secara efektif?

Jawab

Sebagai guru kira harus bisa melihat kemampuan atau karakteristik siswa yang kita ajar.

Misal didalam kelas tersebut siswa suka dengan diskusi jadi kita bisa memberikan model

(26)

pembelajaran mind mapping. Cara lain dengan memberikan media yang bisa membuat siswa memahami apa yang diajarkan.

3. Nama penanya : Szakila Rosyalyn Sutejo ( 200731638026 )

Pertanyaan : Seperti yang diketahui bahwa dalam pembelajaran PBL ini merupakan pembelajaran yang berbasis masalah. Nah, dalam hal ini kan pastinya sebagai seorang pendidik akan membuat suatu masalah yang nantinya akan dibahas dan dipecahkan.Nah namun kan dalam hal menentukan masalah tersebut sebagai seorang pendidik akan disajikan dengan kebimbangan misalnya kan ada siswa yang kemampuan tinggi dan ada disiswa yang kemampuannya sedikit kurang. Nah dalam hal ini kan pastinya.jika guru memberikan permasalah yang akan dibahas itu masalah dengan tingkat yang tinggi atau HOTS misal, memang pemberian masalah ini akan membuat peserta didik yang kemampuan nya tinggi tadi akan merasa tertantangan untuk memecahkan masalah. Nah namun untuk siswa yang kemampuannya sedikit kurang kan akan merasa tidak dapat memecahkan masalah tersebut dan akhirnya menjadi pasif. Sebaliknya jika penentuan masalah terlalu mudah siswa dengan kemampuan tinggi akan merasa kurang tertantang dan menganggap pembelajaran membosankan. Nah Dalam hal ini bagaimana menurut kelompok kalian dalam menanggapi permasalahan tersebut Terimakasih.

Jawab

Tidak apa-apa karena kita sebagai guru akan menjelaskan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan didalam kurikulum sudah ada ketentuan soal apa aja yang harus diberikan kepada siswa terutama soal HOTS, jika diubah maka akan menyalahi aturan. Lalu dengan cara mendekati siswa yang pasif secara individual dan juga memberikan motivasi. Namun semua tidak akan berjakan dengan yang kita inginkan jika siswanya tidak mempunyai keinginan atau kesadaran untuk aktif.

B. Kelompok Pembanding (Kel 11)

1. Nama penanya : Ihda Maf'ulatul Husna

Pertanyaan : Bahwa di jelaskan pada makalah yaitu adanya kelebihan dan kekurangan mengenai model pembelajaran Problem Based Learning. Lalu, bagiamana pendapat kelompok penyaji dalam menyikapi mengenai kekurangan dari pembelajaran tersebut mohon di jelaskan !

(27)

Kemudian, dalam model pembelajaran dengen mendikte atau mencatat dengan mengingat isi bacaan yang telah dibacakan oleh guru misalnya, menurut saya masih kurang efektif. Tetapi bagaimana menurut kelompok mengenai kasus ketika terdapat guru yang menggunakan model pembelajaran dengan mendikte, apa yang harus kita sebagai murid ?

Jawab

Setiap metode pasti mempunyai kekurangan. Namun kita bisa melihat kekurangan tersebut jika kita melakukan evaluasi. Dengan demikian kita bisa memperbaiki kekurangan yang ada.

Contohnya Problem Based Learning yang mana diberikan masalah yang lebih menarik.

Sebagai murid kita wajib mencatat materi pembelajaran yang diajarkan, terkait tidak fahamnya nanti bisa ditanyakan.

2. Nama penanya : Lini Raudlotul

Pertanyaan : Pada kekurangan dari penerapan model pembelajaran problem based learning yaitu terdapat kesulitan dalam pembagian tugas pada kelas yang memiliki tingkat keragaman siswa yang tinggi. Lalu, bagaimanakah model pembelajaran yang cocok untuk kelas yang memiliki tingkat keragaman siswa yang tinggi?

Jawab

Keragaman siswa yang tinggi itu keragaman yang berupa ras, etnis dan budaya serta bahasa yang berbeda-beda. Sebenarnya keragaman bukan masalah yang cukup penting karena pembelajaran itu yang terpenting adalah mencapai tujuannya. Contohnya mahasiswa dari sabang sampai merauke yang berkumpul di Universitas Negeri Malang pembelajarannya menggunakan semua metode dan melihat kondisi luring ataupun daring agar siswa dapat memahami apa yang diajarkan.

3. Nama penanya : Alfa Safitri

Pertanyaan : Dijelaskan dalam makalah tentang tahapan pelaksanaan pembelajaran mind mapping. Yang saya tanyakan, bagaimana jika terdapat beberapa siswa yang tidak memenuhi tahapan tersebut? Dan bagaimana cara kita sebagai calon guru dalam mengatasi hal tersebut?

Apakah pelaksanaan pembelajaran dengan metode tersebut sudah efektif jika ada siswa yang kurang memahami materi?

Jawab

Jadi tahapan mind mapping ada 4 yaitu mempelajari suatu konsep materi pelajaran,

(28)

Harus dilakukan dengan urut. Dengan menjelaskan kepada siswa tahapan mind mapping dan mendampingi siswa terkait pembuatan mind mapping. Penerapan tidak hanya dengan menggunakan mind mapping tetapi bisa menggunakan metode ceramah atau diskusi.

4. Nama penanya : Nurin Ni'matul

Pertanyaan : Adapun kelebihan dari model pembelajaran Problem Based Learning salah satunya adalah Siswa memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya sendiri. Apa alasan atau seperti apa bukti yg menunjukkan dengan penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning siswa dapat memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya sendiri. Mungkin bisa dijelaskan juga terkait contoh pengaplikasian nya seperti apa sehingga siswa tersebut dapat mampu menilai kemajuan belajarnya sendiri.

Jawab

Setiap anak pasti mengenali dirinya sendiri, seperti contoh hari ini saya belajar tentang pemecahan masalah ini sendiri. Jadi, misalnya sudah mengetahui tentang bagiannya ini dan besoknya saya belajar tentang langkah – langkahnya. Jadi bisa mengetahui dari diri saya sendiri. Kalau tau dan saya bisa tentang langkah-langkah dan problem based learning itu.

Untuk pengaplikasiannya siswa menulis atau mencatat golsnya masing – masing misal, hari ini siswa mampu mempelajari tentang semua pembelajaran problem based learning , besok mencatat kemampuan yang bisa diraih dihari berikutnya.

C. Kelompok Pembanding (Kel 12)

1. Nama penanya : Faradila Azzahra Noor Sabila

Pertanyaan : Apa saja media pembelajaran yang dapat digunakan untuk mewujudkan pembelajaran inovatif?

Jawab

Media pembelajaran yang bisa digunakan yaitu digital, seperti buku digital komik digital seperti itu. video pembelajaran yang lain, video animasi.

2. Nama penanya : Fenty Eka Nihayah

Pertanyaan : Di dalam ppt kelompok kalian disebutkan bahwa model-model pembelajaran inovatif itu terdiri dari model pembelajaran problem based learning, model pembelajaran mind mapping, dan model pembelajaran flipped classroom. Dari ketiga model- model pembelajaran inovatif tsb, menurut kelompok penyaji model pembelajaran apa yang lebih efektif dan mudah diterapkan pada siswa Sekolah Dasar. Berikan alasannya!

(29)

Jawab

Menurut kelompok kami, yang paling efektif adalah aimebing, karena model pembelajaran yang dalam pembuatannya menerapkan poin – poinnya saja atau membuat pemetaan, jadi biasanya sekolah dasar atau anak - anak itu lebih senang kalau kreatidfitas mereka dan banyak spidol berwarna – warni. Jadi, anak sekolah dasar itu tidak mudah bosan.

3. Nama penanya : Ferdian Teguh Haris Kurniawan

Pertanyaan : Bagaimana cara menerapkan metode mind mapping, jika terdapat siswa yang kurang kreatif dalam menuangkan pemahamannya dalam bentuk animasi?

Jawab

Jadi menurut kelompok kami, mind mapping ini tidka hanya dalam be tuk animasi tetapi masih ada model yang lain seperti peta konsep, jadi apabila ada sswa yang kesulitan menggunakan bisa membuat yang lainnya. Jika adaterdapat siswa yang kurang kreatif jadi tergantung menurut kreatifitasnya masing – masing siswa.

4. Nama penanya : Firza Sofia Balqis

Pertanyaan : Bagaimana cara untuk mengatasi kekurangan model pembelajaran flipped classroom di wilayah 3T yang biasa terkendala koneksi internet agar pembelajaran tetap berlangsung dengan baik?

Jawab

Jika dipaksakan untuk menggunakan model tersebut guru bisa menggunakan laptop. Guru – guru 3T rata – rata diluar jawab, guru itu pasti membawa laptop dan laptop tersbut dijadikan media pembelajaran. Tetapi tidak menggunakan model pembelajaran ini maka diganti dengan pembelajatran lainnya misal kooperatif, mind mapping. Sehingga model pembelajaran tersebut tidak wajib digunakan untuk diwilayah 3T. jika dipaksakan menggunakan media yang disebutkan tadi.

Gambar

Gambar 1. Taksonomi Bloom pada Flipped Classroom Sumber : (Zainuddin & Halili, 2016)

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan PkM dilakukan dengan penyampaian materi dan diskusi tentang model pembelajaran inovatif berupa pembelajaran dengan menerapkan flipped classroom , pendidikan

Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Induktif (Warimun, dalam Fikri, 2014, hlm. 18) : Kelebihan model pembelajaran berpikir induktif adalah 1)

Kelebihan dan kekurangan model pemelajaran kooperatif tipe numbered head together nht kelebihan Kekurangan Terjadinya interaksi antara siswa melalui diskusi/siswa secara

Kesimpulan lain yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah model pembelajaran Flipped Classroom dapat meningkatkan self-regulated learning siswa, Model pembelajaran Flipped

Nama : Faridatul Hasanah Absen :25 Kelas : PAI -B 3 " Pembelajaran menggunakan Flipped Classroom" Flipped classroom adalah model pembelajaran di mana mahasiswa sebelum melakukan

Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran flipped classroom sehingga kemampuan berpikir siswa dapat tergali dengan baik, sehingga dari hasil analisis data hasil posttest yang

Dokumen ini membahas tentang berbagai model dan strategi pembelajaran inovatif yang dapat digunakan dalam proses

Dokumen ini membahas tentang mobile learning sebagai model pembelajaran yang efektif dan inovatif yang memanfaatkan perangkat seluler dan