• Tidak ada hasil yang ditemukan

Klasifikasi dan Karakteristik

N/A
N/A
Marta Poli Zulva

Academic year: 2024

Membagikan " Klasifikasi dan Karakteristik"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

MODUL PRAKTIKUM DALAM JARINGAN MATA KULIAH EVALUASI LAHAN

KEMAMPUAN LAHAN

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

2021

(2)

ii DAFTAR ISI

COVER ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... 1

A. Tujuan ... 1

B. Alat dan Bahan ... 1

C. Teori Dasar ... 1

1. Definisi Evaluasi Kemampuan Lahan ... 1

2. Hubungan Kelas Kemampuan Lahan dengan Penggunaan Lahan ... 1

3. Tingkat Klasifikasi Kemampuan Lahan ... 2

4. Karakteristik Lahan Evaluasi Kemampuan Lahan ... 2

5. Kriteria Klasifikasi Kemampuan Lahan ... 8

6. Tahapan Evaluasi Kemampuan Lahan ... 8

D. Langkah Eksperimen ... 8

E. Contoh Evaluasi Kemampuan Lahan ... 9

F. Referensi ... 9

(3)

iii DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kelas Lereng ... 2

Tabel 2. Kelas Kepekaan Erosi (KE) Tanah (Nilai K) ... 3

Tabel 3. Kelas Kerusakan Erosi ... 3

Tabel 4. Kelas Kedalaman Efektif ... 3

Tabel 5. Kelas Tekstur Tanah ... 4

Tabel 6. Kelas Permeabilitas Tanah ... 4

Tabel 7. Kelas Drainase Tanah ... 5

Tabel 8. Kelas Batuan Kecil ... 5

Tabel 9. Kelas Batuan Lepas ... 6

Tabel 10. Kelas Batuan Tersingkap ... 6

Tabel 11. Kelas Ancaman Banjir ... 7

Tabel 12. Kelas Salinitas Tanah ... 7

Tabel 13. Tingkat Kepekaan Erosi ... 7

Tabel 14. Kriteria Klasifikasi Kemampuan Lahan ... 8

Tabel 15. Contoh Evaluasi Kemampuan Lahan ... 9

(4)

iv DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Hubungan Kelas Kemampuan Lahan dengan Penggunaan Lahan ... 1 Gambar 2. Segitiga Tekstur Tanah ... 4

(5)

1 Modul 1

Evaluasi Kemampuan Lahan

A. Tujuan

1. Memahami Pengertian Evaluasi Kemampuan Lahan

2. Memahami Hubungan Kelas Kemampuan Lahan dengan Penggunaan Lahan 3. Memahami Karakteristik Lahan Evaluasi Kemampuan Lahan

4. Memahami Struktur Klasifikasi Kelas Evaluasi Lahan 5. Memahami Kriteria Klasifikasi Kemampuan Lahan 6. Mehamani Tahapan Evaluasi Kemampuan Lahan B. Alat dan Bahan

1. Cangkul 2. Sekop 3. Penggaris

4. Borang Evaluasi Kemampuan Lahan C. Teori Dasar

1. Definisi Evaluasi Kemampuan Lahan

Evaluasi kemampuan lahan adalah kegiatan menilai keragaansuatu lahan menggunakan kriteria yang telah ditentukan untuk mengetahui pilihan – pilihan / alternative penggunaan lahan yang dapat dilakukan / usahakan agar memberikan keuntungan dan berkelanjutan.

2. Hubungan Kelas Kemampuan Lahan dengan Penggunaan Lahan

Gambar 1. Hubungan Kelas Kemampuan Lahan dengan Penggunaan Lahan

(6)

2 Kelas kemampuan lahan diklasifikasikan / dikelompokkan menjadi 8 kelas (I – VIII).

Semakin tinggi kelas kemampuan lahan berarti lahan tersebut dapat digunakan untuk berbagai penggunaan lahan. Semakin rendah kelas kemampuan lahan berarti pilihan penggunaan lahan pada lahan tersebut semakin sedikit.

3. Tingkat Klasifikasi Kemampuan Lahan

Terdapat tiga kategori dalam klasifikasi kemampuan lahan, yaitu kelas kemampuan yang merupaka kategori tertinggi, sub kelas, dan unit kemampuan. Dengan perkataan lain klasifikasi lahan bertujuan mengelompokkan lahan berdasrkan dengan kemampuan yang dimiliki serta menetapkan jenis pengelolaan yang tepat terhadap suatu penggunaan lahan agar dapat berproduksi berkesinambungan dan tidak menimbulkan kerusakan dalam jangka panjang.

a. Kemampuan Lahan Tingkat Kelas

Kemampuan lahan dikelompokkan kedalam delapan kelas (I – VIII).

b. Kemampuan Lahan Tingkat Sub Kelas

Pengelompokkan kemampuan lahan berdasarakan atas jenis faktor penghambat. Sub kelas adalah pengelombokkan unit kemampuan lahan yang mempunyai faktor penghambat dominan yang sama. Penullisan kelas kemampuan lahan tingkat sub kelas;

dibelakang kelas diikuti dengan faktor penghambat (contoh: IIIe; IVw).

c. Kemampuan Lahan Tingkat Unit

Kelas kemampuan lahan di tingkat unit mmberikan informasi yang lebih spesifik dan rinci untuk tiap bidang lahan. Satuan kemampuan adalah pengelompokkan lahan yang sama kelas kemampuannya dan memerlukan pengelolaan masukan (input) yang sama.

4. Karakteristik Lahan Evaluasi Kemampuan Lahan a. Lereng

Kelas lereng diklasififkasikan bedasarkan tingkat kemiringan atau sudut dari lereng tersebut. Faktor panjang (L) dan kemiringan lereng (S) mempengaruhi besarnya erosi yang terjadi. Semakin panjang suatu lereng, maka erosi yang terjadi makin besar pula.

Tabel 1. Kelas Lereng

Kode Kemiringan Keterangan

A 0 – ≤ 3 % Datar

B > 3 – 8 % Landai / Berombak

C > 8 – 15 % Agak Miring / bergelombang D > 15 – 30 % Miring / berbukit

E > 30 – 45 % Agak Curam / bergunung F > 45 – 65 % Curam

G > 65 % Sangat Curam

(7)

3 Tabel 2. Kelas Kepekaan Erosi(KE) Tanah (Nilai K)

Kode Nilai K Keterangan KE1 0,00 – 0,10 Sangat Rendah KE2 0,11 – 0,20 Rendah

KE3 0,21 – 0,32 Sedang KE4 0,33 – 0,43 Agak Tinggi KE5 0,44 – 0,55 Tinggi

KE6 0,56 – 0,64 Sangat Tinggi Tabel 3. Kelas Kerusakan Erosi

Kode Tingkat Kerusakan Keterangan

e0 Tidak ada erosi -

e1 Ringan < 25 % lapisan atas hilang e2 Sedang 25 – 75 % lapisan atas hilang

e3 Agak Berat > 75 % lapisan atas hilang ≤ 25 % lapisan bawah hilang

e4 Berat > 75 % lapisan bawah hilang e5 Sangat Berat Erosi parit

b. Kedalaman Tanah (K)

Kedalaman tanah efektif adlaah kedalaman tanah yang baik bagi pertumbuhan akar tanaman; yaitu kedalaman sampai pada lapisan yang tidak dapat ditembus oleh akar tanaman. Lapisan tersebut dapat berupa lapisan padas keras, padas liat, padas rapuh atau lapisan plintit.

Tabel 4. Kelas Kedalaman Efektif

Kode Kedalaman Tanah Keterangan

K0 > 90 cm Dalam

K1 90 – 50 cm Sedang

K2 50 – 25 Dangkal

K3 < 25 cm Sangat Dangkal c. Tekstur Tanah (t)

Tekstur tanah merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi kapasitas tanah untuk menahan air dan pemeabilitas tanah serta berbagai sifat fisik dan kimia tanah lainnya.

(8)

4 Gambar 2. Segitiga Tekstur Tanah

Tabel 5. Kelas Tekstur Tanah

Kode Kelas Tekstur Keterangan

t1 Halus Liat berpasir, liat berdebu,liat

t2 Agak Halus Lempung liat berpasir, lempung berliat, lempung liat berdebu t3 Sedang Lempung, lempung berdebu, debu

t4 Agak Kasar Lempung berpasir, lempung berpasir halus, lempung berpasir sangat halus

t5 Sangat Kasar Pasir berlempung, pasir d. Permeabilitas (P)

Permeabilitas tanah adalah cepat atau lambatnya air meresap kedalam tanah melalui pori tanah. Semakin kasar tekstur tanah, maka semakin cepat pula perembesan air.

Tabel 6. Kelas Permeabilitas Tanah

Kode Kecepatan Keterangan

P1 < 0,5 cm/jam Lambat P2 0,5 – 2, 0 cm/jam Agak Lambat P3 2,0 – 6,25 cm/jam Sedang P4 6,25 – 12,5 cm/jam Agak Cepat P5 > 12,5 cm/jam Cepat

(9)

5 e. Drainase Tanah (d)

Drainase tanah adalah kemampuan tanah mengalir dan mengatur kelebihan air yang berada dalam tanah maupun pada permukaan tanah.

Tabel 7. Kelas Drainase Tanah

Kode Drainase Keterangan

d0 Berlebihan Air lebih segera keluar dari tanah dan sangat sedikit air yang ditahan oleh tanah sehingga tanaman akan segera mengalami kekurangan air d1 Baik Tanah mempunyai peredaran udara baik, seluruh profil tanah dari atas hingga bawah (150 cm) berwarna terang, seragam, tidak terdapat bercak kuning, coklat atau kelabu

d2 Agak baik Lapisan tanah atas peredaran udara baik, tidak terdapat bercak berwarna kuning, kelabu atau coklat. Bercak terdapat pada lapisan atas dan bagian atas lapisan bawah (60 cm dari permukaan)

d3 Agak buruk Lapisan atas tanah mempunyai peredaran udara baik, tidak terdapat bercak – bercak berwarna kuning, kelabu atau coklat. Bercak ditemukan pada seluruh lapisan bagian bawah (40 cm dari permukaan)

d4 Sangat buruk Seluruh lapisan permukaan tanah berwarna kelabu dan tanah lapisan bawah berwarna kelabu atau terdapat bercak, berwarna kebiruan atau terdapat air yang menggenang dipermukaan tanah

f. Faktor – faktor khusus

 Batuan – batuan dan krikil (b)

Bahan kasar dapat berada di dalam lapisan tanah atau atas permukaan tanah. Bahan kasar yang terdapat di dalam lapisan 20 cm (bagian atas tanah) yang berukutan ≥22 mm dibedakan sebagai berikut:

Krikil adalah bahan kasar yang berdiameter ≥22 mm – 7,5 cm; jika berbentuk bulat 15 cm sumbu panjang jika berbentuk gepeng. Krikil di dalam lapisan 20 cm.

Batuan kecil adalah bahan kasar atau batuan berdiameter 7,5 cm – 25 cm jika berbentuk bulat; atau sumbu panjangnya berukuran 15 – 40 cm jika berbentuk gepeng.

Tabel 8. Kelas batuan Kecil

Kode Batuan Kecil Keterangan

b0 Tidak ada / sedikit 0 – 15 % volume tanah

b1 Sedang 15 – 50 % volume tanah; pengolahan tanah mulai agak sulit dan pertumbuhan tanaman terganggu b2 Banyak 50 – 90 % volume tanah; pengolahan tanah sangat

sulit dan pertumbuhan tanaman agak terganggu b3 Sangat banyak > 90 % volume tanah; pengelolaan tanah tidak

mungkin dilakukan dan pertumbuhan tanaman terganggu.

(10)

6

 Batuan Lepas yang terletak diatas permukaan tanah (stone)

Batuan lepas adalah batuan yang terbesar diatas permukaan tanah dan berdiameter ≥ 25 cm (bentuk bulat) atau bersumbu memanjang ≥ 40 cm (bentuk gepeng).

Tabel 9. Kelas Batuan Lepas

Kode Batuan Lepas Keterangan

b0 Tidak Ada < 0,01 % luas area

b1 Sedikit 0,01 – 3 % permukaan tanah tertutup; pengelolaan tanah dengan mesin agak terganggu tetapi tidak mengganggu pertumbuhan tanaman

b2 Sedang 3 – 15 % permukaan tanah tertutup; pengelolaan tanah mulai agak sulit dan luas area produktif berkurang

b3 Banyak 15 – 90 % permukaan tanah tertutup; pengelolaan tanah dan penanaman menjadi sulit

b4 Sangat banyak > 90 % permukaan tanah tertutup; tanah sama sekali tidak dapat digunakan untuk produksi tanaman

 Batuan Tersingkap (rock)

Batuan yang tersingkap diatas permukaan tanah yang merupkan bagian dari batuan besar yang terbenam di dalam tanah.

Tabel 10. Kelas Batuan Lepas Kode Batuan

Tersingkap

Keterangan b0 Tidak ada < 2 % permukaan tanah tertutup

b1 Sedikit 2 – 10 % permukaan tanah tertutup; pengelolaan tanah dan penanaman agak terganggu

b2 Sedang 10 – 50 % permukaan tanah tertutup; pengelolaan tanah dan penanaman terganggu

b3 Banyak 50 – 90 % permukaan tanah tertutup; pengelolaan tanah dan penanaman sangat terganggu

b4 Sangat

banyak

> 90 % permukaan tanah tertutup; tanah sama sekali tidak dapat digarap

 Ancaman banjir (O)

Banjir akan menyebabkan kerusakan bahkan kematian tanaman sehingga dapat menurunkan produktifitas. Penentuan daerah banjir dapat dilakukan melalui pengamatan langsung di lapangan, periode banjir dapat diperoleh dari wawancara penduduk sekitar lokasi penelitian.

(11)

7 Tabel 11. Kelas Ancaman Banjir

Kode Keterangan

O0 Tidak pernah, dalam periode satu tahun tidak pernah terututup banjir untuk waktu lebih dari 24 jam

O1 Kadang – kadang, banjir yang menutupi tanah lebih dari 24 jam. Tidak teratur dalam periode kurang dari 1 bulan

O2 Selama waktu satu bulan dalam satu tahun; tana secara teratur tertutup banjir untuk jangka waktu lebih dari 24 jam

O3 Selama waktu 2 – 5 bulan dalam setahun; secara teratur selalu dilanda banjir yang lamanya lebih dari 24 jam

O4 Selama waktu 6 bulan atau lebih selalu dilanda banjir selama lebih dari 24 jam

 Salinitas

Salinitas adalah keadaan terjadinya akumulasi garam terlarut dalam tanah.

Tabel 12. Kelas Salinitas Tanah

Kode Salinitas Keterangan

g0 Bebas 0 – 0,15 % garam terlarut

g1 Terpengaruh sedikir 0,15 – 0,35 % garam terlarut g2 Terpengaruh sedang 0,35 – 0,65 % garam terlarut g3 Terpengaruh Hebat > 0,65 % garam terlarut

 Erosi (e)

Tingkat kepekaan erosi dinilai berdasarkan nilai K. Nilai diperoleh dari perhitungan beberapa data seperti tekstur tanah, struktur tanah, kandungan bahan organik dan permeabilitas tanah kelas yang kan dikalsifikasikan berdasarkan tinggi rendahnya nilai K (kepekaan erosi tanah). Semakin kecil nilai K; semakin kurang peka tanah terhadap erosi.

Tabel 13. Tingkat Kepekaan Erosi Kode Kepkaan Erosi Harkat

e0 Tanpa 0

e1 Ringan 1-

e2 Sedang 2-

e3; e4 Berat 3-

(12)

8 5. Kriteria Klasifikasi Kemampuan Lahan

Tabel 14. Kriteria Klasifikasi Kemampuan Lahan

Faktor Penghambat Kelas Kemampua Lahan

I II III IV V VI VII VIII

Lereng Permukaan A B C D A E F G

Kepekaan Erosi KE1; KE2 KE3 KE4; KE5 KE6 (1) (1) (1) (1)

Tingkat Erosi eo e1 e2 e3 (2) e4 e5 (1)

Kedalaman Tanah K0 K1 K2 K2 (1) K3 (1) (1)

Tekstur Lapisan Atas

t1; t2; t3 t1; t2; t3

t1; t2; t3; t4 t1; t2; t3; t4

(1) t1; t2; t3; t4

t1; t2; t3; t4

t5

Tekstur Lapisan Bawah

t1; t2; t3 t1; t2; t3

t1; t2; t3; t4 t1; t2; t3; t4

(1) t1; t2; t3; t4

t1; t2; t3; t4

t5

Permeabilitas P2; P3 P2; P3 P2; P3; P4 P2; P3; P4

P1 (1) (1) P5

Drainase d1 d2 d3 d4 d5 (2) (2) d0

Kerikil/batuan b0 b0 b1 b2 b3 (1) (1) b4

Ancaman banjir O0 O1 O2 O3 O4 (2) (2) (1)

Sallinitas g0 g1 g2 (2) g3 g3 (1) (1)

Keterangan: (1) dapat mempunyai sembarang sifat; (2) tidak berlaku 6. Tahapan Evaluasi Kemampuan Lahan

Pelaksanaan Evaluasi Lahan dimulai dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan, melakukan penilaian kualitas lahan secara cepat di lapangan, pengambilan sampel tanah untuk di lakukan analisis laboratorium, memasukkan data – data hasil pengamatan kedalam kriteria klasifikasi kemampuan lahan.

D. Langkah Eksperimen

1. Mahasiswa melakukan pengamatan langsung di lapangan (sekitar rumah).

2. Mahasiswa melakukan penilaian kualitas lahan tersebut.

3. Mahasiswa melakukan menglompokkan kelas kualitas lahan

4. Mahasiswa mencocokkan kelas kualitas lahan dengan kriteria klasifikasi kemampuan lahan.

(13)

9 E. Contoh Evaluasi Kemampuan Lahan

Tabel 15. Contoh Evaluasi Kemampuan Lahan

Karakteristik Lahan Nilai Kelas Kelas Kemampuan

Kemiringan Lahan Agak Curam E VI

Kepekaan Erosi Sedang KE3 III

Tingkat Erosi Sedang e3 III

Kedalaman Tanah Dalam k0 I

Tekstur Agak Halus t2 I

Permeabilitas Sedang P3 I

Drainase Baik d1 I

Batuan Sedikit b1 III

Banjir Tidak Ada o0 I

Kelas Kemampuan Lahan VI-E

Sehingga, Lahan tersebut dapat digunakan untuk penggunaan lahan sebagai berikut:

a. Cagar Alam b. Kehutanan

c. Rerumputan Terbatas d. Rerumputan Cukup Baik F. Referensi

Arsyad Sitanala. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Bogor. IPB Press.

Hardjowigeno, Sarwono., Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Lahan. Yogyakarta. Gajah Mada University Press

(14)

MODUL PRAKTIKUM DALAM JARINGAN MATA KULIAH EVALUASI LAHAN

KESESUAIAN LAHAN

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

2021

(15)

ii DAFTAR ISI

COVER ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

A. Tujuan ... 1

B. Alat dan Bahan ... 1

C. Teori Dasar ... 1

1. Pengertian Evaluasi Kesesuaian Lahan ... 1

2. Metode Evaluasi Kesesuaian Lahan ... 3

3. Struktur Klasifikasi Kesesuaian Lahan ... 3

4. Jenis Kesesuaian Lahan ... 4

5. Prosedur Evaluasi Kesesuaian Lahan ... 4

6. Parameter Evaluasi Kesesuaian Lahan ... 5

7. Tingkat Perbaikan Kualitas / Karakteristik Lahan ... 10

D. Langkah Eksperimen ... 11

E. Contoh Evaluasi Kemampuan Lahan ... 12

F. Referensi ... 12

(16)

iii DAFTAR TABEL

Tabel 1. Karakteristik Lahan Evaluasi Kesesuaian Lahan ... 2

Tabel 2. Kualitas Lahan Evaluasi Kesesuaian Lahan ... 3

Tabel 3. Kelas Drainase Tanah ... 5

Tabel 4. Penentuan Tekstur Tanah di Lapangan ... 6

Tabel 5. Kelas Tekstur Tanah ... 7

Tabel 6. Kelas Bahan Kasar ... 7

Tabel 7. Kelas Kedalaman Tanah ... 8

Tabel 8. Kelas Kedalaman Gambut ... 8

Tabel 9. Kelas Bahay Erosi ... 8

Tabel 10. Kelas Ketersediaan Hara ... 9

Kelas 11. Hubungan Kedalaman dan Lama Banjir ... 9

Tabel 12. Kelas Bahay banjir ... 9

Tabel 13. Jenis Usaha Perbakan Kualitas / Karakteristik Lahan ...10

Tabel 14. Asumsi Tingkat Perbaikan Kualitas/ Karakteristik Lahan ... 11

Tabel 15. Penilaian Kesesuaian Lahan Tanaman Jagung ... 12

(17)

iv DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Segitiga Tekstur Tanah ... 7

(18)

1 Modul 2

Evaluasi Kesesuaian Lahan

A. Tujuan

1. Memahami Pengertian Evaluasi Kesesuaian Lahan 2. Memahami Metode Evaluasi Kesesuaian Lahan 3. Memahami Stuktur Klasifikasi Kesesuaian Lahan 4. Memamahi Jenis Kesesuaian Lahan

5. Memahami Prosedur Evaluasi Lahan

6. Memahami Parameter Dalam Evalasi Kesesuaian Lahan 7. Tingkat perbaikan kualitas lahan / Karakteristik Lahan B. Alat dan Bahan

1. Penggaris 2. Sekop 3. Cangkul 4. Bor Tanah

5. Borang Evaluasi Kesesuaian Lahan C. Teori Dasar

1. Pengertian Evaluasi Kesesuaian Lahan

Evaluasi kesesuaian lahan adalah kegiatan penilian keragaan lahan berdasarkan kualitas ataupun karakteristik lahan kemudian dicocokkan dengan kriteria yang telah disusun agar lahan dapat digunakan dan dikelola secara berkelanjutan.

Lahan merupakan bagian dari bentang alam (landscape) yang mencakup pengerian lingkungan fisik (iklim, topografi, tanah, hidrologi dan keadaan vegetasi alami (natural vegetation) yang secara potensial berpengaruh terhadap penggunaan lahan (FAO, 1976).

Karakteristik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur atau estimasi. Kualitas lahan yang digunakan evaluasi kesesuaian lahan adalah tempemperatur rata – rata, curah hujan, kelembaban udara, drainase, tekstur, bahan kasar, kedalaman efektif, kematangan dan kedalaman gambut, KTK Tanah, Kejenuhan pH H2O, C – Organik, N-Total, P2O5, K2O, Salinitas, Alkalinitas, Kedalaman Sulfidik, Lereng, Batuan Permukaan, Singkapan Batuan, Bahaya Longsor, Bahaya Erosi, serta tinggi dan lama genangan.

(19)

2 Tabel 1. Karakteristik Lahan Evaluasi Kesesuaian Lahan

Karakteristik Lahan Uraian

Temperatur rata – rata Suhu udara rata – rata tahunan (OC)

Curah Hujan Jumlah curah hujan tahunan atau curah hujan pada masa pertumbuhan (mm) Kelembaban Udara Tingkat kebasahan udara atau jumlah uap air yang ada di udara (%)

Drainase Pengaruh laju perkolasi air ke dalam tanah terhadap aerasi udara dalam tanah Tekstur Perbandingan fraksi pasir (0,05- 2 mm), debu (0,002 – 0,05 mm), dan klei (< 0,002

mm)

Bahan Kasar Bahan yang berukuran > 2 mm (%)

Kedalaman Efektif Kedalaman lapisan tanah yang dapat dimanfaatkan untuk perkembangan perakaran tanaman (cm)

Kematangan Gambut Tingkat kandungan serat, semakin tinggi kandungan serat maka semakin rendah tingkat kematangan gambut. Tingkat kematangan gambut: saprik (matang), hemik (setengah matang), fibrik (belum matang)

Ketebalan Gambut Tebal lapisan gambut (cm)

KTKTanah Kemampuan tanah dalam mempertukarkan kation tanah (me/100 gr)

Kejenuhan Basa Jumlah basa – basa terekstrak NH4OAc pada setiap 100 gram contoh tanah (%) pH H2O Konsentrasi H+ dalam larutan tanah

C-Organik Kandungan karbon organik dalam tanah (%) N-Total Kandungan N dalam tanah (%)

P2O5 Kandungan P yang terekstrak HCl 25 % dalam tanah (mg/100 gr) K2O Kandungan K yang terekstrak HCl 25 % dalam tanah (mg/100 gr)

Salinitas Kandungan garam mudah larut dalam tanah yang dicerminkan oleh daya hantar listrik (mmhos/cm)

Alkalinitas Kandungan sodium (na) dapat ditukar (%)

Kedalaman Sulfidik Kedalaman bahan sulfidic diukur dari permukaan tanah sampai batas lapisan sulfidic (cm)

Lereng Kemiringan lahan (%)

Batuan permukaan Batuan yang dijumpai di permukaan tanah (%) Singkapan batuan Batuan yang muncul di permukaan tanah (%) Bahaya Longsor Pergerakan masa batuan atau tanah

Bahaya Erosi Jumlah tanah yang hilang dari suatu lahan, diprediksi menggunakan rumus USLE (ton/ha/tahun)

Genangan Tinggi dan lama genangan (cm/bulan)

Kualitas lahan adalah sifat – sifat pengenal atau atribut yang bersifat kompleks dari sebidang lahan. Setiap kualitas lahan mempunyai keragaan yang berpengaruh terhadap kelas kesesuaiannya bagi penggunaan tertentu dan biasanya terdiri atas satu atau lebih karakteristik lahan. Kualitas lahan ada yang dapat diestimasi atau diukur secara lanngsung di lapangan, tetapi pada umumnya ditetapkan dari pengertian karakteristik lahan (FAO, 1976). Kualitas lahan dapat berpengaruh positif atau negative terhadap penggunaan lahan tergantung sifatnya. Kualitas lahan bersifat positif, apabila mempunyai sifat yang menguntungan bagi suatu penggunaan. Sebaliknya, kualitas berpengaruh negative apabila mempunyai sifat – sifat yang merugikan bagi penggunaan lahan, sehingga merupakan faktor penghambat atau pembatas. Kualitas lahan yang digunakan dalam evaluasi kesesuaian lahan adalah temperature, ketersediaan air, media perakaran, retensi hara, hara tersedia, toksisitas, sodisitas, bahaya sulfidic, bahaya erosi, bahaya banjir, penyiapan lahan.

(20)

3 Tabel 2. Kualitas Lahan Evaluasi Kesesuaian Lahan

Kualitas Lahan Keterangan

Temperatur (tc) Ditentukan oleh temperature rata – rata tahunan

Ketersediaan air (wa) Ditentukan oleh curah hujan (tahunan dan curah hujan pada masa pertumbuhan), kelembaban dan zona agroklimat

Ketersediaan Oksigen (oa) Ditentukan oleh drainase

Media Perakaran (rc) Ditentukan oleh drainase, tekstur, bahan kasar, kedalaman efektif, kematangan dan ketebalan gambut

Rentensi Hara (nr) Ditentukan oleh KTK Tanah, KB, pH, dan C- Organik Hara Tersedia (na) Ditentukan oleh N Total, P2O5, K2O

Toksisitas (xc) Ditentukan oleh salinitas Sodisitas (xn) Ditentukan oleh alkalinitas

Bahaya Sulfidik (xs) Ditentukan oleh kedalaman sulfidic

Tingkat bahaya erosi (eh) Ditentukan oleh bahaya erosi dan kedalaman tanah Bahaya banjir (fh) Ditentukan oleh tinggi dan lama genangan

Penyiapan lahan (lp) Ditentukan oleh batuan dipermukaan dan singkapan batuan

2. Metode Evaluasi Kesesuaian Lahan

Metode yang dilakukan dalam evaluasi kesesuaian lahan dibedakan menjadi dua, yaitu metode faktor pembatas dan metode parametrik.

a. Metode Faktor Pembatas

Setiap kualitas lahan disusun berurutan dari yang terbaik (faktor pembatas paling ringan) hingga yang terburuk (faktor pembatas paling berat). Masing – masing kualitas lahan disusun dalam tabel kriteria. Faktor pembatas terkecil untuk kelas terbaik. Faktor pembatas terberat untuk kelas terburuk.

b. Metode Parametrik

Kualitaslaha yang digunakan dalam penggunaan lahan tertentu diberi nilai (10 – 100).

Setiap nilai kemudian digabung penjumlahan, pengurangan dan perkalian).

3. Struktur Klasifikasi Kesesuaian Lahan

Struktur klasifikasi dalam evaluasi kesesuaian lahan yang digunakan pada dasarnya mengacu pada Framework of Land Evaluation (FAO, 1976) dengan menggunakan 4 kategori yaitu Ordo, Kelas, Subkelas, dan Unit. Dalam pemetaan tingkat semi detil, klasifikasi kesesuaian lahan dilakukan sampai tingkat subkelas.

a. Ordo

Menggambarkan kesesuaian lahan secara umum. Pada tingkat ordo kesesuaian lahan dibedakan atas Sesuai (S) dan Tidak Sesuai (N).

b. Kelas

Menggambarkan tingkat kesesuaian lahan dalam ordo. Pada tingkat kelas, lahan yang tergolong ordo sesuai (S) dibedakan menjadi sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), sesuai marginal (S3). Sedangkan lahan yang tergolong ordo tidak sesuai (N) tidak dibedakan.

 Sangat sesuai (S1)

(21)

4 Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti atau nyata terhadap penggunaan berkelanjutan, atau hanya mempunyai faktor pembatas yang bersifat minor dan tidak mereduksi produktivitas lahan secara nyata.

 Cukup Sesuai (S2)

Lahan mempunyai faktor pembatas yang mempengaruhi produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan. Pembetas tersebut umumnya masih dapat diatasi oleh petani.

 Sesuai Marginal (S3)

Laham mempunyai faktor pembatas berat yang mempengaruhi produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan yang lebih banyak dari lahan S2. Usaha untuk mengatasi faktor pembastas di lahan S3 diperluan modal tinggi, sehingga perlu bantuan intervensi pemerintah atau pihak swasta.

 Tidak Sesuai (N)

Lahan tidak sesuai karena mempunyai faktor pembatas yang sangat berat atau sulit diatasi

c. Sub Kelas

Menggambarkan tingkat kesesuaian lahan dalam kelas. Kelas kesesuaian lahan dapat dibedakan atas sub kelas kesesuaian lahan berdasarkan kualitas dan karakteristik lahan yang menjadi faktor pembatas terberat. Sebaiknya faktor pembatas maksimum dua.

d. Unit

Menggambarkan tingkat kesesuaian lahan dalam sub kelas yang didasarkan pada sifat tambahan yang berpengaruh terhadap pengelolaannya. Semua unit yang berada dalam satu sub kelas mempunyai tingkatan yang sama dalam kelas dan mempunyai jenis pembatas yang sama dalam sub kelas.

4. Jenis Kesesuaian Lahan

Menurut FAO (1976) terdapat dua macam kesesuaian lahan, yaitu kesesuaian lahan kaulitatif dan kesesuaian lahan kuantitatif. Masing – masing kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai secara aktual maupun potensial. Kelas kesesuaian lahan kualitatif adalah kesesuaian lahan yang hanya didasarkan pada kondisi fisik lahan, tanpa memperhitungkan secara tepat produksi, masukan dan keuntungan. Kesesuaian lahan kuantitatif adalah kesesuaian lahan yang tidak hanya didasarkan kondisi fisik lahan akan tetapi juga telah mempertimbangkan aspek ekonomi.

Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan yang dihasilkan oleh penilaian berdasarkan kondisi lahan saat ini (actual land suitability), tanpa masukan perbaikan.

Kesesuaian lahan potensial (potential land suitability) adalah kesesuaian lahan yang dihasilkan pada kondisi lahan setelah diberikan perbaikan / masukan.

5. Prosedur Evaluasi Kesesuaian Lahan

Pelaksanaan kegiatan evaluasi kesesuaian lahan dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu tingkat tinjau (Skala 1:250.000), tingkat semi detil (Skala 1:25.000 – 1:50.000), dan tingkat detil (Skala 1: 10.00 – 25.000). Jenis, jumlah dan kualitas data yang dihasilkan dari ketiga tingkat pemetaan tersebut berbeda, sehingga penyajian hasil juga berbeda. Pada

(22)

5 tingkat tinjau hasil evaluasi disajikan sampai ordo, tingkat semi detil sampai kelas/subkelas, dan pada tingkat detil sampai subkelas/unit.

Prinsip penilaian kelas kesesuaian lahan dilakukan dengan mencocokkan (matching) karakteristik lahan dengan persyaratan penggunaan lahan atau persyaratan tumbuh tanaman, pengelolaan dan konservasi. Pada proses matching digunakan hukum minimum Leibig (Leibig low) untuk menentukan faktor pembatas yang akan mempengaruhi kelas dan subkelas kesesuaian lahannya. Hukum Leibig: bahwa pertumbuhan tanaman tidak dibatasi oleh hara tersedia, melainkan oleh hara minimum.

6. Parameter dalam Evaluasi Lahan a. Temperatur

Penentuan temperatur dapat diduga dari ketinggian tempat (elevasi) dari permukaan laut. Pendugaan menggunakan rumus Braak (1928 dalam Mohr et al., 1972). Rumus Braak tersebut sebagai berikut:

26,3oC-(0,01 x elevasi dalam meter x 0,6oC) b. Drainase Tanah

Tabel 3. Kelas Drainase Tanah

Drainase Keterangan

Cepat Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi sampai sangat tinggi dan daya menahan air rendah. Tidak cocok untuk tanaman tanpa irigasi. Ciri yang dapat diketahui di lapangan adalah warna tanah homogeny tanpa bercak atau karatan besi dan alumunium serta warna gley (reduksi).

Agak Cepat

Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi dan daya menahan air rendah. Hanya cocok untuk sebagian tanaman tanpa irigasi. Ciri yang dapat diketahui di lapangan adalah warna tanah homogen tanpa bercak atau karatan besi dan alumunium serta warna gley (reduksi).

Baik Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang dan daya menahan air sedang, lembab, tapi tidak cukup basah dekat permukaan. Cocok untuk berbagai tanaman. Ciri yang dapat diketahui di lapangan adalah warna tanah homogeny tanpa bercak atau karatan besi dana tau mangan serta warn agley (reduksi) pada lapisan ≥ 100 cm

Agak Baik Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang sampai agak rendah dan daya menahan air rendah, tanah basah dekat permukaan. Tanah cocok untuk berbagai tanaman. Ciri yang dapat diketahui di lapangan adalah warna tanah homogen tanpa bercak atau karatan besi dana tau mangan serta warna gley (reduksi) pada lapisan ≥ 50 cm.

Agak Terhambat

Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik agak rendah dan daya menahan air rendah sampai sangat rendah, tanah basah sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman. Ciri yang dapat diketahui di lapangan adalah warna tanah homogen tanpa bercak atau karatan besi dana tau mangan serta warna gley (reduksi) pada lapisan sampai ≥ 25 cm.

Terhambat Tanah mempunyai konduktivitas rendah dan daya menahan air rendah sampai sangat rendah, tanah basah untuk waktu yang cukup lama sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di lapangan adalah warna tanah gley (reduksi) dan bercak atau karatan besi dan atau mangan sedikit pada lapisan permukaan.

Sangat Terhambat

Tanah dengan konduktivitas hidrolik sangat rendah dan daya menahan air sangat rendah, tanah basah secara permanen dan tergenang untuk waktu yang cukup lama sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di lapangan adalah tanah yang mempunyai warna gley (reduksi) permanen sampai pada lapisan permukaan.

(23)

6 c. Tekstur Tanah

Tekstur merupakan perbandingan relatif dari butir – butir pasir, debu dan liat.

Tabel 4. Penentuan Tekstur Tanah di Lapangan

Kelas Tekstur Deskripsi

Pasir (S) Sangat kasar, tidak membentuk bola dan gulungan, tidak melekat Pasir berlempung (LS) Sangat kasar, membentuk bola yang mudah sekali hancur, agak melekat Lempung berpasir (SL) Agak kasar, membentuk bola agak kuat tapi mudah hancur, agak

melekat

Lempung (L) Rasa tidak kasar dan tidak licin, membentuk bola teguh, dapat sedikit digulung dengan permukaan mengkilat dan melekat

Lempung berdebu (SiL) Licin, membentuk bola teguh, dapat sedikit digulung dengan permukaan mengkilat, agak melekat

Debu (Si) Rasa licin, membentuk bola agak teguh (lembab), membentuk gulungan tapi mudah hancur, agak melekat

Lempung berliat (CL) Rasa kasar agak kasar, membentuk bola agak teguh (lembab), membentuk gulungan tapi mudah hancur, agak melekat

Lempung liat berpasir (SCL)

Rasa kasar agak jelas, membentuk bola agak teguh (lembab), membentuk gulungan tetapi mudah hancur, melekat

Lempung liat berdebu (SiCL)

Rasa licin jelas, membentuk bola teguh, gulungan mengkilat, melekat Liat berpasir (SC) Rasa licin agak kacar, membentuk bola dalam keadaan kering sukar

dipilin, mudah digulung, melekat

Liat berdebu (SiC) Rasa agak licin, membentuk bola dalam keadaan kering sukar dipilin, mudah digulung, melekat

Liat (C) Rasa berat, membentuk bola sempurna, bila kering sangat keras, basah sangat melekat

(24)

7 Gambar 1. Segitiga Tekstur Tanah

Tabel 5. Kelas Tekstur Tanah

Klasifikasi Tekstur

Halus (h) Liat berpasir, liat, liat berdebu

Agak halus (ah) Lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu Sedang (s) Lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berdebu, debu Agak Kasar (ak) Lempung berpasir

Kasar (k) Pasir, pasir berlempung Sangat halus (sh) Liat

d. Bahan Kasar

Bahan kasar merupakan persentase kerikil (0,2 – 7,5 cm), kerakal (7,5 – 25 cm) atau batuan (>25 cm) pada setiap lapisan tanah.

Tabel 6. Kelas Bahan Kasar

Persentase Keterangan

< 15 % Sedikit

15 – 35 % Sedang

35 – 60 % Banyak

> 60 % Sangat banyak

(25)

8 e. Kedalaman TaTanah

Tabel 7. Kelas Kedalaman Tanah

Kedalaman Keterangan

< 20 cm Sangat dangkal

20 – 50 cm Dangkal

50 – 75 cm Sedang

> 75 cm Dalam

f. Ketebalan Gambut

Tabel 8. Kelas Kedalaman Gambut

Kedalaman Keterangan

< 50 cm Tipis

50 – 100 cm Sedang

100 – 200 cm Agak Tebal

200 – 300 cm Tebal

> 300 cm Sangat tebal

g. Alkalinitas

Alkalinitas mengambarkan jumlah basa yang terkandung dalam air. Ditetapkan berdasarkan echangeable sodium percentage / ESP (%), yaitu:

𝐸𝑆𝑃 =Na dapat ditukar

KTK Tanah 𝑥 100 % h. Bahaya Erosi

Tingkat bahaya erosi dapat diprediksi berdasarkan keadaan lapangan, yaitu dengan memperhatikan adanya erosi lembar permukaan, erosi alur, dan erosi parit.

Tabel 9. Kelas Bahaya Erosi

Tingkat bahaya erosi Jumlah tanah permukaan yang hilang

Sangat Ringan (SR) < 0,15

Ringan (R) 0,15 – 0,9

Sedang (S) 0,9 – 1,8

Berat (B) 1,8 – 4,8

Sangat Berat (SB) > 4,8

(26)

9 i. Ketersediaan Hara

Tabel 10. Kelas Ketersediaan Hara

Sifat tanah Sangat Rendah

Rendah Sedang Tinggi Sangat

Tinggi C (%) < 1,00 1,00 – 2,00 2,01 – 3,00 3,01 – 5 > 5,00 N (%) < 0,10 0,10 – 0,20 0,21 – 0,50 0,51 – 0,75 > 0,75

C/N < 5 5 – 10 11 – 15 16 – 25 > 25

P2O5 HCl 25% (mg/100 gr) < 15 15 – 20 21 – 40 41 – 60 > 60 K2O HCl 25% (mg/100 gr) < 10 10 – 20 21 – 40 41 – 60 > 60 K2O (Morgan) (ppm) < 8 8 – 12 12 – 21 21 – 36 > 36 P2O5 Bray (ppm) < 10 10 – 15 16 – 25 26 – 35 > 35 P2O5 Olsen (ppm) < 10 10 – 25 26 – 45 46 – 60 > 60 KTK (cmol(+)/kg liat) < 5 5 – 16 17 – 24 25 – 40 > 40

K < 0,1 0,1 – 0,3 0,4 – 0,5 0,6 – 1,0 > 1,0

Na < 0,1 0,1 – 0,3 0,4 – 0,7 0,8 – 1,0 > 1,0

Mg < 0,3 0,3 – 1,0 1,1 – 2,0 2,1 – 8,0 > 8,0

Ca < 2 2 – 5 6 – 10 11 – 20 > 20

Kejenuhan Basa (%) < 20 20 – 40 41 – 60 61 – 80 > 80

Kejenuhan Al (%) < 5 5 – 10 11 – 20 20 – 40 > 40

Salinitas (DHL) (mmhos/cm)

< 1 1 – 2 2 – 3 3 – 4 > 4

ESP < 2 2 – 5 5 – 10 10 – 15 > 15

Reaksi Tanah

Sangat Masam

Masam Agak Masam Netral Agak Alkalis Alkalis pH H2O < 4,5 4,5 – 5,5 5,6 – 6,5 6,6 – 7,5 7,6 – 8,5 > 8,5

j. Bahaya banjir

Banjir ditetapkan sebagai kombinasi pengaruh dari kedalaman banjir (x) dan lamanya banjr (y). Kedua data tersebut dapat diperoleh melalui wawancara dengan penduduk setempat.

Tabel 11. Hubungan kedalaman dan lama banjir

Kedalaman Banjir (x) Lama banjir (y)

< 25 cm < 1 bulan

25 – 50 cm 1 – 3 bulan

50 – 150 cm 3 – 6

> 150 cm > 6

Tabel 12. Kelas Bahaya Banjir

Simbol Kelas Bahaya banjir Kombinasi (x,y)

F0 Tanpa -

F1 Ringan F1.1; F2.1; F3.1

F2 Sedang F1.2; F2.2; F3.2; F4.1

F3 Agak Berat F1.3; F2.3; F3.3

F4 Berat F1.4; F2.4; F3.4; F4.2; F4.3; F4.4

(27)

10 7. Tingkat perbaikan kualitas lahan / Karakteristik Lahan

Tabel 13. Jenis usaha perbaikan kualitas dan karakteristik lahan

Kualitas / Karateristik Lahan

Jenis Usaha Perbaikan Tingkat Pengelolaan Temperatur (tc)

Temperatur rata - rata Tidak dapat dilakukan - Ketersediaan air (wa)

Curah hujan/tahun

Curah hujan pada masa pertumbuhan

Irigasi Irigasi

Sedang, Tinggi Sedang, Tinggi Media Perakaran (rc)

Drainase

Tesktur

Bahan Kasar

Kedalaman Efektif

Kematangan Gambut

Ketebalan Gambut

Perbaikan sistem drainase (saluran drainase) Tidak dapat dilakukan

Tidak dapat dilakukan

Tidak dapat dilakukan (kecuali pada lapisan padas lunak dan tipis dengan membongkarnya waktu pengolahan tanah

Pengaturan sistem drainase untuk mempercepat proses kematangan gambut Teknik pemadatan gambut

Sedang, Tinggi -

- Tinggi

Tinggi Tinggi Retensi Hara (nr)

KTK Tanah

Kejenuhan Basa

pH

C-Organik

Pengapuran atau penambahan bahan organik Sedang, Tinggi

Ketesediaan Hara (na)

N-Total

P – Tersedia

K – Tersedia

Pemupukan Redah, Sedang, Tinggi

Toksisitas (xc)

Salinitas Reklamasi Sedang, Tinggi

Sodisitas (xn)

Alkalinitas Reklamasi Sedang, Tinggi

Bahaya Sulfidik (xs)

Kedalaman Sulfidik Pengaturan sistem tata air tanah, tinggi permukaan air tanah harus diatas lapisan bahan sulfidic

Sedang, Tinggi

Bahaya Erosi (eh) Pebuatan teras, penanaman sejajar kontur, penanaman tanaman penutup lahan

Sedang, Tinggi Bahaya Banjir (fh)

Tinggi

Lama

Pembuatan tanggul penahan banjir dan pembuatan saluran drainase untuk mempercepat pembuangan air

Tinggi

Penyiapan Lahan (lp)

Batuan di permukaan

Singkapan Batuan

Tidak dapat dilakukan -

Keterangan: Pengelolaan Rendah (dilakukan oleh petani, biaya relative rendah); Pengelolaan sedang (dilakukan petani tingkat menengah, modal menengah dan teknik pertanian sedang); Pengelolaan sedang (hanya dapat dilakukan dengan modal relatif besar, dilakukan pemerintah atau perusahaan besar).

(28)

11 Tabel 14. Asusmsi Tingkat Perbaikan Kualitas / Karakteristik Lahan

Kualitas / Karakteristik Lahan Tingkat Pengelolaan

Rendah Sedang Tinggi

Temperatur (tc)

Tempertatur rata – rata tahunan

- - -

Ketersediaan Air (wa) - Bulan Kering - Curah Hujan / tahun

- Curah Hujan pada masa pertumbuhan

- - -

+ + +

++

++

++

Mdia Perakaran (rc) - Drainase - Tekstur - Bahan Kasar - Kedalaman Efektif - Kematangan Gambur - Ketebalan Gambut

- - - - - -

+ - - - - -

++

- - + + + Retensi Hara (nr)

- KTK Tanah - Kejenuhan Basa - pH

- C – Organik

- - - -

+ + + +

++

++

++

++

Ketersediaan Hara (na) - N – Total

- K – Tersedia - P2O5 Tersedia

+ + +

++

++

++

+++

+++

+++

Toksisitas (xc)

- Salinitas - + ++

Sodisitas (xn)

- Alkalinitas - + ++

Bahaya Sulfidik (xs)

- Kedalaman sulfidic - + ++

Bahaya Erosi (eh) - + ++

Bahaya Banjir (fh) - Lama

- Tinggi

- -

+ +

++

++

Penyiapan Lahan (lp) - Batuan Permukaan - Singkapan Batuan

- -

- -

+ +

Keterangan: (-) Tidak dapat dilakukan; (+) Perbaikan dapat dilakukan dengan kenaikan satu tingkat lebih tinggi; (++) Kenaikan kelas dua tingkat lebih tinggi; (+++) Kenaikan kelas tiga tingkat lebih tinggi.

D. Langkah Eksperimen

1. Mengamati langsung ke lahan terdekat

2. Menentukan komiditas yang akan diusahakan ada lahan tersebut 3. Mencari kriteria kesesuaian lahan

4. Mengambil sampel tanah dan mencatat informasi yang terdapat di lahan 5. Melakukan analisis laborarotium

6. Mengkelompokkan hasil analisis laboratorium

7. Mencocokkan kualitas / karakteristik lahan dengan kriteria kesesuaian lahan

(29)

12 E. Contoh Evaluasi Kesesuaian Lahan

Tabel 15. Penilaian Kesesuaian Lahan Tanaman Jagung

Karakteristik Lahan Nilai Kelas

Kesesuaian Aktual

Usaha Perbaikan

Kelas Kesesuaian

Potensial Temperatur (tc)

Suhu rata – rata tahunan 23 S1 - S1

Ketersediaan Air (wa) - Curah Hujan / tahun - Kelembaban

950 70

S1 S1

- -

S1 S1 Media Perakaran (rc)

- Drainase - Tekstur - Bahan Kasar - Kedalaman Efektif - Kematangan Gambur - Ketebalan Gambut

Baik

Lempung berdebu (Sedang) 5 %

90 - -

S1 S1 S1 S1 - -

+ + + +

S1 S1 S1 S1

Retensi Hara (nr) - KTK Tanah - Kejenuhan Basa - pH

- C – Organik

20 (sedang) 50 (sedang) 6,8

1

S1 S2 S1 S1

+ + + +

S1 S1 S1 S1 Ketersediaan Hara (na)

- N – Total - K – Tersedia - P2O5 Tersedia

0,9 (sangat redah) 30 (sedang) 23 (sedang)

S3 S2 S2

+ + +

S2 S1 S1 Toksisitas (xc)

- Salinitas - -

Sodisitas (xn)

- Alkalinitas - -

Bahaya Sulfidik (xs)

- Kedalaman sulfidic - -

Bahaya Erosi (eh) - Lereng

- Tingkat Bahaya Erosi 1 % SR

S1 S2

+ +

S1 S1 Bahaya Banjir (fh)

- Lama - Tinggi

Tidak Pernah Tidak Pernah

S1 S1

+ +

S1 S1 Penyiapan Lahan (lp)

- Batuan Permukaan - Singkapan Batuan

0 0

S1 S1

+ +

S1 S1

Kelas Kesesuaian Lahan S3na S2na

Keterangan: (+) Usaha Perbaikan Rendah :

F. Referensi

Hardjowigeno, S. Widiatmaka. 2007. Evaluasi dan Perencanaan Tata Guna Lahan. IPB Press.

Bogor

Rintung, S., K. Nugroho, A. Mulyani., E. Suryani. 2011. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Untuk Komoditas Pertanian (Edisi Revisi). Balai Besar Penelitian Sumber Daya Lahan Pertanian. BPPTM. Bogor

Gambar

Gambar 1. Hubungan Kelas Kemampuan Lahan dengan Penggunaan Lahan
Tabel 4. Kelas Kedalaman Efektif
Tabel 5. Kelas Tekstur Tanah
Tabel 7. Kelas Drainase Tanah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dokumen ini membahas evaluasi pembelajaran di sekolah dasar berdasarkan soal olimpiade

Dengan demikian perlu dilakukan evaluasi lahan untuk mengetahui sebaran kemampuan lahan berdasarkan klasifikasi kemampuan lahan untuk memudahkan arah penggunaan lahan yang rasional

Dokumen ini membahas tentang definisi dan karakteristik koperasi, beserta beberapa pendapat koperasi berdasarkan sumber

Dokumen ini membahas tentang jenis-jenis seni rupa berdasarkan hasil

Dokumen ini membahas tentang pengelompokan data dan variabel berdasarkan deskripsi yang

Dokumen ini membahas tentang cara mengubah data menjadi pohon keputusan untuk mengklasifikasikan pasien hipertensi berdasarkan usia, berat, dan jenis

Dokumen ini membahas pengertian Napza (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya) dan klasifikasinya, yaitu narkotika, psikotropika, dan obat/zat

Dokumen ini membahas tentang Monera, kingdom organisme uniseluler prokariotik yang meliputi Archaebacteria dan Eubacteria beserta ciri-ciri dan