• Tidak ada hasil yang ditemukan

OUTLINE PENGAJUAN PROPOSAL SKRIPSI

N/A
N/A
Abdurrahman @_

Academic year: 2023

Membagikan "OUTLINE PENGAJUAN PROPOSAL SKRIPSI "

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

OUTLINE PENGAJUAN PROPOSAL SKRIPSI A. Data Mahasiswa

Nama : Abdurrahman

NIM : 192121125

Jurusan : Hukum Keluarga Islam

SKS yang sudah ditempuh :

IPK :

No tlp : 088233050649

Email : [email protected]

B. Data Rencana Penulisan

1. Judul TRADISI PACULAN DALAM PERNIKAHAN

MASYARAKAT ADAT BANTEN MENURUT PRESPEKTIF HUKUM ISLAM. (Studi Kasus Tradisi Di Desa Linduk, Kec. Pontang, kab. Serang)

2. Latar Belakang Dalam Pasal 114 Kompilasi Hukum Islam dijelaskan bahwa

“Putusnya perkawin an yang disebabkan karena perceraian dapat terjadi karena talak atau berdasarkan gugatan perceraian”.

Akan ada akibat dari adanya perceraian, hal ini diterangkan dalam Pasal 41 C UU Nomor 1 Tahun 1974 yang berbunyi

“Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberi biaya penghidupan dan atau menentukan sesuatu kewajiban bagi bekas istri”. Dari isi pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam perkara cerai baik cerai talak maupun cerai gugat pihak istri akan mendapatkan haknya yaitu nafkah pasca perceraian.

Akan tetapi didalam KHI tidak ada yang menyebutkan adanya hak-hak dari istri pasca cerai gugat secara gamblang, seperti halnya isi dari Pasal 149 Kompilasi Hukum Islam yang menerangkan tentang akibat hukum yang ditimbulkan dari adanya cerai talak yaitu diwajibkan bagi suami untuk memenuhi hak-hak istri yaitu nafkah mut’ah, nafkah maskan dan kiswah, pelunasan mahar, biaya hadhanah, dan nafkah lampau. Dalam pasal 149 Kompilasi Hukum Islam tersebut hanya diterangkan tentang hak-hak istri pasca cerai talak tidak dengan hak-hak istri

(2)

pasca cerai gugat. Hal tersebut terlihat berbanding terbalik dengan isi dari Pasal 41 C UU No 1 Tahun 1974.

3. Rumusan Masalah 1. Bagaimana implementasi Pasal 41 C UU No 1 C Tahun 1974 oleh hakim dalam perkara cerai gugat putusan No 374/Pdt.G/2021/PA.Ngw?

2. Bagaimana pertimbangan hakim dalam memberikan hak dan kewajiban dalam perkara cerai gugat putusan No 374/Pdt.G/2021/PA.Ngw

4. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui bagaimana hakim mengimplementasikan Pasal 41 C UU No 1 C Tahun 1974 dalm menyelesaikan perkara cerai gugat pada putusan Nomor 374/Pdt.G/2021/PA.Ngw

2. Untuk mengetahui pertimbangan hakim dalam memberikan hak dan kewajiban dalam perkara cerai gugat putusan Nomor 374/Pdt.G/2021/PA.Ngw

5. Manfaat Penelitian Manfaat teoritis

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran sebagai tambahan literature bacaan di perpustakaan Fakultas Syariah UIN Raden Mas Said Surakarta.

2. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan bagi pembaca khususnya tentang implementasi Pasal 41 C Undang-undang Perkawinan dalam perkara cerai gugat pada putusan No 374/Pdt.G/2021/PA.Ngw

Manfaat praktis

1. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan pemahaman terhadap masyarakat tentang pertimbangan hakim dalam memberikan hak dan kewajiban dalam perkara cerai gugat putusan No 374/Pdt.G/2021/PA.Ngw.

2. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah daftar kepustakaan atau menjadi sebuah referensi dalam mengembangkan penelitian yang akan diadakan dikemudian hari yang berkaitan dengan perkara cerai gugat.

6. Tinjauan Pustaka Tesis yang ditulis oleh Hafit Ibnu Malik pada tahun 2021, IAIN Ponorogo, Program Magister Prodi Ahwal Syakhsiyyah Pascasarjana, yang berjudul “Pemenuhan Hak-hak Anak Pasca

(3)

Perceraian (Implementasi Pasal 41 Undang-undang No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Pasal 156 Kompilasi Hukum Islam (KHI)) Di Pengadilan Agama Kabupaten Ponorogo”.

Penelitian ini membahas tentang bagaimana implementasi dan implikasi Pasal 41 Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan dan Pasal 156 KHI terhadap pemenuhan hak-hak anak pasca perceraian khususnya di Pengadilan Agama Ponorogo.

Penelitian Erwin Prahara (2018) dalam jurnal USM Law Review Volume 1 Nomor 1 tahun 2018 yang berjudul

“Pertimbangan Hakim Terhadap Tanggung Jawab Tergugat dalam Pemberian Nafkah Pasca Putusan Cerai”. Penelitian ini membahas tentang bagaimana pertimbangan hakim terhadap tanggung jawab tergugat dalam pemberian nafkah pada putusan No. 2257/Pdt.G/2011/PA.Sm dan kendala serta solusi penerapan dari putusan tersebut.

Disertasi yang ditulis oleh Muhammad Fathi Nasrullah pada tahun 2020, UIN Sunan Ampel Surabaya, Program Doktor Pasca Sarjana, yang berjudul “Pemberian Nafkah Iddah pada Perkara Cerai Gugat Perspektif Maqasid Al-Syari’ah”.

Penelitian ini membahas tentang penerapan maqasid al-syari’ah sebagai landasan hukum ijtihad hakim pada pemberian nafkah iddah bagi istri pada perkara cerai gugat.

7. Model Penelitian Model penelitian yang digunakan yaitu penelitian lapangan, penelitian ini dilakukan secara langsung terhadap obyek yang diteliti, guna mendapatkan data-data yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas. Dengan ini peneliti melakukan tanya jawab secara langsung dengan hakim Pengadilan Agama Ngawi yang menangani perkara cerai gugat. Selain itu penelitian ini juga didukung dengan penelitian kepustakaan, dimana penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data baik berupa buku, catatan, maupun laporan hasil penelitian terdahulu guna mendapatkan data yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas.

(4)

Dalam hal ini dikumpulkan dokumen berupa salinan putusan yang dikeluarkan oleh Pengadilan Agama Ngawi yaitu putusan Nomor 374/Pdt.G/2021/PA.Ngw, kemudian dokumen Pasal 41 C UU No 1 C Tahun 1974, dan dokumen lain yang berhubungan dengan maslah yang dibahas.

8. Metode Penelitian Jenis penelitian

Metode penelitian yang digunakan ialah deskriptif analitik yaitu mengumpulkan dan menjelaskan data yang diperoleh selama penelitian dan kemudian dilakukan analisis terhadap data-data tersebut.

Metode pengumpulan data

1. Dokumentasi, memperoleh data dengan melihat dokumen yang berhubungan dengan pokok permasalahan, yaitu dengan mengumpulkan dokumen yang berhubungan dengan implementasi Pasal 41 C Undang-undang Perkawinan dalam perkara cerai gugat pada putusan Nomor 374/Pdt.G/2021/PA.Ngw

2. Wawancara, dengan melakukan tanya jawab secara langsung dengan hakim Pengadilan Agama Ngawi sehubungan dengan implementasi Pasal 41 C Undang- undang Perkawinan dalam penyelesaian perkara cerai gugat putusan Nomor 374/Pdt.G/2021/PA.Ngw

3. Observasi, yaitu mengumpulkan data dengan melakukan pengamatan secara langsung di Pengadilan Agama Ngawi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan implementasi Pasal 41 C Undang-undang Perkawinan dalam perkara cerai gugat pada putusan No 374/Pdt.G/2021/PA.Ngw

Metode analisis

Metode analisis yang digunakan yaitu analisis kualitatif, dimana setelah data dikumpulkan kemudian data dikelompokkan sesuai dengan permasalahan yang dibahas lalu ditafsirkan dan dianalisis guna mendapatkan kejelasan sehingga dapat memberikan jawaban terhadap masalah yang dibahas.

(5)

Referensi

Dokumen terkait

a) Observasi adalah pengumpulan data untuk menjawab masalah penelitian dengan cara melakukan pengamatan yakni mengamati gejala yang diteliti secara

Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, Pasal 22, Pasal 27, Pasal 29, Pasal 33, Pasal 34, Pasal 36, Pasal 37 dan Pasal 38 yang mengatur Tata Hutan

Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 84 (1) Undang-undang No.7 Tahun 1989 Pengadilan Tingkat Banding perlu memerintahkan Panitera Pengadilan Agama Palembang untuk

Pasal 4 ayat (2) dan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama menentukan bahwa pengadilan tinggi agama berkedudukan di ibukota provinsi dan daerah

“ Implementasi Pasal 66 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa Dalam Upaya Meningkatkan Penghasilan Tetap Kepala Desa Dan Perangkat Desa Di Kabupaten Ngawi

Menurut abanganda Syahrul, Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 sydah jelas, namun dengan maraknya kasus perceraian di luar Pengadilan Agama menandakan Undang-Undang ini

Pasal 54 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama menyebutkan bahwa hukum acara yang berlaku bagi Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama

Dalam undang-undang tersebut diatur bahwa perceraian hanya dapat dilaksanakaan di depan sidang Pengadilan atau sidang Pengadilan Agama sebagaimana tertuang pada pasal 39 ayat 1