• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pancasila Sebagai Dasar Moral Etika Tindakan Dalam Issue Keperawatan

N/A
N/A
Della Atalya

Academic year: 2024

Membagikan "Pancasila Sebagai Dasar Moral Etika Tindakan Dalam Issue Keperawatan"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

Tugas Paper Makalah

PANCASILA SEBAGAI DASAR MORAL ETIKA TINDAKAN DALAM ISSUE KEPERAWATAN

Diajukan sebagai tugas Ujian Tengah Semester

Disusun Oleh:

GRACE VALENYA 2402027

PRODI S-1 KEPERAWATAN JURUSAN KEPERAWATAN

STIKES BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA TAHUN 2024

(2)

2

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... 2

KATA PENGANTAR ... 4

BAB 1 ... 5

PENDAHULUAN... 5

1.1 Latar Belakang ... 5

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Manfaat... 6

1.4 Tujuan ... 6

BAB II ... 7

PEMBAHASAN ... 7

2.1 Penerapan dan Fungsi Pancasila ... 7

2.1.1 Pengertian Pancasila ... 7

2.1.2 Pengamalan Pancasila ... 8

2.1.3 Fungsi Pancasila dalan Keperawatan. ... 14

2.2 Issue, Moral, Etika ... 15

2.2.1 Issue ... 15

2.2.2 Moral ... 15

2.2.3 Loyalitas ... 29

2.2.4 Akuntabilitas ... 30

2.3 Menghadapi Issue Keperawatan ... 31

2.3.1 Jenjang pendidikan... 31

2.3.2 Kewenangan ... 35

2.3.3 Kewenangan Pendidikan dan Ruang Lingkup ... 36

BAB III ... 38

PENUTUP ... 38

3.1 Kesimpulan ... 38

3.2 SARAN ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 42

(3)

3

(4)

4

KATA PENGANTAR

Dengan penuh rasa syukur, saya mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia, rahmat, dan petunjuk-Nya, yang telah memungkinkan saya untuk menyelesaikan penelitian ini yang berjudul "Pancasila sebagai Dasar Moral Etika Tindakan dalam Issue Keperawatan".

Saya berharap makalah ini dapat memberikan kontribusi yang berarti dalam memperluas wawasan dan pengetahuan kita mengenai Pancasila sebagai landasan moral dalam praktik keperawatan.

Saya juga menyadari bahwa hasil tulisan ini masih jauh dari sempurna dan banyak hal yang bisa ditingkatkan. Oleh karena itu, saya sangat menghargai kritik, saran, dan masukan yang konstruktif demi perbaikan di masa depan, karena saya percaya bahwa kesempurnaan hanya dapat tercapai dengan adanya masukan yang membangun.

Tak lupa, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan berupa artikel, majalah, dan referensi lainnya yang sangat berguna dalam penyusunan makalah ini.

Semoga kita terus berupaya menghasilkan karya-karya yang relevan dengan terwujudnya generasi masa depan yang lebih baik

(5)

5

BAB 1

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Seiring dengan era reformasi di Indonesia dan kemajuan globalisasi yang kita alami saat ini, perubahan terjadi begitu cepat dan meluas di seluruh dunia. Hal ini tidak lepas dari pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, serta pola pikir manusia. Perubahan dalam bidang sosial dan budaya membawa dampak pada nilai-nilai dan moral yang kita anut, sekaligus mempengaruhi cara kita memandang kesehatan dan penyakit. Di sisi lain, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta penyebaran informasi mengenai berbagai faktor yang memengaruhi kesehatan, semakin memperkaya pemahaman kita. Pemerintah pun mendorong pengembangan kesehatan masyarakat dengan menuju paradigma baru, yakni paradigma sehat yang berbasis pengetahuan dan keterampilan.

Salah satu indikator mutu keperawatan di tingkat internasional adalah kemampuan untuk lulus ujian kompetensi seperti NCLEX-RN dan IELTS. Ujian-ujian ini menjadi persyaratan utama bagi perawat yang ingin bekerja di Amerika Serikat. Namun, meskipun sudah ada uji kompetensi di Indonesia, kualitas dan keterampilan perawat di sini masih menjadi perhatian.

Hasil ujian kompetensi di Indonesia masih menunjukkan angka yang cukup rendah. Hal ini menunjukkan betapa besar pengaruh pendidikan terhadap perkembangan dan inovasi di dunia keperawatan, yang akan sangat menentukan kualitas perawatan di masa depan.

Maka dari itu saya pribadi terdorong untuk membahas metode-metode yang strategis dalam mengatasi permasalahan keperawatan di masa depan, khususnya dalam menggunakan Pancasila sebagai landasan dan nilai-nilai dalam mengambil tindakan keperawatan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Pengertian dan fungsi Pancasila apa saja yang ada di dalam dunia keperawatan?

2. jelaskan mengenai pengertian issue, moral, etika?

3. Bagaimana Cara menghadapi permasalahan tentang issue keperawatan ?

(6)

6 1.3 Manfaat

1. Semoga makalah ini dapat membantu mahasiswa untuk lebih memahami dan meningkatkan keterampilan mereka dalam menangani isu-isu keperawatan.

2. Diharapkan makalah ini dapat memperluas pengetahuan dan wawasan pembaca mengenai topik yang dibahas.

3. Mahasiswa diharapkan dapat memahami dan mengetahui bagaimana Pancasila dapat diterapkan dalam praktik keperawatan.

.

1.4 Tujuan

1. Mahasiswa mampu menginterpretasikan penerapan Pancasila di dalam lingkup keperawatan

2. Mampu memahami fungsi pancasila sebagai dasar tindakan asuhan keperawatan 3. Mampu mengetahui issue atau masalah dalam dunia keperawatan

4. Mampu memahami penyebab munculnya issue dalam dunia keperawatan

5. Mampu memahami dan menerapkan cara menghadapi masalah atau issue yang sedang ramai di bicarakan dalam lingkup keperawatan

(7)

7

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Penerapan dan Fungsi Pancasila

2.1.1 Pengertian Pancasila

Pancasila, sebagai dasar negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, mencerminkan cita-cita besar yang ingin dicapai oleh bangsa ini.

Pancasila mengajak kita untuk bersama-sama memajukan kesejahteraan, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan menciptakan perdamaian dunia yang dilandasi oleh kemerdekaan serta keadilan sosial. Selain itu, Pancasila juga berfungsi sebagai landasan untuk mewujudkan kemerdekaan yang sejati bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sebagai negara yang merdeka, Indonesia dibangun oleh rakyatnya dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), yang senantiasa menjunjung tinggi kedaulatan dan persatuan. Pancasila menjadi pegangan hidup yang mengajarkan pentingnya menghargai Tuhan, kemanusiaan, serta kebijaksanaan dalam mengambil keputusan bersama demi kebaikan bersama.

Pancasila lebih dari sekadar dasar negara; ia adalah panduan hidup yang mengandung nilai-nilai yang mendalam. Nilai-nilai ini menjadi acuan untuk membuat hukum, norma moral, dan aturan-aturan dalam kehidupan masyarakat.

Agar Pancasila dapat benar-benar mengakar, nilai-nilai tersebut dijelaskan dan disosialisasikan kepada masyarakat, sehingga setiap orang bisa memahaminya dan menjadikannya pedoman dalam bertindak, baik dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, maupun bernegara.

Menurut pendapat ahli pengertian Pancasila : a. Muhammad Yamin

Menjelaskan bahwa Pancasila berasal dari dua kata, yaitu "Panca" yang berarti lima, dan "Sila" yang berarti gabungan, asas, landasan, atau pedoman tingkah laku yang penting dan baik. Dengan demikian, Pancasila terdiri dari

(8)

8 lima asas dasar yang memberikan pedoman bagi perilaku yang baik dan bermoral.

b. Sukarno

Mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa bangsa Indonesia yang telah diwariskan turun-temurun dan terlindungi dari pengaruh budaya Barat selama berabad-abad. Karena itu, Pancasila bukan sekadar falsafah nasional, tetapi juga merupakan falsafah negara Indonesia secara lebih mendalam.

c. Menurut Catatan Negoro

Pancasila adalah falsafah dasar negara Indonesia. Berdasarkan pemahaman ini, dapat disimpulkan bahwa Pancasila adalah dasar falsafah dan ideologi bangsa yang diharapkan menjadi landasan untuk integrasi, simbol persatuan dan kesatuan, serta pedoman hidup bagi bangsa Indonesia dalam menjaga pertahanan negara.

2.1.2 Pengamalan Pancasila

a. Ketuhanan Yang Maha Esa.

Sebagai seorang perawat, tentu saja saya berkewajiban melindungi kebebasan beragama klien saya. Mengamalkan nilai sila pertama Pancasila jelas menjadi suatu keharusan bagi perawat.

Sebab, negara kesatuan Republik Indonesia mempercayai adanya lima keyakinan atau agama. Oleh karena itu, jelas bahwa sebagai perawat kita harus mampu menilai dan menghargai pasien dan klien yang berbeda keyakinan. Selain itu, perawat yang efektif wajib mampu memasukkan nilai-nilai agama ke dalam praktik keperawatannya, misalnya perilaku yang sesuai dengan norma agama.

Penerapan prinsip pertama meliputi:

1. Turut mendoakan pemulihan pasien walaupun pasien memiliki keyakinan yang berbeda.

(9)

9 2. Memberikan keleluasaan terhadap pasien untuk berdoa atau berdoa sebelum dan sesudah setiap prosedur perawatan dilakukan, sesuai dengan agama atau kepercayaannya masing-masing.

3. Menumbuhkan rasa hormat terhadap kebebasan satu sama lain dalam mengamalkan agama apabila perawat dan dokter menganut keyakinan yang berbeda dengan keyakinan pasiennya.

4. Perawat memberikan dukungan kepada pasien yang ingin menjunjung tinggi dan mengamalkan ibadah ketika pasien dalam keadaan cacat.

5. Perawat harus sadar dan murah hati dalam memberikan pelayanan keperawatan dalam artian memberikan pertolongan dan dukungan kepada pasien secara tulus tanpa mengharapkan balasan dalam apa pun.

6. Masyarakat Indonesia menyatakan keimanan dan ketaqwaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.

7. Membangun keharmonisan hidup antar sesama umat beriman dan bertawakal kepada Tuhan Yang Maha Esa

b. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

Sila kedua dari Pancasila, yaitu "Kemanusiaan yang adil dan beradab,"

mengandung makna yang sangat mendalam dan sangat relevan dengan profesi keperawatan. Sebagai perawat, kita diajak untuk bersikap adil terhadap setiap orang yang kita rawat. Ini berarti kita harus memperlakukan setiap pasien dengan kasih sayang, perhatian, dan tanpa membedakan mereka berdasarkan latar belakang apa pun. Kita akan bertemu dengan berbagai macam orang, dengan budaya, agama, dan cerita hidup yang berbeda-beda. Karena itu, penting bagi kita untuk selalu menunjukkan rasa hormat, adil, dan tulus dalam setiap tindakan kita.

Beberapa cara kita menerapkan nilai ini adalah:

1. Memberikan perawatan yang setara, tanpa memandang suku, agama, jenis kelamin, status sosial, atau latar belakang lainnya.

2. Menjaga integritas dalam setiap tindakan kita, dan selalu berpegang pada nilai-nilai kemanusiaan dalam merawat pasien.

3. Merawat pasien dengan penuh cinta dan kasih sayang, dengan memahami perasaan dan kebutuhan mereka.

(10)

10 4. Berdiri sebagai pelindung bagi pasien, memastikan hak-hak mereka

terpenuhi, dan menciptakan rasa aman dalam proses perawatan.

5. Memberikan informasi yang jelas dan jujur, serta menunjukkan empati kepada pasien mengenai apa yang mereka alami.

6. Mendengarkan keluhan dan emosi pasien, baik yang positif maupun yang negatif, dengan penuh perhatian dan tanpa menghakimi.

7. Peka terhadap perubahan kondisi pasien, dengan respons yang cepat dan penuh perhatian terhadap setiap kebutuhan mereka.

8. Memahami ketakutan dan kecemasan pasien, dan memberikan dukungan untuk membuat mereka merasa lebih tenang dan dihargai.

9. Menunjukkan kepedulian yang mendalam terhadap pasien, dengan memperlakukan mereka sesuai dengan martabat dan harkat mereka sebagai sesama manusia.

10. Menghargai hak-hak setiap orang, tanpa memandang perbedaan apapun, dan berusaha untuk membuat setiap pasien merasa dihormati dan diperhatikan.

11. Pengakuan atas persamaan, persamaan hak dan kewajiban pokok seluruh umat manusia, tanpa membedakan suku, keturunan, agama, ideologi, jenis kelamin, status sosial, warna kulit, dan sebagainya.

c. Persatuan Indonesia.

Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri dari beragam ras, suku, dan budaya, yang menciptakan keragaman luar biasa di masyarakat. Keberagaman ini juga tercermin dalam dunia keperawatan, di mana para profesional kesehatan, termasuk perawat, bekerja bersama dalam berbagai tim. Tentu saja, perbedaan pendapat bisa muncul di antara para tenaga medis. Namun, sebagai perawat, kita memiliki peran penting dalam mendukung proses penyembuhan pasien. Oleh karena itu, penerapan prinsip ketiga sangatlah penting. Prinsip ini dirancang untuk membantu pasien merasa lebih baik dan cepat pulih. Sebagai perawat, kita harus selalu mengutamakan kesejahteraan pasien, tanpa memandang agama, ras, atau suku mereka.

Penerapan prinsip ketiga ini mencakup beberapa hal penting, antara lain:

(11)

11 1. Membangun semangat kerja sama yang solid dalam memberikan

pelayanan kesehatan terbaik bagi pasien.

2. Mengutamakan keselamatan dan kepentingan pasien di atas kepentingan pribadi atau kelompok.

3. Menjalin hubungan baik dengan rekan perawat, tenaga kesehatan lainnya, pasien, dan keluarga agar tercipta suasana yang harmonis dan menghindari konflik.

4. Menyadari bahwa persatuan, solidaritas, dan kepentingan negara adalah tujuan bersama, bukan kepentingan individu atau kelompok.

5. Selalu siap dan rela berkorban demi kepentingan negara dan bangsa, kapan pun diperlukan.

6. Menumbuhkan rasa cinta dan kebanggaan terhadap tanah air serta bangsa Indonesia.

7. Membangkitkan kesadaran untuk lebih mencintai dan menghargai Indonesia sebagai tanah air kita.

8. Memelihara kedamaian dunia yang didasarkan pada prinsip kemerdekaan, perdamaian yang abadi, dan keadilan sosial.

9. Membangun persatuan Indonesia yang kuat dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika, meskipun kita berbeda-beda.

10. Mendorong terciptanya hubungan sosial yang harmonis untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.

d. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Dalam Permusyawaratan/Perwakilan

Penerapan sila keempat mempunyai arti yang lebih luas. Namun, dalam profesi keperawatan, hal ini terlihat dalam praktik perawatan klien. Perawat harus mampu memimpin dan bekerja sebagai sebuah tim. Selain itu, sebaiknya berdiskusi terlebih dahulu dengan keluarga klien dan penyedia layanan kesehatan lainnya sebelum mengambil tindakan apa pun terhadap klien. Tujuan kami adalah membangun proses layanan kesehatan yang lebih baik bagi pelanggan kami.

Penerapan prinsip keempat meliputi:

(12)

12 1. Sebagai perawat, sebaiknya kita lebih fokus untuk berkomunikasi dan memberikan dukungan kepada pasien dan keluarganya terlebih dahulu, sebelum mengambil langkah-langkah medis. Ini penting agar mereka merasa dihargai dan dipahami.

2. Dalam proses pengambilan keputusan, kita akan berdiskusi dengan hati yang terbuka, mengandalkan akal sehat dan perasaan, sambil selalu mengutamakan nilai-nilai seperti kehormatan, martabat manusia, kebenaran, keadilan, dan persatuan untuk kebaikan bersama, sembari tetap bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa.

3. Sebagai perawat, kita perlu terbiasa untuk menjaga privasi pasien dengan tidak membicarakan masalah mereka dengan orang lain yang tidak terkait langsung dengan perawatan mereka, kecuali jika informasi tersebut penting dan dimengerti dengan baik.

4. Sebagai bagian dari bangsa Indonesia, setiap orang memiliki hak, tanggung jawab, dan kewajiban yang sama, tanpa terkecuali, karena kita semua setara di mata negara.

5. Kita tidak boleh memaksakan pendapat atau kehendak kita pada orang lain, karena setiap orang berhak memilih dan berpikir sesuai dengan pandangannya.

6. Semangat untuk mencapai kesepakatan haruslah didasari oleh rasa kekeluargaan, saling menghormati, dan pengertian antar sesama, bukan dengan paksaan.

7. Kami sangat menghargai setiap keputusan yang diambil setelah melalui diskusi bersama, karena itu mencerminkan komitmen kita untuk kebaikan bersama.

8. Kami siap untuk menerima dan menjalankan keputusan yang diambil dengan penuh tanggung jawab, karena kami percaya ini demi kebaikan bersama.

9. Dalam musyawarah, kita harus mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi atau kelompok, karena kebersamaan akan membawa kita pada solusi yang lebih baik.

10. Setiap keputusan yang diambil harus dipertanggungjawabkan dengan hati nurani, menjaga nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, dan kejujuran,

(13)

13 serta selalu mengutamakan persatuan dan solidaritas demi kebaikan bersama.

11. Pastikan untuk selalu berkonsultasi dengan perwakilan yang dapat dipercaya, yang memiliki integritas, agar langkah yang diambil tepat dan membawa manfaat bagi semua.

e. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Prinsip profesi keperawatan yang kelima menekankan pentingnya keadilan dan kesetaraan dalam menjalankan tugas keperawatan. Sebagai perawat, kita harus memperlakukan setiap pasien dengan adil, tanpa membedakan siapa mereka.

Keselamatan pasien dan diri sendiri harus menjadi prioritas utama, sambil menjaga keseimbangan antara hak dan tanggung jawab pasien. Berikut adalah penerapan prinsip kelima tersebut:

1. Perawat harus menumbuhkan sikap adil, memastikan bahwa setiap pasien mendapatkan hak yang sama dan diperlakukan dengan penuh perhatian.

2. Pelayanan kepada pasien harus diberikan dengan suasana yang kekeluargaan, di mana semua pihak—pasien, keluarga, perawat, dokter, dan tenaga medis lainnya—bekerja sama dengan semangat gotong royong.

3. Penting untuk menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban, dengan mengutamakan keselamatan pasien, tetapi juga tidak mengabaikan keselamatan staf perawat.

4. Staf perawat harus menunjukkan komitmen penuh dalam pekerjaan mereka, memberikan perhatian, bertindak proaktif, dan selalu konsisten dalam mengambil langkah yang tepat.

5. Perawat harus mengembangkan perilaku yang mulia, menciptakan suasana kekeluargaan dan gotong royong di antara seluruh tim medis dan pasien.

6. Menumbuhkan sikap adil terhadap semua orang, tanpa memandang latar belakang mereka.

7. Memastikan bahwa hak dan tanggung jawab berjalan seimbang, memberikan perhatian kepada setiap aspek yang dibutuhkan.

8. Selalu menghormati hak orang lain dan bertindak dengan integritas.

(14)

14 9. Senang melihat orang lain menjadi lebih mandiri dan membantu mereka

untuk berdiri sendiri.

10. Menggunakan hak yang dimiliki dengan bijak, tanpa merugikan orang lain.

11. Tidak menggunakan kekayaan atau harta untuk tujuan yang berlebihan atau untuk gaya hidup yang tidak bijaksana.

12. Menghindari penggunaan hak milik untuk kepentingan yang merugikan atau bertentangan dengan kepentingan umum.

13. Selalu berusaha bekerja keras untuk mencapai tujuan bersama.

14. Menghargai setiap kontribusi orang lain yang berperan dalam kemajuan dan kesejahteraan bersama.

15. Saya merasa bahagia bekerja untuk mewujudkan kemajuan yang merata dan keadilan sosial bagi semua.

2.1.3 Fungsi Pancasila dalan Keperawatan.

Fungsi Pancasila dalam Profesi Keperawatan Setelah mempertimbangkan berbagai fungsi Pancasila dalam segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara, kini kita akan membahas bagaimana fungsi Pancasila dalam profesi keperawatan pada khususnya. Bagian ini membahas tentang fungsi Pancasila sebagai landasan praktik profesi keperawatan dan perwujudan prinsip Pancasila sebagai landasan pemberian pelayanan keperawatan serta ideologi individualitas perawat Indonesia. Profesi keperawatan di Indonesia dibangun atas dasar atau landasan pancasila.

Dalam fungsinya sebagai dasar negara, Pancasila merupakan sumber peraturan hukum bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia, termasuk profesi keperawatan. Dalam kapasitasnya, Pancasila menjadi landasan praktik profesi keperawatan sebagai bangsa profesi keperawatan Indonesia dan seumur hidup perawat. Pancasila sebagai landasan profesi keperawatan berarti menjadikan Pancasila sebagai dasar yang mengatur pengelolaan profesi keperawatan. Oleh karena itu, Pancasila menjadi sumber segala informasi hukum bagi profesi keperawatan, dan segala peraturan hukum dalam profesi keperawatan harus berlandaskan Pancasila.

Pancasila sebagai landasan profesi keperawatan di Indonesia adalah Pancasila dikaitkan dengan kewenangan hukum, dikaitkan dengan struktur

(15)

15 kekuasaan formal, serta mengandung suasana spiritual dan cita-cita profesi yang mengatur seluruh anggota profesi keperawatan.

Lebih lanjut, perawat sebagai sebuah profesi dalam menjalankan peran dan fungsinya senantiasa berupaya untuk mewujudkan nilai-nilai Pancasila dalam setiap pelayanan yang diberikannya.

2.2 Issue, Moral, Etika

2.2.1 Issue

a. Definisi issue

Issue adalah suatu peristiwa atau peristiwa yang diperkirakan terjadi di masa depan atau tidak diharapkan terjadi, yang melibatkan ekonomi, keuangan, sosial, politik, hukum, pembangunan nasional, bencana alam, kiamat, kematian atau krisis. Banyak orang yang memperbincangkan suatu topic atau suatu issue, namun fakta dan buktinya belum jelas.

b. Definisi Issue Keperawatan

Issue keperawatan, baik faktual maupun tidak, merupakan hal yang banyak dibicarakan orang dalam kaitannya dengan praktik keperawatan, dan permasalahan keperawatan tentunya menyangkut aspek hukum dan etika keperawatan.

Saat ini banyak masyarakat yang memperbincangkan permasalahan mengenai aborsi perawatan, euthanasia, dan transplantasi organ manusia, dan tentunya semua permasalahan tersebut berkaitan dengan aspek hukum dan etika dalam perawatan.

2.2.2 Moral

a. Definisi moral

Kata "moralitas" berasal dari bahasa Latin mos yang berarti adat istiadat atau kebiasaan. Moralitas sendiri merujuk pada perilaku seseorang yang dinilai memiliki nilai-nilai positif. Sebaliknya, orang yang tidak menunjukkan nilai-

(16)

16 nilai moral dianggap amoral, yang berarti tidak memiliki prinsip atau nilai yang dihargai dalam masyarakat. Oleh karena itu, moralitas menjadi hal yang penting dan harus dimiliki oleh setiap manusia.

Moralitas sangat terkait dengan proses sosialisasi, yaitu bagaimana seseorang belajar berinteraksi dengan orang lain dan menyesuaikan diri dengan norma yang ada. Tanpa moralitas, proses sosialisasi tidak dapat berjalan dengan baik. Namun, seiring berjalannya waktu, nilai-nilai moral ini bisa menjadi kabur, terutama karena perbedaan sudut pandang antara individu yang memiliki sikap moral atau bahkan amoral. Moralitas bukan hanya sekadar aturan yang diterima secara luas, melainkan juga menjadi kualitas dasar yang diajarkan sejak dini di sekolah dan menjadi dasar bagi seseorang untuk dihormati dalam lingkungan sosialnya.

Moralitas menjadi pedoman penting dalam kehidupan bermasyarakat.

Penilaian tentang apakah suatu tindakan itu baik atau buruk sering kali didasarkan pada budaya dan norma yang berlaku dalam suatu komunitas. Dalam konteks ini, akhlak berhubungan dengan bagaimana seseorang bertindak atau berperilaku saat berhadapan dengan orang lain. Jika seseorang bertindak sesuai dengan nilai-nilai yang dihargai oleh masyarakat, maka tindakan tersebut dianggap baik dan orang tersebut dianggap memiliki akhlak yang baik.

Sebaliknya, jika perbuatannya bertentangan dengan nilai-nilai tersebut, maka dianggap buruk.

Moralitas juga dipengaruhi oleh budaya dan agama, yang sering kali membentuk pandangan seseorang tentang apa yang benar dan salah. Dalam filsafat, moralitas dipahami sebagai prinsip yang membedakan tindakan yang dianggap baik atau buruk, benar atau salah. Ini berkaitan dengan bagaimana seseorang mengikuti aturan dan pedoman yang berlaku di masyarakat mengenai apa yang adil, pantas, dan benar. Moralitas juga mencakup kemampuan untuk mempengaruhi orang lain dan membimbing mereka menuju perilaku yang sesuai dengan norma yang benar.

Secara umum, moralitas bisa dipahami sebagai seperangkat nilai yang mengarahkan manusia untuk berperilaku baik dan tidak merugikan orang lain.

Seseorang dianggap bermoral jika perkataan, tindakan, dan prinsipnya sesuai

(17)

17 dengan standar kebaikan yang berlaku dalam masyarakat. Kata moralitas sering disamakan dengan etika, yang berasal dari kata Yunani ethos, yang berarti adat istiadat, watak, sikap, serta cara berpikir dan bertindak.

b. Definisi etika

Secara linguistik, kata "etika" berasal dari kata Yunani ethos, yang berarti "hasil dari kebiasaan". Dalam konteks ini, yang dimaksud dengan perspektif objek adalah tindakan, sikap, atau perilaku manusia. Etika dapat dipahami sebagai ilmu yang mempelajari sikap dan kesusilaan individu dalam lingkungan sosial, dengan prinsip-prinsip yang mengatur apa yang dianggap sebagai perilaku yang benar. Secara umum, etika mencakup kaidah, norma, ketentuan, dan prosedur yang menjadi pedoman dan prinsip dalam tindakan manusia, terutama dalam menentukan apa yang benar dan salah dalam kehidupan bermasyarakat.

Etika adalah ilmu yang membahas tentang baik dan buruk, kewajiban sosial dan moral, serta hak dan tanggung jawab setiap individu dalam kehidupan bersama. Etika juga berkaitan dengan nilai-nilai moralitas pribadi, yakni tentang apa yang dianggap benar atau salah. Sebagai bagian dari filsafat, etika mengajarkan bagaimana hidup dengan baik, berbuat baik, dan menginginkan kebaikan dalam hidup. Etika hadir dalam berbagai bentuk, seperti etika persahabatan, etika profesi, etika keluarga, etika bisnis, dan sebagainya. Setiap orang seharusnya memiliki etika, karena etika menjadi jembatan yang menciptakan kondisi yang baik dalam kehidupan bermasyarakat.

Sebagai contoh, etika dapat dilihat dalam tata krama sehari-hari, seperti menyapa teman atau saudara, meminta maaf setelah melakukan kesalahan, atau mengucapkan "terima kasih" ketika menerima bantuan. Etika juga mencakup nilai dan norma yang mendasari perilaku sopan santun, tata krama, dan moralitas dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut buku Etika Bisnis, Prinsip dan Relevansi, tujuan etika adalah untuk memberikan pedoman hidup yang membantu individu untuk menjalani kehidupan dengan sikap yang baik, mandiri, dan penuh tanggung jawab. Etika juga bertujuan untuk membimbing orang agar menjadi pribadi yang lebih baik,

(18)

18 serta membantu membangun masyarakat yang damai, sejahtera, tertib, dan harmonis.

Selain itu, etika yang baik memberikan banyak manfaat, antara lain:

1. Meningkatkan rasa tanggung jawab.

2. Menjadi pedoman dalam bertindak.

3. Meningkatkan kredibilitas perusahaan atau organisasi.

4. Menjaga ketertiban dan keteraturan dalam suatu organisasi.

5. Menjadi kontrol sosial yang efektif.

6. Meningkatkan kebaikan bersama.

7. Melindungi hak-hak anggota serikat pekerja atau buruh.

8. Menjadi acuan untuk menyelesaikan permasalahan internal dan eksternal.

Dengan kata lain, etika bukan hanya sekadar pedoman moral, tetapi juga memainkan peran penting dalam menciptakan kehidupan sosial yang lebih baik dan lebih teratur.

c. Etika dalam Keperawatan

Kerangka konsep dan dimensi moral yang mendasari tanggung jawab serta akuntabilitas dalam praktik klinis keperawatan berlandaskan pada prinsip- prinsip etika yang jelas dan diterapkan dalam pendidikan serta praktik klinis.

Dalam hal ini, hubungan antara perawat dan pasien dilihat sebagai suatu bentuk tanggung jawab dan akuntabilitas, yang pada dasarnya merupakan hubungan memelihara (caring). Elemen-elemen hubungan ini dan nilai-nilai etikanya menjadi tantangan yang harus dikembangkan dalam setiap sistem pelayanan kesehatan, dengan fokus pada sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing institusi.

Perawat perlu menjaga dan mengamalkan filosofi keperawatan yang mengandung prinsip-prinsip etika dan moral yang tinggi, serta menjadikan

(19)

19 perilaku memelihara sebagai dasar dalam berinteraksi dengan pasien dan lingkungan sekitarnya. Sebagai contoh, jika seorang perawat melakukan kesalahan, seperti memberikan obat yang salah, dia harus dengan rendah hati dan sportif mengakui kesalahannya. Dalam hal ini, perawat harus mempertanggungjawabkan tindakannya kepada beberapa pihak, antara lain: a) Pasien sebagai konsumen layanan kesehatan, b) Dokter yang mendelegasikan tugas kepadanya, c) Manajer ruangan yang menyusun standar atau pedoman praktik pemberian obat, d) Direktur rumah sakit atau puskesmas yang bertanggung jawab atas seluruh bentuk pelayanan di organisasi tersebut.

Menjaga akuntabilitas profesional dalam asuhan keperawatan juga melibatkan beberapa aspek penting, yaitu:

1. Terhadap diri sendiri:

a) Tidak diperkenankan melakukan tindakan yang dapat membahayakan keselamatan pasien.

b) Mengikuti praktik keperawatan berdasarkan standar terbaru dan perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

c) Mengembangkan pendapat berdasarkan data dan fakta yang ada.

2. Terhadap pasien:

a) Memberikan informasi yang akurat terkait dengan asuhan keperawatan yang diberikan.

b) Memberikan asuhan keperawatan sesuai standar yang menjamin keselamatan dan kesehatan pasien.

3. Terhadap profesinya:

a) Berusaha mempertahankan dan meningkatkan kualitas asuhan keperawatan sesuai dengan standar dan etika profesi.

b) Bersedia untuk mengingatkan sejawat perawat agar bertindak profesional dan sesuai dengan etika moral profesi.

(20)

20 4. Terhadap institusi atau organisasi: Mematuhi kebijakan dan peraturan yang berlaku, termasuk pedoman yang disiapkan oleh institusi atau organisasi tempat bekerja.

5. Terhadap masyarakat: Menjaga etika dan hubungan interpersonal yang baik dalam memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas tinggi kepada masyarakat.

Dengan menjaga prinsip-prinsip ini, perawat dapat memastikan bahwa praktik keperawatan yang dilakukan tidak hanya memenuhi standar profesional, tetapi juga menciptakan hubungan yang penuh tanggung jawab dan saling menghormati antara perawat, pasien, dan masyarakat.

d. Namun kenyataannya moral dan etika berbeda.

Berikut adalah beberapa penjelasan mengenai moralitas dan etika yang diambil dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1989:

Moralitas memiliki beberapa pengertian, di antaranya:

Berkaitan dengan perbuatan, sikap, dan komitmen yang umumnya dianggap baik atau jahat oleh masyarakat.

Keadaan pikiran yang mendorong seseorang untuk mempertahankan nilai-nilai seperti keberanian, semangat, dan disiplin.

Isi pikiran atau perasaan yang akhirnya terwujud dalam tindakan.

Sementara itu, etika dipahami sebagai:

Pengetahuan tentang apa yang baik dan buruk, serta hak dan kewajiban yang terkait dengan moralitas.

Moralitas kolektif yang mencakup prinsip-prinsip atau nilai-nilai yang dijunjung oleh suatu kelompok atau masyarakat.

Nilai-nilai tentang benar dan salah yang tercermin dalam tindakan suatu kelompok atau masyarakat.

Dari pengertian-pengertian tersebut, kita bisa menyimpulkan bahwa moralitas berhubungan erat dengan bagaimana seseorang atau suatu kelompok

(21)

21 berperilaku, baik atau buruk, yang sangat dipengaruhi oleh konteks sosial dan budaya tempat mereka berada. Ini juga sesuai dengan pendapat PN. Masnizah Mohd (2005) yang mengatakan bahwa moralitas berkaitan dengan perbuatan baik dan buruk yang terbentuk berdasarkan kondisi lingkungan, adat, budaya, kepercayaan, dan norma-norma sosial yang ada di suatu tempat. Setiap kelompok masyarakat memiliki nilai moral yang berbeda, yang mengarah pada pemahaman tentang apa yang dianggap benar dan salah.

Di sisi lain, etika lebih berfokus pada kajian tentang moralitas itu sendiri.

Etika tidak hanya menilai suatu tindakan baik atau buruk, tetapi juga mempertanyakan dasar atau prinsip-prinsip moral yang mendasari penilaian tersebut. Etika mencoba untuk memahami dan menjelaskan mengapa sesuatu dianggap benar atau salah dalam suatu masyarakat atau kelompok.

Masnizah Mohd (2005) juga mengungkapkan bahwa sistem nilai dalam masyarakat mendefinisikan apa yang benar atau salah berdasarkan aturan sosial yang berlaku. Etika, di sini, berfungsi untuk memberi batasan terhadap perilaku individu, mengarahkan mereka untuk berpikir kritis, rasional, dan sehat dalam mengambil keputusan. Etika lebih dari sekadar mengikuti aturan yang ada, tetapi juga mengajak kita untuk merenung dan menggunakan akal sehat untuk bertindak secara moral.

Menurut Profesor Dr. K. Suhendra, SH, M.Si (2009), etika adalah seperangkat nilai moral yang lebih khusus dan praktis. Etika mengajarkan bagaimana kita seharusnya berperilaku dengan baik dalam kehidupan, tidak hanya mengikuti tradisi atau ajaran orang tua, guru, atau agama, tetapi juga berpikir tentang apa yang baik, tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk orang lain. Etika membutuhkan pemikiran yang rasional dan kritis untuk memastikan bahwa apa yang kita lakukan benar-benar membawa kebaikan.

Secara keseluruhan, kita bisa menyimpulkan bahwa moralitas adalah ilmu yang mendalami etika, dan etika itu sendiri berfokus pada prinsip-prinsip dasar yang membimbing kita untuk bertindak dengan cara yang baik dan benar. Etika berfungsi untuk membantu kita membuat keputusan yang tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri, tetapi juga untuk menciptakan kedamaian dan kesejahteraan dalam masyarakat.

(22)

22 e. Moral dalam keperawatan

Etika keperawatan mencakup sejumlah prinsip dasar yang sangat penting, seperti advokasi, akuntabilitas, loyalitas, kepedulian, rasa empati, dan penghormatan terhadap martabat manusia. Di antara prinsip-prinsip ini, advokasi, akuntabilitas, dan loyalitas adalah yang paling sering dibahas dalam standar praktik keperawatan, dan sudah lama menjadi topik yang dipelajari dan diperhatikan (Fry, 1991; Creasia, 1991).

Advokasi dalam konteks keperawatan berarti peran perawat dalam mendukung pasien, memberikan informasi yang jelas, dan membantu pasien dalam membuat keputusan terkait perawatan mereka. Perawat tidak hanya memberi penjelasan, tetapi juga memastikan pasien memiliki ruang untuk membuat keputusan yang paling tepat bagi diri mereka sendiri, tanpa tekanan dari pihak lain. Ini mencakup dua peran utama: peran aktif dan peran non-aktif.

Dalam peran aktif, perawat memberikan dukungan dan keyakinan kepada pasien bahwa mereka memiliki hak untuk menentukan nasib mereka sendiri.

Sedangkan dalam peran non-aktif, perawat memastikan mereka tidak memengaruhi keputusan pasien, melainkan memberikan informasi yang mereka butuhkan untuk membuat pilihan yang terbaik (Kohnke, 1989; Megan, 1991).

Berikut adalah beberapa cara orang mendefinisikan advokasi dalam keperawatan:

1. Perawat bertindak sebagai penghubung antara pasien dan tim medis, serta menjadi pembela kepentingan pasien. Ini berarti perawat melindungi hak-hak pasien dan membantu mereka memahami informasi tentang perawatan yang diberikan oleh tim medis, agar pasien dapat membuat keputusan yang lebih informasional dan berdasar (Dewi, 2008).

2. Advokasi juga berarti berbicara atas nama pasien dan melibatkan diri untuk memastikan kebutuhan mereka terpenuhi, serta melakukan intervensi bila diperlukan. Hubungan ini sangat bergantung pada rasa percaya dan kedekatan yang terjalin antara perawat dan pasien, yang memberikan peran penting bagi keperawatan dalam dunia medis (WHO, 2005).

(23)

23 3. Pada level filosofi, advokasi adalah inti dari keperawatan itu sendiri, yang mengutamakan dukungan aktif bagi pasien agar mereka dapat menentukan jalannya hidup mereka sesuai dengan kehendak dan kebutuhannya (Gondow, 1983).

Dalam penjelasan lebih lanjut, Creasia dan Parker (2000) menyatakan bahwa advokasi memiliki tiga makna penting:

Model Perlindungan Hak: Di sini, perawat berfungsi untuk melindungi hak-hak pasien agar tidak terjadi pelanggaran atau kerugian selama perawatan berlangsung. Ini termasuk memberi tahu pasien tentang hak-hak mereka, memastikan bahwa pasien memahami hak tersebut, serta mencegah dan melaporkan pelanggaran terhadap hak pasien.

Model Pengambilan Keputusan Berdasarkan Nilai Pasien: Dalam model ini, perawat membantu pasien untuk mempertimbangkan semua pilihan perawatan yang tersedia tanpa memaksakan nilai-nilai pribadi perawat. Perawat hanya memberikan informasi yang diperlukan agar pasien dapat membuat keputusan sesuai dengan nilai dan keyakinan mereka sendiri.

Teladan Menghormati Orang Lain: Perawat harus menghormati pasien sebagai individu yang unik dengan kebutuhan yang berbeda- beda. Setiap pasien adalah pribadi yang berbeda, dan perawat harus siap untuk memberikan perawatan yang terbaik berdasarkan kebutuhan spesifik mereka.

Secara keseluruhan, banyak definisi advokasi dalam keperawatan menekankan pada pentingnya hak pasien untuk membuat keputusan mengenai diri mereka sendiri. Peran perawat sebagai advokat adalah untuk memastikan pasien memiliki kebebasan untuk membuat pilihan yang sesuai dengan keinginan mereka, tanpa ada tekanan atau pengaruh dari perawat atau profesional medis lainnya. Perawat diharapkan dapat mengenali dan memahami apa yang diinginkan pasien, serta memastikan bahwa keputusan yang diambil adalah yang terbaik untuk kesejahteraan pasien.

(24)

24 Dapat disimpulkan bahwa peran advokasi adalah inti dari setiap peran perawat lainnya. Sebagai advokat, perawat bertanggung jawab untuk merawat, mendukung, dan melindungi pasien, serta bertindak atas nama mereka ketika diperlukan, untuk memastikan hak-hak pasien dihormati dan keputusan- keputusan yang diambil adalah yang terbaik bagi mereka (Dewi, 2008).

f. Peran perawat sebagai advokad pasien

Sebagai penjaga, perawat memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan yang aman bagi pasien. Mereka berusaha mencegah kecelakaan dengan langkah-langkah yang hati-hati dan selalu memantau kemungkinan dampak negatif dari prosedur medis. Misalnya, perawat memastikan bahwa pasien tidak memiliki alergi terhadap obat tertentu atau memberikan vaksinasi untuk mencegah penyakit yang dapat menyebar di masyarakat.

Selain itu, perawat juga berfungsi sebagai advokat bagi pasien, yang berarti mereka melindungi hak-hak pasien dan membantu mereka untuk menyuarakan kebutuhan dan keinginan mereka. Sebagai contoh, seorang perawat mungkin memberi penjelasan tambahan kepada pasien yang sedang berjuang untuk membuat keputusan terbaik mengenai pengobatan mereka.

Perawat juga berperan dalam melindungi hak-hak pasien, misalnya dengan menentang peraturan atau prosedur yang dapat membahayakan pasien. Mereka sering menjadi jembatan bagi pasien dan keluarganya untuk memahami informasi medis yang kompleks, serta membantu mendapatkan persetujuan untuk tindakan keperawatan yang akan dilakukan.

Perawat melindungi hak-hak dasar pasien, seperti hak untuk mendapatkan pengobatan yang terbaik, hak untuk mengetahui kondisi kesehatannya, hak untuk privasi, hak untuk menentukan pilihannya sendiri, dan hak untuk mendapatkan kompensasi jika ada kelalaian dalam perawatan mereka (WHO, 2005).

Sebagai advokat pasien, perawat sangat penting untuk memastikan hak pasien tidak dilanggar. Salah satu contoh konkret adalah hak pasien untuk

(25)

25 memberikan persetujuan berdasarkan informasi yang mereka terima (informed consent). Ini artinya, pasien memiliki hak untuk memahami dengan jelas prosedur yang akan mereka jalani dan memberi persetujuan secara sukarela.

Selain itu, hak-hak lain yang juga dilindungi oleh perawat sebagai advokat adalah hak atas privasi dan hak untuk menolak pengobatan jika itu yang diinginkan pasien.

Peran advokasi ini merupakan inti dari setiap pelayanan keperawatan.

Dalam menjalankan peran ini, perawat harus:

1. Melindungi hak-hak dasar pasien dan hak hukum mereka,

2. Mendukung pasien ketika mereka perlu menuntut hak-hak mereka, 3. Memberikan bantuan dengan cara yang sensitif, baik melalui tindakan

langsung maupun hanya dengan memberikan ruang bagi pasien untuk memilih,

4. Bekerja sama dengan tenaga medis lainnya dan menjadi penghubung yang efektif,

5. Menghargai setiap pasien sebagai individu yang unik, mendorong mereka untuk mengenali kekuatan mereka sendiri, meningkatkan kesejahteraan mereka, dan memperkuat hubungan mereka dengan orang-orang di sekitar mereka (Armstrong, 2007).

 Tanggung jawab perawat advokat

Nelson (1988) dalam Creasia & Parker (2001) menjelaskan bahwa perawat memiliki beberapa tanggung jawab penting dalam peran mereka sebagai advokat pasien, antara lain:

1. Mendampingi pasien dalam pengambilan keputusan: Perawat berperan untuk memastikan bahwa pasien benar-benar memahami informasi yang diberikan. Mereka membantu pasien melihat berbagai pilihan yang ada, menjelaskan dengan jelas manfaat dan risiko dari setiap pilihan, dan memberi waktu yang cukup agar pasien dapat memutuskan dengan tenang dan penuh pertimbangan.

(26)

26 2. Menjadi penghubung antara pasien dan orang lain di sekitar mereka: Perawat bertindak sebagai jembatan komunikasi antara pasien, keluarga, dan tim medis. Mereka memastikan kebutuhan perawatan pasien disampaikan dengan jelas kepada semua pihak terkait dan membantu memfasilitasi percakapan agar setiap orang, termasuk pasien, memahami peran masing-masing dalam proses perawatan.

3. Melindungi dan memenuhi kebutuhan pasien: Perawat berperan untuk menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi pasien. Mereka melindungi pasien dari kemungkinan bahaya atau tindakan yang bisa merugikan kesehatan pasien, serta memastikan semua kebutuhan fisik dan emosional pasien selama perawatan dapat terpenuhi.

Dalam setiap langkahnya, peran advokasi ini tidak hanya tentang memberikan perawatan fisik, tetapi juga memastikan pasien merasa didengar, dihargai, dan dilindungi sepanjang proses pengobatan.

 Nilai nilai yang harus dimiliki oleh perawat harus .

Menurut Kozier & Erb (2004), untuk dapat mewakili pasien dengan baik, perawat harus memiliki nilai-nilai inti yang mendasari peran mereka, antara lain:

1. Pasien adalah individu yang utuh dan otonom, yang memiliki hak untuk membuat keputusan mengenai kesehatannya sendiri.

2. Hubungan antara perawat dan pasien harus didasarkan pada rasa saling menghormati dan kepercayaan, di mana keduanya bekerja sama untuk mengatasi masalah kesehatan pasien, serta memberikan kebebasan untuk berpikir dan merasa.

3. Perawat bertanggung jawab untuk memastikan pasien memahami cara menjaga kesehatannya, memberikan informasi yang diperlukan untuk mendukung pilihan mereka dalam merawat diri.

Selain nilai-nilai inti tersebut, perawat juga harus memiliki sikap yang baik agar dapat menjalankan perannya sebagai advokat pasien dengan efektif. Beberapa sikap penting yang harus dimiliki oleh perawat adalah:

(27)

27 1. Bersikap proaktif: Ini berarti perawat harus bisa melihat masalah pasien dari sudut pandang positif, serta memiliki komunikasi yang jelas dan interaksi langsung yang mendukung pasien.

2. Menyadari bahwa hak dan kepentingan pasien serta keluarganya harus didahulukan, meskipun terkadang ada konflik dengan profesional kesehatan lainnya.

3. Menyadari bahwa konflik mungkin terjadi antara perawat dengan administrasi atau dokter, yang membutuhkan kemampuan untuk berdiskusi, bernegosiasi, atau melakukan konsultasi agar keputusan yang terbaik dapat tercapai.

4. Kemampuan untuk bekerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya: Perawat tidak bisa bekerja sendiri. Mereka perlu berkolaborasi dengan profesional lain yang terlibat dalam perawatan pasien untuk memberikan pelayanan yang optimal.

5. Peran advokat juga melibatkan tindakan politik, seperti melaporkan kebutuhan medis pasien kepada pihak berwenang atau pemerintah untuk memastikan kebutuhan mereka terpenuhi.

Dengan sikap-sikap ini, perawat dapat memastikan bahwa mereka tidak hanya memberikan perawatan medis yang tepat, tetapi juga memperjuangkan hak dan kebutuhan pasien dengan penuh perhatian dan dedikasi.

 Tujuan dan Hasil yang Diharapkan dari Peran Perwakilan Pasien

Tujuan utama dari peran perawat sebagai advokat pasien adalah untuk memberdayakan pasien dan keluarga mereka dalam proses pengambilan keputusan mengenai perawatan kesehatan. Saat bertindak sebagai advokat, perawat harus selalu memastikan bahwa keputusan yang diambil akan membawa manfaat terbaik bagi pasien.

Menurut Ellis & Hartley (2000), ada beberapa tujuan penting yang harus diperhatikan dalam peran ini:

1. Menciptakan kemitraan antara pasien, keluarga, dan tim kesehatan: Pasien bukan hanya objek perawatan, tetapi mitra yang aktif dalam menjaga

(28)

28 kesehatannya. Perawat bekerja bersama pasien, keluarga, dan tim medis lainnya untuk merencanakan perawatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien.

2. Melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan: Pasien berhak untuk membuat keputusan tentang kesehatannya. Perawat harus memberikan informasi yang jelas mengenai manfaat dan risiko dari setiap pilihan, sehingga pasien bisa merasa yakin dan memiliki kendali penuh atas keputusan yang diambil.

3. Memberikan pilihan alternatif: Jika pasien tidak memiliki banyak pilihan, perawat harus memberikan alternatif lain yang bisa dipilih, memungkinkan pasien untuk membuat keputusan sesuai dengan preferensi dan kenyamanannya.

4. Menghormati keputusan pasien: Perawat harus menghormati pilihan yang dibuat pasien, meskipun mungkin berbeda dengan saran medis. Ini mencerminkan penghargaan terhadap nilai dan keyakinan pasien.

5. Mendukung pasien dalam mencapai keinginan mereka: Perawat membantu pasien untuk mencapai tujuan kesehatan mereka, meskipun terkadang ada batasan dari sistem perawatan atau rumah sakit. Ini berarti mendengarkan kebutuhan pasien dan berusaha memenuhi harapan mereka.

6. Melindungi nilai-nilai pasien: Setiap pasien membawa nilai-nilai dan keyakinan pribadi yang berbeda. Sebagai advokat, perawat memastikan bahwa perawatan yang diberikan sejalan dengan nilai-nilai yang penting bagi pasien.

7. Membantu pasien beradaptasi dengan sistem layanan kesehatan: Rumah sakit bisa terasa asing dan membingungkan bagi pasien. Perawat berperan penting dalam membantu pasien merasa nyaman dengan lingkungan rumah sakit, memahami aturan, dan mengenal hak-hak mereka.

8. Memberikan perawatan yang berkualitas: Perawat bertanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap pasien menerima perawatan yang terbaik, dengan pendekatan yang penuh perhatian dan disesuaikan dengan kebutuhan pasien.

9. Mendampingi pasien dalam setiap langkah perawatan: Perawat selalu ada untuk mendukung pasien, memperhatikan kebutuhan mereka, dan membantu mereka membuat keputusan yang tepat untuk kesehatan mereka.

10. Meningkatkan kenyamanan pasien dengan penyakit terminal: Perawat memainkan peran yang sangat penting dalam merawat pasien yang menghadapi akhir hidup, dengan memberikan kenyamanan, perawatan yang penuh kasih, dan pengelolaan rasa sakit yang efektif.

(29)

29 11. Menghormati pasien: Sebagai advokat, perawat bertugas untuk memastikan bahwa pasien dihormati dalam setiap aspek perawatan mereka, termasuk hak- hak mereka dalam pengambilan keputusan.

12. Melindungi hak pasien: Perawat bekerja untuk melindungi hak pasien, menghindarkan mereka dari tindakan yang dapat merugikan atau membahayakan kesehatannya.

13. Memberdayakan pasien: Sebagai sumber dukungan, perawat membantu pasien untuk mengungkapkan ketakutan, kecemasan, dan harapan mereka, serta mendukung mereka untuk merasa lebih berdaya dan siap menghadapi perawatan mereka.

Melalui peran ini, perawat berusaha untuk memastikan bahwa pasien:

1. Memahami hak-haknya sebagai pasien.

2. Mengerti diagnosis, pilihan pengobatan, dan prognosis mereka.

3. Bertanggung jawab atas keputusan yang mereka buat.

4. Memiliki kebebasan dan otonomi untuk membuat keputusan yang sesuai dengan keinginan mereka.

5. Mengurangi rasa takut, frustasi, dan marah terkait perawatan mereka.

6. Mendapatkan pengobatan yang terbaik sesuai kebutuhan mereka.

7. Memiliki kesempatan yang sama dengan pasien lainnya.

8. Mendapatkan perawatan berkelanjutan untuk kesejahteraan mereka.

9. Menerima pelayanan yang efektif dan efisien.

Dengan peran yang sangat penting ini, perawat tidak hanya merawat pasien secara fisik, tetapi juga memberikan dukungan emosional, membangun hubungan saling menghormati, dan membantu pasien merasa diberdayakan sepanjang perjalanan perawatan mereka.

2.2.3 Loyalitas

Loyalitas dalam keperawatan adalah konsep yang sangat mendalam, yang melibatkan empati, kasih sayang, dan hubungan saling mendukung antara perawat dan rekan-rekan profesionalnya. Ini bukan hanya soal mengejar tujuan

(30)

30 pribadi, tetapi juga menghargai dan memperhatikan tujuan serta nilai-nilai orang lain. Hubungan yang baik antara sesama profesional terbentuk ketika ada komitmen bersama untuk mencapai tujuan yang sama, menjaga janji yang dibuat, serta bekerja sama untuk mengidentifikasi masalah dan prioritas yang penting, dengan fokus pada kepuasan bersama (Jameton, 1984; Fry, dalam Creasia, 1991). Loyalitas menjadi kekuatan yang memperkuat komunitas keperawatan, membantu perawat dan rekan-rekannya bekerja dengan semangat dan tujuan yang sama. Namun, perlu diingat bahwa loyalitas bisa menjadi tantangan jika ada konflik antar profesional, yang bisa mengganggu kualitas perawatan yang diberikan kepada pasien.

2.2.4 Akuntabilitas

Akuntabilitas dalam dunia keperawatan berarti perawat harus siap mengambil tanggung jawab penuh atas tindakan yang mereka ambil dan menerima konsekuensinya (Kozier, 1991). Seperti yang dijelaskan oleh Fry (1990), ada dua hal utama yang menjadi bagian dari akuntabilitas: tanggung jawab dan akuntabilitas itu sendiri. Artinya, setiap tindakan yang diambil oleh perawat harus bisa dipertanggungjawabkan, baik itu dari sisi praktik keperawatan, kode etik, maupun hukum yang ada. Untuk memastikan pelayanan yang berkualitas dan hubungan yang baik dengan semua pihak, perawat perlu menjaga loyalitas—tidak hanya kepada pasien, tetapi juga kepada rekan kerja, rumah sakit, dan profesi keperawatan itu sendiri. Akuntabilitas adalah kunci untuk mewujudkan tujuan-tujuan ini.

Tabbner (1981; dalam Creasia, 1991) mengingatkan kita tentang beberapa prinsip penting bagi perawat. Ini termasuk menjaga kerahasiaan pasien, menghindari percakapan yang tidak perlu, menghormati sesama rekan sejawat, serta selalu berperilaku profesional. Pada dasarnya, akuntabilitas berarti perawat harus siap untuk bertanggung jawab atas apa yang mereka lakukan, mengikuti standar yang sudah ditetapkan dalam profesi.

Secara praktis, perawat seharusnya diberi otonomi dan kewenangan untuk membuat keputusan terkait pekerjaan mereka, termasuk memilih staf

(31)

31 yang tepat untuk membantu merawat pasien. Namun, perawat juga harus selalu menyadari tanggung jawab besar yang mereka emban. Tugas mereka bukan hanya soal menjalankan prosedur medis, tetapi juga memikirkan dampak dari setiap keputusan yang diambil terhadap pasien dan tim medis.

Akuntabilitas profesional bertujuan untuk:

1. Memastikan perawat bertanggung jawab atas tindakannya kepada pasien, manajer, dan tempat mereka bekerja.

2. Mempertanggungjawabkan tindakan mereka terhadap pasien, keluarga pasien, masyarakat, dan profesi keperawatan itu sendiri.

3. Melakukan evaluasi terhadap praktik keperawatan dan kinerja staf.

4. Menjaga dan menerapkan standar yang telah disepakati oleh organisasi.

5. Mendukung pengembangan keterampilan seluruh anggota tim keperawatan.

6. Memastikan proses pengambilan keputusan di lingkungan keperawatan berjalan dengan jelas dan tepat.

.

2.3 Menghadapi Issue Keperawatan 2.3.1 Jenjang pendidikan

Pendidikan keperawatan merupakan suatu proses pendidikan yang dilaksanakan di perguruan tinggi untuk menghasilkan berbagai lulusan seperti Madya Spesialis Keperawatan, Perawat Terdaftar, Magister Keperawatan, Perawat Spesialis, Doktor Keperawatan, dan lain-lain. Jenis pendidikan keperawatan meliputi akademik, profesional, dan profesional.

Pendidikan akademik adalah pendidikan yang tujuan utamanya adalah memperoleh ilmu pengetahuan. Pelatihan kejuruan merupakan pelatihan yang ditujukan terutama untuk meningkatkan motivasi mempraktikkan keterampilan khusus sebagai perawat. Pelatihan kejuruan adalah pelatihan yang bertujuan untuk memperoleh keterampilan khusus yang berkaitan dengan keperawatan.

(32)

32 Pendidikan keperawatan di Indonesia mengacu pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Pendidikan keperawatan di Indonesiamemilik jenis-jenis sebagai berikut.

A. Pelatihan kejuruan atau vokasi.

Tujuan utama pelatihan ini adalah untuk memotivasi mahasiswa dalam praktek dan memperoleh keterampilan khusus keperawatan sebagai perawat profesional.

Jenjang pelatihan khusus adalah : Diklat D3 Keperawatan. Program pelatihan gelar keperawatan (D-III) ini melatih perawat umum menjadi perawat entry level dan spesialis (spesialis keperawatan tingkat lanjut) dengan bukti ilmiah yang cukup dan landasan profesional yang kokoh.

Lulusan diharapkan mampu memberikan pelayanan profesional yang memperhatikan standar keperawatan dan etika keperawatan.Sebagai perawat profesional diharapkan memiliki perilaku dan keterampilan profesional serta memberikan pelayanan/praktik primer secara mandiri di bawah pengawasan perawat. Masa pelatihan biasanya 3 tahun.

Lulusan D-III keperawatan juga diharapkan mampu memimpin praktik keperawatan yang dilaksanakan dalam menanggapi kebutuhan klien dan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan untuk meningkatkan mutu pelayanan.

Tujuannya tidak hanya untuk meningkatkan kepatuhan terhadap persyaratan klien, tetapi juga untuk meningkatkan kualitas layanan melalui penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi secara efektif.

Tujuan utama program Diploma III Keperawatan adalah menghasilkan lulusan yang mampu:

1. Memberikan pelayanan keperawatan yang profesional dalam sistem pelayanan kesehatan khususnya pelayanan keuangan dan personal serta keluarga, sesuai dengan kebijakan umum Pemerintah berdasarkan Pancasila. Pelayanan komunitas sesuai prinsip keperawatan.

2. Kepemimpinan dan tanggung jawab dalam manajemen perawatan.

(33)

33 3. Berpartisipasi dalam kegiatan penelitian keperawatan dan memanfaatkan temuan dan pengembangan penelitian ilmiah dan teknologi untuk meningkatkan kualitas dan ruang lingkup layanan atau perawatan keperawatan.

4. Berpartisipasi aktif dalam pendidikan dan pelatihan pasien.

5. Terus mengembangkan untuk meningkatkan keterampilan profesional.

B. Pendidikan akademik

adalah pendidikan yang tujuan utamanya adalah memperoleh dan mengembangkan bidang keperawatan. Jenjang Pendidikan : Pendidikan Sarjana, Pendidikan Magister dan Pendidikan Doktor Keperawatan .

C. Pelatihan profesi,

Program pendidikan keperawatan dirancang untuk membekali perawat dengan keterampilan, pengetahuan, dan sikap profesional yang diperlukan untuk memberikan perawatan yang terbaik kepada pasien.

Perawat yang lulus dari program ini akan siap mengambil tanggung jawab penuh atas keputusan yang diambil dalam praktik keperawatan mereka. Mereka tidak hanya dilatih untuk memahami teori dan teknik dalam keperawatan, tetapi juga untuk berpikir kritis dan membuat keputusan yang tepat sesuai dengan kebutuhan pasien.

Program ini memberikan peluang bagi para perawat untuk menjadi lebih profesional dengan gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) dan gelar profesi Ners. Sebagai perawat profesional, mereka tidak hanya bekerja dengan klien, tetapi juga mengawasi perawat lain, terutama mereka yang masih dalam pelatihan dari program D-III Keperawatan.

Selain itu, perawat juga dilatih untuk selalu mengembangkan kualitas layanan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan, serta memiliki kemampuan untuk melakukan penelitian yang dapat meningkatkan praktik mereka.

(34)

34 Salah satu perbedaan utama antara program Sarjana Keperawatan dan D-III Keperawatan adalah kedalaman ilmu yang diperoleh. Program Ners memberikan dasar keilmuan yang lebih kuat dan lebih fokus pada pengembangan profesi keperawatan. Lulusan dari program ini memiliki gelar akademis, namun mereka perlu mengikuti pelatihan profesi untuk mendapatkan wewenang dalam melaksanakan praktik keperawatan.

Tujuan utama pendidikan Ners adalah untuk menghasilkan perawat yang tidak hanya memiliki pengetahuan dan keterampilan medis yang mendalam, tetapi juga sikap yang mendukung prinsip- prinsip keperawatan, serta mampu memberikan pelayanan yang holistik kepada individu, keluarga, dan masyarakat. Beberapa tujuan utama pendidikan keperawatan adalah:

1. Memberikan pelayanan dengan tanggung jawab: Perawat dilatih untuk memberikan pelayanan yang mandiri dan bertanggung jawab sesuai dengan kebijakan kesehatan pemerintah dan prinsip dasar keperawatan.

2. Memimpin pelayanan keperawatan: Lulusan pendidikan keperawatan siap memimpin dan mengelola pelayanan di tingkat dasar dengan sikap kepemimpinan yang baik.

3. Melakukan penelitian: Mereka diajarkan untuk mengelola dan melakukan penelitian yang dapat meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan.

4. Mendidik dan melatih calon perawat: Perawat yang lulus diharapkan untuk aktif dalam pendidikan dan pelatihan bagi calon perawat dan staf keperawatan.

5. Mengembangkan keterampilan profesional: Pendidikan ini mendorong perawat untuk terus mengembangkan keterampilan mereka agar semakin kompeten dalam melayani pasien.

6. Menjaga etika profesi: Perawat dilatih untuk mematuhi etika keperawatan dalam setiap aspek profesinya.

(35)

35 7. Menyesuaikan diri dengan perubahan: Pendidikan ini mengajarkan perawat untuk beradaptasi dengan perkembangan baru dan berperan aktif dalam masyarakat.

Program ini juga menawarkan spesialisasi di berbagai bidang, seperti Keperawatan Obstetri, Keperawatan Anak, Keperawatan Medis/Bedah, Keperawatan Psikiatri, dan Keperawatan Komunitas. Dengan spesialisasi ini, perawat dapat memperdalam pengetahuan dan keterampilan mereka sesuai dengan kebutuhan pasien dan perkembangan dunia medis.

Pada akhirnya, tujuan pendidikan keperawatan adalah untuk menghasilkan perawat yang tidak hanya ahli dalam bidangnya, tetapi juga memiliki sikap profesional yang tinggi, siap mengembangkan diri, dan memberikan perawatan yang terbaik untuk setiap pasien yang mereka tangani.

2.3.2 Kewenangan

• Vokasi atau Pelatihan Profesi Diploma III Keperawatan mempertimbangkan peran dan fungsi perawat profesional dan proses pelatihannya didasarkan pada kurikulum yang terintegrasi. Selama ini tenaga ahli tersebut masih dibutuhkan di dalam maupun di luar negeri. Maka dari itu, pendidikan jenjang Diploma III akan terus tersedia hingga puluhan tahun mendatang.

• Jenjang pelatihan akademik “Magister Keperawatan” juga dikembangkan lebih lanjut, misalnya pada bidang ilmu keperawatan dasar dan keperawatan dasar, kepemimpinan dan manajemen keperawatan. Pelatihan akademik pada program doktor keperawatan ini bertujuan untuk mendorong pengembangan ilmu keperawatan melalui berbagai penemuan inovatif, menjamin orisinalitas tingkat tinggi, meningkatkan budaya penelitian, dan menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi baru.

・Perawat spesialis yang mempunyai kemampuan sesuai spesialisasinya dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. meliputi:

 Keperawatan medik bedah multidisiplin.

 Keperawatan Psikiatri

(36)

36

 Keperawatan Obstetri

 Keperawatan Anak

 Keperawatan Komunitas

 Keperawatan Intensive Care

 Keperawatan Kardiovaskular

 Keperawatan Gawat Darurat

 Keperawatan Onkologi

 Keperawatan Geriatri

 Keperawatan Ginjal

 Keperawatan Neurologis

2.3.3 Kewenangan Pendidikan dan Ruang Lingkup

Ruang lingkup keperawatan kesehatan komunitas ditetapkan dalam PBP-PPNI 2007, dimana kualifikasi perawat kesehatan komunitas didasarkan pada tingkat pendidikan perawat.

PK I Perawat pada bidang ini mampu memberikan pelayanan keperawatan kepada klien dan keluarganya dengan tingkat pelatihan minimal D3 keperawatan dan mempunyai kemampuan memberikan asuhan dasar berdasarkan pengetahuan dasar keperawatan komunitas.

PK II Dalam bidang ini, perawat mempunyai tingkat pendidikan minimal sarjana muda bidang keperawatan dan keperawatan komunitas serta mempunyai kompetensi sesuai sarjana muda serta mampu memberikan pendampingan kepada klien (keluarga atau kelompok klien yang mempunyai masalah kesehatan tertentu dapat memberikan pelayanan keperawatan).

layanan ke Asuhan keperawatan komunitas tetap dibawah pengawasan perawat senior dengan arahan yang terbatas.

Di sisi lain, perawat komunitas harus mempunyai kemampuan untuk memberikan asuhan keperawatan dasar dalam konteks keperawatan komunitas,

(37)

37 di bawah pengawasan seorang perawat senior yang didelegasikan penuh atau didelegasikan oleh staf perawat senior.

PK III Dalam bidang ini, perawat mempunyai pendidikan minimal Magister Keperawatan Komunitas (S2) dengan kemampuan melakukan tindakan keperawatan tertentu atas inisiatif sendiri dan memikul tanggung jawab penuh agar permasalahan kesehatan masyarakat dapat diatasi.

Tindakan keperawatan yang diberikan.

PK IV di bidang ini memungkinkan perawat untuk mengembangkan solusi terhadap masalah keperawatan kesehatan masyarakat yang kompleks dengan tingkat pelatihan spesialis komunitas yang minimal.

Pada tingkat pelatihan ini, perawat harus mempunyai kemampuan untuk melakukan kegiatan keperawatan secara profesional atau paraprofesional dengan pengambilan keputusan yang mandiri dan memberikan perawatan dasar kepada klien dalam lingkup praktiknya.

Keperawatan komunitas yang komprehensif dan penempatan staf perawat.

PK V Dalam bidang ini perawat mempunyai gelar doktor dan minimal magister serta dapat memberikan konsultasi dan pengembangan pelayanan.

Dokter pada tingkat ini mempunyai kompetensi tingkat tinggi dalam melaksanakan tindakan dan asuhan keperawatan khusus atas kebijakannya sendiri dan sebagai konsultan bagi masyarakat.

Contoh kasus masalah/issue pendidikan :

Untuk menjadi perawat yang berkompeten, seorang perawat harus mempunyai STR (Surat Tanda Registrasi) dan mempunyai kualifikasi asli. Di beberapa daerah, program gelar keperawatan menyelenggarakan uji kompetensi untuk memperoleh Surat Tanda Registrasi (STR). Namun ada satu mahasiswa keperawatan yang gagal dalam ujian kompetensi. Dia bingung karena semua temannya lewat.Untuk lulus tes bakat, mereka melakukan kegiatan penipuan

(38)

38 seperti mengambil inisiatif dan menyuap orang-orang yang terlibat agar lulus tes dan mendapatkan sertifikat registrasi

Penyelesaian kasus :

Seharusnya sebagai seorang perawat yang mengikuti uji kompetensi dan sudah berjanji untuk tidak akan melakukan tindakan kecurangan dalam bentuk apapun saat melakukan tes uji kompetensi guna mendapat surat tanda registrasi.

Untuk pihak yang bersangkutan seharusnya tidak menerima segala bentuk gratifikasi apapun dari mahasiswa perawat atau pun peserta uji kompetensi.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Keperawatan merupakan suatu profesi yang memiliki asosiasi profesi yang sangat membantu dalam menetapkan standar praktik, pelayanan, dan pendidikan keperawatan.

(39)

39 Keperawatan merupakan suatu profesi yang memiliki khazanah pengetahuan yang jelas dan landasan pendidikan yang kuat sehingga dapat dikembangkan ke jenjang yang setinggi-tingginya.

Profesi keperawatan yang diakui oleh profesi lain mempunyai kewajiban berperan aktif dalam sistem pelayanan kesehatan dan lebih mengembangkan dirinya agar diakui masyarakat.

Arah pendidikan keperawatan adalah meningkatkan mutu tenaga keperawatan profesional akademik dan pelatihan profesi.

Hal ini juga menyebabkan praktik keperawatan mencakup beragam praktik dalam rangkaian praktik berbeda di mana perawat memiliki kemandirian yang lebih besar.

Sebagai anggota tim perawatan, perawat terus mengembangkan otonomi dan rasa hormat mereka. Ketika fokus keperawatan meluas, peran perawat pun meningkat.

Issue keperawatan sebagai suatu profesi mencakup perkembangan aspek keperawatan yang menjadi ciri keperawatan sebagai suatu profesi, seperti pendidikan, teori, pelayanan, otonomi, dan kode etik. Oleh : Andi Ali Mukti Pratama

A. Etika Profesional dalam Keperawatan

Sebagai perawat, pekerjaan kita bukan hanya tentang merawat tubuh pasien, tetapi juga tentang memperlakukan mereka dengan penuh rasa hormat dan peduli. Agar perawat dihargai oleh pasien, keluarga pasien, dan bahkan rekan kerja, kita harus selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kebaikan. Ini berarti melakukan pekerjaan dengan hati yang tulus, mengikuti standar profesional, dan memastikan pasien merasa aman dan dihargai. Sikap seperti ini tidak hanya akan membuat pasien merasa lebih baik, tetapi juga bisa meningkatkan kualitas perawatan yang mereka terima. Intinya, saat perawat bekerja dengan etika yang baik, pasien bisa merasa lebih nyaman dan percaya bahwa mereka dalam tangan yang aman.

B. Perbedaan antara Moral dan Etika

Moral dan etika seringkali terdengar mirip, tapi sebenarnya berbeda.

Moral lebih berkaitan dengan nilai-nilai pribadi kita—apa yang kita anggap benar atau salah, berdasarkan budaya, agama, atau pengalaman hidup kita. Etika

(40)

40 adalah pedoman atau aturan yang membantu kita menentukan apakah tindakan kita itu baik atau tidak dalam konteks profesional. Dalam pekerjaan keperawatan, etika sangat penting untuk membuat keputusan yang adil dan manusiawi, supaya kita bisa merawat pasien dengan cara yang paling tepat.

C. Advokasi, Loyalitas, dan Akuntabilitas dalam Keperawatan Sebagai perawat, ada tiga hal penting yang harus selalu kita ingat:

Advokasi (Membela Hak Pasien): Kita harus selalu membela hak pasien, memastikan mereka mendapatkan informasi yang jelas tentang kondisi mereka, dan memberikan dukungan saat mereka membutuhkan. Kita adalah suara mereka, terutama ketika mereka merasa lemah atau bingung.

Loyalitas (Setia pada Pasien dan Profesi): Kita harus setia pada pasien, memastikan mereka mendapatkan perawatan terbaik, dan setia pada profesi kita dengan selalu melakukan yang terbaik dalam pekerjaan kita.

Akuntabilitas (Tanggung Jawab): Kita bertanggung jawab atas setiap tindakan yang kita ambil. Ini berarti kita harus bisa menjelaskan dengan jujur jika ada hal yang salah, dan belajar dari kesalahan untuk tidak mengulanginya.

Dengan memegang prinsip-prinsip ini, kita tidak hanya menjadi perawat yang profesional, tetapi juga perawat yang penuh kasih sayang dan dapat dipercaya.

Dengan cara ini, pasien merasa dihargai dan mereka akan merasa lebih aman dalam proses penyembuhan mereka.

3.2 SARAN

Perawat dapat memilih berbagai metode, bahan, dan media yang akan digunakan untuk mendukung kegiatan pendidikan kesehatan.

Sumber daya tersebut harus ditinjau dan dievaluasi kesesuaiannya dengan target audiens.

(41)

41 Menerima gagasan bahwa pendidikan kesehatan adalah proses interaktif Kunci pemenuhan kebutuhan individu, keluarga, dan masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor internal dan eksternal.

Untuk mengetahui tren permasalahan kesehatan masyarakat seperti pelayanan kesehatan di rumah, perawatan di rumah, perawatan keluarga, dan pondok kesehatan desa (ponkes) di Indonesia dan dunia.

(42)

42

DAFTAR PUSTAKA

Andi Ali Mukti Pratama.(2015, Januari 02): “konsep moral dalam praktik keperawat an.”

Diakses dari

https://unriyo.academia.edu/AndiAliMuktiPratama?swp=tc-au-10090817 Scribd “Tren Dan Isu Pendidikan Keperawatan.”

https://id.everand.com/document/434448046/Tren-Dan-Isu-Pendidikan-Keperawatan Olivia, L. (2021). Implementasi Nilai Pancasila sebagai Sumber Etika, Moral dan

Karakter Dalam Penerapan Pelayanan Kesehatan Keperawatan. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 10(2), 113–121. Diakses dari https://ejournal.umpri.ac.id/index.php/JIK/article/view/1478.

Nafisah, A. D., Sobah, A., & Yusuf, N. A. K. (2022). Pentingnya Penanaman Nilai Pancasila dan Moral pada Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 6(1), 1-10.

Diakses dari https://pdfs.semanticscholar.org/.

Palinggi, S., & Ridwany, I. (2020). Pe

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini berarti bahwa etika serta moral yang terkandung dalam sila-sila Pancasila, tidak dimaksudkan untuk manusia secara pribadi, namun secara relasioanal

Pancasila merupakan suatu sistem nilai-nilai etika yang merupakan sumber hukum baik meliputi norma moral maupun norma hukum, yang pada gilirannya harus dijabarkan lebih lanjut

Mata Kuliah ini menguraikan tentang konsep etika dan konsep profesi keperawatan, hubungan antara perawat dengan pasien, perawat dengan perawat, perawat dengan profesi

Menurut kamus Webster etik adalah suatu ilmu yg mempelajari tentang apa yang baik dan buruk secara moral..

Pancasila yang pada awalnya merupakan konsensus politik yang memberi dasar bagi berdirinya negara Indonesia, berkembang menjadi konsensus moral yang digunakan sebagai sistem etika

Kesimpulan Dalam menghadapi isu-isu aktual yang kompleks, etika dan integritas kepemimpinan Pancasila menjadi fondasi yang kuat untuk membangun Indonesia yang adil, demokratis, dan

Manfaat Mata Kuliah Setelah mengikuti mata kuliah Keperawatan Dasar II, mahasiswa mampu membahas tentang prosedur keperawatan yang menajdi dasar ilmiah dalam praktik keperawatan yang

Dokumen ini berisi sinopsis sebuah video tentang Pancasila sebagai sistem etika pembentuk karakter dan moral generasi penerus